77008339 buku resensi skripsi

22
Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik Oleh Robert E. Slavin Top of Form perbesar gambar Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (Nht) Model-model Pembelajaran -oleh Anita Lie 2. Pembelajaran di Kelas Kita -oleh Udin Winata Putra, Universitas Terbuka 3. Menjelajah Pembelajaran Inovatif – oleh Dr.Suyatno,MPd, Masmedia Buana Pustaka 2009 4. Cooperative Learning 2nd ed. – oleh Slavin,RE 1997, Massachussets: A Simon & Schuster Co. ANOTASI BIBLIOGRAFI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING 1. Lie, Anita (2007). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas Jakarta : Grasindo Bera t 0.43 kg Tahu n 2010 Pene rbit Nusame dia Kate gori Buku Pendid ikan & Keguru an Ilmu Pendid ikan Buku Sejenis

Upload: romi-mumtahanus-siasi

Post on 08-Aug-2015

172 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 77008339 Buku Resensi Skripsi

Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik Oleh Robert E. Slavin

Top of Form

perbesar gambar

Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (Nht)

Model-model Pembelajaran -oleh Anita Lie

2. Pembelajaran di Kelas Kita -oleh Udin Winata Putra, Universitas Terbuka

3. Menjelajah Pembelajaran Inovatif – oleh Dr.Suyatno,MPd, Masmedia Buana Pustaka 2009

4.  Cooperative Learning 2nd ed. – oleh Slavin,RE 1997, Massachussets: A Simon & Schuster Co.

ANOTASI  BIBLIOGRAFI

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

1. Lie, Anita (2007). Cooperative Learning, Mempraktikkan

Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas  Jakarta :

Grasindo (96 Halaman)

Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning atau

Berat  0.43 kgTahun  2010 Penerb

it  Nusamedia

Kategori

 

Buku › Pendidikan & Keguruan › Ilmu Pendidikan

Buku Sejenis

Page 2: 77008339 Buku Resensi Skripsi

istilah pembelajaran gotong royong yaitu system pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam

tugas-tugas yang terstruktur.

Sajian dalam buku ini bertolak dari sebuah premis bahwa tidak semua kerja

kelompok dianggap sebagai belajar dengan metode cooperative learning.

Keinginan baik para guru untuk mengaktifkan para siswa perlu dihargai, namun

para guru juga perlu dibekali dengan sedikit latar belakang, landasan pemikiran,

dan penerapan metode pembelajaran gotong royong untuk mendapatkan hasil

yang lebih optimal.

Sajian isi buku ini dikemas kedalam 8 bab, bab 1 berisi tentang perubahan

paradigma lama pendidikan ke metode pembelajaran gotong royong, bab 2 berisi

tentang kajian transformasi pendidikan dan globalisasi dari transformasi sosial,

ekonomi dan demografis, bab 3 nilai-nilai gotong royong dalam budaya

Indonesia yang sangat memungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran

cooperative learning , bab 4 tentang model-model pembelajaran cooperative

learning, bab 5 lima unsur model pembelajaran cooperative learning, bab 6,7

dan 8 berisi tentang pengelolaan kelas , teknik pembelajaran dan model evaluasi

pembelajaran cooperative learning serta aplikasinya oleh guru di dalam kelas.

Pada akhir penutup buku ini penulis merekomendasikan agar metode

cooperative learning bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mencintai pelajaran dan sekolah/guru serta siswa merasa lebih terdorong untuk

belajar dan berpikir.

Komentar:

System pendidikan gotong royong merupakan alternative menarik yang bisa

mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan

dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Buku ini membahas

berbagai aspek yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

metode pembelajaran kooperatif mulai dari landasan teoritis sampai dengan

penerapannya dalam pembelajaran. Belajar bagaimana yang perlu diajarkan

pada siswa misalnya bagaimana menggali dan memproses informasi dengan

kelompok.

Page 3: 77008339 Buku Resensi Skripsi

2. Isjoni (2009). Cooperative Learning, Efektifitas

Pembelajaran Kelompok  Bandung:  Alfabeta (112

Halaman)

       Buku ini membahas bagaimana sebenarnya konsep inti dari cooperative

learning, siapa yang berperan didalamnya, dan bagaimana strategi

menerapkannya. Konsep cooperative learning pada intinya menempatkan

pengetahuan yang dipunyai siswa merupakan hasil daripada aktivitas yang

dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif . diantara kelebihan

pembelajaran secara konstruktivisme yang biasa dikaitkan dengan cooperative

learning adalah menerusi proses berfikir.

