representasi perempuan dalam majalah prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-mk-jessica andrea...

22
Representasi Perempuan Dalam Majalah Pria (Studi Gender, Subjektivitas, dan Representasi) Makalah Non-Seminar Dibuat oleh: Jessica Andrea Rhemrev 1006710924 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2014 Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Upload: trinhdang

Post on 12-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

Representasi Perempuan Dalam Majalah Pria

(Studi Gender, Subjektivitas, dan Representasi)

Makalah Non-Seminar

Dibuat oleh:

Jessica Andrea Rhemrev

1006710924

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

2014

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 2: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Jurnal ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Jessica Andrea Rhemrev

NPM : 1006710924

Tanggal : 09 Januari 2014

Penulis

Jessica Andrea Rhemrev

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 3: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 4: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 5: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 6: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

Representasi Perempuan Dalam Majalah Pria

Gender, Subjektivitas, dan Representasi

Jessica Andrea Rhemrev

Departemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak

Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, perempuan digambarkan dengan

berbagai macam penggambaran. Majalah merupakan media massa yang kini hadir sesuai

dengan segmentasi pembacanya. Majalah ‘Playboy’, ‘For Him Magazine’ (FHM) Indonesia,

yang merupakan majalah dengan segmentasi pembaca pria dewasa. Penelitian ini bertujuan

untuk melihat bagaimana representasi perempuan di mata masyarakat mengenai keberadaan

mereka dalam majalah pria dewasa. Teori yang digunakan adalah Teori Standpoint dan Teori

Feminis Radikal & Feminis Kultural. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

literatur melalui buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah lainnya. Dengan pedekatan kualitatif dan

merupakan penelitian yang bersifat deskriptif peneliti menggambarkan apa yang diamati dan

akhirnya menganalisa mengenai hal-hal apa saja yang membentuk aspek tersebut. Temuan

dalam penelitian ini adalah materi sex appeal yang digambarkan di majalah laki-laki selain

perempuan yang memiliki tubuh yang sempurna tentu saja mereka yang powerful. Pada

akhirnya timbul suatu konsep cantik baru. Tetapi disisi lain representasi perempuan dalam

majalah laki-laki ini juga menunjukan adanya bentuk dominasi kaum laki-laki yang mana

menimbulkan representasi terhadap para perempuan yang diakibatkan oleh penggambarannya

dalam media, dalam kasus ini medianya adalah majalah.

Abstract

In many variety media nowadays, women are pictured with a variety of representations.

Magazines is the mass media which is present in accordance with the intended of it’s audience

segmentation. ‘Playboy’ Magazine, ‘For Him Magazine’ (FHM) Indonesia, these are two

example of magazines with male adult readership segmentation. This research aims to look at

how the representation of women in the public eye about their existence in the adult male

magazines. The theory used is Standpoint Theory and Feminist Radical & Feminist Cultural

Theory. The methods that used in this research is literature study through books and other

scientific journals. The result from this research is women sex appeal which is pictured in the

men’s magazine, beside the women has the perfect body, of course, they are powerful also. But

on the other hand, the representation of women in these men's magazine also showed the

existence of a form domination of men which led to the women’s representation caused by his

depiction in the media, in this case the media is a magazine.

Key words: Gender, Feminism, Representation, Magazine, Media, Communication

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 7: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

I. Pendahuluan

Persoalan gender adalah persoalan yang peka dan kompleks. Persoalan ini telah

menjadi sesuatu yang klasik, bahkan setua peradaban manusia itu sendiri. Perbedaan laki-laki

dan wanita yang pada hakikatnya hanya merupakan perbedaan karakteristik biologis (jenis

kelamin) dipertajam melalui proses sosialisasi sehingga menuntun pada berbagai praktik

diskriminasi terhadap wanita di berbagai bidang. Padahal seperti kita ketahui bersama, jumiah

penduduk dunia sebagian besar wanita dan selama dekade terakhir ini, wanita telah menjadi

segmen penting dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang ekonomi. Oleh

karena itu penting untuk mengetahui apakah diskriminasi terhadap wanita dalam pasar tenaga

kerja masih ada. Diskriminasi menyebabkan representasi wanita dalam ekonomi menurun dan

mengakibatkan kerugian baik secara material maupun spiritual. Kerugian itu antara lain

membuat pasar tenaga kerja kurang kompetitif karena mereka menjadi kurang termotivasi dan

secara emosional kurang sehat akibat penolakan yang dialaminya. Akan fenomena yang

berlawanan dimana akhir-akhir ini representasi wanita dalam ekonomi justru meningkat pesat

bahkan dalam bidang- bidang pekerjaan yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki.

Konsekuensi logis dari semua itu adalah semakin besar kontribusi wanita dalam ekonomi

khususnya dalam industri penjualan.

Dalam kebudayaan kita dididik, sadar atau tidak, untuk meniru, beradaptasi dengan

skema dalam masyarakat. Kita dididik berbuat ‘sama’ atau ‘seperti’, tanpa temuan baru, atau

pengungkapan kenyataan yang sebelumnya ada tetapi kemudian dihilangkan, untuk mengubah

kehidupan. Karenanya, dalam system patriarkal, yang ada (dianggap penting atau menjadi

representasi) hanya satu jenis kelamin saja. Karenanya pula, persoalan menghormati identitas

gender adalah salah satu hal terpenting yang perlu diperjuangkan saat ini. Beberapa alasannya:

