resume kompilasi blok 4 skenario 4.docx

114
RESUME SKENARIO 4 GATAL Oleh: PANACEA

Upload: udunk-adhink

Post on 22-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

RESUME

SKENARIO 4

GATAL

Oleh:

PANACEA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

SKENARIO 4

Gaga seorang mahasiswi kedokteran umur 23 tahun terlihat serius menceritakan keluhannya

kepada temannya. Dia merasakan gatal pada wajah dan badan, serta muncul bentol-bentol merah

pada kulit badannya. Keluhan tersebut terasa sehari setelah dia belajar berenang bersama teman-

temannya, tetapi teman-temannya tidak mengeluhkan hal serupa. Gaga mencoba membuka-buka

catatan kuliah dan mencoba browsing untuk mencari tahu etiologi dan patofisiologi penyakit

yang dialaminya.

Page 3: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Gatal : sebuah sensasi tidak nyaman pada kulit yang terasa seolah-olah ada sesuatu yang

merayap di kulit dan membuat penderitanya ingin menggaruk daerah yang terkena.

2. Etiologi : Ilmu pengetahuan tentang factor-faktor yang menyebabkan penyakit serta

meyode masuknya factor-faktor tersebut ke tubuh penderita.

3. Patofisiologi : ilmu yang mempelajari gangguan-gangguan fungsi pada organ tubuh.

Page 4: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Gatal

iritasi

Sistem integumentum:

anatomihistologifisiologi

sistem imunitas:fisiologialergiterapi

infeksi

penyebab aktifnya imunitas:alergenparasit

mikroorganismeflora normal

Page 5: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

1. Sistem Integumen

1. Anatomi

Asal Kulit : Ektoderm è Epidermis

Mesoderm è Dermis

Pigmentasi : kulit mengandung melanin yang diproduksi oleh melanosit

Page 6: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Lapisan kulit

1. Epidermis : terdiri dari epitel berlapis pipih bertanduk

a. stratum basale,

merupakan selapis sel silindris terletak di atas lapisan membrane basalis,

disebut juga stratum silindrikum

sering mengalami mitosis sehingga disebut stratum germinativum

disebut juga stratum Malpighi

b. stratum spinosum

terdiri dari beberapa lapis sel polihedris yang mempunyai jembatan antar sel

sehingga tapak berduri

sering mengalami mitosis, disebut juga stratum germinativum

c. stratum granulosum

terdiri dari 2-4 lapis sel polihedris rendah (diamond shape)

sitoplasma mengandung butir-butir keratohyalin

sel akan mati sehingga inti melarut (lisis)

d. stratum lucidum

Sel-sel mengalami kematian, inti melarut sehingga tampak sebagai lapisan

yang homogeny dan transparan.

Mengandung eleidin

e. stratum korneum

merupakan lapisan homogeny (tanduk) mengalami keratinisasi, inti tidak

tampak

f. stratum disjuntum

merupakan lapisan stratum korneum yang terlepas.

Page 7: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

● Epidermis mengandung 3 jenis sel, antara lain: melanosit, sel

langerhans, dan sel merkel.

1. Melanosit berasal dari sel krista saraf, sel ini memiliki

juluran sitoplasma becabang ke dalam epidermis. Melanosit

terletak antara statum basal dan statum spinosum epidermis

dan menyintesis pigmen coklat melanin, melanin di bentuk dari

asam amino tirosin oleh melanosit. Melanin memberi warna

gelap pada kulit, dan pemaparan kulit terhadap sinar matahari

merangsang pembentukan melanin. Melanin ada 2 macam,

eumelanin dan feomelanin. Eumelanin adalah pigmen coklat

tua yang terdapat di antara sel-sel stratum basale dan dalam

folikel rambut; Feomelanin adalah pigmen yang ditemukan di

dalam rambut merah dan mengandung sistein. Fungsi melanin

adalah melindungi kulit dari efek radiasi ultraviolet yang

merusak.

Page 8: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Gambar sebuah melanosit.

2. Sel langerhans terutama di temukan di statum spinosum.

Sel ini berperan dalam sistem imun tubuh. Sel langerhans

mengenal,memfagosit dan memproses antigen asing dan

menyajikan pada limfosit T untuk memicu respon imun.

Karena itu sel ini berfungsi sebagai sel penyaji-antigen kulit

3. Sel merkel di temukan di lapisan basal epidermis dan

paling banyak di ujung jari. Karena sel ini berhubungan erat

dengan akson aferan (sensorik) tidak bermielin, sel ini di duga

berfungsi sebagai mekanoreseptor untuk mendeteksi tekanan.

2. Dermis , terdiri dari 2 lapis:

a. stratum papillare

lokasi : tepat di bawah epidermis,

terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur dengan sabut-sabut kolagen yang

halus.

Mempunyai tonjolan ke arah epidermis yang disebit dermal papil.

Kaya akan pembuluh darah sehingga disebut stratum spongiosum

b. stratum retikulare

lokasi : di bawah stratum papillare,

terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur dengan sabut-sabut kolagen yang

kasar,

kapiler jaringan,

sabut tampak lebih padat sehingga disebut stratum compactum

Page 9: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Jenis Kulit

1. Kulit Tebal

Epidermis tebal (400-600 mikrometer), terutama pada stratum korneum

Dermis relatif tipis

Tidak berambut

Terdapat pada kulit telapak tangan dan telapak kaki

Terdapat finger mark (sidik jari) yaitu lekukan-lekukan pada epidermis yang

khas pada tiap individu dan bersifat herediter, serta polanya tidak akan berubah

seiring bertambah tua umur seseorang

2. Kulit Tipis

Epidermis tipis (75-150 mikrometer), terutama pada stratum korneum

Berambut

Terdapat pada seluruh tubuh kecuali bagian telapak tangan dan telapak kaki

Derivat Kulit

A. Kuku

Kuku, kuku jari tangan dan kuku jari kaki adalah lempeng pelindung yang

berasal dari perpanjangan epidermis ke dalam lapisan dermis.

1. Kuku adalah lempeng keratin keras berlekuk yang terletak di atas dasar

kuku yang nutrisinya disuplai dari pembuluh darah.

2. Badan kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam di kulit. Pertumbuhan

kuku kira-kira 0,5 mm per minggu.

Page 10: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

3. Kutikel (eponikium) adalah lipatan epidermis berlekuk yang menutup akar

kuku. Hiponokium adalah stratum korneum tebal dibawah ujung lepas kuku.

4. Lunula adalah area kaputihan berbentuk melengkung dekat kutikel.

B. Rambut

Rambut atau pili ada pada hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sebagian besar

berupa rabut vellus yang kecil dan tidak berwarna. Rambut terminal biasanya

kasar dan dapat dilihat. Rambut ini tertanam di dalam kulit kepala, alis, dan bulu

mata. Ketika masa pubertas rabut ini akan menggantikan posisi rambut vellus di

area ketiak dan pubis sebagai bagian dari karakteristik seksual sekunder.

1. Rambut berasal dari folikel rambut yang terbentuk sebelum lahir melalui

pertumbuhan dari epidermis ke dalam dermis.

a. Folikel rambut tubular membengkak pada bagian dasarnya, kemudian

membentuk bulbus rambut. Bulbus ini kemudian diinvaginasi suatu massa

yang tersusun dari jaringan ikat renggang, pembuluh darah, dan saraf yang

disebut papila dermal yang memberi nutrisi pada pertumbuhan rambut.

b. Sel-sel bulbus rambut yang terletak di atas papila disebut matriks germinal

rambut, dan analog dengan sel-sel stratum basalis pads epidermis. Setelah

mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah pada papila, sel-sel matriks

germinal kemudian membelah dan terdorong ke arah permukaan kulit

untuk menjadi rambut yang terkratinisasi penuh.

2. Rambut terdiri dari akar, bagian yang tertanam dalam folikel dan batang I

bagian atas permukaan kulit.

a. Kutikel adala lapisan terluar yang tersusun dari sel-sel mati ynag bersisik.

b. Lorteks adalah lapisan tengah yang terkeratinisasi, membentk bagian

utama batang rambut. Bagian ini mengandung jumlah pigmen beragam

yang menentukan warna rambut.

c. Sebuah medula, tersusun dari dua sampai lapisan sel. Pertumbuhan medula

buruk bahkan seringkali tidak terjadi, terutama pada rambu pirang.

Page 11: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

3. Otot erektor pili adalah pita tipis otot yang berhubungan dengan folikel

rambut. Kontraksi otot ini menyebabkan ujung-ujung rambut berdiri

(merinding) dan mengakibatkan keluarnya sekresi kelenjar sebasea.

4. Pertumbuhan rambut biasanya bersifat siklus.

a. Ada periode pertumbuhan pasti yang diikuti dengan fase istirahat, jika

rambut telah mencapai batas pertumbuhan maksimal.

(1) Selama masa istirahat, bagian dasar rambut berybah menjadi suatu masa

terkeratinisasi menyerupai pentungan yang tetap melekat pada folikel.

(2) Setelah masa istirahat bulbus rambut yang baru terbentuk dari bagian

bawah massa yang lama. Rambut baru yang mendorong kelenjar rambut

yang lama, sehingga rambut lama menjadi rontok.

(3) Di suatu saat tertentu, 90% rambut kepala sedang tumbuh dengan aktif,

sedangkan 10% sisanya istirahat.

b. Rambut di kulit kepala tumbuh dalam masa 2-6 tahun dan kemudian

memasuki fase istirahat selama 3 bula seelum rontok.

c. Rambut di tubuh tumbuh sepanjang kira-kira 0,05 inchi?/ minggu.

Sedangkan rambut pada kulit kepala membutuhkan waktu sekitar 7

minggu untuk dapat tumbuh sepanjang 1 inchi.

d. Kebotakan adalah suatu deteriorasi folikel yang progresif. Prevalensunya

lebih besar laki-laki karena memiliki karakteristik pengaruh genetik

kelamin yang akan muncul jika hormon laki-laki ada dalam tubuh.

Penampang rambut mempengaruhi sifat rambut

- Rambut lurus mempunyai penampang melintang bundar

- Rambut berombak mempunyai penampang lonjong

- Rambut keriting mempunyai penampang elips atau seperti ginjal

Kelenjar

Kelenjar keringat (sudoriferus)

Jenis sel pada bagian sekresi kelenjar keringat ( derivate kulit )

a. Sel gelap : sel pyramid yang melapisi sebagian besar permukaan luminal

bagian kelenjar.

Page 12: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

b. Sel bening : bagian yang tidak mengandung granula sekretoris.

Terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan struktur dan lokasinya.

a. Kelenjar keringat ekrin adalah kelenjar tubular simpel dan berpilin

serta tidak berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini

penyebarannya meluas ke seluruh tubuh, terutama pada telapak tangan,

telapak kaki, dan dahi. Sekresi dari kelenjar ini mengandung air dan

membantu pendinginan evaporatif tubuh untuk mempertahankan suhu

tubuh.

b. Kelenjar keringat apokrin adalah kelenjar keringat terspesialisasi yang

besar dan bercabang dengan penyebaran yang terbatas. Kelenjar ini

ditemukan pada aksila, areola payudara, dan regia anogenital.

(1) Kelenjar apokrin yang ditemukan di lipatan ketiak dan area anogenital

memiliki duktus yang membuka ke bagian atas folikel rambut. Kelenjar

ini mulai berfungsi pada masa pubertas untuk merespon stres atau

kegembiraan dengan mengeluakan semacam sekresi tidak berbau yang

kemudia akan berbau jika bereaksi dengan bakteri.

(2) Kelenjar seruminosa pada saluran telinga menghasilkan serummen atau

getah telinga, dan kelenjar silisris moll pada kelopak mata juga

termasuk kelenjar apokrin.

(3) Kelenjar mammae adalah kelenjar apokrin termodifikasi yang

mengalami spesialisasi untuk memproduksi susu.

Kelenjar sebasea

Mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel rambut. Kelenjar

sebasea, rambut, kelenjar keringat apokrin membentuk unit polisebasea, tetapi

terbentuk pada rambut di area genetalia, bibir, putting susu, dan areola

payudara.

a. Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin (sel-sel sekretoro menghilang

selama sekresi sebum).

b. Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan sel. Zat ini

berfungsi sebagai emoliens atau pelembut kulit dan merupakan suatu

barier terhadap evaporasi. Zat ini juga memiliki aktivitas bakterisida.

Page 13: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Reseptor Kulit :

Kulit adalah reseptor sensorik yang paling luas.

- Ujung saraf bebas terletak di dalam : epidermis, folikel rambut, kelenjar

kutaneus, dermis, dan subkutis. Ujung saraf ini sensitive terhadap rabaan,

tekanan, sensasi taktil, suhu, nyeri, gatal, dan lain sebagainya.

- Ujung saraf melebar : ujung Ruffini

- Ujung saraf bersimpai : badan vater-Paccini, badan meissner, dan badan

Krause.

Reseptor nyeri:

- Reseptor nyeri mekanosensitif, beberapa serat nyeri hampir seluruhnya

terangsang oleh stress mekanis berlebihan atau kerusakan mekanis pada

jaringan.

- Reseptor nyeri termosensitif, sensitive dengan panas atau dingin yang

ekstrim.

