regina sari-fst_norestriction.pdf
TRANSCRIPT
PENGARUH KREDIT DANA BERGULIR TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN
PENGUSAHA MAKANAN OLAHAN ANGGOTA KOPERASI KJK PEMK KEBAYORAN LAMA UTARA
Regina Sari
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2011 M/1432 H
PENGARUH KREDIT DANA BERGULIR TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN
PENGUSAHA MAKANAN OLAHAN ANGGOTA KOPERASI KJK PEMK KEBAYORAN LAMA UTARA
Regina Sari
106092002996
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2011 M/1432 H
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Oktober 2011
Regina Sari
106092002996
CURRICULUM VITAE Nama Lengkap : Regina Sari Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 19 September 1989 E-mail : [email protected] LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 2000-2003 : SLTP Negeri 161 Jakarta 2003-2006 : SMA Negeri 29 Jakarta 2006-2011 : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Agribisnis Konsentrasi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya IPK 3,58/4,00
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Sekretaris Dirjen Humas Badan Pelaksana Pusat (BPP) Ikatan Senat Mahasiswa
Pertanian Indonesia (ISMPI) periode 2009-2011. 2. Ketua Bidang Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis periode 2008-2009. 3. Staf Bidang Kaderisasi Badan Pelaksana Pusat (BPP) Ikatan Senat Mahasiswa
Pertanian Indonesia (ISMPI) periode 2006-2008. 4. Staf Bidang Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian/Agribisnis periode 2007-2008. PENGALAMAN PEKERJAAN 1. Staf administrasi dan keuangan Lembaga Pemberdayaan Pemulung (LPP)
wilayah Tangerang Selatan pada “Pemulung” Empowerment Program oleh Danone Aqua, 2010.
2. Tim surveyor Basseline Survey pada “Pemulung” Empowerment Program oleh Danone Aqua, 2010.
3. Praktek Kerja Lapang pada Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara, 2010.
4. Anggota Tim Surveyor Riset Pengunjung Plaza Semanggi, 2008. 5. Praktek Kerja Lapang (Magang) pada Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN)
Pertanian, Depatemen Pertanian Indonesia, 2007.
RINGKASAN
REGINA SARI, Pengaruh Kredit Dana Bergulir Terhadap Tingkat Pendapatan Pengusaha Makanan Olahan Anggota Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara. (Di bawah bimbingan Dr. YON GIRIE MULYONO, M.Si dan MASRUL HUDA, SE, M.Si).
Industri kuliner dan makanan olahan dinilai memiliki potensi yang sangat
baik untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan potensi dari menyimpan hasil pasca panen terkait dengan kebutuhan masyarakat akan bahan makanan setiap hari, sedangkan sebagian besar panen musiman. Usaha kuliner dan makanan olahan oleh pengusaha kecil perlu dikembangkan, salah satunya dengan mendukung faktor permodalan. Menambah modal bagi pengusaha kecil bukan hal yang mudah, bagi mereka meminjam uang di Bank selain harus menanggung bunga pinjaman juga harus melalui prosedur yang tidak mudah. Adanya kucuran kredit dana bergulir oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui Koperasi Jasa Keuangan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (KJK-PEMK) menjadi salah satu solusi dari permasalahan permodalan untuk pengusaha kecil. Kredit yang dikucurkan harus bermanfaat bagi pengusaha makanan olahan untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan usaha, sehingga pendapatan pengusaha dapat meningkat yang selanjutnya dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bagi pengusaha kecil. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui adakah hubungan pemberian kredit KJK-PEMK Kebayoran Lama Utara dengan tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. 2) Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian kredit KJK-PEMK Kebayoran Lama Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. 3) Menganalisis seberapa besar pengaruh pemberian kredit KJK-PEMK Kebayoran Lama Utara terhadap tignkat pendapatan pengusaha makanan olahan. Penelitian dilakukan di Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara yang berlokasi di Jalan Ciputat Raya No. 1A Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa KJK PEMK Kebayoran Lama Utara merupakan koperasi pengelola dana bergulir yang telah berjalan sejak tahun 2008 dan berkembang sesuai dengan peraturan dan kebijakan Pemerintah DKI Jakarta. Waktu penelitian berlangsung pada bulan April hingga Mei 2011. Data yang digunakan adalah data primer yang terdiri dari jumlah kredit dan tingkat pendapatan yang diperoleh dari responden yang merupakan anggota koperasi. Responden adalah seluruh pengusaha makanan olahan anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara periode Januari hingga Desember 2010. Data yang diperoleh diolah secara kuantitatif dengan menggunakan bantuan program komputer, yakni Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS diperoleh nilai koefisien korelasi r=0,474. Hal ini menunjukan adanya hubungan dengan tingkat
kekuatan hubungan yang sedang dan positif antara pemberian kredit koperasi dengan tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. Selanjutnya didapat persamaan regresi Y= 1,538 + 0,485X, dimana nilai 0,485 merupakan koefisien regresi (β) yang menunjukan bahwa setiap adanya penambahan sebesar 1 Rupiah kredit, maka akan menambah pendapatan sebesar 0,485 Rupiah. Hasil uji t menunjukan bahwa koefisien kredit signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara jumlah kredit dengan tingkat pendapatan.
Berdasarkan perhitungan SPSS, diperoleh nilai R2 (square) sebesar 0,225 yang artinya sebesar 22,5% variasi perubahan tingkat pendapatan yang terjadi dapat dijelaskan oleh variasi perubahan jumlah kredit. Sedangkan sisanya 77,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang belum dimasukan dalam model penelitian ini.
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas seluruh rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW yang telah menyampaikan ajaran islam sebagai penyejuk
hati dan penyelamat umat manusia dari belenggu kebodohan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas
bantuan moril dan materil yang diberikan oleh pihak-pihak yang telah mendukung
terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:
1. Mamah dan Bapak, orangtuaku tercinta yang selama ini tidak pernah
berhenti memberikan kasih sayang, do’a, serta segala upaya dalam
memberikan dukungan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku dekan Fakultas Sains
dan Teknologi.
3. Seluruh jajaran Fakultas Sains dan Teknologi yang telah membantu
dan melayani hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Acep Muhib, MM, selaku Ketua Program Studi Agribisnis
yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan sehubungan
dengan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh jajaran Program Studi Agribisnis atas dukungan dan bantuan
yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
x
6. Bapak Dr. Yon Girie Mulyono, M.Si dan Bapak Masrul Huda,SE,M.Si
selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, masukan, dan solusi yang bermanfaat bagi
penulis dalam proses pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.
7. Bapak Dr. Edmon Daris, MS dan Bapak Achmad Tjachja Nugraha,MP
selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran
yang bermanfaat demi kesempurnaan penulisan skripsi.
8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Agribisnis
yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat, dan nasehat
yang berharga, serta pengalaman kuliah yang tidak terlupakan.
9. Bapak Drs. Chairil Anwar selaku Ketua Koperasi Jasa Keuangan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK)
Kebayoran Lama Utara yang telah memberikan izin penulis
melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi pada koperasi.
10. Seluruh pengurus, pengelola, dan anggota Koperasi Jasa Keuangan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK)
Kebayoran Lama Utara yang dengan terbuka memberikan informasi
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, Oktober 2011
Penulis
xi
DAFTAR ISI
RINGKASAN………………………………………………………………. vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. . xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................……………….............. 1
1.2 Perumusan Masalah..........................………………………... 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................…………………. 4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................………………... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.......................................………... 5
1.6 Sistematika Penulisan............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori……………………………………………... 8
2.1.1 Pengertian Koperasi ………………………………….. 8 2.1.2 Koperasi Kredit Atau Koperasi Simpan Pinjam.……... 9 2.1.3 Pengertian Dana Bergulir…………………………….. 10 2.1.4 Pengelolaan Dana Bergulir …………………………... 11 2.1.5 Kredit............……………………………..................... 14 2.1.5.1 Unsur-unsur Kredit............................................ 15 2.1.5.2 Tujuan Kredit.............................…………….... 18 2.1.5.3 Fungsi Kredit............................................……. 21 2.1.5.4 Jenis-jenis Kredit……………………………... 22 2.1.5.5 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit.……………. 26 2.1.6 Prosedur Pemberian Kredit Koperasi.………………… 30 2.1.7 Pengertian Pendapatan......……………………………. 33 2.1.8 Sumber Pendapatan....................................................... 34
xii
2.2 Penelitian Terdahulu......................................………………. 36
2.3 Kerangka Pemikiran........................………………………... 38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 40
3.2 Jenis dan Sumber Data........................................…………… 40
3.3 Metode Pengumpulan Data................................……………. 41
3.4 Operasionalisasi Variabel.....……………..…………………. 43
3.5 Metode Penarikan Sampel............................................…….. 43
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data…..…………………. 44
3.6.1 Analisis Deskriptif…………………………………….. 44 3.6.2 Analisis Kuantitatif…………………………………… 45 3.6.2.1 Analisis Korelasi …………………………...... 45 3.6.2.2 Analisis Regresi ……………………………… 47 3.6.3.3 Uji Signifikansi Regresi ……………………… 47
3.7 Definisi Operasional………………………………………... 48
BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI
4.1 Sejarah Umum KJK PEMK Kebayoran Lama Utara............. 50
4.2 Profil KJK PEMK Kebayoran Lama Utara........…………… 51
4.2.1 Visi dan Misi Organisasi................................................ 52 4.2.2 Dasar Hukum Organisasi............................................... 53 4.2.3 Struktur Organisasi............................................…….... 54
4.3 Keanggotaan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara...………. 59
4.3.1 Proses Penerimaan Anggota.......................................... 59 4.3.2 Jenis Usaha Anggota..................................................... 60
4.4 Pelayanan Jasa Keuangan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara 61
4.5 Penyaluran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK….…………. 62
4.5.1 Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir....................... 63 4.5.2 Prosedur Penyaluran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK. 64
4.6 Karakteristik Umum Responden............................................ 67
4.7 Karakteristik Usaha Responden.........................…………… 70
4.8 Kondisi Pemanfaatan Kredit.............................……………. 75
xiii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian.......................................................................... 80
5.1.1 Perhitungan Korelasi Faktor Kredit Dengan Tingkat Pendapatan....................................................................... 84 5.1.2 Perhitungan Regresi Faktor Kredit yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan.......................................................... 85 5.1.3 Perhitungan Koefisien Determinasi Faktor Kredit Terhadap Tingkat Pendapatan......................................... 87
5.2 Pembahasan.............................................................................. 88
5.2.1 Hubungan Kredit Dengan Tingkat Pendapatan............... 88 5.2.2 Pengaruh Kredit Terhadap Tingkat Pendapatan.............. 89 5.2.3 Besar Pengaruh Kredit Terhadap Tingkat Pendapatan.... 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan............................................................................. 91
6.2 Saran....................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
1. Penelitian Terdahulu………………………………………....………. 37
2. Intepretasi Nilai Korelasi (r)……………………………………....... 46
3. Dasar Hukum KJK PEMK……………………………………........ 53
4. Presentase Responden Berdasarkan Status Usaha ………………..... 72
5. Presentase Responden Berdasarkan Lokasi Usaha ………………… 72
6. Presentase Responden Berdasarkan Prioritas Usaha ………………. 73
7. Presentase Responden Berdasarkan Sumber Modal Usaha.….......... 74
8. Presentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi Program Kredit……………………………………………………… 76
9. Presentase Responden Berdasarkan Lama Pemanfaatan Kredit…… 76
10. Presentase Jawaban Responden Atas Pengetahuan dan Pemahaman Prosedur Pemanfaatan Kredit…………………………………….... 77
11. Presentase Jawaban Responden Atas Kemudahan/ kesulitan Pemenuhan Prosedur Pemanfaatan Kredit………………. 78
12. Presentase Jawaban Responden Atas Terbantu/tidak Modal Usaha Dengan Program Kredit…………………………………………….. 78
13. Koefisien Korelasi………………………………………………….. 84
14. Koefisien Regresi dan Uji t ………………………………………… 85
15. Model Summary ……………………………………………………. 87
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Alur Kerangka Pemikiran….……………………………….............. 39
2. Stuktur Organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.….............. 54
3. Proses Penyaluran Dana Bergulir…………….…………….............. 63
4. Presentase Responden Berdasarkan Usia………………………….. 68
5. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………................ 69
6. Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan..…............ 69
7. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Usaha……………….….. 71
8. Presentase Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha…… 74
9. Presentase Responden Berdasarkan Jumlah Kredit.……………….. 81
10. Tingkat Pendapatan Responden Sebelum Memanfaatkan Kredit…. 82
11. Tingkat Pendapatan Responden Setelah Memanfaatkan Kredit…... 83
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 96 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Dana Bergulir PEMK.......................................... 95 2. Flow Chart Prosedur Pengajuan dan Pengguliran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara……………………….... 100 3. Kuesioner……………………………………………………………… 101
4. Daftar Pertanyaan Wawancara………………………………………... 103
5. Data Responden………………………………………………………. 104
6. Tabel Jumlah Kredit dan Tingkat Pendapatan....................................... 106
7. Hasil Perhitungan Statistik SPSS vr.17….............................................. 107
8. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian…..……………..................... 110
9. Denah Lokasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara…………………... 111
10. Peta Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara……………………... 112
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Industri kuliner dan makanan olahan dinilai memiliki potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan. Hal ini karena sampai dengan saat ini belum ada
pengusaha yang dapat menyimpan usai masa panen. Hal tersebut dikatakan CEO
Bogasari Flour Mills Fransiscus Welirang dalam acara talkshow with CEO Oleh
Trijaya FM di Jakarta, Rabu (30 Juni 2010). "Tantangan industri kuliner saat ini
adalah bagaimana menggabungkan tuntutan konsumen, mempermudah konsumen,
dan mengelola makanan. Ini potensinya sangat besar. Apalagi sampai hari ini
belum ada pengusaha yang bisa menyimpan usai panen," tambahnya. Menurutnya
potensi dari menyimpan hasil pertanian pasca panen terkait dengan kebutuhan
dasar masyarakat akan bahan makanan setiap hari, sedangkan panen itu musiman
(Pamungkas, 2010: 1).
Pengelolaan hasil pertanian pasca panen sangatlah penting, oleh karena itu
diharapkan adanya inovasi yang tepat guna untuk meningkatkan usaha
pengelolaan pasca panen. Untuk industri kuliner dan makanan olahan yang
dijalankan oleh pengusaha kecil, salah satu inovasi yang dibutuhkan adalah
dibidang permodalan. Modal adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk)
untuk untuk berdagang, melepas uang, dsb : harta benda (uang, barang, dsb) yang
dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 750).
2
Menambah modal bagi industri kecil bukan hal yang mudah. Bagi
pengusaha kecil menengah meminjam uang di Bank selain harus menanggung
bunga cukup tinggi juga melalui prosedur yang tidak mudah. Oleh karena itu,
Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan
berusaha mengembangkan industri kecil dan menengah termasuk usaha makanan
olahan dengan mengucurkan kredit melalui Koperasi Jasa Keuangan (KJK) dalam
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PEMK). Kredit adalah pinjaman
uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002: 599). Program permodalan tersebut dikelola dan disalurkan
kepada masyarakat di setiap Kelurahan di Wilayah Jakarta, tidak terkecuali
wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan.
Kelurahan Kebayoran Lama Utara yang terletak di Kecamatan Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan tersebut memiliki jumlah luas lahan sebesar 178,22 Ha,
dengan berpenduduk sejumlah 41.308 jiwa (Data Statistik Kelurahan Kebayoran
Lama Utara, 2008). Melihat besarnya jumlah penduduk yang ada Pemerintah
setempat sadar betul akan potensi perekonomian yang dapat dikembangkan
melalui program kredit mikro yang pengelolaannya di percayakan melalui
Koperasi.
Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
(KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara berdiri tahun 2008. Didirikan oleh Dewan
Kelurahan dengan tujuan sebagai sarana pelayanan permodalan bagi UMKM
khususnya, dan anggota/masyarakat pada umumnya di wilayah Kelurahan
Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Dengan dukungan pemerintah DKI
3
Jakarta melalui Sosialisasi Perkoperasian yang difasilitasi oleh Dinas Koperasi,
UMKM dan Perdagangan dan Lembaga Pengelola Dana bergulir semakin
memantapkan pendirian koperasi ini.
Dana Bergulir adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan
belanja daerah yang merupakan kelompok pembiayaan diperuntukan untuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat Kelurahan yang dimanfaatkan secara
bergulir. Lembaga Keuangan Mikro Koperasi ( LKM Koperasi ) adalah Lembaga
Keuangan Mikro berbadan hukum koperasi yang dibentuk masyarakat Kelurahan
setempat yang menjadi mitra dalam pengelolaan dana bergulir, maka dari itu
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK ) yang sebelumnya,
diubah menjadi program dana bergulir dengan pola baru melalui badan hukum
koperasi.
Kredit yang diberikan Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) akan sangat bermanfaat bagi anggota
pengusaha makanan olahan yang berekonomi lemah untuk berproduksi dan
mengembangkan usaha sehingga ada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
bagi anggota, keadaan ekonomi yang seperti inilah yang harus membuat
masyarakat lebih mengerti dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Para
anggota KJK PEMK berusaha meningkatkan kesejahteraan dengan memanfaatkan
kredit dana bergulir KJK PEMK sebagai penambahan modal usaha.
