campur sari

19
Keberadaan Musik Campursari dalam Kebudayaan Indonesia Disusun oleh: Abdul Safiek Bachdar 0806355424 Disusun untuk memunuhi mata kuliah Kebudayaan Indonesia 0

Upload: saviq-bachdar

Post on 20-Jun-2015

5.619 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Campur Sari

Keberadaan Musik Campursari dalam Kebudayaan Indonesia

Disusun oleh:

Abdul Safiek Bachdar

0806355424

Disusun untuk memunuhi mata kuliah

Kebudayaan Indonesia

Program Studi Prancis

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia

2010

0

Page 2: Campur Sari

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

karunianya kami dapat menyelesaikan makalah Kebudayaan Indonesia ini. Tujuan penulisan

makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dalam ujian tengah semester mata kuliah wajib

Kebudayaan Indonesia serta rasa keingintahuan kami terhadap kebudayaan Indonesia

khususnya musik Campursari.

Makalah ini berisi beberapa informasi tentang sejarah musik campursari, tokoh-tokoh

musik campursari, serta peranan campursari dalam kebudayan Indonesia yang mana kami

harapkan dapat memberikan informasi kepada para pembaca khususnya teman-teman mata

kuliah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi

kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Akhir kata, kami mengucapakan terima kasih kepada Sitowati (sastra Prancis 2008)

yang telah membantu dan menyemangati dalam pembuatan makalah ini. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

 

 Depok, 20 Mei  2010

 

    

Penyusun

1

Page 3: Campur Sari

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………..........……………1

Daftar Isi ………………………………………………………………................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………...…………….3

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………...........4

1.3 Tujuan ………….……………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Musik Campursari…………………………………………….. 6

2.2 Tokoh Campur…............……………………………………….……… 6

2.3 Campursari Sebagai Genre Musik Baru……………………..………….7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………….......…………………………………...........12

Daftar Pustaka............………………………………………………………............13

2

Page 4: Campur Sari

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hingga sekarang ini semakin banyak orang membicarakan masalah kebudayaan.

Kebudayaan itu sendiri sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits

dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri1.

Ada beberapa pengertian tentang kebudayaan, yakni:

Menurut Herskovits, kebudayaan adalah sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu

generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,

yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai

anggota masyarakat2.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil

karya, rasa, dan cipta masyarakat3.

Sedangkan rumusan Ki Hajar Dewantara tentang Kebudayaan: (1) lahir, tumbuh,

berkembang, berbuah, sakit, tua, mundur dan akhirnya mati; (2) melakukan

perkawinan, kumpul tak bersatu, berasimilasi, melahirkan bentuk baru; (3)

Mengalami seleksi, yang kuat akan hidup, yang lemah akan mati; (4) Menyesuaikan

dengan alam (kodrat) dan zaman (masyarakat).4

Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah produk

masyarakat dari zaman ke zaman sehingga dimungkinkan kebudayaan mengalami

pembaharuan yang mengikuti perkembangaan zaman tanpa mengurangi nilai-nilai budaya itu

sendiri. Dalam kebudayaan terdapat unsur-unsur pembentuk yakni sistem pengetahuan,

organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, kepercayaan, mata pencaharian,

bahasa serta kesenian.

1 http://nurulasfiah.staff.umm.ac.id/2010/03/13/pengertian-kebudayaan/2 Soerjanto Poespowardojo, Strategi Kebudayaan. 1989.hlm.219.3 Ibid 1

4 http://hurek.blogspot.com/2009/10/campursari-itu-musik-apa.html

3

Page 5: Campur Sari

Kebudayaan Indonesia sendiri sangatlah kaya dan beragam, contohnya kesenian

Indonesia. Setiap daerah memiliki beragam kesenian yang mana setiap daerah menunjukan

keaslian bangsa dan eksistensi bangsanya, seperti lagu Soleram dari Provinsi Riau yang

menunjukan karakteristik orang melayu walaupun dalam liriknya dimodifikasi dalam bahasa

Indonesia.

Pada dasarnya kesenian Indonesia terdiri atas kesenian tradisional dan kesenian

modern. Adanya kesenian modern ditengah-tengah kesenian tradisional dianggap dapat

menimbulakan gejala perubahan suatu kebudayaan menjadi kebudayaan baru. Perubahan

terebut dapat terjadi secara internal maupun eksternal dari kebudayaan tersebut. Ini sangatlah

jelas pada dunia musik Indonesia.

