drematoterapi refreshing

24
KATA PENGANTAR Assalammualaikum Wr. Wb. Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Tidak lupa salawat serta salam kepada junjungan besar Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Refreshing ”Dermatoterapi dan Mikrobiologi Kulit”. Selain itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Chadijah Rifai Sp. KK, selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan Refreshing ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna. Semoga dengan adanya kritik dan saran yang diberikan pembimbing dan pembaca, saya bisa mengoreksi laporan kasus di lain kesempatan. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, April 2015

Upload: raysharamadhani

Post on 16-Jan-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kulit dan kelamin

TRANSCRIPT

Page 1: DREMATOTERAPI refreshing

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya kepada kita semua. Tidak lupa salawat serta salam kepada junjungan besar

Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Refreshing

”Dermatoterapi dan Mikrobiologi Kulit”.

Selain itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Chadijah Rifai Sp. KK, selaku

pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan Refreshing ini. Saya

menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna. Semoga

dengan adanya kritik dan saran yang diberikan pembimbing dan pembaca, saya bisa mengoreksi

laporan kasus di lain kesempatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, April 2015

Penulis

Page 2: DREMATOTERAPI refreshing

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

DERMATO – TERAPI

A. PENDAHULUAN

Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam – macam cara, ialah :

a. Topical

b. Sistemik

c. Intralesi

Kalau cara pengobatan di atas belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara –

cara lain, yaitu :

- Radioterapi

- Sinarultraviolet

- Pengobatan Laser

- Krioterapi

- Bedah listrik

- Bedah scalpel

Dengan adanya kemajuan – kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka

pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan

dalam bidang pengobatan topical yang berupa perubahan dari cara pengobatan non spesifik dan

empiric menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional.

Maksud uraian ini ialah memperkenalkan banetuk dan cara pengobatan topical yang

disesuaikan dengan keadaan penyakit kulit.

B. PENGOBATAN TOPIKAL

Kegunaan dan khasiat pengobatan topical didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat –

obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan,

membasahi ( hidrasi ), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi

( proteksi ) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan

Page 3: DREMATOTERAPI refreshing

hpmeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke keadaan

fisiologik stabil secepat – cepatnya. Di samping itu untuk menghilangkan gejala – gejala yang

mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas.

Cara pengobatan pada jaman dulu terutama ditujukan kepada efek fisik terhadap kulit

yang sakit.

Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir ini telah dikembangkan preparat – preparat topical

yang mempunyai khasiat kimiawi yang spesifik terhadap organism di kulit atau terhadap kulit itu

sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topical harus berkhasiat fisis maupun kimiawi. Kalau

obat topical di gunakan secara rasional, maka hasilnya juga optimal, sebaliknya kalau digunakan

secara salah obat topical menjadi tidak afekktif dapat menyebabkan penyakit iatrogenic.

Prinsip obat topical secara umum terdiri atas 2 bagian :

- Bahan dasar ( vehikulum )

- Bahan aktif

C. BAHAN DASAR ( VEHIKULUM )

Memilih bahan dasar ( vehikulum ) obat topical merupakan langkah awal dan terpenting

yang harus diambil dalam pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah

pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang membasah dipakai bahan

dasar yang cair/basah, misalnya kompres : dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar

padat/kering, misalnya salep. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi :

1. Cairan

2. Bedak

3. Salap

Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :

4. Bedak kocok ( lotion ), yaitu campuran cairan dan bedak.

5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap

6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak

7. Linimen ( pasta pendingin ), yaitu campuran, cairan, bedak, dan salap.

1. Cairan

Cairan terdiri atas :

Page 4: DREMATOTERAPI refreshing

a. Solusio artinya larutan dalam air

b. Tingtura artinya larutan dalam alcohol

Solusio dibagi dalam :

1. Kompres

2. Rendam ( bath ), misalnya rendam kaki, rendam tangan

3. Mandi ( fullbath )

Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris ( pus, krusta

dan sebagainya ) dan sisa – sisa obat topical yang pernah dipakai. Disamping itu terjadi

perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustule. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang

membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat

tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk

menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parastesi oleh bermacam – macam

dermatosis.