Dengan demikian dapat dikatakan terdapat kaitan antara pemberian kredit
dengan pengembangan usaha dan tingkat kesejahteraan pengusaha. Untuk
mengetahui lebih dalam adanya peningkatan pendapatan anggota pengusaha
4
makanan olahan sebagai obyek dari pemberian kredit dana bergulir oleh Koperasi
Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK)
Kebayoran Lama Utara, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
mengambil judul “PENGARUH KREDIT DANA BERGULIR TERHADAP
TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA MAKANAN OLAHAN ANGGOTA
KOPERASI KJK PEMK KEBAYORAN LAMA UTARA “.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, terdapat beberapa permasalahan
yang akan diteliti, rumusannya sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara pemberian kredit KJK PEMK Kebayoran
Lama Utara dengan tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan?
2. Apakah terdapat pengaruh pemberian kredit KJK PEMK Kebayoran Lama
Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan?
3. Berapa besar pengaruh pemberian kredit KJK PEMK Kebayoran Lama
Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan dari
diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah ada hubungan pemberian kredit KJK PEMK
Kebayoran Lama Utara dengan tingkat pendapatan pengusaha makanan
olahan.
5
2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian kredit KJK PEMK
Kebayoran Lama Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan
olahan.
3. Menganalisis berapa besar pengaruh pemberian kredit KJK PEMK
Kebayoran Lama Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan
olahan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengalaman dan pengetahuan ilmu
dibidang penyediaan dukungan permodalan dan bagaimana permodalan
berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.
2. Bagi koperasi, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sumber
pemikiran dan bahan perbandingan untuk dapat mengambil keputusan
dalam memberikan kredit.
3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
penelitian sejenis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini dibahas tentang pemberian kredit dana bergulir
Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara terhadap pendapatan
6
anggota Koperasi yang menjalankan usaha produksi dan jasa kuliner
(makanan olahan).
2. Responden pada penelitian ini adalah anggota KJK PEMK Kebayoran
Lama Utara periode pencairan kredit bulan Januari s.d Desember 2010
yang menjalankan usaha produksi dan jasa kuliner (makanan olahan).
3. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran
Lama Utara.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang pengertian koperasi, pengertian kredit, pengertian
tingkat pendapatan, penelitian terdahulu sejenis, serta kerangka pemikiran.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang waktu dan tempat penelitian, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data, metode penarikan sampel, serta metode
pengolahan dan metode analisa data.
BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI
7
Bab ini berisi tentang gambaran umum Kelurahan Kebayoran Lama Utara,
sejarah berdirinya koperasi, visi dan misi koperasi, dasar hukum koperasi dan
sebagainya.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang disajikan dengan tabel atau gambar
dan analisis data secara deskriptif maupun kuantitatif dan mencangkup
pembahasan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari uraian dan pembahasan bab-bab
sebelumnya dan saran untuk lembaga terkait maupun penulisan penelitian
selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Koperasi
Prof. Marvin A. Schaars seorang guru besar dari Universitas of Wisconsin,
Madison USA mengatakan “koperasi adalah suatu badan usaha yang secara
sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya
dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nir laba atau atas dasar
biaya” (Firdaus dan Susanto, 2004: 39).
R.M Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya berjudul Sepuluh
Tahun Koperasi: Penerangan tentang Koperasi oleh Pemerintah Tahun 1930-1940
dalam Pachta (2007: 19) menyatakan bahwa koperasi adalah perkumpulan
manusia seorang-orang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk
memajukan ekonominya. Soeriaatmaja memberikan definisi koperasi sebagai
suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai
manusia dengan tidak memandang haluan agama dan politik dan secara sukarela
masuk untuk sekadar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas
tanggungan bersama.
Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Perkumpulan Perseroan dan
Koperasi Indonesia dalam Pachta (2007: 19) mendefinisikan koperasi adalah
bersifat suatu kerja sama antara orang-orang yang termasuk golongan kurang
mampu, yang ingin bersama untuk meringankan beban hidup atau bebaan kerja.
Mohammad Hatta dalam bukunya The Cooperative Movement in Indonesia,
9
mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib
penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong.
Pada UU Republik Indonesia No. 25 tahun 1992, koperasi didefinisikan
sebagai “badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”
(Hendar dan Kusnadi, 2002: 14).
Pengertian koperasi yang diajukan oleh beberapa pakar dan organisasi
nampak saling berbeda satu sama lain walau pada dasarnya definisi-definisi
tersebut memiliki inti yang sama, yaitu merujuk koperasi sebagai usaha bersama
(berasal dari anggota, dikelola oleh anggota, dan hasil dikembalikan kepada
anggota) yang bersifat sukarela untuk mencapai tujuan ekonomi bersama.
Dari beberapa definisi diatas, dapat diketahui bahwa koperasi tidak dapat
terlepas dari hal-hal sebagai berikut:
1. Koperasi merupakan kumpulan orang orang
2. Bersifat sukarela
3. Mempunyai tujuan ekonomi bersama
4. Organisasi usaha yang dikendalikan secara demokratis
5. Kontribusi modal yang adil
6. Menanggung kerugian bersama dan menerima keuntungan secara adil.
2.1.2 Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007: 26) Koperasi Kredit atau Koperasi
Simpan Pinjam ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan
10
modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus
untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggotadengan cara mudah, murah,
cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Tujuan Koperasi Kredit
yaitu sebagai berikut:
1) Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan
dengan syarat-syarat yang ringan.
2) Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur
sehingga membentuk modal semdiri.
3) Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari
pendapatan mereka.
4) Menambah pengetahuan tetang perkoperasian.
2.1.3 Pengertian Dana Bergulir
Berdasarkan JUKNIS dalam Pergub Prov. DKI Jakarta No.24 Tahun 2009,
dana bergulir adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja
daerah yang merupakan kelompok pembiayaan diperuntukan untuk pemberdayaan
ekonomi masyarakat kelurahan yang dimanfaatkan secara bergulir. Status dana
bergulir dijelaskan sebagai berikut:
• Dana bergulir PEMK adalah merupakan uang milik Pemerintah
Daerah Provinsi DKI Jakarta, dengan status kelayakan daerah yang
tidak dipisahkan dan merupakan kelompok pembiayaan (bukan hibah).
• Untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan yang
dimanfaatkan secara bergulir.
• Harus dipertanggungjawabkan.
11
2.1.4 Pengelolaan Dana Bergulir
Pelaksanaan pengelolaan dana bergulir adalah kerjasama antara BLUD
PEMK dengan Koperasi (KJK PEMK), dan Bank. Kerjasama dilaksanakan untuk
kegiatan penyaluran, penagihan dan pengembalian. Berikut beberapa hal terkait
dengan pengelolaan dana bergulir yang dituangkan dalam Buku Saku Pemantapan
Pelaksanaan Penyaluran Dana Bergulir (Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Prov. DKI Jakarta, 2009: 15-21)
Pengelolaan dana bergulir pola baru sebagai upaya pemberdayaan
ekomomi masyarakat memiliki syarat sebagai berikut:
• Lembaga keuangan mikro berbadan hukum koperasi.
• Berbasis komunitas Kelurahan dengan pendekatan kelompok.
• Dikuatkan dengan pendampingan kelembagaan dan bimbingan usaha
mikro.
• Pola bagi hasil.
• Berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan pengembangan usaha.
Adapun persyaratan koperasi yang dimaksud ialah sebagai berikut:
• Berbadan hukum Koperasi.
• Hanya mempunyai usaha simpan pinjam.
• Berkedudukan dan melakukan usaha disatu wilayah Kelurahan.
• Mengembangkan visi dan misi pemberdayaan usaha ekonomi
masyarakat Kelurahan.
12
• Anggota Koperasi terdiri dari anggota masyarakat Kelurahan setempat
yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan tempat
tinggal dan tidak mempunyai kemampuan kredit dari Bank.
• Mempunyai pengelola lembaga Koperasi tersendiri yang berasal dari
warga masyarakat Kelurahan setempat minimal berpendidikan Sekoah
Lanjutan Tingkat Atas dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela
dalam pengelola dana Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(PPMK).
• Mempunyai pembukuan yang tertib sesuai dengan standar akuntansi
yang dapat dimonitor setiap saat oleh unit pelaksana teknis, dan
menyampaikan laporan keuangan secara periodik bulanan, triwulan,
semesteran, dan tahuanan atau setiap saat sesuai kebutuhan.
• Mengajukan permohonan kerjasama Pengelolaan Dana Bergulir kepada
Unit Pelaksana Teknis (UPT) secara tertulis.
• Tunduk dan mematuhi seluruh peraturan Pengelolaan Dana Bergulir
yang ditetapkan oleh Gubernur, Kepala Dinas atau Kepala Unit
Pelaksana Teknis.
Dana bergulir yang dikelola dan disalurkan berdasar alokasi anggaran
sebagai berikut:
1. Sumber adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah.
2. Dianggarkan oleh unit pengelola dana bergulir.
3. Anggaran secara fisik ditempatkan dan disimpan di Bank atas nama
UPT.
13
4. Anggaran diterima, didata, dibukukan, dilaporkan, dan
dipertanggungjawabkan oleh UPT.
Pelaksanaan penyaluran dana bergulir kepada pemanfaat, ditetapkan dan
diatur sebagai berikut:
1. Penyaluran kepada pemanfaat dilaksanakan oleh Unit Pelaksanaan
Teknis melalui LKM Koperasi.
2. Dalam rangka penyaluran dan pengembalian dana bergulir ked an dari
pemanfaat, LKM Koperasi harus memiliki rekening di Bank penyaluran
kepada pemanfaat oleh Unit Pelaksana Teknis melalui LKM Koperasi
dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur.
Proses pengembalian dana bergulir dari pemanfaat telah ditetapkan dan
diatur sebagai berikut:
1. Pemanfaat wajib mengembalikan dana bergulir yang dimanfaatkan
kepada Unit Pelaksanaan Teknis melalui LKM Koperasi.
2. Dana yang wajib dikembalikan oleh pemanfaat terdiri dari:
a. Pokok pinjaman
b. Jasa pemanfaat dan/atau
c. Denda keterlambatan pengembalian
3. Batas waktu pengembalian dana bergulir dari pemanfaat ditentukan
dalam perjanjian pemanfaatan dana bergulir oleh LKM Koperasi dan
calon pemanfaat.
14
Pemanfaat yang mendapatkan keuntungan dari adanya penyaluran dana
bergulir diwajibkan membalas jasa pemanfaatan yang ditetapkan dan diatur
sebagai berikut:
1. Jasa pemanfaatan dana bergulir berdasarkan sistem bagi hasil (hasil
pemanfaatan).
2. Hasil pemanfaatan bersumber dari keuntungan dalam menyalurkan
yang dihitung setiap bulan.
3. LKM Koperasi wajib membuat laporan keuangan bulanan dan
menyampaikannya kepada Unit Pengelola Dana Bergulir paling lama
10 hari setelah tanggal akhir bulan laporan.
2.1.5 Kredit
Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya.
Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit
yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si
penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya
(Kasmir, 2002: 101).
Definisi kredit menurut Raymond P. Kent dalam Suyatno (1995: 12)
adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan
pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena
penyerahan barang-barang sekarang.
Kasmir (2002: 102) menjelaskan pengertian kredit berdasarkan Undang-
Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan
15
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga. Sedangkan menurut Kasmir (2002: 102) pengertian pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tersebut dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan
dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Yang menjadi
perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional
dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank dan lembaga keuangan lain
berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan.
Bank berdasarkan konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga,
sedangkan bagi bank dan lembaga keuangan lain yang berdasar prinsip syariah
berupa imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2002: 103).
2.1.5.1 Unsur-unsur Kredit
Menurut Suyatno (1995: 14) terdapat 4 unsur yang terdapat dalam kredit,
yaitu kepercayaan, waktu, degree of risk, dan prestasi. Berikut penjabaran dari
keempat unsur tersebut.
1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi
yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan
16
benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa
yang akan datang.
2) Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang. Dalam unsur waktu terkandung pengertian nilai agio dari uang,
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan
diterima pada masa yang akan datang.
3) Degree of risk, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai
akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari.
4) Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang,
tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa.
Sedangkan menurut Kasmir (2003: 74-76) unsur-unsur yang terkandung
dalam pemberian fasilitas kredit terdiri dari kepercayaan, kesepakatan, jangka
waktu, resiko, dan balas jasa. Adapun penjelasan dari kelima unsur tersebut
sebagai berikut:
1) Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank dan lembaga keuangan
non-bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau
jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa akan
datang. Kepercayaan ini diberikan oleh lembaga, karena sebelum dana
dikucurkan sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang
mendalam tentang nasabah/anggota. Peneliti dan penyelidikan
17
dilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuan
nasabah/anggota dalam pembayaran kredit.
2) Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
3) Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak
memiliki jangka waktu.
4) Resiko
Faktor resiko kerugian dapat disebabkan 2 hal, yaitu resiko kerugian
yang diakibatkan nasabah/anggota sengaja tidak mau membayar
kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena
nasabah/anggota tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti
bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya
suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang
jangka waktu suatu kredit semakin besar resiko tidak tertagih,
demikian sebaliknya.
18
5) Balas Jasa
Akibat dari fasilitas pemberian kredit bank atau lembaga keuangan lain
tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu.
Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita
kenal dengan nama bunga bagi bank konvensional. Balas jasa dalam
bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit
ini merupakan keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank dan
lembaga keuangan lain yang berdasarkan prinsip syariah balas jasa
ditentukan dengan bagi hasil.
2.1.5.2 Tujuan Kredit
Di negara-negara liberal, tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk
memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh negara,
yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya. Sedangkan di Indonesia dasar dan falsafah negara
berdasar kepada Pancasila, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari
keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara, yaitu untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Suyatno, 1995: 15).
Oleh karena itu, menurut Suyatno (1995: 15) tujuan kredit yang diberikan
suatu lembaga keuangan, khususnya bank pemerintah adalah untuk:
1) Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembagunan.
2) Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya
guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
19
3) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan
dapat memperluas usaha.
Menurut Kasmir (2002: 105) pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai
beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank
atau lembaga keuangan non-bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak
terlepas dari misi lembaga tersebut didirikan. Dalam praktiknya tujuan pemberian
suatu kredit sebagai berikut:
1) Mencari keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.
Hasil keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh
bank atau lembaga kredit/pembiayaan sebagai balas jasa dan biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah/anggota.
2) Membantu usaha nasabah
Tujuan selanjutnya adalah membantu usaha nasabah/anggota yang
memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk
modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usaha. Dalam hal ini kedua belah
pihak sama-sama diuntungkan.
3) Membantu Pemerintah
Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang.
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan maupun lembaga penyalur kredit lain, maka semakin baik,
20
semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka
peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil.
Menurut Kasmir (2002: 106) Secara garis besar keuntungan bagi
pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit oleh dunia perbankan dan
lembaga penyalur kredit lain sebagai berikut:
• Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah/anggota
dan bank maupun lembaga keuangan lain.
• Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan
usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru,
sehingga dapat menyedot tenaga kerja bebas.
• Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian
besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi
barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga akhirnya
masyarakat memiliki banyak pilihan.
• Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam
negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat
devisa negara.
• Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai
untuk keperluan ekspor.
21
2.1.5.3 Fungsi Kredit
Disamping memiliki tujuan, pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki
suatu fungsi yang sangat luas. Kasmir (2002: 107-108) merumuskan 8 fungsi
kredit dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan daya guna uang
Jika uang hanya disimpan, tidak akan menghasilkan sesuatu yang
berguna. Dengan diberikannya kredit uang tesebut menjadi berguna
untuk menghasilkan barang/jasa oleh si penerima kredit. Kemudian
juga dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana.
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Uang yang disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lain,
sehingga sehingga daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh
kredit akan memperoleh tambahan uang dari daerah lain.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan akan dapat digunakan oleh si debitur untuk
mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi bermanfaat.
4) Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu
wilayah ke wilayah lain, sehingga jumlah barang yang beredar dari
satu wilayah ke wilayah lain bertambah.
5) Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang
yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu
22
mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga dapat
meningkatkan devisa negara.
6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegiatan
berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat
memperbesar atau memperluas usaha.
7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semaki baik,
terutama dalam hal peningkatan pendapatan. Jika sebuah kredit
diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu
membutuhkan tenaga kerja, sehingga dapat pula mengurangi
pengangguran.
8) Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan rasa saling
membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.
Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama
dibidang lain, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.
2.1.5.4 Jenis-jenis Kredit
Pemberian fasilitas kredit dikelompokan kedalam jenis yang masing-
masingnya dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk
mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki
berbagai karakteristik tertentu. Secara umum menurut Kasmir (2003: 76-79) jenis-
23
jenis kredit dilihat dari 5 segi, yaitu segi kegunaan, segi tujuan kredit, segi jangka
waktu, segi jaminan, dan segi sektor usaha. Berikut penjabaran kelima segi
terbebut.
1) Dilihat dari Segi Penggunaan
Ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit, yaitu:
a) Kredit investasi
Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha
atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya
untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan
kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b) Kredit modal kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan peningkatan
produksi dalam operasional. Kredit modal kerja merupakan kredit yang
dicarikan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.
2) Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
Jenis kredit ditinjau dari tujuan adalah:
a) Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga
menghasilkan suatu barang maupun jasa.
b) Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai
secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa
24
yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh
seseorang atau badan usaha.
c) Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan
biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayaranya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini
sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang
akan membeli barang dalam jumlah tertentu.
3) Dilihat dari Segi Jangka Waktu
Artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama sekali
diberikan sampai masa pelunasan, jenis kredit ini adalah:
a) Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
kerja.
b) Kredit jangka menengah
Jangka waktu kredit ini berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
c) Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 atau 5 tahun.
Kredit ini biasanya digunakan untuk investasi jangka panjang.