Perbedaan jenis kelamin perlu agar spesies manusia lestari, bukan sekadar untuk

perkembangbiakan tetapi dalam arti regenerasi kehidupan

Status perbedaan jenis kelamin berkaitan dengan budaya dan bahasa dalam budaya,

dimana kemunduran kebudayaan seksual disebabkan sekaligus diiringi oleh

pelembagaan nilai-nilai yang juga mengalami kemunduran

Yang dianggap atau seolah-olah universal itu sesungguhnya merupakan penguasaan

sebagian manusia oleh sebagian yang lain; yang utama membuktikan adalah di masa

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 8: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

kini manusia mengikuti sistem genealogis lelaki saja. Padahal masyarakat terdiri dari

separuh laki-laki dan separuh perempuan. Kekuasaan patriarkal ditata melalui

penundukan genealogi lelaki atas genealogi perempuan

Sejak ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg pada tahun 1436 di Jerman, arus

informasi dunia mulai berkembang sangat pesat. Ketika hanya kaum bangsawan yang

mempunyai akses terhadap manuscript-manuscript, pada saat mesin cetak tersebut ditemukan

saat itulah tombak lahirnya media massa. Media massa yang populer pada awalnya adalah

surat kabar, dimulai di Eropa dengan munculnya Daily Courant pada tahun 1702, lalu

berkembang ke majalah pada tahun 1704 yang terbit secara periodik di Inggris yaitu The

Review. Era keemasan majalah berada pada tahun 1731 dengan majalah Gentleman dengan

sirkulasi 10.000-15.000, namun ketika ditemukannya radio pada tahun 1920-an, era majalah

tergantikan hingga menyisakan beberapa majalah dengan pembaca yang loyal seperti Harper

monthly dan Atlantic monthly. Melihat hal tersebut maka pada tahun 1925 muncul majalah

dengan target pasar tertentu, disini konsumen majalah mulai dikelompokan, dimana New

Yorket, Time, dan Life lah yang menjadi simbol kesuksesan majalah dengan target pasar

tertentu. Pengelompokan konsumen majalah berlangsung hingga kini, melihat banyaknya jenis

majalah yang ada di dunia, dari yang dibagi berdasarkan demografi, gaya hidup, hobi, dan

lain-lain. Bahkan pembagian berdasarkan demografi mempunyai sub-sub targeting lain yang

lebih khusus. Contoh majalah yang terbagi berdasarkan demografi adalah majalah laki-laki,

dimana majalah laki-laki tersebut masih mempunyai sub-sub targeting seperti otomotif, game,

dan kesehatan.

Pada berbagai macam kasus dalam kehidupan sehari hari, perempuan digambarkan

dengan berbagai macam penggambaran. Dalam berbagai media pun perempuan juga demikian.

Penggambaran sangat tergantung pada media apa perempuan tersebut digambarkan sehingga

ada subjektifitas, terutama pandangan dari kaum laki-laki. Kaum laki-laki ini sangat

menentukan bagaimana representasi perempuan pada media, lebih fokusnya lagi yang akan

dibahas, yaitu pada representasi perempuan pada majalah laki-laki. Pada kebanyakan majalah

laki-laki, perempuan digambarkan dalam berbagai macam bentuk representasi tergantung dari

kebutuhan majalah tersebut. Kebutuhan majalah tersebut dalam hal merepresentasikan

perempuan dapat tergantung pada antara lain segmentasi dari majalah itu sendiri yang

mengacu pada apakah kelas ekonomi, kelompok sosial tertentu, usia pembacanya, atau

ketertarikan terhadap topik atau hobi tertentu yang dibuat oleh suatu majalah, misalnya

teknologi, otomotif, atau olahraga.

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 9: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

Menurut Laswell fungsi media massa diantaranya memberi informasi, intepretasi,

transmisi nilai dan hiburan. Dari keempat fungsi inilah media massa terutama majalah laki-laki

tidak bisa dilepaskan dengan reseprentasi perempuan yang sensual. Majalah laki-laki tidak

bisa dilepaskan dengan potret-potret perempuan, bahkan walaupun genre majalah tersebut

sama sekali tidak ada kaitannya dengan tubuh (misalnya majalah tentang kesehatan laki-laki),

majalah otomotif misalnya, tetap ada figur seorang perempuan sebagai angin segar atau

sebagai penarik laki-laki untuk membaca majalah tersebut.

Representasi perempuan dalam majalah laki-laki tentu saja yang mempunyai sex

appeal (daya tarik sex) tinggi, langsing, putih, memiliki dada besar, cantik, dengan pose yang

mungkin tidak terlalu menantang, tapi cukup memberi suatu arrousal terhadap sensualitas laki-

laki. Salah satu majalah laki-laki yang merepresentasikan perempuan dengan sex appeal adalah

FHM (For Him Magazine), Playboy melalui cover majalah dengan penggambaran yang sangat

seksual namun isi dari majalah ini sendiri jauh dari kesan sex atau esek-esek, konten majalah

ini berupa gaya hidup laki-laki kebanyakan, hobi, politik, olah raga, konten mengenai

perempuan yang menjadi cover majalah tersebut bukanlah yang utama dibahas. Penggambaran

perempuan yang mengacu pada sex appeal menimbulkan suatu gender skew dimana adanya

explicit sexual materials yang dirancang oleh kaum laki-laki dan diperuntungkan bagi kaum

laki-laki. Perempuan digambarkan sebagai pihak yang berpartisipasi dalam euforia seksnya

sendiri. Hal ini bisa dilihat melalui body language para model perempuan yang menghiasai

majalah tersebut.

