refrat saraf makalah
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
1/18
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Otak berada didalam rongga tengkorak,yang dilindungi oleh selaput durameter. Struktur
tulang tengkorak yang kaku dan keras serta selaput durameter yang tidak elastis mengurangi
kemungkinan pengembangan jaringan otak dalam keadaan tertentu. Di dalam rongga tengkorak
yang kaku terdapat jaringan otak,darah dan pembuluh darah serta cairan serebrospinalis.
Tekanan intrakranial merupakan jumlah total dari tekanan yang mewakili volume jaringan otak,
volume darah intrakranial dan cairan serebrospinalis. Apabila volume dari salah satu faktor tadi
meningkat dan tidak dapat dikompensasi oleh kedua faktor yang lain, maka terjadilah tekanantinggi intrakranial. Tekanan tinggi intrakranial secara klasik ditandai dengan suatu trias, yaitu
nyeri kepala, muntah-muntah dan papil edem. Dalam hal ini foto polos kepala dapat membantu
untuk menentukan ada tidaknya tekanan tinggi intrakranial.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam refrat ini penulis akan menjelaskan tentang definisi, anatomi , fisologi, etiologi
gejala klinis dan penatalaksanaan dari tekanan intracranial
I.3 TUJUAN PENULISAN
1. Penulisan referat dengan judul Tekanan Intrakranial diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan dasar bagi penulis dan sebagai bekal nantinya dalam menjalankan tugas sebagai
tenaga kesehatan.
2. Tujuan penulisan referat adalah untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian bagian
neurologi
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
2/18
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 DEFINISI
Tekanan intrakranial (TIK) didefiniskan sebagai tekanan dalam rongga kranial dan
biasanya diukur sebagai tekanan dalam ventrikel lateral otak. Menurut Morton, et.al tahun 2005,
tekanan intrakranial normal adalah 0-15 mmHg. Nilai diatas 15 mmHg dipertimbangkan sebagai
hipertensi intrakranial atau peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu otak (sekitar 80% dari volume total), cairan serebrospinal (sekitar 10%)
dan darah (sekitar 10%).
Bila terjadi kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat
menyebabkan tekanan tinggi intrakranial. Sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi
dengan memindahkan cairan serebrospinalis dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan
disamping itu volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan
durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jika otak,
darah dan cairan serebrospinalis volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme
penyesuaian ini akan gagal dan terjadilah tekanan tinggi intrakranial.
II.2 ANATOMI
A. Kulit kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut scalp yaitu; skin atau kulit, connective tissue
atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective tissue atau
jaringan penunjang longgar dan perikranium. Tepat di atas tengkorak terletak galea
aponeurotika, yaitu jaringan fibrosa, padat, dapat digerakkan dengan bebas, yang membantu
menyerap kekuatan trauma eksternal. Di antara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak danlapisan membran dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh darah besar.
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari
beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya di regio
temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata
sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi.
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
3/18
Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media
tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum.
Tulang tengkorak terdiri dari dua dinding atau tabula yang dipisahkan oleh tulang berongga.
Dinding luar disebut tabula eksterna, dan dinding bagian dalam disebut tabula interna. Struktur
demikian memungkinkan kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan bobot yang lebih ringan.
Tabula interna mengandung alur-alur yang berisi arteri meningea anterior, media, dan posterior.
B. Meningen
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf yang bersifat non
neural.
1. Duramater
Duramater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat
pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya,
maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater dan
arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Di antara lapisan luar dura dan tulang
tengkorak terdapat jaringan ikat yang mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu
ruangan disebut ruang epidural.
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju
sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan
dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus
transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan
hebat. Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari kranium
(ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri
ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri
meningea media yang terletak pada fossa temporalis (fossa media).
2. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput arakhnoid
terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput
ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater
oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh cairan serebrospinalis (CSF). Pada sudut antara
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
4/18
serebelum dan lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini
berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens. Ruang subarakhnoid
spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari
medula spinalis sampai setinggi S2. Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan akibat
cedera kepala.
3. Piamater
Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Piameter merupakan selaput tipis
yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada sulkus-sulkus
dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan medula spinalis, terus ke kaudal
sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra. Membrana ini membungkus saraf otak
dan menyatu dengan epineuriumnya. Diantara arakhnoid dan piameter disebut ruang
subarakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah. Arteri-arteri yang
masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh piamater.
C. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa sekitar 1400 gr.
Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum dan
diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons,
medula oblongata dan serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi,
fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik
dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital
bertanggungjawab dalam proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem
aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medula oblongata
terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi koordinasi dan
keseimbangan.
D. Ventrikel
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV. Ventrikel
lateral terdapat di bagian dalam serebrum, masing-masing ventrikel terdiri dari 5 bagian yaitu
kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior, badan dan atrium. Ventrikel III adalah suatu
rongga sempit di garis tengah yang berbentuk corong unilokuler, letaknya di tengah kepala,
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
5/18
ditengah korpus kalosum dan bagian korpus unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica,
kelenjar hipofisa dan otak tengah dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding
hipothalanus. Di sebelah anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus
sylvii. Ventrikel IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral
serebrum dan dorsal dari pons dan medula oblongata.
II.3 FISIOLOGI
Sirkulasi cairan serebrospinalis :
Sebagian besar cairan serebrospinalis dibentuk oleh ventrikel lateral otak dengan
kecepatan 0,3 0,4 meningococcus/menit atau 500 meningococcus/hari. Dalam keadaan normal
jumlah cairan serebrospinalis adalah 100 - 150 meningococcus (Obrein MS 1980). Cairan
kebanyakan keluar dari setiap ventrikel lateral, melalui foramen Monro menuju ventrikel III,
melalui akuaduktus Sylvi masuk ke ventrikel IV dan mengalir ke ruang subrakhnoid melalui
foramen Luschka dan Magendi. Ruang subarakhnoid mengelilingi otak dan medula spinalis, dan
cairan serebrospinalis bersirkulasi diseluruh ruang tersebut (Gilroy J 1975). Kebanyakan
absorpsi cairan serebrospinalis terjadi pada villi arakhnoid. Mekanisme yang pasti kenapa
terutama mengambil tempat tersebut tidak diketahui, tetapi perbedaan diantara tekanan
hidrostatik cairan serebrospinalis dan sinus-sinus venosus adalah sangat penting. Kapasitas
absopsi adalah 2-4 kali lebih besar dari kecepatan normal sirkulasi cairan serebrospinalis
(Obrein MS 1980). Otak dan cairan serebrospinalis bersama-sama dengan pembuluh darah otak
diliputi oleh tulang yang kaku. Rongga kranium normal mengandung berat otak 1400 gram, 75
ml darah dan 75 ml cairan serebrospinalis. Otak, volume darah dan cairan serebrospinalis di
dalam kranium pada setiap saat harus relatif konstan (hipotesa Monro-Kellie). Yang lebih
penting adalah penekanan pada pembuluh darah otak bila terjadi peninggian tekanan intrakranial
(Ganong WF, Kandel ER)
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
6/18
II.4 ETIOLOGI TEKANAN INTRAKRANIAL
Mekanisme umum dan penyebab peningkatan tekanan intrakranial adalah sebagai berikut:
1. PERDARAHAN INTRAKRANIAL
Perdarahan Intrakranial adalah perdarahan di dalam tulang tengkorak. Perdarahan bisa terjadi di
dalam otak atau di sekeliling otak:
Perdarahan yang terjadi di dalam otak disebut perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan salah satu jenis stroke, yang disebabkan oleh adanya
perdarahan ke dalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral terjadi secara tiba-tiba, dimulai
dengan sakit kepala, yang diikuti oleh tanda-tanda kelainan neurologis (misalnya kelemahan,
kelumpuhan, mati rasa, gangguan berbicara, gangguan penglihatan dan kebingungan). Sering
terjadi mual, muntah, kejang dan penurunan kesadaran, yang bisa timbul dalam beberapa menit.
Perdarahan diantara lapisan selaput otak (meningen) disebut perdarahan subdural
Perdarahan diantara otak dan rongga subaraknoid disebut perdarahan subaraknoid
Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput
otak (ronggasubaraknoid). Sumber dari perdarahan adalah pecahnya dinding pembuluh darah
yang lemah (apakah suatu malformasi arteriovenosa ataupun suatu aneurisma) secara tiba-tiba.
Perdarahan diantara tulang tengkorak dan selaput otak disebut perdarahan epidural.
Setiap perdarahan akan menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak. Ruang di dalam tulang
tengkorak sangat terbatas, sehingga perdarahan dengan cepat akan menyebabkan bertambahnya
tekanan dan hal ini sangat berbahaya.