4) Dilihat dari Segi Jaminan
Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah:
25
a) Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu.
Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud.
Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan
yang diberikan si calon debitur.
b) Kredit tanpa jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta
loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan si pemilik kredit.
5) Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Jenis kredit dilihat dari sektor usaha sebagai berikut:
a) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
pertanian atau perkebunan rakyat.
b) Kredit perternakan, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perternakan.
c) Kredit industri, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor industri
pengolahan baik industri kecil, menengah atau besar.
d) Kredit pertambangan, merupakan kredit yang dibiayai untuk usaha
pertambangan.
e) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang dibiayai untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan.
f) Kredit profesi, diberikan kepada kalangan profesional.
26
g) Kredit perumahan, untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan.
h) Dan sektor usaha lainnya.
2.1.5.5 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank atau lembaga keuangan
lain harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut
disalurkan (Kasmir, 2005: 104).
Menurut Arthesa & Handiman (2006: 170) mengenai kredit pada
umumnya setiap lembaga keuangan melakukan penilaian 5C’s, yaitu berbagai
penilaian atas kondisi nasabah/anggota dan usahanya dengan berbagai aspek
risiko atau yang lebih dikenal dengan identifikasi risiko yang mungkin timbul,
disertai dengan penjelasan yang lengkap. Penilaian 5C’s dalam melakukan
analisis terhadap permohonan kredit, yaitu:
1) Character/C1 (Penilaian terhadap Karakter)
Penilaian terhadap karakter pemohon kredit dilakukan untuk mengetahui
tanggung jawab, kejujuran, keseriusan dalam berbisnis dan keseriusan
dalam membayar semua kewajiban ke bank atau lembaga keuangan lain
dengan seluruh kekayaan yang dimilikinya.
2) Capacity/C2 (Penilaian terhadap Kemampuan)
Penilaian terhadap kemampuan nasabah bertujuan menukur kemampuan
nasabah dalam menjalankan usaha. Informasi yang harus didapat, yaitu:
a) Penilaian atas manajemen usaha
27
Meliputi kualitas dan reputasi nasabah, orientasi manajemen, kualitas
organisasi, kualitas pengelolaan sumber daya manusia, dan lain-lain.
b) Penilaian atas kualitas pasokan
Meliputi kualitas, perlengkapan dan peralatan penyimpanan fluktuasi
harga, penguasaan sumber, dan efesiensi pengelolaan pasokan.
c) Penilaian atas kualitas produksi
Meliputi kontinuitas kegiatan produksi, kualitas dan kapasitas alat
produksi, peralatan usaha, tingkat efesiensi produksi, kualitas produk,
pola produksi, dan peluang pengembangan produksi.
d) Penialian atas kualitas pemasaran
Penilaian ini meliputi kegiatan pemasaran, harga produk, kualitas
promosi, kualitas pemilihan pasar, sarana dan pemilihan posisi pasar,
kualitas strategi dan taktik penjualan, pengelolaan penagihan, serta
kontinuitas pelanggan.
3) Capital/C3 (Penilaian atas Modal)
Penilaian terhadap modal perusahaan bertujuan mengetahui kemampuan
nasabah atau perusahaan milik nasabah dalam menanggung beban
pembiayaan yang dibutuhkan serta kemampuan dalam menanggung beban
risiko (risiko sharing) yang mungkin dialami perusahaan itu. Penilaian
dapat dilakukan berdasarkan informasi mengenai sumber dan struktur
permodalan, efektivitas penggunaan atau penempatan modal, kualitas
penciptaan laba, dan kualitas pemanfaatan laba.
28
4) Condition/ C4 (Penilaian terhadap Kondisi Perekonomian dan Prospek Usaha) Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan perusahaan atas
berubah-ubahnya kondisi makro ekonomi dan kemampuan perusahaan
mengantisipasinya dalam keadaan yang sulit sekalipun. Penilaian juga
dapat dilakukan dengan cara melakukan kajian terhadap beberapa kondisi
dan lingkungan usaha sejenis, kemungkinan perubahan kondisi lingkungan
usaha sejenis di masa mendatang, serta kemampuan dan fleksibilitas usaha
nasabah menghadapi kemungkinan perubahan kondisi dan lingkungan
usaha dimasa mendatang.
5) Collaterral/C5 (Penilaian terhadap Anggunan Kredit)
Penilaian ini dilakukan berdasarkan nilai wajar atas nilai pasar agunan
yang berlaku pada saat dilakukan penilaian. Agunan kredit adalah jaminan
dari nasabah ke bank untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul
dari pemberian kredit.
Kriteria penilaian lain yang digunakan bank atau lembaga keuangan
lainnya dalam proses pemberian kredit kepada nasabah/anggota adalah dengan
metode 7P. Menurut Kasmir (2005: 106-107) metode analisis 7P sebagai berikut:
1) Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi keperibadian atau tingkah laku sehari-
hari maupun masa lalunya. Personality juga mencangkup sikap, emosi,
tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
29
2) Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakter.
Sehingga nasabah akan mendapat fasilitas yang berbeda.
3) Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
4) Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu
fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya
bank yang rugi akan tetapi juga nasabahnya.
5) Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit. Semain banyak sumber penghasilan debitur maka
akan semakin baik.
6) Profitability
Untuk menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba. Diukur
dari periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat,
apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperoleh.
30
7) Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang
atau orang atau jaminan asuransi.
2.1.6 Prosedur Pemberian Kredit pada Koperasi
Prosedur peminjaman kredit pada koperasi dalah rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan di dalam mengelola permohonan kredit dari saat permohonan
diterima sampai dengan pencairan dana kredit. Manfaat prosedur pemberian kredit
adalah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggota, untuk
mengetahui dan menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam permohonan
kredit dan untuk mengusahakan pemberian kredit dalam waktu relatif singkat.
Urutan kegiatan dalam pengajuan permohonan kredit menurut Tohar (2000 : 107-
111) adalah sebagai berikut:
1) Permohonan kredit
Pada umumnya dilakukan dengan mengisi formulir permohonan
kredit, antara lain:
a) Calon peminjam terlebih dahulu mengisi formulir permohonan
pinjaman yang telah tersedia.
b) Petugas memberikan petunjuk serta bimbingan kepada calon dalam
pengisian formulir.
c) Proses permohonan diteruskan untuk diproses.
31
2) Evaluasi atau analisis kredit
Fungsi utama dari evaluasi atau analisis pinjaman adalah untuk menilai
sampai sejauh mana kredit tersebut diperlukan oleh calon peminjam
dan menilai kondisi serta kemampuan peminjam untuk melunasi
pinjaman tersebut, rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
mengevaluasi pinjaman adalah sebagai berikut:
a) Melakukan interview pada calon peminjam
Tujuan dari interview atau tanya jawab ini adalah:
- Mengetahui sampai sejauh mana calon penerima kredit
menguasai kegiatan usahanya.
- Meneliti kembali kebenaran data atau informasi yang diterima.
- Mengenal lebih dekat pribadi serta sifat dan watak dari calon
peminjam.
- Mengetahui hal-hal lain dari calon peminjam seperti latar
belakang kehidupan pendidikan dan pengalaman usaha.
b) Melaksanakan survei
Survei dilakukan untuk mendapatkan informasi dari berbagai pihak
tentang:
- Reputasi dan kondisi calon peminjam
- Hubungan dengan pemberi kredit bank atau koperasi lain dan
kondisinya sampai saat ini.
- Penilaian dari teman, rekan usaha atau tetangga.
32
c) Melakukan peninjauan ke tempat usaha
Hal ini dilakukan apabila sifat, jenis usaha calon peminjam benar-
benar memerlukan untuk ditinjau guna melihat sejauh mana
perkembangannya.
3) Keputusan pinjaman
a.) Setiap permohonan pinjaman memperoleh wewenang dari
pengurus koperasi.
b) Manajer simpan pinjam dalam mengambil keputusan
mempergunakan bahan pertimbangan sebagai berikut:
- Hasil evaluasi dari permohonan pinjaman, rekomendasi dari
pengurus kelompok.
- Informasi lain yamg diperoleh dari sumber lain sepanjang
menyangkut calon peminjam.
c) Ketentuan peminjam yang tertulis dalam lembaran evaluasi yang
memuat:
- Jumlah pinjaman yang di setujui
- Penggunaan pinjaman
- Besarnya bunga pinjaman
- Tanggal jatuh tempo pinjaman
- Jaminan pinjaman
d) Setiap keputusan yang diambil harus ditanda tangani manager
simpan pinjam koperasi yang bersangkutan.
33
4) Perjanjian pinjaman
Perjanjian pinjaman berisi hal-hal berikut ini :
- Perjanjian pinjaman merupakan hal yang harus dilaksanakan
sebelum kredit di cairkan.
- Penandatanganan perjanjian baru harus dapat dilakukan setelah
adanya keputusan pinjaman dari hasil evaluasi.
- Perjanjian pinjaman tersebut dilaksanakan dengan meliputi surat
perjanjian pinjaman dan surat kuasa menjual memindah hak.
- Surat perjanjian yang asli harus disimpan koperasi .
- Penandatanganan perjanjian dilaksanakan di kantor koperasi.
- Copy dari perjanjian harus dipegang oleh peminjam.
5) Pencairan pinjaman
Pencairan pinjaman merupakan tahap akhir setelah ketentuan-
ketentuan dipenuhi oleh peminjam. Peminjam harus menandatangani
kuitansi rangkap 2 sebagai bukti tanda terima uang tersebut. Yang asli
ada pada kasir sedangkan kopinya ada pada peminjam, pinjaman ini
diberikan secara tunai dan tidak di benarkan dalam bentuk lain.
Bilamana memungkinkan pencairannya di usahakan secara bertahap,
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan
dalam penggunaan dana tersebut.
2.1.7 Pengertian Pendapatan
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan
34
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut
menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu
periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode
ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang
dikonsumsi (Rustam, 2002: 1).
Accounting Terminilogy Bulletin No.2 dalam Riahi & Belkaoui (2006:
279) mendefinisikan pendapatan (revenue) sebagai berikut: “Pendapatan berasal
dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta diukur dengan pembebanan yang
dikenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewa untuk barang dan jasa yang
disediakan bagi mereka”. Pendapatan juga mencangkup keuntungan dari
penjualan atau penukaran aktiva (selain saham yang diperdagangkan), bunga, dan
deviden yang diperoleh dari investasi, dan peningkatan lainnya dalam ekuitas
pemilik kecuali yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal”.
Rahardja & Manurung (2006: 292) mendefinisikan pendapatan sebagai
total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga
selama periode tertentu. Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Standar
Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal (Dahlanforum, 2007: 1).
35
2.1.8 Sumber Pendapatan
Pendapatan merupakan konsep aliran (flow concept). Menurut Rahardja &
Manurung (2006: 292-293) ada tiga sumber pendapatan rumah tangga, yaitu
pendapatan dari gaji dan upah, pendapatan dari aset produktif, dan pendapatan
dari pemerintah. Dibawah ini penjelasan ketiga sumber pendapatan tersebut.
1) Pendapatan dari Gaji dan Upah
Gaji dan upah adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja.
Besar kecilnya gaji/upah seseorang secara teoritis sangat tergantung dari
produktifitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas, yaitu:
a) Keahlian (Skill)
Keahlian adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk
mampu menangani pekerjaan yang dipercayakan. Makin tinggi jabatan
seseorang, dibutuhkan keahlian yang makin tinggi, karena itu gaji atau
upahnya makin tinggi.
b) Mutu Modal Manusia (Human Capital)
Mutu modal manusia adalah kapasitas pengetahuan, keahlian dan
kemampuan yang dimiliki seseorang, baik karena bakat bawaan
(inborn) maupun hasil pendidikan dan latihan.
c) Kondisi Kerja
Kondisi kerja adalah lingkungan dimana seseorang bekerja penuh
resiko atau tidak. Kondisi kerja dianggap makin berat bila resiko
kegagalan atau kecelakaan kerja makin tinggi.
36
2) Pendapatan dari Aset Produktif
Aset produktif adalah aset yang memberikan pemasukan atas balas jasa
penggunaannya. Ada dua kelompok aset produktif. Pertama, aset finansial
(financial assets), seperti deposito yang mengahasilkan pendapatan bunga,
saham yang menghasilkan deviden, dan keuntungan atas modal (capital
gain) bila diperjual belikan. Kedua, aset bukan finansial (real assets),
seperti rumah yang memberikan penghasilan sewa.
3) Pendapatan dari Pemerintah
Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer (transfer payment)
adalah pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa atau input yang
diberikan. Dinegara-negara maju, penerimaan transfer diberikan, mislanya
dalam bentuk tunjangan penghasilan bagi para penganggur (unemployment
compensation), jaminan sosial bagi orang-orang miskin dan berpendapatan
rendah (social security).
2.2 Penelitian Terdahulu
Selain tinjauan teoritis mengenai pengertian dari variabel penelitian, pada
penelitian ini juga dilakukan tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang sejenis.
Penelitian mengenai pengaruh pemberian kredit atau pembiayaan terhadap tingkat
pendapatan para penggunanya telah beberapa kali dilakukan. Penelitian tersebut
dilakukan diberbagai lokasi di Indonesia. Tabel berikut menjelaskan penelitian
terdahulu sejenis yang digunakan sebagai tinjauan.
37
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Penelitian Lokasi/
Objek Jenis Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
Independen Dependen
1 Budianto Pengaruh pemberian kredit produksi terhadap tingkat pendapatan anggota Koperasi Bathara
Koperasi Bathara Kabupaten Banjar Negara Th.2004
Deskriptif kuantitatif (uji statistik regresi linier sederhana)
Pemberian kredit
Tingkat pendapatan
Terdapat pengaruh pemberian kredit terhadap pendapatan anggota koperasi sebesar 20,5%.
2 Desanto Pengaruh kredit tehadap pendapatan industri kecil Kota Madiun
Kota Madiun Th.2007
Deskriptif kuantitatif (uji statistik regresi linier sederhana)
Kredit Tingkat pendapatan
Ada pengaruh pemberian kredit terhadap tingkat pendapatan industri kecil.
3 Sa’ad Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatan nasabah BMT Berkah Madani
BMT Berkah Madani Depok, Jawa barat
Deskriptif kuantitatif (statistik non parametrik)
Pembiayaan murabahah
Tingkat pendapatan
Adanya pengaruh positif terhadap pendapatan antara sebelum diberikan pembiayaan dengan setelah diberikan.
4 Dewi Pengaruh pembiayaan produktif pada pegadaian syariah terhadap peningkatan pendapatan nasabah
Pegadaian syariah Cabang Pondok Aren
Deskriptif kuantitatif (statistik regresi linier sederhana)
Pembiayaan produktif
Tingkat pendapatan
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pembiayaan produktif terhadap tingkat pendapatan.
Sumber : Data sekunder diolah (2010)
38
2.3 Kerangka Pemikiran
Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
(KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara merupakan lembaga keuangan berbadan
hukum koperasi yang bergerak dibidang pemberdayaan ekonomi penyedia jasa
permodalan untuk pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Tugas utama KJK PEMK adalah memberdayakan perekonomian wilayah
setempat, dan yang menjadi target utama adalah pelaku pengusaha UMKM.
Bantuan permodalan dengan sistem kredit yang disediakan koperasi
bertujuan menambah modal produksi para anggota koperasi yang merupakan
pengusaha UMKM. Dukungan permodalan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan volume produksi dan menambah pendapatan pemanfaat kredit.
Dengan usaha yang produktif diikuti pertambahan pendapatan diharapkan para
anggota dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidup.
Usaha makanan olahan merupakan salah satu jenis usaha yang sangat
berkembang di wilayah Kebayoran Lama Utara. Oleh sebab itu, pemberdayaan
ekonomi terhadap pengusaha makanan olahan menjadi prioritas. Agar dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup melalui peningkatan pendapatan, para
pengusaha makanan olahan yang merupakan anggota koperasi diberikan
kesempatan memanfaatkan kredit untuk menambah modal produksi.
Untuk dapat memanfaatkan kredit dana bergulir setiap anggota harus
mematuhi prosedur yang berlaku. Dalam penelitian ini akan diketahui siapa
pemanfaat kredit, bagaimana karakteristik usaha yang sesuai, dan pemenuhan
prosedur lain yang berlaku pada KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.
39
Untuk mengetahui pengaruh pemberian kredit terhadap peningkatan
pendapatan pengusaha makanan olahan anggota KJK PEMK Kebayoran Lama
Utara digunakan analisis regresi sederhana. Hal ini dilakukan karena analisis
regresi merupakan alat yang tepat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen (kredit) terhadap variabel dependen (tingkat pendapatan).
Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara
Pengusaha Makanan OlahanSebagai Objek Pemberdayaan
Pemberdayaan Ekonomi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Wilayah Kebayoran Lama Utara
Analisis Regresi
Pemanfaatan Kredit Dana Bergulir
Jumlah Kredit
Tingkat Pendapatan
- Karakteristik pengguna kredit - Kondisi usaha makanan olahan - Kondisi pemanfaatan kredit
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara, Jl Ciputat
Raya No.1A, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan pada
Bulan April s.d Mei 2011. Pemilihan lokasi penelitian didasari kebutuhan penulis
akan data yang akan diolah dan dianalisis. Potensi pengembangan UMKM di
wilayah Kebayoran Lama Utara khususnya pengusaha makanan olahan sebagai
bagian dari industri kuliner yang semakin berkembang juga menjadi alasan
penulis memilih lokasi tersebut. Keberadaan KJK PEMK sebagai lembaga
keuangan yang menyediakan jasa permodalan bagi pengusaha UMKM di wilayah
Kebayoran Lama Utara menguatkan pemilihan lokasi penelitian.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dapat diolah langsung
dari objeknya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk
sudah jadi, hasil pengumpulan dan pengolahan pihak lain (Muhidin &
Abdurahman, 2007: 17). Data primer digunakan untuk menjawab permasalahan
utama yang diangkat dalam penelitian, sedangkan data sekunder digunakan
sebagai bahan informasi penunjang dalam melakukan analisis.