Representasi perempuan di majalah laki-laki seperti memberi timbal balik cara

perempuan memandang dirinya jika dihadapan laki-laki. Gambaran perempuan terhadap

dirinya diatur oleh gender skew bahwa perempuan idaman laki-laki adalah perempuan yang

digambarkan dalam majalah-majalah laki-laki kebanyakan. Sehingga lagi-lagi konsep cantik

bagi perempuan dimanipulasi oleh media. Sebagaimana yang telah digambarkan pada bagian

pendahuluan, masalah yang dibahas dalam paper ini adalah bagaimana representasi

perempuan dalam majalah laki-laki yang mana wanita digambarkan dalam berbagai macam

bentuk tergantung dari kebutuhan majalah yang bersangkutan. Dalam hal ini, dapat

diperhatikan apakah ada kesamaan atau bahkan justru berbeda antara representasi perempuan

dalam suatu majalah laki-laki yang satu dengan yang lainnya yang pada nantinya akan

mempengaruhi analisis dari kasus yang ada. Namun, pada intinya, representasi perempuan

dalam majalah laki-laki yang dilakukan dalam berbagai bentuk sangat menentukan bagaimana

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 10: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

seorang perempuan akan tergambar di benak para laki-laki yang menjadi pembaca setia suatu

majalah.

Di sisi lain, apakah sebenarnya bentuk representasi perempuan dalam majalah laki-laki

ini adalah suatu bentuk feminism itu sendiri yang secara diam-diam tanpa disadari menguasai

laki-laki lewat representasinya dalam majalah? Atau malah suatu bentuk dominasi oleh kaum

laki-laki terhadap wanita yang secara sadar ataupun tidak merupakan usaha untuk

mengeksploitasi para perempuan?

Bias jender yang terjadi dalam reproduksi citra perempuan di media massa salah satunya bisa

disebabkan masih belum berimbangnya jumlah perempuan dalam level organisasi media,

apalagi yang menduduki posisi pengambil keputusan. Hal ini disebabkan pemimpin

perempuan atau laki-laki akan mengikuti logika industri yang tujuannya adalah akumulasi

modal. Kondisi pencitraan perempuan yang masih dirasakan tidak adil ini membuat banyak

orang berharap pada media-media komunitas. Diharapkan media komunitas yang tidak harus

tunduk pada logika industri mampu memberikan pencitraan perempuan yang lebih adil.

Namun nampaknya hingga saat ini media komunitas, seperti radio komunitas, masih

didominasi dengan cara pandang ibuisme ala orde baru. Kebanyakan radio komunitas masih

mengidentikkan persoalan perempuan dengan bidang kesehatan, rumah tangga, pengasuhan

anak, dan masak. Meskipun kondisi media komunitas belum bisa menjadi saluran beragam

kepentingan perempuan, tetapi media komunitas merupakan organisasi yang masih cukup

terbuka untuk diberikan pendidikan jurnalistik berperspektif keadilan gender.

II. Kerangka Teoritis

Teori yang digunakan untuk membahas mengenai penelitian ini adalah Teori Sikap dan

Teori Feminis Radikal Kultural. Teori sikap (standpoint theory-ST) memberikan kerangka

untuk memahami sistem kekuasaan. Teori kerangka ini dibangun atas dasar pengetahuan yang

dihasilkan dari kehidupan sehari-hari orang-orang yang mengakui bahwa individu-individu

adalah konsumen aktif dari realitas mereka sendiri dan bahwa perspektif individu-individu itu

sendiri merupakan sumber informasi yang paling penting mengenal pengalaman mereka

(Riger,1992). Teori ini mengklaim bahwa pengalaman, pengetahuan, dan perilaku komunikasi

orang dibentuk sebagian besarnya oleh kelompok sosial dimana mereka tergabung.

Asumsi Teori Sikap menurut Anet Saltzman Chafetz (1993) :

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 11: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

1. Jenis kelamin atau gender merupakan fokus utama teori ini.

2. Hubungan jenis kelamin atau gender dipandang sebagai suatu yang problematis

3. Teori ini berusaha untuk memahami bagaimana jenis kelamin atau gender dipandang

sebagai suatu yang dapat diubah

4. Teori feminis dapat digunakan untuk menantang status quo ketika status quo ini

meredahkan atau melecehkan wanita.

Dalam teori ini, Harding dan Wood menggagas bahwa salah satu cara terbaik untuk

mengetahui bagaimana keadaan dunia kita, yaitu dengan memulai penyelidikan kita dari

standpoint kaum wanita dan kelompok-kelompok marginal lain. A standpoint adalah sebuah

tempat di mana kita memandang dunia di sekitar kita. Apapun tempat yang menguntungkan

itu, lokasinya cenderung memfokuskan perhatian kita pada beberapa fitur dalam bentangan

alam dan sosial dengan mengaburkan fitur-fitur lainnya. A standpoint bermakna sama dengan

istilah viewpoint, perspective, outlook, atau position. Dengan catatan bahwa istilah-istilah ini

digunakan dalam tempat dan waktu khusus, tetapi semuanya berhubungan dengan perilaku dan

nilai-nilai. Standpoint kita mempengaruhi worldview kita.

Menurut Harding, ketika orang berbicara dari pihak oposisi dalam hubungan kekuasaan

(power relations), perspektif dari kehidupan orang-orang yang tidak memiliki power,

menyediakan pendangan yang lebih objektif daripada pandangan orang-orang yang memiliki

kekuasaan. Yang menjadi fokus bahasannya adalah standpoint kaum wanita yang selama ini

termarginalisasi.

George Hegel (filosof Jerman) menganalisis hubungan majikan-budak untuk

menunjukkan apa yang orang tahu tentang diri mereka, orang lain, dan masyarakat

berdasarkan di mana mereka menjadi bagian dalam kelompok itu. Majikan dan budak

memiliki perspektif yang berbeda ketika keduanya menghadapi realitas yang sama. Namun

ketika ‘para tuan’ membangun struktur masyarakat, mereka memiliki kekuasaan (power) untuk

membuat perspektif yang mereka miliki juga dianut oleh orang-orang dari kelompok yang lain.