2. HYDROCEPHALUS
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak
(cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
7/18
3. EDEMA OTAK
Ada dua macam edema otak yang sering ditemukan.
Edema vasogenik terjadi oleh karena adanya kebocoran besar dari cairan melalui kapiler
jaringan otak yang rusak atau melalui kapiler yang tidak kompeten. Edema ini bersifat
ekstrasellar dan terdapat di dalam massa putih (white matter); sedangkan massa kelabu, secara
nyata tidak terkena. Edema ini bisa menyeluruh atau setempat, tetapi sifatnya yang khas adalah
tampak di sekitar lesi yang besar dan seringkali terdapat di sekitar lesi yang menunjukkan
banyak proliferasi kapiler, seperti implantasi metastatic dan abses. Mungkin hal ini disebabkan
oleh karena kapiler-kapiler yang baru terbentuk dan tidak mempunyai fungsi sawar darah otak.
Edema sitotoksik adalah penimbunan cairan yang berlebihan di dalam sel, yang lebih sering
menyerang massa kelabu daripada massa putih. Hal ini diakibatkan oleh proses-proses seperti
iskemia atau keracunan yang mengganggu fungsi membrane sel atau pompa ion, merusak
keseimbangan osmotic dari sel, dan akhirnya menyebabkan masuknya sejumlah besar air dan
molekul lainnya ke dalam sel. Tidak jarang bahwa kedua jenis edema terjadi bersamaan,
misalnya, pada ensefalopati iskemik.
4. HERNIASI OTAK
Herniasi otak merupakan salah satu komplikasi yang paling buruk pada penderita dengan
kelainan setempat yang menduduki ruangan intrakranial (focal space-occupying lesions) atau
pembengkakan otak yang merata. Rongga cranium dibagi menjadi beberapa ruangan oleh lipatan
duramater. Falks cerebri memisahkan kedua hemisfer otak besar dan temtorium cerebella
memisahkan kedua hemisfer otak kecil dari kutub oksipital pada hemisfer otak besar.
Pembesaran setempat dari ruangan manapun akan mendorong jaringan otak ke sebelahnya. Ini
dinamakan herniasi otak. Ada tiga bentuk herniasi otak, yaitu :
1. Hernia subfalksin (hernia singulatus) terjadi bila gyrus singulus mengalami herniasi di bawah
falks cerebri
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
8/18
2. Hernia unsinatus (hernia unkal, hernia transtentorial), unkus dari lobus temporalis terdorong
kearah medial bawah melalui celah tentorium. Pendorongan ini meregangkan saraf kranial
okulomotorius (N.III) sehinggaa menyebabkan dilatasi pupil yang khas pada sisi yang sama
dengan lesi hernia.
3. Hernia tonsilaris adalah pendorongan tentorium cerebellum melalui foramen magnum.
Keadaan demikian menyebabkan penekanan pada batang otak dan pusat pernapasan, bila tidak
diatasi, akan menimbulkan gangguan pernapasan, bila tidak diatasi, akan menimbulkan
gangguan pernapasan berupa pernapasan yang tidak teratur, disusul dengan apneu dan kematian.
5. TUMOR OTAK
II.5 GEJALA KLINIS PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
TRAUMA
1. PERDARAHAN INTRAKRANIAL
Penurunan kesadaran
Nyeri kepala
Muntah
Papil edeme
Tanda dini : letargi, berupa keterlambatan respon verbal.
Tiba-tiba gelisah, konfusi dan mengantuk.
Hanya bereaksi terhadap stimulus nyeri & suara keras.
Respon motorik abnormal
Dekortikasi, terjadi rotasi internal, fleksi telapak kaki & fleksi ekstremitas atas.
Deserebrasi, rotasi keluar ekstremitas atas & telapak kaki.
Flasiditas ekstremitas & tidak ada refleks.
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
9/18
NON TRAUMA
1. TUMOR OTAK
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari
dan malam hari.
Muntah proyektil dan Penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena
setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat
teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa
gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel
III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
2. HYDROCEPHALUS
Nyeri kepala kepala diikuti dengan muntah-muntah
Pupil oedema, Strabismus
Peningkatan tekanan darah, Heart lambat, Gangguan respirasi
Kejang, Letargi, Muntah, Tanda-tanda ekstrapiramidal/ ataksia
Lekas marah, Lesu, Apatis,Kebingungan, Sering kali inkoheren
Kebutaaan
Nyeri Kepala
Nyeri kepala pada tumor otak terutama ditemukan pada orang dewasa dan kurang sering
pada anak-anak. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu bangun tidur, karena selama tidur
PCO2 arteri serebral meningkat sehingga mengakibatkan peningkatan dari serebral blood flow
dan dengan demikian mempertinggi lagi tekanan intrakranium. Juga lonjakan tekanan
intrakranium sejenak karena batuk, mengejan atau berbangkis akan memperberat nyeri kepala.