Musik tradisional adalah musik yang hidup dalam masyarakat secara turun temurun,

dipertahankan sebagai sarana hiburan. Namun tidak hanya sebagai saranya hiburan, biasanya

musik tardisonal juga digunakan dalam upacara-upacara adat, upacara kelahiran bahkan pada

upacara kematian. Ada tiga komponen yang saling mempengaruhi dalam musik tardisional

diantaranya seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya. Tidak hanya musik

tradisional yang berkembang di Indonesia, sejak modernisme pada awal abad 20 masuk ke

Indonesia, mulailah berkembang musik-musik modern di Indonesia, sehingga adanya variasi-

variasi dalam masyarakat dalam menikmati, menciptakan, dan melestarikan musik.

Kekayaan musik Indonesia semakin bertambah ketika munculnya musik campursari

sebagai musik campuran dari musik tradisional dan musik modern pada awal tahun 1960-an.

Musik campursari adalah suatu bentuk perubahan eksternal kebudayaan yang mana adanya

proses pencampuran kebudayaan-kebudayaan yang saling mempengaruhi satu sama lain dan

membentuk suatu kebudayaan baru. Hal ini memperlihatkan bahwa kebudayaan bersifat

majemuk dan berlapis-lapis yakni dapat berubah-ubah sesuai waktu, tempat bahkan wilayah

budayanya.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami mengangkat sebuah permasalahan yakni apakan musik

campursari merusak atau melestrarikan kebudayaan?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut;

1) Memenuhi tugas mata kuliah wajib Kebudayaan Indonesia.

2) Ingin mengetahui sejarah dan tokoh-tok musik campursari.

4

Page 6: Campur Sari

3) Ingin mengetahui campursari sebagai genre musik baru merupakan pengrusak

atau salah satu pelestarian kebudayaan.

5

Page 7: Campur Sari

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Musik Campursari

Secara harfiah campursari artinya campur aduk, campur baur atau gabungan dari

beraneka macam dan ragam. Campursari merupakan salah satu bentuk kesenian musik yang

hidup berasal dari Jawa. Bentuk musik ini merupakan perpaduan permainan alat musik

berskala nada pentatonis (tradisional Indonesia) dan berskala nada diatonis (Barat), dimana

dalam musik ini para seniman mencoba memadukan dua unsur musik yang berbeda untuk

dapat memunculkan suatu bentuk musik yang baru.

Campursari ini konon dipopulerkan oleh Ki Narto Sabdo melalui pertunjukan wayang

kulit yang dimainkannya, namun musik campursari yang disuguhkannya masih dalam bentuk

corak lama yaitu perpaduan gamelan asli dengan keroncong. Sementara campursari yang ada

sekarang lebih dikenal dengan campursari modern yang dipopulerkan oleh Manthous

bersama saudara-saudaranya pada awal tahun 19935.  Manthos dengan kepekaaan

musikalitasnya mengadakan inovasi besar-besaran terhadap campursari lama. Ia mencoba

menggabungkan alat-alat musik tradisional jawa klasik seperti kendang, gong dan gender

dipadu dengan alat musik keroncong seperti ukelele, cak dan cuk, seruling, bass betot, serta

instrument lainnya. Perpaduan alat musik tersebut menghasikan irama yang lumayan enak,

terasa komplet, dan ada gregetnya jika dibandingkan irama kroncong maupun gending jawa

klasik sebelumnya.

Manthos juga mencoba bereksperimen dengan memasukkan instrument pengganti

bass betot dan gitar klasik, yaitu dengan memasukkan bass dan gitar elektrik serta keyboard

(piano elektrik) untuk menggantikan seruling dan ukelele. Kehadiran keyboard ini semakin

menghidupkan musikalitas campursari dan bunyi yang dihasilkan sangat sempurna. Ada lagi

tambahan berupa seperangkat drum, terciptalah kesempurnaan yang diinginkan  dari musik

campursari yang sesungguhnya. Selain itu dia juga mengadopsi musik dangdut ke dalam

musik campursari ini walaupun tidak secara ekplisit, melainkan dalam beberapa baris

tertentu. Pada pertengahan tahun 1990-an, muncullah musisi-musisi campursari seperti

Maryati, Waljinah, Ngatirah, serta Didi Kempot.

