resum sbm (belajar mandiri)
TRANSCRIPT
BELAJAR MANDIRI
A. Belajar Mandiri
Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif , yang didorong
oleh niat guna untuk mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan
bekal pengetahuan yang dimiliki. Belajar mandiri ini memiliki tujuan
untuk mencari kompetensi baru, baik yang berbentuk pengetahuan atau
keterampilan, untuk mengatasi sesuatu masalah.
Untuk mencapai tujuan belajar mandiri, ialah serangkaian
kompetensi, salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah
belajar aktif. Belajar aktif merupakan bentuk kegiatan belajar alamiah ,
yang dapat menimbulkan kegembiraan, yang dapat membentuk suasana
belajar tanpa setres dan memungkinkan tercapainya tujuan – tujuan belajar
yang telah diterapkan. Untuk melakukan belajar aktif, motivasi belajar
merupakan prasyarat yang harus dikembangakan terlebih dahulu. Tanpa
motivasi belajar yang cukup kuat untuk menguasai sesuatu kompetensi,
strategi belajar aktif tidak mungkin dijalankan. Akan tetapi sebaliknya,
keberhasilan belajar aktif diperkirakan akan dapat menumbuhkan motivasi
belajar.
Belajar mandiri mempunyai ciri – ciri yang saling bersangkutan:
a. Piramid tujuan
b. Sumber dan media belajar
c. Tempat belajar
d. Waktu belajar
e. Tempo dan irama belajar
f. Cara belajar
g. Evaluasi hasil belajar
h. Refleksi
i. Konteks sistem pembelajaran
j. Status konsep belajar mandiri.
B. Paradigma Kontruktivisme
Paradigma kontruktivisme merupakan komponen pertama konsep
belajar mandiri. Paradigma ini adalah landasan konsep. Sedangkan yang
dimaksud dengan pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang
berbasis paradigma konstruktivisme. Dalam pembelajaran ini,
penambahan pengetahuan baru dilakukan oleh peserta didik sendiri.
Pembelajaran kontruktivistik lebih menekankan kepada peningkatan
keterampilan proses belajar. Tidak semata – mata kepada hasil belajar.
Sehubungan dengan pandangan – pandangan konstruktivisme
maka tugas guru bergeser dari penyampaian ilmu pengetahuan kepada
siswa ke merangsang siswa untuk menggunakan apa yang telah dimiliki,
baik pengetahuan maupun pengalamannya, agar dapat memahami dan
menginterprestasi pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.
Para pendidik yang ingin mengguanakan proses pembelajaran yang
berbasis konstruktivisme mendesain prosesnya denagn pertama – tama
dengan merancang tema atau masalah dunia nyata untuk dibahas. Selain
merancang masalah, pendidik juga harus merancang kegiatan – kegiatan
peserta didik dalam membahas masing – masing masalah.
Untuk mendesain proses pembelajaran tersebut, sekurang –
kurangnya terdapat enam unsur, yaitu sebagai berikut,
a. Penetapan masalah
b. Pengelompokan siswa
c. Upaya menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki
dengan pengetahuan yang akan dicari
d. Pertanyaan – pertanyaan yang terkait dengan kegiatan untuk
menjawab masalah
e. Pengkomunikasiian hasil kerja dengan kelompok lain,
f. Refleksi terhadap kegiatan yang telah ddijalankan,
Saat ini, pembelajaran tradisional masih sangat dominan dalam
sistem pendidikan nasional. Posisinya masih demikian kokoh. Sehingga
upaya memakasakan pendidikan progresif yang berbasis paradigma
konstruktivisme sebagai pengganti, diberikan akan berakibat kekacauan
dalam pelakasaan pendidikan di sekolah. Maka strategi yang baik terbaik
adalah ‘menginkorporasikan’ pembelajaran progresif kedalam
pembelajaran tradisional dengan penuh kebijaksanan. Pelakasanaan
paradigma konstruktivisme dengan strategi inkorporasi ini diharapkan
akan dapat menumbuhkan motivasi belajar yang lebih baik. Metode
pembelajaran yang ditempuh para konstruktivist utamanya adalah metode
discovery atau inquiry dan eksplorasi.
C. Pengembangan Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah komponen kedua konsep belajar mandiri,
dan merupakan prasyarat bagi berjalannya belajar mandiri. Motivasi
belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan belajar.
Pendorong dalam arti pemberi kekuatan yang memungkinkan perbuatan
belajar dijalankan. Tujuan belajar, sebagaimana telah dikemukakan di
depan, adalah penguasaan sesuatu kompetensi baru untuk mengatasi
masalah.
Motivasi belajar dibedakan menjadi motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah dorongan dari dalam diri
untuk menguasai sesuatu kompetensi duna mengatasi masalah. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri untuk menguasai sesuatu
kompetensi guna mengatasi masalah.
Beberapa model pengembangan motivasi belajar:
1. Model “Time Continum” (Wlodkowski, 1991)
a. Sikap
b. Kebutuhan
c. Rangsangan
d. Emosi
e. Kompetensi
f. Penguatan
2. Model Tripartite
a. Sikap atau kepercayaan diri untuk berhasil mencapai hasil
b. Drive, atau semangat untuk mencapai hasil
c. Strategi untuk mencapai hasil
3. Model pengembangan motivasi belajar (Haris Mudjiman,
1981), faktor – faktor yang berpengaruh:
a. Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar
b. Faktor kebutuhan untuk belajar
c. Faktor kemampuan melakukan kegiatan belajar
d. Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar
e. Faktor pelaksanaan kegiatan belajar
f. Faktor hasil belajar
g. Faktore kepuasan terhadap hasil belajar
h. Faktor karakteristik pribadi dan lingkungan terhadap proses
pembuatan keputusan
D. Model Pembelajaran dan Motivasi
Belajar aktif merupakan komponen kedua dari konsep belajar
mandiri, adalah strategi belajar untuk mencapai tujuan belajar, ialah
dimilikinya kompetensi tertentu. Kegiatan belajar untuk mendapatkan
kompetensi – kompetensi, yang secara akumulatif menjadi kompetensi
lebih besar yang hendak dicapai dengan mandiri.
Empta jenis model belajar aktif yang diperkirakan dapat melatih
kemampuan menyusun strategi belajar, sekaligus menumbuhkan motivasi
belajar:
a. Model “Problem – Based Learning” (PBL)
Model ini merangsang siswa untuk menganalisis masalah,
memperkirakan jawaban – jawabannya, mencari data,
mengganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap
masalah. Dengan kata lain model ini pada dasarnya melatih
kemampuan memecahkan masalah melalui langkah – langkah
sismtematis.
Ciri utama PBL adalah bahwa pengetahuan dicari dan dibentuk
oleh siswa sesuai paham kontruktivisme yang telah diuraikan di
depan dalam upaya memecahkan contoh – contoh masalah
dunia nyata yang dihadapkan kepada mereka (Amin, 2003)
b. Model Independent learning (belajar bebas)
Belajar bebas merupakan kegiatan belajar yang tujuan belajar
maupun cara mnencapai tujuan itu ditetapkan sendiri oleh
pembelajar.
Harus dibedakan cirii utama dari belajar bebas dalam konteks
sistem pendidikan formal-tradisional dan dalam konteks
kehidupan sehari – hari. Dalam konteks sistem pendidikan, ciri
utama belajar bebas adalah penuggasan awal dan tujuan akhir
(yang melekat pada tujuan-antara dan cara mencapainya
ditetapkan sendiri oleh pebelajar. Sementara dalam konteks
kehidupan sehari – hari belajar bebas lebih menekankan kepada
penetapan tujuan dan cara pencapainya oleh pembelajar sendiri.
Selain itu belajar bebas juga menekankan kepada kesendirian
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
c. Pendekatan keterampilan proses (PKP)
Model pembelajaran dengan PKP (Sunardi, 2003) memiliki ciri
sebagai berikut:
a. Menggunakan kurikulum berbasis Kompetensi
b. Hasil pembelajaran adalah dikuasainya kompetensi –
kompetensi
c. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah pengetahuan
yang didemonstrasikan dalam perilaku
d. Materi belajar berupa paket – paket yang mengarah
kepenguasaan kompetensi
e. Kemajuan belajar siswa bersifat individual, tergantung
antara lain kepada kemampuan dan kemauan siswa
f. Strategi belajar, termasuk penetapan tempat, waktu, dan
cara melaksanakan “proyek penelitian” oleh siswa,
ditetapkan oleh siswa sendir, tetapi tetap dengan bimbingan
guru
g. Guru melaksanakan tugas mengajarnya dalam tim – tim
h. Menguatamakan pengalaman atau praktik lapangan
i. Mempersyaratkan ketersediaan sumber belajar
d. Pendekatan PAMONG
1. Eksperinovasi
2. Tujuan
3. Untuk wajib belajar
4. Kurikulum dan bahan ajar
5. Penguasaan guru
6. Evaluasi belajar
7. Model SD Kecil
8. Hasil eksperinovasi
9. PAMONG dan motivasi belajar
10. Belajar aktif dan Tuntas
E. Tujuan Belajar Mandiri
Kemajuan yang dicapai oleh seorang pembelajar mandiri banyak
tergantung kepada bagaimana ia menetapkan tujuan belajarnya. Untuk
membantu siswa menetapkan tujuan belajar secara benar, agar proses
pembelajaran mandirinya memberikan manfaat optimal kepada dirinya,
maka guru:
1. Harus membantu siswa menganalisis tugas yang diberikan guru
untuk dikerjakan, atas dasar mana siswa menetapak tujuan
utama belajarnya
2. Harus membantu siswa menggali pengetahuan dan kompetensi
apa yang telah dan belum dimiliki untuk menjalankan tugas
dari guru
3. Harus membantu siswa untuk menetapkan langkah – langkah
belajar untuk memiliki pengetahuan dan kompetensi baru atau
tambahan yang diperlukan untuk menjalankan tugas
4. Harus memantau pelaksanaan pembelajarannya
F. Teknik Mengajar Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar
Kematangan kognisi sebagai akibat dari bertambahnya usia
menyebabkan mereka melihat umpan balik hasil belajar diidentikkan dengan
nilai secara obyektif. Mereka mulai melihat bahwa umpan balik hasil belajar
buka lagi merupakan evaluasi-sosial, tetapi benar – benar evaluasi objektif.
Untuk diketahui, ada 4 jenis umpan balik hasil belajar(performance feedback)
yaitu:
a. social evaluation feedback, memberikan umpan balik yang
bersifat membesarkan hati, atau menyenangkan hati anak yang
dinilai
b. symbolic evaluation feedback, membrikan umpan balik berupa
simbol.
c. objective past performance feedback, evaluasi yang dapat
memberikan umpan balik dengan kriteria yang lebih jelas
d. normative feedback, memberikan gambaran kemampuan
seseorang anak dalam bandingannya dengan anak lain di kelompok
atau kelasnya.
Keadaan motivasi belajar terkait erat pula dengan struktur
pembelajaran yang digunakan guru dikelas. Struktur pembelajaran berupa:
a. Struktur kompetitif, dalam struktur pembelajaran kompetitif,
motivasi belajar siswa bersifat egoistik, karena kompetisi dalam
konteks tradisional menumbuhkan “rasa terancam”.
b. Struktur individual, pembalajaran dengan struktur indiviaul banyak
dalam sistem pendidikan nonformal atau dalam pendidikan formal-
tradisional tetapi ada penugasan – penugasan individual sesuai
minat masing – masing.
c. Struktur kooperatif, struktur pembelajaran ini dapat dijalankan di
kelas-kelas tradisional dalam bentuk kerja kelompokatau kelas-
kelas pendidikan nonformal.
Teknik mengajar yang hendak disajikan pada bagian ini adalah
teknik menumbuhkan motivasi belajar siswa, sekaligus menumbuhkan
keterampilan belajar mandiri siswaa, dalam konteks sistem pendidikan
formal – tradisional. Teknik mengajar disajikan dalam butir – butir
kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah. Dengan kata lain, satu
kegiatan yang sama dapat memberikan dampak kepada lebih dari faktor
atau komponen motivasi.
G. Teknik Belajar Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar
Tiap anak memiliki kemampuan belajar potensial. Kemampuan ini
dapat dikeluarkan bila ia terlatih menggunakan teknik belajar yang tepat.
Dengan penggunaan teknik yang tepat dan cocok dengan gaya belajarnya,
maka proses pembelajaran akan mengalir secara alamiah. MASTER-plan
merupakan pembelajaran yang dipercepat. Master adalah akronim yang
mencerminkan langkah –langkah sebagai berikut:
a. Motivate your mind (tumbuhkan motivasi)
b. Acquiring the information (kumpulkan informasi)
c. Searching out the meaning (temukan makna)
d. Triggering the memory (kuncilah fakta dalam memori)
e. Exhibiting what you know (tunjukkan kepada orang lain)
f. Reflecting on how you’ve learned (refleksi)
Selain itu ada juga metode survey, question, read, recite and
review(SQ3R) adalah metode untuk mempelajari buku, artikel pada jurnal
ilmiah, atau bentuk – bentuk bahan ajar yang lain. Dalam belajar mandiri,
kemampuan membaca dan mempelajari bahan belajar mutlak harus
dimiliki oleh pembelajar. Dengan kemampuan ini, pembelajar memiliki
kesempatan luas untuk mencapai tujuan belajarnya, bila sumber belajar
tersedia secara memadai.
Agar siswa dapat mengambil manfaat dari bahan belajar untuk
mencapai tujuan belajarnya, sekurang – kurangnya ia perlu memiliki
kemampuan – kemampuan berikut:
a. Kemampuan memahami tujuan belajar bahan yang akan
dipelajari,
b. Kemampuan memahami isi sekilas bahan yang akan dipelajari,
c. Kemampuan mengevaluasi kecocokan bahan dengan tujuan
belajarnya sendiri,
d. Kemampuan memahami bacaan
e. Kemampuan mengambil ,manfaat dari bahan yang telah selesai
dipelajari.
H. Suasana Kelas dan Motivasi Belajar
Suasana kelas yang sehat adalah susasana kelas yang dilandasi oleh
hubungan profesional guru dan murid, dan kondusif bagi berlangsungnya
proses pembelajaran yang baik, kualitas hasil belajar yang baik, yang pada
gilirannya akan membangun motivasi belajar siswa yang baik pula. Selain
suasana kelas yang sehat, guru yang efektif akan menghasilkan
pembekalan kemampuan belajar mandiri yang akan diberikan kepada
siswa nya. Guru yang mampu membangun suasana kelas yang kondusif
bagi berlangsungnya usaha pembekalan tersebut.
Suasana kelas yang dimaksud adalah suatu keadaan kelas yang
terbentuk oleh hubungan di antara berbagai pemegang peran dalam proses
pembelajaran, dan di antara mereka dengan lingkungan fisik dan non-
fisiknya. Para pemegang peran diantaranya guru, murid, orang tua murid,
dan para pejabat pembuat keputusan. Apabila guru membina suasana kelas
dengan :
1. Membuat aturan yang jelas
2. Memberikan arahan tentang tingkah laku yang bisa dan tidak
bisa di terima dan memantau pelakasanaannya
3. Menjelaskan akibat yang harus ditanggung bila murid
melanggar aturan.
Maka dari itu hubungan guru dan murid yang kondusif bagi
pengembangan suasana kelas yang sehat adalah hubungan guru – murid
yang dilandasi oleh kesadaran, bahwa masing – masing memiliki peran
untuk mencapai tujuan bersama. Hubungan guru – murid banyak
ditentukan oleh karakteristik pribadi guru secara individual. Karakteristik
pribadi guru meliputi tanggung jawab, sikap profesional, sikap sosial, dan
kesabaran.
Selain karater pribadi dari seorang guru, guru juga harus memiliki
keterampilan penyelenggaraan model sekurang – kurangnya berarti:
a. Menyadari adanya berbagai model pembelajaran dengan
kekuatan dan kelemahannya, serta faktor – faktor pendukung
dan kendala pelaksanaannya
b. Dapat memilih unsur – unsur model yang dapat digunakan
dalam kesatuan dengan model pembelajaran tradisional, sesuai
dengan tujuan pembelajaran
c. Dapat mengorganisasi pembelajaran untuk melaksanakan unsur
– unsur yang dipilihnya
d. Dapat mengevaluasi hasil dan menetapkan tindak lanjutnya
Untuk mendapatkan tatanan yang erat berkaitan dengan suasana
kelas, dibutukan sistem pemberian penghargaan dan hukuman. Yang
bertujuan menumbuhkan motivasi belajar dengan cara memberikan
penghargaan dala berbagai bentuk kepada siswa yang berhassil baik, atau
berbuat sesuai dengan harapan, ketentuan, atau aturan. Di sisi lain tatanan
yang dimaksud untuk menegakkan disiplin di kelas. Jadi kemampuan
komunikasi guru dan murid diperlukan untuk membina hubungan
profesional antara guru – murid dan antara murid – murid
I. Lingkungan belajar dan motivasi belajar, Keterampilan Belajar Mandiri
Lingkungan belajar yang dimaksud dalam belajar mandiri adalah
lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan
masyarakat. Pembahasan tentang lingkungan dan motivasi belajar
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa ketersediaan sumber belajar,
pembantu belajar, suasana lingkungan dan ketersediaan dukungan
terhadap belajar dapat memberikan pembekalan kemampuan mandiri pada
masa pendidikan formal, dan mendukung pelaksanaan belajar mandiri
pada masa pasca pendidikan formal, atau masa pelaksanaan belajar
mandiri yang sebenarnya
Belajar mandiri memiliki tiga tahap pelaksanaan, yaitu tahap
pengembangan motivasi, tahap pembelajaran, dan tahap refleksi. Tahap
pengembangan motivasi ini diperlukan keterampilan menumbuhkan self
motivation. Guru dapat melakukan berbagai hal untuk melatih siswanya
melakukan pengembangan keterampilan motivasi diri ini, dengan
menggunakan teknik mengajar yang tepat. Guru juga dapat melatih siswa
melakukan berbagai teknik belajar, yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar
Tahapan pembelajaran adalah pelakasanan pembelaajaraan. Akan
tetapi bila dikaitkan dengan teknik MASTER-plan, tahap pembelajaran
meliputi tahap mencari informasi, menemukan makna, mengunci
pengetahuan baru dalam memori, dan menunjukkan kepada orang lain apa
yang telah dipahami.
Dan ketika menapai tahapan refleksi yang merupakan keterampilan
atau kemampuan menemukan kebenaran dan kesalahan langkah belajar,
serta menemukan langkah baru yang akan ditempuh pada pembelajaran
berikutnya.
Jadi kemampuan – kemampuan tersebut harus ditumbuhkan oleh
guru dalam sistem pendidikan froma-tradisioanl sebagai bentuk
pembekalan belajar mandiri, dengan cara sejauh dan sebijak mungkin
menginkorporassikannya ke dalam praktik pembelajaran disekolah.