Harus diingat bahwapengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu

kering. Jadi pengobatan cairan harus di pantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai kering

pemakainnya di kurangi dan kalau perlu di hentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan

lainya. Cara kompres lebih di sukai dari pada cara rendam dan mandi, karena pada kompres

terdapat pendingin dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses

maserasi.

Bahan aktif yang dipakai dalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan

antimicrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.

Dikenal dua macam cara kompres, yaitu :

a. Kompres terbuka

Dasar

Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbs eksudat atau pus.

Indikasi

- Dermatosis madidans

- Infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisepelas

- Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.

Efek pada kulit

- Kulit yang semula eksudative menjadi kering

Page 5: DREMATOTERAPI refreshing

- Permukaan kulit mnejadi dingin

- Vasokontriksi

- Eritema berkurang

Cara

Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu

tebal ( 3 lapis ). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril dan jangan menggunakan

kapas karena lekat dan menghambat penguapan.

Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu di balutkan dan didiamkan,

biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi. Bila

kering dibasahkan lagi. Daerah yang di kompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi

pendinginan.

b. Kompres tertutup

Sinonim

Kompres impermeable

Dasar

Vasodilatasi, bukan untuk penguapan.

Indikasi

Kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.

Cara

Digunakan pembalut tebal dan di tutup dengan bahan impermeable, misalnya selofan atau

plastic.

2. Bedak

Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat

sehingga penetrasinya sedikit sekali.

Efek bedak ialah :

- Mendinginkan

- Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokontriksi

- Antipruritus lemah

- Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat ( intertrigo )

Page 6: DREMATOTERAPI refreshing

- Proteksi mekanis

Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talcum

venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air

dan sebum, astringen, antiseptic lemah dan antipruritus lemah.

Indikasi pemberian bedak ialah :

- Dermatosis yang kering dan superficial

- Mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varicela dan herpes zoster.

Kontraindikasi

Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.

3. Salap

Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi

seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.

Indikasi pemberian salap ialah :

- Dermatosis yang kering dan kronik

- Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika

dibandingkan dengan bahan dasar lainya.

- Dermatosis yang bersisik dan berkrusta

Kontraindikasi ialah : dermatitis madidans, jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang

berambut, penggunaan salaptidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh.

4. Bedak kocok

Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya di tambah dengan

glliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan cepat emnjadi kering,

maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10 – 15%. Hal ini berarti bila

beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase tersebut jangan dilampaui.

Indikasi bedak kocok ialah :

- Dermatosis yang kering, superficial dan agak luas, yang diinginkan ialah sedikit penetrasi.

- Pada keadaan subakut

Kontraindikasi :

- Dermatitis madidans

Page 7: DREMATOTERAPI refreshing

- Daerah badan yang berambut

5. Krim

Krim krim ialah campuran W ( water, air ), O ( oil, minyak ) dan emulgator.

Krim ada dua jenis :

Krim W/O : air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.

Krim O/W : minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.

Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya parabean

dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat di masukan di dalam krim.

Indikasi penggunaan krim ialah :

- Indikasi kosmetik

- Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar

daripada bedak kocok.

- Krim boleh digunakan di daerah yang berambut.

- Kontraindikasi ialah dermatitis madidans.

6. Pasta

Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan

mengeringakan.

Indikasi pengguanaan pasta ialah dermatosis yang agak basah.

Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital

eksterna dan lipatan – lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.

7. Linimen

Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salap.

