refreshing pneumonia (dr.hudaya sp.pd)
DESCRIPTION
pneumoniaTRANSCRIPT
REFRESHING
Pneumania
Disusun Oleh
Ziad Alaztha
2008730043
Pembimbing Klinik
dr Hudaya Sp PD
STASE ILMU KESEHATAN PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena atas
berkat dan Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah refreshing ini tepat
pada waktunya Refreshing yang berjudul ldquoPneumoniardquo ini disusun dalam rangka
mengikuti kepanitraan Klinik di bagianSMF Ilmu penyakit dalam Rumah Sakit
Umum Daerah Cianjur
Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis
1 Dr Hudaya SpPD selaku dokter pembimbing serta dokter spesialis ilmu
penyakit dalam rumah sakit umum daerah cianjur
2 Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yng telah memberikan
bantuan kepada penyusun
Akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak
kekurangan Oleh akrena itu semoga refreshing ini dapat memberikan manfaat dan
tambahan pengetahuan khususnya kepada penyusun dan kepada pembacaterimakasih
Cianjur 31 Mei 2012
Penyusun
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan baik di negara yang sedang berkembang maupun
yang sudah maju Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia nomor 9 di
Brunei nomor 7 di Malaysia nomor 3 di Singapura nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran
napas akut termasuk pneumonia dan influenza Insidensi pneumonia
komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan
merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di
negara itu Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10
Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya
ditemukan 50 Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan
waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya sedangkan pneumonia
dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati maka pada
pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001 penyakit infeksi
saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga
merupakan penyakit paru utama 58 diantara penderita rawat jalan adalah
kasus infeksi dan 116 diantaranya kasus nontuberkulosis pada penderita
rawat inap 588 kasus infeksi dan 146 diantaranya kasus
nontuberkulosis Di RSUP H Adam Malik Medan 538 kasus infeksi dan
286 diantaranya infeksi nontuberkulosis Di RSUD Dr Soetomo Surabaya
didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian
antara 20 - 35 Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun
PEMBAHASAN
PNEUMONIA
BATASAN
Penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi
WHO pneumonia adalah penyakit dengan demam dan takipnea tanpa
memandang apa penyebabnya
KLASIFIKASI
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan
1 Asal infeksi
a Community-acquired pneumonia (CAP)
= infeksi parenkim paru yang didapatkan individu yang tidak sedang
dalam perawatan di rumah sakit paling sedikit 14 hari sebelum
timbulnya gejala
b Hospital-acquired pneumonia (HAP)
= infeksi parenkim paru yang didapatkan selama perawatan di rumah
sakit yang terjadi setelah 48 jam perawatan (Depkes 72 jam) atau
karena perawatan di rumah sakit sebelumnya dan bukan dalam
stadium inkubasi
2 Lokasi lesi di paru
a Bronkopneumonia
b Pneumonia lobaris
c Pneumonia interstitialis
3 Etiologi
- Infeksi
Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a Pneumonia bakteri
b Pneumonia virus
c Pneumonia jamur
d Pneumonia mikoplasma
- Non infeksi
Aspirasi makananasam lambungbenda asinghidrokarbonsubstansi
lipoid reaksi hipersensitivitas drug- dan radiation-induced
pneumonitis
4 Karakteristik penyakit
- Tipikal
- Atipikal (mis Mycoplasma pneumoniae Chlamydia
pneumoniae Mycobacterium tuberculosis)
5 Derajat keparahan penyakit
Untuk mengklasifikasikan beratnya pneumonia perlu diperhatikan adanya
tanda bahaya (danger signs) yaitu takipnea dan tarikan dinding dada
bagian bawah ke arah dalam (retraksi epigastrik)
Berdasarkan kedua tanda ini maka klasidikasi beratnya pneumonia pada
anak bawah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia sebagai
berikut
Anak usia lt2 bulan Anak usia 2 bulan ndash 5 tahun
Pneumonia sangat berat Tanda bahaya Tanda bahaya
- hipohipertermi - kesadaran turun
- kesadaran turunmengantuk - tidak mau
minum
- kurang mau minum - kejang
- kejang - stridor
- wheezing - sianosis sentral
- stridor - gizi buruk
Pneumonia berat tarikan dinding dada dalam tarikan dinding
dada dalam yang tampak jelas dapat minum
takipnea sianosis (-)
Pneumonia - takipnea
- tarikan dinding dada
dalam (-)
Bukan pneumonia tarikan dinding dada dalam (-)
takipnea (-)
ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab pneumonia berdasarkan rentang usia
Umur Penyebab yang sering
- Lahir sd 20 hari (plusmn3 minggu) Bakteri (organisme saluran genital ibu)
- Escherichia coli dan gram negatif lain
- Streptococci grup B
- Listeria monocytogenes
- 3 minggu sd 3 bulan Bakteri
- Chlamydia trachomatis
- Streptococcus pneumoniae Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Respiratory syncitial virus (RSV)
- 4 bulan sd 4 tahun Bakteri
- Streptococcus pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Haemophilus influenzae tipe B
- Chlamydia pneumoniae
Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Rhinovirus
- Respiratory syncitial virus (gtgt)
- 5 tahun sd remaja Bakteri
- Chlamydia pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae
- Streptococci grup A
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Immunocompromised Pseudomonas spp Enterobacter Legionella
pneumophilla Actinomyces dan bakteri anaerob
Faktor yang meningkatkan resiko terinfeksi pneumonia bakterialis
- kelainan anatomi kongenital
- Kelainan sistem imun (karena obatpenyakit)
- fistula trakeoesofageal
- cystic fibrosis
- aspirasi benda asing
- gastroesophageal reflux disease (GERD)
- ventilasi mekanik
- prolonged hospitalization
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat
secara noninvasif yaitu dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu
aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal bilasan sikatan bronkus dan BAL
Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan didapatkan dari
darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M
tuberkulosis Legionella P carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan)
dahak bahan yang didapatkan melalui bronkoskopi (BAL sikatan bilasan
bronkus dll)
Cara invasif walaupun dapat menemukan penyebab pasti tidak
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan
sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-
kumur dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam
kemudian membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan
ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4
jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3 Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan
apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel
epitel lt 10lpk
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru Paru ndash paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis dan faktor imun lokal dan sistemik
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan
mukosilier aparatus Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit komplemen sitokin
imunoglobulin makrofag alveolar dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu
atau bila virulensi organisme bertambah Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas dan jarang melalui hematogen Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun Diperkirakan
sekitar 25-75 anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus
Invasi bakteri ke parenkin paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni) lobar atau
intersisial Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh darah eksudasi cairan intra-alveolar penumpukan
fibrin dan infiltrasi neutrofil yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia
Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena atas
berkat dan Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah refreshing ini tepat
pada waktunya Refreshing yang berjudul ldquoPneumoniardquo ini disusun dalam rangka
mengikuti kepanitraan Klinik di bagianSMF Ilmu penyakit dalam Rumah Sakit
Umum Daerah Cianjur
Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis
1 Dr Hudaya SpPD selaku dokter pembimbing serta dokter spesialis ilmu
penyakit dalam rumah sakit umum daerah cianjur
2 Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yng telah memberikan
bantuan kepada penyusun
Akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak
kekurangan Oleh akrena itu semoga refreshing ini dapat memberikan manfaat dan
tambahan pengetahuan khususnya kepada penyusun dan kepada pembacaterimakasih
Cianjur 31 Mei 2012
Penyusun
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan baik di negara yang sedang berkembang maupun
yang sudah maju Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia nomor 9 di
Brunei nomor 7 di Malaysia nomor 3 di Singapura nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran
napas akut termasuk pneumonia dan influenza Insidensi pneumonia
komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan
merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di
negara itu Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10
Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya
ditemukan 50 Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan
waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya sedangkan pneumonia
dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati maka pada
pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001 penyakit infeksi
saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga
merupakan penyakit paru utama 58 diantara penderita rawat jalan adalah
kasus infeksi dan 116 diantaranya kasus nontuberkulosis pada penderita
rawat inap 588 kasus infeksi dan 146 diantaranya kasus
nontuberkulosis Di RSUP H Adam Malik Medan 538 kasus infeksi dan
286 diantaranya infeksi nontuberkulosis Di RSUD Dr Soetomo Surabaya
didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian
antara 20 - 35 Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun
PEMBAHASAN
PNEUMONIA
BATASAN
Penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi
WHO pneumonia adalah penyakit dengan demam dan takipnea tanpa
memandang apa penyebabnya
KLASIFIKASI
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan
1 Asal infeksi
a Community-acquired pneumonia (CAP)
= infeksi parenkim paru yang didapatkan individu yang tidak sedang
dalam perawatan di rumah sakit paling sedikit 14 hari sebelum
timbulnya gejala
b Hospital-acquired pneumonia (HAP)
= infeksi parenkim paru yang didapatkan selama perawatan di rumah
sakit yang terjadi setelah 48 jam perawatan (Depkes 72 jam) atau
karena perawatan di rumah sakit sebelumnya dan bukan dalam
stadium inkubasi
2 Lokasi lesi di paru
a Bronkopneumonia
b Pneumonia lobaris
c Pneumonia interstitialis
3 Etiologi
- Infeksi
Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a Pneumonia bakteri
b Pneumonia virus
c Pneumonia jamur
d Pneumonia mikoplasma
- Non infeksi
Aspirasi makananasam lambungbenda asinghidrokarbonsubstansi
lipoid reaksi hipersensitivitas drug- dan radiation-induced
pneumonitis
4 Karakteristik penyakit
- Tipikal
- Atipikal (mis Mycoplasma pneumoniae Chlamydia
pneumoniae Mycobacterium tuberculosis)
5 Derajat keparahan penyakit
Untuk mengklasifikasikan beratnya pneumonia perlu diperhatikan adanya
tanda bahaya (danger signs) yaitu takipnea dan tarikan dinding dada
bagian bawah ke arah dalam (retraksi epigastrik)
Berdasarkan kedua tanda ini maka klasidikasi beratnya pneumonia pada
anak bawah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia sebagai
berikut
Anak usia lt2 bulan Anak usia 2 bulan ndash 5 tahun
Pneumonia sangat berat Tanda bahaya Tanda bahaya
- hipohipertermi - kesadaran turun
- kesadaran turunmengantuk - tidak mau
minum
- kurang mau minum - kejang
- kejang - stridor