Bagaimana konsep inti dari cooperative learning, siapa yang berperan di

dalamnya, bagaimana strategi menerapkannya, dan bagaimana menempatkan

pengetahuan yang dipunyai siswa sebagai hasil daripada aktifitas yang

dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif, pemikiran itulah

tampaknya yang memicu penulis menyusun buku ini. Isu-isu yang terkait dengan

efektifitas pembelajaran kelompok dalam cooperative learning dalam buku ini

dikemas ke dalam 10 bab.

Bagian pertama mengupas dasar kontruktivitistik dalam cooperative learning,

bagian kedua penulis memfokuskan bahasannya pada pengertian cooperative

learning dari pendapat para ahli (diantaranya Robert Slavin dan Jigsaw) serta

topik-topik penting yang terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran. Melalui bab-bab dalam buku ini guru diharapkan memiliki

wawasan dan kemampuan dalam menerapkan perencanaan pembelajaran

cooperative learning, termasuk di dalamnya karakteristik, model, peranan guru

dan strategi cooperative learning. Bagian terakhir dari buku ini memusatkan

sajiannya pada tes eksperimen cooperative learning, dan pada penutup buku ini

gambaran penulis tentang bagaimana cooperative learning sebagai sebuah

tawaran kepada guru untuk dilaksanakan sebagai model proses pembelajaran di

kelas.

Komentar:

Page 4: 77008339 Buku Resensi Skripsi

Dalam proses membina pengetahuan baru, siswa akan berfikir untuk

menyelesaikan masalah, mengeluarkan ide, dan membuat keputusan yang bijak

dalam menghadapi belbagai kemungkinan dan tantangan. Buku Cooperative

learning karangan Isjoni ini membahas tentang konsep inti dari cooperative

learning, siapa yang berperan didalamnya, dan bagaimana strategi

menerapkannya. Inti dari konsep cooperative learning ialah menempatkan

pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hasil daripada aktivitas yang

dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif..

Slavin E. Robert (2008). Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. (Terjemahan: Nurulita Yusron) Bandung : Nusa Media (384 Halaman)

Robert E. Slavin menyebutkan cooperative learning merupakan model

pembelajaran yangdimana guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja

sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran teman

sebaya ( peer teaching ). Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar guru tidak

lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk

berbagi informasi dengan siswa yang lainya dan saling belajar mengajar sesame

mereka.

Buku Cooperative Learning ini merupakan Teori, Riset dan Praktik yang dilakukan

oleh Robert E. Slavin serta beberapa pakar lainnya tentang pembelajaran

Kooperatif. Buku ini membicarakan tentang teori, penelitian dan pedoman

praktis yang dipersembahkan oleh tenaga-tenaga ahli, pemimpin-pemimpin

lokakarya dan kelompok guru yang telah mencoba strategi pembelajaran

kooperatif.

Untuk memperjelas pembahasannya Robert E. Slavin membaginya kedalam 7

Bab, Bab I berisi tentang dasar pemahaman intelektual pembelajaran kooperatif,

dan bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif lainnya, Bab II tentang bagaimana

cara pembelajaran kelompok yang didasarkan pada pembelajaran individual

untuk menciptakan kondisi yang mengarah pada pencapaian positif melalui

kerjasama antar siswa, Bab III bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif

bukan hanya pencapaian prestasi para siswa tetapi juga pengaruh terhadap

Page 5: 77008339 Buku Resensi Skripsi

keluaran-keluaran yang dihasilkan (non kognitif), Bab IV tentang bentuk

keberhasilan pembelajaran kooperatif lain seperti Studen Teams-Achievment

Division (STAD) dan Teams-Games Tournaments (TGT) yang telah dilakukan oleh

beberapa guru, Bab V adalah program Team Accelerated Instruction (TAI-

Percepatan pengajaran Tim) dan Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC-Mengarang dan membaca Terintegrasi yang Kooperatif) yang

mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dengan praktik-praktik lainnya yang

tertuju pada metode pengajaran dan kontennya, Bab VI tentang Metode-metode

Spesialisasi tugas dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang supaya siswa

menjalankan peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas kelompok, dan

Bab akhir dari buku ini adalah berbagai bentuk metode dan sumber

pembelajaran kooperatif yang lain.

