resusitasi pada korban banjir 5
DESCRIPTION
goodTRANSCRIPT
BAGIAN ANESTESIOLOGI, PERAWATAN INTENSIF Journal ReadingDAN MANAJEMEN NYERI Juni 2013FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Resusitasi Korban Longsor: Evidence-based International Commission For Mountain Emergency Medicine (ICAR MEDCOM) Ditujukan Bagi Dokter Dan Anggota Bantuan Hidup Lanjut Lainnya
( Brugger Herman, DKK; Resusitasi Korban Longsor: Evidence-based International Commission For Mountain Emergency Medicine (ICAR MEDCOM) Ditujukan Bagi Dokter Dan Anggota Bantuan Hidup Lanjut Lainnya; Elsevier ireland ltd;2013 vol 84;539-546 )
Disusun Oleh:Rahel Laritmas2008-83-022
PEMBIMBINGdr. Ahmed
KONSULEN Dr. dr. Syafri K. Arif, Sp. An-KIC, KAKV
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN ILMU ANESTESI, TERAPI INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2013
Abstrak
Latar Belakang
Di Amerika Utara dan Eropa ~150 orang meninggal karena longsor setiap tahun
Metode Lembar kerja dari 27 pertanyaan intervensi (PICO)
Hasil dan Kesimpulan
Dikecualikan jika cedera letal, tubuh tidak beku → durasi penutupan oleh salju, Dan jika tidak →suhu inti korban
Jika waktu penutupan ≤ 35 menit (atau suhu inti ≥ 32 0C) →ALS
Jika waktu penutupan > 35 menit dan suhu inti <32 0C,→hipotermia ,EKG, pemantauan suhu inti, dan manajemen napas
Pasien yang tidak responsif→ RS mempunyai alat forced air rewarming
Pasien dengan cardiac arrest, Paten airway→ RS →Extracorporea membrane oxigenation (ECMO), atau Cardiopulmonary bypass (CPB)
Pasien dengan cardiac arrest → CPR, jika Asistol ≠ CPR
Jika pasien dengan cedera letal/benar-benar beku, jalan napas tersumbat, dan durasi penutupan > 35 mnt sulit utk dilakukan resusitasi
Manajemen harus mencakup tidakan pencegahan tulang belakang
Di Amerika utara dan Eropa ~150 orang meninggal karena longsor,
Longsor menimbulkan korban tewas lebih tinggi di negara berkembang: 248 orang di Asia tenggara thn 1992 > 200 orang di Kasmir pada thn 1995 135 di Kashmir thn 2012
Jumlah korban pada daerah longsoran salju dan kematian kelompok aktif di perkirakan secara kasar
Rekomendasi untuk manajemen di tmpt dan resusitasi korban longsor Analisis kelangsungan hidup
ICAR-MENDCOM thn 2002 secara resmi membuat pedoman dan algoritma
ILCOR dasar dari rekomendasi untuk resusitasi pada korban longsor
I. PENDAHULUAN
2. METODE
Tujuan, Kriteria inklusi/ekslusi kelompok kerja dari 27 pertanyaan
PICO (data tambahan) Database elektronik medline untuk
pencarian longsor Semua artikel yang relevan dengan
manajemen klinis korban longsor Klasifikasi dari rekomendasi dan
tingkat evidence yang digunakan AHA
3. TEMUAN DAN REKOMENDASI
3.1.1. Kemanfaatan: Kelangsungan hidup menurun bila di fase Asfiksia. Rekomendasi : untuk mengeluarkan korban yang terkubur Kelas 1, LOE B
3.1.2. Durasi penutupan dan patensi jalan napas.Rekomendasi:
Jika terkubur > 35 mnt, jalan napas bebas Kelas I, LOE B
Pendukung adanya kantong udara harus ditentukan dengan paparan wajah (Kelas I, LOE A)
dengan menggali dari sisi korban agar tidak membahayakan (Kelas I, LOE C)
3.1. Asphyxia
lanjutan 3.1.3. ResusitasiRekomendasinya di pakai standar CPR hypoxaemic cardiopulmonary arrest. Rekomendasi: Menggunakan alogaritma manajemen (Kelas II a, LOE C) Untuk Korban yang terkubur < 35 menit
ditemukan cardiac arrest, asfiksia memulai CPR standar (Kelas I, LOE B)