Pada anak kurang dari 10-12 tahun, nyeri kepala dapat hilang sementara dan biasanya nyeri
kepala terasa didaerah bifrontal serta jarang didaerah yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada
tumor didaerah fossa posterior, nyeri kepala terasa dibagian belakang dan leher.
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
10/18
Muntah
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak dan biasanya disertai
dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di fossa posterior. Muntah tersebut
dapat bersifat proyektil atau tidak dan sering tidak disertai dengan perasaan mual serta dapat
hilang untuk sementara waktu.
Papil edem
Papil edem juga merupakan salah satu gejala dari tekanan tinggi intrakranial. Karena
tekanan tinggi intrakranial akan menyebabkan oklusi vena sentralis retina, sehingga terjadilah
edem papil. Barley dan kawankawan, mengemukakan bahwa papil edem ditemukan pada 80%
anak dengan tumor otak.
adapun perubahan tanda tanda vital
a. Denyut Nadi
Denyut nadi relatif stabil selama stadium awal dari peningkatan intrakranial, terutama pada anak-
anak. Bradikardi merupakan mekanisme kompensasi yang mungkin terjadi untuk mensuplai
darah ke otak dan mekanisme ini dikontrol oleh tekanan pada mekanisme reflex vagal yang
terdapat di medulla. Apabila tekanan ini tidak dihilangkan, maka denut nadi akan menjadi lambat
dan irregular dan akhirnya berhenti.
b. Pernapasan
Pada saat kesadaran menurun, korteks serebri akan lebih tertekan daripada batang otak dan pada
pasien dewasa, perubahan pernafasan ini normalnya akan diikuti dengan penurunan level dari
kesadaran. Perubahan pada pola pernafasan adalah hasil dari tekanan langsung pada batang otak.
Pada bayi, pernafasan irregular dan meningkatnya serangan apneu sering terjadiantara gejala-
gejala awal dari peningkatan intracranial yang cepat dan dapat berkembang dengan cepat ke
respiratory arrest.
c. Tekanan Darah
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
11/18
Tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil selama stadium awal dari peningkatan tekanan
intrakranial, terutama pada anak-anak. Dengan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial,
tekanan darah akan meningkat sebagai mekanisme kompensasi; Sebagai hasil dari respon
Cushing, dengan meningkatnya tekanan darah, akan terjadi penurunan dari denyut nadi disertai
dengan perubahan pada pola pernafasan. Apabila kondisi ini terus berlangsung, maka tekanan
darah akan mulai turun .
d. Suhu Tubuh
Selama mekanisme kompensasi dari peningkatan tekanan intrakranial berlangsung, suhu tubuh
akan tetap stabil. Ketika mekanisme dekompensasi berubah, peningkatan suhu tubuh akan
muncul akibat dari disfungsi dari hipotalamus atau edema pada traktus yang
menghubungkannya.
e. Reaksi Pupil
Serabut saraf simpatis menyebabkan otot pupil berdilatasi. Reaksi pupil yang lebih lambat dari
normalnya dapat ditemukan pada kondisi yang menyebabkan penekanan pada nervus
okulomotorius, seperti edema otak atau lesi pada otak. Penekanan pada n. Oklulomotorius
menyebabkan penekanan ke bawah, menjepit n.Okkulomotorius di antara tentorium dan herniasi
dari lobus temporal yang mengakibatkan dilatasi pupil yang permanen. N. okulomotorius (III)
berfungsi untuk mengendalikan fungsi pupil. Pupil harus diperiksa ukuran, bentuk dan
kesimetrisannya dimana ketika dibandingkan antara kiri dan kanan, kedua pupil harus memiliki
ukuran yang sama. Normalnya, konstriksi pupil akan terjadi dengan cepat.