Komentar:

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning

sebagaimana dikemukakan Robert E. Slavin yaitu penghargaan kelompok,

pertanggungjawaban individu. Dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Buku

cooperative learning ini menyajikan pemahaman praktis dan jelas mengenai

penerapan model pembelajaran kooperatif dan memberikan informasi mengenai

bagaimana cara mengubah pemahaman dan antusiasme ke dalam praktik-praktik

yang efektif dalam pembelajaran. Selain itu, buku ini juga menyuguhkan sesuatu

yang menarik dari pembelajaran kooperatif yaitu bahwa pembelajaran

kooperatif menjadikan dirinya alat stimulasi yang sangat baik dalam

pembelajaran dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas

Solihatin, Etin (2007). Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS Jakarta : Bumi Aksara (140 Halaman)

Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang

diantara sesame anggota memungkinkan mahasiswa untuk mengerti dan

memahami materi pelajaran dengan lebih baik Buku cooperative Learning,

Analisis Model Pembelajaran IPS yang ditulis oleh Etin Solihatin ini berdasarkan

hasil penelitian Action research dengan tujuan agar pembelajaran Pengetahuan

Page 6: 77008339 Buku Resensi Skripsi

Sosial (IPS) dengan menggunakan model cooperative learning dapat

meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri, belajar bersama

untuk mencapai tujuan bersama, penulisnya berharap agar buku ini digunakan

terutama bagi Mahasiswa yang mengambil mata kuliah IPS.

Struktur buku teks ini terbagi dalam 3 bagian besar, bab pertama membahas apa

itu cooperative learning, bab kedua apa itu Pengetahuan Sosial, baik materi,

media, laboratorium dan evaluasinya, bab ketiga berisi tentang bagaimana

aplikasinya dalam pembelajaran baik persiapan sebelum pembelajaran, proses,

maupun saat briefing dan evaluasi.

Makna yang terkandung di balik penulisan buku ini adalah bagaimana penulisnya

mengkondisikan pembelajaran Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif

memungkinkan mahasiswa terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya

mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral dan keterampilan sosial.

Penulis mengharapkan Mahasiswa mampu berperan serta dalam melakoni

kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era

globalisasi sehingga pada akhirnya peran kritis yang di emban IPS menciptakan

warga negara yang baik dapat terwujud.

Komentar:

Cooperative learning menunjukan efektifitas yang sangat tinggi bagi

perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap

penguasaan materi pelajaran maupun dari pengaruhnya terhadap penguasaan

materi pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta

keterampilan social yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya

dimasyarakat.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan model pembelajaran

kooperatif memungkinkan mahasiswa terlibat langsung dalam pembelajaran

sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan

keterampilan sosial. Sehingga mahasiswa mampu berperan serta dalam melakoni

kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era

Page 7: 77008339 Buku Resensi Skripsi

globalisasi, yang sampai pada akhirnya dengan pengetahuan sosial (IPS) dapat

membentuk warga Negara yang baik.

Paul B Horton dan Charles L Hunt (1993) Tujuan Pengembangan Model

Cooperative Learning [Online]. Tersedia http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-

pendidikan/pengelolaan kelas-cooperative-learning/ ( 9 mei 2010 )

Tujuan utama dalam pengembangan model pembelajaran cooperative

learning adalah belajar kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan cara menyampaikan pendapat mereka

dengan cara. Berkumpul secara berkelompok maka ditemukan sosok seorang

pribadi manusia (karakter manusia) bahwa: “Pengalaman berkelompok yang

membuat manusia memiliki ciri-ciri norma-norma hidup serta bersama-sama

memiliki nilai-nilai, tujuan, perasaan dan banyak membedakan kita dengan orang

lain seperti perasaan dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh keunggulan

kelompok, apakah ia menjadi manusia yang bersifat manusiawi dan melalui

pengalaman berkelompok kita menghayati baik atau pengecut”. Mengacu pada

pendapat tersebut maka belajar kelompok itu adalah untuk membentuk pribadi

seseorang apakah ia berbuat egois atau tidak mungkin menjadi pengecut,

bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan kelompok karena tujuan

utama belajar kelompok itu adalah untuk memperoleh pengetahuan dan sesama

temannya

Komentar :

Cooperative learning merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar

dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan atau

jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Pembelajaran harus

menekankan kerja sama dalam kelompok untuk rnencapai tujuan yang sama.

Oleh sebab itu penanaman keterampilan cooperative sangat perlu dilakukan,

antara lain menghargai pendapat orang lain, mendorong berpartisipasi, berani

bertanya, mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagi

tugas, dan sebagainya

Page 8: 77008339 Buku Resensi Skripsi

Arend (1997) Karakteristik dan Prinsip Cooperative Learning [Online]. Tersedia

http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pengelolaan kelas-cooperative-

learning/ ( 9 mei 2010 )

Sebagai guru sudah selayaknya mengetahui dan memahami pula

karakteristik dan prinsip dari cooperative learning dalam pengajaran dan

pembelajarannya. Beberapa pendapat pakar tentang karakteristik cooperative

learning yang harus dikemukakan, seperti dikatakan secara rinci oleh Arend

(1997) mengemukakan bahwa karakteristik strategi belajar kooperatif adalah, (a)

siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, (b)

anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan

rendah, sedang, dan tinggi, (c) jika memungkinkan, masing-masing anggota

kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, dan (d) sistem

penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Ini menandakan Ini menandakan belajar kooperatif didasarkan kepada

konstruktivisme, yaitu bahwa pengetahuan merupakan hasil penemuan sosial

dan sekaligus merupakan faktor dalam perubahan sosial.

Komentar :

Cooperative learning bukan merupakan resep sukses secara instan,

diperlukan kerja keras dan situasi yang serius antara guru dan siswa. Dengan

hasil yang bisa kita dapatkan, cooperative learning secara berkesinambungan

membantu kita ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan untuk ke pendidikan

IPS secara khusus.

Johnson, and Johnson. (1992). Approaches To Implementing Cooperative

Learning In The Social Studies Classroom. Cooperative learning social studies

classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin no 87).44-51.

Sesuai dengan judulnya, artikel ini berisikan tentang penerapan

cooperative learning dalam kelas IPS. Berawal dengan adanya

perubahan interaksi dalam pembelajaran menjadi interaksi

kooperatif. Diikuti dengan penjelasan mengenai definisi

pembelajaran kooperatif, teori-teori dasarnya, pendekatan-

pendekatan model pembelajaran kooperatif sampai dengan

Page 9: 77008339 Buku Resensi Skripsi

implementasi pembelajaran di dalam kelas IPS. Pembelajaran

kooperatif dapat diartikan sebagai petunjuk dalam menggunakan

kelompok kecil dimana siswa berkerja sama untuk

mengembangkan pengetahuan mereka dan belajar dengan

anggota kelompoknya. Pembelajaran kooperatif dilakukan

dengan langkah-langkah berikut guru menginformasikan materi

kepada siswa, membagi siswa menjadi kelompok kecil, memberi

bimbingan kelompok bekerja dan belajar, evaluasi dan

memberikan penghargaan.

Komentar:

        Dengan cooperative learning, siswa memiliki dua

tanggung jawab sekaligus yaitu untuk mempelajari materi

pelajaran dan menyakinkan jika semua anggota kelompok sudah

memahami materi yang dipelajari tersebut. Cooperative learning

dapat diterapkan dengan percaya diri di setiap tingkatan, setiap

mata pelajaran dan setiap materi.

Mangkoesapoetra, Arief.A. (2005). Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pendidikan IPS Tingkat Persekolahan. [Online]. Tersedia: (http://re-searchengines.com/0805arief6.html) [9 Mei 2010]

Bab pertama diawali dengan latar belakang masalah yaitu Pemilihan model

dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi

siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh

seorang guru, Bab kedua berisi tentang dasar pemikiran pembelajaran

cooperative learning, Pada MPCL, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya

nara sumber dalam PBM, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan

manajer pembelajaran, bab ketiga memaparkan beberapa temuan dalam

penelitian ternyata penggunan MPCL menunjukkan efektifitas yang sangat tinggi

bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap

penguasaan materi pelajaran maupun dilihat dari pengembangan dan pelatihan

sikap serta keterampilan-keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa

dalam kehidupannya di masyarakat.dan bab terakhir ialah penutup. Hasil dari

studi ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Cooperative Learning (MPCL)

mempunyai efektivitas yang cukup tinggi untuk membelajarkan materi

pendidikan IPS. Kemampuan dan kepedulian guru dalam memediasi dan

Page 10: 77008339 Buku Resensi Skripsi

menstabilisasi pengembangan dan pelatihan pengetahuan, sikap, nilai, moral,

dan keterampilan-keterampilan sosial siswa, menjadikan pembelajaran

pendidikan IPS semakin bermakna dalam dimensi pendidikan dan pembentukan

warta negara yang baik secara dini, dan MPCL juga dapat digunakan untuk

membelajarkan materi atau pokok bahasan lain selain mata pelajaran IPS.