Referensi berikutnya adalah teori Karl Marx dengan konsep kaum borjuis dan proletarian serta

‘class struggle’. Para feminis mengganti konsep proletarian dengan kaum wanita, dan

mengganti perjuangan kelas dengan ‘gender discrimination’. George Herbert Mead menggagas

bahwa kebudayaan (culture) dianut oleh manusia lewat komunikasi. Dengan menggunakan

gambaran prinsip symbolic interactionism, Wood menyatakan bahwa gender lebih merupakan

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 12: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

sebuah konstruksi budaya daripada sebuah karakteristik biologis. Berdasarkan teori

postmodernism, para feminis mengkritik kenyataan bahwa rasionalitas dan western science,

didominasi oleh pria.

Harding dan Wood menggambarkan semua teori berdasarkan pendekatan konflik di

atas, tanpa membiarkan teori-teori itu membentuk atau mempengaruhi substansi pendekatan

standpoint mereka. Orang kebanyakan, bukan kaum elite, memberikan kerangka teori sikap

karena keyakinan bahwa mereka memiliki pengetahuan yang berbeda dari mereka yang sedang

memegang kekuasaan. Pengetahuan ini membentuk sikap yang merupakan oposisi dari mereka

yang berkuasa. Sikap berasal dari perlawanan terhadap mereka yang berkuasa dan menolak

untuk menerima cara bagaimana masyarakat mendefinisikan kelompok mereka (Wood, 2004).

Teroti sikap mendorong seseorang untuk mengkritik stastus quo karena ini merupakan bentuk

struktur kekuasaan dari dominasi dan tekanan. Selain itu dalam kritik ini terdapat

kemungkinan untuk menggambarkan praktik sosial yang lebih adil. Karenanya, teroti sikap

menunjuk pada permasalahan dalam tatanan sosial dan juga menyiratkan cara-cara baru untuk

mengatur kehidupan sosial sehingga menjadi lebih setara dan adil. Dalam hal ini teori sikap

disebut sebagai teori kritis.

Teori feminis melihat dunia dari sudut pandang perempuan. Teori feminis adalah

sistem gagasan umum dengan cakupan luas tentang kehidupan sosial dan pengalaman manusia

yang berkembang dari perspektif yang berpusat pada perempuan. Teori feminis dipandu oleh

empat pertanyaan dasar, yaitu 1) Bagaimana dengan para perempuan? 2) Mengapa situasi

perempuan seperti ini? 3) Bagaimana dapat mengubah dan memperbaiki dunia sosial ini? dan

4) Bagaimana dengan perbedaan antarperempuan?

Teori feminis berpusat pada tiga hal. Pertama ‘objek’ penelitian utamanya, pijakan

awal dari seluruh penelitiannya, adalah situasi (atau situasi-situasi) dan pengalaman

perempuan di dalam masyarakat. Kedua, teori ini memperlakukan perempuan sebagai ‘subjek’

sentral dalam proses penelitiannya. Ketiga teori feminisme bersikap kritis dan aktif terhadap

perempuan, berusaha membangun dunia yang lebih baik bagi perempuan dan dengan demikian

juga bagi umat manusia.

Ada 5 jenis teori feminism, yaitu Feminisme Kultural, Feminisme Liberal, Feminisme

Radikal, Teori Psikoanalitis Feminis, Feminisme Sosialis, Teori Interseksionalitas. Disini

peneliti berfokus pada dua jenis teori feminis, yaitu :

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 13: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

a. Feminisme Kultural

Feminisme kultural memusatkan perhatian pada eksplorasi nilai-nilai yang dianut

perempuan yaitu bagaimana mereka berbeda dari laki-laki. Feminisme kultural menyatakan

bahwa proses berada dan mengetahui perempuan bisa jadi merupakan sumber kekuatan yang

lebih sehat bagi diproduksinya masyarakat adil daripada preferensi tradisional pada budaya

androsentris bagi cara mengetahui dan cara mengada laki-laki.

b. Feminisme Radikal

Feminisme Radikal didasarkan pada keyakinan sentral (1) bahwa perempuan memiliki

nilai mutlak positif sebagai perempuan, keyakinan yang berlawanan dengan apa yang mereka

klaim sebagai perendahan secara universal terhadap perempuan (2) perempuan dimanapun

berada selalu tertindas secara kejam oleh patriarki. Teori feminisme radikal berpusat pada

aspek biologis. Mereka berpendapat bahwa ketidakadilan gender disebabkan dari perbedaan

biologis antara pria dan wanita itu sendiri. Maksudnya adalah perempuan merasa diekploitasi

oleh kaum laki-laki dalam hal-hal biologis yang dimiliki perempuan, misalnya adalah peran

kehamilan dan keibuan yang selalu diperankan oleh perempuan. Oleh sebab itu kaum

feminisme radikal sering menyerang institusi-institusi keluarga dan sistem partiarki yang

mereka anggap adalah sumber penindasan. Mereka menganggap institusi-institusi tersebut

adalah institusi yang melahirkan sistem dominasi pria sehingga wanita ditindas. “Patriarki

tidak hanya secara historis menjadi struktur dominasi dan ketundukan, namun ia pun terus

menjadi sistem ketimpangan yang paling kuat dan tahan lama, yang menjadi model dasar

dominasi di tengah-tengah masyarakat” (Ritzer and Goodman, 2013:506)

III. Metode Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam paper ini

adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini juga bersifat deskriptif karena merupakan bentuk

penelitian yang menggambarkan dan mempelajari suatu situasi kejadian. Peneliti

menggambarkan apa yang diamati dan akhirnya menganalisa mengenai hal-hal apa saja yang

membentuk aspek tersebut. Penelitian ini tergolong penelitian terapan (applied research).

Penelitian terapan memberikan perhatian khusus pada satu hal Dalam sebuah penelitian, data

memegang peranan yang sangat penting dalam keseluruhan proses yang dilakukan. Penulisan

paper ini menggunakan studi literatur mengenai representasi wanita dalam majalah pria ini

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 14: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

dalam mengumpulkan data. Sebuah studi literatur merupakan survei dan pembahasan literatur

pada bidang tertentu dari suatu penelitian. Studi ini merupakan gambaran singkat dari apa

yang telah dipelajari, argumentasi, dan ditetapkan tentang topik ini, dan biasanya

diorganisasikan secara kronologis atau tematis. Studi literatur ini ditulis dalam format esai dan

bukan merupakan bibliografi beranotasi, karena studi ini mengelompokkan hasil-hasil

pekerjaan secara bersama dan membahas arah perkembangannya, daripada berfokus hanya

pada satu hal pada suatu waktu.

Studi literatur tersebut berasal dari beberapa jurnal yaitu Visualisasi Wanita Indonesia

dalam Majalah Pria Dewasa-Diani Apsari (2010) dan Budaya Seksual dan Dominasi Laki-Laki

dalam Perikehidupan Seksual Perempuan-Irwan Hidayana M. (2013). Dengan menggunakkan

studi literatur, peneliti mencoba menyakinkan pembaca tentang pentingnya dan kelayakan dari

topik yang diusulkan. Penelitian mengenai representasi wanita dalam majalah pria ini

diorganisasikan secara tematik yang artinya adalah dalam struktur ini, peneliti akan

mengelompokkan dan mendiskusikan sumber-sumber yang telah peneliti kumpulkan sesuai

tema atau topiknya. Cara ini lebih kuat secara pengorganisasian, dan membantu menahan

keinginan peneliti untuk merangkum sumber-sumber pustaka ini. Dengan mengelompokkan

tema atau topik penelitian bersama, peneliti dapat menunjukkan jenis topik yang penting

dalam penelitian ini. Selain itu studi literatur dari buku mengenai topik ini yang dapat

memperkaya kelengkapan data dalam paper ini. Studi literatur merupakan sarana pembantu

peneliti dalam mengumpulkan dan membaca data atau informasi. Data tersebut dianalisis

dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya.

IV. Analisis & Pembahasan

Berger dan Luckmann (1966:55), mencoba memahami representasi sebagai bagian dari

konsep objektivasi. Representasi dalam teori konstruksi sosial merupakan representasi

simbolik, dimana bahasa memegang peran penting dalam proses obyektivasi terhadap tanda-

tanda karena bahasa mampu mendirikan bangunan-bangunan representasi simbolis yang

kenyataan hidup sehari-hari. Bahasa digunakan untuk mensignifikasi makna-makna yang

dipahami sebagai pengetahuan yang relevan dengan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari

pengetahuan seseorang menuntun tindakan yang spesifik menjadi tipikasi dari beberapa

anggota masyarakat, tipikasi tersebut kemudian menjadi dasar pembedaan orang di

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 15: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

masyarakat. Dan agar bentukbentuk tindakan itu harus memiliki arti yang obyektif yang pada

gilirannya memerlukan suatu obyektivikasi linguistik. Obyektivikasi linguistik terjadi dalam

dua hal, yaitu dimulai dari pemberian tanda verbal yang sederhana sampai pada pemasukannya

simbol-simbol yang kompleks. Simbol-simbol tersebut hadir melalui pengalaman tiap-tiap

individu sehingga menimbulkan representasi terhadap simbol-simbol tersebut, oleh Berger dan

Luckmann dikatakan sebagai par excellence, yaitu adanya ketergantungan antara suatu simbol

dengan simbol yang lainnya.

Perempuan Indonesia di mata masyarakatnya (terutama laki-laki) mencoba untuk

memenuhi dua standar kesempurnaan : satu standar yang ditentukan di tempat kerja oleh laki-

laki tradisional yang mempunyai istri yang memenuhi segala kebutuhannya di luar tempat

kerja, dan satu standar yang ditetapkan di rumah oleh perempuan tradisional yang keseluruhan

berharga, kekuasaan, dan kemampuannya datang dari posisinya sebagai istri dan ibu yang

ideal. Perempuan menjadi sosok yang harus mampu membagi waktu antara pekerjaan dan

tugas domestiknya. Hal ini dikarenakan laki-laki enggan untuk membantu perempuan dalam

pekerjaan rumah tangga. Padahal pada kenyataannya, perempuan merasa kewalahan. Mereka

menginginkan agar mampu membagi waktunya secara fleksibel, namun tidak dipungkiri,

mereka membutuhkan peran dari seorang suami dalam mengurus rumah tangganya dan

mereka juga membutuhkan suatu waktu untuk bersantai dan terbebas dari peran gandanya

tersebut.

Representasi perempuan di majalah laki-laki memberi dampak tersendiri bagi

perempuan ketika memandang dirinya, hal itu juga nampak dalam majalah perempuan sendiri.

Secara eksplisit majalah perempuan memberi pengaruh bagi perempuan untuk tampil cantik

dengan konsep cantik di media. Tidak jarang pula di majalah perempuan terdapat gambar

model-model cantik dimana model-model tersebut merupakan gadis-gadis yang diinginkan

para laki-laki. Hal ini berujung kepada konsumsi. Seperti pendapat filsuf Perancis Jean

Braudilliard mengenai masyarakat Konsumerisme. Pola konsumsi masyarakat modern

sekarang ini ditentukan oleh media massa, tidak terkecuali majalah. Banyak perempuan yang

ingin tampil sesempurna mungkin di hapadapan laki-laki tidak peduli berapa banyak dana

yang ia keluarkan untuk mendapat penampilan yang direpresentasikan media terhadapnya.