Indikasi : dermatosis yang subakut

Kontraindikasi : dermatosis madidans

8. Gel

Ada vehikkulum lain yang tidak termasuk dalam “ bagan vehikulum “ ialah gel. Gel ialah

sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspense yang dibuat dari senyawa organic. Zat untuk

Page 8: DREMATOTERAPI refreshing

membuat gel diantaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat – zat tersebut

dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbentuk gel. Karbomer akan emmbuat

gel menjadi sangat jernih dan halus.

Gel segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorbs per kutan

lebih baik daripada krim.

D. BAHAN AKTIF

Memilih obat topical selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimaksudkan

ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topical.

Khasiat bahan aktif topical dipengaruhi oleh keadaan fisiko – kimia permukaan kulit, disamping

komposisi formulasi zat yang dipakai.

Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi satu

sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu dapat tercampurkan atau

tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya O.T.T ( obat tidak tercampurkan )

Asam salisilat misalnya dapat dicampur dengan asam lainya, contohnya asam benzoate

atau denga ter, resorsinol tidak tercampur dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat

oksidator.

Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oelh beberapa faktor, termasuk

konsentrasi obat, kelarutanya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas dan efek vehikulum

terhadap kulit.

Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah :

- Aluminium asetat

Contohnya ialah larutan Burowi yang mengandung alumunium asetat 5%. Efeknya ialah

astrinen dan antiseptic ringan.

- Asam asetat

Diapkai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptic untuk infeksi

pseudomonas.

- Asam benzoate

Mempunyai sifat antiseptic terutama fungisidal.

Page 9: DREMATOTERAPI refreshing

- Asam borat

Konsentrasinya 3% tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam

salap berhubung untuk antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama

pada kelalinan yang luas dan erosive terlebih – lebih pada bayi.

- Asam salisilat

Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topical.

Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang

terganggu. Pada konsentrasi yang rendah ( 1-2% ) mempunyai efek keratoplastik, yaitu

menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi yang tinggi ( 3-20% )

bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratolitik. Pada

konsentrasi yang sangat tinggi ( 40% ) dipakai untuk kelainan – kelainan yang dalam,

misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam konsentrasi 1 % dipakai sebagai

kompres, bersifat antiseptic. Penggunaanya, misalnya untuk dermatitis eksudatif, asam

salisilat 3% - 5% juga bersifat mempertinggi absorbsi per kutan zat – zat aktif.

- Asam undersilenat

Bersifat antimitotik dengan knsentrasi 5% salap atau krim. Dicampur dengan garam seng

20%.

- Asam vit.A ( tretonin,asam retinoat )

Efek : memeperbaiki keratinisasi menjadi normal jika terjadi gangguan, meningkatkan

sintesis D.N.A dalam epithelium germinatif, meningkatkan laju mitosis, menebalkan

staratum granulosum, menormalkan parakeratosis.

Indikasi : penyakit dengan sumbatan folikular, penyakit dengan hiperkertaosis, pada

proses menua kulit akibat sinar matahari

- Benzokain

Bersifat anastesia

Page 10: DREMATOTERAPI refreshing

- Benzyl benzoate

Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan

konsentrasi 20% dan 25%.

- Camphor

Konsentrasinya 1-2%. Bersifat anti pruritus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga

terjadi pendinginan. Dapat dimasukan ke dalam bedak atau bedak kocok yang

mengandung alcohol agar dapat larut. Juga dapat di pakai dalam salap dank rim.

- Kortikosteroid topical

Mempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu : anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti

mitotic, dan vasokontriksi.

Zat – zat ini pada konsentrasi 0.025% sampai 0.1% memberikan pengaruh anti inflamasi

yang kuat, yang termasuk dalam golongan ini ialah : betametason valerat, betametason

benzoate, fluinolon, setonid dan triamnisolon asetonid.

Penggolongan

Kortikosteroid topical dibagi menjadi 7 golongan besat, diantaranya berdasarkan anti-

inflamasi dan anti mitotic. Golongan 1 yang paling kuat daya anti – inflamasinya dan

anti mitotiknya ( superpoten ). Sebaliknya golongan VII yang terlemah ( potensi lemah ).

Indikasi

K.T. dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu

penyakit kulit ( MARKS,1985 ). Harus selalu diingat bahwa K.T bersifat paliatif dan

supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.

Dermatosis yang responsive dengan K.T, ialah : psoriasis, dermatitis atopic,

neurodermatitis sirkumkripta, dermatitis numularis, dermatitis stasis, dermatitis venenata,

dermatitis interginosa dan dermatitis solaris ( fotodermatitis ).

Dermatosis yang kurang responsive ialah lupus eritematous discoid, psoriasis di

telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid,

eksantem fikstum.

Page 11: DREMATOTERAPI refreshing

Dermatosis yang responsive dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan

parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkrista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis

dengan likenifikasi, liken amiloidosis dan vitiligo

Di samping K.T tersebet ada pula kortikosteroid yang di suntikan intralesi, misalnya

triamnisolon asetonid.

Pemilihan jenis K.T

Dipilih K.T yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah : disamping

itu ada beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis

vehikulum, kondisi penyakit, luas/tidaknya lesi, dalam/dakangkalnya lesi, dan lokallisasi

lesi. Perlu juga di pertimbangkan umur penderita.

Aplikasi klinis

a. Cara aplikasi

Pada umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3x/hari sampai penyakit tersebut

sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis, ialah menurunya respon

kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang – ulang. : berupa

toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, setelah

diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul lagi bila pengolesan obat

tetap dilanjutkan.

b. Lama pemakaian steroid topical

Lama pemakain steroid topical sebaiknya tidak lebih dari 4 – 6 minggu untuk

steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.

Efek samping

Efek samping terjadi bila :

Penggunaaan K.T yang lama dan berlebihan, penggunaan K.T dengan potensi kuat

atau sangat kuat atau penggunaan secara oksklusif.

Harus diingat bahwa makin tinggi potensi K.T, makin cepat terjadinya efek samping.

Page 12: DREMATOTERAPI refreshing

Gejala efek samping

o Atrofi

o Striae atrofise

o Telangiketasis

o Purpura

o Dermatosis akneformis.

o Hyperkeratosis setempat

o Hipopigmentasi

o Dermatitis perioral

o Menghambat penyembuhan ulkus

o Infeksi mudah terjadi dan meluas

o Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur

Pencegahan efek samping

Efek samping jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah, jangan

melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.

Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya di pakai K.T yang lemah. Pada kelainan

sub akut digunakan K.T sedang. Jika kelainan kronis dan tebal dipakai K.T kuat. Bila telah

membaik pengolasan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi sehari sekali untuk

mencegah efek samping.

Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan

pemakainan terbatas pada lesi yang resisiten.

Pada daerah lipatan ( inguinal , ketiak ) dan wajah digunakan K.T lemah/sedang.

K.T jangan digunakan untuk infeksi bacterial, infeksi mikotik, infeksi virus dan scabies.

Disekitar mata hendaknya berhati – hati untuk menghindari timbulnya glaukoma

dan katarak

Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu tempat, sedangkan dosis maksimum

perkali 10 mg.

Page 13: DREMATOTERAPI refreshing

- Mentol

Bersifat antipruritik seperti campora. Pemakainanya seperti pada campora,

konsentrasinya ¼ - 2%

- Pedofilin

Dammar pedofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma

akuminata. Setelah 4-6 jam hendaknya di cuci.

- Selenium disulfide

Digunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor.

Kemungkinan terjadinya efek toksik rendah.

- Sulfur

Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad – abad dalam dermatologi.

Bersifat antiseboroik, anti-akne, anti scabies, antibakteri positif, gram dan anti jamur.

- T e r

Preparat golongan ini di dapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara kayu dan fosil.