- wheezing - sianosis sentral
- stridor - gizi buruk
Pneumonia berat tarikan dinding dada dalam tarikan dinding
dada dalam yang tampak jelas dapat minum
takipnea sianosis (-)
Pneumonia - takipnea
- tarikan dinding dada
dalam (-)
Bukan pneumonia tarikan dinding dada dalam (-)
takipnea (-)
ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab pneumonia berdasarkan rentang usia
Umur Penyebab yang sering
- Lahir sd 20 hari (plusmn3 minggu) Bakteri (organisme saluran genital ibu)
- Escherichia coli dan gram negatif lain
- Streptococci grup B
- Listeria monocytogenes
- 3 minggu sd 3 bulan Bakteri
- Chlamydia trachomatis
- Streptococcus pneumoniae Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Respiratory syncitial virus (RSV)
- 4 bulan sd 4 tahun Bakteri
- Streptococcus pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Haemophilus influenzae tipe B
- Chlamydia pneumoniae
Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Rhinovirus
- Respiratory syncitial virus (gtgt)
- 5 tahun sd remaja Bakteri
- Chlamydia pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae
- Streptococci grup A
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Immunocompromised Pseudomonas spp Enterobacter Legionella
pneumophilla Actinomyces dan bakteri anaerob
Faktor yang meningkatkan resiko terinfeksi pneumonia bakterialis
- kelainan anatomi kongenital
- Kelainan sistem imun (karena obatpenyakit)
- fistula trakeoesofageal
- cystic fibrosis
- aspirasi benda asing
- gastroesophageal reflux disease (GERD)
- ventilasi mekanik
- prolonged hospitalization
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat
secara noninvasif yaitu dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu
aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal bilasan sikatan bronkus dan BAL
Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan didapatkan dari
darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M
tuberkulosis Legionella P carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan)
dahak bahan yang didapatkan melalui bronkoskopi (BAL sikatan bilasan
bronkus dll)
Cara invasif walaupun dapat menemukan penyebab pasti tidak
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan
sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-
kumur dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam
kemudian membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan
ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4
jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3 Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan
apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel
epitel lt 10lpk
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru Paru ndash paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis dan faktor imun lokal dan sistemik
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan
mukosilier aparatus Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit komplemen sitokin
imunoglobulin makrofag alveolar dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu
atau bila virulensi organisme bertambah Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas dan jarang melalui hematogen Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun Diperkirakan
sekitar 25-75 anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus
Invasi bakteri ke parenkin paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni) lobar atau
intersisial Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh darah eksudasi cairan intra-alveolar penumpukan
fibrin dan infiltrasi neutrofil yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia
Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan baik di negara yang sedang berkembang maupun
yang sudah maju Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia nomor 9 di
Brunei nomor 7 di Malaysia nomor 3 di Singapura nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran
napas akut termasuk pneumonia dan influenza Insidensi pneumonia
komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan
merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di
negara itu Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10
Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya
ditemukan 50 Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan
waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya sedangkan pneumonia
dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati maka pada
pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001 penyakit infeksi
saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga
merupakan penyakit paru utama 58 diantara penderita rawat jalan adalah
kasus infeksi dan 116 diantaranya kasus nontuberkulosis pada penderita
rawat inap 588 kasus infeksi dan 146 diantaranya kasus
nontuberkulosis Di RSUP H Adam Malik Medan 538 kasus infeksi dan
286 diantaranya infeksi nontuberkulosis Di RSUD Dr Soetomo Surabaya
didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian
antara 20 - 35 Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun
PEMBAHASAN
PNEUMONIA
BATASAN
Penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi
WHO pneumonia adalah penyakit dengan demam dan takipnea tanpa
memandang apa penyebabnya
KLASIFIKASI
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan
1 Asal infeksi
a Community-acquired pneumonia (CAP)
= infeksi parenkim paru yang didapatkan individu yang tidak sedang
dalam perawatan di rumah sakit paling sedikit 14 hari sebelum
timbulnya gejala
b Hospital-acquired pneumonia (HAP)
= infeksi parenkim paru yang didapatkan selama perawatan di rumah
sakit yang terjadi setelah 48 jam perawatan (Depkes 72 jam) atau
karena perawatan di rumah sakit sebelumnya dan bukan dalam
stadium inkubasi
2 Lokasi lesi di paru
a Bronkopneumonia
b Pneumonia lobaris
c Pneumonia interstitialis
3 Etiologi
- Infeksi
Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a Pneumonia bakteri
b Pneumonia virus
c Pneumonia jamur
d Pneumonia mikoplasma