Luce Irigay melalui rute psikoanalitis-filosofisnya meneorikan adanya ruang atau

pengalaman prasimbolik perempuan yang tidak ada pada laki-laki. Ini dibentuk oleh

jouissanceI atau kenikmatan seksual feminim, permainan kegembiraan yang di luar akal

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 16: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

(Irrgay, 1985). Untuk mendapatkan gambaran sempurna pada dirinya yang ada pada media,

perempuan menempuh segala macam cara, membeli produk kecantika mahal, diet, berolahraga

keras, dan lain-lain untuk mendapat kenikmatan yang tidak ada bandingnya yaitu daya tarik

oleh laki-laki. Daya tarik laki-laki yang ada merupakan konsep daya tarik yang diciptakan

media. Konsep tersebut menimbulkan apa yang disebut dengan hyper-realitas dimana kita

tidak tahu lagi mana yang benar-benar kebenaran, mana kebenaran yang dibentuk oleh media.

Daya tarik ini menimbulkan suatu kekuasaan atau dominasi, dalam hal ini dominasi

seksualitas. Seksualitas adalah titik utama bagi pelaksana kekuasaan dan produksi subjektivitas

dalam masyarakat. Subjektivitas memiliki batas-batas sama dengan seksualitas sebagaimana

subjek yang terbentuk melalui produksi seks dan kontrol tubuh (Barker, 2008). Kita, pada sisi

yang lain, berada dalam masyarakat ‘seks’, atau lebih tepatnya masyarakat dengan seksualitas:

mekanisme kekuasaan diarahkan kepada tubuh... (Focault, 1979)

Dalam sistem hukum semesta, Irigaray melihat bahwa model yang hanya berpaku pada

salah satu jenis kelamin sangat tidak memadai. Bahkan model masing-masingnya saja, model

jenis kelamin lelaki dan model jenis kelamin perempuan, memiliki keterbatasannya.Irigaray

mengingatkan kita untuk kembali, dan belajar, dari tubuh perempuan. Tubuh perempuan

memiliki kekhasannya, yakni mentoleransi pertumbuhan tubuh lain dalam dirinya tanpa

penolakan, tanpa menjadi penyakit, tanpa menyebabkan kematian salah satunya: tubuh

perempuan itu sendiri ataupun tubuh lain yang sedang tumbuh. Dari tubuh perempuan kita

belajar hal sangat mendasar: penghormatan terhadap tubuh lain, penghormatan terhadap

identitas yang berbeda. Sangat disayangkan bahwa kebudayaan telah memutar balik arti sistem

penghormatan terhadap tubuh lain. Tubuh perempuan menoleransi kesempatan hidup sama

pada anak lelaki dan anak perempuan. Tetapi budaya antarlelaki bergerak terbalik. Mereka

menata diri dengan menyingkirkan sumbangan dari jenis kelamin yang lain. Ketika tubuh

perempuan member keturunan dengan menghormati perbedaan, masyarakat patriarki

membangun penyingkiran perbedaan secara hirarkis.

Menurut Freud, perempuan secara alamiah memangdang rendah alat vital mereka atau

bahwa aktivitas heteroseksual genital yang menekankan kekuasaan maskulin dan pasivitas

feminim adalah bentuk normal seksualitas. Mengacu pada psikoanaltis phallosentris, phallus

simbolis sebagai penanda kekuasaan tatanan simbolis memisahkan subjek dari gairah dan

membuka kemungkinan bagi pembentukan objek. Menurut Lacan sentralitas phallus

menempatkan perempuan sebagai pelengkap. Jika psikonalisis bersifat phallosentris, itu semua

karena tatanan sosial manusia yang dipersepsikan dan dijalani bersifat patrosentris (Mitchell,

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 17: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

1974). Konsep cantik perempuan dibentuk oleh laki-laki, direpresentasikan dalam majalah

laki-laki sendiri dan dipertegas pula dalam majalah perempuan. Adanya kekuasaan laki-laki

terhadap perempuan mengenai seperti apa perempuan dimatanya, hal itu menjadi suatu

hegemoni yang ada pada masyarakat modern. Dari kasus di atas yang ada pada pemaparan

sebelumnya, yaitu apakah sebenarnya bentuk representasi perempuan dalam majalah laki-laki

adalah suatu bentuk feminisme itu sendiri yang secara diam-diam tanpa disadari menguasai

laiki-laki lewat representasinya dalam majalah, dapat dianalisis bahwa sebetulnya memang

benar justru dengan adanya representasi perempuan dalam majalah-majalah laki-laki

menunjukan adanya suatu penguatan gender perempuan yang dapat menguasai berbagai ini

dalam majalah laki-laki. Dengan adanya representasi seperti ini, secara tidak sadar

menunjukan bahwa perempuan berhasil menguasai laki-laki, bahkan dalam berbagai isi dalam

majalahnya. Pada satu sisi, hal ini menunjukan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki yang

mana tidak ada larangan dalam menampilkan perempuan dalam majalah laki-laki dan juga

adanya bentuk feminism liberal dan deminisme pascastrukturalis di mana perempuan tidak

hanya mengerjakan ranah pekerjaan perempuan saja, tetapi juga dapat mengerjakan pekerjaan

laki-laki yang banyak digambarkan dalam majalah-majalah laki-laki seperti perempuan yang

terjun dalam dunia bisnis atau olahraga-olahraga yang beresiko tinggi.