II.6 DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
neurologik yang teliti. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh
penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada
tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik
mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
12/18
II.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektroensefalografi (EEG)
Foto polos kepala
Computerized Tomografi (CT Scan)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
II.8 PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Primer
Tindakan utama untuk peningkatan tekanan intracranial pada trauma adalah untuk
mengamankan ABCDE (primary survey) pada pasien. Banyak pasien dengan peningkatan
tekanan intracranial memerlukan intubasi. Pasien dengan skor GCS kurang dari 8 harus
diintubasi untuk melindungi airway. Yang menjadi perhatian utama pada pemasangan intubasi
ini adalah intubasi ini mampu memberikan ventilasi tekanan positif yang kemudian dapat
meningkatkan tekanan vena sentral yang kemudian akan menghasilkan inhibisi aliran balik vena
sehingga akan meningkatkan tekanan intracranial. Hati-hati dalam memperhatikan gizi,
elektrolit, fungsi kandung kemih dan usus. Pengobatan yang tepat untuk infeksi berupa
pemberian antibiotik harus dilaksanakan dengan segera. Pemberian analgesia yang memadai
harus diberikan walaupun pasien dalam kondisi di bawah sadar.
Posisi kepala pasien juga harus diperhatikan. Elevasi pada kepala dapat menurunkan
tekanan intracranial pada kondisi normal dan pada pasien dengan cedera kepala melalui
mekanisme penurunan tekanan hidrostatis cairan serebrospinal yang akan menghasilkan aliran
balik vena. Sudut yang dianjurkan dan umumnya digunakan untuk elevasi pada kepala adalah
30. Pasien harus diposisikan dengan kepala menghadap lurus ke depan karena apabila kepala
pasien menghadap ke salah satu sisinya dan disertai dengan fleksi pada leher akan menyebabkanpenekanan pada vena jugularis interna dan memperlambat aliran balik vena. Hipoksia sistemik,
gangguan hemodinamik dan gangguan pada autoregulasi yang kemudian disertai dengan kejang
dapat membahayakan kondisi pasien dengan peningkatan tekanan intracranial . Sehingga banyak
praktisi kesehatan yang kemudian menggunakan terapi profilaksis fenitoin, terutama pada pasien
dengan cedera kepala, perdarahan subaraknoid, perdarahan intrakranial, dan kondisi yang
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
13/18
lainnya. Penggunaan fenitoin sebagai profilaksis pada pasein dengan tumor otak dapat
menghasilkan penurunan resiko untuk terjadinya kejang, tapi dengan efek samping yang juga
cukup besar.
2. Penanganan Sekunder
1. Hiperventilasi digunakan pada pasien dengan skor GCS yang lebih dari 5. Pembuluh darah
otak merespon dengan cepat pada perubahan PaCO2. PaCO2 yang rendah dapat menyebabkan
vasokonstriksi, yang kemudian akan mengurangi komponen darah dalam volume intrakranial,
dimana peningkatan PaCO2 menyebabkan vasodilatasi. Hiperventilasi bertujuan menjaga agar
PaCO2 berada pada level 25 30 mm Hg sehingga cerebral blood flow (CBF) akan turun dan
volume darah otak berkurang dan dengan demikian mengurangi tekanan intracranial .
Hiperventilasi yang berkepanjangan harus dihindari dan menjadi tidak efektif setelah sekitar 24
jam. Kecenderungannya adalah untuk menjaga ventilasi normal dengan PaCO2 di kisaran 30
35 mmHg dan PaO2 dari 120-140 mmHg. Ketika ada pemburukan klinis seperti dilatasi pupil
atau tekanan nadi melebar, hiperventilasi dapat dilakukan (sebaiknya dengan Ambu bag) sampai
tekanan intrakranial turun.
2. Osmotherapi berguna dalam tahap edema sitotoksik, ketika permeabilitas kapiler yang masih
baik, dengan meningkatkan osmolalitas serum. Manitol masih merupakan obat yang baik untuk
mengurangi tekanan intrakranial, tetapi hanya jika digunakan dengan benar: itu adalah diuretik
osmotik yang paling umum digunakan. Hal ini juga dapat bertindak sebagai scavenger radikal
bebas.
Dosis tradisional adalah 1 gm/kg/24 jam 20% sampai 25% iv baik sebagai bolus atau lebih
umum secara bertahap. Tidak ada peran untuk dehidrasi. Efek Manitol pada tekanan intrakranial
maksimal adalah 1 / 2 jam setelah infus dan berlangsung selama 3 atau 4 jam sebagai sebuah
aturan. Dosis yang benar adalah dosis terkecil yang akan berpengaruh cukup terhadap tekanan
intrakranial. Ketika dosis berulang diperlukan, penggunaan garis dasar osmolalitas serum
meningkat secara bertahap dan saat ini melebihi 330 mosm / 1 terapi manitol harus dihentikan.