- Non infeksi
Aspirasi makananasam lambungbenda asinghidrokarbonsubstansi
lipoid reaksi hipersensitivitas drug- dan radiation-induced
pneumonitis
4 Karakteristik penyakit
- Tipikal
- Atipikal (mis Mycoplasma pneumoniae Chlamydia
pneumoniae Mycobacterium tuberculosis)
5 Derajat keparahan penyakit
Untuk mengklasifikasikan beratnya pneumonia perlu diperhatikan adanya
tanda bahaya (danger signs) yaitu takipnea dan tarikan dinding dada
bagian bawah ke arah dalam (retraksi epigastrik)
Berdasarkan kedua tanda ini maka klasidikasi beratnya pneumonia pada
anak bawah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia sebagai
berikut
Anak usia lt2 bulan Anak usia 2 bulan ndash 5 tahun
Pneumonia sangat berat Tanda bahaya Tanda bahaya
- hipohipertermi - kesadaran turun
- kesadaran turunmengantuk - tidak mau
minum
- kurang mau minum - kejang
- kejang - stridor
- wheezing - sianosis sentral
- stridor - gizi buruk
Pneumonia berat tarikan dinding dada dalam tarikan dinding
dada dalam yang tampak jelas dapat minum
takipnea sianosis (-)
Pneumonia - takipnea
- tarikan dinding dada
dalam (-)
Bukan pneumonia tarikan dinding dada dalam (-)
takipnea (-)
ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab pneumonia berdasarkan rentang usia
Umur Penyebab yang sering
- Lahir sd 20 hari (plusmn3 minggu) Bakteri (organisme saluran genital ibu)
- Escherichia coli dan gram negatif lain
- Streptococci grup B
- Listeria monocytogenes
- 3 minggu sd 3 bulan Bakteri
- Chlamydia trachomatis
- Streptococcus pneumoniae Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Respiratory syncitial virus (RSV)
- 4 bulan sd 4 tahun Bakteri
- Streptococcus pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Haemophilus influenzae tipe B
- Chlamydia pneumoniae
Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Rhinovirus
- Respiratory syncitial virus (gtgt)
- 5 tahun sd remaja Bakteri
- Chlamydia pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae
- Streptococci grup A
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Immunocompromised Pseudomonas spp Enterobacter Legionella
pneumophilla Actinomyces dan bakteri anaerob
Faktor yang meningkatkan resiko terinfeksi pneumonia bakterialis
- kelainan anatomi kongenital
- Kelainan sistem imun (karena obatpenyakit)
- fistula trakeoesofageal
- cystic fibrosis
- aspirasi benda asing
- gastroesophageal reflux disease (GERD)
- ventilasi mekanik
- prolonged hospitalization
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat
secara noninvasif yaitu dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu
aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal bilasan sikatan bronkus dan BAL
Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan didapatkan dari
darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M
tuberkulosis Legionella P carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan)
dahak bahan yang didapatkan melalui bronkoskopi (BAL sikatan bilasan
bronkus dll)
Cara invasif walaupun dapat menemukan penyebab pasti tidak
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan
sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-
kumur dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam
kemudian membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan
ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4
jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3 Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan
apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel
epitel lt 10lpk
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru Paru ndash paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis dan faktor imun lokal dan sistemik
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan
mukosilier aparatus Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit komplemen sitokin
imunoglobulin makrofag alveolar dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu
atau bila virulensi organisme bertambah Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas dan jarang melalui hematogen Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun Diperkirakan
sekitar 25-75 anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus
Invasi bakteri ke parenkin paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni) lobar atau
intersisial Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh darah eksudasi cairan intra-alveolar penumpukan
fibrin dan infiltrasi neutrofil yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia
Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
PEMBAHASAN
PNEUMONIA
BATASAN
Penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi
WHO pneumonia adalah penyakit dengan demam dan takipnea tanpa
memandang apa penyebabnya
KLASIFIKASI
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan
1 Asal infeksi
a Community-acquired pneumonia (CAP)
= infeksi parenkim paru yang didapatkan individu yang tidak sedang
dalam perawatan di rumah sakit paling sedikit 14 hari sebelum
timbulnya gejala
b Hospital-acquired pneumonia (HAP)
= infeksi parenkim paru yang didapatkan selama perawatan di rumah
sakit yang terjadi setelah 48 jam perawatan (Depkes 72 jam) atau
karena perawatan di rumah sakit sebelumnya dan bukan dalam
stadium inkubasi
2 Lokasi lesi di paru
a Bronkopneumonia
b Pneumonia lobaris
c Pneumonia interstitialis
3 Etiologi
- Infeksi
Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a Pneumonia bakteri
b Pneumonia virus
c Pneumonia jamur
d Pneumonia mikoplasma
- Non infeksi
Aspirasi makananasam lambungbenda asinghidrokarbonsubstansi
lipoid reaksi hipersensitivitas drug- dan radiation-induced
pneumonitis
4 Karakteristik penyakit
- Tipikal
- Atipikal (mis Mycoplasma pneumoniae Chlamydia
pneumoniae Mycobacterium tuberculosis)
5 Derajat keparahan penyakit
Untuk mengklasifikasikan beratnya pneumonia perlu diperhatikan adanya
tanda bahaya (danger signs) yaitu takipnea dan tarikan dinding dada
bagian bawah ke arah dalam (retraksi epigastrik)
Berdasarkan kedua tanda ini maka klasidikasi beratnya pneumonia pada
anak bawah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia sebagai
berikut
Anak usia lt2 bulan Anak usia 2 bulan ndash 5 tahun
Pneumonia sangat berat Tanda bahaya Tanda bahaya
- hipohipertermi - kesadaran turun
- kesadaran turunmengantuk - tidak mau
minum
- kurang mau minum - kejang
- kejang - stridor
- wheezing - sianosis sentral
- stridor - gizi buruk
Pneumonia berat tarikan dinding dada dalam tarikan dinding
dada dalam yang tampak jelas dapat minum
takipnea sianosis (-)
Pneumonia - takipnea
- tarikan dinding dada
dalam (-)
Bukan pneumonia tarikan dinding dada dalam (-)
takipnea (-)
ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab pneumonia berdasarkan rentang usia
Umur Penyebab yang sering
- Lahir sd 20 hari (plusmn3 minggu) Bakteri (organisme saluran genital ibu)
- Escherichia coli dan gram negatif lain
- Streptococci grup B
- Listeria monocytogenes
- 3 minggu sd 3 bulan Bakteri
- Chlamydia trachomatis
- Streptococcus pneumoniae Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Respiratory syncitial virus (RSV)
- 4 bulan sd 4 tahun Bakteri
- Streptococcus pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Haemophilus influenzae tipe B
- Chlamydia pneumoniae
Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Rhinovirus
- Respiratory syncitial virus (gtgt)
- 5 tahun sd remaja Bakteri
- Chlamydia pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae
- Streptococci grup A
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Immunocompromised Pseudomonas spp Enterobacter Legionella
pneumophilla Actinomyces dan bakteri anaerob
Faktor yang meningkatkan resiko terinfeksi pneumonia bakterialis
- kelainan anatomi kongenital
- Kelainan sistem imun (karena obatpenyakit)
- fistula trakeoesofageal
- cystic fibrosis
- aspirasi benda asing
- gastroesophageal reflux disease (GERD)
- ventilasi mekanik
- prolonged hospitalization
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat
secara noninvasif yaitu dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu
aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal bilasan sikatan bronkus dan BAL
Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan didapatkan dari
darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M
tuberkulosis Legionella P carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan)
dahak bahan yang didapatkan melalui bronkoskopi (BAL sikatan bilasan
bronkus dll)
Cara invasif walaupun dapat menemukan penyebab pasti tidak
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan
sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-
kumur dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam
kemudian membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan
ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4
jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3 Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan
apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel
epitel lt 10lpk
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru Paru ndash paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis dan faktor imun lokal dan sistemik
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan
mukosilier aparatus Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit komplemen sitokin
imunoglobulin makrofag alveolar dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu
atau bila virulensi organisme bertambah Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas dan jarang melalui hematogen Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun Diperkirakan
sekitar 25-75 anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus
Invasi bakteri ke parenkin paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni) lobar atau
intersisial Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh darah eksudasi cairan intra-alveolar penumpukan
fibrin dan infiltrasi neutrofil yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia
Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
b Pneumonia virus
c Pneumonia jamur
d Pneumonia mikoplasma
- Non infeksi
Aspirasi makananasam lambungbenda asinghidrokarbonsubstansi
lipoid reaksi hipersensitivitas drug- dan radiation-induced
pneumonitis
4 Karakteristik penyakit
- Tipikal
- Atipikal (mis Mycoplasma pneumoniae Chlamydia
pneumoniae Mycobacterium tuberculosis)
5 Derajat keparahan penyakit
Untuk mengklasifikasikan beratnya pneumonia perlu diperhatikan adanya
tanda bahaya (danger signs) yaitu takipnea dan tarikan dinding dada
bagian bawah ke arah dalam (retraksi epigastrik)
Berdasarkan kedua tanda ini maka klasidikasi beratnya pneumonia pada
anak bawah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia sebagai
berikut
Anak usia lt2 bulan Anak usia 2 bulan ndash 5 tahun
Pneumonia sangat berat Tanda bahaya Tanda bahaya
- hipohipertermi - kesadaran turun
- kesadaran turunmengantuk - tidak mau
minum
- kurang mau minum - kejang
- kejang - stridor
- wheezing - sianosis sentral
- stridor - gizi buruk
Pneumonia berat tarikan dinding dada dalam tarikan dinding
dada dalam yang tampak jelas dapat minum
takipnea sianosis (-)
Pneumonia - takipnea
- tarikan dinding dada
dalam (-)
Bukan pneumonia tarikan dinding dada dalam (-)
takipnea (-)
ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab pneumonia berdasarkan rentang usia
Umur Penyebab yang sering
- Lahir sd 20 hari (plusmn3 minggu) Bakteri (organisme saluran genital ibu)
- Escherichia coli dan gram negatif lain
- Streptococci grup B
- Listeria monocytogenes
- 3 minggu sd 3 bulan Bakteri
- Chlamydia trachomatis
- Streptococcus pneumoniae Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Respiratory syncitial virus (RSV)
- 4 bulan sd 4 tahun Bakteri
- Streptococcus pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Haemophilus influenzae tipe B
- Chlamydia pneumoniae
Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Rhinovirus
- Respiratory syncitial virus (gtgt)