Korban yang terkubur > 35 menit Cardiac arrest, non sistolik, tetapi tidak hipotermia (≥ 32◦C), asfiksia CPR standar (Kelas II, LOE B)
Korban yang terkubur > 35 mnt, cardiac arrest, asystol, napas tersumbat Resusitasi dapat dihentikan (Kelas I, LOE A)
3.1.4 Jalan napas lanjutMelakukan intubasi menghindari aspirasi. Rekomendasi: Untuk korban yang tidak responsif dalam manajemen jalan harus dilakukan (Kelas I LOE A). Untuk korban yang kegagalan jalan nafas di bawah ke RS untuk mendapat penanganan yang cepat (Kelas I LOE C)
lanjutan
3.1.5. TransportasiPerawatan pasca resusitasi termasuk terapi hipotermia merupakan bagian integral meningkatkan kelangsungan hidup. Rekomendasi: Jika resusitasi berhasil/ kriteria CPR tidak
terpenuhi korban dibawah ke RS dan sebaiknya dengan layanan perawatan Intensif (Kelas IIb, LOE C)
Jika korban dengan tanda-tanda atau kewaspadaan pernapasan/ cedera sistemik di Gawat darurat terdekat untuk penilaian dan observasi lanjutan (Kelas I, LOE C)
Fig. 2. Management of the buried avalanche victim. In all cases gentle extrication and spinal precautions. Where appropriate core temperature and ECG monitoring, oxygen, insulation, heat packs on trunk; 0.9% NaCl and/or 5% glucose only if an intravenous or intraosseous line can be established within a few minutes; specific trauma care as indicated
3.2.1 Manajemen di tempat Pedoman resusitasi menekankan stabilisasi
tulang belakang, compresi dada, kontrol perdarahan, evakuasi dan pertimbangan hipotensi, dan resusitasi syokRekomendasi: tim penyelamat harus memberikan stabilisasi tulang belakang, manajemen di tempat dan transportasi (Kelas I LOE C)
CPR harus dimulai bila henti jantung-paru (Kelas I, LOE B)
3.2. Trauma
Hipotermia umumnya didiagnosis secara klinis untuk korban longsor
Hipotermia jarang tercatat sebagai penyebab utama kematian karena tanda-tanda post mortem terbatas dan asfiksia yang sering terjadi
Pada suhu inti rendah otak mentolelir penghentian sirkulasi jantung >5 menit tanpa kerusakan yang permanen
3.3. Hipotermia
lanjutan
3.3.1 Laju pendinginan Hiperkapnia dan hipoksia dapat
meningkatkan laju pendinginan Laju pendinginan maksimum 9⁰Ch⁻1 waktu
minimum 35 menit diperlukan untuk kelangsungan hidup pada setiap korban dengan suhu < 32
Rekomendasi: Pengelolaan korban banjir pada tahap hipotermia
Untuk korban serangan jantung dengan suhu inti <32⁰C, resusitasi awal atau tidak diketahui (Kelas I LOE A)
Untuk korban serangan jantung asistolik dengan suhu inti <32⁰C, dan saluran napas terhambat, diperkirakan asfiksia (Kelas I, LOE A)
lanjutan
3.3.2 penyelamatan korban pingsan Korban longsor yang pingsan selama
penyelamatan dikaitkan dengan aritmia letal sesuai laporan kasus
Suhu inti 32⁰C, dianggap sebagai ambang batas untuk fibrilasi fentrikel
Rekomendasi: Pemantauan melalui EKG (Kelas I LOE C)
3.3.3. Suhu Inti Suhu inti: < 35⁰ Hipotermia dapat dipakai stadium swiss,
sesuai dengan sistem Danzl Rekomendasi: Jangan bergantung pada
hipotermia ketika terjadi asfiksia atau trauma (Kelas I LOE C)
Suhu rektal dapat digunakan untuk mengukur hipotermia awal (Kelas Iia, LOE B)
lanjutan
3.3.4 Isolasi Semua pedoman merekomendasikan isolasi
dari pendinginan lebih lanjut dan sebagian besar merekomendasikan pelepasan pakaian
Rekomendasi: Korban hipotermia harus diisolasi terhadap kehilangan panas dengan penutup luar yang kering (Kelas I LOE B)
