mkt g2.1(11 des2014)

30
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MANAJEMEN KESUBURAN TANAH “Penambahan Pupuk Kandang Sisa Kotoran Sapi dan Kapur Dolomit pada Lahan Tomat di Daerah Pujon Kidul Untuk Peningkatan Kandungan Bahan Organik Tanah dan pH Tanah” DiSusun Oleh: Kelompok G2.1 UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: intan-erika-julianti

Post on 17-Nov-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Manajemen Kesuburan Tanah

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MANAJEMEN KESUBURAN TANAHPenambahan Pupuk Kandang Sisa Kotoran Sapi dan Kapur Dolomit pada Lahan Tomat di Daerah Pujon Kidul Untuk Peningkatan Kandungan Bahan Organik Tanah dan pH Tanah

DiSusun Oleh:

Kelompok G2.1

UNIVERSITAS BRAWIJAYAPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIANMALANG

2014

KELOMPOK G2.1

Ketua

: Indra Julianus Sihombing

125040201111195Anggota: Irine Aryani H.K

125040201111168Lukman Febriansyah

125040201111185Dista Dian Purnama

125040201111194Ismatul Baroro

125040201111217Ahmad Faisal A.

125040201111221Khoirun Nisa

125040201111248NH. Dias Prayudha B.

125040201111257AH. Nailul Bahroini

125040201111262Akbar Nugraha

125040201111284

Laporan ini telah dikonsultasikan dan tidak ada unsur plagiatisme

Malang,

Penanggung Jawab

Mengetahui

Ketua Kelompok

Asisten

Indra Julianus Sihombing

Agung SeptiyantoI. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDesa Pujon Kidul terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tanah yang ada di Pujon Kidul merupakan tanah Andisol. Tanah merupakan media tumbuh alami bagi tanaman sehingga dapat tumbuh secara optimal. Pada suatu status kesuburan tanah tertentu membutuhkan berbagai unsur hara untuk dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Daerah Pujon Kidul merupakan daerah dengan yang sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani sekaligus peternak sapi perah. Pada lahan diamati didapatkan hasil uji laboratorium bahwa kandungan bahan organik tanah yang rendah. Selain itu, pHnya juga tergolong masam sehingga perlu dilakukan peningkatan pH.

Kandungan bahan organik sangat penting dalam status kesuburan tanah. Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan tanah. Bahan organik di dalam tanah berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik juga mampu meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah. Bahan organik juga mampu menahan air di dalam tanah sehingga dapat mempertahankan kandungan air di dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman. Penambahan bahan organik di dalam tanah dapat diberikan dengan memanfaatkan sisa kotoran sapi dalam bentuk pupuk kandang. Menurut Syukur (2005), pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan hasil caisim dengan dosis 20 Mg ha-1. Sanchez (1982) menyatakan bahwa bahan organik tanah secara langsung dapat berfungsi sebagai sumber unsur hara, terutama N, S, dan sebagian P, serta unsur mikro.Selain kandungan bahan organik, pH juga merupakan indikator penting dalam status kesuburan tanah. Jika pH pada suatu lahan terlalu masam maka dapat mengganggu serapan unsur hara dari dalam tanah oleh tanaman. Jika serapan unsur hara terganggu, maka pertumbuhan tanaman tidak akan optimal sehingga perlu dilakukan perbaikan. Untuk meningkat pH tanah, dapat dilakukan perbaikan dengan pengapuran, sehingga pH sesuai untuk syarat tumbuh tanaman.Perbaikan status kesuburan tanah dilakukan agar tanaman mampu tumbuh optimal, serta kesuburan tanah tetap baik sehingga dapat menguntungkan secara ekonomi. Pada laporan ini akan membahas tentang kesuburan tanah Andisol di Pujon Kidul sebagai lahan pengamatan tanaman beserta rekomnedasinya.1.2 Tujuan

Mengetahui status kesuburan tanah pada lahan di daerah Pujon Kidul Memberikan rekomendasi untuk perbaikan kesuburan tanah berdasarkan analisis laboratoriumII. KONDISI UMUM WILAYAH2.1 Sejarah LahanLahan yang kami amati berada di dekat Gunung Kawi, yaitu berada di dusun Sukomulyo IV, desa Gumul, kecamatan Pujon, kabupaten Malang. Bapak petani yang kami wawancarai bernama pak Ihwan. Beliau penggarap lahan tomat di lokasi yang kami amati. Menurut beliau tanah di desa Gumul sangat subur, terlebih setelah terjadi letusan Gunung Kelud.

Lahan seluas 0.5 ha yang dikelola oleh pak Ihwan ini tidak hanya ditanami tanaman tomat saja. Akan tetapi pada lahan tersebut dilakukan pergiliran tanaman, seperti sebelum penanaman tomat lahan tersebut sudah ditanami padi, kentang, dan andewi. Dalam komoditas yang akan ditanam tergantung dari pada permintaan pasar. Pada lahan Bapak Ihwan ini setiap masa panen berlangsung lahan yang ada tidak dilakukan masa istirahat atau sistim bero, yang mana setelah panen lahan tersebut langsung diolah kembali dan ditanami kembali dengan komoditas lain.

2.2 Pola Tanam

Pada lahan yang amati secara keseluruhan, setiap petak lahan yang ada ditanami komoditas yang berbeda-beda. Dan ketika survey lapang yang dilakukan pada lahan Bapak Ihwan ditanami komoditas tomat sayur yang sudah berumur sekitar 60-70 hari. Umur panen dari tomat sayur ini berkisar antara 2-3 bulan. Sistem pola tanam yang diterapkan oleh beliau yaitu secara tumpang sari antara tanaman tomat dan selada . Tetapi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selada tersebut hanya sebagai tanaman pagar. Namun, menurut bapak Ihwan mengaku bahwa lahan yang beliau kelola tersebut mengalami kesalahan tanam.

2.3 Sistem Budidaya

tanaman tomat yang ditanam adalah tomat sayur dengan varietas Sirvo. Menurut beliau, hasil dari varietas tersebut lebih menguntungkan dibandingkan varietas Betavila. Varietas Betavila memiliki hasil yang jauh lebih rendah. Untuk pengolahan tanah masih sederhana, yaitu dengan menggunakan cangkul. Ketika proses pengolahan tanah, pak Ihwan menambahkan pupuk kandang kurang lebih tujuh karung per lahannya.

Sistem tanam tanaman tomat ini dibuat bedengan yang kemudian diberi ajir. Selain menggunakan pupuk kandang, juga ditambahkan pupuk NPK dengan merk Mutiara produksi Tiara. Pemupukan NPK ini diaplikasikan sebanyak 10 kg per minggunya. Untuk irigasi lahan, penduduk sekitar mengandalkan aliran sungai yang bersumber dari Gunung Kawi. Karena tidak ada HIPA atau lembaga terkait untuk mengatur sistem irigasi.

Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida endur, obat kutu kebul, dan tornado. Pengaplikasian pestisida, dilakukan seminggu sekali, sama dengan pengaplikasian pupuk NPK. Dosis yang digunakan yaitu 10 ml pestisida dilarutkan dalam satu tanki air. Namun hal itu juga menyesuaikan musim, karena populasi hama berbeda ketika musim hujan dan musim kemarau.

Beliau mengatakan buah tomat yang sudah siap dipanen atau ketika sudah masak secara fisiologis, dapat dipanen dengan sistem manual, yaitu dipetik dengan tangan. Dari hasil panen kemudian dijual ke pengepul atau tengkulak yang langsung membeli di lahan beliau.2.4 Sosial Ekonomi

Dalam satu lahan tomat yang dikerjakan oleh pak Ihwan, dalam setiap masa panen dapat menghasilkan 3-5 ton tomat sayur. Tomat tersebut dihargai 3000-5000 rupiah per kgnya. Dari hasil penjualan tomat yang ada tidak hanya untuk Pak Ihwan, akan tetapi dibagi hasil dengan pemilik lahan. Dan berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan kepada Pak Ihkwan, untuk kehidupan sosial yang ada di desa tersebut berkecukupan, karena hampir seluruh masyarakat yang ada di sekitar bekerja sebagai petani. III. ANALISIS PERMASALAHAN

