resensi drama

14
Sastra Indonesia XI-Bahasa Miftahurrohim, S.Pd.

Upload: rochim-ochim

Post on 10-Aug-2015

1.273 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resensi Drama

Sastra IndonesiaXI-Bahasa Miftahurrohim, S.Pd.

Page 2: Resensi Drama

Kompetensi

Pendahuluan

Standar Kompetensi6. Menulis Memahami kegiatan pementasan drama

Kompetensi Dasar6.2 Membuat resensi tentang drama yang ditonton

IndikatorMenulis resensi drama dengan memperhatikan unsur-unsur resensiMendeskripsikan identitas drama (judul, pengarang, sutradara, produser, tahun, produksi)Membuat sinopsis mengemukakan kelebihan dan kekurangan dramaMembuat simpulan resensi drama

Materi

Latihan

Page 3: Resensi Drama

Resensi berasal dari bahasa Latin, revidere (kata kerja)

atau recensie, yang artinya “melihat kembali, menimbang,

atau menilai.” Jadi, yang dimaksud dengan tindakan

meresensi drama adalah mengulas kembali isi pertunjukan,

memberikan penilaian dan pertimbangan tentang drama

yang ditonton.

Tujuan meresensi pementasan drama

1.Memberikan rangsangan kepada pendengar atau

penonton pementasan drama.

2.Membantu penulis drama memperkenalkan dramanya

kepada khalayak. HOME

Page 4: Resensi Drama

Dalam meresensi drama yang dipentaskan, kita harus

dapat menyampaikan dua lapis penilaian atau

pertimbangan:

1) Nilai sastra (drama) dapat diungkap dari

kegiatannya yang disebut apresiasi sastra.

2) Manfaat untuk hidup dapat diungkap dari

apresiasi atas kebutuhan masyarakat.

Dalam meresensi drama dibutuhkan kemampuan

menganalisis komponen drama (tema, tokoh,

penokohan, plot/alur, setting/latar, dialog, konflik, dan

amanat)HOME

Page 5: Resensi Drama

Langkah yang perlu diperhatikan dalam meresensi drama:

1.Adanya keterlibatan jiwa

Pada tahap ini kita perlu memahami masalah,

merasakan perasaan, dan membayangkan dunia rekaan yang

dipentaskan melalui kemampuan berempati (kemampuan

menempatkan diri pada kedudukan tokoh drama dan

menghadapi berbagai masalah bersama serta melalui acuan

pengalaman pribadi dalam menghadapi semua masalah

kehidupan). Dengan demikian, kita akan dapat memahami

masalah dan gagasan secara lebih jelas daripada yang dipahami

langsung dari kehidpan nyata. Selain itu, kita juga dapat

merasakan perasaan secara lebih tajam daripada yang pernah

dirasakan dalam kehidupan nyata.HOME

Page 6: Resensi Drama

2. Adanya penghargaan dan kekagumanPada tahap ini kita perlu menghargai dan mengagumi penguasaan dramawan di dalam menerapkan asas keutuhan, keseimbangan, keselarasan, dan tekanan yang tepat pada pengalaman yang dipilih dan disusun dalam pementasan drama.

2. Adanya relevensi dengan kehidupan nyataPada tahap ini kita perlu memasalahkan dan menemukan relevansi pengalaman yang didapat dari pementasan drama dengan pengalaman kehidupan nyata yang dihadapi. Memang, dunia khayal diciptakan dramawan bukan kenyataan, akan tetapi justru dunia khayal itu diciptakan untuk memahami dan menghayati dunia serta kehidupan nyata dengan lebih baik.

HOME

Page 7: Resensi Drama

1. Identitas Naskah DramaIdentitas naskah drama meliputi judul drama, penulis naskah, sutradara, tahun pembuatan, dan jumlah halaman.contoh:

1) Judul drama : Julung Sungsang2) Pengarang : Agus Arya Dipayana3) Sutradara : Nanang Hape4) Pemain : Teater Tetas5) Tempat pertunjukan : Gedung Kesenian Jakarta6) Tahun Produksi : 2004 2. Penokohan

Penokohan: Kegiatan melisankan naskah drama disesuaikan dengan gerak/akting. Unsur penokohan yang diresensi meliputi:

Penjiwaan pemain dalam memerankan karakter yang dimainkan; Ekpresi yang digunakan pemain; Gerak-gerik pemain; Lafal yang digunakan pemain; Intonasi yang digunakan pemain; dan Volume suara yang digunakan pemain.

HOME

Page 8: Resensi Drama

Contoh:7). PenokohanPara pemain berdialog, meratap, bermain sembari duduk, berdiri berebut, atau menumpuk-numpuk kursi.

3. Tata Rias dan Busana (Pakaian/Kostum)Tata rias dapat memberikan bantuan kepada pemain untuk membuat perubahan pada wajah pemain sesuai dengan karakter yang akan diperankan. Misalnya mengubah pemain yang masih muda menjadi nenek tua. Pakaian atau kostum dapat mendukung pemain untuk memerankan karakter yang diperankan. Misalnya pemain menggunakan baju kotor untuk memerankan tokoh pengemis.Tata busana sebenarnya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tata rias. Oleh karena itu, tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias. Artinya, penata rias sekaligus juga menjadi penata busana karena untuk menampakkan rupa dan postur tokoh yang diperankan, pemain harus dirias dengan pakaian yang cocok. Dengan kata lain, tata rias dan tata busana merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukung.

HOME

Page 9: Resensi Drama

Contoh:8). Tata Rias dan Kostum

Para pemain tidak ber-make-up berlebihan, tidak berkostum berlebihan (anehaneh),

hanya menyandarkan pada ekspresi sehari-hari masyarakat seperti ratapan, gerak

bebas tanpa koreografi, humor pahit.

4.Tata Panggung

Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan

drama. Misalnya, panggung harus menggambarkan keadaan ruang tamu.

Panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu

peristiwa. Peristiwa yang terjadi dalam suatu babak berada dalam tempat,

waktu, dan suasana yang berbeda dengan peristiwa dalam babak yang lain.

Perbedaan ini menuntut perubahan keadaan panggung. Artinya, keadaan

panggung harus diubah dengan cepat oleh penata panggung. Misalnya di

panggung terdapat lampu minyak dan beberapa kursi tamu berarti cerita

drama yang dipentaskan mempunyai latar tempat di ruang tamu pada

malam hari.HOME

Page 10: Resensi Drama

Contoh:9). Tata Panggung

Tata panggung dirancang menyerupai tempat penyulingan air, tampak ada tandon air,

sebuah pipa panjang mengalirkan air ke tong yang dipanaskan. Air hangat terus

disalurkan pipa ke aquarium dan sebuah kuali. Para pemain juga menggunakan kursi-

kursi kecil untuk membantu akting mereka.

5. Tata Bunyi/Suara

Tata bunyi bukan hanya pengaturan pengeras suara (soundsystem),

melainkan juga musik pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana

yang digambarkan terasa lebih meyakinkan dan lebih mantap bagi para

penonton.

Tata bunyi akan membantu menggambarkan situasi yang terjadi dalam

pementasan drama. Misalnya saat pementasan terdengar suara jangkrik

berarti suasana saat pementasan drama sedang sunyi sehingga hanya suara

jangkrik yang terdengar.

HOME

Page 11: Resensi Drama

6. Tata Lampu

Tata lampu bertujuan menerangi dan menyinari pentas dan aktor. Tata

sinar dapat juga membantu dalam menentukan keadaan jam, musim, dan

cuaca. Selain itu, tata sinar juga berfungsi menambah nilai warna sehingga

tercapai adanya sinar dan bayangan.

Tata lampu berfungsi sebagai pengatur cahaya di panggung. Oleh karena itu,

tata lampu erat hubungannya dengan tata panggung. Misalnya, kalau

panggung menggambarkan ruang rumah orang miskin di daerah terpencil,

berdinding anyaman bambu dan di situ tertempel lampu minyak, lampu

minyak itu tidak termasuk tata lampu. Lampu minyak itu menjadi bagian

dari tata panggung meskipun menyala dan memancarkan cahaya.