Penggunaan lebih lanjut tidak efektif dan cenderung menimbulkan gagal ginjal. Diuretik seperti
furosemid, baik sendiri atau bersama dengan bantuan manitol untuk mempercepat ekskresi dan
mengurangi osmolalitas serum awal sebelum dosis berikutnya. Beberapa mengklaim, bahwa
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
14/18
furosemid manitol dapat meningkatkan output. Beberapa memberikan furosemid sebelum
manitol, sehingga mengurangi overload sirkulasi.
3. Barbiturat dapat menurunkan tekanan intracranial ketika tindakan-tindakan lain gagal, tetapi
tidak memiliki nilai profilaksis. Mereka menghambat peroksidasi lipid dimediasi radikal bebas
dan menekan metabolisme serebral; persyaratan metabolisme otak dan dengan demikian volume
darah otak yang berkurang mengakibatkan penurunan tekanan intracranial. Fenobarbital yang
paling banyak digunakan. Dosis 10 mg / kg pemuatan lebih dari 30 menit dan 1-3mg/kg setiap
jam secara luas digunakan. Fasilitas untuk memantau dekat tekanan intracranial dan
ketidakstabilan hemodinamik harus menemani setiap terapi obat tidur.
4. Induksi hipotermia hingga 32-34C dapat menurunkan CBF dan TIK dengan menurunkan
metabolic demand. Tiap penurunan temperatur 1C akan menurunkan metabolisme oksigen otak
(CMRO2) 7%. Efek samping hipotermi meliputi infeksi sistemik, bakteremia, koagulopati,
pneumonia, hipokalemia, dan aritmia
II.9 PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial sangat berhubungan dengan
tingkat keparahan dari patofisologi yang mendasari, efikasi manajemen, dan umur dan
komorbiditas pasien. Gambaran sindroma herniasi tidak selalu menunjukkan suatu kondisi
irreversibel dan sia-sia.
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
15/18
BAB III
KESIMPULAN
Tekanan intrakranial (TIK) didefiniskan sebagai tekanan dalam rongga kranial danbiasanya diukur sebagai tekanan dalam ventrikel lateral otak. Menurut Morton, et.al tahun 2005,
tekanan intrakranial normal adalah 0-15 mmHg. Nilai diatas 15 mmHg dipertimbangkan sebagai
hipertensi intrakranial atau peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu otak (sekitar 80% dari volume total), cairan serebrospinal (sekitar 10%)
dan darah (sekitar 10%). Penyebab dari tekanan intracranial adalah pendarahan otak, edema
otak, hydrocephalus dan tumor otak.
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaanfisik neurologik yang teliti. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan
oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya
ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik
mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang. Adapun
pemeriksaan penunjangnya seperti Elektroensefalografi (EEG) , foto polos kepala , CT Scan dan
MRI. Penatalaksanaan dari tekanan intracranial ada dua yaitu primer dan sekunder. Prognosis
dari peningkatan intracranial sangat berhubungan dengan tingkat keparahannya.
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
16/18
TEKANAN INTRAKRANIAL
Penyusun :
Lita Suci Ryanti 07700146
Pembimbing :
dr. Sulistyono, Sp.S
BAGIAN NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARE
2012
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
17/18
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatserta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Referat yang berjudul
TEKANAN INTRAKRANIAL. Referat ini berisikan tentang informasi mengenai cara
mendiagnosis yang meliputi definisi, anatomi, gejala klinis serta penatalaksanaan Tekanan
Intrakranial. Diharapkan referat ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Tekanan Intrakranial.
Saya sampaikan banyak terima kasih kepada dr.Sulistyono, Sp.S dan dr.Sukoco, Sp.S,
selaku pembimbing saya, karena bimbingan beliau lah referat ini dapat terselesaikan, dan kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan referat ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Akhir kata, saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan referat ini.
Pare, Juli 2012
Penyusun
-
7/29/2019 refrat saraf makalah
18/18
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penulisan
BAB IIPEMBAHASAN
II.1 Definisi
II.2 Anatomi
II.3 Fisiologi
II.4 Etiologi
II.5 Gejala klinis peningkatan intraknial
II.6 Diagnosis
II.7 Pemeriksaan penunjang
II.8 Penatalaksanaan
II.9 Prognosis
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA