resume kompilasi blok 4 skenario 4.docx
TRANSCRIPT
RESUME
SKENARIO 4
GATAL
Oleh:
PANACEA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
SKENARIO 4
Gaga seorang mahasiswi kedokteran umur 23 tahun terlihat serius menceritakan keluhannya
kepada temannya. Dia merasakan gatal pada wajah dan badan, serta muncul bentol-bentol merah
pada kulit badannya. Keluhan tersebut terasa sehari setelah dia belajar berenang bersama teman-
temannya, tetapi teman-temannya tidak mengeluhkan hal serupa. Gaga mencoba membuka-buka
catatan kuliah dan mencoba browsing untuk mencari tahu etiologi dan patofisiologi penyakit
yang dialaminya.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Gatal : sebuah sensasi tidak nyaman pada kulit yang terasa seolah-olah ada sesuatu yang
merayap di kulit dan membuat penderitanya ingin menggaruk daerah yang terkena.
2. Etiologi : Ilmu pengetahuan tentang factor-faktor yang menyebabkan penyakit serta
meyode masuknya factor-faktor tersebut ke tubuh penderita.
3. Patofisiologi : ilmu yang mempelajari gangguan-gangguan fungsi pada organ tubuh.
Gatal
iritasi
Sistem integumentum:
anatomihistologifisiologi
sistem imunitas:fisiologialergiterapi
infeksi
penyebab aktifnya imunitas:alergenparasit
mikroorganismeflora normal
1. Sistem Integumen
1. Anatomi
Asal Kulit : Ektoderm è Epidermis
Mesoderm è Dermis
Pigmentasi : kulit mengandung melanin yang diproduksi oleh melanosit
Lapisan kulit
1. Epidermis : terdiri dari epitel berlapis pipih bertanduk
a. stratum basale,
merupakan selapis sel silindris terletak di atas lapisan membrane basalis,
disebut juga stratum silindrikum
sering mengalami mitosis sehingga disebut stratum germinativum
disebut juga stratum Malpighi
b. stratum spinosum
terdiri dari beberapa lapis sel polihedris yang mempunyai jembatan antar sel
sehingga tapak berduri
sering mengalami mitosis, disebut juga stratum germinativum
c. stratum granulosum
terdiri dari 2-4 lapis sel polihedris rendah (diamond shape)
sitoplasma mengandung butir-butir keratohyalin
sel akan mati sehingga inti melarut (lisis)
d. stratum lucidum
Sel-sel mengalami kematian, inti melarut sehingga tampak sebagai lapisan
yang homogeny dan transparan.
Mengandung eleidin
e. stratum korneum
merupakan lapisan homogeny (tanduk) mengalami keratinisasi, inti tidak
tampak
f. stratum disjuntum
merupakan lapisan stratum korneum yang terlepas.
● Epidermis mengandung 3 jenis sel, antara lain: melanosit, sel
langerhans, dan sel merkel.
1. Melanosit berasal dari sel krista saraf, sel ini memiliki
juluran sitoplasma becabang ke dalam epidermis. Melanosit
terletak antara statum basal dan statum spinosum epidermis
dan menyintesis pigmen coklat melanin, melanin di bentuk dari
asam amino tirosin oleh melanosit. Melanin memberi warna
gelap pada kulit, dan pemaparan kulit terhadap sinar matahari
merangsang pembentukan melanin. Melanin ada 2 macam,
eumelanin dan feomelanin. Eumelanin adalah pigmen coklat
tua yang terdapat di antara sel-sel stratum basale dan dalam
folikel rambut; Feomelanin adalah pigmen yang ditemukan di
dalam rambut merah dan mengandung sistein. Fungsi melanin
adalah melindungi kulit dari efek radiasi ultraviolet yang
merusak.
Gambar sebuah melanosit.
2. Sel langerhans terutama di temukan di statum spinosum.
Sel ini berperan dalam sistem imun tubuh. Sel langerhans
mengenal,memfagosit dan memproses antigen asing dan
menyajikan pada limfosit T untuk memicu respon imun.
Karena itu sel ini berfungsi sebagai sel penyaji-antigen kulit
3. Sel merkel di temukan di lapisan basal epidermis dan
paling banyak di ujung jari. Karena sel ini berhubungan erat
dengan akson aferan (sensorik) tidak bermielin, sel ini di duga
berfungsi sebagai mekanoreseptor untuk mendeteksi tekanan.
2. Dermis , terdiri dari 2 lapis:
a. stratum papillare
lokasi : tepat di bawah epidermis,
terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur dengan sabut-sabut kolagen yang
halus.
Mempunyai tonjolan ke arah epidermis yang disebit dermal papil.
Kaya akan pembuluh darah sehingga disebut stratum spongiosum
b. stratum retikulare
lokasi : di bawah stratum papillare,
terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur dengan sabut-sabut kolagen yang
kasar,
kapiler jaringan,
sabut tampak lebih padat sehingga disebut stratum compactum
Jenis Kulit
1. Kulit Tebal
Epidermis tebal (400-600 mikrometer), terutama pada stratum korneum
Dermis relatif tipis
Tidak berambut
Terdapat pada kulit telapak tangan dan telapak kaki
Terdapat finger mark (sidik jari) yaitu lekukan-lekukan pada epidermis yang
khas pada tiap individu dan bersifat herediter, serta polanya tidak akan berubah
seiring bertambah tua umur seseorang
2. Kulit Tipis
Epidermis tipis (75-150 mikrometer), terutama pada stratum korneum
Berambut
Terdapat pada seluruh tubuh kecuali bagian telapak tangan dan telapak kaki
Derivat Kulit
A. Kuku
Kuku, kuku jari tangan dan kuku jari kaki adalah lempeng pelindung yang
berasal dari perpanjangan epidermis ke dalam lapisan dermis.
1. Kuku adalah lempeng keratin keras berlekuk yang terletak di atas dasar
kuku yang nutrisinya disuplai dari pembuluh darah.
2. Badan kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam di kulit. Pertumbuhan
kuku kira-kira 0,5 mm per minggu.
3. Kutikel (eponikium) adalah lipatan epidermis berlekuk yang menutup akar
kuku. Hiponokium adalah stratum korneum tebal dibawah ujung lepas kuku.
4. Lunula adalah area kaputihan berbentuk melengkung dekat kutikel.
B. Rambut
Rambut atau pili ada pada hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sebagian besar
berupa rabut vellus yang kecil dan tidak berwarna. Rambut terminal biasanya
kasar dan dapat dilihat. Rambut ini tertanam di dalam kulit kepala, alis, dan bulu
mata. Ketika masa pubertas rabut ini akan menggantikan posisi rambut vellus di
area ketiak dan pubis sebagai bagian dari karakteristik seksual sekunder.
1. Rambut berasal dari folikel rambut yang terbentuk sebelum lahir melalui
pertumbuhan dari epidermis ke dalam dermis.
a. Folikel rambut tubular membengkak pada bagian dasarnya, kemudian
membentuk bulbus rambut. Bulbus ini kemudian diinvaginasi suatu massa
yang tersusun dari jaringan ikat renggang, pembuluh darah, dan saraf yang
disebut papila dermal yang memberi nutrisi pada pertumbuhan rambut.
b. Sel-sel bulbus rambut yang terletak di atas papila disebut matriks germinal
rambut, dan analog dengan sel-sel stratum basalis pads epidermis. Setelah
mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah pada papila, sel-sel matriks
germinal kemudian membelah dan terdorong ke arah permukaan kulit
untuk menjadi rambut yang terkratinisasi penuh.
2. Rambut terdiri dari akar, bagian yang tertanam dalam folikel dan batang I
bagian atas permukaan kulit.
a. Kutikel adala lapisan terluar yang tersusun dari sel-sel mati ynag bersisik.
b. Lorteks adalah lapisan tengah yang terkeratinisasi, membentk bagian
utama batang rambut. Bagian ini mengandung jumlah pigmen beragam
yang menentukan warna rambut.
c. Sebuah medula, tersusun dari dua sampai lapisan sel. Pertumbuhan medula
buruk bahkan seringkali tidak terjadi, terutama pada rambu pirang.
3. Otot erektor pili adalah pita tipis otot yang berhubungan dengan folikel
rambut. Kontraksi otot ini menyebabkan ujung-ujung rambut berdiri
(merinding) dan mengakibatkan keluarnya sekresi kelenjar sebasea.
4. Pertumbuhan rambut biasanya bersifat siklus.
a. Ada periode pertumbuhan pasti yang diikuti dengan fase istirahat, jika
rambut telah mencapai batas pertumbuhan maksimal.
(1) Selama masa istirahat, bagian dasar rambut berybah menjadi suatu masa
terkeratinisasi menyerupai pentungan yang tetap melekat pada folikel.
(2) Setelah masa istirahat bulbus rambut yang baru terbentuk dari bagian
bawah massa yang lama. Rambut baru yang mendorong kelenjar rambut
yang lama, sehingga rambut lama menjadi rontok.
(3) Di suatu saat tertentu, 90% rambut kepala sedang tumbuh dengan aktif,
sedangkan 10% sisanya istirahat.
b. Rambut di kulit kepala tumbuh dalam masa 2-6 tahun dan kemudian
memasuki fase istirahat selama 3 bula seelum rontok.
c. Rambut di tubuh tumbuh sepanjang kira-kira 0,05 inchi?/ minggu.
Sedangkan rambut pada kulit kepala membutuhkan waktu sekitar 7
minggu untuk dapat tumbuh sepanjang 1 inchi.
d. Kebotakan adalah suatu deteriorasi folikel yang progresif. Prevalensunya
lebih besar laki-laki karena memiliki karakteristik pengaruh genetik
kelamin yang akan muncul jika hormon laki-laki ada dalam tubuh.
Penampang rambut mempengaruhi sifat rambut
- Rambut lurus mempunyai penampang melintang bundar
- Rambut berombak mempunyai penampang lonjong
- Rambut keriting mempunyai penampang elips atau seperti ginjal
Kelenjar
Kelenjar keringat (sudoriferus)
Jenis sel pada bagian sekresi kelenjar keringat ( derivate kulit )
a. Sel gelap : sel pyramid yang melapisi sebagian besar permukaan luminal
bagian kelenjar.
b. Sel bening : bagian yang tidak mengandung granula sekretoris.
Terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan struktur dan lokasinya.
a. Kelenjar keringat ekrin adalah kelenjar tubular simpel dan berpilin
serta tidak berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini
penyebarannya meluas ke seluruh tubuh, terutama pada telapak tangan,
telapak kaki, dan dahi. Sekresi dari kelenjar ini mengandung air dan
membantu pendinginan evaporatif tubuh untuk mempertahankan suhu
tubuh.
b. Kelenjar keringat apokrin adalah kelenjar keringat terspesialisasi yang
besar dan bercabang dengan penyebaran yang terbatas. Kelenjar ini
ditemukan pada aksila, areola payudara, dan regia anogenital.
(1) Kelenjar apokrin yang ditemukan di lipatan ketiak dan area anogenital
memiliki duktus yang membuka ke bagian atas folikel rambut. Kelenjar
ini mulai berfungsi pada masa pubertas untuk merespon stres atau
kegembiraan dengan mengeluakan semacam sekresi tidak berbau yang
kemudia akan berbau jika bereaksi dengan bakteri.
(2) Kelenjar seruminosa pada saluran telinga menghasilkan serummen atau
getah telinga, dan kelenjar silisris moll pada kelopak mata juga
termasuk kelenjar apokrin.
(3) Kelenjar mammae adalah kelenjar apokrin termodifikasi yang
mengalami spesialisasi untuk memproduksi susu.
Kelenjar sebasea
Mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel rambut. Kelenjar
sebasea, rambut, kelenjar keringat apokrin membentuk unit polisebasea, tetapi
terbentuk pada rambut di area genetalia, bibir, putting susu, dan areola
payudara.
a. Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin (sel-sel sekretoro menghilang
selama sekresi sebum).
b. Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan sel. Zat ini
berfungsi sebagai emoliens atau pelembut kulit dan merupakan suatu
barier terhadap evaporasi. Zat ini juga memiliki aktivitas bakterisida.
Reseptor Kulit :
Kulit adalah reseptor sensorik yang paling luas.
- Ujung saraf bebas terletak di dalam : epidermis, folikel rambut, kelenjar
kutaneus, dermis, dan subkutis. Ujung saraf ini sensitive terhadap rabaan,
tekanan, sensasi taktil, suhu, nyeri, gatal, dan lain sebagainya.
- Ujung saraf melebar : ujung Ruffini
- Ujung saraf bersimpai : badan vater-Paccini, badan meissner, dan badan
Krause.
Reseptor nyeri:
- Reseptor nyeri mekanosensitif, beberapa serat nyeri hampir seluruhnya
terangsang oleh stress mekanis berlebihan atau kerusakan mekanis pada
jaringan.
- Reseptor nyeri termosensitif, sensitive dengan panas atau dingin yang
ekstrim.
- Reseptor nyeri kemosensitif, sensitive terhadap berbagai zat kimia.
Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain
Ujung Saraf Bebas
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada banyak
jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.Serat akhir
saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf
bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya
sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel
epidermis.Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin
berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum.Serat yang
berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu.Sehubungan dengan
folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan
melingkari folikel rambut dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus.Pada epidermis
berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk
badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel).Badan ini
merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma.Seperti
mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan
kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di
bawahnya.Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon
rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin.
Korpuskulus Peraba (Meissner)
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada
ujung jari, bibir, puting dan genetalia.Bentuknya silindris, sumbu panjangnya
tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya
sekitar 40 mikron.Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium
saraf yang menyuplai setiap korpuskel.Pada bagian tengah korpuskel terdapat
setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal.Beberapa sel saraf menyuplai
setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang
mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin.Korpuskulus ini peka
terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik
(mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini)
Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada
telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo,
ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar
(panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat
dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga
telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus.Akson saraf
banyak mengandung mitokondria.Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang
tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng).Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan
dua alur longitudinal pada sisinya.
Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.
Korpuskulus Gelembung (Krause)
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan
genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut.Korpuskel ini
berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron.Mempunyai sebuah
kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat
bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel
schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai
akhir saraf yang menggelembung sebagai gada.Korpuskel ini jumlahnya
semakin berkurang dengan bertambahnya usia.Korpuskel ini berguna sebagai
mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
Korpuskulus Ruffini
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula
sendi.Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung
akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor,
karena mirip dengan organ tendo golgi.
Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang
terbungkus dalam kapsula berlamela.Akhir saraf tak bermielin yang bebas,
bercabang disekitar berkas tendonya.Korpuskulus ini terangsang oleh regangan
atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.
2. Histologi
2. Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh,
yang terdiri atas 2 lapisan :
1. Epitel yang disebut epidermis
2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm.
Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis
yang pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.
Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi menjadi :
-Kulit Tebal
-Kulit Tipis
KULIT TEBAL
Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel
rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang
dipisahkan oleh alur – alur dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari
epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang
dipisahkan oleh tonjolan epidermis.
Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula
sudorifera untuk menembus epidermis
Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit
untuk sintesa melanin.
Disamping sel – sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu sel
Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.
Struktur histologis
Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:
1. Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum karena
paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel.
Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris
atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir – butir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum
germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel – sel dari stratum
basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral dan
pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan –
tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai
jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari
sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel seperti
belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk seperti
sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir – butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir – butir
keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir keratohyalin
semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai
dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.
Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah
atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan
mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum
corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat.
Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari
keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali
lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan
antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang
disebut sebagai stratum disjunctivum
Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk papilla
corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar
dengan serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut – serabut kolagen
kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Di dalamnya
selain terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya
mangandung butir – butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang
akan bermuara pada epidermis.
3. KULIT TIPIS
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan
kulit tebal.Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di
tubuh.
Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa
perbedaan :
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
Subcutis atau Hypodermis
Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.
Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis.Pada
daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai mencapai 3cm atau
lebih,misalnya pada perut.Didalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.
Nutrisi Kulit
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal dari
jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat
dalam celah-celah di antara sel-sel stratum Malphigi.
Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi
Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan
sedikit granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat
jarang.Tonofilamen yang terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam sel daerah
basal masih tidak begitu pada susunannya.
Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan
nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir
selubung membran atau keratinosum dan mengandung enzim fosfatase asam di duga
terlibat dalam pengelupasan stratum corneum.
Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya juga
karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara berkas
tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir keratohialin dalam sediaan dasar.
Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang,
dan keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan
kehilangan bentuk tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.
Sistem pigmentasi atau melanosit
Warna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :
a. Kuning disebabkan karena karoten
b. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobin
c. Coklat sampai hitam karena melanin.
Hanya melanin yang dibentuk di kulit.
Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang terdapat di stratum Malphigi yang
dinamakan melanosit.Melanosit terdapat pada perbatasan epidermis-epidermis dengan
tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi butir-butir ,melanin menjalar di antara sel
Malphigi.melanosit tidak mamiliki desmosom dengan sel-sel Malphigi.
Jumlah melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat pada
genital,mulut,dan sebagainya.
Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen yang dihasilkan oleh melanosit dan
jumlah yang di pindahkan ke keratinosit.
Butir-butir melanin dibentuk dalam bangunan khusus dalam sel yang dinamakan
melanosom.Melanosom berbentuk ovoid dengan ukuran sekitar 0,2-0,6 mikron.
Apabila dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan menyebabkan albino.
Melanin di duga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar ultraviolet.
Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan melanofor pada
dermis.
Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum spinosum dari
epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu
mengikat, mengolah, dam menyajikan antigen kepada limfosit T, yang berperan dalam
perangsangan sel limfosit T.
Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki desmosom biasanya
terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga terdapat di daerah dekat anyaman
pembuluh darah dan serabut syaraf. Berfungsi sebagai penerima rangsang sensoris.
Hubungan antara Epidermis dan Dermis
Epidermis melekat erat pada dermis dibawahnya karena beberapa hal:
Adanya papila corii
Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis
Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel basal
epidermis.
4. Adneksa Kulit
Glandula Sudorifera
bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal terutama
pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan ductus
ekskretorius.
- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan
bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis. Kadang-
kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di luar sel epitel
tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabang-cabang dinamakan: sel
mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk membantu pengeluaran keringat
kedalam duktus ekskretorius
- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua.
Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat
apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula mammae dan glandula
areolaris Montogomery
Glandula Sebacea
Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak
(sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini
bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali pada
palpebra, papila mammae, labia minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel
rambut.
Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis.Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki,
bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut pada daerah-daerah
tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon
kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap
rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama
masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada
dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan
kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.
Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak papila
dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang akan membentuk
medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari akar rambut membelah dan
berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok padat yang berkeratin banyak, yang
akan membentuk korteks rambut. Lebih ke tepi terdapat sel-sel yang menghasilkan
kutikula rambut, sel-sel paling luar menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang
memisahkan folikel rambut dari dermis ialah lapisan hialin nonseluler, yaitu membran
seperti kaca (glassy membrane), yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung
akar rambut dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas
lapisan tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan bagian yang
bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang terdiri atas sel-sel
yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin di
dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis.
Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang
yang telah mengalami keratinisasi dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan
erat dengan selubung akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel
epidermis dan dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan
epidermis.
Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang rambut.
kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin, ketakutan ataupun
kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga menimbulkan lekukan pada kulit tempat
otot ini melekat pada dermis, sehingga menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu
roma. Sedangkan warna rambut disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan
pigmen dalam sel-sel medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan
memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui mekanisme yang serupa dengan yang
dibahas bagi epidermis.
Kuku
Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal.
Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan yang terjadi
pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan terjadilah sulcus matricis
unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan mengadakan proliferasi dan dibagian atas
akan menjadi substansi kuku sebagai keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah
lempeng kuku disebut nail bed. Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alur
kuku adalah akar kuku(radix unguis).
Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar
epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum basale
dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal kuku disebut
sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum corneum
membentuk hyponychium.
5. Macam–macam Keratin
Di dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin lunak dan
keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut juga terdapat di
permukaan kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya pada epidermis yang dimulai dari
stratum granulosum dengan butir-butir keratohyalinnya, kemudian sel-sel menjadi jernih
pada stratum lucidum dan selanjutnya menjadi stratum korneum yang dapat dilepaskan.
Sedangkan keratin keras terdapat pada cuticula, cortex rambut dan kuku. Keratin keras
dapat diikuti terjadinya mulai dari sel-sel epidermis yang mengalami perubahan sedikit
demi sedikit dan akhirnya berubah menjadi keratin keras yang lebih homogen. Keratin
keras juga lebih padat dan tidak dilepaskan, serta tidak begitu reaktif dan mengandung
lebih banyak sulfur.
Regenerasi Kulit
Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis dan
subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda,
semakin bagus regenerasinya.
1. Fisiologi
. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis. Hal tsb
dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan
penunjang yang berperanan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit
yang melindungi kontak zat-zat kimia dan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk
dari hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH
5 - 6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses
kreatinisasi juga berperan sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri
secara teratur.
2. Fungsi absorbsi,
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel,
menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang
melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi,
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak beguna lagi atau sisa metabolisme
dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dana amonia. Sebum yang diproduksi melindungi
kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang
berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat di kulit
menyebabkan keasaman kulit pada pH 5 - 6.5.
4. Fungsi persepsi,
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan
panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan
oleh badan-badan krause yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan markel ranvier yang terletak di epidermis.
Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan paccini di epidemis. Saraf-saraf sensorik
tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh,
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan
kulit mendapat nutrisi yang cukup baik.
6. Fungsi pembentukan pigmen,
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf.
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah serta
besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu. Warna
kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit,
reduksi Hb dan karoten.
7. Fungsi pembentukan vit D,
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar
keringat dan otot-otot di bawah kulit
2. Patologi
1. Akne Vulgaris
Merupakan proses peradangan kronik kelenjar sebasea karena tingginya produksi
sebum.
Yang merangsang produksi sebum adalah androgen dan yang menekan adalah
esterogen.
Akne biasanya muncul pada usia pubertas, untuk wanita usia 20 tahun ke atas,
apabila terdapat akne biasanya dikarenakan oleh kosmetik dan penanganan yang
salah pada akne yang sudeh ada sehingga memicu munculnya akne lagi.
Mekanisme munculnya akne:
Ada yangberupa komedo putih yang akan menjadi pustula dan papula
Ada yang berupa komedo hitam yang menutup saluran sebum. Di situ juga
terdapat bakteri Propionibacterium acnes yang menghasilkan lipase yang
mengubah sebum trigiserida menjadi asam lemak bebas, sehingga akan timbul
peradangan dermis. Peradangan itu akan membentuk pustula dan kista. Pada
saatnya, pustula dan kista akan pecah, kering, dan sembuh.
2. Eksema
è Merupakan segala jenis lesi kulit yang disertai kemerahan, lepuh, basah, skuama,
menebal, dan gatal.
è Macamnya: eksema atopik, eksema kontak alergi, eksema tangan, neurodermatitis,
dermatitis seboroik.
3. Infeksi
a. Infeksi oleh virus
è Kutil: oleh HPV
è Moluskum Kontangiosum
è Herpes simpleks
è Varisela
è Herpes zoster
è Eksantema virus
b. Infeksi oleh jamur
è Kandidiasis
c. Infeksi oleh bakteri
è Impetigo
è Selulitis
è Erisipelas
è Eritrasma
è trikomikosis
4. Tumor
2.PARASITOLOGI
Definisi
ilmu yang mempelajari organisme yang hidup/ tinggal pada atau di dalam organisme
lain secara permanen atau sementara dengan tujuan untuk mengambil makanan melalui
hubungan diantara keduanya (Brown, 1994).
Dari definisi tersebut menunjukkan adanya dua macam organisme yang penting yaitu
yang berperan sebagai parasit dan ada yang berperan sebagai hospes/inang. Hubungan
yang terjadi diantaranya keduanya disebut sebagai host-parasite relationship yang
meliputi ;
1. Simbiosis : hubungan diantara dua organisme yang tidak saling merugikan.
a. Simbiosis mutualisme : hubungan diantara dua organisme yang saling
menguntungkan
b. Simbiosis komensalisme: hubungan diantara organisme yang menguntungkan
salah satu organisme dan tidak merugikan yang lainnya.
2. Parasitisme : hubungan timbal balik diantara dua organisme yang merugikan salah
satu pihak.
1.0.1 Berdasar tempat hidup
- Ektoparasit : hanya hidup di luar tubuh, tidak mempengaruhi metabolisme
Bersifat investasi
Contoh : kutu rambut, scabies
- Endoparasit : hidup di dalam sel, mempengaruhi metabolisme
Bersifat infeksi, infeksi ada 3 macam :
Reinfeksi : sudah pernah terinfeksi, lalu terinfeksi kembali
Superinfeksi : sudah terinfeksi, lalu terinfeksi lagi, dan
akibatnya lebih parah
Autoinfeksi : terinfeksi oleh diri sendiri
Contoh : malaria, Enterobius vermicularis
1.0.2 Berdasar sifat parasitisme
Parasit obligat (permanen) à simbiosis
Parasit fakultatif (opportunist) à Acanthamoeba, Naegleria
fowleri
Parasit temporer / intermiten à Strongyloides
stercoralis
Parasit koprozoik / spuria à parasit insidentil
Zoonosis à parasit hewan ke manusia
ex. Balantidiasis, Fascioliasis hepatica
Anthroponosis à parasit manusia ke hewan
ex. Trypanosomiasis
3.2 Hospes
- Hospes definitif : organisme yang merupakan hospes sebenarnya dari suatu parsit,
yaitu hospes yang ditumpangi parasit dalam bentuk dewasa dan menjadi tempat
berlangsungnya reproduksi seksual.
Contoh : manusia merupakan hospes definitif dari Ascaris lumbricoides.
- Hospes intermediet : hospes yang menjadi perantara tertularnya penyakit parasit, di
dalam hospes ini parasit dalam bentuk larva dan tempat berlangsungnya reproduksi
aseksual.
Contoh : Nyamuk merupakan hospes intermediet dari filariasis.
- Hospes paratenik : hospes yang menjadi tempat istirahat bagi stadium larva parasit
tertentu.
Contoh : Sistiserkus pada sapi dan babi.
- Hospes reservoir : hospes yang terus-menerus bertindak sebagai sumber penularan
dari penyakit parasit.
Contoh : kera di daerah sumatera sebagai hospes reservoir malayan filariasis.
3.3 Vektor
Organisme yang dapat membawa atau memindahkan penyebab suatu penyakit
parasit dari satu hospes ke hospes lainnya.
- Vektor Biologis : di dalam vektor tersebut parasit dapat mengalami perkembangan :
- propagative development : jumlah parasit berubah : Toxoplasma
- cyclo-development ; bentuk/stadiumnya berubah: Filaria
- cyclo-propagative development : bentuk dan jumlah berubah: Plasmodium
- Vektor mekanis : di dalam tubuh vektor parasit tidak mengalami perubahan apapun.
3.4 Materi pembahasan Parasitologi Kedokteran :
Helminthology : mempelajari parasit cacing (helminth) yang termasuk dalam
phyllum berikut ini.
- Nemathelminthes : Nematoda
- Platyhelminthes : Cestoda dan Trematoda
Protozoology : mempelajari organisme ber sel satu yang hidup sebagai parasit
Entomology : mempelajari serangga (arthropoda) yang pending dalam ilmu
kedokteran
- Arthropoda : Crustacea, Arachnida, Insecta / Hexapoda, Chilopoda,
Diplopoda
3.5 Epidemiologi Parasit:
→ menunjukkan manifestasi penyakit parasit pada suatu komunitas atau populasi.
Dikenal istilah :
- Endemi : apabila prevalensi suatu penyakit parasit di suatu wilayah cenderung
tetap/stabil pada level moderat.
- Hiperendemi: apabila prevalensinya meningkat di suatu populasi
- Epidemi : apabila terjadi peningkatan yang tajam dari insiden atau terjadi wabah.
- Pandemi : apabila penyebaran penyakit meliputi wilayah yang luas di dunia.
- Sporadis : apabila hanya muncul kadang-kadang pada satu atu beberapa komunitas.
Penularan parasit terjadi melibatkan 3 faktor :
1. Sumber infeksi dan model penularan (mode of transmission)
2. hospes (susceptible host)
3. Lingkungan :fisik, biologis dan sosial-budaya
4. Tersedianya vektor
1. Keadaan penduduk (kepadatan, sosial, pendidikan, dll)
2. Distribusi kosmopolit, regional, lokal
Interaksi dari ketiga faktor tersebut terjadi pada siklus hidup yang masing-masing
parasit tidak sama. Oleh karena itu upaya-upaya pencegahan dilakukan dengan
memutus rantai siklus hidup.
3.6 Penyakit parasit yang banyak ditemukan di Indonesia :
1. Helminthology :
- Askariasis
- Ankylostomiasis
- Enterobiasis
- Filariasis
- Schistosomiasis japonica
- Taeniasis dan sistiserkosis
- Trikuriasis
2. Protozology :
- Amoebiasis
- Giardiasis
- Malaria
- Toxoplasmosis
- Trikomoniasis vaginalis
3. Entomology:
- Skabies
- Dengue fever/DHF: Aedes aegypti
- Chikunguya : Aedes albopictus
- Malaria: Anopheles
- Insect bite : Scorpion, Black Widow Spider, Centipedes,
Millipedes
Pada beberapa dekade terakhir terdapat kecenderungan meningkatnya prevalensi
beberapa penyakit parasit di Indonesia, sehingga disebut re-emerging diseases :
- demam berdarah dengue
- demam chikunguya
- malaria
- taeniasis sistiserkosis
3.6 Kontrol arthropoda
1. Kontrol Lingkungan
Cara ini merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya
dapat bersifat permanen. Misalnya, membersihkan tempat-tempat hidup
arthropoda.
2. Kontrol Kimia
Cara ini menggunakan golongan insektisida seperti :
• golongan organochlorin
• golongan organoposgat
• golongan carbomate,
tetapi sering terjadi resistensi dan dapat menimbulkan kontaminasi lingkungan.
3. Kontrol Biologi
Ditujukan untuk mengurangi polusi lingkungan akibat pemakaian insektisida yang
berasal dari bahan-bahan beracun.Misalnya, memelihara ikan.
4. Kontrol Genetik
Ada beberapa teknik :
• Steril Technique
• Citoplasmic Incompatibility
• Choromosomal Translokasi
i. Morfologi dan siklus hidup
Morfologi menjelaskan mengenai bentuk parasit dan stadiumnya, seperti telur,
larva, dan dewasa. Dijelaskan pula tentang ciri khas dari parasit untuk membedakan
dengan parasit lainnya. Morfologi ini merupakan dasar identifikasi parasit yang
mendukung diagnosis.
Siklus hidup menjelaskan tentang tahap-tahap pertumbuhan atau perkembangan
parasit beserta habitatnya, sehingga penting berkaitan dengan patogenesis
timbulnya penyakit. Dalam siklus hidupnya, parasit mengalami beberapa tingkat
perubahan bentuk. Siklus hidup parasit dibedakan menjadi :
a. Daur hidup langsung / sederhana
Dalam siklus langsung ini stadium infektif dari parasit yang dilepaskan oleh
hospes 1 langsung diambil atau seringkali dimakan oleh hospes lain,
kemudian parasit ini tumbuh dan berkembang dalam hospes lain ini.
b. Daur hidup tak langsung
Dalam daur hidup tak langsung ini parasit memerlukan lebih dari satu
hospes. Parasit ini membutuhkan hospes definitif dan juga hospes
intermediate.
Siklus hidup parasit ini penting sekali diketahui karena sangat berhubungan dengan
pencegahan dan pemeberantasan penyakit parasit tersebut.
ii. Mekanisme transmisi
Adalah mekanisme terjadinya penularan suatu penyakit parasit. Penularan penyakit
dapat terjadi karena berpindahnya stadium infektif dari parasit dari satu hospes ke
hospes lainnya melalui jalan masuk yang disebut portal of entry . dan dikeluarkan
meninggalkan tubuh hospes melalui jalan keluar tertentu yang disebut portal of
extry dengan cara perpindahan tertentu (mode of transmission).
portal of entry
a. Mulut à protozoa usus, nematoda usus
b. Menembus kulit à Ancylostoma duodenale
c. Gigitan arthropoda à baik sebagai vektor atau ektoparasit à
anopheles, scabies
d. Inhalasi à telur cacing Enterobius vermicularis
e. Transplacental à Toxoplasma gondii
f. Transmammary à Strongyloides stercoralis
g. Hub seksual à Trichomonas vaginalis
h. Transfusi darah à Plasmodium sp.
portal of extry
parasit dapat keluar masuk melalui saluran pencernaan, perkemihan,
genetalia, kulit, dan membran mukosa yang rusak, dan juga darah.
iii. Sumber infeksi/ hospes reservoir
Sumber infeksi dapat berupa makhluk hidup dan benda mati, meliputi
Manusia : penderita, orang sehat yang mengandung parasit (karier).
Binatang : binatang peliharaan, ternak, binatang buas/liar, dan
serangga.
Benda mati : tanah, air, sayuran, pakaian, dan benda lain yang
terkontaminasi parasit.
Contoh :
1. Tanah terkontaminasi à Ascariasis
2. Air terkontaminasi à Amoebiasis, Giardiasis
3. Makanan yg mengandung stadium infektif à ikan air tawar à Dyphillobotriasis,
daging babi à Trichinellosis, Taeniasis
4. Arthropoda penghisap darah à nyamuk Anopheles, Xenopsilla cheopsis
5. Tumbuhan air à Trapa sp. à Fasciolopsiasis
6. Dari diri sendiri à Strongyloidiasis, Enterobiasis
7. Manusia lain à Entamoeba histolytica
iv. Patofisioligi dan gejala klinis
Menjelaskan tentang proses patologis yang terjadi di ddalam tubuh hospes setelah
parasit masuk sehingga menimbulkan gejala klinis. Proses patologis tersebut
dipengaruhi keadaan hospes, seperti umur, ras, status gizi, daya tahan tubuh, dan
organ yang diserang serta dipengaruhi parasit itu sendiri, seperti jumlah, stadium,
dan daya patogenitasnya.
v. Diagnosis dan terapi
Diagnosis penyakit parasit ditegakkan berdasarkan anamnesis seperti riwayat pergi
ke daerah endemik atau tinggal di wilayah endemik, pemeriksaan fisik sesuai gejala
klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi parasit serta pemeriksaan
penunjang seperti USG, CT-scan, radiologi, dan biopsi. Bahan yang diperiksa
tergantung jenis parasit dan habitatnya, meliputi tinja, urin, feses, dan sputum
jaringan.
vi. Usaha-usaha pencegahan
Menjelaskan mengenai upaya-upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk
mencegah perkembangan suatu penyakit parasit. Upaya tersebut harus didasari
pengetahuan tentang siklus hidup parasit karena dilakukan dengan memutus rantai
siklus hidup parasit. Selain itu juga meliputi pengobatan terhadap sumber infeksi.
PERAN ARTHROPODA DALAM KEDOKTERAN
1. Artropoda yg menularkan penyakit (vektor dan hospes perantara)
2. Artropoda yg menyebabkan penyakit (parasitik)
3. Artropoda yg menimbulkan kelainan krn toksin yg dikeluarkan
4. Artropoda yg menyebabkan alergi
5. Artropoda yg menyebabkan entomofobia
ARTHROPODA PENYEBAB ALERGI :
1. Kontak Langsung
a. Kupu-kupu (butterfly, moth) à Lepidopterisme
b. Larva kupu-kupu à erusisme / caterpillar dermatitis
c. Tungau Dermatophagoides ( TDR )
2. Sengatan
a. Lebah (Hymenoptera)
b. Kalajengking (Scorpionida) à Centruroides
3. Gigitan
a. Kelabang (Chilopoda/centipedes)
b. Laba-laba (Arachnea)
c. Cimex (Hemiptera)
d. Sengkenit – ticks (Acarina)
PENYAKIT YANG DISEBABKAN ARTHROPODA
1. Skabies
2. Demodisiosis
3. Pedikulosis
4. Pthirisiasis
5. Myasis
ARTHROPODA PENYEBAB ALERGI
1. Kontak langsung:
a. Kupu-kupu: kontak dengan bulu di ventral abdomen
b. Ulat: bulunya mengandung toksik menyebabkan produksi histamin
2. Sengatan
a. Lebah: mengandung toksin yang bisa menyebabkankematian apabila tersengat
berkali-kali dalam suatu waktu
b. Kalajengking: mempunyai penyengat yang dapat menyebabkan alergi.
3. Gigitan
a. Kelabang: mengeluarkan toksin yang mengandung antikoagulan
b. Laba-laba
c. Cimex: kutu busuk, bisa menyebabkan dermatitis
d. sengkenit
Sistematika Parastologi Kedokteranvii. Penyebaran penyakit/distribusi geografis
Dijelaskan mengenai penyebaran penyakit di dunia serta faktor-faktor lingkungan,
musim, budaya, dan kebiasaan masyarakat yang mempengaruhinya.
Dikenal istilah :
- Endemi : apabila prevalensi suatu penyakit parasit di suatu wilayah cenderung
tetap/stabil pada level moderat.
- Hiperendemi: apabila prevalensinya meningkat di suatu populasi
- Epidemi : apabila terjadi peningkatan yang tajam dari insiden atau terjadi
wabah.
- Pandemi : apabila penyebaran penyakit meliputi wilayah yang luas di dunia.
- Sporadis : apabila hanya muncul kadang-kadang pada satu atu beberapa
komunitas.
Penularan parasit terjadi melibatkan 5 faktor :
3. Sumber infeksi (penderita ataupun hospes reservoir)4. Keadaan ling`kungan (iklim, curah hujan, kelembaban suhu, sinar matahari,
sanitasi, dll)5. Tersedianya vektor6. Keadaan penduduk (kepadatan, sosial, pendidikan, dll)7. Distribusi kosmopolit, regional, lokal
Interaksi dari faktor tersebut terjadi pada siklus hidup yang masing-masing parasit
tidak sama. Oleh karena itu upaya-upaya pencegahan dilakukan dengan memutus
rantai siklus hidup.
viii. Habitat → klasifikasi parasit
Habitat adalah organ atau bagian tubuh tertentu dari hospes yang menjadi tempat
tinggal parasit. Klasifikasi parasit dapat berdasarkan habitatnya seperti nematoda
usus, darah, dan jaringan.
ix. Morfologi dan siklus hidup
Morfologi menjelaskan mengenai bentuk parasit dan stadiumnya, seperti telur,
larva, dan dewasa. Dijelaskan pula tentang ciri khas dari parasit untuk membedakan
dengan parasit lainnya. Morfologi ini merupakan dasar identifikasi parasit yang
mendukung diagnosis.
Siklus hidup menjelaskan tentang tahap-tahap pertumbuhan atau perkembangan parasit beserta habitatnya, sehingga penting berkaitan dengan patogenesis timbulnya penyakit. Dalam siklus hidupnya, parasit mengalami beberapa tingkat perubahan bentuk. Siklus hidup parasit dibedakan menjadi :
c. Daur hidup langsung / sederhanaDalam siklus langsung ini stadium infektif dari parasit yang dilepaskan oleh hospes 1 langsung diambil atau seringkali dimakan oleh hospes lain, kemudian parasit ini tumbuh dan berkembang dalam hospes lain ini.
d. Daur hidup tak langsungDalam daur hidup tak langsung ini parasit memerlukan lebih dari satu hospes. Parasit ini membutuhkan hospes definitif dan juga hospes intermediate.
Siklus hidup parasit ini penting sekali diketahui karena sangat berhubungan dengan pencegahan dan pemeberantasan penyakit parasit tersebut.
x. Mekanisme transmisi
Adalah mekanisme terjadinya penularan suatu penyakit parasit. Penularan penyakit
dapat terjadi karena berpindahnya stadium infektif dari parasit dari satu hospes ke
hospes lainnya melalui jalan masuk yang disebut portal of entry . dan dikeluarkan
meninggalkan tubuh hospes melalui jalan keluar tertentu yang disebut portal of
extry dengan cara perpindahan tertentu (mode of transmission).
portal of entry
a. Mulut à protozoa usus, nematoda usus
b. Menembus kulit à Ancylostoma duodenale
c. Gigitan arthropoda à baik sebagai vektor atau ektoparasit à
anopheles, scabies
d. Inhalasi à telur cacing Enterobius vermicularis
e. Transplacental à Toxoplasma gondii
f. Transmammary à Strongyloides stercoralis
g. Hub seksual à Trichomonas vaginalis
h. Transfusi darah à Plasmodium sp.
portal of extry
parasit dapat keluar masuk melalui saluran pencernaan, perkemihan,
genetalia, kulit, dan membran mukosa yang rusak, dan juga darah.
xi. Sumber infeksi/ hospes reservoir
Sumber infeksi dapat berupa makhluk hidup dan benda mati, meliputi
Manusia : penderita, orang sehat yang mengandung parasit (karier).
Binatang : binatang peliharaan, ternak, binatang buas/liar, dan
serangga.
Benda mati : tanah, air, sayuran, pakaian, dan benda lain yang
terkontaminasi parasit.
Contoh :
8. Tanah terkontaminasi à Ascariasis
9. Air terkontaminasi à Amoebiasis, Giardiasis
10. Makanan yg mengandung stadium infektif à ikan air tawar à Dyphillobotriasis,
daging babi à Trichinellosis, Taeniasis
11. Arthropoda penghisap darah à nyamuk Anopheles, Xenopsilla cheopsis
12. Tumbuhan air à Trapa sp. à Fasciolopsiasis
13. Dari diri sendiri à Strongyloidiasis, Enterobiasis
14. Manusia lain à Entamoeba histolytica
xii. Patofisioligi dan gejala klinis
Menjelaskan tentang proses patologis yang terjadi di ddalam tubuh hospes setelah
parasit masuk sehingga menimbulkan gejala klinis. Proses patologis tersebut
dipengaruhi keadaan hospes, seperti umur, ras, status gizi, daya tahan tubuh, dan
organ yang diserang serta dipengaruhi parasit itu sendiri, seperti jumlah, stadium,
dan daya patogenitasnya.
xiii. Diagnosis dan terapi
Diagnosis penyakit parasit ditegakkan berdasarkan anamnesis seperti riwayat pergi
ke daerah endemik atau tinggal di wilayah endemik, pemeriksaan fisik sesuai gejala
klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi parasit serta pemeriksaan
penunjang seperti USG, CT-scan, radiologi, dan biopsi. Bahan yang diperiksa
tergantung jenis parasit dan habitatnya, meliputi tinja, urin, feses, dan sputum
jaringan.
xiv. Usaha-usaha pencegahan
Menjelaskan mengenai upaya-upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk
mencegah perkembangan suatu penyakit parasit. Upaya tersebut harus didasari
pengetahuan tentang siklus hidup parasit karena dilakukan dengan memutus rantai
siklus hidup parasit. Selain itu juga meliputi pengobatan terhadap sumber infeksi.
3.MIKROBIOLOGI (FLORA NORMAL)
Flora Normal
Jenis – Jenis Flora Normal:
a. Flora tetap (resident flora)
Terdiri atas mikroorganisme relatif menetap dan ditemukan pada
bagian tubuh tertentu manusia, jenisnya tergantung pada usia, jenis
kelamin, dan apabila berubah mereka akan segera kembali seperti semula.
b. Flora sementara (Transient flora)
Terdiri dari mikroorganisme non patogen atau potensial patogen
yang tinggal dikulit dan selaput mukosa selama 1 jam sampai beberapa
minggu. Umumnya berasal dari lingkungan sekitar. Pada kondisi normal
tidak menimbulkan penyakit kecuali flora resident sedang terganggu.
Peran penting flora normal:
1. Membantu pencernaan di usus dengan cara mempermudah penyerapan
makanan di usus (Lactobacillus)
2. Membuat Vit K dan B kompleks
3. Mencegah kolonisasi kuman patogen
4. Menjaga keseimbangan lingkungan pada tubuh (menjaga pH tubuh)
Flora normal dapat merugikan jika :
1. Supresi terhadap kuman flora normal menyebabkan kekosongan, dan
digantikan oleh mikroba lingkungan.
Contoh: - pemakaian antibiotika terlalu lama
- sering menggunakan bahan desinfektan pada tubuh tertentu untuk
menghilangkan bau badan
2. Pindah habitatnya.
Contoh: - dari beberapa bagian tubuh manusia melalui paralatan yang tidak
steril
- tangan manusia yang tidak cuci tangan
3. Pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen.
Contoh: - daya tahan tubuh menurun/stress
- trauma/luka
4. Kontaminasi pengambilan spesimen. apabila tidak aseptik, dapat
menyebabkan hasil positif palsu.
Flora normal dapat menjadi resisten jika kita mengkonsumsi antibiotic secara terus
menerus sehingga dapat menimbulkan penyakit bagi kita. Resisten ada 3 macam, yaitu
resisten bawaan (primer), resisten dapatan (sekunder), resisten episomal.
- Resisten bawaan (primer) : resisten alamiah, bakteri memiliki dinding sel yang
berguna untuk melindungi dirinya dari paparan antibiotic
- Resisten dapatan (sekunder) : kontak dengan antibiotic dalam waktu yang cukup
lama, sehingga menyebabkan flora mengalami mutasi atau adaptasi (membentuk
enzim yang dapat melawan efek obat)
- Resisten episomal : disebabkan factor genetic diluar kromosom, karena
berpindahnya plasmid dari bakteri yang resisten ke bakteri lain (baru) sehingga
bakteri baru tersebut resisten.
Contoh flora normal yang bersifat pathogen :
Banyak sisa makanan di dalam rongga mulut sehingga sisa makanan tersebut
diuraikann oleh bakteri. Penguraian sisa makanan tersebut menghasilkan asam yang
dapat menyebabkan demineralisasi pada email gigi. Demineralisasi yang terus
menerus pada email gigi dapat menyebabkan gigi berlubang.
Organ tubuh yang steril dari flora normal :
- Telinga tengah dan telinga dalam
- Laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus, sinus hidung
- Usus halus, hati, kandung empedu, peritoneum
Flora normal pada kulit
Mudah kontak dengan lingkungan (air,tanah,udara), maka cenderung
diketemukan kuman flora normal transient. Jumlah kuman flora normal
tidak selalu sama pada bagian tubuh, tergantung:
- Perbedaan sekresi
- Kebiasaan memakai pakaian
- Kebiasaan membersihkan badan
- Kedekatan dengan selaput lendir
- Jenis kelamin dan umur
Contoh :
Staphylococcus
Enterobacter
Streptococcus Sp
Corynebacterium
Flora normal pada mata
Mikroorganisme pada konjungtiva:
Corynebacterium Xerosis
Staphylococcus haemolyticus
Streptococcus nonhaemolyticus
Haemophilus Sp
Flora konjungtiva pada keadaan normal dikendalikan oleh kelanjar
airmata yang keluar dan mengandung lizosim.
Flora normal pada Sal Pernapasan
Kuman yang masuk hidung telah disaring oleh bulu-bulu hidung
namun masih sebagian bisa menempel sebagai penghuni flora normal.
Kuman penghuni mukosa hidung adalah :
Streptococcus haemolyticus
Staphylococcus Sp
Korinebacteria
Beberapa kuman asal mukosa hidung dapat masuk ke trakhea dan
bronkhi tapi segera dikeluarkan melalui mekanisme batuk.
Flora normal pada saluran pencernaan
Pada mulut bayi, sewaktu lahir steril, namun mudah terkontaminasi
melalui jalan lahir juga minum susu. Dalam 4-12 Jam setelah lahir, sudah
ditemukan streptococcus viridans kemudian staphylococcus, diplococcus,
mycoplasma ditambah flora-flora normal lain.
Pada lambung kosong, bebas dari mikroba. Umumnya mikroba masuk
bersama dengan makanan, namun mati karena pH dan asam lambung serta
enzim-enzim pencernaan lainnya. Namun ada beberapa mikroba yang tahan
terhadap pH dan asam lambung, seperti : Helicobacter pylori, Salmonella,
Shigella, V Colera.
Flora normal pada urogenital
Pada uretra: kuman pada uretra dapat mengakibatkan masalah seperti
kontaminasi saat pengambilan spesimen dan beberapa dapat menyebabkan
ISK (infeksi saluran kemih).
Pada vagina: pada bayi baru lahir, mulai muncul Lactobacillus
Bordelein yang berguna untuk mempertahankan pH asam. Pada masa muda,
campuran kokus dan basil menyebabkan pH menjadi netral. Kemudian
setelah menjadi pubertas, pH menjadi asam kembali akibat penguraian
glikogen oleh Lactobacillus. Pertahanan pH sangat penting untuk mencegah
kolonisasi kuman patogen.
Beberapa jenis hubungan tubuh manusia dengan flora normal:
1. Mutualisme.
Dalam hubungan mutualisme, baik tuan rumah dan mikroba mendapat
manfaat dari hubungan. Contoh terbaik jika hal ini adalah E. Coli. Organisme
ini tinggal di usus, di mana ia menerima makanan, dan pada gilirannya
menghasilkan vitamin K, yang tubuh manusia membutuhkan untuk proses
pembekuan darah.
2. Komensalisme
Sebuah hubungan commensalist di mana salah satu pasangan dari
hubungan manfaat, dan pasangan lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan.
3. Parasitisme.
Sebuah hubungan parasit adalah di mana satu organisme mengambil
manfaat dengan mengorbankan host. Biaya untuk host dapat bervariasi dari
ringan sampai fatal. Parasit eksternal (ektoparasit) dikatakan menyebabkan
investasi, parasit internal (endoparasit) dikatakan menyebabkan infeksi.
4. Patogenik.
Sebuah hubungan patogenik di mana suatu organisme menyebabkan
kerusakan pada host selama infeksi. Oportunistik patogen yang menyebabkan
penyakit dalam sebuah host yang secara fisik cacat atau lemah.
Manfaat dari interaksi antara flora normal dan hostnya:
a. Manfaat untuk bakteri:
mereka memiliki tempat untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
b. Manfaat untuk host manusia:
- Kemampuan tuan rumah untuk memberi makan sendiri meningkat. Bakteri
dapat memproduksi vitamin (seperti B dan K), dan mungkin
menghancurkan pangan yang biasanya dicerna oleh tuan rumah menjadi
komponen-komponen yang dapat dicerna.
- Host dilindungi terhadap infeksi oleh organisme patogen. Hal ini terjadi
dalam beberapa cara. Pertama, flora normal menduduki semua celah yang
tersedia untuk bakteri, sehingga menyajikan patogen yang menyerang
dengan masalah menemukan tempat untuk jangkar itu sendiri. Kedua, flora
normal dapat outcompete para penyerang untuk makanan yang tersedia,
sehingga kelaparan penyerbu dan mencegahnya berkembang biak. Ketiga,
beberapa anggota flora normal memproduksi bahan kimia antibakteri
(bacteriocins) sebagai produk sampingan dari metabolisme mereka,
sehingga menghasilkan efek antibiotik lokal.
Manfaat utama efek dari flora normal yang diperoleh dari studi-studi ini:
1. Flora normal mensintesis dan mengeluarkan kelebihan vitamin dalam
kebutuhan mereka sendiri, yang dapat diserap sebagai nutrisi oleh tuan
rumah. Sebagai contoh, bakteri enterik mengeluarkan Vitamin K dan Vitamin
B12, dan bakteri asam laktat memproduksi B-vitamin tertentu. Hewan bebas
kuman mungkin kekurangan Vitamin K sejauh itu perlu untuk melengkapi diet
mereka.
2. Flora normal mencegah kolonisasi oleh patogen oleh lampiran bersaing
untuk situs atau untuk nutrisi penting. Hal ini dianggap menguntungkan
mereka yang paling penting efek, yang telah ditunjukkan dalam rongga mulut,
usus, kulit, dan epitel vagina.
3. Flora normal dapat menimbulkan kebencian bakteri lain melalui produksi
zat yang menghambat atau membunuh nonindigenous spesies. Bakteri usus
menghasilkan berbagai zat mulai dari yang relatif nonspesifik asam lemak dan
peroksida untuk bacteriocins sangat spesifik, yang menghambat atau
membunuh bakteri lain.
4. Flora normal mendorong perkembangan jaringan tertentu, yaitu, sekum
dan beberapa jaringan limfatik (Peyer's patch) dalam saluran GI. Sekum dari
hewan bebas kuman diperbesar, berdinding tipis, dan berisi cairan,
dibandingkan dengan konvensional organ dalam binatang. Juga, berdasarkan
pada kemampuan untuk menjalani stimulasi imunologis, usus jaringan limfatik
bebas kuman hewan yang kurang berkembang dibandingkan dengan hewan
konvensional.
5. Flora normal merangsang produksi antibodi reaktif silang. Karena flora
normal berperilaku sebagai antigen pada hewan, mereka merangsang suatu
respon kekebalan, khususnya, sebuah antibodi-mediated imun (AMI) respon.
Rendahnya tingkat antibodi terhadap komponen flora normal diketahui
bereaksi silang dengan patogen terkait tertentu, dan dengan demikian
mencegah infeksi atau invasi. Antibodi dihasilkan terhadap antigen komponen
flora normal kadang-kadang disebut sebagai "alam" antibodi, dan antibodi
seperti kekurangan dalam bebas kuman hewan.
Tissue specifity pada flora normal
Merupakan kecenderungan flora normal untuk mendiami suatu jaringan
tertentu untuk hidup yang sesuai dengan habitatnya. Dipengaruhi oleh:
1. Tissue tropisme
Bakteri hidup di jaringan tertentu, karena di lokasi itu tersedia:
- nutrisi esensial, kondisi oksigen, pH dan suhu optimal untuk
pertumbuhannya
- komposisi, jenis & jumlah flora normal berbeda, berdasar letak
anatominya.
2. Specific adherence
- Bakteri menetap di tempat tertentu karena perlu interaksi kimia dgn
inang.
- Ligand atau Adhesin, komponen bakteri berperan dalam perlekatan,
harus cocok dgn reseptornya.
- Adhesin ada di kapsul, fimbiae & dinding sel bakteri.
-Reseptor berupa molekul glikoprotein pada sel atau permukaan jaringan
manusia
3. Biofilm formation
Beberapa bakteri membentuk biofilm pada permukaan jaringan.
Biofilm ini terdiri dari campuran berbagai jenis mikroba.
Contoh: biofilm di gigi membentuk karang gigi (dental plaque).
4. SISTEM IMUN
Imunitas adalah reaksi atau respon tubuh (host) terhadap benda atau substansi
asing (mikroba, makromolekul, protein, makromolekul polisakarida) tanpa
membedakan apakah reaksi tersebut dalam batas fisiologis ataupun patologis. Secara
umum, imunitas dibagi menjadi 2, yaitu imunitas bawaan dan imunitas didapat.
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari proses- proses yang dipergunakan oleh
hospes untuk mempertahankan kestabilan dalam lingkungan internalnyabila dihadapkan
dalam benda asing.
Sistem Imun adalah mekanisme yang dipergunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
a. Fungsi Sistem Imun
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan &
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur,
dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
b. Pertahanan : menghasilkan resistensi terhadap agen penginvasi seperti
mikroorganisme.
Bila hiperaktif : Hipersensitive à Alergi
Bila Hipoaktif : Defisiensi Imun
Sifat rangsangan imunologiknya : endogen atau eksogen.
c. Surveilans/ pengawasan : mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel
tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi untuk menjadi neoplasma
(tumor), jika terjadi kegagalan akan terjadi keganansan.
d. Homeostasis : membersihkan sisa-sisa sel dan zat buangan sehingga tipe-tipe
sel tetap seragam dan tidak berubah. Berhubungan dengan fungsi degenerasi
dan katabolik normal tubuh melalui pembersihan elem sel yang rusak
(eritrosit, lukosit, sel tua), jika terjadi penyimpangan akan terjadi
autoimunitas.
e. .Macam-macam
1.2.1 Berdasar Sumber
Imunitas Aktif
- Tubuh seseorang membentuk antibodi sel-T teraktivasi maupun proses imunitas secara
umum dalam responnya terhadap antigen-antigen yang masuk ke tubuh.
- Imunitas aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus yang menghasilkan antibody dan
kekebalan seluler, biasanya bertahan lebih lama disbanding kekebalan pasif.
Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu:
a.Kekebalan aktif didapat
Yaitu kekebalan yang didapat secara alami (naturally acquired). Misalnya anak
yang terkena difteri tau poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian
terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut.
b.Kekebalan aktif dibuat
Yaitu kekebalan yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan
ulangan (booster), berupa pemberian vaksin (kuman yang masih hidup namun
dilemahkan). Vaksin tersebut akan berinteraksi dengan system kekebalan tubuh untuk
menghasilkan respon imun. Hasil yang diproduksi akan sama dengan kekebalan
seseorang yang mendapat penyakit btersebut secara alamiah.
Imunitas Pasif
- Imunitas pasif adalah pemberian antibody yang berasal dari hewan atau manusia
kepada manusia lain dengan tujuan memberi pelindungan terhadap penyakit infeksi
yang bersifat sementara karena kadar antibody akan berkurang setelah beberapa
minggu atau bulan.
- Didapat dengan cara pemberian infus antibodi, sel-T teraktivasi, ataupun kedua-
duanya dari darah sesorang atau binatang lain yang telah memiliki imunitas aktif
terhadap antigen tersebut
- Diberikan melalui injeksi Antibodi yang diproduksi oleh manusia atau hewan yang
kebal karena pernah terpapar suatu antigen.
- Ex : Antibodi dari kuda yang kebal racun ular (SABU), diinjeksikan pada individu
yang dipatuk ular sejenis.
Ada 2 jenis kekebalan pasif, yaitu :
a. Kekebalan pasif alami
Terjadi pada janin saat antibodi IgG ibu masuk menembus plasenta. Antibodi IgG
memberi perlindungan semetara pada sistem tubuh imatur.
b.Pasif buatan
Pengambilan antibodi kuda yang tahan bisa ular kepada manusia yang terkena
bisa ular tersebut
1.2.2 Berdasar Proses
A. Pertahanan non spesifik, dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Pertahanan fisik
Pertahanan fisik diperankan oleh, kulit, selaput lendir, silia, batuk dan bersin, merupakan geris
terdepan terhadap infeksi.
2) Pertahanan biokimia
Diperankan oleh lisozim( keringat), asam lambung, laktoferin, dan sekresi sebaseus.
3) Pertanahan humoral/cairan
Pertahan humoral diperankan oleh komplemen, inrterferon dan CRP ( C Reaktif Protein / protein
fase akut), kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin).
4) Pertahanan seluler
Diperankan oleh sel-sel imun yang terdiri dari oleh fagosit, leukosit, sel makrofag, sel dendrik,
sel mastosit.sel mast, sel NK (Natural Kiler).
Berikut ini adalah fungsi dan usia leukosit granulosit :
Neutrofil
adalah spesialis fagositik. Selain itu, baru-baru ini para ilmuwan menemukan
bahwa neutrofil mengeluarkan suatu jaringan serat ekstrasel yang dinamai neutrophil
extracellular traps (NET). Serat-serat ini mengandung bahan pemusnah bakteri,
memungkinkan NET menjerat lalu menghancurkan bakteri di luar sel. Karena itu,
neutrofil dapat mematikan bakteri baik secara intrasel dengan fagositosis maupun
ekstrasel dengan NET yang dikeluarkan. Neutrofil hamper selalu merupakan pertahanan
pertama pada invasi bakteri dan, karena itu, sangat penting dalam respon peradangan.
Selain itu, sel ini melakukan pembersihan debris.
Eosinofil
adalah spesialis jenis lain. Peningkatan eosinofil dalam darah (eosinofilia)
berkaitan dengan keadaan alergik (misalnya asma dan hay fever) dan dengan investasi
parasit (misalnya cacing). Eosinofil jalas tidak dapat menelan parasit cacing yang
ukurannya jauh lebih besar, tetapi sel ini melekat ke cacing dan bahan-bahan yang
mematikan.
Basofil
adalah leukosit yang paling sedikit dan kurang dipahami. Sel ini secara struktur
dan fungsi cukup mirip dengan sel mast, yang tidak pernah beredar dalam darah tetapi
tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh. Para ilmuwan duhulu percaya bahwa basofil
berubah menjadi sel mast dengan bermigrasi dari sistem sirkulasi, tetapi para peneliti
telah membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang sementara sel mast berasal
dari sel precursor di jaringan ikat. Baik basofil maupun sel mast menyintesis dan
menyimpan histamin dan heparin, yaitu bahan kimia poten yang dapat dibebaskan jika
mendapat rangsangan yang sesuai. Pelepasan histamin penting dalam reaksi alergik,
sedangkan heparin berperan mempercepat pembersihan partikel lemakdari darah setelah
kita makan makanan berlemak. Heparin juga dapat mencegah pembukuan (koagulasi)
sampel darah yang diambil untuk analisis klinis dan digunakan secara luas sebagai obat
antikoagulan, tetapi masih diperdebatkan apakah heparin berperan secara fisiologis dalam
mencegah pembekuan.
Setelah dibebaskan ke dalam darah dari susmsum tulang, granilosit biasanya tetap berada di
dalam darah selama kurang lebih sehari sebelum meninggalkan pembuluh darah untuk masuk ke
jaringan, tempat sel-sel ini bertahan hidup tiga sampai empat hari lagi kecuali jika mereka mati
labih dahulu akibat manjalankan tugas.
Sebagai perbandingan, fungsi dan usia leukosit agranulosit adalah sebagai berikut :
Monosit
seperti neutrofil, berkembang menjadi fagosit professional. Sel-sel ini muncul dari
sumsum tulang selagi masih belum matang dan beredar hanya satu atau dua hari sebelum
menetap di berbagai jaringan di seluruh tubuh. Di tempat barunya, sel-sel ini malanjutkan
pematangan dan menjadi sangat besar, berubah menjadi fagosit besar jaringan yang
dikenal sebagai makrofag. Usia makrofag dapat berkisar dari bulanan hingga tahunan
kecuali jika sel ini hancur lebih dahulu selagi menjalankan tugas fagositiknya. Sebuah sel
fagositik hanya dapat menelan benda asing dalam jumlah terbatas sebelum akhirnya mati.
Limfosit
membentuk pertahanan imun terhadap sasaran-sasaran yang limfosit tersebut telah
terprogram secara spesifik. Terdapat dua jenis limfosit, limfosit B dan limfosit T (sel B
dan T). limfosit B menghasilkan antibodi, yang beredar dalam darah dan bertanggung
jawab terhadap imunitas humoral, atau yang diperantarai antibodi. Suatu antibodi
berikatan dengan benda asing spesifik, misalnya bakteri (yang memicu produksi antibodi
tersebut), dan menandainya untuk dihancurkan (dengan fagosit atau cara lain). Limfosit T
tidak memproduksi antibodi; sel ini secara langsung menghancurkan sel sasaran
spesifiknya dengan mengeluarkan beragam zat kimiayang melubangi sel korban, suatu
proses yang dinamai imunitas selular. Sel sasaran dari sel T mencakup sel tubuh yang
dimasuki oleh vius dan sel kanker. Limfosit hidup sekitar 100 sampai 300 hari. Selama
periode ini, sebagian besar secara terus-menerus terdaur ulang antara jaringan limfoid,
limfe, dan darah, dan hanya menghabiskan waktu beberapa jam di dalam darah. Karena
itu, setiap saat hanya sebagian kecil dari limfosit total berada di dalam darah.
JARINGAN LIMFOID
Hampir semua leukosit berasal dari sel punca prekursor bersama di sumsum tulang dan
kemudian dibebaskan ke dalam darah. Satu-satunya pengecualian adalah limfosit, yang berasal
sebagian dari koloni-koloni limfosit di berbagai jaringan limfoid yang semula ditempati oleh sel-
sel yang berasal dari sumsum tulang.
Jaringan limfoid secara kolektif adalah jaringan yang memproduksi, menyimpan, dan
memproses limfosit. Jaringan-jaringan ini mencakup sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa,
timus, tonsil, adenoid, apendiks, dan agregat jaringan limfoid di lapisan dalam saluran cerna
yang dinamai bercak Peyer atau gut-associated lymphoid tissue (GALT, jaringan limfoid
terkait usus).
Jaringan Limfoid. Jaringan limfoid yang tersebar di seluruh tubuh memproduksi,
menyimpan, dan memproses limfosit.
Jaringan limfoid berada di tempat-tenpat strategis untuk menghambat masuknya
mikroorganisme sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyebar jauh.
Sebagai contoh, limfosit yang menempati tonsil dan adenoid berada di tempat yang
menguntungkan untuk berespons terhadap mikroba yang terhirup, sementara mikroorganisme
yang masuk melalui saluran cerna segera dihadapi oleh limfosit di apendiks dan GALT.
Patogen potensial yang memperoleh akses ke limfe disaring melalui kelenjar
limfe (limfodus), tempat patogen-patogen tersebut terpajan ke limfosit serta makrofag yang
berada di lapisan dalam saluran limfe. Limpa, jaringan limfoid terbesar, melakukan fungsi imun
pada darah serupa dengan yang dilakukan kelenjar limfe pada limfe. Melalui kerja populasi
limfosit dan makrofagnya, limpa membersihkan darah yang melaluinya dari mikroorganisme dan
benda asing laing serta menyingkirkan sel-sel darah merah yang telah aus. Timus dan sumsum
tulangmasing-masing berperan penting dalam memproses lomfosit T dan B untuk
mempersiapkan keduanya melaksanakan strategi imun spesifik. Tabel berikut meringkaskan
fungsi-fungsi utama berbagai jaringan limfoid.
Jaringan Limfoid Fungsi
Sumsung tulang
Asal semua sel darah
Tempat proses pematangan untuk limfosit B
Kelenjar limfe, Tonsil, Adenoid,
Apendiks, Gut-associated
Lymphoid Tissue
Memindahkan limfosit dari dan ke limfe (membuang,
menyimpan, memproduksi, dan menambahkan)
Limfosit residen menghasilkan antibodi dan sel T
tersensitisasi yang dikeluarkan ke dalam limfe
Makrofag residen mengeluarkan mikroba dan debris lain
yang berbentuk partikel dari limfe
Limpa Memindahkan limfosit dari dan ke darah (membuang,
menyimpan, memproduksi, dan menambahkan)
Limfosit residen menghasilkan antibodi dan sel T
tersensitisasi yang dibebaskan ke dalam darah
Makrofag residen mengeluarkan mikroba dan debris lain
yang berbentuk partikel terutama sel darah merah yang
sudah usang dai darah
Menyimpan sejumlah kecil sel darah merah, yang dapat
ditambahkan ke darah oleh kontraksi limpa sesuai
kebutuhan
Timus
Tempat proses pematangan untuk limfosit T
Mengeluarkan hormon timosin
B. Pertahanan Spesifik, terdapat dua mekanisme yaitu humoral dan selular.
1) Humoral
Peran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B
diproduksi di sum-sum tulang dan pematangannya juga didalam sum-sum tulang. Bila sel B
dirangsang oleh benda asing maka sel ini akan segera berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi
sel plasma yang selanjutnya sel plasma ini akan menghasilkan antibodi.
Sel B memiliki reseptor yang disebut BCDF (B cell Diferentiation Factor) diperlukan
untuk berdiferensiasi dan BCGF (B Cell Growt Factor) diperlukan untuk berpoliferasi.
Terkadang sel B tidak dapat menjadi sel plasma dikarenakan kekurangan BCGF untuk
berpoliferasi sehingga sel yang tidak menjadi sel plasma ini akan menjadi sel B memori dan
dapat hidup dalam waktu yang cukup lama. Salah satu kelebihan dari respon imun spesfik karena
memiliki sel memori yang dapat mengenali langsung antigen yang pernah menginfeksi tubuh
dengan struktur yang sama.
Antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma tadi akan berperan terhadap infeksi ekstra
seluler serta dapat menetralisasikan toxic yang dikeluarkan oleh antigen (Ag) tertentu.
Limfosit B
Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan berpoliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi yang
ditemukan dalam serum. Disebut juga dengan imunitas yang diperantarai oleh
antibodi
Merupakan imunitas spesifik yang diproduksi imunoglobulin (antibodi) oleh
limfosit B yang terstimulasi atau sel plasma yang respon terhadap suatu epitop.
Sistem imun humoral yang dibantu oleh sistem komplemen, suatu sistem
amplifikasi yang melengkapi kerja imunoglobulin untuk mematikan imunogen
asing dan menyebabkan lisis patogen tertentu dan sel.
Limfosit B :
- di buat di sumsum tulang dan dimatangkan di sumsum tulang.
- berperan dalam imunitas humoral.
- menyerang antigen di cairan antar sel.
- berperan dalam respon imun primer dan sekunder.
- ada 3 jenis :
1. Limfosit B plasma : memproduksi antibodi.
2. Limfosit B pembelah : menghasilkan limfosit B dalam jumlah banyak dan
cepat.
3. Limfosit B memori : menyimpan dan mengingat antigen yang pernah
masuk ke tubuh.
2) Sistem imun spesifik seluler
Diperankan oleh sel T atau limfosit T. Sel T berfungsi untuk mengaktifkan sel-sel
pertahanan lain dalam tubuh. Sel tersebut juga berasal dari sum-sum tulang tetapi pematangan sel
ini terjadi di timus. Dalam timus sel ini akan diseleksi yakni seleksi positif dan seleksi negatif.
Seleksi positif merupakan penyeleksian sel T yang tidak dapat membedakan antara
antigen sendiri (self antigen) dan antigen luar (non self antigen). Dalam seleksi ini sel T yang
dapat hidup hanyalah sel T yang dapat mengenal MHC sendiri. Seleksi negatif merupakan
seleksi sel T yang dikarenakan infitasnya yang tinggi terhadap MHC sendiri sehingga ada
kemungkinan sel ini akan menyerang self Ag.
Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan
yaitu sel T naif, sel T helper (TH), T delayed type hypersensitivity (Tdth), CTL (cytotoxic T
Limfosit) atau T cytotoxic atau T cytolitic (Tc) dan Ts / Tr (T supresor / regulator). Yang
berperan pada imunitas selular adalah CD4+ / Th yang mengaktifkan makrofag yang selanjutnya
menghancurkan mikroba dan CD8+ (Cluster of differentiation 8) / CTL yang memusnahkan sel
yang terinfeksi.
Sel T helper
Sel T helper adalah golongan sel darah putih yang bertindak sebagai adaptive immunity. Dimana
fungsi dari sel T helper sendiri antara lain adalah :
1. Membantu sel B untuk membentuk antibody, mengaktifkan sistem pertahanan adaptive
humoral atau adaptive cytolitic
2. Membantu perkembangan sel T sitotksik
3. Fasilitator sel-sel pertahanan lain dalam untuk melawan antigen
Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T penekan / supresor. Sel T
merupakan sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini terjadi karena sel
T memiliki protein permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8 akan mendeteksi
keberadaan antigen. Sebab dia akan mengenali sel yang memiliki reseptor MHC kelas 1 atau
MHC kelas 2. Apabila dia berinteraksi dengan sel yang tidak memiliki MHC maka dia akan
menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat
asing tersebut.
Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel :
a. Sel TH1
Bekerja pada sistem pertahanan cytolitic, mengatur imunitas seluler (cell – mediated immune)
untuk melawan antigen asing dari dalam (intraselluler) seperti virus.
Memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-γ, and TNF-a.
Sitokin adalah protein hormon yang menengahi dua imun (kekebalan tubuh) alami dan imun
spesifik. Sitokin sebagian besar dihasilkan dengan mengaktifkan sel (limfosit) selama sel
kekebalan menengahi.
Interleukin -2 (IL-2) adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab untuk
mengaktifkan pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T
CD4+ dan menghasilkan sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T, atau CTLs). Fungsi utama dari
IL-2 ialah meningkatkan respons imun. IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang teraktivasi
bukan oleh antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas.
IFN – γ (Interferon – γ) , nama lainnya adalah Fibroblas IFN atau Tipe I. dihasilkan oleh sel T
helper dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial, fibroblas, sel
T sitotoksik, dan limfosit B.
TNF – a, (Tumor necrosis factor alpha) adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan sel
T yang mempunyai banyak fungsi dalam system imun. Merupakan protein yang unik yang
dihasilkan selama respon inflamasi. TNF-a tidak hanya akibat dari peradangan, juga
merupakan zat yang mempromosikan peradangan. Memiliki peran sebagai: Mediasi inflamasi
akut; Menstimulasi inflamasi pada sel endotel; dan Chemoattractant untuk sel darah putih
b. Sel TH2
Bekerja mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody untuk melawan antigen asing
luar ( ekstraselluler ) seperti bakteri. berfungsi untuk mengaktifkan sel B untuk berdiferensiasi
menjadi sel – sel plasma yang selanjutnya menghasilkan antibodi monomer IgA. Sel epitel
juga menghasilkan secretory component yang berfungsi untuk membawa SIgA keluar dari sel
epitel.
memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13.
Interleukin-4 (IL-4), adalah glikoprotein dengan ukuran 18 – 20 kD yang terdiri dari asam
amino yang diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel basofil. Efek IL – 4 yang paling penting
adalah perkembangan sel Th2 dan memerintahkan sel B untuk memproduksi Ig E dan Ig G4,
sedangkan pada endotel IL – 4 meningkatkan ekspresi VCAM-1. Merupakan penanda proses
inflamasi. IL-4 berperan dominan dalam sistem kekebalan untuk aktivasi sel B pada produksi
antibody.
Interleukin-5 (IL-5) adalah sitokin dengan ukuran sekitar 20 kD yang di sekresi sel TH.
Fungsi IL – 5 yang paling penting adalah kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan dan
diferensiasi eosinofil dan aktivasi sel eosinofil matur. IL-5 juga bersifat kemotaktik terhadap
eosinofil, menyebabkan sekresi eosinofil dan meningkatkan antibody dependent cytotoxicity.
Interleukin-6 (IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah,
terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan transkriptis
melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan pencerap gp130.
Interleukin-10 (IL-10) dalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang memiliki efek
pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10 dikenal karena
kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T, monosit dan
makrofaga. Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau meniadakan respon
peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK, sel TH, sel T
CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat
imunosupresif terhadap sel mieloid.
Interleukin-13 (IL-13) adalah sebuah protein dengan fungsi sitokin yang disekresi berbagai
sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, memiliki sejumlah kemiripan
dengan IL-4. Kedua sitokin diketahui berperan pada kejadian alergi dengan mengatur isotype
class switching pada sel B untuk menghasilkan Ig E, menginduksi ekspresi MHC kelas II dan
CD 23, menginduksi VCAM 1, eotaksin, mengaktivasi sel mast dan eosinofil.
CTL (Cytotoxic T Limfosit)
Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/ T cytotoxic/T cytolitic/Tc) atau sel T pembunuh (killer)
adalah sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-I yang
ditemukan pada semua sel tubuh yang bernukleus. CTL merupakan sub-grup dari sel T yang
berfungsi :
1. membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya) dengan
menghancurkan sel yang mengandung virus tersebut
2. membunuh berbagai bibit penyakit dan sel kanker
3. merusak dan mematikan pathogen intraseluler
4. menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada
transplantasi.
Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8+ karena terdapat glikoprotein CD8 pada permukaan
sel yang mengikat antigen MHC kelas I. Sel T sitotoksik dapat menjadi pasif pada status anergik,
seperti pada penyakit autoimun.
Sel limfosit T sitotoksik mengandung granula azurofilik yang berlimpah dan mampu
menghancurkan berbagai sel yang terinfeksi, sel tumor, tanpa sensitisati (rangsangan)
sebelumnya. Sel limfosit T sitotoksik ini diklasifikasikan sebagai sistem kekebalan tubuh bawaan
yang merupakan lapis ketiga pertahanan tubuh terhadap berbagai macam serangan. Secara
langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan
mereka.
Sel limfosit T sitotoksik dalam meningkatkan system pertahanan dengan cara
mengikutsertakan sistem pertahanan yang lain. Mengenal kembali material asing oleh sistem
imun oleh dirinya sendiri, tidak selalu menghasilkan pengrusakan material tersebut. Sel dari
sistem imun melepaskan messenger kimiawi (seperti sitokin) yang mengambil dan mengaktifkan
sel lain seperti polimorf, makrofag dan sel mast atau sistem kimiawi (seperti komplemen, amine,
kinin, dan sistem lisosomal) untuk menghancurkan material asing
PENYEBAB AKTIFASI IMUNITAS
ALLERGEN
Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh di mana pertahanan tubuh
bereaksi terhadap zat tidak berbahaya di lingkungan, seperti serbuk sari, bulu binatang, atau
makanan. Hampir apa saja dapat memicu reaksi alergi, yang bisa berkisar dari ringan sampai
mengancam nyawa.
Berikut adalah pemicu/alergen yang paling umum:
1. Serbuk sari
Serbuk sari dari pohon, rumput, dan gulma dapat memicu demam atau alergi
musiman. Gejala termasuk bersin, pilek, hidung tersumbat, dan gatal, mata
berair. Perawatan dapat menggunakan obat bebas, obat resep, atau suntikan anti
alergi. Cara mencegahnya dengan tinggal di dalam rumah pada hari-hari
berangin ketika jumlah serbuk sari tinggi dan menutup jendela serta menjalankan
AC.
2. Bulu binatang
Protein disekresikan oleh kelenjar minyak di kulit hewan dan hadir dalam air liur
mereka dapat menyebabkan reaksi alergi bagi beberapa orang. Alergi bisa terjadi
dalam satu atau dua tahun dan gejala mungkin tidak mereda sampai bulan
setelah berakhir kontak dengan hewan.
3. Tungau debu
Tungau debu adalah organisme mikroskopis yang hidup di debu rumah. Mereka
berkembang di daerah kelembaban tinggi dan memakan sel-sel kulit mati
manusia dan hewan peliharaan, seperti pada serbuk sari, bakteri, dan jamur.
Untuk mencegah alergi debu tungau dengan memberi sarung pada matras,
bantal, dan spring-bed, menggunakan bantal hypoallergenic, mencuci seprai
mingguan dalam air panas, dan menjaga rumah bebas dari barang yang dapat
berdebu, seperti boneka binatang, tirai, dan karpet.
4. Sengatan serangga
Orang yang alergi terhadap sengatan dapat memiliki reaksi parah atau bahkan
mengancam jiwa. Gejalanya pembengkakan yang besar dan kemerahan dari
sengatan atau gigitan yang dapat berlangsung seminggu atau lebih, mual,
kelelahan, dan demam ringan. Jarang, tapi sengatan serangga dapat
menyebabkan anafilaksis, dengan gejala termasuk kesulitan bernafas, gatal-gatal,
pembengkakan wajah, tenggorokan, atau mulut, pusing, atau penurunan tekanan
darah. Bagi mereka sangat alergi, epinefrin harus diberikan segera setelah
sengatan; suntikan alergi dianjurkan untuk mencegah anafilaksis Sengatan
serangga menyuntik bisa yang dapat menjadi pemicu suatu reaksi alergi
5. Jamur
Jamur dapat membuat alergen, iritasi, dan dalam beberapa kasus, zat beracun.
Menghirup atau menyentuh spora jamur atau jamur dapat menyebabkan reaksi
alergi pada individu yang sensitif. Ada banyak jenis jamur, semua membutuhkan
kelembaban untuk tumbuh. Mereka dapat ditemukan di tempat yang lembab
seperti basement atau kamar mandi, maupun di rumput atau mulsa.
6. Makanan
Susu, kerang, kacang-kacangan dan gandum adalah salah satu makanan yang
paling umum yang menyebabkan alergi. Reaksi alergi biasanya terjadi dalam
beberapa menit setelah menikmati makanan tersebut. Gejala, yang dapat
mencakup asma, gatal- gatal, muntah, diare, dan pembengkakan di sekitar mulut,
dan bisa menjadi parah. Hindari makanan terserbut sama sekali, tetapi jika
terkena, pengobatan dengan antihistamin atau steroid dianjurkan. Dalam situasi
yang membahayakan jiwa, suntikan epinefrin diperlukan. Alergi makanan
meningkat di Amerika; kacang- kacangan merupakan satu alergen yang umum
7. Getah
Getah dalam sarung tangan kondom, dan perangkat medis tertentu dapat memicu
alergi lateks. Gejala termasuk kulit kemerahan, iritasi mata, hidung berair,
bersin, dan gatal-gatal kulit atau hidung. Reaksi alergi dapat berkisar dari
kemerahan kulit dan gatal untuk anafilaksis , reaksi serius yang dapat
menyebabkan kesulitan bernapas, gatal-gatal, dan masalah pencernaan
mendadak. Sarung tangan Latex seringkali menjadi produk penyebab alergi
8. Obat
Gejala alergi terhadap obat, seperti penisilin atau aspirin, dapat berkisar dari
ringan sampai mengancam nyawa dan dapat termasuk gatal-gatal, mata gatal,
dan pembengkakan di mulut dan tenggorokan. Hal terbaik untuk menghindari
obat sama sekali, namun jika terpaksa, pengobatan dengan antihistamin atau
steroid dianjurkan. Untuk batuk dan kongesti paru-paru, bronkodilator dapat
diresepkan. Untuk gejala berat, epinefrin mungkin diperlukan. Beberapa orang
sensitif terhadap salisilat, suatu komponen utama dalam aspirin
9. Aroma wewangian
Wewangian yang ditemukan dalam produk termasuk parfum, lilin wangi,
deterjen, dan kosmetik dapat menimbulkan alergi ringan sampai parah. Bagi
kebanyakan orang, gejala mereda setelah aroma tidak dihirup lagi. Untuk
beberapa, pengulangan keadaan menyebabkan peningkatan gejala yang terjadi
lebih sering dan lebih lama.
1.3.1 Mekanisme Alergi
Hipersensitivitas tipe I terjadi dalam reaksi jaringan terjadi dalam beberapa menit setelah
antigen bergabung dengan antibodi yang sesuai. Ini dapat terjadi sebagai anafilaksis sistemik
(misalnya setelah pemberian protein heterolog) atau sebagai reaksi lokal (misalnya alergi atopik
seperti demam hay) (Brooks et.al, 2005). Urutan kejadian reaksi tipe I adalah sebagai berikut:
1. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya
oleh reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil.
2. Fase Aktivasi, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang
spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
3. Fase Efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik (Baratawidjaja,
2006).
Mekanisme alergi, misalnya terhadap makanan, dapat dijelaskan sebagai berikut. Secara
imunologis, antigen protein utuh masuk ke sirkulasi dan disebarkan ke seluruh tubuh. Untuk
mencegah respon imun terhadap semua makanan yang dicerna, diperlukan respon yang ditekan
secara selektif yang disebut toleransi atau hiposensitisasi. Kegagalan untuk melakukann toleransi
oral ini memicu produksi antibodi IgE berlebihan yang spesifik terhadap epitop yang terdapat
pada alergen. Antibodi tersebut berikatan kuat dengan reseptor IgE pada basofil dan sel mast,
juga berikatan dengan kekuatan lebih rendah pada makrofag, monosit, limfosit, eosinofil, dan
trombosit.
Ketika protein melewati sawar mukosa, terikat dan bereaksi silang dengan antibodi tersebut,
akan memicu IgE yang telah berikatan dengan sel mast. Selanjutnya sel mast melepaskan
berbagai mediator (histamine, prostaglandin, dan leukotrien) yang menyebabkan vasodilatasi,
sekresi mukus, kontraksi otot polos, dan influks sel inflamasi lain sebagai bagian dari
hipersensitivitas cepat. Sel mast yang teraktivasi juga mengeluarkan berbagai sitokin lain yang
dapat menginduksi reaksi tipe lambat (Rengganis dan Yunihastuti, 2007).
Gejala yang timbul pada hipersensitivitas tipe I disebabkan adanya substansi aktif (mediator)
yang dihasilkan oleh sel mediator, yaitu sel basofil dan mastosit.
Reaksi Hipersensitivitas
Reaksi Cepat
Terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam
Akibat adanya ikatan silang antara IgE pada permukaan
sel mast sehingga menginduksi pelepasan mediator
vasoaktif
Manifestasi : Anafilaksis Sistemik dan Anafilaksis Lokal
Reaksi
Intermediet
Terjadi setelah beberapa jam, menghilang setelah 24 jam
Terjadi kompleks imun IgG dan kerusakan jaringan
melalui aktivasi komplemen sel NK/ neutrofil
Manifestasi : Reaksi Transfusi Darah, Eritoblastosis Fetalis,
Anemia Hemolitik Autoimun, Reaksi Arthus Lokal, dan
Reaksi Sistemik seperti (Serum Sickness, Vaskulitis
Nekrotis, Glomerulonefritis, Arthritis Reumathoid dan
Lupus Eritomatosis Sistemik)
Reaksi Lambat Terlihat sekitar 48 jam setelah terjadi pajanan dg antigen
yang terjadi oleh aktivasi sel Th
Pada reaksi ini sitokin yang dilepas sel T mengaktivasi sel
efektor makrofag yang menimbulkan kerusakan jaringan
Contoh : Dermatitis Kontak, Reaksi Mycobacterium
tuberculosis, Reaksi Penolakan Tandur
1.3.2 Tipe-tipe Ig
Sekelompok protein yang dihasilkam system imun sebagai respon terhadap
keberadaan antigen dan akan bereaksi khusus dengan antigen tersebut (antibody biasa
dikenal dengan imunoglobulin)
Imunoglobuli termasuk macam sistem yang spesifik humoral. Dimana :
- yang berperanan limfosit B dan memproduksi Ab
- Ab, pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus maupun bakteri serta
menetralkan toksin
- Terdapat 5 kelas Ab yaitu IgG, IgA, IgM, IgD,IgE . Pengelompokan
Imunoglobulin :
a. IgG (Imunoglobulin G)
o Paling banyak dalam darah
o Dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh mengalami pajanan ke dua
o Berfungsi sebagai pelindung terhadap toksin
o Merupakan activator komplemen utama(komplemen jalur klasik)
o Meningkatkan efektifitas sel fagosità Meningkat pada infeksi kronis, autoimun
o Komponen utama imunoglobulin serum
o BM 160.000 D
o 75 % dari seluruh IgG
o Dapat menembus plasenta
o Imunitas bayi sampai berumur 6-9 bulan
o Bersama dengan komplemen saling membantu sebagai opsonin dalam
pemusnahan Ag
o Opsonin efektif pada sel fagosit, monosit dan m.o punya R untuk fraksi Fc dr IgG.
o Terdiri 4 subkelas IgG1, IgG2, IgG3, IgG4
b. IgA
o Ditemukan dalam sekresi system gastrointestinal, system respirasi, genitourinaria,
saliva
o Fungsi utamanya adalah untuk melawan mikroorganisme pada tiap titik masuk
potensial ke dalam tubuh
o Terdapat 2 bentuk, yaitu serum IgA dan sekresi IgA ( sIgA )
o sIgA merupakan bagian terbanyak, terdapat di ASI, sekresi saluran pencernaan,
saluran kemih, saluran pernapasan , air mata, keringat, ludah
o Dapat bereaksi dengan molekul adhesi dari patogen potensial dan mencagah
adhesi dan kolonisasi pada sel host.
o Opsonin
o Menetralkan toksin
o Imunitas cacing pita
o Meningkat pada infeksi kronis sal napas, cerna,TBC, sirosis alkoholic, penyakit
crone
o Bentuk s IgA- dimer
c. IgM (Imunoglobulin M)
o Sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen melekat
o Mengaktivasi komplemen jalur klasik
o BM 900.000D terbesar
o Pentamer
o Predominan untuk fetus
o Pertanda infeksi sedang berlangsung
o Tidak menembus plasenta
o Mencagah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis,
aglutinator poten Ag
d. IgD
o Terdapat di permukaan sel B
o Membantu memicu respon imun
o Kadar rendah dalam sirkulasi
o Rentan terhadap degradasi oleh proses proteolitik
o Tidak mengaktivasi komplemen
o Ab terhadap Ag berbagai makanan dan auto Ag.
e. IgE
o Kadarnya meningkat ketika terjadi reaksi alergi, cacing, skistosomiasis
o Menyebabkan pelepasan histamine dan mediator kimiawi lainnya
o Paling sedikit di serum
o Mudah diikat oleh sel mast, basophil dan eosinophil yang pada permukaannya
punya reseptor Fc IgE
o Dibentuk oleh sel plasma dalam mukosa saluran napas dan saluran cerna
1.3.3 Jenis-jenis Reaksi Hipersensivitas
Reaksi hipersensitivitas menurut Coombs dan Gell dibagi menjadi 4 tipe reaksi
berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III, dan IV. Kemudian
Janeway dan Travers merivisi tipe IV Gell dan Coombs menjadi tipe IVa dan IVb.
Reaksi tipe I yang disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi
timbul segera setelah tubuh terpajan dengan alergen. Pada reaksi tipe I, alergen yang masuk ke
dalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan penyakit alergi seperti rinitis
alergi, asma, dan dermatitis atopi.
Reaksi tipe II atau reaksi sitotoksik atau sitotoksik terjadi karena dibentuk antibodi jenis
IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian dari sel pejamu. Reaksi tipe III disebut
juga reaksi kompleks imun, terjadi bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam
sirkulasi/pembuluh darah atau jaringan dan mengaktifkan komplemen. Reaksi hipersensitivitas
tipe IV dibagi dalam DTH (Delayed Type Hypersensitivity) yang terjadi melalui sel CD4+ dan T
cell Mediated Cytolysis yang terjadi melalui sel CD8+ .
Jenis
HipersensitivitasMekanisme Imun Patologik
Mekanisme Kerusakan Jaringan dan
Penyakit
Tipe I
Hipersensitivitas cepat
IgE Sel mast dan mediatornya (amin
vasoaktif, mediator lipid, dan sitokin)
Tipe II
Reaksi melalui
antibodi
IgM, IgG terhadap permukaan
sel atau matriks antigen
ekstraseluler
Opsonisasi & fagositosis sel
Pengerahan leukosit (neutrofil, makrofag)
atas pengaruh komplemen dan FcR
Kelainan fungsi seluler (misal dalam
sinyal reseptor hormone)
Tipe III
Kompleks imun
Kompleks imun (antigen
dalam sirkulasi dan IgM atau
IgG)
Pengerahan dan aktivasi leukosit atas
pengaruh komplemen dan Fc-R
Tipe IV (melalui sel
T)
Tipe IVa
Tipe IVb
1. CD4+ : DTH
2. CD8+ : CTL
1. Aktivasi makrofag, inflamasi atas
pengaruh sitokin
2. Membunuh sel sasaran direk,
inflamasi atas pengaruh sitokin
Gatal / Pruritus
Definisi
Pruritus didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan
keinginan untuk menggaruk daerah tertentu untuk mendapatkan kelegaan. Pruritus
bersinonim dengan gatal, dan memiliki prevalensi yang meningkat pada orang tua.
Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit. Bila tidak disertai kelainan
kulit, maka disebut pruritus esensial atau pruritus sine material. Penyebab pasti
pruritus tidak diketahui secara jelas. Rasa gatal yang timbul melibatkan suatu proses
rumit yang melibatkan kerja saraf yang merespon terhadap mediator tertentu, seperti
histamine, dan proses yang melibatkan pemrosesan sinyal saraf di otak. Pruritus dapat
menyebabkan perasaan tidak nyaman dan frustasi; pada kasus yang berat, pruritus
dapat menyebabkan tidur yang terganggu, rasa gelisah, dan depresi. Garukan yang
konstan atau terus menerus untuk mendapatkan kelegaan dapat merusak kulit
(ekskoriasi, likenifikasi) dan dapat mengurangi keefektivan kulit sebagai lapisan
pelindung.
Klasifikasi Gatal
• Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi,
kering, dan kerusakan kulit.
• Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral.
Misalnya, pada herpes dan tumor.
• Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat
transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal
kronis, jaundice)
• Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.
Penentuan dan Pengobatan Alergi
Cara untuk menentukan hal-hal yang menyebabkan alergi pada pasien :
1. Anamnese atau wawancara dengan pasien
2. Tes Tusuk Kulit / Skin Prick / Puncture Testing, dilakukan dengan meletakkan
setetes ekstrak / bahan-bahan alami alergen di permukaan kulit
3. Tes Tempel / Patch Test, dilakukan dengan meletakkan bahan-bahan kimia dalam
suatu tempat khusus, seperti plester, lalu menempelkannya pada kulit punggung
4. RAST / Radioallergosorbent Test, merupakan pemeriksaan darah yang akurat
untuk mengukur kadar IgE spesifik dalam darah
Sedangkan pengobatan untuk alergi antara lain:
1. Antihistamin, adalah obat yang umum digunakan untuk mengatasi
berbagai alergi rinitis, bekerja menghambat kerja histamin.
2. Kortikosteroid, obat jenis steroid yang dikenal sebagai antiradang kuat,
umumnya untuk mengatasi gejala alergi yang parah.
3. Kromalin, obat jenis non-steroid yang digunakan untuk mengobati alergi
rinitis musiman atau kronis.
4. Adrenalin, digunakan untuk mengatasi shock anafilaktik, reaksi alergi
terparah yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan pengerutan
saluran pernapasan dalam paru-paru, sehingga menimbulkan mengi yang
parah, turunnya tekanan darah, pingsan, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Alergi obat
Obat ini tidak dapat menyembuhkan alergi tetapi dapat mencegah gejala umum alergi
seperti hidung meler dan mata, gatal, bersin dll.
Kelas utama obat yang digunakan dalam alergi adalah antihistamin. Antihistamin ini
bertindak dengan cara memblokir tindakan histamin kimia yang sel biang melepaskan dalam
menanggapi alergi.
Histamin ini gejala alergi seperti gatal-gatal, bersin, penyempitan atau penyempitan
Airways dan lain-lain
Antihistaminics dapat diambil sebagai pil, gel, cair, tetes mata atau semprot hidung. Tetes
mata digunakan dalam konjungtivitis alergi dan semprot hidung digunakan untuk mengurangi
pembengkakan dan pengairan lendir hidung membran dalam alergi rhinitis.
Agen ini, terutama jika diambil sebagai pil, sering mengakibatkan peningkatan ngantuk
sebagai bagian dari mereka efek samping.
Dekongestan
Ini adalah obat-obatan yang digunakan untuk meringankan hidung tersumbat yang terjadi
dalam debu atau hewan alergi atau jerami demam. Mereka tersedia sebagai pil, semprot hidung
dan juga sebagai cairan.
Mereka kehilangan efektivitas atas penggunaan jangka panjang dan mengakibatkan efek
samping seperti pengeringan mukosa hidung dan mengantuk dll.
Semprotan steroid
Steroid adalah obat yang memodifikasi sistem kekebalan tubuh. Ini semprot hidung
steroid seperti Beclomethasone, Budesonide dan Fluticasone bertindak pada lapisan hidung dan
airways untuk mengurangi peradangan dan kemacetan dan mengurangi alergi.
Memperlakukan anafilaksis shock
Untuk perawatan anafilaksis shock kebutuhan pasien untuk masuk langsung ke
Departemen darurat seperti itu bisa menjadi kehidupan mengancam.
Setelah memastikan bahwa saluran udara normal dan oksigenasi dijaga pasien diberikan
suntikan adrenalin.
Untuk mencegah anafilaksis sengaja, pasien dianjurkan untuk memakai gelang informasi
medis atau bentuk lain dari identifikasi yang membawa informasi tentang risiko anafilaksis.
Pencegahan alergi
Cara utama untuk mencegah alergi adalah untuk menghindarinya. Namun, ada teknik lain
juga termasuk Leukotriene reseptor antagonis, semprotan steroid dan sebagainya.
Penghindaran penyebab alergi
Dalam banyak kasus mungkin alergi potensial harus dihindari. Ini berarti menghindari
alergi yang memicu makanan seperti kacang-kacangan, telur, gandum, gluten, kedelai atau susu
dll.
Ini juga berarti menghindari di luar rumah selama musim serbuk sari penyebaran di
lingkungan, menghindari hewan peliharaan dan hewan ketombe dan menjaga rumah bersih dan
bebas dari debu dan tungau.
Umum Metode penghindaran penyebab alergi
Umum Metode penghindaran penyebab alergi termasuk (1-4):
Penghindaran tungau-Ini adalah serangga kecil yang berkembang biak dalam debu
rumah tangga. Untuk mengurangi mereka kayu atau keras vinil penutup lantai harus lebih
disukai atas karpet wol. Bantal, mainan dan pelapis harus dibersihkan secara teratur
dengan mencuci atau debu. Alergi rentan individu harus menggunakan bantal sintetis dan
akrilik duvets agak Kaos selimut dan kapas atau bawah bantal.
Mencegah pet alergi-Serpihan kulit mati dari hewan peliharaan adalah alasan untuk
alergi. Hewan peliharaan harus dihindari atau seharusnya tidak diperbolehkan dalam
kamar tidur dan daerah hidup. Perawatan dan mencuci secara teratur juga membantu.
Preventing cetakan alergi-Spora jamur yang tumbuh di daerah basah dan membusuk.
Ventilasi yang baik dan kering, kering dan bersih pakaian penyimpanan dalam lemari dan
penghapusan damps dari rumah membantu mencegah alergi dari cetakan.
Mencegah alergi makanan-Semua produsen diperintahkan oleh hukum untuk jelas label
makanan yang dapat diketahui penyebab alergi seperti gandum, gluten, telur, ikan, susu,
kacang, kacang-kacangan, kacang kedelai, pengawet lambang s dioksida dan sulphites
dll. Orang-orang dengan alergi dianjurkan untuk memeriksa label dengan hati-hati
sebelum mengkonsumsi makanan.
Mencegah alergi serbuk sari-Alergi serbuk sari biasanya mempengaruhi orang selama
musim semi (untuk mereka alergi terhadap tepung sari pohon) dan musim panas (untuk
mereka alergi terhadap rumput serbuk sari). Pasien yang dianjurkan untuk memeriksa
laporan cuaca untuk menghitung serbuk sari dan tinggal di dalam ruangan jika ada
peringatan serbuk sari yang tinggi di luar. Cara lain untuk mencegah alergi
Langkah-langkah penting lain untuk pencegahan alergi meliputi:
Eksklusif menyusui selama empat bulan pertama kehidupan.
Hidup dengan orang tua yang tidak merokok.
Paparan probiotik baik bakteri dalam makanan bayi.
Dimasukkannya vitamin c dan E, dan omega-3 minyak polyunsaturated dalam diet.
Mereka tinggal di peternakan dan terbuka untuk bermain di tanah yang juga beresiko
rendah alergi.
Cara lain untuk mencegah alergi termasuk leukotriene reseptor antagonis dan
immunotherapy dan sebagainya.
Leukotriene reseptor antagonis
Obat untuk kelas ini termasuk Monteleukast dan Zafirleukast. Ini blok reaksi alergi yang
dipicu oleh leukotrin bahan kimia yang dilepaskan selama alergi.
Mereka digunakan untuk mengobati asma. Agen ini tidak mengurangi gejala dalam
serangan akut tetapi dapat mencegah serangan masa depan.
Immunotherapy atau hyposensitisation
Ini bertindak dengan memperkenalkan alergi untuk individu rentan perlahan-lahan dalam
dosis kecil. Tubuh akhirnya menjadi kurang sensitif terhadap alergi.
Alergi biasanya disuntikkan di bawah kulit lengan atas. Suntikan spasi pada interval
minggu atau kurang dengan dosis perlahan-lahan naik alergi.
Pada penyakit puncak mereka diberikan suntikan setiap beberapa minggu selama setahun
atau dua untuk tumpul kepekaan terhadap protein asing. Terapi ini digunakan dalam demam
parah atau pet alergi. Terapi ini dilakukan di bawah pengawasan medis.
Terapi baru untuk mencegah alergi
Terapi baru dalam pencegahan alergi termasuk pengembangan vaksin DNA, antibodi
Anti-IgE yang mengikat: Immunoglobulin E dan inactivate itu (misalnya Omalizumab) dan
modifikasi dari situs-situs pengikatan IgE.
IRITASI
Iritasi merupakan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi sebagai eritema, edema ringan
dan pecah-pecah. Iritasi menunjukkan suatu reaksi yang berubah terhadap suatu bahan tertentu
yang tidak melibatkan sistem imun tubuh dapat terjadi pada setiap orang, dan ada beberapa
faktor-faktor tertentu yang memegang peranan seperti keadaan permukaan kulit, lamanya bahan
bersentuhan dengan kulit, usia pasien, adanya oklusi dan konsentrasi dari bahan. Gejalanya
eritema(kemerahan) dan vesikulasi (berair), disertai rasa gatal dan panas. Iritasi ini dapat terjadi
akibat pemakaian kosmetik, terutama yang mengandung bahan bersifat asam, basa, dan abrasif.
Adakalanya suatu bahan kimiawi menyebabkan suatu respons iritasi pada kulit sebagai
contoh: sabun, jika disertai dengan mencuci berulang-ulang dapat menyebabkan iritasi kulit.
INFEKSI
Infeksi berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia
yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998 ).
Patofisiologi Infeksi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi
dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan
limporetikularis disuluru tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit
B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama
menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa
diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh
tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang
berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses
atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan
ikat). (Sjamsuhidajat R, 1997 ).
Gambaran klinis
Gambaran klinis infeksi pasca bedah adalah : Rubor (kemerahan), kalor (demam
setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan
terangsang oleh peradangan sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan
mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan
peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat R. 1997.).
Etiologi Infeksi
Beberapa kuman gram positif (stroptokokus, stapilokokus) garam negatif
(Enterobakrerium, pseudomonas) kuman anaerob (klostrodium, bakriodes, blasto-mikosis) dan
virus (Hepatitis, herpes, poliomyelitis) .(Sjamsuhidajat,1997 ).