Gambaran atau representasi wajah perempuan yang tidak menyenangkan, keterlibatan

perempuan dalam sturktur organisasi media yang belum berimbang dibandingkan dengan laki-

laki, dan isipemberitaan yang tidak sensitif dengan persoalan-persoalan perempuan. Untuk itu,

diperlukan jurnalisme yang berpihak pada perempuan, yang dikenal dengan jurnalisme

berperspektif gender. Berbicara soal representasi perempuan dalam majalah laki-laki, pada

dasarnya kita mengacu pada sebuah hal. Representasi perempuan dalam media massa, baik

media cetak, media elektronik, maupun berbagai bentuk multi media. Sejauh ini media massa

masih menjadikan perempuan sebagai obyek, baik di dalam pemberitaan, iklan komersial

maupun program acara hiburannya seperti sinetron. Wajah perempuan dalam pemberitaan

cenderung meng-gambarkan perempuan sebagai korban, pihak yang lemah, tak berdaya, atau

menjadi korban kriminalitas karena sikapnya yang “mengundang” atau memancing terjadinya

kriminalitas, atau sebagai obyek seksual. Sementara perempuan dalam iklan tampil lebih

sering sebagai potongan-potongan tubuh yang dikomersialisasi karena keindahan tubuhnya

atau kecantikan wajahnya. Wajah perempuan dalam program acara hiburan seperti sinetron

juga menyudutkan perempuan. Penggambaran dalam cerita-ceritanya seringkali sangat

stereotipe. Perempuan digambarkan tak berdaya, lemah, membutuhkan perlindungan, korban

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 18: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

kekerasan dalam rumah tangga, kompe-tensinya pada wilayah domestik saja. Atau, justru

perempuan yang galak, tidak masuk akal, “murahan” dan bahkan pelacur, bukan perem-puan

baik-baik, pemboros, dan sebagainya.

Dari masalah bagaimana representasi perempuan dalam majalah laki-laki, dapat

diambil beberapa pertanyaan yang muncul yang dapat menjadi kasus analisis seperti pada

pemaparan sebelumnya, yaitu apakah sebenarnya bentuk representasi perempuan dalam

majalah laki-laki adalah suatu bentuk feminism itu sendiri yang secara diam-diam tanpa

disadari menguasai laki-laki lewat representasinya dalam majalah? Atau malah suatu bentuk

dominasi kaum laki-laki terhadap wanita yang secara sadar ataupun tidak merupakan usaha

untuk mengeksproitasi para perempuan? Sebenarnya dari permasalahannya dapat timbul

berbagai macam pertanyaan yang dapat lebih banyak lagi, tetapi untuk lebih mempersempit

dan memperdalam analisis, kasus ini hanya dikaitkan dengan hal jenis kelamin, subjektivitas,

dan representasi.

Representasi perempuan dimajalah laki-laki seakan memberi representasi yang sama

pada perempuan terhadap dirinya. Materi sex appeal yang digambarkan di majalah laki-laki

selain perempuan yang memiliki tubuh yang sempurna tentu saja mereka yang powerful. Pada

akhirnya timbul suatu konsep cantik baru. Ketika melihat ke majalah perempuan, fitur-fitur

yang ditawarkan dari majalah ini tentu saja mengarah kepada bagaimana cara menarik

perhatian lawan jenis. Majalah mempunyai pengaruh terhadap penciptaan kriteria sex appeal

antara perempuan dan laki-laki. Kriteria tersebut mendorong semakin kuat konsep cantik yang

dibuat sehomogen mungkin bagi perempuan.

Repitisi melalui figur-figur perempuan yang cantik versi majalah laki-laki membuat

kaum laki-laki sendiri dibentuk oleh media massa mengenai gadis impiannya yang sempurna.

Bukan tanpa akibat, tetapi secara tidak langsung laki-laki-laki-laki tersebut juga diciptakan

pandangannya mengenai perempuan cantik melalui media yang pada akhirnya berdampak

sendiri ke perempuan. Majalah perempuan yang berisi bagaimana menarik daya tarik laki-laki,

tidak hanya secara psikologis, namun juga secara fisik, perempuan rela merubah dirinya demi

menarik perhatian laki-laki dan di sisi-sisi lain dalam majalah laki-laki, mereka ditawarkan

perempuan-perempuan yang sempurna yang menjadi kriteria ‘menarik’ bagi mereka. Hal ini

berlangsung terus-menerus.

Di sisi lain, dengan adanya representasi perempuan dalam majalah laki-laki ini juga

menunjukan adanya bentuk dominasi kaum laki-laki yang mana menimbulkan representasi

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 19: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

terhadap para perempuan yang diakibatkan oleh penggambarannya dalam media, dalam kasus

ini adalah majalah. Dengan penggambaran perempuan yang digambarkan dalam majalah-

majalah justru secara sadar ataupun tidak menanampan persepsi bagaimana perempuan di

benak para masing-masing subjek laki-laki ini. Akibat dari adanya representasi perempuan

dalam majalah ini membentuk citra perempuan itu sendiri yang mana merupakan tipe ideal

bagaimana seharusnya perempuan berpenampilan dan berprilaku sesuai dengan

penggambarannya dalam majalah sehingga terjadi pergeseran makna. Akibatnya justru adalah

bentuk dominasi kaum laki-laki tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan akibat dari

representasinya dalam majalah

Kesimpulan

Dari Pembahasan dalam paper ini, dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya dengan

adanya representasi perempuan di dalam majalah laki-laki di satu sisi menunjukan adanya

penguatan gender perempuan itu sendiri dalam usahanya mencapai kesetaraan lewat feminism

liberan dan pascastrukturalis yang mana tidak hanya laki-laki, tetapi perempuan juga dapat

melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki sehingga memperoleh kedudukan yang

setara. Namun di sisi lain, kedudukan tersebut yang diakibatkan representasi menyebabkan

penggambaran perempuan yang terlalu ideal yang menyamaratakan semua perempuan

sehingga menimbulkan citra perempuan lewat majalah yang dapat sangat berbeda dengan

kenyataannya. Kenyataan bahwa tidak semua wanita dapat disamaka seperti itu dan juga

bentuk dominasi baru akibat adanya representasi perempuan dalam majalah.