- Reseptor nyeri kemosensitif, sensitive terhadap berbagai zat kimia.

Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain

Ujung Saraf Bebas

Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada banyak

jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.Serat akhir

saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf

Page 14: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya

sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel

epidermis.Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin

berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum.Serat yang

berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu.Sehubungan dengan

folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan

melingkari folikel rambut dalam dermis.

Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus.Pada epidermis

berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk

badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel).Badan ini

merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma.Seperti

mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan

kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di

bawahnya.Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon

rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin.

Korpuskulus Peraba (Meissner)

Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada

ujung jari, bibir, puting dan genetalia.Bentuknya silindris, sumbu panjangnya

tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya

sekitar 40 mikron.Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium

saraf yang menyuplai setiap korpuskel.Pada bagian tengah korpuskel terdapat

setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal.Beberapa sel saraf menyuplai

setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang

mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin.Korpuskulus ini peka

terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik

(mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).

Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini)

Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada

telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo,

Page 15: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar

(panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat

dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.

Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga

telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus.Akson saraf

banyak mengandung mitokondria.Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang

tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng).Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan

dua alur longitudinal pada sisinya.

Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.

Korpuskulus Gelembung (Krause)

Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan

genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut.Korpuskel ini

berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron.Mempunyai sebuah

kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat

bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel

schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai

akhir saraf yang menggelembung sebagai gada.Korpuskel ini jumlahnya

semakin berkurang dengan bertambahnya usia.Korpuskel ini berguna sebagai

mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.

Korpuskulus Ruffini

Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula

sendi.Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung

akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor,

karena mirip dengan organ tendo golgi.

Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang

terbungkus dalam kapsula berlamela.Akhir saraf tak bermielin yang bebas,

bercabang disekitar berkas tendonya.Korpuskulus ini terangsang oleh regangan

atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.

Page 16: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

2. Histologi

2. Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh,

yang terdiri atas 2 lapisan :

1. Epitel yang disebut epidermis

2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium

Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm.

Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis

yang pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.

Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi menjadi :

-Kulit Tebal

-Kulit Tipis

KULIT TEBAL

Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel

rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang

dipisahkan oleh alur – alur dinamakan sulcus cutis.

Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari

epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang

dipisahkan oleh tonjolan epidermis.

Page 17: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula

sudorifera untuk menembus epidermis

Epidermis

Dalam epidermis terdapat dua sistem :

1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.

2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit

untuk sintesa melanin.

Disamping sel – sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu sel

Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.

Struktur histologis

Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:

1. Stratum basale

Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum karena

paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel.

Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris

atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir – butir pigmen.

Page 18: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

2. Stratum spinosum

Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum

germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel – sel dari stratum

basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.

Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral dan

pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan –

tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai

jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari

sel yang satu ke sel yang lain.

3. Stratum granulosum

Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel seperti

belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk seperti

sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir – butir.

Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir – butir

keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir keratohyalin

semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai

dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.

Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah

atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan

mati.

4. Stratum lucidum

Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum

corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat.

Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari

keratohialin.

5. Stratum Corneum

Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali

lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan

Page 19: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi.

Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang

disebut sebagai stratum disjunctivum

Dermis

Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :

1. Stratum papilare

Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk papilla

corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar

dengan serabut kolagen halus.

2. Stratum reticulare

Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut – serabut kolagen

kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Di dalamnya

selain terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya

mangandung butir – butir pigmen.

Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang

akan bermuara pada epidermis.

Page 20: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

3. KULIT TIPIS

Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan

kulit tebal.Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di

tubuh.

Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa

perbedaan :

1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.

2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.

3. Tidak terdapat stratum lucidium.

4. Stratum corneum sangat tipis.

5. Papila corii tidak teratur susunannya.

6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.

7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.

Subcutis atau Hypodermis

Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.

Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis.Pada

Page 21: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai mencapai 3cm atau

lebih,misalnya pada perut.Didalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.

Nutrisi Kulit

Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal dari

jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat

dalam celah-celah di antara sel-sel stratum Malphigi.

Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi

Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan

sedikit granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat

jarang.Tonofilamen yang terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam sel daerah

basal masih tidak begitu pada susunannya.

Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan

nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir

selubung membran atau keratinosum dan mengandung enzim fosfatase asam di duga

terlibat dalam pengelupasan stratum corneum.

Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya juga

karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara berkas

tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir keratohialin dalam sediaan dasar.

Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang,

dan keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan

kehilangan bentuk tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.

Sistem pigmentasi atau melanosit

Warna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :

a. Kuning disebabkan karena karoten

b. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobin

Page 22: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

c. Coklat sampai hitam karena melanin.

Hanya melanin yang dibentuk di kulit.

Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang terdapat di stratum Malphigi yang

dinamakan melanosit.Melanosit terdapat pada perbatasan epidermis-epidermis dengan

tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi butir-butir ,melanin menjalar di antara sel

Malphigi.melanosit tidak mamiliki desmosom dengan sel-sel Malphigi.

Jumlah melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat pada

genital,mulut,dan sebagainya.

Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen yang dihasilkan oleh melanosit dan

jumlah yang di pindahkan ke keratinosit.

Butir-butir melanin dibentuk dalam bangunan khusus dalam sel yang dinamakan

melanosom.Melanosom berbentuk ovoid dengan ukuran sekitar 0,2-0,6 mikron.

Apabila dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan menyebabkan albino.

Melanin di duga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar ultraviolet.

Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan melanofor pada

dermis.

Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum spinosum dari

epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu

mengikat, mengolah, dam menyajikan antigen kepada limfosit T, yang berperan dalam

perangsangan sel limfosit T.

Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki desmosom biasanya

terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga terdapat di daerah dekat anyaman

pembuluh darah dan serabut syaraf. Berfungsi sebagai penerima rangsang sensoris.

Hubungan antara Epidermis dan Dermis

Epidermis melekat erat pada dermis dibawahnya karena beberapa hal:

Adanya papila corii

Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis

Page 23: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel basal

epidermis.

4. Adneksa Kulit

Glandula Sudorifera

bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal terutama

pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan ductus

ekskretorius.

- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan

bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis. Kadang-

kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di luar sel epitel

tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabang-cabang dinamakan: sel

mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk membantu pengeluaran keringat

kedalam duktus ekskretorius

- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua.

Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat

apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula mammae dan glandula

areolaris Montogomery

Glandula Sebacea

Page 24: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak

(sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini

bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali pada

palpebra, papila mammae, labia minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel

rambut.

Rambut

Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel

epidermis.Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki,

bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut pada daerah-daerah

tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon

kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap

rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama

masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada

dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan

kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.

Page 25: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak papila

dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang akan membentuk

medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari akar rambut membelah dan

berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok padat yang berkeratin banyak, yang

akan membentuk korteks rambut. Lebih ke tepi terdapat sel-sel yang menghasilkan

kutikula rambut, sel-sel paling luar menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang

memisahkan folikel rambut dari dermis ialah lapisan hialin nonseluler, yaitu membran

seperti kaca (glassy membrane), yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung

akar rambut dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas

lapisan tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan bagian yang

bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang terdiri atas sel-sel

yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin di

dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis.

Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang

yang telah mengalami keratinisasi dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan

erat dengan selubung akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel

epidermis dan dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan

epidermis.

Page 26: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang rambut.

kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin, ketakutan ataupun

kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga menimbulkan lekukan pada kulit tempat

otot ini melekat pada dermis, sehingga menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu

roma. Sedangkan warna rambut disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan

pigmen dalam sel-sel medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan

memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui mekanisme yang serupa dengan yang

dibahas bagi epidermis.

Kuku

Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal.

Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan yang terjadi

pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan terjadilah sulcus matricis

unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan mengadakan proliferasi dan dibagian atas

akan menjadi substansi kuku sebagai keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah

lempeng kuku disebut nail bed. Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alur

Page 27: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

kuku adalah akar kuku(radix unguis).

Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar

epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum basale

dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal kuku disebut

sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum corneum

membentuk hyponychium.

5. Macam–macam Keratin

Di dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin lunak dan

keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut juga terdapat di

permukaan kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya pada epidermis yang dimulai dari

stratum granulosum dengan butir-butir keratohyalinnya, kemudian sel-sel menjadi jernih

pada stratum lucidum dan selanjutnya menjadi stratum korneum yang dapat dilepaskan.

Sedangkan keratin keras terdapat pada cuticula, cortex rambut dan kuku. Keratin keras

dapat diikuti terjadinya mulai dari sel-sel epidermis yang mengalami perubahan sedikit

demi sedikit dan akhirnya berubah menjadi keratin keras yang lebih homogen. Keratin

keras juga lebih padat dan tidak dilepaskan, serta tidak begitu reaktif dan mengandung

lebih banyak sulfur.

Page 28: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Regenerasi Kulit

Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis dan

subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda,

semakin bagus regenerasinya.

1. Fisiologi

.      Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis. Hal tsb

dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan

penunjang yang berperanan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.

Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari dengan

mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang

impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit

yang melindungi kontak zat-zat kimia dan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk

dari hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH

5 - 6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses

Page 29: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

kreatinisasi juga berperan sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri

secara teratur.

2.      Fungsi absorbsi,

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,

metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel,

menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang

melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

3.      Fungsi ekskresi,

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak beguna lagi atau sisa metabolisme

dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dana amonia. Sebum yang diproduksi melindungi

kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang

berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat di kulit

menyebabkan keasaman kulit pada pH 5 - 6.5.

4.      Fungsi persepsi,

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan

panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan

oleh badan-badan krause yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis

berperan terhadap rabaan, demikian pula badan markel ranvier yang terletak di epidermis.

Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan paccini di epidemis. Saraf-saraf sensorik

tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

5.      Fungsi pengaturan suhu tubuh,

Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot

berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan

kulit mendapat nutrisi yang cukup baik.

6.      Fungsi pembentukan pigmen,

Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf.

Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah serta

besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu. Warna

kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit,

reduksi Hb dan karoten.

Page 30: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

7.      Fungsi pembentukan vit D,

Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian

vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar

keringat dan otot-otot di bawah kulit

2. Patologi

1. Akne Vulgaris

Merupakan proses peradangan kronik kelenjar sebasea karena tingginya produksi

sebum.

Yang merangsang produksi sebum adalah androgen dan yang menekan adalah

esterogen.

Akne biasanya muncul pada usia pubertas, untuk wanita usia 20 tahun ke atas,

apabila terdapat akne biasanya dikarenakan oleh kosmetik dan penanganan yang

salah pada akne yang sudeh ada sehingga memicu munculnya akne lagi.

Mekanisme munculnya akne:

Ada yangberupa komedo putih yang akan menjadi pustula dan papula

Ada yang berupa komedo hitam yang menutup saluran sebum. Di situ juga

terdapat bakteri Propionibacterium acnes yang menghasilkan lipase yang

mengubah sebum trigiserida menjadi asam lemak bebas, sehingga akan timbul

peradangan dermis. Peradangan itu akan membentuk pustula dan kista. Pada

saatnya, pustula dan kista akan pecah, kering, dan sembuh.

2. Eksema

è Merupakan segala jenis lesi kulit yang disertai kemerahan, lepuh, basah, skuama,

menebal, dan gatal.

è Macamnya: eksema atopik, eksema kontak alergi, eksema tangan, neurodermatitis,

dermatitis seboroik.

3. Infeksi

a. Infeksi oleh virus

è Kutil: oleh HPV

Page 31: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

è Moluskum Kontangiosum

è Herpes simpleks

è Varisela

è Herpes zoster

è Eksantema virus

b. Infeksi oleh jamur

è Kandidiasis

c. Infeksi oleh bakteri

è Impetigo

è Selulitis

è Erisipelas

è Eritrasma

è trikomikosis

4. Tumor

2.PARASITOLOGI

Definisi

ilmu yang mempelajari organisme yang hidup/ tinggal pada atau di dalam organisme

lain secara permanen atau sementara dengan tujuan untuk mengambil makanan melalui

hubungan diantara keduanya (Brown, 1994).

Dari definisi tersebut menunjukkan adanya dua macam organisme yang penting yaitu

yang berperan sebagai parasit dan ada yang berperan sebagai hospes/inang. Hubungan

yang terjadi diantaranya keduanya disebut sebagai host-parasite relationship yang

meliputi ;

1. Simbiosis : hubungan diantara dua organisme yang tidak saling merugikan.

a. Simbiosis mutualisme : hubungan diantara dua organisme yang saling

menguntungkan

b. Simbiosis komensalisme: hubungan diantara organisme yang menguntungkan

salah satu organisme dan tidak merugikan yang lainnya.

2. Parasitisme : hubungan timbal balik diantara dua organisme yang merugikan salah

satu pihak.

Page 32: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

1.0.1 Berdasar tempat hidup

- Ektoparasit : hanya hidup di luar tubuh, tidak mempengaruhi metabolisme

Bersifat investasi

Contoh : kutu rambut, scabies

- Endoparasit : hidup di dalam sel, mempengaruhi metabolisme

Bersifat infeksi, infeksi ada 3 macam :

Reinfeksi : sudah pernah terinfeksi, lalu terinfeksi kembali

Superinfeksi : sudah terinfeksi, lalu terinfeksi lagi, dan

akibatnya lebih parah

Autoinfeksi : terinfeksi oleh diri sendiri

Contoh : malaria, Enterobius vermicularis

1.0.2 Berdasar sifat parasitisme

Parasit obligat (permanen) à simbiosis

Parasit fakultatif (opportunist) à Acanthamoeba, Naegleria

fowleri

Parasit temporer / intermiten à Strongyloides

stercoralis

Parasit koprozoik / spuria à parasit insidentil

Zoonosis à parasit hewan ke manusia

ex. Balantidiasis, Fascioliasis hepatica

Page 33: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Anthroponosis à parasit manusia ke hewan

ex. Trypanosomiasis

3.2 Hospes

- Hospes definitif : organisme yang merupakan hospes sebenarnya dari suatu parsit,

yaitu hospes yang ditumpangi parasit dalam bentuk dewasa dan menjadi tempat

berlangsungnya reproduksi seksual.

Contoh : manusia merupakan hospes definitif dari Ascaris lumbricoides.

- Hospes intermediet : hospes yang menjadi perantara tertularnya penyakit parasit, di

dalam hospes ini parasit dalam bentuk larva dan tempat berlangsungnya reproduksi

aseksual.

Contoh : Nyamuk merupakan hospes intermediet dari filariasis.

- Hospes paratenik : hospes yang menjadi tempat istirahat bagi stadium larva parasit

tertentu.

Contoh : Sistiserkus pada sapi dan babi.

- Hospes reservoir : hospes yang terus-menerus bertindak sebagai sumber penularan

dari penyakit parasit.

Contoh : kera di daerah sumatera sebagai hospes reservoir malayan filariasis.

3.3 Vektor

Organisme yang dapat membawa atau memindahkan penyebab suatu penyakit

parasit dari satu hospes ke hospes lainnya.

- Vektor Biologis : di dalam vektor tersebut parasit dapat mengalami perkembangan :

- propagative development : jumlah parasit berubah : Toxoplasma

- cyclo-development ; bentuk/stadiumnya berubah: Filaria

- cyclo-propagative development : bentuk dan jumlah berubah: Plasmodium

- Vektor mekanis : di dalam tubuh vektor parasit tidak mengalami perubahan apapun.

Page 34: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

3.4 Materi pembahasan Parasitologi Kedokteran :

Helminthology : mempelajari parasit cacing (helminth) yang termasuk dalam

phyllum berikut ini.

- Nemathelminthes : Nematoda

- Platyhelminthes : Cestoda dan Trematoda

Protozoology : mempelajari organisme ber sel satu yang hidup sebagai parasit

Entomology : mempelajari serangga (arthropoda) yang pending dalam ilmu

kedokteran

- Arthropoda : Crustacea, Arachnida, Insecta / Hexapoda, Chilopoda,

Diplopoda

3.5 Epidemiologi Parasit:

→ menunjukkan manifestasi penyakit parasit pada suatu komunitas atau populasi.

Dikenal istilah :

- Endemi : apabila prevalensi suatu penyakit parasit di suatu wilayah cenderung

tetap/stabil pada level moderat.

- Hiperendemi: apabila prevalensinya meningkat di suatu populasi

- Epidemi : apabila terjadi peningkatan yang tajam dari insiden atau terjadi wabah.

- Pandemi : apabila penyebaran penyakit meliputi wilayah yang luas di dunia.

- Sporadis : apabila hanya muncul kadang-kadang pada satu atu beberapa komunitas.

Penularan parasit terjadi melibatkan 3 faktor :

1. Sumber infeksi dan model penularan (mode of transmission)

2. hospes (susceptible host)

3. Lingkungan :fisik, biologis dan sosial-budaya

4. Tersedianya vektor

1. Keadaan penduduk (kepadatan, sosial, pendidikan, dll)

2. Distribusi kosmopolit, regional, lokal

Page 35: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Interaksi dari ketiga faktor tersebut terjadi pada siklus hidup yang masing-masing

parasit tidak sama. Oleh karena itu upaya-upaya pencegahan dilakukan dengan

memutus rantai siklus hidup.

3.6 Penyakit parasit yang banyak ditemukan di Indonesia :

1. Helminthology :

- Askariasis

- Ankylostomiasis

- Enterobiasis

- Filariasis

- Schistosomiasis japonica

- Taeniasis dan sistiserkosis

- Trikuriasis

2. Protozology :

- Amoebiasis

- Giardiasis

- Malaria

- Toxoplasmosis

- Trikomoniasis vaginalis

3. Entomology:

- Skabies

- Dengue fever/DHF: Aedes aegypti

- Chikunguya : Aedes albopictus

Page 36: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

- Malaria: Anopheles

- Insect bite : Scorpion, Black Widow Spider, Centipedes,

Millipedes

Pada beberapa dekade terakhir terdapat kecenderungan meningkatnya prevalensi

beberapa penyakit parasit di Indonesia, sehingga disebut re-emerging diseases :

- demam berdarah dengue

- demam chikunguya

- malaria

- taeniasis sistiserkosis

3.6 Kontrol arthropoda

1. Kontrol Lingkungan

Cara ini merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya

dapat bersifat permanen. Misalnya, membersihkan tempat-tempat hidup

arthropoda.

2. Kontrol Kimia

Cara ini menggunakan golongan insektisida seperti :

• golongan organochlorin

• golongan organoposgat

• golongan carbomate,

tetapi sering terjadi resistensi dan dapat menimbulkan kontaminasi lingkungan.

3. Kontrol Biologi

Ditujukan untuk mengurangi polusi lingkungan akibat pemakaian insektisida yang

berasal dari bahan-bahan beracun.Misalnya, memelihara ikan.

Page 37: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

4. Kontrol Genetik

Ada beberapa teknik :

• Steril Technique

• Citoplasmic Incompatibility

• Choromosomal Translokasi

i. Morfologi dan siklus hidup

Morfologi menjelaskan mengenai bentuk parasit dan stadiumnya, seperti telur,

larva, dan dewasa. Dijelaskan pula tentang ciri khas dari parasit untuk membedakan

dengan parasit lainnya. Morfologi ini merupakan dasar identifikasi parasit yang

mendukung diagnosis.

Siklus hidup menjelaskan tentang tahap-tahap pertumbuhan atau perkembangan

parasit beserta habitatnya, sehingga penting berkaitan dengan patogenesis

timbulnya penyakit. Dalam siklus hidupnya, parasit mengalami beberapa tingkat

perubahan bentuk. Siklus hidup parasit dibedakan menjadi :

a. Daur hidup langsung / sederhana

Dalam siklus langsung ini stadium infektif dari parasit yang dilepaskan oleh

hospes 1 langsung diambil atau seringkali dimakan oleh hospes lain,

kemudian parasit ini tumbuh dan berkembang dalam hospes lain ini.

b. Daur hidup tak langsung

Dalam daur hidup tak langsung ini parasit memerlukan lebih dari satu

hospes. Parasit ini membutuhkan hospes definitif dan juga hospes

intermediate.

Siklus hidup parasit ini penting sekali diketahui karena sangat berhubungan dengan

pencegahan dan pemeberantasan penyakit parasit tersebut.

Page 38: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

ii. Mekanisme transmisi

Adalah mekanisme terjadinya penularan suatu penyakit parasit. Penularan penyakit

dapat terjadi karena berpindahnya stadium infektif dari parasit dari satu hospes ke

hospes lainnya melalui jalan masuk yang disebut portal of entry . dan dikeluarkan

meninggalkan tubuh hospes melalui jalan keluar tertentu yang disebut portal of

extry dengan cara perpindahan tertentu (mode of transmission).

portal of entry

a. Mulut à protozoa usus, nematoda usus

b. Menembus kulit à Ancylostoma duodenale

c. Gigitan arthropoda à baik sebagai vektor atau ektoparasit à

anopheles, scabies

d. Inhalasi à telur cacing Enterobius vermicularis

e. Transplacental à Toxoplasma gondii

f. Transmammary à Strongyloides stercoralis

g. Hub seksual à Trichomonas vaginalis

h. Transfusi darah à Plasmodium sp.

portal of extry

parasit dapat keluar masuk melalui saluran pencernaan, perkemihan,

genetalia, kulit, dan membran mukosa yang rusak, dan juga darah.

iii. Sumber infeksi/ hospes reservoir

Sumber infeksi dapat berupa makhluk hidup dan benda mati, meliputi

Manusia : penderita, orang sehat yang mengandung parasit (karier).

Binatang : binatang peliharaan, ternak, binatang buas/liar, dan

serangga.

Benda mati : tanah, air, sayuran, pakaian, dan benda lain yang

terkontaminasi parasit.

Contoh :

1. Tanah terkontaminasi à Ascariasis

2. Air terkontaminasi à Amoebiasis, Giardiasis

Page 39: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

3. Makanan yg mengandung stadium infektif à ikan air tawar à Dyphillobotriasis,

daging babi à Trichinellosis, Taeniasis

4. Arthropoda penghisap darah à nyamuk Anopheles, Xenopsilla cheopsis

5. Tumbuhan air à Trapa sp. à Fasciolopsiasis

6. Dari diri sendiri à Strongyloidiasis, Enterobiasis

7. Manusia lain à Entamoeba histolytica

iv. Patofisioligi dan gejala klinis

Menjelaskan tentang proses patologis yang terjadi di ddalam tubuh hospes setelah

parasit masuk sehingga menimbulkan gejala klinis. Proses patologis tersebut

dipengaruhi keadaan hospes, seperti umur, ras, status gizi, daya tahan tubuh, dan

organ yang diserang serta dipengaruhi parasit itu sendiri, seperti jumlah, stadium,

dan daya patogenitasnya.

v. Diagnosis dan terapi

Diagnosis penyakit parasit ditegakkan berdasarkan anamnesis seperti riwayat pergi

ke daerah endemik atau tinggal di wilayah endemik, pemeriksaan fisik sesuai gejala

klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi parasit serta pemeriksaan

penunjang seperti USG, CT-scan, radiologi, dan biopsi. Bahan yang diperiksa

tergantung jenis parasit dan habitatnya, meliputi tinja, urin, feses, dan sputum

jaringan.

vi. Usaha-usaha pencegahan

Menjelaskan mengenai upaya-upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk

mencegah perkembangan suatu penyakit parasit. Upaya tersebut harus didasari

pengetahuan tentang siklus hidup parasit karena dilakukan dengan memutus rantai

siklus hidup parasit. Selain itu juga meliputi pengobatan terhadap sumber infeksi.

PERAN ARTHROPODA DALAM KEDOKTERAN

1. Artropoda yg menularkan penyakit (vektor dan hospes perantara)

2. Artropoda yg menyebabkan penyakit (parasitik)

3. Artropoda yg menimbulkan kelainan krn toksin yg dikeluarkan

4. Artropoda yg menyebabkan alergi

5. Artropoda yg menyebabkan entomofobia

Page 40: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

ARTHROPODA PENYEBAB ALERGI :

1. Kontak Langsung

a. Kupu-kupu (butterfly, moth) à Lepidopterisme

b. Larva kupu-kupu à erusisme / caterpillar dermatitis

c. Tungau Dermatophagoides ( TDR )

2. Sengatan

a. Lebah (Hymenoptera)

b. Kalajengking (Scorpionida) à Centruroides

3. Gigitan

a. Kelabang (Chilopoda/centipedes)

b. Laba-laba (Arachnea)

c. Cimex (Hemiptera)

d. Sengkenit – ticks (Acarina)

PENYAKIT YANG DISEBABKAN ARTHROPODA

1. Skabies

2. Demodisiosis

3. Pedikulosis

4. Pthirisiasis

5. Myasis

ARTHROPODA PENYEBAB ALERGI

1. Kontak langsung:

a. Kupu-kupu: kontak dengan bulu di ventral abdomen

b. Ulat: bulunya mengandung toksik menyebabkan produksi histamin

2. Sengatan

a. Lebah: mengandung toksin yang bisa menyebabkankematian apabila tersengat

berkali-kali dalam suatu waktu

b. Kalajengking: mempunyai penyengat yang dapat menyebabkan alergi.

3. Gigitan

a. Kelabang: mengeluarkan toksin yang mengandung antikoagulan

Page 41: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

b. Laba-laba

c. Cimex: kutu busuk, bisa menyebabkan dermatitis

d. sengkenit

Sistematika Parastologi Kedokteranvii. Penyebaran penyakit/distribusi geografis

Dijelaskan mengenai penyebaran penyakit di dunia serta faktor-faktor lingkungan,

musim, budaya, dan kebiasaan masyarakat yang mempengaruhinya.

Dikenal istilah :

- Endemi : apabila prevalensi suatu penyakit parasit di suatu wilayah cenderung

tetap/stabil pada level moderat.

- Hiperendemi: apabila prevalensinya meningkat di suatu populasi

- Epidemi : apabila terjadi peningkatan yang tajam dari insiden atau terjadi

wabah.

- Pandemi : apabila penyebaran penyakit meliputi wilayah yang luas di dunia.

- Sporadis : apabila hanya muncul kadang-kadang pada satu atu beberapa

komunitas.

Penularan parasit terjadi melibatkan 5 faktor :

3. Sumber infeksi (penderita ataupun hospes reservoir)4. Keadaan ling`kungan (iklim, curah hujan, kelembaban suhu, sinar matahari,

sanitasi, dll)5. Tersedianya vektor6. Keadaan penduduk (kepadatan, sosial, pendidikan, dll)7. Distribusi kosmopolit, regional, lokal

Interaksi dari faktor tersebut terjadi pada siklus hidup yang masing-masing parasit

tidak sama. Oleh karena itu upaya-upaya pencegahan dilakukan dengan memutus

rantai siklus hidup.

viii. Habitat → klasifikasi parasit

Habitat adalah organ atau bagian tubuh tertentu dari hospes yang menjadi tempat

tinggal parasit. Klasifikasi parasit dapat berdasarkan habitatnya seperti nematoda

usus, darah, dan jaringan.

ix. Morfologi dan siklus hidup

Page 42: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Morfologi menjelaskan mengenai bentuk parasit dan stadiumnya, seperti telur,

larva, dan dewasa. Dijelaskan pula tentang ciri khas dari parasit untuk membedakan

dengan parasit lainnya. Morfologi ini merupakan dasar identifikasi parasit yang

mendukung diagnosis.

Siklus hidup menjelaskan tentang tahap-tahap pertumbuhan atau perkembangan parasit beserta habitatnya, sehingga penting berkaitan dengan patogenesis timbulnya penyakit. Dalam siklus hidupnya, parasit mengalami beberapa tingkat perubahan bentuk. Siklus hidup parasit dibedakan menjadi :

c. Daur hidup langsung / sederhanaDalam siklus langsung ini stadium infektif dari parasit yang dilepaskan oleh hospes 1 langsung diambil atau seringkali dimakan oleh hospes lain, kemudian parasit ini tumbuh dan berkembang dalam hospes lain ini.

d. Daur hidup tak langsungDalam daur hidup tak langsung ini parasit memerlukan lebih dari satu hospes. Parasit ini membutuhkan hospes definitif dan juga hospes intermediate.

Siklus hidup parasit ini penting sekali diketahui karena sangat berhubungan dengan pencegahan dan pemeberantasan penyakit parasit tersebut.

x. Mekanisme transmisi

Adalah mekanisme terjadinya penularan suatu penyakit parasit. Penularan penyakit

dapat terjadi karena berpindahnya stadium infektif dari parasit dari satu hospes ke

hospes lainnya melalui jalan masuk yang disebut portal of entry . dan dikeluarkan

meninggalkan tubuh hospes melalui jalan keluar tertentu yang disebut portal of

extry dengan cara perpindahan tertentu (mode of transmission).

portal of entry

a. Mulut à protozoa usus, nematoda usus

b. Menembus kulit à Ancylostoma duodenale

c. Gigitan arthropoda à baik sebagai vektor atau ektoparasit à

anopheles, scabies

d. Inhalasi à telur cacing Enterobius vermicularis

e. Transplacental à Toxoplasma gondii

f. Transmammary à Strongyloides stercoralis

Page 43: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

g. Hub seksual à Trichomonas vaginalis

h. Transfusi darah à Plasmodium sp.

portal of extry

parasit dapat keluar masuk melalui saluran pencernaan, perkemihan,

genetalia, kulit, dan membran mukosa yang rusak, dan juga darah.

xi. Sumber infeksi/ hospes reservoir

Sumber infeksi dapat berupa makhluk hidup dan benda mati, meliputi

Manusia : penderita, orang sehat yang mengandung parasit (karier).

Binatang : binatang peliharaan, ternak, binatang buas/liar, dan

serangga.

Benda mati : tanah, air, sayuran, pakaian, dan benda lain yang

terkontaminasi parasit.

Contoh :

8. Tanah terkontaminasi à Ascariasis

9. Air terkontaminasi à Amoebiasis, Giardiasis

10. Makanan yg mengandung stadium infektif à ikan air tawar à Dyphillobotriasis,

daging babi à Trichinellosis, Taeniasis

11. Arthropoda penghisap darah à nyamuk Anopheles, Xenopsilla cheopsis

12. Tumbuhan air à Trapa sp. à Fasciolopsiasis

13. Dari diri sendiri à Strongyloidiasis, Enterobiasis

14. Manusia lain à Entamoeba histolytica

xii. Patofisioligi dan gejala klinis

Menjelaskan tentang proses patologis yang terjadi di ddalam tubuh hospes setelah

parasit masuk sehingga menimbulkan gejala klinis. Proses patologis tersebut

dipengaruhi keadaan hospes, seperti umur, ras, status gizi, daya tahan tubuh, dan

organ yang diserang serta dipengaruhi parasit itu sendiri, seperti jumlah, stadium,

dan daya patogenitasnya.

Page 44: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

xiii. Diagnosis dan terapi

Diagnosis penyakit parasit ditegakkan berdasarkan anamnesis seperti riwayat pergi

ke daerah endemik atau tinggal di wilayah endemik, pemeriksaan fisik sesuai gejala

klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi parasit serta pemeriksaan

penunjang seperti USG, CT-scan, radiologi, dan biopsi. Bahan yang diperiksa

tergantung jenis parasit dan habitatnya, meliputi tinja, urin, feses, dan sputum

jaringan.

xiv. Usaha-usaha pencegahan

Menjelaskan mengenai upaya-upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk

mencegah perkembangan suatu penyakit parasit. Upaya tersebut harus didasari

pengetahuan tentang siklus hidup parasit karena dilakukan dengan memutus rantai

siklus hidup parasit. Selain itu juga meliputi pengobatan terhadap sumber infeksi.

3.MIKROBIOLOGI (FLORA NORMAL)

Flora Normal

Jenis – Jenis Flora Normal:

a. Flora tetap (resident flora)

Terdiri atas mikroorganisme relatif menetap dan ditemukan pada

bagian tubuh tertentu manusia, jenisnya tergantung pada usia, jenis

kelamin, dan apabila berubah mereka akan segera kembali seperti semula.

b. Flora sementara (Transient flora)

Terdiri dari mikroorganisme non patogen atau potensial patogen

yang tinggal dikulit dan selaput mukosa selama 1 jam sampai beberapa

minggu. Umumnya berasal dari lingkungan sekitar. Pada kondisi normal

tidak menimbulkan penyakit kecuali flora resident sedang terganggu.

Peran penting flora normal:

1. Membantu pencernaan di usus dengan cara mempermudah penyerapan

makanan di usus (Lactobacillus)

Page 45: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

2. Membuat Vit K dan B kompleks

3. Mencegah kolonisasi kuman patogen

4. Menjaga keseimbangan lingkungan pada tubuh (menjaga pH tubuh)

Flora normal dapat merugikan jika :

1. Supresi terhadap kuman flora normal menyebabkan kekosongan, dan

digantikan oleh mikroba lingkungan.

Contoh: - pemakaian antibiotika terlalu lama

- sering menggunakan bahan desinfektan pada tubuh tertentu untuk

menghilangkan bau badan

2. Pindah habitatnya.

Contoh: - dari beberapa bagian tubuh manusia melalui paralatan yang tidak

steril

- tangan manusia yang tidak cuci tangan

3. Pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen.

Contoh: - daya tahan tubuh menurun/stress

- trauma/luka

4. Kontaminasi pengambilan spesimen. apabila tidak aseptik, dapat

menyebabkan hasil positif palsu.

Flora normal dapat menjadi resisten jika kita mengkonsumsi antibiotic secara terus

menerus sehingga dapat menimbulkan penyakit bagi kita. Resisten ada 3 macam, yaitu

resisten bawaan (primer), resisten dapatan (sekunder), resisten episomal.

- Resisten bawaan (primer) : resisten alamiah, bakteri memiliki dinding sel yang

berguna untuk melindungi dirinya dari paparan antibiotic

- Resisten dapatan (sekunder) : kontak dengan antibiotic dalam waktu yang cukup

lama, sehingga menyebabkan flora mengalami mutasi atau adaptasi (membentuk

enzim yang dapat melawan efek obat)

Page 46: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

- Resisten episomal : disebabkan factor genetic diluar kromosom, karena

berpindahnya plasmid dari bakteri yang resisten ke bakteri lain (baru) sehingga

bakteri baru tersebut resisten.

Contoh flora normal yang bersifat pathogen :

Banyak sisa makanan di dalam rongga mulut sehingga sisa makanan tersebut

diuraikann oleh bakteri. Penguraian sisa makanan tersebut menghasilkan asam yang

dapat menyebabkan demineralisasi pada email gigi. Demineralisasi yang terus

menerus pada email gigi dapat menyebabkan gigi berlubang.

Organ tubuh yang steril dari flora normal :

- Telinga tengah dan telinga dalam

- Laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus, sinus hidung

- Usus halus, hati, kandung empedu, peritoneum

Flora normal pada kulit

Mudah kontak dengan lingkungan (air,tanah,udara), maka cenderung

diketemukan kuman flora normal transient. Jumlah kuman flora normal

tidak selalu sama pada bagian tubuh, tergantung:

- Perbedaan sekresi

- Kebiasaan memakai pakaian

- Kebiasaan membersihkan badan

- Kedekatan dengan selaput lendir

- Jenis kelamin dan umur

Contoh :

Staphylococcus

Enterobacter

Streptococcus Sp

Corynebacterium

Flora normal pada mata

Mikroorganisme pada konjungtiva:

Corynebacterium Xerosis

Page 47: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Staphylococcus haemolyticus

Streptococcus nonhaemolyticus

Haemophilus Sp

Flora konjungtiva pada keadaan normal dikendalikan oleh kelanjar

airmata yang keluar dan mengandung lizosim.

Flora normal pada Sal Pernapasan

Kuman yang masuk hidung telah disaring oleh bulu-bulu hidung

namun masih sebagian bisa menempel sebagai penghuni flora normal.

Kuman penghuni mukosa hidung adalah :

Streptococcus haemolyticus

Staphylococcus Sp

Korinebacteria

Beberapa kuman asal mukosa hidung dapat masuk ke trakhea dan

bronkhi tapi segera dikeluarkan melalui mekanisme batuk.

Flora normal pada saluran pencernaan

Pada mulut bayi, sewaktu lahir steril, namun mudah terkontaminasi

melalui jalan lahir juga minum susu. Dalam 4-12 Jam setelah lahir, sudah

ditemukan streptococcus viridans kemudian staphylococcus, diplococcus,

mycoplasma ditambah flora-flora normal lain.

Pada lambung kosong, bebas dari mikroba. Umumnya mikroba masuk

bersama dengan makanan, namun mati karena pH dan asam lambung serta

enzim-enzim pencernaan lainnya. Namun ada beberapa mikroba yang tahan

terhadap pH dan asam lambung, seperti : Helicobacter pylori, Salmonella,

Shigella, V Colera.

Flora normal pada urogenital

Pada uretra: kuman pada uretra dapat mengakibatkan masalah seperti

kontaminasi saat pengambilan spesimen dan beberapa dapat menyebabkan

ISK (infeksi saluran kemih).

Page 48: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Pada vagina: pada bayi baru lahir, mulai muncul Lactobacillus

Bordelein yang berguna untuk mempertahankan pH asam. Pada masa muda,

campuran kokus dan basil menyebabkan pH menjadi netral. Kemudian

setelah menjadi pubertas, pH menjadi asam kembali akibat penguraian

glikogen oleh Lactobacillus. Pertahanan pH sangat penting untuk mencegah

kolonisasi kuman patogen.

Beberapa jenis hubungan tubuh manusia dengan flora normal:

1. Mutualisme.

Dalam hubungan mutualisme, baik tuan rumah dan mikroba mendapat

manfaat dari hubungan. Contoh terbaik jika hal ini adalah E. Coli. Organisme

ini tinggal di usus, di mana ia menerima makanan, dan pada gilirannya

menghasilkan vitamin K, yang tubuh manusia membutuhkan untuk proses

pembekuan darah.

2. Komensalisme

Sebuah hubungan commensalist di mana salah satu pasangan dari

hubungan manfaat, dan pasangan lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan.

3. Parasitisme.

Sebuah hubungan parasit adalah di mana satu organisme mengambil

manfaat dengan mengorbankan host. Biaya untuk host dapat bervariasi dari

ringan sampai fatal. Parasit eksternal (ektoparasit) dikatakan menyebabkan

investasi, parasit internal (endoparasit) dikatakan menyebabkan infeksi.

4. Patogenik.

Sebuah hubungan patogenik di mana suatu organisme menyebabkan

kerusakan pada host selama infeksi. Oportunistik patogen yang menyebabkan

penyakit dalam sebuah host yang secara fisik cacat atau lemah.

Manfaat dari interaksi antara flora normal dan hostnya:

a. Manfaat untuk bakteri:

mereka memiliki tempat untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Page 49: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

b. Manfaat untuk host manusia:

- Kemampuan tuan rumah untuk memberi makan sendiri meningkat. Bakteri

dapat memproduksi vitamin (seperti B dan K), dan mungkin

menghancurkan pangan yang biasanya dicerna oleh tuan rumah menjadi

komponen-komponen yang dapat dicerna.