2.2 Tokoh Musik Campursari5 http://www.lingkarstudy.com

6

Page 8: Campur Sari

2.2.1 Manthous

Manthous lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada tahun 1950. Ketika berusia 16 tahun,

Manthous memberanikan diri pergi ke Jakarta. Pilihan

utamanya adalah hidup ngamen, yang ia anggap mewakili

bakatnya. Namun, pada tahun 1969 dia bergabung dengan

orkes keroncong Bintang Jakarta pimpinan Budiman BJ.

Kemudian, pada tahun tahun 1976, Manthous yang juga

piawai bermain bas mendirikan grup band Bieb Blues

berciri funky rock bersama dengan Bieb anak Benyamin S.

Bieb Blues bertahan hingga tahun 1980.

Kemudian, Manthous bergabung dengan Idris Sardi,

dalam grup Gambang Kromong Benyamin S. Selain itu, sebelumnya ia pernah juga menjadi

pengiring Bing Slamet ketika tampil melawak dalam Grup Kwartet Jaya. Berbekal dari

pengalaman itu, tahun 1993 Manthous mendirikan sendiri Grup Musik Campursari ” Maju

Lancar ” Gunung Kidul. Dari ciptaan lagunya Anting-Anting, Getuk, Nyidam Sari, Gandrung

dan lainnya, mulai dari sinilah namanya dikenal.

2.2.2 Didi Kempot

Didi Kempot demikian panggilan akrabnya dari nama asli Didi

Prasetyo, yang lahir di Solo 31 Desember 1966 lulusan SMA.

Anak dari Ranto Eddy Gudel pelawak terkenal dari Solo adalah

seorang pengamen. Dari sinilah Didi yang juga sebagai saudara

dengan Mamiek Podang ini mencipta lagu seperti Terminal

Tirtonadi, Stasiun Balapan, Cucak Rowo, Tulung, Moblong-

Moblong dan lain-lainnya. Langgam jawa dan campursari Didi

tidak hanya terkenal didalam negerinya sendiri melainkan juga

sampai di Belanda dan Suriname. Dikalangan masayarakat jawa

dijuluki sebagai superstar, bahkan sewaktu Presiden Suriname ke Jakarta ia mendapat gelar

sebagai Penyanyi Jawa Teladan.

Album pertama Didi pertama muncul pada tahun 1999, di dalamnya terdapat lagu

Cidra dan Stasiun Balapan. Pada awalnya album Didi ini tidak mendapat respon dari

beberapa pihak pedagang kaset karena mengusung aliran campursari yang berbeda dengan

artis campursari yang terkenal sebelumnya, yakni Manthous. Dengan kata lain, albumnya

yang mampu beredar hanya sedikit, namun hal ini malah membawa peruntungan baik karena

album yang sedikit ini digemari oleh pasaran. Setelah itu, ia memutuskan untuk

7

Page 9: Campur Sari

memantapkan diri menggeluti aliran musik ini dan belakangan, Didi menjadi salah satu icon

dari musik campursari.

2.3 Campursari Sebagai Genre Musik Baru

Tahun 1990-an musik keroncong dan karawitan masih menyimpan masa keemasan

dilihat dari fungsinya sebagai seni hiburan yang populer. Pada masa itu mulai ada kreasi-

kreasi dari berbagai seni pertunjukan yang menggabungkan kedua jenis seni musik tersebut.

Kreasi juga timbul pada masing-masing jenis dengan menciptakan komposisi baru yang tidak

lazim dari segi bentuk, irama, laras, dan teknik menyajikannya. Musik keronconcong dan

karawitan masih ketat mempertahankan ansambelnya, baik berupa alat dan teknik

bermusiknya.

Terlihat sekali seniman-seniman seni musik ini masih setia menggunakan perangkat

akustik yang tidak memakai instrumen musik elektronik. Kreasi-kreasi itu memunculkan

pemikiran seniman untuk berbuat praktis dengan membawa serta kedua genre musik dalam

satu ansambel baru. Keinginan ini muncul untuk mewadahi keinginan penikmat musik yang

heterogen dalam memilih lagu. Seringkali penikmat musik salah sasaran karena meminta lagu

yang tidak bisa dilayani grup yang tampil. Ambil saja contoh suatu orkes keroncong tidak

dapat menyajikan repertoar lagu/gendhing yang biasa disajikan oleh karawitan/gamelan.

Begitupun sebaliknya, suatu grup karawitan tidak bisa menyajikan lagu keroncong atau lagu

diatonis lainnya.

Akhirnya muncullah musik campursari yang mana merupakan modifikasi alat-alat

musik gamelan dikombinasi dengan instrumen-instrumen musik modern. Aransemen musik

campursari lebih fleksibel karena mengandung musik tradisional dan modern, sehingga

musik campursari banyak digemari masyarakat dari tingkat masyarakat daerah hingga

masyarakat kota6. Pada awalnya, kehadiran musik ini memunculkan suatu kontroversi antara

seniman dari musik tradisional dengan para pelaku musik kreatif. Karena hal ini dianggap

menurunkan nilai-nilai tradisi yang terkandung dalam gamelan sebagai salah satu bentuk

musik istana. Namun, bagi seniman pelaku musik kreatif, hal tersebut bukan merupakan

suatu penghalang yang berarti. Ketidak setujuan beberapa pihak akan perpaduan musik ini

bukan berarti mengharuskan musik ini dicekal ataupun menjadi tidak boleh diperdengarkan

dalam kehidupan sehari-hari. Buktinya campursari dapat berkembang hingga meluas pada

masyarakat dimana musik itu berasal dan kemudian di luar kebudayaan musik itu berasal.

6 Skripsi Anggraini Margaretha “Ilokusioner....”

8

Page 10: Campur Sari

Kendati munculnya pro dan kontra terhadap kemurnian aliran musik ini, namun

semua pihak sepakat dan memahami bahwa campursari menghidupkan kembali musik-musik

tradisional di wilayah tanah jawa.7 Karena musik campursari ini merupakan sebuah musik

yang mampu mengusung suatu etnisitas dan patut diterima oleh masyarakat luas tanpa

menghapus identitas dari masyarakat pemilik musik itu sendiri. Bentuk musik enak didengar

dan dengan nuansa tradisi yang dibawa akhirnya musik ini diminati banyak orang dari

berbagai kalangan di Indonesia. Tak heran kalau selanjutnya muncul banyak kelompok musik

campursari di daerah-daerah.

Musik campur sari menjadi salah satu jenis musik komersial yang digemari oleh

masyarkat yang kebanyakan dari golongan sosial ekonoimi menengah ke bawah dan banyak

dijumpai dalam berbagai macam acara, seperti pesta pernikahan, promise wisata, perayaan

hari-hari bessar, dan lain-lain. Jenis-jenis lagu yang dinyanyikanpun bervariasi, sesuai

permintaan tamu, seperti langgam jawa, keroncong, pop, dangdut, bahkan juga terkadang

lagu berbahasa inggris.8

Zaman keemasan musik campursari terjadi mulai pertengahan tahun 1990-an sampai

awal tahun 2000-an. Campursari tidak lagi berwujud seperti campursari tahun 1960-an.

Masyarakat dapat memaknai sendiri ansambel campursari, grup organ tunggal yang

menyajikan lagu-lagu pentatonik sudah dapat dikatakan sebagai sebuah pertunjukan

campursari, demikian juga pemakaian keyboard dengan kendang. Campursari yang yang

mana sebuah genre musik baru yang menonjolkan percampuran antara musik tradisional dan

musik modern secara tampilan memberikan hal yang berbeda dalam pertunjukan tidak hanya

dalam variasi instrumen musik yang digunakan, akan tetapi ada perbedaan juga dalam

penggunaan kostum yang digunakan penyanyi maupun musisinya. Biasanya penyanyi

keroncong atau karawitan (swarawati atau sindhen) menggunakan busana kain Jawa menurut

ukuran seperlunya tetapi, berbeda dengan penyanyi campursari, mereka merasa harus

menambahkan aksesoris lain untuk mempercantik penampilan.

Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

7 http://sukolaras.wordpress.com/2008/08/09/musik-campursari/8 Google buku: Identitas dan Postkolonialitas di Indonesia. Hal 233.

9

Page 11: Campur Sari

Jadi musik campursari haruslah memilki ruh yakni nilai-nilai kearifan lokal yang tetap

melekat pada musik campursari (intrumen, kostum, dan lagu-lagunya). Akan tetapi, dalam

perkembangannya saat ini memang hanya beberapa musisi campursari yang tetap

mempertahankan ruh campursari. Sedangkan sebagian besar musisi campursari justru

mengabaikan ruh tersebut, sehingga yang muncul kemudian adalah penyimpangan dalam

berbagai pentas musik campursari yang membuat efek negatif terhadap musik campursari

Penggarapan karya dan penyajian campursari yang asal-asalan dan mengabaikan nilai-nilai

luhur justru akan menjerumuskan musik campursari ke jurang degradasi luhuran kesenian

tradisional.

BAB III

PENUTUP

10

Page 12: Campur Sari

3.1 Kesimpulan

Guna menarik kesimpulan tentang uraian sebelumnya mengenai campursari, perlu

diperhatikan kembali rumusan Ki Hajar Dewantara tentang kebudayaan Mengacu pada hal

tersebut, musik campursari masuk dalam ketegori kebudayaan nomor 2 (dua), yakni

melakukan perkawinan dan melahirkan bentuk baru.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketika zaman berubah,

maka selera dan pola pikir masyarakat pun berubah. Musik tradisional tidak lagi sepenuhnya

menjadi hal yang digandrungi masyarakat yang semakin modern. masyarakat lagi

menggandrungi jenis musik yang ringan, menghibur, dan santai maka campursari menjadi

sangat booming. Modifikasi musik tradisional jawa dengan permainan musik modern dalam

musik campursari dapat dianggap sebagai suatu upaya untuk mempertahankan keberadaan

musik tradisional, bahkan menghidupkannya kembali di tengah ketenaran musik modern

seperti musik pop. Pembuktian bahwa adanya usaha pelestaraian kebudayaan tradisional

dalam campursari adalah masih dapat ditemukannya dan dinikmatinya unsur-unsur

kebudayaan jawa mulai dari segi instrumen musik yang digunakan, pemilihan lagu yang bisa

dicampursarikan, hingga penggunaan kostum yang dikenakan penyanyinya.

Daftar Pustaka

11

Page 13: Campur Sari

Sumber Buku

Alisjahbana, S. Takdir. Revolusi Masyarakat dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta. Dian

Rakyat:1988.

Poespowardojo, Soerjanto. Strategi Kebudayaan suatu pendekatan filosofis. Jakarta. PT.Gramedia:

1989.

Sumber Internet

Budhiart, Joko. Campursari. http://www.krjogja.com/news/detail/5594/www.krjgogja.com yang

diakses pada tanggal 14 april 2010 pada pukul 19.12 WIB

Nurul, Asfiah. Pengertian Kebudayaan. http://nurulasfiah.staff.umm.ac.id/2010/03/13/pengertian-

kebudayaan/ yang diakses pada tanggal 14 april 2010 pada pukul 19.24 WIB

Padek. Musik Campur Sari, Kesenian Jawa yang Lestari di Perantau.

http://www.padangekspres.co.id/content/view/37120/104/ yang diakses pada tanggal 14 april

2010 pada pukul 19.32 WIB

------------, Campursari riwaytatmu dulu dan kini. http://kabarsoloraya.com/2009/08/20/campursari-

riwayatmu-dulu-dan-kini/ yang diakses pada tanggal 14 april 2010 pada pukul 19.43WIB

------------, Campursari identitas di dalam musik. http://id.shvoong.com/humanities/arts/1905136-

campursari-identitas-di-dalam-musik/ yang diakses pada tanggal 14 april 2010 pada pukul

19.52 WIB

-----------, Musik campursari. http://sukolaras.wordpress.com/2008/08/09/musik-campursari/ yang

diakses pada tanggal 14 april 2010 pada pukul 19.19WIB

-----------, http://www.lingkarstudy.com/utama/index.php?topic=127.0 yang diakses pada tanggal 14

april 2010 pada pukul 19.20 WIB

12