Pers merupakan sebuah produk kebudayaan, maka penting untuk mencermati bagaimana

media memproduksi dan mengkonsumsinya melalu bahasa yang digunakan dalam pers

tersebut. Pers sebagai suatu sarana produksi makna, karena mampu merepresentasikan pikiran

dan gagasan-gagasan ke ruang publik.

Melalui Psikoanaltis phallosentris, representasi perempuan dalam majalah laki-laki

mempengaruhi representasi perempuan terhadap dirinya. Majalah perempuan menguatkan

pernyataan ini karena sebagian besar kontennya mengacu pada bagaimana mendapat daya tarik

oleh laki-laki. Hal seperti ini membuat pernyataan Lacan mengenai perempuan sebagai

pelengkap semakin kuat. Perempuan semakin tertindas, ia tidak lagi tertindas secara fisik

namun secara konstruksi budaya. Banyaknya kasus penyakit jiwa yang disebabkan karena

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 20: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

adanya konstrusi budaya mengenai konsep cantik seperti aneroxia-bulimia (penyakit

psikologis, penderita akan memuntahkan makanannya atau tidak makan sama sekali untuk

mendapatkan tubuh yang kurus seperti yang digambarkan oleh media) harus dianggap masalah

serius oleh para industri media. Tidak hanya itu, banyak perempuan yang rela mengambil

resiko untuk menjadi cantik versi konsep media. Majalah perempuan banyak yang mengangkat

isu tentang kasus ini, namun jika representasi perempuan di majalah laki-laki tetap sama, kasus

seperti ini tidak akan pernah berakhir.

Hendaknya identitas seksual memusatkan perhatian pada keseimbangan antara maskulinitas

dengan feminitas dalam diri laki-laki dan perempuan. Perjuangan ini, bisa melahirkan

dekonstruksi identitas seksual dan identitas gender yang dipahami dalam konteks marginalitas

di dalam tatanan simbolis (Kristeva, 1986). Jadi, penyadaran mengenai seksualitas terutama

konsep cantik yang universal dan memanusiakan tidak hanya dijalankan oleh satu pihak saja,

yaitu pihak perempuan, laki-laki pun harus bersama-sama merekonstruksi konsep tersebut agar

baik perempuan maupun laki-laki mendapat kesetaraan dalam ranah konstruksi budaya (dalam

hal ini penciptaan sex appeal). Adanya representasi baru perempuan dalam ranah majalah laki-

laki hendaknya diperbaharui dan mengacu pada konsep kesetaraan.

Bila seorang perempuan mendapati dirinya berada di dalam sebuah majalah laki-laki atau

majalah apapun itu, berarti ada dua hal positif yang dapat dinilai. Pertama, perempuan sebagai

sosok yang mampu berkarier dan sukses di ranah publik. Selama ini perempuan begitu lekat

dengan peran domestik dan pekerjaan rumahnya, padahal pada dasarnya perempuan memiliki

intelektualitas yang sama dengan laki-laki dan memiliki kemampuan yang setara. Kedua,

Perempuan ingin direpresentasikan sebagai perempuan yang mandiri, yaitu perempuan yang

mampu menjalankan perannya sebagai perempuan karier, ibu, dan seorang istri.

Melalui majalah-majalah yang melibatkan antara perempuan dan laki-laki, dari situ dapat

mampu memberikan gambaran kepada masyarakat tentang perempuan di ranah publik.

Dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai pentingnya kesetaraan gender antara

laki-laki dan perempuan di ranah publik. Namun, pada kenyataannya kesuksesan tidak dapat

lepas dari peran laki-laki. Perempuan dapat sukses di ranah publik karena ada peran laki-laki

yang mendukungnya. Bahkan ketika seorang perempuan yang sudah sukses di ranah publik,

perempuan harus membagi waktunya untuk mengurus rumah tangga dan kenyataannya

mereka.

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 21: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

Referensi

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies Theory and Practice. London: Sage Publication

Bryant, Jennings , Dolf Zillman. 2008. Media Effect: Advance and Research Theory. New

Jersey, Taylor & Francis e-Library

http://kombinasi.net/representasi-perempuan-dalam-media/

http://rachmanto.wordpress.com/2009/05/05/representasi-perempuan-dalam-media/

http://anggerwijirahayu.blogspot.com/2010/02/representasi-pemberitaan-perempuan.html

http://iis-istiqamah.blogspot.com/2012/02/menulis-tentang-representasi-wanita.html

Jurnal : Apsari, Diani. (2010). “Visualisasi Wanita Indonesia dalam Majalah Pria Dewasa”.

Wimba Jurnal Komunikasi Visual dan Multimedia Vol. 2 No. 1: hal 65-79.

Jurnal : Hidayana, Irwan. M. (2013, Mei). “Budaya Seksual dan Dominasi Laki-Laki dalam

Perikehidupan Seksual Perempuan”. Jurnal Perempuan Edisi 77 Vol.18. No.2: hal 57-67.

McQuail, Dennis. (2005), “McQuail Mass Communication Theory”, Fifth Edition. London:

SAGE Publication.

Stokes, Jane. 2003. How To Do Media and Cultural Studies. London: Sage Publication

Sawyer, Stacey C. & Williams, Brian K. 2001. Using Information Technology. New York:

McGraw-Hill Company

West, Richard & Turner, Lynn H. 2008. Introducing Communication Theory: Analysis and

Application, 3rd

ed. Jakartra: Salemba Humanika

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014

Page 22: Representasi Perempuan Dalam Majalah Prialib.ui.ac.id/file?file=digital/20368906-MK-Jessica Andrea Rhemrev.pdf · Pada berbagai media dalam kehidupan sehari hari, ... hanya merupakan

Lampiran

Majalah Playboy Indonesia

Pertama yang akhirnya tidak

mendapat ijin produksi akibat

protes dimana-mana.

Representasi perempuan ..., Jessica Andrea Rhemrev, FISIP UI, 2014