Preparat ter yang kami gunakan ialah likuor karbonis detergens karena tidak berwarna hitam

seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasinya 2-5%. Efeknya antipruritus, anti

radang, anti ekzem, anti kantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis dan dermatitis

kronik dan salap. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari 1 : kepala dan ekstremitas atas,

hari II : batang tubuh dan hari III ekstremitas bawah.

Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada

ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Eek karsinogen ter

batubara dapat terjadi pada pemakain yang lama. Pada pemakain dalam waktu yang singkat efek

samping ini tidak pernah terjadi.

- Tiosulfas natrikus

Page 14: DREMATOTERAPI refreshing

Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor dengan larutan

25%

- Urea

Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai

untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein.

- Zat antiseptic

Zat ini bersifat atau/dan bakteriostatik.

Golongan :

- Alcohol

- Fenol

- Halogen

- Zat – zat pengoksidasi

- Senyawa logam berat

- Zat warna

a. Golongan alcohol

Etanol 70% mempunyai potensi antiseptic yang optimal. Efek sampingya menyebabkan

kulit menjadi kering.

b. Golongan fenol

- Fenol : pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang berkonsentrasi jenuh

mempunyai efek kaustik, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan

anti pruritik ( ½-1% )

- Timol : bersifat desinfektan pada konsentrasi 0.5% dalam bentuk tingtur.

- Resorsinol : efek ialah antibacterial, antimikotik, keratolitik, antiseboroik, konsentrasi 2-

3%

- Heksaklorofen : senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik.

c. Golongan halogen

Yodium. Bersifat bakteriostatik.

d. Zat pengoksidasi

Zat oengoksidasi dioakai sebagai desinfektan pada dermatoterapi topical.

- Permangasnas kallkus

Page 15: DREMATOTERAPI refreshing

Zat ini mempunyai efek antiseptic lemah dalam larutan encer dalam air.

- Benzoll-peroksid

Zat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2.5% - 10%. Bersifat

antiseptic, merangsang jaringan dranulasi dan bersifat keratoplastik.

e. Senyawa logam berat

1. Merkuri

2. Perak

- Larutan perak nitrat

- Sulfadiazine perak

f. Zat warna

Zat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topical. Efeknya ialah astringen dan

antiseptic. Misalnya :

- Zat warna akridin, umpamanya ekridin laktat ( rivanol ) di pakai untuk kompres dengan

konsentrasi 1 %.

Obat imunomodulator topikal

- Telah banyak kemajuan yang dicapai dalam riset obat yang bersifat imunomodulator yaitu

yang tercakup dalam terapi imun. Salah satu obat imunomodulator adalah takrolimus

(TKL) suatu calcinerin inhibitors (CnLs) yaitu suatu makrolactam yang pertama-tama

diisolasi dari streptomyces.

- TKL dapat diberikan secara oral, topikal, dan intravena. TKL di metabolisasi di hati dan

mempunyai bioavailabilitas lebih tinggi. Formulasi topikal mempunyai konsentrasi 0,03%

dan 0,1% dalam bentuk salap.

- TKL terutama diindikasikan untuk dermatitis atopik dan mencegah sel T, dengan

demikian mencegah sintesis IL2-

- IL3-IL4, IL5 dan sitokin yang lain misalnya CSF, TNFa dan TFNy. TKL tidak

menyebabkan atrofi kulit dan tidak berpengaruh pada sintesis kolagen kulit.

- Pimekrolimus juga dikenal sebagai ASM981 adalah derivat gugusan asli ascomycin yang

semula diisolasi dari hasil fermentasi S.Higroscopicus ascomyticus. Pimekrolimus

mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan CnLs yang lain. Pimekrolimus

diformulasi dalam bentuk krim 0,1%, 0,6%, dan 1,0%.

Page 16: DREMATOTERAPI refreshing
Page 17: DREMATOTERAPI refreshing

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editor. 2013. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi

keenam. Jakarta : FKUI.

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu penyakit kulit. Jakarta : Perpustakaan Nasional.

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi

6. EGC : Jakarta.