Komentar:

Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh

yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula

kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan

dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran

salah satunya dengan cooperative learning.

Aryawan,Bambang. ( 2009 ) PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE

LEARNING) UNTUK MEMBANGUN PENGETAHUAN SISWA

http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html

( 9 Mei 2010 )

Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun

pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu

keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi

belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai

kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa

dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling

mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif,

siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir,

serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Komentar :

Page 11: 77008339 Buku Resensi Skripsi

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa

pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar

siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan

kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan dimaksudkan untuk

menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat

mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif, ditunjukkan dengan

adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar,

tidak sekedar aktifitas fisik semata.

10. Ismail,Bustamam. (2010) Pembelajaran Cooperative Learning

http://hbis.wordpress.com/2010/01/05/cooperative-learning-teknik-jigsaw/

( 9 Mei 2010 )

Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan

melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di

masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok

secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar

partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Cooperative Learning

dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat

meningkatkan kreativitas siswa. Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik

pembelajaran Cooperative Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran

Cooperative Learning ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan

siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sampai saat ini

pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik Jigsaw belum banyak

diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan

sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Komentar :

Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama

dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran

Page 12: 77008339 Buku Resensi Skripsi

Cooperative Learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang

timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran

dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar

dan berpikir.

11. Maihoff, Shirlee. (2001). Cooperative Learning Is Active Learning. Jurnal of

Teaching Techniques. [Online], Vol.65. (4). 6 halaman. Tersedia:

http://www.asrt.org/Media/Pdf/ForEducators/4_InstructionalTechniques/

4.8CoopLearning.pdf. [15 Mei 2010 ]

Shirlee dalam artikel ini memaparkan tentang keenam elemen penting

dalam pembelajaran kooperatif yaitu formasi kelompok, kesinambungan

interaksi dalam kelompok, ketergantungan antar anggota kelompok, kreasi

kelompok dalam menghasilkan kesimpulan, kemampuan pribadi dan

membangun keterampilan sosial. Selain itu, penulis juga memberikan

perbandingan antara model cooperative learning dengan pembelajaran

tradisional yang kemudian diikuti oleh penjelasan mengenai peranan guru dalam

model cooperative learning yaitu sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

Cooperative learning menghendaki siswa menjadi pembelajar yang aktif, dimana

mereka dapat merasakan kebebasan untuk mengorganisasikan pikiran mereka

dan respon mereka terhadap materi pembelajaran. Cooperative learning pun

bisa dipadukan dengan teknologi yang ada sekarang seperti contoh dengan kartu

visual, diagram urutan, pertanyaan spesifik dengan jawabannya yang dimuat

dalam computer.

Komentar:

Perpaduan antara teknologi dan cooperative learning akan menghasilkan

perpaduan yang dinamis. Keduanya sangat menarik, yang bisa didedikasikan

untuk pembelajaran yang aktif dan hasil belajar yang baik pula. Dengan adanya

kemampuan berpikir kreatif, siswa dapat mencari berbagai alternatif pemecahan

masalah dalam kehidupannya.

12.  Efektifitas Model Pembelajaran Cooperative Learning,

Page 13: 77008339 Buku Resensi Skripsi

Artikel http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-

pendidikan/efektifitas-model-pembelajaran-

cooperative-learning/ ( 15 Mei 2010 )

Dalam artikel ini memaparkan enam bagian yang penting dalam

pembelajaran cooperative learning yaitu pertama melalui cooperative learning

menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran, kedua membantu guna

dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan mencarikan

alternatif pemecahannya, ketiga , penggunaanya cooperative learning

merupakan suatu model yang efektif untuk menge-mbangkan program

pembelajaran terpadu, keempat melalui cooperative learning, dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif dan kelima

dengan cooperative learning mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa

terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan

sekitarnya, Keenam, dengan cooperative learning mampu melatih siswa dalam

berkomunikasi seperti berani mengemukakan pendapat, berani dikriik, maupun

menghargai pendapat orang lain.

Komentar :

Dari beberapa keuntungan dari model pembelajaran cooperative learning

di atas, maka jelaslah bahwa keberhasilan suatu proses pendidikan dan

pengajaran salah satunya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru

dalam menggunakan strategi dan model pembelajaran yang digunakannya. Salah

satu model yang dapat memberikan dampak terhadap keberhasilan siswa adalah

melalui model pembelajaran koperatif atau cooperative learning

13. Pengelolaan Kelas Cooperative Learning, Artikel http://xpresiriau.com/artikel-

tulisan-pendidikan/pengelolaan-kelas-cooperative-learning/ ( 15 MEI 2010 )

Hasil penelitian mengenai metode cooperative learning yang digunakan di

kelas memberikan hasil yang menggembirakan pada hasil belajar. Kemajuan IPS

harus meliputi sosial dan pembelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan

langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara

Page 14: 77008339 Buku Resensi Skripsi

keseluruhan, Sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja

sama dengan anggota lainnya, di samping itu juga harus memiliki kiat-kiat

bagaimana caranya berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam

pengelolaan kelas model cooperative learning ini ada tiga hal yang perlu

diperhatikan yakni pengelompokan, pemberian motivasi kepada kelompok, dan

penataan ruang kelas. Oleh sebab itu, guru harus mampu menciptakan

pengelolaan kelas cooperative learning, sehingga terjadi suatu proses interaksi

yang satu individu dengan individu lainnya dapat terjadi, demikian pula interaksi

antar kelompok dapat terbanguan. Karena inti dari cooperative learning adalah

proses pembelajaran secara kelompok (grup).

Komentar :

Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental,

dengan cara menciptakan suasana kelas yang yang nyaman, suasana hati yang

gembira tanpa tekanan maka dapat memudahkan siswa memahami materi

pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif

untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan. Sesuai dengan

pendapat tersebut, maka dalam pelaksanaan model cooperative learning

dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola

lingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan model ini guru bukannya

bertambah pasif tapi harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana

pembelajaran secara matang, Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah

pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara

keseluruhan

14. Amirin , M.Tatang COOPERATIVE Learning: STAD (Student Teams-

Achievement Divisions

http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/08/19/cooperative-learning-stad-

student-teams-achievement-divisions/

Dalam artikel yang ditulis oleh Tatang , cooperative learning: stad (student

teams-achievement divisions memaparkan kesuksesan dalam menggunakan

model pembelajaran kooperatif dikelas. teams-achievement divisions, disingkat

STAD, Secara hakiki kira-kira akan bermakna bekerja sebagai tim, prestasi

berbagi sebagai tim. “Teams-achievement” (dalam STAD disambungkan dengan

Page 15: 77008339 Buku Resensi Skripsi

garis sambung) yang bermakna prestasi tim, bukan prestasi individual murid,

merupakan sesuatu yang ditekankan atau menjadi perhatian, dan sekaligus

sebagai strategi guru mendidik sikap sosial. Keberhasilan (prestasi) belajar murid

diukur dari prestasi tim, bukan prestasi orang per orang murid. Oleh karena itu,

maka semakin tinggi rerata skor tim, semakin dianggap berhasil tim itu (dan

anggota-anggotanyanya) belajar. Setelah dilakukan eksperimen dapat

disimpulkan bahwa kelas STAD memiliki hasil belajar yang lebih tinggi

dibandingkan kelas konvensional yaitu sebesar 80%. Selain itu siswa di kelas

STAD lebih memiliki rasa tanggung jawab dan dapat berhubungan baik dengan

teman sekelasnya. Artikel ini ditutup dengan tawaran kepada pada guru untuk

menggunakan model cooperative learning untuk hasil belajar yang lebih baik.

Cooperative learning tipe STAD membuat suasana pembelajaran siswa menjadi

lebih inovatif dan bukan lagi sesuatu yang membosankan.

Komentar :

15. Mazrawu ( 2010 ) Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning

Teknik Jigsaw

http://www.ayobelajar.web.id/search/PENERAPAN+PEMBELAJARAN+KOOPERAT

IF+(COOPERATIF+LEARNING

Pada artikel ini penulis memaparkan secara rinci mengenai pembelajaran

kooperatif tehnik Jigsaw serta Hakikat Pembelajaran Cooperative Learning Teknik

Jigsaw. Sistem pengajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dapat

didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok terstruktur. Cooperative

Learning Teknik Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan

pada sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu di antara

sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari

dua orang atau lebih. Hal-hal yang dapat menghambat proses proses

pembelajaran dalam penerapan Cooperative Learning Teknik Jigsaw

(1)Kurangnya pemahaman guru tentang Cooperative Learning Teknik Jigsaw.(2)

Jumlah siswa yang terlalu banyak(3) Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait

tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw.(4)Kurangnya

buku sumber sebagai media pembelajaran.(5)Terbatasnya pengetahuan siswa.

Page 16: 77008339 Buku Resensi Skripsi