41
Data primer diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian menggunakan
cara observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
pengusaha makanan olahan sebagai objek penelitian maupun pihak KJK PEMK
Kebayoran Lama Utara sebagai pengelola kredit. Data sekunder diperoleh melalui
tinjauan literatur mengenai informasi-informasi yang terkait dengan pembahasan
penelitian baik dari pengelola Koperasi maupun instansi lain.
Sumber data dalam penelitian ini merupakan informasi yang diperoleh dari
pengusaha makanan olahan anggota Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama
Utara, dari pengurus dan pengelola KJK PEMK Kebayoran Lama Utara, dari
beberapa instansi terkait, serta dari tinjauan literatur yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji dalam penelitian.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melaui 3 metode, yaitu metode
observasi, wawancara (interview), dan kuesioner. Berikut penjelasan ketiga
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian.
1. Observasi
Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap objek yang diteliti, baik dalam situasi buatan yang
secara khusus diadakan (laboratorium) maupun dalam situasi alamiah
atau sebenarnya (lapangan) (Muhidin & Abdurahman, 2007: 19).
Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan
42
KJK PEMK maupun pengusaha makanan olahan sebagai anggota
koperasi. Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap
lokasi, kondisi KJK PEMK, fasilitas serta sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan perkreditan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.
2. Wawancara (Interview)
Teknik wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara
langsung maupun tidak langsung secara bertatap muka (personal face
to face interview) dengan sumber data (responden) (Muhidin &
Abdurahman, 2007: 21). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan
dengan pihak pengurus dan pengelola KJK PEMK untuk mengetahui
bagaimana prosedur pemberian kredit, jumlah dan jenis UMKM yang
memanfaatkan kredit, dan karakteristik serta lokasi pengusaha
makanan olahan anggota KJK PEMK.
3. Kuesioner
Kuesioner atau juga yang dikenal sebagai angket merupakan salah satu
teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis
melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan
sebelumnya, dan harus diisi oleh responden (Muhidin & Abdurahman,
2007: 25). Pengisian kuesioner ditujukan kepada pengusaha makanan
olahan pengguna kredit KJK PEMK sebagai responden. Kuesioner
digunakan untuk mendapatkan data karakteristik pengusaha makanan
43
olahan, karakteristik usaha yang dijalankan dan jumlah pendapatan
yang diterima, serta kondisi pinjaman/kredit yang dimanfaatkan.
3.4 Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 38).
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel sesuai dengan judul penelitian yaitu
pengaruh kredit terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan anggota
Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK
PEMK) Kebayoran Lama Utara. Adapun variabel tersebut yaitu:
1. Pemberian kredit (X) yang didalamnya terdiri dari modal kerja dan
pembiayaan investasi, merupakan variabel yang mempengaruhi variabel
lain.
2. Tingkat pendapatan (Y), sebagai variabel yang tidak bebas atau
dipengaruhi oleh variabel lain.
3.5 Metode Penarikan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 80). Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2008: 81).
44
Teknik penarikan sampel yang akan digunakan adalah sensus, artinya
seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Penarikan sampel dilakukan tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, dengan kata lain anggota
populasi dianggap homogen.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota koperasi yang
menjalankan usaha di bidang makanan olahan yang memanfaatkan kredit dana
bergulir periode Januari s.d Desember 2010 pada Koperasi Jasa Keuangan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama
Utara.
Pemanfaat kredit dana bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
periode Januari s.d Desember 2010 secara keseluruhan berjumlah 137 orang, dan
didapat jumlah pengusaha makanan olahan adalah 45 orang. Berdasarkan hal
tersebut ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
sensus adalah sebesar 45 objek/responden.
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pengolahan dan analisis data digunakan analisis deskriptif dan
analisis kuantitatif.
3.6.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai
responden berdasarkan golongan tertentu. Untuk mendapatkan karakteristik
pengusaha makanan olahan di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, data
yang diperoleh ditabulasikan dan kemudian dianalisis berdasarkan karakteristik
45
yang paling menonjol. Beberapa karakteristik yang akan dianalisis seperti
karakteristik responden dalam hal ini pengusaha makanan olahan anggota
koperasi (jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan), karakteristik usaha yang
dijalankan (jenis usaha, lokasi usaha, lama usaha, dan sebagainya) juga kondisi
kredit yang dimanfaatkan.
3.6.2 Analisis Kuantitatif
Alat yang akan digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif dalam
penelitian ini adalah analisis korelasi dan analisis regresi linier sederhana dengan
bantuan komputer menggunakan program Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) 17.0. Korelasi diberi pengertian sebagai hubungan antara dua
variabel atau lebih (Muhidin dan Abdurahman, 2007: 105). Regresi sederhana
didasarkan pada hubungan fungsional maupun kausal satu variabel independen
dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2009: 261).
3.6.2.1 Analisis Korelasi
Metode analisa dalam penelitian ini adalah dengan menganalisa angka-
angka yang ditujukan oleh data serta menganalisis korelasi antara hubungan
variabel dan alat ukur yang ada. Dalam penelitian ini digunakan anasisis Korelasi
Product Moment yang dapat dihitung dengan rumus (Sugiyono, 2009: 274)
sebagai berikut:
r = 𝑛𝑛 ∑𝑋𝑋𝑋𝑋 𝑌𝑌𝑋𝑋− (∑𝑋𝑋𝑋𝑋) (∑𝑌𝑌𝑋𝑋)
�[𝑛𝑛 ∑𝑋𝑋𝑋𝑋 2− (∑𝑋𝑋𝑋𝑋)2] [𝑛𝑛 ∑𝑌𝑌𝑋𝑋2 − (∑𝑌𝑌𝑋𝑋)2]
46
Dimana :
r = Besarnya korelasi antara X dan Y
n = Jumlah sampel
X = Pemberian kredit
Y = Pendapatan
Keterangan:
Nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi sempurna (kuat sekali) dan negatif.
Nilai r = 0, maka korelasi adalah lemah (tidak ada hubungan).
Nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi adalah sempurna (kuat sekali) dan
positif.
Untuk mengetahui arah hubungan antara dua variabel ditunjukan oleh
tanda positif (+) dan negatif (-) yang terdapat pada koefisien korelasi, apabila
korelasi (r) bertanda minus (-) menunjukan hubungan yang negatif dan sebaliknya
apabila korelasi (r) bertanda positif (+) maka hubungan yang ditunjukan adalah
positif (+). Nilai r bertujuan untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi
antar variabel tersebut. Menurut Sugiyono (2009: 231) penafsiran terhadap
koefisien korelasi (nilai r) dapat berpedoman pada ketentuan tabel berikut:
Tabel 2. Intepretasi Nilai Korelasi (r)
No. Interval Koefisien Tingkat Hubungan 1 0,00 – 0,199 Sangat rendah 2 0,20 – 0,399 Rendah 3 0,40 – 0,599 Sedang 4 0,60 – 0,799 Kuat 5 0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2009: 231)
47
3.6.2.2 Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
sebab akibat (mempengaruhi atau tidak) antara variabel X (kredit) dengan variabel
Y (tingkat pendapatan). Selain itu analisis regresi digunakan untuk mengetahui
perubahan variabel Y untuk setiap satuan perubahan variabel X. Persamaan umum
regresi linear sederhana (Sugiyono, 2009: 261) sebagai berikut:
Y = a + bX
Dimana:
a = (∑𝑌𝑌𝑋𝑋) (∑𝑋𝑋𝑋𝑋 2) − (∑𝑋𝑋𝑋𝑋)(∑𝑋𝑋𝑋𝑋 𝑌𝑌𝑋𝑋)
𝑛𝑛 ∑𝑋𝑋𝑋𝑋 2 − (∑𝑋𝑋𝑋𝑋)2
b = 𝑛𝑛 ∑𝑋𝑋𝑋𝑋 𝑌𝑌𝑋𝑋− (∑𝑋𝑋𝑋𝑋)(∑𝑌𝑌𝑋𝑋)
𝑛𝑛 ∑𝑋𝑋𝑋𝑋2 − (∑𝑋𝑋𝑋𝑋)2
Keterangan:
Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksi.
X = Subjek pada variabel independen yang memiliki nilai tertentu.
a = Harga Y ketika harga X = 0 (konstan).
b = Koefisien regresi, menunjukan angka peningkatan/penurunan variabel
dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen.
3.6.2.3 Uji Signifikansi Regresi
Pemeriksaan keberartian regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol,
yaitu koefisien regresi sama dengan nol (tidak berarti) melawan hipotesis
tandingan bahwa koefisien regresi tidak sama dengan nol (Muhidin &
Abdurahman, 2007: 194). Hipotesis yang akan diuji berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh antara dua variabel. H0 merupakan hipotesis tentang tidak
48
adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dan H1 merupakan hipotesis
penelitian. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H0 : kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.
H1 : kredit berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.
Untuk menguji apakah hipotesis benar, maka digunakan uji statistik uji t
atau berdasarkan probabilitas. Persamaan regresi yang didapat selanjutnya akan
diuji apakah memang valid untuk memprediksi variabel dependen. Dengan kata
lain, akan dilakukan pengujian apakah variabel kredit benar-benar dapat
memprediksi pendapatan dimasa mendatang.
Dengan kaidah keputusan:
a. Membandingkan statistik t-hitung dengan statistik t-tabel, kriterianya
sebagai berikut:
t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan tolak H1.
t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak dan terima H1.
b. Berdasarkan probabilitas (ρ), kriterianya sebagai berikut:
ρ > α, maka H0 diterima dan tolak H1.
ρ < α, maka H0 ditolak dan terima H1.
3.7 Definisi Operasional
1) Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
(KJK PEMK) adalah usaha berbadan hukum koperasi yang menjalankan jasa
bidang pendukung permodalan yang menjadi mitra Program Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK).
49
2) Dana bergulir adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja
daerah yang merupakan kelompok pembiayaan diperuntukan untuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan yang dimanfaatkan secara
bergulir.
3) Kredit dana bergulir adalah suatu pola pemberdayaan ekonomi masyarakat
melalui koperasi dengan melakukan kesepakatan pinjam meminjam antara
koperasi dengan anggota sesuai jangka waktu yang ditentukan.
4) Pendapatan adalah jumlah harta/kekayaan pada periode tertentu (1 bulan) dari
pengusaha makanan olahan atas hasil usaha (barang dan jasa) yang
menggunakan kredit dana bergulir koperasi sebagai pendukung permodalan.
5) Prosedur adalah suatu rangkaian langkah-langkah kegiatan pemanfaatan kredit
koperasi yang harus dipenuhi oleh pengurus maupun anggota koperasi,
dilengkapi peraturan dan persyaratan tertulis yang dibuat sebagai dasar
pelaksanaan (tata cara) pemanfaatan kredit.
6) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah usaha milik orang perorangan dan/
atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha miko, usaha kecil,
dan usaha menengah.
7) Makanan olahan adalah produk makanan jadi/setengah jadi yang memiliki
nilai ekonomi yang merupakan hasil olahan bahan-bahan hasil pertanian.
BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI
4.1 Sejarah Umum KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
Dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat, Provinsi DKI Jakarta
membangun dan mengembangkan pola pemberdayaan ekonomi masyarakat
kelurahan. Dalam rangka pelaksanaan pemberdayaan ekonomi masyarakat
kelurahan dibentuk Program Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Kelurahan (PEMK). Dana Bergulir adalah dana yang bersumber dari anggaran
pendapatan belanja daerah yang merupakan kelompok pembiayaan diperuntukan
untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat Kelurahan yang dimanfaatkan secara
bergulir, dan lembaga Keuangan Mikro Koperasi ( LKM Koperasi ) adalah
Lembaga Keuangan Mikro berbadan hukum koperasi yang dibentuk masyarakat
Kelurahan setempat yang menjadi mitra dalam pengelolaan dana bergulir.
Sejarah berdirinya KJK PEMK Kebayoran Lama Utara dimulai dengan
adanya tindak lanjut instruksi Gubernur Nomor 156 Tahun 2008 tentang
Pelaksanaan Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PDB
PEMK) Provinsi DKI Jakarta tanggal 27 Oktober 2008 dan Keputusan Gubernur
Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana bergulir
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan tanggal 4 maret 2009. Oleh
karena itu, Dewan Kelurahan dan pemerintah setempat mengumpulkan tokoh
masyarakat, Ketua RW, Ketua RT, Tokoh Agama, PKK, Karang Taruna untuk
membentuk Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (KJK
PEMK) Kebayoran Lama Utara.
51
Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Maskarakat Kelurahan
(KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara berdiri tahun 2008 didirikan oleh Dewan
Kelurahan dengan tujuan sebagai sarana bagi pelayanan keuangan
anggota/masyarakat Kelurahan khususnya, dan UMKM pada umumnya di
wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara. Dengan dukungan pemerintah DKI
Jakarta melalui Sosialisasi Perkoperasian yang difasilitasi oleh Dinas Koperasi,
UMKM dan Perdagangan dan Lembaga Pengelola Dana bergulir semakin
memantapkan pendirian koperasi ini. Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Kelurahan (yang selanjutnya dalam penulisan ini disingkat
KJK PEMK) merupakan salah satu jenis Koperasi yang bergerak dibidang
permodalan usaha dan simpan pinjam.
4.2 Profil KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
(KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara didirikan untuk memberikan pelayanan
pemenuhan permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masyarakat
Kelurahan Kebayoran Lama Utara. Profil KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
secara singkat sebagai berikut:
Jenis Koperasi : Koperasi Jasa Keuangan
Bentuk Badan Hukum : Koperasi
Metode Operasional : Sistem Bagi Hasil
Nama Koperasi : KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
Alamat : Jl. Ciputat Raya No. 1 A
52
Kecamatan : Kebayoran Lama
Kota / DT II : Jakarta Selatan
Telepon : 021-727 86240
Aktivitas Bisnis : Simpanan dan Pinjaman dengan sistem
bagi hasil (perorangan dan/atau kelompok)
Ketua Pengurus : Drs. Chairil Anwar
Manager : Muhammad, Bsc
Jumlah Staf : 12 Orang
Jumlah Anggota : 269 Orang
4.2.1 Visi dan Misi Organisasi
Visi dan misi organisasi menjadi landasan penting dalam pelaksanaan
kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
(KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara. Adapun visi dan misi KJK PEMK sebagai
berikut:
Visi :
Terwujudnya masyarakat Kelurahan Kebayoran Lama Utara yang sejahtera,
mandiri, adil, dan berdaya.
Misi :
1. Melalui Pembiayaan Bina Ekonomi Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Kelurahan Perekonomian masyarakat semakin berkembang
dan berdaya saing tinggi.
2. Memberikan kemudahan kepada anggota dan masyarakat dalam
memanfaatkan dana koperasi pemberdayaan masyarakat kelurahan
53
3. Memberdayakan usaha mikro dan kecil melalui perkuatan permodalan.
4. Meningkatkan sumberdaya manusia dalam bidang manajemen usaha dan
pengelolaan keuangan.
5. Memperkuat peran Lembaga Keuangan Mikro berbadan hukum Koperasi
dalam mendukung perluasan kesempatan kerja dan pengentasan
kemiskinan.
4.2.2 Dasar Hukum Organisasi
Sebagai organisasi berbadan hukum yang diakui sebagai Lembaga
Keuangan Mikro (LKM), Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara memiliki dasar
hukum organisasi yang diakui kelegalannya, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Dasar Hukum KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
Sumber: KJK PEMK Kebayoran Lama Utara (2009: 10)
No Data Koperasi Nomor Tanggal Registrasi
1 Pergub Prov. DKI Jakarta
Nomor 96 Tahun 2008
8 Oktober 2008
Pemerintah Daerah Prov. DKI Jakarta
2 Pergub Prov. DKI Jakarta
Nomor 24 Tahun 2009
4 Maret 2009
Pemerintah Daerah Prov. DKI Jakarta
3 SK Menkop UMKM
641 / BH / XII.4 / 1.829.31/IV/2008
22 April 2008
Dinas Koperasi Provinsi DKI Jakarta
4 Akta Pendirian 60 26 Desember
2007 Notaris Tetty.H. Soebroto,SH,MH
5 Akte Perubahan 57 28 Juli
2009 Notaris Eka Purwanti,SH
6 S I U P 03059 /1.824.271 14 Desember 2009
Dinas Koperasi Provinsi DKI Jakarta
7 NPWP 02.623.237.1-013.000
16 November 2007 KPP Jakarta Selatan
8 Izin Tempat Usaha 175/1.824/2009 28 Oktober
2009 Kecamatan Kebayoran Lama
54
4.2.3 Struktur Organisasi
Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
(KJK-PEMK) Kebayoran Lama Utara memiliki struktur organisasi yang jelas
menggambarkan fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap elemen
organisasi. Struktur organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara menerangkan
secara tertulis hubungan kerja masing-masing unsur pada organisasi. Gambar
berikut ini adalah Struktur Organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.
Gambar 2. Struktur Organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara Sumber: Dinas Koperasi UKM Prov. DKI Jakarta (2008: 5)
Rapat Anggota(RA)
Wakil KetuaPengurus
PemasaranKasir
Pengawas
Sekretaris
Ketua Pengurus
Administrasi dan Keuangan
Manajer Pengelola
Bendahara
55
Adapun tugas pokok dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi
di atas adalah:
1. Rapat Anggota
1) Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam KJK
PEMK.
2) Rapat anggota koperasi dilaksanakan antara lain untuk menetapkan:
a. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan perubahan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
b. Kebijaksanaan umum dibidang organisasi, manajemen usaha dan
permodalan koperasi.
c. Pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian Pengurus dan Pengawas.
d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi,
serta pengesahan laporan keuangan.
e. Pembagian Sisa Hasil Usaha.
3) Rapat anggota dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun.
4) Rapat anggota dapat dilakukan secara langsung atau melalui perwakilan
yang pengaturannya ditentukan dalam AD/ART.
2. Pengawas
1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan
koperasi KJK PEMK, termasuk konsistensi penerapan prinsip bagi hasil.
2) Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada koperasi KJK PEMK.
3) Memberikan koreksi, saran teguran, dan peringatan kepada pengurus.
4) Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
56
5) Membuat laporan tertulis tentang hasil pelaksanaan tugas pengawasan
kepada Rapat Anggota.
3. Ketua Pengurus
1) Bertanggungjawab atas aktivitas Koperasi KJK PEMK dan melaporkan
perkembangan unit Koperasi KJK PEMK kepada seluruh anggota dan
pengawas melalui mekanisme rapat yang disepakati.
2) Terseleksinya calom karyawan sesuai dengan formasi yang dibutuhkan
dan mengeluarkan Surat Keputusan pengangkatan/pemberhentian
karyawan.
3) Terkendalinya aktivitas jasa keuangan di KJK PEMK.
4) Terjadinya kondisi kerja yang aman, nyaman di koperasi KJK PEMK.
5) Terbukanya kerjasama dengan pihak-pihak luar dalam rangka
mengembangkan usaha KJK PEMK.
6) Menjaga agar dalam aktivitas KJK PEMK tidak lari dari visi dan misi.
4. Sekretaris
1) Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut keanggotaan KJK
PEMK.
2) Mengadministrasikan semua surat masuk dan keluar yang berkaitan
dengan aktivitas pengurus.
3) Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi kegiatan pengurus.
4) Mendistribusikan hasil rapat pengurus kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
57
5. Bendahara
1) Mengeluarkan laporan keuangan KJK PEMK kepada pihak yang
berkepentingan.
2) Memberi laporan mengenai perkembangan simpanan wajib dan simpanan
pokok anggota.
6. Manajer Pengelola
1) Menjabarkan kebijakan umum KJK PEMK yang telah dibuat Pengurus
dan disetujui Rapat Anggota.
2) Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran koperasi dan rencana
jangka pendek, rencana jangka panjang, serta proyeksi
(financial/nonfinansial) kepada pengurus yang selanjutnya akan dibawa
pada Rapat Anggota.
3) Menyetujui penyaluran dana yang jumlahnya tidak melalui batas
wewenang manajemen.
4) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biaya-biaya harian
dan tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
5) Mengamankan seluruh harta kekayaan koperasi KJK PEMK.
6) Melakukan penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat laporan secara
periodik.
7) Menandatangani dan menyetujui permohonan penyaluran dana dengan
batas wewenang yang ada.
8) Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi
operasional kantor.
58
7. Kasir (Teller)
1) Mengelola fisik kas dan terjaganya keamanan kas.
2) Terselesaikannya laporan kas harian.
3) Tersedianya laporan arus kan pada akhir bulan untuk keperluan evaluasi.
4) Menerima setoran dan penarikan tabungan.
5) Menyediakan pelayanan uang tunai bagi bagian pembiayaan untuk proses
pencairan di lapangan sesuai dengan persetujuan pencairan pembiayaan.
6) Menerima pembayaran angsuran pembiayaan dari bagian pembiayaan
yang dilakukan di luar kantor Koperasi.
8. Administrasi dan Keuangan
1) Pembuatan laporan keuangan
2) Pengarsipan laporan keuangan dan berkas-berkas yang berkaitan secara
langsung dengan keuangan.
3) Menyediakan data yang dibutuhkan untuk kebutuhan analisis lembaga.
4) Pengeluaran dan penyimpanan uang dari dan ke brankas (sebagai petugas
alternatif/petugas pengganti).
9. Bagian Pemasaran
1) Tercapainya target pemasaran baik pembiayaan maupun tabungan.
2) Terselesaikannya permasalahan di tingkat pembiayaan dan tabungan.
3) Pengarsipkan bukti transaksi yang terkait.
4) Bertanggung jawab dalam poses pengajuan dan penyaluran dana.
59
4.3 Keanggotaan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
Keanggotaan koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara tidak banyak
berbeda dengan koperasi lainnya di Indonesia. Dalam hal ini akan dibahas proses
atau prosedur penerimaan anggota koperasi, jumlah anggota, dan jenis usaha yang
dijalankan oleh anggota.
4.3.1 Proses Penerimaan Anggota
Jumlah anggota KJK PEMK pada sampai Desember 2010 berjumlah 269
orang. Adapun proses penerimaan anggota pada KJK PEMK adalah sebagai
berikut:
1. Calon anggota koperasi melengkapi formulir pengajuan anggota
koperasi dan menyiapkan persyaratan untuk menjadi anggota (data
kependudukan, membayar simpanan pokok, dll).
2. Setelah formulir dan persyaratan diberikan kepada pengurus koperasi,
sekretaris koperasi meninjau kelengkapan persyaratan.
3. Calon anggota dengan data dan persyaratan yang lengkap diterima atau
disahkan menjadi anggota koperasi, dengan mendapatkan nomor urut
anggota.
4. Anggota koperasi wajib membayar simpanan wajib yang telah
ditentukan koperasi.
Pemanfaatan jasa pelayanan keuangan (kredit usaha) oleh anggota
memiliki aturan main yang jelas yang telah ditentukan dan disepakati bersama.
Adapun aturan keanggotaan koperasi sebagai syarat pengajuan kredit dijelaskan
sebagai berikut:
60
1. Calon anggota diberikan formulir pengajuan anggota dan persyaratan
untuk menjadi anggota.
2. Calon anggota koperasi wajib membayar simpanan pokok sebesar
Rp.50.000 sebagai syarat menjadi anggota koperasi.
3. Setelah menjadi anggota koperasi, anggota wajib membayar simpanan
wajib (Rp. 10.000) secara periodik setiap bulan.
4. Anggota koperasi yang telah melunasi simpanan pokok dan simpanan
wajib berhak mengajukan pinjaman modal untuk usaha.
4.3.2 Jenis Usaha Anggota
KJK PEMK menyalurkan kredit produktif/usaha kepada anggotanya
dengan harapan para anggota dapat mempertahankan dan mengembangkan
usahanya. Anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara terdiri dari para
pengusaha dengan jenis usaha yang berbeda-beda. Adapun jenis usaha yang
dijalankan oleh anggota dari KJK PEMK Kebayoran Lama Utara sebagai berikut:
1. Jenis usaha dagang:
Pedagang buah; pedagang sayuran; pedagang tanaman hias;
pedagang ikan hias; pedagang sembako; pedagang makanan.
2. Jenis usaha home industry
Produsen kue jajanan; industri makanan; industri kecil konveksi;
industri kerajinan.
3. Jenis usaha makanan
Makanan kaki lima; makanan ringan/jajanan pasar; makanan
tradisional; rumah makan.
61
4. Jenis usaha jasa
Usaha sablon; pembuatan stempel; percetakan; wartel; warnet;
bekleding dan penjahit.
5. Jenis usaha Kerajinan
Kerajinan tangan dan daur ulang.
4.4 Pelayanan Jasa Keuangan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
Pelayanan jasa keuangan yang diberikan oleh KJK PEMK Kebayoran
Lama Utara kepada anggota dijabarkan sebagai berikut:
1. Pelayanan Penyaluran dana
a. Pelayanan Pinjaman Kelompok :
1) Penyaluran dana dengan metode grameen bank.
2) Tanpa agunan/jaminan.
3) Nominal pembiayaan antara Rp. 1.000.000,- – Rp. 5.000.000,- .
4) Jangka waktu pinjaman antara 3-12 bulan.
5) Bagi hasil sama dengan 18-24 % per tahun.
b. Layanan Pinjaman Individu
1) Pembiayaan dengan metode sistem Bagi Hasil.
2) Tanpa agunan/jaminan.
3) Nominal penyaluran Rp. 500.000,- – Rp. 5.000.000,-.
4) Sasaran pembiayaan laki-laki dan perempuan pelaku usaha
kecil dan mikro.
5) Maksimal jangka waktu kredit 12 bulan.
62
6) Angsuran setiap bulan.
7) Bagi hasil pinjaman antara 18-24 % per tahun.
2. Pelayanan Penghimpunan Dana
Produk tabungan masih belum menjadi produk utama. Saat ini hanya
terdapat 50 orang nasabah tabungan. Kondisi ini disebabkan karena
terbatasnya tenaga lapangan yang ada dan belum tersedianya Standar
Operasional Prosedure (SOP) produk tersebut. Namun demikian, pada
awal tahun 2011 produk tabungan akan menjadi salah satu produk dengan
perhatian yang sama dengan produk pembiayaan.
3. Asuransi Mikro
KJK PEMK Kebayoran Lama Utara secara berkala menyelenggarakan
program yang mengikutsertakan nasabahnya dalam asuransi pembiayaan
bekerjasama dengan lembaga asuransi pembiayaan. Program tersebut
ditawarkan kepada anggota koperasi untuk menjamin kredit pembiayaan
kembali kepada koperasi meskipun terjadi sesuatu yang menyebabkan
anggota tidak dapat memenuhi kewajiban melunasi kreditnya, misalnya
anggota meninggal dunia.
4.5 Penyaluran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK
Penyaluran kredit dana bergulir pada KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
berjalan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan dan berlaku bagi seluruh
anggota maupun pengurus koperasi. Proses dan prosedur penyaluran kredit dana
bergulir dijelaskan dibawah ini.
63
4.5.1 Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir
KJK PEMK Kebayoran Lama Utara bekerjasama dengan Unit Pengelola
Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (UPDB PEMK)
sebagai penyalur dana bergulir untuk memenuhi modal pinjaman dari luar
(eksternal) yang kemudian akan dimanfaatkan oleh pelaku UMKM di wilayah
Kelurahan Kebayoran Lama Utara selaku anggota koperasi. Berikut adalah bagan
proses penyaluran dana bergulir dari UPDB PEMK kepada KJK PEMK melalui
Bank DKI untuk dimanfaatkan oleh pelaku UMKM yang memerlukan sumber
modal usaha.
Pem ProvDKI Jakarta
Kelompok/individu
Pemanfaat
KJK PEMKKeb. Lama Utara
Bank DKIUPDB PEMK
3
6
5 7
9 104
11
86
21
Gambar 3 . Proses Penyaluran Dana Bergulir Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Prov. DKI Jakarta (2009: 16)
Keterangan gambar:
1. UPDB (Unit Pengelolaan Dana Bergulir) mengusulkan anggaran untuk
UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) kepada Pemda DKI Jakarta
64
2. Pemda DKI Jakarta menyetujui dan memberikan anggaran kepada UPT
3. Pemda DKI Jakarta menempatkan dana pada Bank DKI
4. Usaha mikro mengajukan pijaman kepada KJK PEMK
5. KJK PEMK mengusulkan kepada UPDB
6. UPDB menganalisa dan apabila disetujui menginformasikan kepada
koperasi dan Bank DKI
7. KJK PEMK meneruskan persetujuan kepada Bank DKI
8. Bank DKI membayar usulan KJK PEMK
9. KJK PEMK mendistribusikan pinjaman kepada pemanfaat
10. Pemanfaat membayar angsuran kepada KJK PEMK
11. KJK PEMK mengembalikan angsuran pinjaman kepada UPBD melalui
Bank DKI
Gambar 3 menjelaskan proses jalannya kerjasama antara KJK PEMK
dengan UPDB PEMK selaku penyalur dana bergulir. Pencairan dana bergulir
disimpan melalui oleh Bank DKI. KJK PEMK bertugas menyebarkan dana
bergulir kepada anggota koperasi sebagai pelaku UMKM sebagai upaya
pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat wilayah Kelurahan
Kebayoran Lama Utara.
4.5.2 Prosedur Penyaluran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK
Dana bergulir PEMK merupakan kelompok pembiayaan (bukan hibah),
maka dari itu diperlukan aturan prosedur yang jelas agar dana tersebut dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan tidak merugikan pihak manapun.
65
Adapun prosedur penyaluran dana bergulir oleh koperasi kepada anggota koperasi
ialah sebagai berikut:
1. Proses Pengajuan Pinjaman
Proses pengajuan pinjaman dana permodalan oleh anggota kepada
koperasi harus melalui beberapa tahap yang dijelaskan sebagai berikut:
Tahap 1 Pinjaman kredit permodalan diajukan anggota koperasi
kepada manajer pengelola melalui formulir pengajuan pinjaman yang
disediakan koperasi.
Tahap 2 Pengajuan pinjaman dipelajari dan didiskusikan bersama oleh
pengurus koperasi untuk kemudian ditentukan pengajuan mana yang
dapat diterima dan yang mana yang harus ditolak, yaitu dengan
mempertimbangkan hasil survei dan pengalaman pengguliran program
sebelumnya (PPMK).
Tahap 3 Setelah pengajuan diterima, anggota koperasi harus bersedia
diwawancara (interview). Interview dilakukan untuk memastikan
kondisi keuangan pribadi para anggota dan usaha yang akan atau telah
dijalankan, untuk kemudian menentukan jumlah pinjaman dan jumlah
bagi hasil yang akan disepakati ke dua belah pihak (anggota dan
pengurus koperasi). Kesepakatan dituangkan dalam Surat Perjanjian
Kerjasama (SPK) bermaterai.
Tahap 4 Setelah kesepakatan ditandatangani, dana pinjaman diserah
terimakan dari koperasi kepada pemanfaat (anggota koperasi pelaku
66
usaha). Besarnya pinjaman yang digulirkan sesuai dengan perhitungan
pendapatan dan laba usaha anggota koperasi.
2. Pengguliran Dana Pinjaman
Terdapat dua cara pengguliran dana pinjaman dari KJK PEMK kepada
anggota koperasi, yaitu:
1) Pengguliran Langsung (1-7 hari setelah pengajuan pinjaman):
untuk anggota koperasi yang dinilai sudah cukup baik dalam
memenuhi angsuran pinjaman modal dari program sebelumya,
yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK tahun
2002-2008).
2) Pengguliran Tidak Langsung (lebih dari 1-4 minggu setelah
pengajuan pinjaman) : untuk anggota baru yang tidak mengikuti
program sebelumnya (PPMK), didahului dengan diadakannya
survei lapang terkait usaha yang akan atau telah dijalankan, dan
mempertimbangkan kedisiplinan anggota melunasi simpanan wajib
koperasi.
2. Bagi Hasil
Jumlah bagi hasil ditentukan oleh kedua belah pihak sesuai
perhitungan pendapatan dan laba usaha. Cara penyetoran bagi hasil
digabungkan dengan penyetoran angsuran pokok pinjaman (setiap bulan).
Rumusan perhitungan jumlah bagi hasil yang berlaku di KJK PEMK
Kebayoran Lama Utara sebagai berikut:
67
Angsuran Pokok = total pinjaman 12
Jumlah Bagi Hasil = 2% x total pinjaman Total Angsuran = angsuran pokok + jumlah bagi hasil
Ket:
- Angsuran Pokok: jumlah angsuran kredit dari pinjaman.
- Total Pinjaman: jumlah uang yang digulirkan koperasi kepada
anggota.
- Jumlah Bagi Hasil: jumlah uang yang diberikan oleh anggota
kepada koperasi sebagai balas jasa.
- Total Angsuran : jumlah uang yang wajib disetor anggota kepada
koperasi setiap bulan.
3. Pengembalian Dana Pinjaman
Pengembalian dana pinjaman oleh anggota koperasi kepada koperasi
dilakukan dengan sistem kredit, yaitu memenuhi angsuran setiap bulan.
Pembayaran angsuran ditetapkan oleh koperasi paling lambat tanggal 10
setiap bulan. Pengembalian dana pinjaman dianggap lunas apabila anggota
koperasi telah mengembalikan penuh jumlah pinjaman ditambah jumlah
bagi hasil yang telah disepakati.
4.6 Karakteristik Umum Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pengusaha
makanan olahan yang merupakan pemanfaat kredit dana bergulir Koperasi Jasa
Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK)
68
Kebayoran Lama Utara perode Januari s.d Desember 2010. Dari keseluruhan
pemanfaat kredit dana bergulir periode Januari s.d Desember 2010 yang
berjumlah 137 didapat jumlah pengusaha makanan olahan sebanyak 45 orang.
Berdasarkan pada ukuran minimum yang dapat diterima untuk tipe penelitian
korelasi maka ditentukan jumlah sampel dengan metode sensus dalam penelitian
ini yaitu sebesar 45 objek/responden.
Responden dalam penelitian ini diwawancarai dengan mengajukan
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Karakteristik responden
diklasifikasikan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir.
Gambar 4. Presentase Responden Berdasarkan Usia Sumber: Data Primer diolah (2011)
Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa responden yang bergerak dalam
bidang usaha makanan olahan didominasi oleh anggota yang berusia 50 tahun atau
lebih yaitu berjumlah 40 % dan anggota berusia 40 – 49 tahun dengan presentase
35,56%. Presentase terkecil yaitu 6,67 % adalah anggota berusia 20-29 tahun.
20 - 29 Th.6,67%
30 – 39 Th.17,78%
40 – 49 Th.35,56%
≥ 50 Th40,00%
69
Gambar 5. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Data primer diolah (2011)
Gambar 5 menunjukan bahwa berdasarkan jenis kelamin responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan
antara responden pria dengan responden wanita. Presentase responden wanita
sebanyak 53,33% sedangakan presentase responden pria sebesar 46,67%.
Gambar 6. Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sumber: Data primer diolah (2011)
Berdasarkan Gambar 6 diketahui responden terbanyak menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 44,44%. Namun
jumlah tersebut tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan responden yang
Pria46,67%
Wanita53,33%
Tidak Sekolah4,44%
SD40%
SMP44,44%
SMA/STM/SMEA
11,11%
70
menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 40%. Selain itu, diketahui
bahwa sejumlah 6,67% responden tidak sekolah.
Berdasarkan hasil presentase responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
dan pendidikan terakhir dapat dikatakan bahwa sebagian besar pemanfaat kredit
KJK PEMK merupakan pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih dan telah
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP).
4.7 Karakteristik Usaha Responden
Usaha yang dijalankan oleh responden sebagai sampel dalam penelitian ini
dibedakan kedalam beberapa klasifikasi, yaitu berdasarkan jenis usaha, status
usaha, lokasi usaha, prioritas usaha, lama menjalankan usaha, dan modal awal
pembentukan usaha. Dibawah ini akan dibahas karakteristik usaha responden
berdasarkan klasifikasi tersebut.
Dalam penelitian ini karakteristik usaha responden berdasarkan jenis usaha
yang dijalankan dibagi menjadi tiga kategori yaitu produksi, pedagang dan jasa
kuliner. Jenis usaha produksi yang dimaksud adalah usaha yang memiliki kegiatan
mengolah bahan mentah menjadi makanan, baik makanan jadi maupun setengah
jadi, dengan kata lain terdapat kegiatan produksi didalamnya. Pedagang
merupakan orang yang memiliki usaha di bidang perdagangan makanan tanpa
disertai jasa pelayanan makanan. Sedangkan Jasa kuliner merupakan usaha
dengan serangkaian kegiatan menyediakan makanan saji.
71
Gambar 7. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Usaha Sumber: Data primer diolah (2011)
Gambar 7 menunjukan bahwa sampel didominasi oleh responden yang
menjalankan usaha dibidang jasa kuliner, yaitu sebanyak 66,67%, usaha jasa
kuliner meliputi usaha warung nasi, bakso gerobak, gorengan, dll. Jenis usaha
dagang menduduki peringkat kedua dengan presentase sebanyak 26,67%.
Sedangkan jenis usaha produksi merupakan yang paling sedikit yaitu 10,00%,
salah satu usaha produksi yaitu usaha produksi tempe .
Status usaha responden dibedakan berdasarkan kepemilikan, yaitu usaha
milik sendiri dan usaha milik bersama. Dari hasil penelitian didapat bahwa 100%
usaha yang dijalankan oleh responden merupakan usaha milik sendiri dan tidak
ada responden (0%) yang menjalankan usaha dengan kepemilikan bersama. Tabel
4 dibawah ini menyajikan presentase responden berdasarakan pada status
kepemilikan usaha yang dijalankan.
3
12
30
6,67% 26,67% 66,67%0
5
10
15
20
25
30
35
Produksi Pedagang Jasa Kuliner
Jenis Usaha
Jumlah Responden
72
Tabel 4. Presentase Responden Berdasarkan Status Usaha
No. Jenis Usaha Jumlah Responden Presentase (%) 1 Milik Sendiri 45 100 2 Milik Bersama 0 0 Total 45 100
Sumber: Data primer diolah (2011)
Karakteristik usaha responden selanjutnya dibedakan berdasarkan lokasi
usaha. Terdapat dua jenis lokasi usaha yaitu lokasi usaha yang menyatu dengan
tempat tinggal dan lokasi usaha yang memisah dengan tempat tinggal. Tabel 5
merupakan jumlah dan presentase responden berdasarkan lokasi usaha.
Tabel 5. Presentase Responden Berdasarkan Lokasi Usaha
No. Lokasi Usaha Jumlah Responden Presentase (%) 1 Menyatu tempat tinggal 21 47,67 2 Memisah tempat tinggal 24 53,33 Total 45 100
Sumber: Data primer diolah (2011)
Tabel 5 menunjukan bahwa antara usaha yang menyatu dengan tempat
tinggal dengan usaha yang memisah dengan tempat tinggal tidak memiliki
perbedaan jumlah yang signifikan. Usaha yang menyatu dengan tempat tinggal
sebanyak 47,67% sebagian besar merupakan usaha produksi dan jasa kuliner,
sedangkan usaha yang memisah dengan tempat tinggal sebanyak 53,33%
merupakan usaha pedagang dan sebagian usaha jasa kuliner.
Prioritas usaha dibedakan menjadi usaha utama dan usaha sampingan.
Usaha utama adalah usaha yang penghasilannya merupakan pendapatan terbesar
rumah tangga dan digunakan untuk memenuhi sebagian besar konsumsi rumah
tangga. Sedangkan usaha sampingan adalah usaha yang penghasilannya bukan
pendapatan terbesar atau utama melaikan sebagai tambahan pendapatan utama
73
suatu rumah tangga. Tabel 6 di bawah ini menyajikan presentase responden
berdasarkan prioritas usaha yang dijalankan.
Tabel 6. Presentase Responden Berdasarkan Prioritas Usaha
No. Prioritas Usaha Jumlah Responden Presentase (%) 1 Usaha Utama 38 84,44 2 Usaha Sampingan 7 15,56 Total 45 100
Sumber: Data primer diolah (2011)
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa sebanyak 84,44% responden
mengaku usaha makanan olahan yang mereka jalankan merupakan prioritas
utama, dimana pendapatan dari usaha tersebut memenuhi sebagian besar
konsumsi rumah tangga. Sedangkan 15,56% responden lain mengaku usaha yang
dijalankan merupakan usaha sampingan, dimana pendapatan usaha tersebut
bukanlah pendapatan utama rumah tangga, melainkan hanya sebagai tambahan
pendapatan keluarga.
Responden menentukan lama usaha yang sudah mereka jalankan dengan
memilih satu dari empat interval dalam satuan tahun. Gambar 8 di bawah ini
menerangkan bahwa paling banyak responden telah menjalankan usaha makanan
olahan lebih dari 5 tahun, yaitu dengan presentase sebesar 64,44% atau sejumlah
29 responden. Selain itu 26,67% responden telah menjalankan usaha selama 3-5
tahun dan 8,89% responden mengaku telah menjalankan usaha mereka selama 1-3
tahun. Sedangkan tidak ada responden (0,00%) yang telah menjalankan usaha
dibawah 1 tahun.
74
Gambar 8. Presentase Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha Sumber: Data primer diolah (2011)
Usaha responden diklasifikasikan juga berdasarkan sumber modal awal
pembentukan usaha. Dari data hasil penelitian didapat 86,67% responden
mendirikan usaha menggunakan modal pribadi/sendiri. 13,33% responden
menggabungkan modal pribadi dan modal pinjaman sebagai modal awal pendirian
usaha. Sedangkan tidak ada (0,00%) responden yang menggunakan seluruh modal
pinjaman untuk pendirian awal usaha. Usaha responden berdasarkan sumber
modal awal ditunjukan oleh Tabel 7.
Tabel 7. Presentase Responden Berdasarkan Sumber Modal Usaha
No. Sumber Modal Awal Jumlah Responden Presentase (%) 1 Pribadi 39 86,67 2 Pinjaman 0 0 3 Pribadi + Pinjaman 6 13,33 Total 45 100
Sumber: Data Primer diolah (2011)
0
4
12
29
0,00% 8,89% 26,67% 63,33%0
5
10
15
20
25
30
35
< 1 Th. 1 - 3 Th. 3 -5 Th. > 5 Th.
Lama Usaha
Jumlah Responden
75
4.8 Kondisi Pemanfaatan Kredit
Kredit yang dimanfaatkan oleh pengusaha makanan olahan adalah
program kredit dana bergulir yang disalurkan oleh Koperasi Jasa Keuangan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama
Utara. Kondisi pemanfaatan kredit yang dimaksud adalah persepsi maupun
informasi yang didapatkan oleh para pemanfaat mengenai prosedur dan proses
pemanfaatan kredit sebagai upaya menambah modal usaha. Beberapa pertanyaan
mengenai pemanfaatan kredit oleh pengguna diajukan melalui kuesioner. Adapun
pertanyaan tersebut terkait informasi program kredit, lama memanfaatkan kredit,
jumlah kredit yang dimanfaatkan, prosedur penyaluran kredit, juga tingkat
pendapatan usaha sebelum dan setelah memanfaatkan kredit.
Adanya program kredit dana bergulir pada KJK PEMK Kebayoran Lama
utara disosialisasikan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
anggota koperasi. Sosialisasi langsung dilakukan sendiri oleh pengelola dan
pengurus koperasi kepada kelompok masyarakat sebagai anggota koperasi.
Sosialisasi tidak langsung dilakukan oleh masyarakat ke masyarakat lainnya
(teman/tetangga), selain itu diharapkan masyarakat ingin mencari informasi
sendiri terkait program dan prosedur pemanfaatan kredit pada KJK PEMK
Kebayoran Lama Utara.
Tabel 8 di bawah ini menunjukan bahwa sebagian besar responden yaitu
57,78% mengetahui program kredit melalui sosialisasi langsung oleh koperasi.
Sosialisasi langsung oleh koperasi yaitu dalam bentuk seminar dan pemasaran
secara langsung kepada anggota koperasi oleh pengelola dan pengurus, juga ketua
76
RT dan RW setempat. Sisanya sebanyak 42,22% responden mengaku
mendapatkan informasi tersebut dari teman/tetangga mereka yang telah lebih dulu
memanfaatkan program kredit dana bergulir KJK PEMK.
Tabel 8. Presentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi Program Kredit
No. Sumber Informasi Jumlah Responden Presentase (%) 1 Sosialisasi Koperasi 26 57,78 2 Teman/tetangga 19 42,22 3 Mencari sendiri 0 0 Total 45 100
Sumber: Data primer diolah (2011)
Lamanya responden memanfaatkan kredit yang disalurkan oleh KJK
PEMK Kebayoran Lama Utara dapat dilihat dalam Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Presentase Responden Berdasarkan Lamanya Pemanfaatan Kredit
No. Lama Pemanfaatan (tahun)
Jumlah Responden
Presentase (%)
1 < 1 5 11,11 2 1 13 28,89 3 2 19 42,22 4 3 8 17,78 Total 45 100
Sumber: Data primer diolah (2011)
Berdasarkan Tabel 9 diketahui paling banyak responden dengan presentase
sebesar 42,22% telah memanfaatkan kredit selama 2 tahun, dengan kata lain telah
memanfaatkan kredit selama 2 periode kredit. Selain itu 28,89% responden
mengaku telah memanfaatkan kredit selama 1 tahun dan 17,78% responden yang
memanfaatkan kredit selama 3 tahun. Presentase terkecil yaitu 11,11% merupakan
responden yang telah memanfaatan kredit selama dibawah 1 tahun.
Diharapkan seluruh anggota koperasi mengetahui dan mengikuti dengan
benar keseluruhan prosedur yang berlaku pada KJK PEMK Kebayoran Lama
77
Utara. Dalam penelitian ini responden diberikan pertanyaan mengenai prosedur
penyaluran kredit KJK PEMK. Pertanyaan terkait pengetahuan dan pemahaman
responden terhadap seluruh prosedur penyaluran kredit oleh koperasi. Tabel 10
menyajikan presentase responden atas jawaban dari pertanyaan “apakah anda
mengetahui dan mengikuti seluruh prosedur penyaluran kredit KJK PEMK?”.
Tabel 10. Presentase Jawaban Responden Atas Pengetahuan dan Pematuhan Prosedur Pemanfaatan Kredit
No. Jawaban Responden Jumlah Responden
Presentase (%)
1 Mengetahui dan mengikuti 43 95,56 2 Tidak Mengetahui dan mengikuti 0 0 3 Ragu-ragu 2 4,47 Total 45 100
Sumber: Data primer diolah (2011)
Berdasarkan Tabel 10 didapat bahwa sebagian besar responden, yaitu
sejumlah 95,56% mengaku mengetahui dan mengikuti seluruh prosedur
penyaluran kredit dana bergulir oleh KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.
Sebanyak 4,47% responden merasa ragu-ragu atas pengetahuan dan pelaksanaan
prosedur penyaluran kredit tersebut. Sedangkan tidak ada responden yang tidak
mengetahui dan tidak mengikuti prosedur penyaluran kredit. Hal tersebut
membuktikan bahwa secara keseluruhan sosialisasi program dan prosedur
penyaluran kredit dana bergulir oleh KJK PEMK dapat dipahami dan dijalankan
oleh masyarakat sebagai anggota koperasi.
Selain persepsi responden mengenai pengetahuan mereka tentang prosedur
penyaluran kredit, ditanyakan pula bagaimana pendapat responden mengenai
tingkat kemudahan dari pemenuhan prosedur tersebut. Tabel 11 di bawah ini
menyajikan presentase responden atas jawaban dari pertanyaan “Bagaimana
78
menurut anda tingkat kemudahan/kesulitan pemenuhan pemanfaatan kredit KJK
PEMK?”.
Tabel 11. Presentase Jawaban Responden Atas Kemudahan/kesulitan Pemenuhan Prosedur Pemanfaatan Kredit
No. Jawaban Responden Jumlah Responden Presentase (%) 1 Mudah 31 68,89 2 Sedang 14 31,11 3 Sulit 0 0,00 Total 45 100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 11 diketahui sebanyak 68,89% responden menjawab
bahwa pemenuhan prosedur kredit dapat dikatakan mudah. 31,11% responden lain
mengaku pemenuhan prosedur penyaluran kredit sedang, artinya tidak mudah juga
tidak terlalu sulit. Sedangkan tidak ada responden yang mengaku pemenuhan
prosedur kredit dana bergulir sulit.
Tujuan diadakannya program kredit tidak terlepas dari asumsi bahwa
penyaluran sejumlah kredit dapat menambah modal usaha dan membantu
mengembangkan usaha, khususnya pengusaha makanan olahan anggota KJK
PEMK Kebayoran Lama Utara. Tabel 12 berikut menyajikan presentase jawaban
responden atas pertanyaan “Apakah anda merasa modal usaha terbantu dengan
adanya program kredit KJK PEMK?”.
Tabel 12. Presentase Jawaban Responden Atas Terbantu/Tidak Modal Usaha dengan Program Kredit
No. Jawaban Responden Jumlah Responden Presentase (%)
1 Modal usaha terbantu 44 97,78 2 Modal usaha tidak terbantu 0 0 3 Ragu-ragu 1 2,22 Total 45 100
Sumber: Data primer diolah (2011)
79
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa sebagian besar responden, yaitu
sejumlah 97,78% mengaku modal usaha mereka terbantu dengan adanya program
kredit dana bergulir yang disalurkan KJK PEMK. Pada kajian ini tidak ada
responden yang menjawab tidak terbantu oleh kredit, namun terdapat sejumlah
2,22% responden yang ragu-ragu mengenai usahanya terbantu atau tidak.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 45 orang yang merupakan pemanfaat
kredit dana bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara yang memiliki usaha
makanan olahan. Hasil dalam penelitian ini merupakan data yang didapat secara
langsung dari responden terkait jumlah kredit dan tingkat pendapatan yang
diterima responden selaku pemanfaat kredit.
Jumlah kredit dan tingkat pendapatan yang diterima oleh pengusaha
makanan olahan yang termasuk anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
kemudian dihitung dan dianalisis. Perhitungan dan analisis data tersebut dilakukan
untuk mengetahui bagaimana hubungan (korelasi) antara kedua variabel,
mengetahui apakah ada pengaruh kredit terhadap tingkat pendapatan dan
menganalisis berapa besar pengaruh kredit terhadap tingkat pendapatan.
Data yang didapat secara langsung melalui kuesioner diolah dan kemudian
diperlihatkan kedalam satu tabel. Untuk memudahkan responden dalam
memberikan jawaban atas tingkat pendapatan, maka digunakan nilai interval
(berjenjang) sebagai pilihan jawaban. Data jumlah kredit yang diterima responden
dan tingkat pendapatan responden sebelum dan setelah menggunakan kredit
disajikan dalam lampiran.
81
Jumlah plafon kredit yang diberikan oleh KJK PEMK Kebayoran Lama
Utara kepada para anggota berkisar antara 1 – 5 Juta Rupiah. Menggunakan
interval 1 Juta Rupiah, berikut grafik yang menggambarkan jumlah dan presentase
responden berdasarkan jumlah kredit yang dimanfaatkan.
Gambar 9. Responden Berdasarkan Jumlah Kredit yang Dimanfaatkan Sumber: Data primer diolah (2011)
Berdasarkan Gambar 9 diketahui sejumlah 38,33% responden menerima
kredit sebesar 5 Juta Rupiah. Kredit dengan jumlah 5 Juta Rupiah merupakan
jumlah kredit yang paling banyak disalurkan. Sebanyak 28,89% responden
menerima kredit sejumlah 2 Juta Rupiah. 17,78% responden lain menerima kredit
sejumlah 3 Juta Rupiah. Sebanyak 13,33% responden mengaku mendapatkan
kredit sejumlah 1 Juta Rupiah. Presentase terkecil yaitu 6,67% responden
mengaku mendapatkan kredit sebesar 4 Juta rupiah.
Tingkat pendapatan para pemanfaat kredit dibedakan menjadi 2
karakteristik, yaitu tingkat pendapatan sebelum memanfaatkan kredit dan tingkat
pendapatan setelah memanfaatkan kredit KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.
6
13
8
3
15
13,33% 28,89% 17,78% 6,67% 38,33%02468
10121416
1 Jt. 2 Jt. 3 Jt 4 Jt 5 Jt
Jumlah Kredit (Rupiah)
Jumlah Responden
82
Diharapkan pendapatan anggota koperasi meningkat dengan adanya program
kredit tersebut. Gambar 10 merupakan grafik tingkat pendapatan responden
sebelum memanfaatkan kredit dan gambar 11 merupakan grafik tingkat
pendapatan responden setelah memanfaatkan kredit.
Gambar 10. Tingkat Pendapatan Responden Sebelum Memanfaatkan Kredit Sumber: Data primer diolah (2011)
Berdasarkan Gambar 10 diketahui tingkat pendapatan sebelum
memanfaatkan kredit memiliki persentase terbesar adalah responden dengan
tingkat pendapatan 2,5 – 3 Juta Rupiah dan 3 – 3,5 Juta Rupiah perbulan yaitu
sama-sama sejumlah 24,44% responden. Diikuti dengan 17,78% responden yang
berpenghasilan 1 –1,5 Juta Rupiah perbulan. Sejumlah 6 responden (13,33%)
mengaku memiliki tingkat pendapatan 1,5 - 2 Juta Rupiah perbulan. Selain itu
terdapat 8,89% responden dengan tingkat pendapatan sekitar 2 – 2,5 Juta Rupiah.
Terdapat 4,4% responden berpenghasilan dibawah 1 Juta Rupiah, namun tidak ada
2
8
6
4
11 11
1 0 2 0
4,44%
17,78%
13,33%
8,89%
24,44% 24,44%
4,44%
0
2
4
6
8
10
12
< 1 1- 1,5 1,5 - 2 2 - 2,5 2,5 - 3 3 - 3,5 3,5 - 4 4 - 4,5 4,5 - 5 > 5
Tingkat Pendapatan (Juta Rupah)
Jumlah Responden
2,22%
83
responden (0%) yang memiliki tingkat pendapatan 4– 4,5 Juta Rupiah ataupun
lebih dari 5 Juta Rupiah.
Gambar 11. Tingkat Pendapatan Responden Setelah Memanfaatkan Kredit Sumber: Data primer diolah (2011)
Tingkat pendapatan responden mengalami perbedaan yang cukup besar
setelah memanfaatkan kredit. Berdasarkan Gambar 11 diketahui presentase
terbesar adalah responden dengan tingkat pendapatan 3 – 3,5 Juta Rupiah yaitu
sebanyak 33,33%, sedangkan responden dengan tingkat pendapatan 2 – 2,5 Juta
Rupiah hanya sejumlah 8,89%. Gambar 11 juga menunjukan bahwa tidak ada
(0%) responden yang berpenghasilan dibawah 1 Juta Rupiah dan terdapat 2,22%
responden dengan tingkat pendapatan 4 – 4,5 Juta Rupiah. Selain itu diketahui
6,67% responden mengaku mencapai tingkat pendapatan diatas 5 Juta Rupiah
perbulan setelah memanfaatkan kredit.
0
4
8
34
15
6
1 03
6,67%8,89%
17,78%
8,89%
33,33%
15.56%
2,22%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
< 1 1- 1,5 1,5 - 2 2 - 2,5 2,5 - 3 3 - 3,5 3,5 - 4 4 - 4,5 4,5 - 5 > 5
Tingkat Pendapatan (Juta Rupah)
Jumlah Responden
6,67%
84
5.1.1 Perhitungan Korelasi Faktor Kredit Dengan Tingkat Pendapatan
Analisis korelasi Product Moment digunakan untuk mengetahui terdapat
atau tidaknya hubungan antara variabel jumlah kredit dengan tingkat pendapatan.
Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua
variabel dan tanda positif atau negatif menentukan searah atau berlawanan aranya
kedua variabel. Berdasarkan data yang diambil melalui kuesioner kepada
responden, berikut hasil perhitungan koefisien korelasi antara variabel jumlah
kredit dengan tingkat pendapatan menggunakan SPSS.
Tabel 13. Koefisien Korelasi
Correlations
Kredit Pendapatan
Kredit Pearson Correlation 1 .474*
Sig. (2-tailed) .001
N 45 45 Pendapatan Pearson Correlation .474* 1
Sig. (2-tailed) .001 N 45 45
*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS didapatkan angka korelasi antara
jumlah kredit dengan tingkat pendapatan sebesar 0,474. Artinya, kekuatan
hubungan variabel kredit dengan variabel pendapatan dapat dikatakan sedang.
Korelasi positif menunjukan bahwa hubungan antara jumlah kredit dengan tingkat
pendapatan searah. Artinya, jika jumlah kredit semakin banyak maka pendapatan
akan meningkat atau sebaliknya.
Untuk melihat hubungan antara variabel jumlah kredit dengan tingkat
pendapatan signifikan atau tidak dilihat dari angka signifikansi atau probabilitas
85
(ρ). Probabilitas didapat 0,001 yang lebih kecil dari α=0,01. Ketentuan
mengatakan jika angka probabilitas (ρ) < α maka ada hubungan yang signifikan
antara kedua variabel tersebut. Terbukti bahwa jumlah kredit mempunyai
hubungan secara signifikan dengan tingkat pendapatan pada tingkat kepercayaan
99% atau tingkat kesalahan1%.
5.1.2 Perhitungan Regresi Faktor Kredit yang Mempengaruhi Tingkat
Pendapatan
Regresi linier digunakan untuk mengestimasi besarnya koefisien dari
persamaan linier yang menggunakan variabel bebas (jumlah kredit) sebagai alat
prediksi besarnya nilai variabel tergantung (tingkat pendapatan). Untuk
mengetahui apakah jumlah kredit mempengaruhi tingkat pendapatan digunakan
angka-angka pada Tabel 14.
Tabel 14 digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh jumlah
kredit terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. Uji t digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian.
Tabel 14. Koefisien Regresi dan Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.538 .484 3.179 .003
Kredit .485 .137 .474 3.533 .001
a. Dependent Variable: Pendapatan
86
Berdasarkan Tabel 14 diketahui nilai konstanta (a) sebesar 1,538 dan
koefisien regresi (b) sebesar 0,485 serta harga thitung sebesar 3,533 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,001. Berdasarkan angka-angka tersebut diperoleh
persamaan sebagai berikut:
Y = 1,538 + 0,485X
Angka 1,538 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukan jika tidak
terdapat kredit maka tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan adalah
sebesar 1,538 Juta Rupiah. Koefisien regresi faktor kredit bernilai positif sebesar
0,485. Tanda positif menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang searah antara
faktor kredit terhadap tingkat pendapatan. Artinya apabila terjadi penambahan
sebesar 1 Rupiah untuk jumlah kredit, maka akan terjadi kenaikan tingkat
pendapatan sebesar 0,485 Rupiah. Hal ini membuktikan bahwa penambahan
jumlah kredit yang dimanfaatkan akan meningkatkan pendapatan pengusaha.
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh koefisien dari
variabel bebas (jumlah kredit) terhadap variabel tak bebas (pendapatan). Untuk
pengujian tersebut diperlukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : bi = 0, artinya jumlah kredit tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
pendapatan pada tingkat kepercayaan tertentu.
H1 : bi ≠ 0, artinya jumlah kredit berpengaruh nyata terhadap tingkat
pendapatan pada tingkat kepercayaan tertentu.
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS pada Tabel 14 diperoleh harga thitung
sebesar 3,533 dan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Pada tingkat kepercayaan
99% atau tingkat kesalahan 1% didapat harga ttabel sebesar 2,704. Berdasarkan hal
87
tersebut didapat thitung (3,533) lebih besar dari ttabel (2,704) serta memiliki nilai
signifikansi lebih kecil dari α (0,01), maka H0 ditolak dan terima H1. Artinya,
koefisien jumlah kredit signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%
dimana terdapat pengaruh yang nyata antara jumlah kredit terhadap tingkat
pendapatan.
5.1.3 Perhitungan Koefisien Determinasi Faktor Kredit Terhadap Tingkat
Pendapatan
Perhitungan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa
besar variasi perubahan jumlah kredit dapat menjelaskan variasi perubahan tingkat
pendapatan pengusaha makanan olahan. Nilai koefisien determinasi (R2) dapat
dilihat pada tabel model summary yang merupakan hasil perhitungan statistik
menggunakan bantuan SPSS. Tabel 15 di bawah ini merupakan tabel model
summary hasil perhitungan SPSS.
Tabel 15. Model Summary
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .474a .225 .207 1.31493
a. Predictors: (Constant), Kredit
b. Dependent Variable: Pendapatan
Berdasarkan Tabel 15 diketahui nilai koefisien determinasi (R2) adalah
sebesar 0,225. Artinya, sebesar 22,5% variasi perubahan tingkat pendapatan yang
terjadi dapat dijelaskan oleh variasi perubahan jumlah kredit. Sedangkan sisanya
yaitu 77,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang belum dimasukan dalam
model penelitian ini.
88
5.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini menggunakan teori-teori yang sebelumnya
dijelaskan sebagai dasar dari penelitian dan kemudian dibandingkan dengan hasil
analisis data yang didapat.
5.2.1 Hubungan Kredit Dengan Tingkat Pendapatan
Menurut Kasmir (2002:105) pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai
beberapa tujuan yang hendak dicapai. Salah satu tujuan pemberian suatu kredit
adalah membantu usaha nasabah. Suatu kredit bertujuan membantu usaha
nasabah/anggota yang memerlukan dana, baik untuk investasi maupun modal
kerja. Pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usaha dengan
adanya dana tersebut.
Pendapatan berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta diukur
dengan pembebanan yang dikenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewa
untuk barang dan jasa yang disediakan bagi mereka”. Pendapatan juga
mencangkup keuntungan dari penjualan. Suatu keberhasilan usaha dapat dilihat
dengan berapa besarnya tingkat pendapatan yang diterima dari hasil usaha
tersebut. Suatu kredit dapat dikatakan memiliki hubungan dengan tingkat
pendapatan usaha.
Hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa jumlah kredit
mempunyai hubungan dengan tingkat pendapatan. Didapat angka korelasi yang
positif sebesar 0,474. Artinya jumlah kredit dana bergulir dengan tingkat
pendapatan pengusaha makanan olahan anggota KJK PEMK Kebayoran Lama
Utara memiliki kekuatan hubungan sebesar 47,4%.
89
5.2.2 Pengaruh Kredit TerhadapTingkat Pendapatan
Disamping memiliki tujuan, pemberian suatu kredit juga memiliki
beberapa fungsi yang luas. Kasmir (2002:107) merumuskan 8 fungsi kredit, 2
diantaranya merupakan fungsi kredit yang berhubungan dengan tingkat
pendapatan usaha, yaitu:
1) Kredit berfungsi untuk meningkatkan gairah berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegiatan berusaha,
terutama nasabah yang memliki modal usaha pas-pasan. Kesempatan
memperoleh kredit membuat nasabah bergairah untuk memperbesar dan
memperluas usaha.
2) Kredit berfungsi untuk meningkatkan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama
dalam hal peningkatan pendapatan. Jika suatu kredit digunakan untuk
membuka suatu usaha, maka dapat meningkatkan pendapatan dan
mengurangi pengangguran.
Berdasarkan teori yang dijelaskan sebelumnya seharusnya pemberian
suatu kredit dapat mempengaruhi suatu usaha nasabah yang berhubungan juga
dengan tingkat pendapatan usaha. Hasil penelitian ini menunjukan adanya
pengaruh yang nyata dan positif dari jumlah kredit dana bergulir terhadap tingkat
pendapatan usaha. Hal tersebut membuktikan bahwa kredit dana bergulir KJK
PEMK Kebayoran Lama Utara berfungsi atau memiliki pengaruh terhadap
peningkatan pendapatan pengusaha makanan olahan anggota koperasi.
90
5.2.3 Besar Pengaruh Kredit TerhadapTingkat Pendapatan
Hasil perhitungan dan analisis data mendapatkan besarnya pengaruh
variabel jumlah kredit terhadap tingkat pendapatan ialah positif 0,485. Nilai
positif 0,485 merupakan nilai koefisien regresi, yang berarti bahwa setiap adanya
penambahan 1 Rupiah kredit, maka akan mempengaruhi secara positif
(menambah) tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan sebesar 0,485
Rupiah. Pengaruh kredit dana bergulir terhadap tingkat pendapatan pengusaha
makanan olahan anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara dapat dikatakan
rendah.
Rendahnya pengaruh tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa alasan,
yaitu adanya pembatasan jumlah kredit maksimal yang ditetapkan oleh Unit
Pengelola Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (UPDB
PEMK) yaitu sebesar 5 juta rupiah. Hal ini tidak memungkinkan perluasan usaha
secara signifikan sehingga pengaruhnya terhadap pendapatan juga rendah. Selain
itu penilaian atas kondisi anggota dan usahanya (5C’s) yang dilakukan oleh
koperasi dititikberatkan pada penilaian terhadap karakter (Character/C1). Bukan
berarti penilaian terhadap kemampuan (Capacity/C2), Modal (Capital/C3),
kondisi dan prospek usaha (Condition/C4), juga Agunan (Collaterral/C5)
diabaikan, namun kepercayaan kepada anggota sangat mempengaruhi jumlah
kredit yang disalurkan, salah satunya dilihat dari kemauan dan kemampuan
anggota dalam proses pengembalian kredit pada program-program kredit
sebelumnya yang telah dilakukan oleh koperasi.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Koperasi Jasa Keuangan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama
Utara dan kepada pengusaha makanan olahan sebagai pemanfaat kredit diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai koefisien regresi 0,485 menunjukan bahwa setiap adanya penambahan
sebesar 1 Rupiah kredit dana bergulir, maka akan mempengaruhi tingkat
pendapatan secara positif (menambah) sebesar 0,485 Rupiah. Hal ini
membuktikan bahwa pemberian kredit dana bergulir KJK PEMK Kebayoran
Lama Utara memiliki fungsi atau mempengaruhi peningkatan pendapatan
pemanfaat, khususnya pada usaha makanan olahan.
2. Besarnya koefisien determinasi adalah 22,5%. Berdasarkan hal tersebut,
sebesar 22,5% variasi perubahan tingkat pendapatan yang terjadi dapat
dijelaskan oleh variasi perubahan jumlah kredit dan sisanya 77,5% dijelaskan
oleh faktor lain yang belum dimasukan dalam model penelitian ini.
6.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dari penelitian ini dapat disarankan beberapa hal,
yaitu sebagai berikut:
92
1. Kepada KJK PEMK Kebayoran Lama Utara disarankan untuk
meningkatkan jumlah pemanfaat kredit di wilayah Kelurahan Kebayoran
Lama Utara agar semakin banyak pengusaha yang dapat meningkatkan
pendapatan usaha mereka.
2. Kepada Pengelola Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Kelurahan (UPDB PEMK) disarankan untuk dapat meningkatkan nilai
kredit maksimal yang dapat dikucurkan koperasi kepada anggota.
3. Perlu penelitian lanjutan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan anggota
Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara, mengingat koefisien
determinasi adalah sebesar 0,225.
DAFTAR PUSTAKA Anoraga,P. & N. Widiyanti. Dinamika Koperasi. (Jakarta: PT.Rineka Cipta,2007). Arsyad, L. Lembaga Keuangan Mikro: Institusi, Kinerja, & Sustainabilitas.
(Yogyakarta: Andi Offset, 2008). Arthesa, A. & E. Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. (Jakarta:
Indeks, 2006). Budianto, N. Pengaruh Pemberian Kredit Produksi Terhadap Pendapatan Anggota
Koperasi Banjar Sartha Sarjana (BATHARA) DI Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004 [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ilmu Sosial; 2005).
Dahlanforum. Pengertian Pendapatan. 22 Desember 2007: 1 hlm.
http://dahlanforum.okrek.com, 4 November 2010, pk. 14.35 WIB. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Jakarta, Balai Pustaka: 2002). Desanto W, Rino. Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Tingkat Pendapatan
Industri Kecil Kota Madiun [Skripsi] . Madiun: Politeknik Madiun;2007. Dewi, D. Pengaruh Pembiayaan Produktif Pada Pengadaian Syariah Terhadapt
Peningkatan Nasabah [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Syariah dan Hukum; 2008.
Dinas Koperasi UKM Prov. DKI Jakarta. Peraturan dan Prosedur LKM
Koperasi. (Jakarta: Dinas Koperasi UKM, 2008). Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Prov. DKI Jakarta. Buku Saku
Pemantapan Pelaksanaan Penyaluran Dana Bergulir. (Jakarta: Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Prov. DKI Jakarta, 2009).
Firdaus, M & A. E. Susanto. Perkoperasian: Sejarah, Teori dan Praktek. (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2004). Hasan, I. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferesif). (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003) Hendar & Kusnadi. Ekonomi Koperasi. (Jakarta: Penerbit FEUI, 2002). Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2005).
94
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002). Kasmir. Manajemen Perbankan. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003). Kelurahan Kebayoran Lama Utara. Profil Wilayah dan Keadaan Umum
Kelurahan Kebayoran Lama Utara. (Jakarta: Kel. Keb.Lama Utara, 2008). Muhidin, S. A. & M. Abdurahman. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam
Penelitian. (Bandung: Pusaka Setia, 2007). Pachta W. A. Hukum Koperasi Indonesia: Pemahaman, Regulasi dan Modal
Usaha. (Jakarta: Kencana:, 2007). Pangabean, R. Efektifitas Program Dana Bergulir Bagi Koperasi dan UKM.