- Host dilindungi terhadap infeksi oleh organisme patogen. Hal ini terjadi

dalam beberapa cara. Pertama, flora normal menduduki semua celah yang

tersedia untuk bakteri, sehingga menyajikan patogen yang menyerang

dengan masalah menemukan tempat untuk jangkar itu sendiri. Kedua, flora

normal dapat outcompete para penyerang untuk makanan yang tersedia,

sehingga kelaparan penyerbu dan mencegahnya berkembang biak. Ketiga,

beberapa anggota flora normal memproduksi bahan kimia antibakteri

(bacteriocins) sebagai produk sampingan dari metabolisme mereka,

sehingga menghasilkan efek antibiotik lokal.

Manfaat utama efek dari flora normal yang diperoleh dari studi-studi ini:

1. Flora normal mensintesis dan mengeluarkan kelebihan vitamin dalam

kebutuhan mereka sendiri, yang dapat diserap sebagai nutrisi oleh tuan

rumah. Sebagai contoh, bakteri enterik mengeluarkan Vitamin K dan Vitamin

B12, dan bakteri asam laktat memproduksi B-vitamin tertentu. Hewan bebas

kuman mungkin kekurangan Vitamin K sejauh itu perlu untuk melengkapi diet

mereka.

2. Flora normal mencegah kolonisasi oleh patogen oleh lampiran bersaing

untuk situs atau untuk nutrisi penting. Hal ini dianggap menguntungkan

mereka yang paling penting efek, yang telah ditunjukkan dalam rongga mulut,

usus, kulit, dan epitel vagina.

3. Flora normal dapat menimbulkan kebencian bakteri lain melalui produksi

zat yang menghambat atau membunuh nonindigenous spesies. Bakteri usus

menghasilkan berbagai zat mulai dari yang relatif nonspesifik asam lemak dan

peroksida untuk bacteriocins sangat spesifik, yang menghambat atau

membunuh bakteri lain.

Page 50: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

4. Flora normal mendorong perkembangan jaringan tertentu, yaitu, sekum

dan beberapa jaringan limfatik (Peyer's patch) dalam saluran GI. Sekum dari

hewan bebas kuman diperbesar, berdinding tipis, dan berisi cairan,

dibandingkan dengan konvensional organ dalam binatang. Juga, berdasarkan

pada kemampuan untuk menjalani stimulasi imunologis, usus jaringan limfatik

bebas kuman hewan yang kurang berkembang dibandingkan dengan hewan

konvensional.

5. Flora normal merangsang produksi antibodi reaktif silang. Karena flora

normal berperilaku sebagai antigen pada hewan, mereka merangsang suatu

respon kekebalan, khususnya, sebuah antibodi-mediated imun (AMI) respon.

Rendahnya tingkat antibodi terhadap komponen flora normal diketahui

bereaksi silang dengan patogen terkait tertentu, dan dengan demikian

mencegah infeksi atau invasi. Antibodi dihasilkan terhadap antigen komponen

flora normal kadang-kadang disebut sebagai "alam" antibodi, dan antibodi

seperti kekurangan dalam bebas kuman hewan.

Tissue specifity pada flora normal

Merupakan kecenderungan flora normal untuk mendiami suatu jaringan

tertentu untuk hidup yang sesuai dengan habitatnya. Dipengaruhi oleh:

1. Tissue tropisme

Bakteri hidup di jaringan tertentu, karena di lokasi itu tersedia:

- nutrisi esensial, kondisi oksigen, pH dan suhu optimal untuk

pertumbuhannya

- komposisi, jenis & jumlah flora normal berbeda, berdasar letak

anatominya.

2. Specific adherence

- Bakteri menetap di tempat tertentu karena perlu interaksi kimia dgn

inang.

- Ligand atau Adhesin, komponen bakteri berperan dalam perlekatan,

harus cocok dgn reseptornya.

- Adhesin ada di kapsul, fimbiae & dinding sel bakteri.

Page 51: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

-Reseptor berupa molekul glikoprotein pada sel atau permukaan jaringan

manusia

3. Biofilm formation

Beberapa bakteri membentuk biofilm pada permukaan jaringan.

Biofilm ini terdiri dari campuran berbagai jenis mikroba.

Contoh: biofilm di gigi membentuk karang gigi (dental plaque).

4. SISTEM IMUN

Imunitas adalah reaksi atau respon tubuh (host) terhadap benda atau substansi

asing (mikroba, makromolekul, protein, makromolekul polisakarida) tanpa

membedakan apakah reaksi tersebut dalam batas fisiologis ataupun patologis. Secara

umum, imunitas dibagi menjadi 2, yaitu imunitas bawaan dan imunitas didapat.

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari proses- proses yang dipergunakan oleh

hospes untuk mempertahankan kestabilan dalam lingkungan internalnyabila dihadapkan

dalam benda asing.

Sistem Imun adalah mekanisme yang dipergunakan tubuh untuk

mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat

ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan hidup.

Page 52: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

a. Fungsi Sistem Imun

1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan &

menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur,

dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh 

2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan

jaringan.

3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

b. Pertahanan : menghasilkan resistensi terhadap agen penginvasi seperti

mikroorganisme.

Bila hiperaktif : Hipersensitive à Alergi

Bila Hipoaktif : Defisiensi Imun

Sifat rangsangan imunologiknya : endogen atau eksogen.

c. Surveilans/ pengawasan : mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel

tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi untuk menjadi neoplasma

(tumor), jika terjadi kegagalan akan terjadi keganansan.

d. Homeostasis : membersihkan sisa-sisa sel dan zat buangan sehingga tipe-tipe

sel tetap seragam dan tidak berubah. Berhubungan dengan fungsi degenerasi

dan katabolik normal tubuh melalui pembersihan elem sel yang rusak

(eritrosit, lukosit, sel tua), jika terjadi penyimpangan akan terjadi

autoimunitas.

e. .Macam-macam

1.2.1 Berdasar Sumber

Imunitas Aktif

- Tubuh seseorang membentuk antibodi sel-T teraktivasi maupun proses imunitas secara

umum dalam responnya terhadap antigen-antigen yang masuk ke tubuh.

- Imunitas aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus yang menghasilkan antibody dan

kekebalan seluler, biasanya bertahan lebih lama disbanding kekebalan pasif.

Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu:

Page 53: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

a.Kekebalan aktif didapat

Yaitu kekebalan yang didapat secara alami (naturally acquired). Misalnya anak

yang terkena difteri tau poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian

terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut.

b.Kekebalan aktif dibuat

Yaitu kekebalan yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan

ulangan (booster), berupa pemberian vaksin (kuman yang masih hidup namun

dilemahkan). Vaksin tersebut akan berinteraksi dengan system kekebalan tubuh untuk

menghasilkan respon imun. Hasil yang diproduksi akan sama dengan kekebalan

seseorang yang mendapat penyakit btersebut secara alamiah.

Imunitas Pasif

- Imunitas pasif adalah pemberian antibody yang berasal dari hewan atau manusia

kepada manusia lain dengan tujuan memberi pelindungan terhadap penyakit infeksi

yang bersifat sementara karena kadar antibody akan berkurang setelah beberapa

minggu atau bulan.

- Didapat dengan cara pemberian infus antibodi, sel-T teraktivasi, ataupun kedua-

duanya dari darah sesorang atau binatang lain yang telah memiliki imunitas aktif

terhadap antigen tersebut

- Diberikan melalui injeksi Antibodi yang diproduksi oleh manusia atau hewan yang

kebal karena pernah terpapar suatu antigen.

- Ex : Antibodi dari kuda yang kebal racun ular (SABU), diinjeksikan pada individu

yang dipatuk ular sejenis.

Ada 2 jenis kekebalan pasif, yaitu :

a. Kekebalan pasif alami

Terjadi pada janin saat antibodi IgG ibu masuk menembus plasenta. Antibodi IgG

memberi perlindungan semetara pada sistem tubuh imatur.

b.Pasif buatan

Pengambilan antibodi kuda yang tahan bisa ular kepada manusia yang terkena

bisa ular tersebut

1.2.2 Berdasar Proses

Page 54: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

A.    Pertahanan non spesifik, dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1)      Pertahanan fisik

Pertahanan fisik diperankan oleh, kulit, selaput lendir, silia, batuk  dan bersin, merupakan geris

terdepan terhadap infeksi.

2)      Pertahanan biokimia

Diperankan oleh lisozim( keringat), asam lambung, laktoferin, dan sekresi sebaseus.

3)      Pertanahan humoral/cairan

Pertahan humoral diperankan oleh komplemen, inrterferon dan CRP ( C Reaktif Protein / protein

fase akut), kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin).

4)      Pertahanan seluler

Diperankan oleh sel-sel imun yang terdiri dari oleh fagosit, leukosit, sel makrofag, sel dendrik,

sel mastosit.sel mast, sel NK (Natural Kiler).

Berikut ini adalah fungsi dan usia leukosit granulosit :

Neutrofil

adalah spesialis fagositik. Selain itu, baru-baru ini para ilmuwan menemukan

bahwa neutrofil mengeluarkan suatu jaringan serat ekstrasel yang dinamai neutrophil

extracellular traps (NET). Serat-serat ini mengandung bahan pemusnah bakteri,

memungkinkan NET menjerat lalu menghancurkan bakteri di luar sel. Karena itu,

neutrofil dapat mematikan bakteri baik secara intrasel dengan fagositosis maupun

ekstrasel dengan NET yang dikeluarkan. Neutrofil hamper selalu merupakan pertahanan

pertama pada invasi bakteri dan, karena itu, sangat penting dalam respon peradangan.

Selain itu, sel ini melakukan pembersihan debris.

Eosinofil

Page 55: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

adalah spesialis jenis lain. Peningkatan eosinofil dalam darah (eosinofilia)

berkaitan dengan keadaan alergik (misalnya asma dan hay fever) dan dengan investasi

parasit (misalnya cacing). Eosinofil jalas tidak dapat menelan parasit cacing yang

ukurannya jauh lebih besar, tetapi sel ini melekat ke cacing dan bahan-bahan yang

mematikan.

Basofil

adalah leukosit yang paling sedikit dan kurang dipahami. Sel ini secara struktur

dan fungsi cukup mirip dengan sel mast, yang tidak pernah beredar dalam darah tetapi

tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh. Para ilmuwan duhulu percaya bahwa basofil

berubah menjadi sel mast dengan bermigrasi dari sistem sirkulasi, tetapi para peneliti

telah membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang sementara sel mast berasal

dari sel precursor di jaringan ikat. Baik basofil maupun sel mast menyintesis dan

menyimpan histamin dan heparin, yaitu bahan kimia poten yang dapat dibebaskan jika

mendapat rangsangan yang sesuai. Pelepasan histamin penting dalam reaksi alergik,

sedangkan heparin berperan mempercepat pembersihan partikel lemakdari darah setelah

kita makan makanan berlemak. Heparin juga dapat mencegah pembukuan (koagulasi)

sampel darah yang diambil untuk analisis klinis dan digunakan secara luas sebagai obat

antikoagulan, tetapi masih diperdebatkan apakah heparin berperan secara fisiologis dalam

mencegah pembekuan.

Setelah dibebaskan ke dalam darah dari susmsum tulang, granilosit biasanya tetap berada di

dalam darah selama kurang lebih sehari sebelum meninggalkan pembuluh darah untuk masuk ke

jaringan, tempat sel-sel ini bertahan hidup tiga sampai empat hari lagi kecuali jika mereka mati

labih dahulu akibat manjalankan tugas.

Sebagai perbandingan, fungsi dan usia leukosit agranulosit adalah sebagai berikut :

Monosit

seperti neutrofil, berkembang menjadi fagosit professional. Sel-sel ini muncul dari

sumsum tulang selagi masih belum matang dan beredar hanya satu atau dua hari sebelum

menetap di berbagai jaringan di seluruh tubuh. Di tempat barunya, sel-sel ini malanjutkan

pematangan dan menjadi sangat besar, berubah menjadi fagosit besar jaringan yang

Page 56: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

dikenal sebagai makrofag. Usia makrofag dapat berkisar dari bulanan hingga tahunan

kecuali jika sel ini hancur lebih dahulu selagi menjalankan tugas fagositiknya. Sebuah sel

fagositik hanya dapat menelan benda asing dalam jumlah terbatas sebelum akhirnya mati.

Limfosit

membentuk pertahanan imun terhadap sasaran-sasaran yang limfosit tersebut telah

terprogram secara spesifik. Terdapat dua jenis limfosit, limfosit B dan limfosit T (sel B

dan T). limfosit B menghasilkan antibodi, yang beredar dalam darah dan bertanggung

jawab terhadap imunitas humoral, atau yang diperantarai antibodi. Suatu antibodi

berikatan dengan benda asing spesifik, misalnya bakteri (yang memicu produksi antibodi

tersebut), dan menandainya untuk dihancurkan (dengan fagosit atau cara lain). Limfosit T

tidak memproduksi antibodi; sel ini secara langsung menghancurkan sel sasaran

spesifiknya dengan mengeluarkan beragam zat kimiayang melubangi sel korban, suatu

proses yang dinamai imunitas selular. Sel sasaran dari sel T mencakup sel tubuh yang

dimasuki oleh vius dan sel kanker. Limfosit hidup sekitar 100 sampai 300 hari. Selama

periode ini, sebagian besar secara terus-menerus terdaur ulang antara jaringan limfoid,

limfe, dan darah, dan hanya menghabiskan waktu beberapa jam di dalam darah. Karena

itu, setiap saat hanya sebagian kecil dari limfosit total berada di dalam darah.

JARINGAN LIMFOID

Hampir semua leukosit berasal dari sel punca prekursor bersama di sumsum tulang dan

kemudian dibebaskan ke dalam darah. Satu-satunya pengecualian adalah limfosit, yang berasal

sebagian dari koloni-koloni limfosit di berbagai jaringan limfoid yang semula ditempati oleh sel-

sel yang berasal dari sumsum tulang.

Jaringan limfoid secara kolektif adalah jaringan yang memproduksi, menyimpan, dan

memproses limfosit. Jaringan-jaringan ini mencakup sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa,

timus, tonsil, adenoid, apendiks, dan agregat jaringan limfoid di lapisan dalam saluran cerna

yang dinamai bercak Peyer atau gut-associated lymphoid tissue (GALT, jaringan limfoid

terkait usus).

Page 57: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Jaringan Limfoid. Jaringan limfoid yang tersebar di seluruh tubuh memproduksi, 

menyimpan, dan memproses limfosit.

Jaringan limfoid berada di tempat-tenpat strategis untuk menghambat masuknya

mikroorganisme sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyebar jauh.

Sebagai contoh, limfosit yang menempati tonsil dan adenoid berada di tempat yang

menguntungkan untuk berespons terhadap mikroba yang terhirup, sementara mikroorganisme

yang masuk melalui saluran cerna segera dihadapi oleh limfosit di apendiks dan GALT.

Patogen potensial yang memperoleh akses ke limfe disaring melalui kelenjar

limfe (limfodus), tempat patogen-patogen tersebut terpajan ke limfosit serta makrofag yang

berada di lapisan dalam saluran limfe. Limpa, jaringan limfoid terbesar, melakukan fungsi imun

Page 58: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

pada darah serupa dengan yang dilakukan kelenjar limfe pada limfe. Melalui kerja populasi

limfosit dan makrofagnya, limpa membersihkan darah yang melaluinya dari mikroorganisme dan

benda asing laing serta menyingkirkan sel-sel darah merah yang telah aus. Timus dan sumsum

tulangmasing-masing berperan penting dalam memproses lomfosit T dan B untuk

mempersiapkan keduanya melaksanakan strategi imun spesifik. Tabel berikut meringkaskan

fungsi-fungsi utama berbagai jaringan limfoid.

Jaringan Limfoid Fungsi

Sumsung tulang

Asal semua sel darah

Tempat proses pematangan untuk limfosit B

Kelenjar limfe, Tonsil, Adenoid,

Apendiks, Gut-associated

Lymphoid Tissue

Memindahkan limfosit dari dan ke limfe (membuang,

menyimpan, memproduksi, dan menambahkan)

Limfosit residen menghasilkan antibodi dan sel T

tersensitisasi yang dikeluarkan ke dalam limfe

Makrofag residen mengeluarkan mikroba dan debris lain

yang berbentuk partikel dari limfe

Limpa Memindahkan limfosit dari dan ke darah (membuang,

menyimpan, memproduksi, dan menambahkan)

Limfosit residen menghasilkan antibodi dan sel T

tersensitisasi yang dibebaskan ke dalam darah

Makrofag residen mengeluarkan mikroba dan debris lain

yang berbentuk partikel terutama sel darah merah yang

sudah usang dai darah

Menyimpan sejumlah kecil sel darah merah, yang dapat

ditambahkan ke darah oleh kontraksi limpa sesuai

Page 59: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

kebutuhan

Timus

Tempat proses pematangan untuk limfosit T

Mengeluarkan hormon timosin

B.     Pertahanan Spesifik, terdapat dua mekanisme yaitu humoral dan selular.

1)      Humoral

Peran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B

diproduksi di sum-sum tulang dan pematangannya juga didalam sum-sum tulang. Bila sel B

dirangsang oleh benda asing maka sel ini akan segera berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi

sel plasma yang selanjutnya sel plasma ini akan menghasilkan antibodi.

Sel B memiliki reseptor yang disebut BCDF (B cell Diferentiation Factor) diperlukan

untuk berdiferensiasi dan BCGF (B Cell Growt Factor) diperlukan untuk berpoliferasi.

Terkadang sel B tidak dapat menjadi sel plasma dikarenakan kekurangan BCGF untuk

berpoliferasi sehingga sel yang tidak menjadi sel plasma ini akan menjadi sel B memori dan

dapat hidup dalam waktu yang cukup lama. Salah satu kelebihan dari respon imun spesfik karena

memiliki sel memori yang dapat mengenali langsung antigen yang pernah menginfeksi tubuh

dengan struktur yang sama.

Antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma tadi akan berperan terhadap infeksi ekstra

seluler serta dapat menetralisasikan toxic yang dikeluarkan oleh antigen (Ag) tertentu.

Limfosit B

Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan berpoliferasi dan

berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi yang

ditemukan dalam serum. Disebut juga dengan imunitas yang diperantarai oleh

antibodi

Merupakan imunitas spesifik yang diproduksi imunoglobulin (antibodi) oleh

limfosit B yang terstimulasi atau sel plasma yang respon terhadap suatu epitop.

Page 60: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Sistem imun humoral yang dibantu oleh sistem komplemen, suatu sistem

amplifikasi yang melengkapi kerja imunoglobulin untuk mematikan imunogen

asing dan menyebabkan lisis patogen tertentu dan sel.

Limfosit B :

- di buat di sumsum tulang dan dimatangkan di sumsum tulang.

- berperan dalam imunitas humoral.

- menyerang antigen di cairan antar sel.

- berperan dalam respon imun primer dan sekunder.

- ada 3 jenis :

1. Limfosit B plasma : memproduksi antibodi.

2. Limfosit B pembelah : menghasilkan limfosit B dalam jumlah banyak dan

cepat.

3. Limfosit B memori : menyimpan dan mengingat antigen yang pernah

masuk ke tubuh.

2)      Sistem imun spesifik seluler

Diperankan oleh sel T atau limfosit T. Sel T berfungsi untuk mengaktifkan sel-sel

pertahanan lain dalam tubuh. Sel tersebut juga berasal dari sum-sum tulang tetapi pematangan sel

ini terjadi di timus. Dalam timus sel ini akan diseleksi yakni seleksi positif dan seleksi negatif.

Seleksi positif merupakan penyeleksian sel T yang tidak dapat membedakan antara

antigen sendiri (self antigen) dan antigen luar (non self antigen). Dalam seleksi ini sel T yang

dapat hidup hanyalah sel T yang dapat mengenal MHC sendiri. Seleksi negatif merupakan

seleksi sel T yang dikarenakan infitasnya yang tinggi terhadap MHC sendiri sehingga ada

kemungkinan sel ini akan menyerang self Ag.

Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan

yaitu sel T naif, sel T helper (TH), T delayed type hypersensitivity (Tdth), CTL (cytotoxic T

Limfosit) atau T cytotoxic atau T cytolitic (Tc) dan Ts / Tr (T supresor / regulator). Yang

berperan pada imunitas selular adalah CD4+ / Th yang mengaktifkan makrofag yang selanjutnya

menghancurkan mikroba dan CD8+ (Cluster of differentiation 8) / CTL yang memusnahkan sel

yang terinfeksi.

Page 61: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Sel T helper

Sel T helper adalah golongan sel darah putih yang bertindak sebagai adaptive immunity. Dimana

fungsi dari sel T helper sendiri antara lain adalah :

1. Membantu sel B untuk membentuk antibody, mengaktifkan sistem pertahanan adaptive

humoral atau adaptive cytolitic

2. Membantu perkembangan sel T sitotksik

3. Fasilitator sel-sel pertahanan lain dalam untuk melawan antigen

Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T penekan / supresor. Sel T

merupakan sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini terjadi karena sel

T memiliki protein permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8 akan mendeteksi

keberadaan antigen. Sebab dia akan mengenali sel yang memiliki reseptor MHC kelas 1 atau

MHC kelas 2. Apabila dia berinteraksi dengan sel yang tidak memiliki MHC maka dia akan

menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat

asing tersebut.

Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel :

a.      Sel TH1

Bekerja pada sistem pertahanan cytolitic, mengatur imunitas seluler (cell – mediated immune)

untuk melawan antigen asing dari dalam (intraselluler) seperti virus.

Memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-γ, and TNF-a.

Sitokin  adalah protein hormon yang menengahi dua imun (kekebalan tubuh) alami dan imun

spesifik. Sitokin sebagian besar dihasilkan dengan mengaktifkan sel (limfosit) selama sel

kekebalan menengahi.

Interleukin -2 (IL-2)  adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab untuk

mengaktifkan pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T

CD4+ dan menghasilkan sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T, atau CTLs). Fungsi utama dari

IL-2 ialah meningkatkan respons imun. IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang teraktivasi

bukan oleh antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas.

Page 62: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

IFN –   γ   (Interferon –   γ) , nama lainnya adalah Fibroblas IFN atau Tipe I. dihasilkan oleh sel T

helper dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial, fibroblas, sel

T sitotoksik, dan limfosit B.

TNF –   a, (Tumor necrosis factor alpha)  adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan sel

T yang mempunyai banyak fungsi dalam system imun. Merupakan protein yang unik yang

dihasilkan selama respon inflamasi. TNF-a tidak hanya akibat dari peradangan, juga

merupakan zat yang mempromosikan peradangan. Memiliki peran sebagai: Mediasi inflamasi

akut; Menstimulasi inflamasi pada sel endotel; dan Chemoattractant untuk sel darah putih

 b.      Sel TH2

Bekerja mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody untuk melawan antigen asing

luar ( ekstraselluler ) seperti bakteri. berfungsi untuk mengaktifkan sel B untuk berdiferensiasi

menjadi sel – sel plasma yang selanjutnya menghasilkan antibodi monomer IgA. Sel epitel

juga menghasilkan secretory component yang berfungsi untuk membawa SIgA keluar dari sel

epitel.

memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13.

Interleukin-4 (IL-4),  adalah glikoprotein dengan ukuran 18 – 20 kD yang terdiri dari asam

amino yang diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel basofil. Efek IL – 4 yang paling penting

adalah perkembangan sel Th2 dan memerintahkan sel B untuk memproduksi Ig E dan Ig G4,

sedangkan pada endotel IL – 4 meningkatkan ekspresi VCAM-1. Merupakan penanda proses

inflamasi. IL-4 berperan dominan dalam sistem kekebalan untuk aktivasi sel B pada produksi

antibody.

Interleukin-5 (IL-5)  adalah sitokin dengan ukuran sekitar 20 kD yang di  sekresi sel TH.

Fungsi IL – 5 yang paling penting adalah kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan dan

diferensiasi eosinofil dan aktivasi sel eosinofil matur. IL-5 juga bersifat kemotaktik terhadap

eosinofil, menyebabkan sekresi eosinofil dan meningkatkan antibody dependent cytotoxicity.

Interleukin-6 (IL-6)  adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah,

terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan transkriptis

melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan pencerap gp130.

Interleukin-10 (IL-10)  dalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang memiliki efek

pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10 dikenal karena

Page 63: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T, monosit dan

makrofaga. Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau meniadakan respon

peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK, sel TH, sel T

CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat

imunosupresif terhadap sel mieloid.

Interleukin-13 (IL-13)   adalah sebuah protein dengan fungsi sitokin yang disekresi berbagai

sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, memiliki sejumlah kemiripan

dengan IL-4. Kedua sitokin diketahui berperan pada kejadian alergi dengan mengatur isotype

class switching pada sel B untuk menghasilkan Ig E, menginduksi ekspresi MHC kelas II dan

CD 23, menginduksi VCAM 1, eotaksin, mengaktivasi sel mast dan eosinofil.

CTL (Cytotoxic T Limfosit)

Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/ T cytotoxic/T cytolitic/Tc) atau sel T pembunuh (killer)

adalah sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-I yang

ditemukan pada semua sel tubuh yang bernukleus. CTL merupakan sub-grup dari sel T yang

berfungsi :

1. membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya) dengan

menghancurkan sel yang mengandung virus tersebut

2. membunuh berbagai bibit penyakit dan sel kanker

3. merusak dan mematikan pathogen intraseluler

4. menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada

transplantasi.

Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8+ karena terdapat glikoprotein CD8 pada permukaan

sel yang mengikat antigen MHC kelas I. Sel T sitotoksik dapat menjadi pasif pada status anergik,

seperti pada penyakit autoimun.

Sel limfosit T sitotoksik mengandung granula azurofilik yang  berlimpah dan mampu

menghancurkan berbagai sel yang terinfeksi, sel tumor, tanpa sensitisati (rangsangan)

sebelumnya. Sel limfosit T sitotoksik ini diklasifikasikan sebagai sistem kekebalan tubuh bawaan

yang merupakan lapis ketiga pertahanan tubuh terhadap berbagai macam serangan. Secara

Page 64: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan

mereka.

Sel limfosit T sitotoksik dalam meningkatkan system pertahanan dengan cara

mengikutsertakan sistem pertahanan yang lain. Mengenal kembali material asing oleh sistem

imun oleh dirinya sendiri, tidak selalu menghasilkan pengrusakan material tersebut. Sel dari

sistem imun melepaskan messenger kimiawi (seperti sitokin) yang mengambil dan mengaktifkan

sel lain seperti polimorf, makrofag dan sel mast atau sistem kimiawi (seperti komplemen, amine,

kinin, dan sistem lisosomal) untuk menghancurkan material asing

PENYEBAB AKTIFASI IMUNITAS

ALLERGEN

Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh di mana pertahanan tubuh

bereaksi terhadap zat tidak berbahaya di lingkungan, seperti serbuk sari, bulu binatang, atau

makanan. Hampir apa saja dapat memicu reaksi alergi, yang bisa berkisar dari ringan sampai

mengancam nyawa.

Berikut adalah pemicu/alergen yang paling umum:

1. Serbuk sari

Serbuk sari dari pohon, rumput, dan gulma dapat memicu demam atau alergi

musiman. Gejala termasuk bersin, pilek, hidung tersumbat, dan gatal, mata

berair. Perawatan dapat menggunakan obat bebas, obat resep, atau suntikan anti

alergi. Cara mencegahnya dengan tinggal di dalam rumah pada hari-hari

berangin ketika jumlah serbuk sari tinggi dan menutup jendela serta menjalankan

AC.

2. Bulu binatang

Protein disekresikan oleh kelenjar minyak di kulit hewan dan hadir dalam air liur

mereka dapat menyebabkan reaksi alergi bagi beberapa orang. Alergi bisa terjadi

dalam satu atau dua tahun dan gejala mungkin tidak mereda sampai bulan

setelah berakhir kontak dengan hewan.

3. Tungau debu

Page 65: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Tungau debu adalah organisme mikroskopis yang hidup di debu rumah. Mereka

berkembang di daerah kelembaban tinggi dan memakan sel-sel kulit mati

manusia dan hewan peliharaan, seperti pada serbuk sari, bakteri, dan jamur.

Untuk mencegah alergi debu tungau dengan memberi sarung pada matras,

bantal, dan spring-bed, menggunakan bantal hypoallergenic, mencuci seprai

mingguan dalam air panas, dan menjaga rumah bebas dari barang yang dapat

berdebu, seperti boneka binatang, tirai, dan karpet.

4. Sengatan serangga

Orang yang alergi terhadap sengatan dapat memiliki reaksi parah atau bahkan

mengancam jiwa. Gejalanya pembengkakan yang besar dan kemerahan dari

sengatan atau gigitan yang dapat berlangsung seminggu atau lebih, mual,

kelelahan, dan demam ringan. Jarang, tapi sengatan serangga dapat

menyebabkan anafilaksis, dengan gejala termasuk kesulitan bernafas, gatal-gatal,

pembengkakan wajah, tenggorokan, atau mulut, pusing, atau penurunan tekanan

darah. Bagi mereka sangat alergi, epinefrin harus diberikan segera setelah

sengatan; suntikan alergi dianjurkan untuk mencegah anafilaksis Sengatan

serangga menyuntik bisa yang dapat menjadi pemicu suatu reaksi alergi

5. Jamur

Jamur dapat membuat alergen, iritasi, dan dalam beberapa kasus, zat beracun.

Menghirup atau menyentuh spora jamur atau jamur dapat menyebabkan reaksi

alergi pada individu yang sensitif. Ada banyak jenis jamur, semua membutuhkan

kelembaban untuk tumbuh. Mereka dapat ditemukan di tempat yang lembab

seperti basement atau kamar mandi, maupun di rumput atau mulsa.

6. Makanan

Susu, kerang, kacang-kacangan dan gandum adalah salah satu makanan yang

paling umum yang menyebabkan alergi. Reaksi alergi biasanya terjadi dalam

beberapa menit setelah menikmati makanan tersebut. Gejala, yang dapat

mencakup asma, gatal- gatal, muntah, diare, dan pembengkakan di sekitar mulut,

dan bisa menjadi parah. Hindari makanan terserbut sama sekali, tetapi jika

terkena, pengobatan dengan antihistamin atau steroid dianjurkan. Dalam situasi

Page 66: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

yang membahayakan jiwa, suntikan epinefrin diperlukan. Alergi makanan

meningkat di Amerika; kacang- kacangan merupakan satu alergen yang umum

7. Getah

Getah dalam sarung tangan kondom, dan perangkat medis tertentu dapat memicu

alergi lateks. Gejala termasuk kulit kemerahan, iritasi mata, hidung berair,

bersin, dan gatal-gatal kulit atau hidung. Reaksi alergi dapat berkisar dari

kemerahan kulit dan gatal untuk anafilaksis , reaksi serius yang dapat

menyebabkan kesulitan bernapas, gatal-gatal, dan masalah pencernaan

mendadak. Sarung tangan Latex seringkali menjadi produk penyebab alergi

8. Obat

Gejala alergi terhadap obat, seperti penisilin atau aspirin, dapat berkisar dari

ringan sampai mengancam nyawa dan dapat termasuk gatal-gatal, mata gatal,

dan pembengkakan di mulut dan tenggorokan. Hal terbaik untuk menghindari

obat sama sekali, namun jika terpaksa, pengobatan dengan antihistamin atau

steroid dianjurkan. Untuk batuk dan kongesti paru-paru, bronkodilator dapat

diresepkan. Untuk gejala berat, epinefrin mungkin diperlukan. Beberapa orang

sensitif terhadap salisilat, suatu komponen utama dalam aspirin

9. Aroma wewangian

Wewangian yang ditemukan dalam produk termasuk parfum, lilin wangi,

deterjen, dan kosmetik dapat menimbulkan alergi ringan sampai parah. Bagi

kebanyakan orang, gejala mereda setelah aroma tidak dihirup lagi. Untuk

beberapa, pengulangan keadaan menyebabkan peningkatan gejala yang terjadi

lebih sering dan lebih lama.

1.3.1 Mekanisme Alergi

Hipersensitivitas tipe I terjadi dalam reaksi jaringan terjadi dalam beberapa menit setelah

antigen bergabung dengan antibodi yang sesuai. Ini dapat terjadi sebagai anafilaksis sistemik

(misalnya setelah pemberian protein heterolog) atau sebagai reaksi lokal (misalnya alergi atopik

seperti demam hay) (Brooks et.al, 2005). Urutan kejadian reaksi tipe I adalah sebagai berikut:

Page 67: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

1. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya

oleh reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil.

2. Fase Aktivasi, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang

spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.

3. Fase Efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek

mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik (Baratawidjaja,

2006).

Mekanisme alergi, misalnya terhadap makanan, dapat dijelaskan sebagai berikut. Secara

imunologis, antigen protein utuh masuk ke sirkulasi dan disebarkan ke seluruh tubuh. Untuk

mencegah respon imun terhadap semua makanan yang dicerna, diperlukan respon yang ditekan

secara selektif yang disebut toleransi atau hiposensitisasi. Kegagalan untuk melakukann toleransi

oral ini memicu produksi antibodi IgE berlebihan yang spesifik terhadap epitop yang terdapat

pada alergen. Antibodi tersebut berikatan kuat dengan reseptor IgE pada basofil dan sel mast,

juga berikatan dengan kekuatan lebih rendah pada makrofag, monosit, limfosit, eosinofil, dan

trombosit.

Ketika protein melewati sawar mukosa, terikat dan bereaksi silang dengan antibodi tersebut,

akan memicu IgE yang telah berikatan dengan sel mast. Selanjutnya sel mast melepaskan

berbagai mediator (histamine, prostaglandin, dan leukotrien) yang menyebabkan vasodilatasi,

sekresi mukus, kontraksi otot polos, dan influks sel inflamasi lain sebagai bagian dari

hipersensitivitas cepat. Sel mast yang teraktivasi juga mengeluarkan berbagai sitokin lain yang

dapat menginduksi reaksi tipe lambat (Rengganis dan Yunihastuti, 2007).

Gejala yang timbul pada hipersensitivitas tipe I disebabkan adanya substansi aktif (mediator)

yang dihasilkan oleh sel mediator, yaitu sel basofil dan mastosit.

Page 68: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Reaksi Hipersensitivitas

Reaksi Cepat

Terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam

Akibat adanya ikatan silang antara IgE pada permukaan

sel mast sehingga menginduksi pelepasan mediator

vasoaktif

Manifestasi : Anafilaksis Sistemik dan Anafilaksis Lokal

Reaksi

Intermediet

Terjadi setelah beberapa jam, menghilang setelah 24 jam

Terjadi kompleks imun IgG dan kerusakan jaringan

melalui aktivasi komplemen sel NK/ neutrofil

Manifestasi : Reaksi Transfusi Darah, Eritoblastosis Fetalis,

Anemia Hemolitik Autoimun, Reaksi Arthus Lokal, dan

Reaksi Sistemik seperti (Serum Sickness, Vaskulitis

Nekrotis, Glomerulonefritis, Arthritis Reumathoid dan

Lupus Eritomatosis Sistemik)

Reaksi Lambat Terlihat sekitar 48 jam setelah terjadi pajanan dg antigen

Page 69: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

yang terjadi oleh aktivasi sel Th

Pada reaksi ini sitokin yang dilepas sel T mengaktivasi sel

efektor makrofag yang menimbulkan kerusakan jaringan

Contoh : Dermatitis Kontak, Reaksi Mycobacterium

tuberculosis, Reaksi Penolakan Tandur

1.3.2 Tipe-tipe Ig

Sekelompok protein yang dihasilkam system imun sebagai respon terhadap

keberadaan antigen dan akan bereaksi khusus dengan antigen tersebut (antibody biasa

dikenal dengan imunoglobulin)

Imunoglobuli termasuk macam sistem yang spesifik humoral. Dimana :

- yang berperanan limfosit B dan memproduksi Ab

- Ab, pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus maupun bakteri serta

menetralkan toksin

- Terdapat 5 kelas Ab yaitu IgG, IgA, IgM, IgD,IgE . Pengelompokan

Imunoglobulin :

a. IgG (Imunoglobulin G)

o Paling banyak dalam darah

o Dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh mengalami pajanan ke dua

o Berfungsi sebagai pelindung terhadap toksin

o Merupakan activator komplemen utama(komplemen jalur klasik)

o Meningkatkan efektifitas sel fagosità Meningkat pada infeksi kronis, autoimun

o Komponen utama imunoglobulin serum

o BM 160.000 D

o 75 % dari seluruh IgG

o Dapat menembus plasenta

o Imunitas bayi sampai berumur 6-9 bulan

o Bersama dengan komplemen saling membantu sebagai opsonin dalam

pemusnahan Ag

o Opsonin efektif pada sel fagosit, monosit dan m.o punya R untuk fraksi Fc dr IgG.

Page 70: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

o Terdiri 4 subkelas IgG1, IgG2, IgG3, IgG4

b. IgA

o Ditemukan dalam sekresi system gastrointestinal, system respirasi, genitourinaria,

saliva

o Fungsi utamanya adalah untuk melawan mikroorganisme pada tiap titik masuk

potensial ke dalam tubuh

o Terdapat 2 bentuk, yaitu serum IgA dan sekresi IgA ( sIgA )

o sIgA merupakan bagian terbanyak, terdapat di ASI, sekresi saluran pencernaan,

saluran kemih, saluran pernapasan , air mata, keringat, ludah

o Dapat bereaksi dengan molekul adhesi dari patogen potensial dan mencagah

adhesi dan kolonisasi pada sel host.

o Opsonin

o Menetralkan toksin

o Imunitas cacing pita

o Meningkat pada infeksi kronis sal napas, cerna,TBC, sirosis alkoholic, penyakit

crone

o Bentuk s IgA- dimer

c. IgM (Imunoglobulin M)

o Sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen melekat

o Mengaktivasi komplemen jalur klasik

o BM 900.000D terbesar

o Pentamer

o Predominan untuk fetus

o Pertanda infeksi sedang berlangsung

o Tidak menembus plasenta

o Mencagah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis,

aglutinator poten Ag

d. IgD

Page 71: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

o Terdapat di permukaan sel B

o Membantu memicu respon imun

o Kadar rendah dalam sirkulasi

o Rentan terhadap degradasi oleh proses proteolitik

o Tidak mengaktivasi komplemen

o Ab terhadap Ag berbagai makanan dan auto Ag.

e. IgE

o Kadarnya meningkat ketika terjadi reaksi alergi, cacing, skistosomiasis

o Menyebabkan pelepasan histamine dan mediator kimiawi lainnya

o Paling sedikit di serum

o Mudah diikat oleh sel mast, basophil dan eosinophil yang pada permukaannya

punya reseptor Fc IgE

o Dibentuk oleh sel plasma dalam mukosa saluran napas dan saluran cerna

1.3.3 Jenis-jenis Reaksi Hipersensivitas

Reaksi hipersensitivitas menurut Coombs dan Gell dibagi menjadi 4 tipe reaksi

berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III, dan IV. Kemudian

Janeway dan Travers merivisi tipe IV Gell dan Coombs menjadi tipe IVa dan IVb.

Reaksi tipe I yang disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi

timbul segera setelah tubuh terpajan dengan alergen. Pada reaksi tipe I, alergen yang masuk ke

dalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan penyakit alergi seperti rinitis

alergi, asma, dan dermatitis atopi.

Page 72: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Reaksi tipe II atau reaksi sitotoksik atau sitotoksik terjadi karena dibentuk antibodi jenis

IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian dari sel pejamu. Reaksi tipe III disebut

juga reaksi kompleks imun, terjadi bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam

sirkulasi/pembuluh darah atau jaringan dan mengaktifkan komplemen. Reaksi hipersensitivitas

tipe IV dibagi dalam DTH (Delayed Type Hypersensitivity) yang terjadi melalui sel CD4+ dan T

cell Mediated Cytolysis yang terjadi melalui sel CD8+ .

Jenis

HipersensitivitasMekanisme Imun Patologik

Mekanisme Kerusakan Jaringan dan

Penyakit

Tipe I

Hipersensitivitas cepat

IgE Sel mast dan mediatornya  (amin

vasoaktif, mediator lipid, dan sitokin)

Tipe II

Reaksi melalui

antibodi

IgM, IgG terhadap permukaan

sel atau matriks antigen

ekstraseluler

Opsonisasi & fagositosis sel

Pengerahan leukosit (neutrofil, makrofag)

atas pengaruh komplemen dan FcR

Page 73: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Kelainan fungsi seluler (misal dalam

sinyal reseptor hormone)

Tipe III

Kompleks imun

Kompleks imun (antigen

dalam sirkulasi dan IgM atau

IgG)

Pengerahan dan aktivasi leukosit atas

pengaruh komplemen dan Fc-R

Tipe IV (melalui sel

T)

Tipe IVa

Tipe IVb

1. CD4+ : DTH

2. CD8+ : CTL

1. Aktivasi makrofag, inflamasi atas

pengaruh sitokin

2. Membunuh sel sasaran direk,

inflamasi atas pengaruh sitokin

Gatal / Pruritus

Definisi

Pruritus didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan

keinginan untuk menggaruk daerah tertentu untuk mendapatkan kelegaan. Pruritus

bersinonim dengan gatal, dan memiliki prevalensi yang meningkat pada orang tua.

Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit. Bila tidak disertai kelainan

kulit, maka disebut pruritus esensial atau pruritus sine material. Penyebab pasti

pruritus tidak diketahui secara jelas. Rasa gatal yang timbul melibatkan suatu proses

rumit yang melibatkan kerja saraf yang merespon terhadap mediator tertentu, seperti

histamine, dan proses yang melibatkan pemrosesan sinyal saraf di otak. Pruritus dapat

menyebabkan perasaan tidak nyaman dan frustasi; pada kasus yang berat, pruritus

dapat menyebabkan tidur yang terganggu, rasa gelisah, dan depresi. Garukan yang

konstan atau terus menerus untuk mendapatkan kelegaan dapat merusak kulit

(ekskoriasi, likenifikasi) dan dapat mengurangi keefektivan kulit sebagai lapisan

pelindung.

Klasifikasi Gatal

• Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi,

kering, dan kerusakan kulit.

Page 74: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

• Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral.

Misalnya, pada herpes dan tumor.

• Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat

transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal

kronis, jaundice)

• Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.

Penentuan dan Pengobatan Alergi

Cara untuk menentukan hal-hal yang menyebabkan alergi pada pasien :

1. Anamnese atau wawancara dengan pasien

2. Tes Tusuk Kulit / Skin Prick / Puncture Testing, dilakukan dengan meletakkan

setetes ekstrak / bahan-bahan alami alergen di permukaan kulit

3. Tes Tempel / Patch Test, dilakukan dengan meletakkan bahan-bahan kimia dalam

suatu tempat khusus, seperti plester, lalu menempelkannya pada kulit punggung

4. RAST / Radioallergosorbent Test, merupakan pemeriksaan darah yang akurat

untuk mengukur kadar IgE spesifik dalam darah

Sedangkan pengobatan untuk alergi antara lain:

1. Antihistamin, adalah obat yang umum digunakan untuk mengatasi

berbagai alergi rinitis, bekerja menghambat kerja histamin.

2. Kortikosteroid, obat jenis steroid yang dikenal sebagai antiradang kuat,

umumnya untuk mengatasi gejala alergi yang parah.

3. Kromalin, obat jenis non-steroid yang digunakan untuk mengobati alergi

rinitis musiman atau kronis.

4. Adrenalin, digunakan untuk mengatasi shock anafilaktik, reaksi alergi

terparah yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan pengerutan

saluran pernapasan dalam paru-paru, sehingga menimbulkan mengi yang

parah, turunnya tekanan darah, pingsan, bahkan dapat menyebabkan

kematian.

Page 75: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Alergi obat

Obat ini tidak dapat menyembuhkan alergi tetapi dapat mencegah gejala umum alergi

seperti hidung meler dan mata, gatal, bersin dll.

Kelas utama obat yang digunakan dalam alergi adalah antihistamin. Antihistamin ini

bertindak dengan cara memblokir tindakan histamin kimia yang sel biang melepaskan dalam

menanggapi alergi.

Histamin ini gejala alergi seperti gatal-gatal, bersin, penyempitan atau penyempitan

Airways dan lain-lain

Antihistaminics dapat diambil sebagai pil, gel, cair, tetes mata atau semprot hidung. Tetes

mata digunakan dalam konjungtivitis alergi dan semprot hidung digunakan untuk mengurangi

pembengkakan dan pengairan lendir hidung membran dalam alergi rhinitis.

Agen ini, terutama jika diambil sebagai pil, sering mengakibatkan peningkatan ngantuk

sebagai bagian dari mereka efek samping.

Dekongestan

Ini adalah obat-obatan yang digunakan untuk meringankan hidung tersumbat yang terjadi

dalam debu atau hewan alergi atau jerami demam. Mereka tersedia sebagai pil, semprot hidung

dan juga sebagai cairan.

Mereka kehilangan efektivitas atas penggunaan jangka panjang dan mengakibatkan efek

samping seperti pengeringan mukosa hidung dan mengantuk dll.

Semprotan steroid

Steroid adalah obat yang memodifikasi sistem kekebalan tubuh. Ini semprot hidung

steroid seperti Beclomethasone, Budesonide dan Fluticasone bertindak pada lapisan hidung dan

airways untuk mengurangi peradangan dan kemacetan dan mengurangi alergi.

Page 76: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Memperlakukan anafilaksis shock

Untuk perawatan anafilaksis shock kebutuhan pasien untuk masuk langsung ke

Departemen darurat seperti itu bisa menjadi kehidupan mengancam.

Setelah memastikan bahwa saluran udara normal dan oksigenasi dijaga pasien diberikan

suntikan adrenalin.

Untuk mencegah anafilaksis sengaja, pasien dianjurkan untuk memakai gelang informasi

medis atau bentuk lain dari identifikasi yang membawa informasi tentang risiko anafilaksis.

Pencegahan alergi

Cara utama untuk mencegah alergi adalah untuk menghindarinya. Namun, ada teknik lain

juga termasuk Leukotriene reseptor antagonis, semprotan steroid dan sebagainya.

Penghindaran penyebab alergi

Dalam banyak kasus mungkin alergi potensial harus dihindari. Ini berarti menghindari

alergi yang memicu makanan seperti kacang-kacangan, telur, gandum, gluten, kedelai atau susu

dll.

Ini juga berarti menghindari di luar rumah selama musim serbuk sari penyebaran di

lingkungan, menghindari hewan peliharaan dan hewan ketombe dan menjaga rumah bersih dan

bebas dari debu dan tungau.

Umum Metode penghindaran penyebab alergi

Umum Metode penghindaran penyebab alergi termasuk (1-4):

Penghindaran tungau-Ini adalah serangga kecil yang berkembang biak dalam debu

rumah tangga. Untuk mengurangi mereka kayu atau keras vinil penutup lantai harus lebih

disukai atas karpet wol. Bantal, mainan dan pelapis harus dibersihkan secara teratur

dengan mencuci atau debu. Alergi rentan individu harus menggunakan bantal sintetis dan

akrilik duvets agak Kaos selimut dan kapas atau bawah bantal.

Page 77: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Mencegah pet alergi-Serpihan kulit mati dari hewan peliharaan adalah alasan untuk

alergi. Hewan peliharaan harus dihindari atau seharusnya tidak diperbolehkan dalam

kamar tidur dan daerah hidup. Perawatan dan mencuci secara teratur juga membantu.

Preventing cetakan alergi-Spora jamur yang tumbuh di daerah basah dan membusuk.

Ventilasi yang baik dan kering, kering dan bersih pakaian penyimpanan dalam lemari dan

penghapusan damps dari rumah membantu mencegah alergi dari cetakan.

Mencegah alergi makanan-Semua produsen diperintahkan oleh hukum untuk jelas label

makanan yang dapat diketahui penyebab alergi seperti gandum, gluten, telur, ikan, susu,

kacang, kacang-kacangan, kacang kedelai, pengawet lambang s dioksida dan sulphites

dll. Orang-orang dengan alergi dianjurkan untuk memeriksa label dengan hati-hati

sebelum mengkonsumsi makanan.

Mencegah alergi serbuk sari-Alergi serbuk sari biasanya mempengaruhi orang selama

musim semi (untuk mereka alergi terhadap tepung sari pohon) dan musim panas (untuk

mereka alergi terhadap rumput serbuk sari). Pasien yang dianjurkan untuk memeriksa

laporan cuaca untuk menghitung serbuk sari dan tinggal di dalam ruangan jika ada

peringatan serbuk sari yang tinggi di luar. Cara lain untuk mencegah alergi

Langkah-langkah penting lain untuk pencegahan alergi meliputi:

Eksklusif menyusui selama empat bulan pertama kehidupan.

Hidup dengan orang tua yang tidak merokok.

Paparan probiotik baik bakteri dalam makanan bayi.

Dimasukkannya vitamin c dan E, dan omega-3 minyak polyunsaturated dalam diet.

Mereka tinggal di peternakan dan terbuka untuk bermain di tanah yang juga beresiko

rendah alergi.

Cara lain untuk mencegah alergi termasuk leukotriene reseptor antagonis dan

immunotherapy dan sebagainya.

Page 78: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Leukotriene reseptor antagonis

Obat untuk kelas ini termasuk Monteleukast dan Zafirleukast. Ini blok reaksi alergi yang

dipicu oleh leukotrin bahan kimia yang dilepaskan selama alergi.

Mereka digunakan untuk mengobati asma. Agen ini tidak mengurangi gejala dalam

serangan akut tetapi dapat mencegah serangan masa depan.

Immunotherapy atau hyposensitisation

Ini bertindak dengan memperkenalkan alergi untuk individu rentan perlahan-lahan dalam

dosis kecil. Tubuh akhirnya menjadi kurang sensitif terhadap alergi.

Alergi biasanya disuntikkan di bawah kulit lengan atas. Suntikan spasi pada interval

minggu atau kurang dengan dosis perlahan-lahan naik alergi.

Pada penyakit puncak mereka diberikan suntikan setiap beberapa minggu selama setahun

atau dua untuk tumpul kepekaan terhadap protein asing. Terapi ini digunakan dalam demam

parah atau pet alergi. Terapi ini dilakukan di bawah pengawasan medis.

Terapi baru untuk mencegah alergi

Terapi baru dalam pencegahan alergi termasuk pengembangan vaksin DNA, antibodi

Anti-IgE yang mengikat: Immunoglobulin E dan inactivate itu (misalnya Omalizumab) dan

modifikasi dari situs-situs pengikatan IgE.

IRITASI

Iritasi merupakan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi sebagai eritema, edema ringan

dan pecah-pecah. Iritasi menunjukkan suatu reaksi yang berubah terhadap suatu bahan tertentu

yang tidak melibatkan sistem imun tubuh dapat terjadi pada setiap orang, dan ada beberapa

faktor-faktor tertentu yang memegang peranan seperti keadaan permukaan kulit, lamanya bahan

bersentuhan dengan kulit, usia pasien, adanya oklusi dan konsentrasi dari bahan. Gejalanya

eritema(kemerahan) dan vesikulasi (berair), disertai rasa gatal dan panas. Iritasi ini dapat terjadi

akibat pemakaian kosmetik, terutama yang mengandung bahan bersifat asam, basa, dan abrasif.

Page 79: RESUME KOMPILASI BLOK 4 SKENARIO 4.docx

Adakalanya suatu bahan kimiawi menyebabkan suatu respons iritasi pada kulit sebagai

contoh: sabun, jika disertai dengan mencuci berulang-ulang dapat menyebabkan iritasi kulit.

INFEKSI

Infeksi berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia

yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998 ).

Patofisiologi Infeksi

Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi

dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan

limporetikularis disuluru tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit

B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama

menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa

diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh

tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang

berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses

atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan

ikat). (Sjamsuhidajat R, 1997 ).

Gambaran klinis

Gambaran klinis infeksi pasca bedah adalah : Rubor (kemerahan), kalor (demam

setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan

terangsang oleh peradangan sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan

mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan

peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat R. 1997.).

Etiologi Infeksi

Beberapa kuman gram positif (stroptokokus, stapilokokus) garam negatif

(Enterobakrerium, pseudomonas) kuman anaerob (klostrodium, bakriodes, blasto-mikosis) dan

virus (Hepatitis, herpes, poliomyelitis) .(Sjamsuhidajat,1997 ).