Contoh:

10) Tata Lampu

Tata lampu di sekitar tempat penyulingan air tersebut bertaburkan cahaya biru, merah,

dan hijau.HOME

Page 12: Resensi Drama

7. Sinopsis Pementasan Drama

Sinopsis berfungsi sebagai ikhtisar/ringkasan isi dari pementasan drama.

Di samping itu, sinopsis juga berfungsi untuk memberikan gambaran

proses/jalannya pementasan, memberikan penilaian dan pertimbangan

tentang kualitas (keunggulan dan kelemahan) pementasan drama, dan

dapat pula memberikan penjelasan tentang unsur-unsur pembangun

serta nilai yang terkandung dalam drama.

Langkah dasar dalam penulisan sinopsis ini, yakni dengan cara

mengemukakan secara singkat terlebih dahulu tema ceritanya. Dapat

juga dimulai dengan mengemukakan isi cerita atau memperkenalkan

kepengarangan (nama pengarang, ketenaran, hasil karya, atau proses

kreatifnya). Setelah itu, kemukakan proses/jalannya saat pementasan

drama, keunggulan/kelemahan pementasan, dan terakhir berilah

simpulan tentang nilai dan pesan yang terkandung dalam cerita drama

tersebut.HOME

Page 13: Resensi Drama

11) Contoh SinopsisTeater Tetas memberi judul pertunjukannya Julung Sungsang. Dalam kepercayaan Jawa, anak yang lahir

pada saat matahari di titik kulminasi atau julung sungsang, seperti juga anak yang lahir bersamaan dengan terbit matahari (julung wangi) atau anak yang lahir pas tenggelamnya matahari (julung pujud) harus diruwat.

Pada suatu hari Arimbi, seorang raksasa yang menyamar sebagai wanita rupawan, menikah dengan Bima. Ia melahirkan Gatotkaca pada saat julung sungsang. Julung sungsang adalah simbol zaman salah kaprah.

Gatotkaca tumbuh menjadi pemuda gagah dan baik. Gatotkaca yang budiman, dalam Gatotkaca Sraya, dikisahkan mendampingi Abimanyu mempersunting Utari, putri Wirata. Secara tidak sengaja Kalabendana–sang paman–mengungkap rahasia bahwa sesungguhnya Abimanyu telah beristri Dewi Siti Soendari. Gatotkaca marah. Ia mematahkan leher Kalabendana.

Kesalahan Gatotkaca ini yang ingin ditonjolkan Teater Tetas. Gagasan menarik ini, sayangnya, dalam eksekusi pengadeganan kurang menciptakan imajinasi. Untuk membangun metafor–tentang tragedi Arimbi, Gatotkaca, Kalabendana–banyak adegan mengolah kursi-kursi kecil.

Sesungguhnya kerja sama dengan Dalang Nanang Hape bisa lebih liar dalam visual. Akan tetapi, saat Kalabendana melihat antara Abimanyu dan Utari ditampilkan, Nanang Hape hanya sedikit menunjukkan sabetan wayang kulit. Agaknya, Teater Tetas ingin menampilkan diri secara rileks. Di setiap penampilan, Teater Tetas selalu menampilkan ritual pembuka yang melibatkan komunitas tempat Teater Tetas tampil.

Tidak mudah memang, mencoba menghubungkan instalasi rongsokan penyulingan dengan bangunan cerita jika tidak menikmati pertunjukan hingga usai. Karena pada adegan penutup itulah: air mengucur dari kuali. Seluruh pemain di panggung bergantian berwudu. Dengan air yang telah ”disucikan”, mereka mencuci kaki, tangan, raut muka, dan telinga. Lalu berjajar menghadap penonton melantunkan salawat Nabi, seolah meruwat agar kita semua tidak seperti Gatotkaca.

HOME

Page 14: Resensi Drama

TERIMA KASIH