- 5 tahun sd remaja Bakteri
- Chlamydia pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae
- Streptococci grup A
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Immunocompromised Pseudomonas spp Enterobacter Legionella
pneumophilla Actinomyces dan bakteri anaerob
Faktor yang meningkatkan resiko terinfeksi pneumonia bakterialis
- kelainan anatomi kongenital
- Kelainan sistem imun (karena obatpenyakit)
- fistula trakeoesofageal
- cystic fibrosis
- aspirasi benda asing
- gastroesophageal reflux disease (GERD)
- ventilasi mekanik
- prolonged hospitalization
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat
secara noninvasif yaitu dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu
aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal bilasan sikatan bronkus dan BAL
Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan didapatkan dari
darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M
tuberkulosis Legionella P carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan)
dahak bahan yang didapatkan melalui bronkoskopi (BAL sikatan bilasan
bronkus dll)
Cara invasif walaupun dapat menemukan penyebab pasti tidak
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan
sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-
kumur dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam
kemudian membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan
ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4
jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3 Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan
apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel
epitel lt 10lpk
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru Paru ndash paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis dan faktor imun lokal dan sistemik
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan
mukosilier aparatus Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit komplemen sitokin
imunoglobulin makrofag alveolar dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu
atau bila virulensi organisme bertambah Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas dan jarang melalui hematogen Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun Diperkirakan
sekitar 25-75 anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus
Invasi bakteri ke parenkin paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni) lobar atau
intersisial Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh darah eksudasi cairan intra-alveolar penumpukan
fibrin dan infiltrasi neutrofil yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia
Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Pneumonia berat tarikan dinding dada dalam tarikan dinding
dada dalam yang tampak jelas dapat minum
takipnea sianosis (-)
Pneumonia - takipnea
- tarikan dinding dada
dalam (-)
Bukan pneumonia tarikan dinding dada dalam (-)
takipnea (-)
ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab pneumonia berdasarkan rentang usia
Umur Penyebab yang sering
- Lahir sd 20 hari (plusmn3 minggu) Bakteri (organisme saluran genital ibu)
- Escherichia coli dan gram negatif lain
- Streptococci grup B
- Listeria monocytogenes
- 3 minggu sd 3 bulan Bakteri
- Chlamydia trachomatis
- Streptococcus pneumoniae Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Respiratory syncitial virus (RSV)
- 4 bulan sd 4 tahun Bakteri
- Streptococcus pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Haemophilus influenzae tipe B
- Chlamydia pneumoniae
Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Rhinovirus
- Respiratory syncitial virus (gtgt)
- 5 tahun sd remaja Bakteri
- Chlamydia pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae
- Streptococci grup A
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Immunocompromised Pseudomonas spp Enterobacter Legionella
pneumophilla Actinomyces dan bakteri anaerob
Faktor yang meningkatkan resiko terinfeksi pneumonia bakterialis
- kelainan anatomi kongenital
- Kelainan sistem imun (karena obatpenyakit)
- fistula trakeoesofageal
- cystic fibrosis
- aspirasi benda asing
- gastroesophageal reflux disease (GERD)
- ventilasi mekanik
- prolonged hospitalization
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat
secara noninvasif yaitu dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu
aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal bilasan sikatan bronkus dan BAL
Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan didapatkan dari
darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M
tuberkulosis Legionella P carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan)
dahak bahan yang didapatkan melalui bronkoskopi (BAL sikatan bilasan
bronkus dll)
Cara invasif walaupun dapat menemukan penyebab pasti tidak
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan
sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-
kumur dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam
kemudian membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan
ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4
jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3 Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan
apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel
epitel lt 10lpk
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru Paru ndash paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis dan faktor imun lokal dan sistemik
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan
mukosilier aparatus Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit komplemen sitokin
imunoglobulin makrofag alveolar dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu
atau bila virulensi organisme bertambah Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas dan jarang melalui hematogen Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun Diperkirakan
sekitar 25-75 anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus
Invasi bakteri ke parenkin paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni) lobar atau
intersisial Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh darah eksudasi cairan intra-alveolar penumpukan
fibrin dan infiltrasi neutrofil yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia
Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
- Respiratory syncitial virus (RSV)
- 4 bulan sd 4 tahun Bakteri
- Streptococcus pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Haemophilus influenzae tipe B
- Chlamydia pneumoniae
Virus
- Adenovirus
- Influenza virus
- Parainfluenza virus 123
- Rhinovirus
- Respiratory syncitial virus (gtgt)
- 5 tahun sd remaja Bakteri
- Chlamydia pneumoniae
- Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae
- Streptococci grup A
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Immunocompromised Pseudomonas spp Enterobacter Legionella
pneumophilla Actinomyces dan bakteri anaerob
Faktor yang meningkatkan resiko terinfeksi pneumonia bakterialis
- kelainan anatomi kongenital
- Kelainan sistem imun (karena obatpenyakit)
- fistula trakeoesofageal
- cystic fibrosis
- aspirasi benda asing
- gastroesophageal reflux disease (GERD)
- ventilasi mekanik
- prolonged hospitalization
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat
secara noninvasif yaitu dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu
aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal bilasan sikatan bronkus dan BAL
Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan didapatkan dari
darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M
tuberkulosis Legionella P carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan)
dahak bahan yang didapatkan melalui bronkoskopi (BAL sikatan bilasan
bronkus dll)
Cara invasif walaupun dapat menemukan penyebab pasti tidak
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan
sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-
kumur dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam
kemudian membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan
ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4
jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3 Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan
apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel
epitel lt 10lpk
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru Paru ndash paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis dan faktor imun lokal dan sistemik
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan
mukosilier aparatus Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit komplemen sitokin
imunoglobulin makrofag alveolar dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu
atau bila virulensi organisme bertambah Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas dan jarang melalui hematogen Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun Diperkirakan
sekitar 25-75 anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus
Invasi bakteri ke parenkin paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni) lobar atau
intersisial Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh darah eksudasi cairan intra-alveolar penumpukan
fibrin dan infiltrasi neutrofil yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia
Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
- aspirasi benda asing
- gastroesophageal reflux disease (GERD)
- ventilasi mekanik
- prolonged hospitalization
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat
secara noninvasif yaitu dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu
aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal bilasan sikatan bronkus dan BAL
Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan didapatkan dari
darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M
tuberkulosis Legionella P carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan)
dahak bahan yang didapatkan melalui bronkoskopi (BAL sikatan bilasan
bronkus dll)
Cara invasif walaupun dapat menemukan penyebab pasti tidak
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap
dianjurkan pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan
sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-
kumur dengan akuades biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam
kemudian membatukkan dahaknya Dahak ditampung dalam botol steril dan
ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4
jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3 Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan
apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel
epitel lt 10lpk
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru Paru ndash paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis dan faktor imun lokal dan sistemik
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan
mukosilier aparatus Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit komplemen sitokin
imunoglobulin makrofag alveolar dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu
atau bila virulensi organisme bertambah Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas dan jarang melalui hematogen Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun Diperkirakan
sekitar 25-75 anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus
Invasi bakteri ke parenkin paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni) lobar atau
intersisial Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh darah eksudasi cairan intra-alveolar penumpukan
fibrin dan infiltrasi neutrofil yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia
Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel
epitel lt 10lpk
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru Paru ndash paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis dan faktor imun lokal dan sistemik
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan
mukosilier aparatus Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit komplemen sitokin
imunoglobulin makrofag alveolar dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu
atau bila virulensi organisme bertambah Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas dan jarang melalui hematogen Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun Diperkirakan
sekitar 25-75 anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi
virus
Invasi bakteri ke parenkin paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni) lobar atau
intersisial Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh darah eksudasi cairan intra-alveolar penumpukan
fibrin dan infiltrasi neutrofil yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation perfusion
missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia
Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu) Pada
kebanyakan kasus resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dikeluarkan melalui batuk Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari pneumonia bakterial viral dan mikoplasma pada anak
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur gt3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan fisik tanda konsolidasi variabel fine crackles
few crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Manifestasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan
1 Kelompok umur
a Neonatus
Tidak mau minum letargis sianosis grunting takipnea
b Bayi (infants)
Tidak mau minum letargis sianosis demam batuk retraksi
wheezing noisy breathing
c Anak prasekolah
Demam batuk muntah setelah batuk nyeri dada nyeri perut kasus
berat retraksi takipnea sianosis
d Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba batuk nyeri
dada (iritasi pleura membatasi pergerakan dada) disusul
takipnea batuk-batuk pendek nonproduktif Penderita tidur miring ke
sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan
memperbaiki ventilasi
2 Etiologi infeksi
Virus
Demam (biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri) gejala infeksi
saluran nafas atas (faringitis rhinorrhea dengan sekret serosa) diare
RSV wheezing tanda-tanda emfisema
Streptococcus pneumoniae
Awitan demam mendadak tinggi tidak ada gejala prodromal seperti
pada infeksi virus batuk produktif otitis media
Chlamydia trachomatis
Afebrisnontoksik batuk kering pleositosis eosinofil perifer
Mycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Didahului sakit kepala gangguan saluran pencernaan jarang
rhinorrhea Demam (subfebris) atralgia batuk kering anoreksia
faringitis
Chlamydia pneumoniae
Didahului faringitis diikuti batuk dan demam tinggi
Haemophilus influenzae
Epiglotitis perikarditis otitis media meningitis
Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
3 Stadium penyakit
a Stadium awal suara nafas menurun crackles yang tersebar
ronki
b Stadium lanjut
- Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara
nafas meningkat sampai subbronkial
- Bila ada komplikasi seperti efusi pleura empyema
pyopneumotoraks pekak pada perkusi dan suara nafas yang
menurun
- Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas
- Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang
tertelanileus
- Hepar teraba pada palpasi turunnya diafragma
akibat hiperinflasi pulmosuperimposed gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan halndash
hal sebagai berikut
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
a Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik interkostal
suprasternal dari pernapasan cuping hidung
Tanda objektif yang mereflekiskan adanya distres pernapasan
adalah retraksi dinding dada penggunaan otot tarnbahan yang terlihat
dan cuping hidung orthopnea dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada yaitu jaringan ikat
inter dan sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal
Kebalikannya ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila
tekanan intrapueura yang semakin positif Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua
Kontraksi yang terlihat dari otot Sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas Pada
infant kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbingrdquo yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegak lurus
dengan area suboksipital Apabila tidak ada tanda distres pernapasan
yang lain pada head bobbing adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan
adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada)
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan Selain itu dapat
juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif
faring selama inspirasi
b Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan nafas masih terbuka
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolapsparu atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang
c Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring
Crackles adalah bunyi non musikal tidak kotinyu interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz Bisa
bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi-rendahnya frekuensi
yang mendominasi) kelas atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)
jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napasjalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah
PEMERIKSAAN LARORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial
lnfeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20000mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15000-40000 mm3 dengan neutrofil yang predominan Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED
analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Isolasi mikroorganisme dari paru cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
4 maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara
empiris Secara umum pemilihan antibiotik
Berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Pneumonia
Di Indonesia
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Pedoman Diagnosis amp Penatalaksanaan Asma
Di Indonesia
8
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis