resensi kitten heels

2
Judul Buku : Kitten Heels Penulis : Tita Rosianti Penerbit : GagasMedia Tanggal Terbit : Maret 2009 ISBN : 979-780-314-7 Edisi : Soft Cover Bahasa : Indonesia Halaman : 268 Ukuran : 13 x 19 cm Harga : Rp 42.000,00 Cerita ini berkisah tentang Ketty, seorang perempuan dengan sifat perfeksionis, workaholic, ambisius, dan sangat membenci kucing. Adiknya, Donna memiliki banyak sifat yang bertolak belakang dengannya, termasuk menjadi pecinta kucing. Ketty bekerja banting tulang pada perusahaan tempatnya bekerja, sedangkan di matanya, Donna hanya asik bermain di luar sana, tak kunjung menyelesaikan kuliahnya. Di perusahaan tersebut pulalah, dia sempat menyukai seorang cowok yang ia beri sebutan DYSD alias dia yang sedap dipandang. Ingin dekat dengan Wenda, sang DYSD otomatis membuat Ketty dekat dengan Ardi, sahabat Wenda. Setelah suatu insiden terjadi, timbul sifat-sifat aneh dari Ketty. Ia bukan lagi Ketty yang sistematis dan perfeksionis, bahkan ia melepas status vegetariannya. Kalin, sahabatnya, menduga dia hamil. Tentu saja Ketty terkejut, pasalnya Ketty bahkan tidak punya pacar. Ketty panik saat memikirkan dugaan yang dibuat temannya itu mungkin saja benar. Yang membuatnya ikut memikirkan kemungkinan itu adalah saat dia mulai memakan makanan

Upload: selvi-nafisa-shahab

Post on 19-Jun-2015

173 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resensi Kitten Heels

Judul Buku: Kitten HeelsPenulis : Tita RosiantiPenerbit : GagasMediaTanggal Terbit : Maret 2009ISBN : 979-780-314-7 Edisi : Soft CoverBahasa : Indonesia  Halaman : 268Ukuran : 13 x 19 cmHarga : Rp 42.000,00

Cerita ini berkisah tentang Ketty, seorang perempuan dengan sifat perfeksionis, workaholic, ambisius, dan sangat membenci kucing. Adiknya, Donna memiliki banyak sifat yang bertolak belakang dengannya, termasuk menjadi pecinta kucing.

Ketty bekerja banting tulang pada perusahaan tempatnya bekerja, sedangkan di matanya, Donna hanya asik bermain di luar sana, tak kunjung menyelesaikan kuliahnya. Di perusahaan tersebut pulalah, dia sempat menyukai seorang cowok yang ia beri sebutan DYSD alias dia yang sedap dipandang.

Ingin dekat dengan Wenda, sang DYSD otomatis membuat Ketty dekat dengan Ardi, sahabat Wenda. Setelah suatu insiden terjadi, timbul sifat-sifat aneh dari Ketty. Ia bukan lagi Ketty yang sistematis dan perfeksionis, bahkan ia melepas status vegetariannya. Kalin, sahabatnya, menduga dia hamil. Tentu saja Ketty terkejut, pasalnya Ketty bahkan tidak punya pacar.

Ketty panik saat memikirkan dugaan yang dibuat temannya itu mungkin saja benar. Yang membuatnya ikut memikirkan kemungkinan itu adalah saat dia mulai memakan makanan kucing. Orang pertama yang ia tuduh atas kemungkinan hamil itu tertu saja Ardi yang pasalnya sempat mengantar Ketty ke rumah Kalin saat ia mabuk.

Kalin langsung kalap begitu tahu Ardi adalah orang yang paling mungkin menghamili Ketty. Tapi ternyata Ketty sama sekali tidak hamil. Wenda memang menyukai Ketty sejak awal, namun ia sama sekali tidak menghamili Ketty. Ia juga sempat merasa sedih kala tahu Ketty menyukai sahabatnya sendiri.

Page 2: Resensi Kitten Heels

Sikap aneh Ketty semakin membuat cemas orang-orang di sekitarnya. Donna dan Kalin pun berinisiatif untuk membawanya ke dukun. Mereka pun mendapat wejangan dari si mbah bahwa Ketty harus mencari kucing hitam yang pernah diganggu kehidupannya oleh Ketty. Ardi dengan senang hati membantu Ketty mencari si kucing hitam itu. Kisah cinta meraka pun mengalir.

Sungguh sebuah cerita yang ringan dan menarik untuk dibaca. Tita Rosianti menceritakan konflik-konflik persahabatan, percintaan, hingga masalah keluarga dengan bahasa yang membuat kita sulit berhenti tersenyum. Karya keenamnya ini memang sangat menggelitik dan catsiklopedianya menjelaskan fakta-fakta menarik tentang kucing. Alur ceritanya pun mengalir memanjakan dan memaksa pembaca untuk tidak berhenti membaca hingga selesai. Meskipun kata-katanya yang terkadang berputar-putar (tidak langsung pada inti), namun justru itulah yang membuat pembaca terbahak membacanya.

Resensi oleh: Selvi Nafisa Shahab