3.3.5. Penghangatan di luar rumah sakit Rekomendasi: Terapkan sumber panas yang
aman (Kelas IIb, LOE B)3.3.6 Oksigen
Oksigenasi yang adekuat dapat mengurangi risiko pinsan pasca penyelamatan
Rekomendasi: Terapkan tambahan oksigen kepada korban hipotermia (Kelas IIb, LOE C)
lanjutan3.3.7. CPR
Pada pasien yang hipotermia berat, denyut nadi tidak ada
Rekomendasi: Periksalah dengan seksama tanda-tanda vital dan aktifkan EKG (Kelas IIb, LOE C)
Rekomendasi: Korban hipotermia harus diisolasi terhadap kehilangan panas dengan penutup luar yang kering (Kelas I LOE B)
3.3.8. Defibrilasi Defibrilasi pada hipotermia berat < 28⁰C
dengan fibrilasi fentrikel tidak berhasil dalam banyak kasus
Pedoman ERC 2010 merekomendasikan maksimal tiga defibrilasi sementara pada < 30⁰C sedangkan pedoman AHA 2010 merekomendasikan standar defibrilasi sementara penghangatan
Rekomendasi: Gunakan defibrilasi standar ketika diindikasikan, terlepas dari suhu inti pengulangan melampaui tiga kali mungkin ditunda hingga suhu inti > 30⁰C dan harus dihindari jika menyebabkan gangguan CPR (Kelas IIa, LOE B)
lanjutan 3.3.9 Obat ALS Mirip dengan defibrilasi, para ahli tidak
setuju pada efektivitas ALS terapi obat dengan suhu inti < 30 ⁰, pedoman ERC 2010 merekomendasikan ada obat ALS, sedangkan AHA 2010 memungkinkan penggunaan Vasopresor pada henti jantung
Rekomendasi: Layak di pertimbangkan vasopressor bersamaan dengan strategi penghangatan (Kelas IIb, LOE B)
3.3.10. Transportasi Untuk korban hipotermia dengan ritme
perfusi, penghangatan aktif eksternal seperti penghangat an dengan udara panas
Komplikasi setelah penghangatan extracorporeal umumnya termasuk edema paru
Rekomendasi: suhu inti > 32⁰C, TD sistolik > 90mmHg dan tidak ada aritmia ventrikel, suhu inti > 28 ⁰ C transportasi ke rumah sakit terdekat , rekomendasinya( Kelas I LOE B)
lanjutan 3.3.11 Kalium serum Kalium serum merupakan faktor prediktif
kelangsungan hidup bagi korban henti jantung
Pemberian terbanyak kalium serum dengan ROSC adalah 8 mmolL ⁻18
Rekomendasi: Untuk korban hipotermia dengan cardiac arrest, asystolik, patensi jalan napas tidak diketahui, transportasi yang jauh, kalium serum < 8 mmolL ⁻18 mengindikasikan penghentian resusitasi (Kelas I, LOE A)
3.3.12. Prognosis Asfikasia mengurangi kelangsungan hidup
pada henti jantung, hipotermia meskipun diberikan penghangatan extracorporeal
Rekomendasi: korban henti jantung hipotermia ditemukan dengan saluran napas paten atau tidak diketahui dan dianggap kemungkinan korban harus diresusitasi sampai suhu inti > 32⁰C (Kelas I, LOE C)
Jika luka mematikan dikecualikan dan tubuh tidak beku, strategi penyelamatan diatur oleh durasi terkubur oleh salju dan, jika tidak tersedia, oleh suhu inti korban.
Jika waktu terkubur ≤ 35 menit (atau suhu inti ≥ 32 0C) ALS.
Jika waktu terkubur > 35 menit dan suhu inti <32 0C, dianjurkan pengobatan hipotermia termasuk pengeluaran secara lembut, isolasi tubuh penuh, EKG dan pemantauan suhu inti
Pasien yang tidak responsif dibawa ke rumah sakit yang mampu memberikan penghangatan aktif eksternal dan minimal invasif
Pasien dengan ketidakstabilan jantung atau henti jantung
Manajemen harus mencakup tindakan pencegahan tulang belakang dan perawatan trauma lainnya seperti yang ditunjukkan.
4. KESIMPULAN
DANGKE BANYAK….,
AMBON MANISE