resensi buku fiksi

Upload: weka-bathari

Post on 12-Jul-2015

252 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Cinta Lebih Berharga daripada HartaJudul Buku Pengarang Penerbit : Salah Pilih : Nur Sutan Iskandar : Balai Pustaka Cetakan kedua puluh tujuh, 2006 Tebal Buku : v + 264 halaman

Tahun Terbit : Cetakan pertama, 1928

Perkawinan adalah peristiwa sakral yang mungkin hanya terjadi seumur hidup. Dalam Islam, seorang laki-laki boleh memiliki istri maksimum empat orang. Sebelum memutuskan untuk menikah, biasanya seseorang beserta keluarganya akan berunding dahulu untuk memutuskan cocok tidaknya calon mempelai. Masyarakat menilai bahwa seseorang tidak boleh menikah dengan orang yang berkedudukan sebagai saudaranya. Padahal dalam Islam, tidak semua saudara tidak boleh saling menikah. Lika-liku peristiwa perkawinan tersebut sekiranya yang menjadi ide atas novel karangan Nur Sutan Iskandar ini. Salah Pilih adalah salah satu buku karangan Nur Sutan Iskandar yang pertama kali dicetak dan disebarluaskan pada tahun 1928. Nur Sutan Iskandar yang lahir di Sungaibatang, Maninjau tahun 1893 ini telah menghasilkan tak kurang dari 82 judul buku. Atas jasa-jasa beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan, Departemen Sosial menganugerahi tanda kehormatan Perintis Kemerdekaan. Penghargaan di bidang kebudayaan juga diperoleh dengan pemberian tanda kehormatan Satyalencana pada tahun 1961. Buku ini mengisahkan Asri dan Asnah yang sejak kecil dibesarkan layaknya sebagai saudara kandung. Ibu Asri yang telah menjanda mengasuh dan menyayangi anak angkatnya, Asnah seperti putrinya sendiri. Kedua saudara itu saling mengasihi, sampai tiba waktunya mereka beranjak dewasa. Salahkah bila kemudian cinta Asnah kepada sang kakak berubah menjadi cinta kepada seorang kekasih? Perasaan rendah diri sebagai anak angkat sekaligus orang yang berutang budi kepada keluarga Asri mendorongnya untuk menyimpan isi hatinya rapat-

rapat bahkan mendukung Asri memenuhi harapan ibunya untuk segera menikah. Lagi pula, pernikahan sesuku tidak diperbolehkan menurut adat mereka. Akhirnya Asri menjatuhkan pilihannya kepada seorang gadis cantik dari keluarga kaya dan terpandang. Ketika acara lamaran diselenggarakan, Asnah menutup kepedihan hatinya dengan bersandiwara di depan Asri dan calon istrinya, Saniah. Meskipun demikian, Saniah merasa iri dan cemburu kepada Asnah. Ia melampiaskan kebenciannya kepada gadis itu. Sampai setelah menikah pun Saniah tetap benci kepada Asnah bahkan semakin membencinya. Asri yang akhirnya tahu bahwa Saniah membenci Asnah pun marah karena Saniah sering mencaci adik yang sangat disayanginya itu. Perkawinan yang diharapkan damai dan sentosa itu ternyata berguncang akibat perangai Saniah yang ternyata sangat buruk. Asri menjadi sering tidak cepat pulang dari kantor, berharap agar tidak terlalu susah hati menghadapi istrinya. Namun, hal itu ternyata tidak mengurangi pertengkarannya dengan Saniah. Kemudian muncul perasaan yang sangat ganjil di dalam hatinya. Sejak istrinya menyatakan keinginannya dengan terus terang agar Asnah keluar dari rumahnya itu, timbullah ketakutannya jika mungkin suatu ketika Asnah sungguh-sungguh pergi dengan diam-diam. Ternyata selama ini Asri tidak sadar bahwa ia menyayangi Asnah tidak lagi sekedar sebagai adiknya, namun sudah tidak ingin kehilangan sosok Asnah dari hidupnya. Kisah ini memberikan pesan moral kepada kita agar sebelum memutuskan untuk menikah, kita harus mengetahui asal usul keluarga, kepribadian, serta lingkungan masyarakat tempat tinggal orang yang akan dijadikan calon mempelai. Selain itu, kisah ini menyarankan kita untuk memilih pasangan hidup tidak hanya dari kekayaannya tetapi juga rasa cinta yang tulus dari masing-masing. Kisah ini juga memberikan refleksi kepada kita untuk selalu jujur pada diri sendiri mengenai perasaan yang muncul dari hati. Pesan patuh kepada adat tapi juga berpegang teguh pada agama sangat ditegaskan dalam kisah ini. Prinsip bahwa adat yang mengikuti syariat agama bukan agama yang mengikuti aturan adat, kuat ditunjukkan sebagai pedoman kehidupan. Buku ini menggunakan setting tempat dan kebudayaan Sumatera Barat sehingga alur dan setting suasana yang dikisahkan menjadi jelas dan tidak

membingungkan. Tema yang diambil sangat dekat dan masalah yang timbul dalam kisah sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Susunan penceritaan dan alur yang rapi dan sesuai juga salah satu factor yang membuat kisah ini mudah dipahami. Pengungkapan tokoh dan karakternya sangat jelas dan benar-benar tercermin dalam cerita serta mudah dibayangkan. Sudut pandang orang ketiga serba tahu yang digunakan seolah-olah membuat kita benar-benar menyaksikan dan mengamati rangkaian peristiwa dalam cerita ini. Bahasa buku ini yang indah serta pemilihan kata yang tepat juga membuat kisah yang diungkapkan sangat menarik untuk dibaca. Walaupun ilustrasi sampul kurang menarik perhatian, isi yang terkandung dalam kisah buku ini sarat akan pesan-pesan kehidupan yang bermanfaat. Meskipun permasalahan yang timbul berasal dari karangan di masa lampau, cara pengungkapan kisah yang menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur Melayu memberikan sensasi yang sangat berbeda dengan novel-novel modern. Kisah yang disisipi sajak-sajak indah ini lebih memberikan kesan yang luar biasa. Buku ini kurang cocok dibaca oleh anak-anak karena banyak menampilkan permasalahan pada usia remaja hingga dewasa. Buku sastra klasik yang penuh pesan kearifan ini layak dibaca dan dimiliki sebagai referensi menjalani kehidupan.

Nama Kelas

: Weka Dayinta Bathari : XII IA-5

Nomor Absen : 10