(Jakarta: Infokop, 2005) Pamungkas, R. A. Industri Makanan Olahan Berpotensi Dikembangkan. 30 Juni
2010: 1hlm. http://economy.okezone.com 3 Agustus 2010, pk. 20.20 WIB. Rahardja, P. & M. Manurung. Teori Ekonomi Mikro. (Jakarta: Lembaga Penerbit
FEUI, 2002). Riahi, A. & Belkaoui. Teori Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2006). Rustam. Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.23. 2002: 9 hlm.
http://library.usu.ac.id, 21 Oktober 2010, pk. 23.40 WIB. Sa’ad, A. A. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Peningkatan Pendapatan
Nasabah BMT Berkah Madani [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Syariah dan Hukum; 2010.
Sevilla, Consuelo G. Pengantar Metode Penelitian. (Jakarta: UI Press, 2006). Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung:
Alfabeta, 2008). Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2009). Suyatno, T. Dasar-dasar Perkreditan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama:, 1995). Tohar, M. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. (Yogyakarta: Kanisius, 2000).
95
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 96 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
Menimbang :
• bahwa dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, pertu dibangun dan dikembangkan pola pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan;
• bahwa dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dibentuk dana bergulir pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan;
• bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pengelolaan Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan.
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2005 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
oleh Koperasi; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
96
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara / Daerah;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
17. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 3511KEP/M.IX11/1998, tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi
18. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11Prt/M.KUKM/1/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi;
19. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
20. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007 - 2012;
21. 21. Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2007 tentang Arah Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan.
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta. 4. Dinas adalah Dinas yang menyelenggarakan tugas pembinaan, perlindungan dan
pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah. 5. Kelurahan adalah Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Dana Bergulir adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah yang merupakan kelompok pembiayaan diperuntukan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan yang dimanfaatkan secara bergulir.
7. Lembaga Keuangan Mikro Koperasi yang selanjutnya disebut LKM Koperasi adalah Lembaga Keuangan Mikro Koperasi yang dibentuk oleh masyarakat kelurahan setempat yang menjadi mitra dalam pengelolaan dana bergulir.
97
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
9. Bank adalah PT Bank DKI.
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Penyediaan dan pengelolaan dana bergulir dimaksudkan untuk memberi kemudahan akses permodalan bagi masyarakat di kelurahan yang bersangkutan. Pasal 3 Penyediaan dan pengelolaan dana bergulir bertujuan untuk: a. meningkatkan kemampuan kewirausahaan masyarakat kelurahan; b. meningkatkan perekonomian masyarakat Kelurahan; c. menciptakan Lapangan kerja. BAB III ASAS Pasal 4 Pengelolaan dana bergulir dilaksanakan sesuai dengan asas:
• Keadilan yang berarti dana bergulir dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat kelurahan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
• Kemitraan yang berarti terciptanya kerja sama yang saling membutuhkan dan menguntungkan.
• Kesederhanaan yang berarti proses pengelolaan dana bergulir diLakukan dengan prosedur yang sederhana, mudah, cepat, dan tepat serta tertib administraSi.
• Akuntabet yang berarti setiap kegiatan pengelolaan dana berguLir dapat dipertanggungjaWabkafl secara obyektif dan terukur.
• Transparansii yang berarti penerimaan, pencatatan, penyaluran, pengembalian, peLaporan dan pertanggungiaWabafl sesuai dengan kaidah-kaidah keuangan.
• Taat asas yang berarti seluruh kegiatan pengelolaan dana bergutir dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
BAB IV STATUS, SIFAT DAN SUMBER Pasal 5 Dana bergulir merupakan uang milik Pemerintah Daerah dengan status kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. Pasal 6 Sesuai dengan peruntukannya Dana Bergulir dimanfaatkan sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat Kelurahan yang bersifat bergulir
98
Pasal 7 Dana bergulir bersumber dari: a. APBD alokasi pembiayaan; b. Jasa Pemanfaatan dana bergulir; c. Hibah dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat. BAB V PENGELOLAAN Pasal 8
1. Pengelolaan dana bergulir dilaksanakan oleh Unit pelaksana Teknis Dinas; 2. Dalam melaksanakan pengelolaan dana bergulir, pengelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bekerjasama dengan LKM Koperasi, Bank dan/atau pihak ketiga yang berkompeten.
3. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur.
BAB VI PEMANFAAT DAN JASA PEMANFAATAN Pasal 9 Pemanfaat dana bergulir adalah orang perseorangan atau kelompok masyarakat yang potensial atau memiliki usaha produktif berskala mikro, tidak memiliki akses perbankan, berdomisili dan bertempat tinggal di kelurahan setempat. Pasal 10
1. Atas pemanfaatan dana bergulir oleh pemanfaat sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 9, dikenakan jasa pemanfaatan.
2. Besaran jasa pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan mempertimbangkan:
o Nilai tambah yang dihasilkan dari pemanfaatan dana bergulir oleh pemanfaat; o Risiko penyaluran dana; o Daya beli masyarakat; o Keberlangsungan dana bergulir.
3. Jasa pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besarannya ditetapkan oleh UPT sesuai dengan Keputusan Gubernur.
Pasal 11
1. Jasa pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dialokasikan untuk: a. belanja operasional UPT; b. jasa mitra kerja pengelolaan; c. penambahan dana bergulir.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran alokasi peruntukan dan prosentase pembagian jasa pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
99
BAB VII PENYALURAN, PENAGIHAN DAN PENGEMBALIAN Pasal 12
1. Penyaluran dan penagihan dana bergulir kepada dan dari pemanfaat dilaksanakan oleh UPT.
2. Dalam melaksanakan penyaluran dan penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) UPT bekerjasama dengan LKM Koperasi yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Pasal 13
1. Dana bergulir yang disalurkan oleh LKM Koperasi kepada pemanfaat wajib dikembalikan oleh LKM Koperasi kepada UPT sesuai dengan perjanjian antara UPT dengan LKM Koperasi.
2. Pengembalian dana bergulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pokok pinjaman b. jasa pemanfaatan.
BAB VIII PEMBINAAN DAN EVALUASI Pasal 14
1. Pembinaan dan evaluasi pengelolaan dana bergulir dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah terkait.
2. Pembinaan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi implementasi kebijakan, pengelolaan, kemitraan dan pemanfaatan dana bergulir.
BAB IX PENGAWASAN Pasal 15 Pengawasan terhadap pengelolaan dana bergulir dilaksanakan oleh: a. Lembaga Negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. b. Aparat pengawasan fungsional pemerintah.
Lampiran 2. Flow Chart Prosedur Pengajuan dan Pengguliran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
100
Anggota koperasi calon pemanfaat mengisi formulir
pengajuan kredit
Pengajuan kredit calon pemanfaat dipelajari pengelola koperasi
Calon pemanfaat dan pengelola menyepakati jumlah kredit dan
jumlah bagi hasil.Kesepakatan dituangkan dalam Surat
Perjanjian Kerjasama (SPK)
Pengajuan kredit diterima
Calon pemanfaat diwawancara
(menentukan jumlah kredit dan jumlah bagi hasil)
Pengajuan kredit ditolak
Kredit dana bergulir diserahkan/dicairkan kepada
pemanfaat sesuai dengan SPK
101
PENGARUH KREDIT DANA BERGULIR TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA MAKANAN OLAHAN
ANGGOTA KOPERASI KJK PEMK KEBAYORAN LAMA UTARA
Oleh: Regina Sari (106092002996)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua. Perkenalkanlah saya selaku mahasiswa meminta bantuan kepada Anda untuk mengisi kuesioner di bawah ini. Kuesioner ini merupakan alat bantu dalam penelitian skripsi saya. Sekecil apapun informasi yang Anda berikan kepada saya akan sangat besar artinya bagi kelancaran penelitian skripsi saya ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih. Wassalamu,alaikum Wr. Wb. KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI A. DATA RESPONDEN
1. Nama : 2. Alamat : RT: RW: No: 3. No. telp : 4. Usia : Thn. 5. Jenis Kelamin : L / P * 6. Pendidikan Terakhir : B. KONDISI USAHA
1. Jenis Usaha Makanan Olahan:
a. Produksi (pengolahan makanan jadi atau setengah jadi) b. Pedagang c. Jasa kuliner (rumah makan/restoran)
2. Status usaha: a. Milik sendiri b. Sewa
3. Lokasi usaha:
a. Menyatu dengan tempat tinggal b. Memisah dengan tempat tinggal 4. Prioritas usaha:
a. Pekerjaan utama b. Pekerjaan sampingan
5. Lama menjalankan usaha: a. < 1 Tahun c. 3 – 5 Tahun b. 1 – 3 Tahun d. > 5 Tahun
102
6. Sumber modal awal: a. 100% modal sendiri b. 100% modal pinjaman c. ……% modal sendiri + …...% modal pinjaman
C. KONDISI PEMANFAATAN KREDIT
1. Dari mana anda mendapat informasi adanya program kredit dana bergulir KJK PEMK?
a. Sosialisasi dari KJK PEMK b. Teman/tetangga c. Mencari informasi sendiri d. Lainnya:………………..
2. Sudah berapa lama anda memanfaatkan kredit KJK PEMK? bulan/tahun*
3. Berapakan jumlah kredit yang anda peroleh? Rp. 4. Apakah anda mengetahui dan mengikuti seluruh prosedur penyaluran kredit KJK PEMK?
a. Ya b. Tidak c. Ragu
5. Bagaimana menurut anda pemenuhan prosedur pemanfaatan kredit dana bergulir? a. Mudah b. Sedang c. Sulit
6. Apakah anda merasa modal usaha terbantu dengan adanya program kredit KJK PEMK?
a. Ya b. Tidak c. Ragu 7. Berapa jangka waktu kredit yang diberikan? bulan/tahun*
8. Bagaimana cara pengembalian kredit yang anda lakukan?
a. Langsung datang ke KJK PEMK b. Kolektif dengan kelompok c. Lainnya:…………………..
9. Pendapatan usaha:
1) Berapa pendapatan anda perbulan sebelum memanfaatkan kredit KJK PEMK?
a. < Rp. 1.000.000 f. Rp. 3.000.000 – 3.500.000 b. Rp. 1.000.000 – 1.500.000 g. Rp. 3.500.000 – 4.000.000 c. Rp. 1.500.000 – 2.000.000 h. Rp. 4.000.000 – 4.500.000 d. Rp. 2.000.000 – 2.500.000 i. Rp. 4.500.000 – 5.000.000 e. Rp. 2.500.000 – 3.000.000 j. > Rp. 5.000.000
2) Berapa pendapatan anda perbulan setelah memanfaatkan kredit KJK PEMK? a. < Rp. 1.000.000 f. Rp. 3.000.000 – 3.500.000 b. Rp. 1.000.000 – 1.500.000 g. Rp. 3.500.000 – 4.000.000 c. Rp. 1.500.000 – 2.000.000 h. Rp. 4.000.000 – 4.500.000 d. Rp. 2.000.000 – 2.500.000 i. Rp. 4.500.000 – 5.000.000 e. Rp. 2.500.000 – 3.000.000 j. > Rp. 5.000.000
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara
103
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana latar belakang berdirinya koperasi (sejarah berdirinya koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara) ?
2. Apa yang menjadi visi dan misi dari koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara ?
3. Bagaimana struktur organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara ? 4. Berapa jumlah anggota koperasi sampai dengan Desember 2010 ? 5. Siapa saja yang berhak menjadi anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara ? 6. Fasilitas apa saja yang diberikan koperasi kepada anggota ? 7. Apakah yang dimaksud kredit dana bergulir dan apa tujuan pemberian kredit
tersebut ? 8. Bagaimana prosedur pengajuan, pencairan, dan pemanfaatan kredit tersebut ? 9. Berapa jumlah pemanfaat kredit sampai dengan Desember 2010 ? 10. Ada berapa jenis usaha yang dijalankan oleh anggota koperasi yang
memanfaatkan kredit tersebut ?
Lampiran 5. Data Responden
104
No DATA RESPONDEN
Nama Alamat Usia Jenis Pendidikan Terakhir RW RT Thn Kelamin
1 Zakaria 11 9 52 L SD 2 Wasirun 5 1 33 L SD 3 Maryana 2 4 35 P SMA 4 Kamami 2 7 54 L SD 5 Nurudin 2 6 53 L SD 6 Roisah 11 12 49 P SMP 7 Masnur 11 14 52 P SMA 8 Piyoto 11 13 63 L SMP 9 Agustini 10 10 54 P SMP 10 Wagimin 10 10 50 L Tidak Sekolah 11 Solehah 9 2 57 P SD 12 Juwarni 6 14 50 P SMP 13 Sriyatun 8 7 40 P SD 14 Sri Bektini 3 5 58 P SMA 15 Nur Faizin 6 8 29 L SMA 16 Rokayah 11 9 46 P SD 17 Lamidi 8 11 35 L SD 18 Aman Sutrisna 3 2 36 L SMP 19 Rukiyah 6 9 48 P SMP 20 Ngatinem 8 7 45 P Tidak Sekolah 21 Sudarmono 6 9 55 L SMP 22 Marmunah 1 6 52 P SD 23 Siti Alawiyah 3 3 50 P SMP 24 Salman 6 8 48 L SD 25 Nurhadi 3 3 56 L SMA 26 Satinah 11 10 49 P SD 27 Amin 7 5 28 L SMP 28 Budi Apriyanto 6 14 39 L SD 29 Maemunah 6 8 38 P SMP 30 Wardaya 8 10 45 L SMP 31 Siti Sunarsih 11 12 56 P SD 32 Sutikno 6 7 48 L SD 33 Wartini 10 10 49 P SMP 34 Abdul Sahid 2 10 52 L SMP 35 Nahuya 8 7 39 L SMP 36 Siti Aminah 8 3 45 P SMP 37 Neneng Hulia 5 8 47 P SD 38 Neneng SK 11 13 38 P SMP
Lampiran 5. Data Responden
105
No DATA RESPONDEN
Nama Alamat Usia Jenis Pendidikan Terakhir RW RT Thn Kelamin
39 Sudarmi 6 14 56 P SD 40 Syamsudin 6 9 51 L SD 41 Yuyun Yuhaini 7 2 48 P SD 42 M. Yazid 8 5 49 L SMP 43 Achmad 6 15 36 L SMP 44 Juarsih 9 1 40 P SMP 45 Rusdayah 6 9 45 P SMP
Lampiran 6. Tabel Jumlah Kredit dan Tingkat Pendapatan
106
Tabel Jumlah Kredit dan Tingkat Pendapatan Responden
No. Responden
Jumlah Kredit (Juta Rupiah)
Tingkat Pendapatan (Juta Rupiah)
1 3 1.25 2 5 4.25 3 4 3.25 4 3 3.25 5 5 3.25 6 2 1.75 7 5 1.25 8 5 7.50 9 5 3.75 10 5 2.75 11 5 3.25 12 5 3.75 13 1,5 3.25 14 3 1.75 15 2 3.75 16 5 7.50 17 1 2.75 18 5 3.75 19 3 1.75 20 1,5 3.25 21 2 3.25 22 1 1.75 23 3 3.25 24 3,5 1.75 25 5 3.25 26 4 3.25 27 2 3.75 28 3 1.25 29 5 3.25 30 2 1.75 31 2 1.75 32 5 7.50 33 3 3.25 34 2 2.75 35 2 2.25 36 2 1.75 37 2 3.25 38 3 1.75 39 5 3.25 40 2 1.75 41 1,5 2.75 42 4 3.25 43 5 3.75 44 1 2.75 45 2 2.75
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Statistik SPSS 17.0
Correlations
Kredit Pendapatan
Kredit Pearson Correlation 1 .474**
Sig. (2-tailed) .001
N 45 45 Pendapatan Pearson Correlation .474** 1
Sig. (2-tailed) .001 N 45 45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Pendapatan 3.1000 1.47652 45 Kredit 3.2222 1.44425 45
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 Kredita . Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pendapatan
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .474a .225 .207 1.31493 a. Predictors: (Constant), Kredit b. Dependent Variable: Pendapatan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 21.577 1 21.577 12.479 .001a
Residual 74.348 43 1.729 Total 95.925 44
a. Predictors: (Constant), Kredit b. Dependent Variable: Pendapatan
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Statistik SPSS 17.0
108
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.538 .484 3.179 .003
Kredit .485 .137 .474 3.533 .001 a. Dependent Variable: Pendapatan
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 2.0225 3.9620 3.1000 .70027 45 Std. Predicted Value -1.539 1.231 .000 1.000 45 Standard Error of Predicted Value
.198 .363 .273 .050 45
Adjusted Predicted Value 1.9627 4.1249 3.0938 .70430 45 Residual -2.71199 3.53801 .00000 1.29990 45 Std. Residual -2.062 2.691 .000 .989 45 Stud. Residual -2.123 2.770 .002 1.014 45 Deleted Residual -2.87487 3.75051 .00618 1.36678 45 Stud. Deleted Residual -2.218 3.021 .016 1.065 45 Mahal. Distance .024 2.368 .978 .687 45 Cook's Distance .000 .230 .026 .059 45 Centered Leverage Value .001 .054 .022 .016 45 a. Dependent Variable: Pendapatan
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Statistik SPSS 17.0
Lampiran 9. Denah Lokasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
111
Lampiran 10. Peta Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara
112
Batas Wilayah:
• Utara : Jl. Kramat, (Kel. Keb.Lama Selatan dan Kel. Cipulir). • Timur : Kali Grogol, (Kel. Kramat Pela). • Selatan : Jl. Bintaro Raya, Jl. Bungur Raya, Kel. Kebayoran Lama Selatan. • Barat : Kel. Ulujami, Jl. Keb.Lama (Kel. Cipulir).