Permasalahan yang ditemukan adalah penurunan produksi tanaman budidaya yang berada pada kawasan Pujon, Kabupaten Malang. Dari hasil wawancara diketahui bahwa penurunan produksi di akibatkan karena kesalahan penanaman tanaman, dan dari hasil survey yang sudah dilakukan penggunaan pupuk NPK untuk tanaman budidaya (tomat) sebesar 10 kg minggu-1 dengan luas petak lahan 500 m2, menurut Litbang Pertanian Yogyakarta (2013) untuk pupuk NPK yang direkomendasikan sebesar 1000 kg ha-1 atau setara untuk lahan 500 m2 sebesar 50 kg persatu musim tanam, atau sama dengan 4,17 kg minggu-1 dengan estimasi waktu panen 12 minggu. Penggunaan pupuk berlebih menyebabkan terjadinya penurunan pH tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Isnaini (2006) bahwa penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dan terus menerus tanpa diimbangi dengan penggunaan pupuk organik yang sesuai dapat menurunkan pH tanah dan menurunkan kadar bahan organik dalam tanah, sehingga produktivitas lahan menurun. Selain itu, dari hasil survey penggunaan pupuk kandang hanya sebagai pelengkap pada awal pengolahan tanah. Akan tetapi dari rekomendasiLitbang Pertanian Yogyakarta (2013) yaitu penggunaan pupuk kandang adalah sebesar 30 ton ha-1 atau sekitar 7 kg per lubang tanam.

Hasil uji laboratorium didapatkan hasil bahwa pH tanah pada lahan tersebut sebesar 5,3. Sedangkan untuk tanah andisol pH netral mencapai 5,5 dan apabila kurang dari 5,5 pH tersebut termasuk dalam keadaan pH yang masam. Untuk pH yang sesuai untuk syarat tumbuh tanaman tomat, berkisar antara 5,5 7 (Alamtani, 2014). Hal ini menjadi salah satu faktor terjadinya penurunan produksi tomat yang terjadi akibat kemasaman tanah. Secara umum tanah andisol memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, namun dari hasil uji laboratorium diketahui bahwa kandungan bahan organik (c-organik) sangat rendah, keadaan ini yang menjadi indikator bahwa tanah tersebut mengalami penurunan produksi.

III. REKOMENDASI MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang dan uji laboratorium didapatkan hasil : Tabel 1. Hasil analisa kimia tanah pada kedalaman 0-15 cm

KelompokVariable pengamatanKomoditas

C-organik (%)pHN total KTK

G2.10,275.31,4929,64Tomat

Jika dilihat dari pH tanah yang masam dan kurangnya bahan organic tanah maka, hal ini yang menjadi permasalahan dari lahan tersebut, karena jika tanah masam dan kuarangnya bahan organic maka dapat menurunkan produksi lahan. Reaksi tanah atau pH tanah yang terlalu rendah menyebabkan tidak tersedianya unsur hara tanaman di dalam tanah. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimum sehingga produksi tanaman turun.Selain itu pengaplikasian pupuk yang tidak sesuai dosis terutama pupuk anorganik yang digunakan petani, dinyalir menjadi salah satu faktor permasalahan dari turunnya pH tanah. Turunya pH pada lahan budidaya tomat hingga bernilai 5.3 perlu mendapat penanganan, sebab pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat ialah tanah dengan pH 5.5 hingga 6. Oleh karena itu rekomendasi untuk permasalahan tersebut ialah peningkatan pH tanah dengan cara melakukan pengapuran. Pemberian kapur dapat meningkatkan pH masam menjadi netral. Menurut Anwar 2005, pemberian kapur pada tanah masam dapat meningkatkan pH tanah, anwar telah melakukan penelitian didaerah Metro, Lampung, dan dapat meningkatkan pH tanah didaerah tersebut. Menurut anwar pemberian kapur ini juga dapat menambah pengaruh dan ketersedian dari pupuk P dan K. selain itu untuk mengurangi kemasaman tanah dapat dilakukan dengan penambahan seresah. Karena peelapasan kation pada mineralisasi seresah dapat meningkatkan pH tanah. Namun karena hanya unsur K dan P saja yang dapat dipengaruhi oleh kapur, oleh karena itu dalam hal ini tanah pada daerah Pujon tetap harus diberi penambahan hara N yang didapat dari pemberian pupuk yang mangandung N baik dari penambahan pupuk kandang yang juga difungsikan sebagai penambah bahan organik tanah dan juga pupuk N yang berasal dari pupuk anorganik. Namun pemberian pupuk anorganik ini harus berhati-hati agar sesuai dosis. Sebab penggunaan pupuk anorganik yang tidak sesuai dosis dapat menyebabkan kerusakan tanah. Untuk pengunaan pupuk kandang sendiri dosis yang dianjurkan menurut Litbang Pertanian Yogyakarta tahun 2013, tanaman tomat membutuhkan sekitar 30 ton/ha atau sekitar 7kg per lubang tanam.Sedangkan pengunaan pupuk anorganik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pemilihan pupuk harus didasarkan pada kandungan N pada pupuk dan juga dilihat dari segi ekonominya. Pupuk N yang terdapat dipasaran antara lain Pupuk Urea CO(NH2)2 merupakan hasil reaksi antara karbon dioksida dan amoniak dan mengandung 46%N, pupuk ammonium klorida (NH4Cl) mengandung 28% N dan 60% Cl, Amonium nitrat (NH4NO3) mengandung 33-35% N, Amonium fosfat (NH4H2PO4) mengandung 10-11% N dan 48-55% P2O5, Amonium Sulfat atau ZA (NH4)2SO4 mengandung 21% N dan 24% S, Kalsium nitrat Ca(NO3)2 mengandung 16% N dan 28% CaO, Kalium nitrat KNO3 mengandung 13%N dan 44% K2O, Diamonium fosfat atau DAP (NH4)2HPO4 mengandung 18% N dan 46% P2O5, Pupuk TSP (Ca(H2PO4)22H2O mengandung 46-48% P2O5, 2% S dan 20% CaO, Fosfat alam mengandung hara P2O5 dan CaO. Kadar P2O5 dalam pupuk fosfat alam sangat bervariasi dari 14 35%. Karena banyaknya jenis pupuk N dengan kandungan yang bervariasi ini maka pemilihan jenis pupuk dapat dilakukan dengan menggunakan rekomendasi aplikasi Fertilizer Chooser yaitu suatu aplikasi untuk menentukan pemberian pupuk anorganik dilihat dari sisi kebutuhan tanah terhadap unsure tersebut, kualitas pupuk yang akan digunakan serta tingkatan harga pupuk yang sesuai dengan ekonomi petani. Jika dilihat dari C-Organik pada lahan yang kami amati yaitu tergolong rendah sebesar 0,27 %. Kandungan C-Organik berpengaruh terhadap kandungan Bahan Organik didalam Tanah. Bahan orgnik di samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah lainnya. Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas tanah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK). Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20 70 % kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah (Stevenson, 1982).Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat), sehingga Al-tidak terhidrolisis lagi. Dilaporkan bahwa penamhan bahan organik pada tanah masam, antara lain inseptisol, ultisol dan andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar tanah (Syukur, A dan N.M. Indah.2006). Bahan Organik Tanah merupakan salah satu indikator penting didalam kesuburan tanah sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk menambah kandungan Bahan Organik Tanah. Dari kelompok kami memberikan rekomendasi dengan pemberian pupuk kandang dari Sisa Kotoran Sapi. Rekomendasi ini didasarkan juga dengan sosial budaya masyarakat sekitar yang sebagian besar juga sebagai peternak sapi sehingga bahan baku untuk pupuk kandang mudah untuk didapat. Hal tersebut akan menguntungkan bagi petani karena efektif dan efisien dalam penggunaannya. Rekomendasi Software

Gambar 1. Input data tanah pada aplikasi

Input data pada aplikasi Fertilizer Chooser ini berfungsi agar pemilihan pupuk dapat disesuaikan dengan kondisi aktual lahan yang diamati. Selain itu mencegah kesalahan pemilihan pupuk yang akan diaplikasikan oleh petani.

Gambar 2. Data jenis, kualitas dan harga pupuk

Gambar 3. Data hasil jenis dan harga pupuk yang akan diguanakanDari Software Fertilizer Chooser didapatkan rekomendasi pupuk N yang tepat yaitu dengan menggunakan Anhydrous ammonia. Total biaya yang dikeluarkan menggunakan pupuk ini sebesar Rp 1.028.280 per ha. Berarti dengan luasan 0.5 ha, biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 514.140. Dari 4 pilihan pupuk N lainnya, Amonia anhydrous adalah biaya yang paling efektif sebagai sumber N tersedia dan pasokan sebagian besar dosis N yang dianjurkan.V. PEMBAHASAN UMUMManajemen kesuburan merupakan suatu kegiatan pengelolaan tanah dalam arti yang lebih luas dimana mencakup faktor fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk meningkatkan produksi tanaman. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, lahan di Desa Pujon Kidul memiliki pH 5.5 dengan jenis tanah Andisol. Tabel 2. Hasil Analisa Laboratorium Sampel Tanah Kedalaman 0-15 cm di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten MalangNoKelompokVariabel PengamatanKomoditas

C-OrganikpHN-TotalKTK

1.G1.10,275,31,490,27Sawi

2.G1.20,35355,51,490,35Kapri

3.G2.10,275,51,490,29Tomat

4.G2.25,3Kapri

Berdasarkan hasil uji analisis laboratorium tanah pada dua lokasi yang memiliki jenis tanah yang sama namun berbeda pengolahan tanah dan komoditas tanaman yang dibudidayakan menunjukan hasil yang berbeda. Perbedaan pada setiap lahan yang diamati tidak terlalu berbeda jauh. Pada pengamatan di lahan Sawi (Kelompok G1.1) didapatkan pH 5.3, lahan Kapri (Kelompok G1.2) pH 5.5, lahan tomat pH 5.5 (Kelompok G2.1) dan lahan Kapri (Kelompok G2.2 ) pH 5.3. Berdasarkan dari hasil pengamatan, didapatkan pH dari keempat kelompok termasuk masam. Hal tersebut dapat dikarenakan lahan pengamatan diambil pada daerah yang sama yaitu pada lahan di Desa Pujon Kidul sehingga memungkinkan pH dari keempat kelompok masam. Dari keempat komoditas yang dibudidayakan terdapat perbedaan pada dosis maupun waktu pemupukan sehingga mempengaruhi pH pada masing-masing lahan, Faktor vegetasi juga berpengaruh karena tiap jenis atau tipe tanaman memiliki syarat tumbuh tertentu termasuk di antaranya kesesuaian pH tanah. Kondisi drainase pada tanah juga dapat mempengaruhi pH, hal ini dapat terjadi akibat aktivitas dari manusianya sendiri seperti halnya pengolahan tanah yang terlalu intensif menggunakan traktor sehingga akan menyebabkan pemadatan tanahTanah masam terbagi menjadi 2 sifat yaitu, kemasaman aktif kemasaman ini ditunjukan oleh kepekatan ion H+dalam larutan tanah dan kemasaman Potensial dimana kemasaman iniditunjukan oleh kepekatan ion H+ yang terjerap pada komplek koloid yang selalu menyumbangkan ion tersebut ke dalam larutan tanah. Dengan pH 5,5 tersebut maka masalah yang dihadapi ketika tanah berada dalam kondisi masam yaitu kelarutan Al yang tinggi sehingga meracuni tanaman, defisiensi N, serta kapasitas tukar kation (KTK) rendah. Menurut Nursyamsi dan Suprihati (2005), pada tanah andisol mengandung kaolonit dan kristobalit (oksida) dan mempunyai ph masam, Ca, Mg, dan Kdd, Kadar P, serta kejenuhan basa (KB) rendah, dan mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) tanah tinggi., Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milli equivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah.Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan dan mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KTK, makin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu. Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah. KTK tanah juga mempengaruhi kapan dan berapa banyak pupuk nitrogen dan kalium harus ditambahkan ke dalam tanah Pada KTK tanah yang rendah, misalnya kurang dari 5 cmol(+)/kg, pencucian beberapa kation dapat terjadi. Penambahan ammonium dan kalium pada tanah ini akan menyebabkan sebagian ammonium dan kalium itu mengalami pencucian di bawah zona akar, khususnya pada tanah pasiran dengan KTK tanah bawah (subsoil) yang rendah. Pada KTK tanah yang lebih tinggi, misalnya lebih besar dari 10 cmol(+)/kg, hanya sedikit pencucian kation akan terjadi. Jad