refrat pityriasis versicolor - adiwirya

11
Pityriasis Versicolor (Referat di bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin) BAB I PENDAHULUAN Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembapan yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur. Oleh karena itu, golongan penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur menempati urutan kedua terbanyak dari insiden penyakit kulit di bagian ilmu kesehatan kulit dan kelamin Fakultas kedokteran USU, RSUP. H. Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi Medan 7 . Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis). Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar 8 . Diantara penyakit jamur superfisial yang sering dijumpai di Indonesia salah satunya adalah pitiriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh jamur atau konta langsung dengan penderita. Infeksi jamur yang non dermatofitosis salah satunya pitiriasis

Upload: adiwirya-aristiara-artsen

Post on 24-Jul-2015

429 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Pityriasis Versicolor - Adiwirya

Pityriasis Versicolor (Referat di bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin)

BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembapan

yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur. Oleh karena itu, golongan penyakit kulit yang

disebabkan infeksi jamur menempati urutan kedua terbanyak dari insiden penyakit kulit di

bagian ilmu kesehatan kulit dan kelamin Fakultas kedokteran USU, RSUP. H. Adam Malik,

RSUD. Dr. Pirngadi Medan 7.

Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk

superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan

dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis,

tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua

golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis).

Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis melibatkan

zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh

dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat

mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang

paling luar 8. Diantara penyakit jamur superfisial yang sering dijumpai di Indonesia salah satunya

adalah pitiriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial, seseorang

terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan benda-benda yang sudah

terkontaminasi oleh jamur atau konta langsung dengan penderita. Infeksi jamur yang non

dermatofitosis salah satunya pitiriasis versikolor yang disebabkan oleh jamur malassezia.

Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya bergantung pada tingkat ekonomi daripada

kehidupan penderita. Bila penderita adalah orang dengan golongan ekonomi lemah (misalnya:

tukang becak, pembantu rumah tangga) penyakit ini tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita

dengan ekonomi menengah keatas yang mengutamakan penampilan maka penyakit ini adalah

penyakit yang sangat bermasalah 7.

Page 2: Refrat Pityriasis Versicolor - Adiwirya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Pityriasis versicolor (PV) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya

asimtomatik, disebabkan oleh Malassezia furfur berupa bercak dengan pigmentasi yang

bervariasi pada umumnya mengenai badan 1. Bercak berwarna putih sampai coklat

kehitaman. Terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha,

lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit 2.

Pityriasis Versicolor adalah penyakit universal dan terutama di daerah tropis 2. Istilah

versicolor mengacu pada akibat yang ditimbulkan jamur ini yaitu perubahan warna kulit

tergantung dari kondisi kulit.

II. Etiologi

M. furfur (sebelumnya dikenal dengan nama Pityrosporum ovale, P. orbiculare) adalah

jamurlipofilik yang normal terdapat pada keratin kulit dan folikel rambut. Jamur ini

merupakan organisme oportunistik yang dapat menyebabkan pityriasis versicolor 1. Jamur ini

membutuhkan asam lemak untuk tumbuh 4.

Page 3: Refrat Pityriasis Versicolor - Adiwirya

Gambar. Malassezia furfur

Sumber (www.doctorfungus.com)

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Hymenomycetes

Order : Tremellales

Family : Filobasidiaceae

Genus : Malassezia.

Selain mengakibatkan PV, Malassezia Furfur juga dapat mengakibatkan dermatitis

seboroik, folikulitis, dan blefaritis. Koloni Malassezia furfur dapat tumbuh dengan cepat dan

matur dalam 5 hari dengan suhu 30-37° C. Warna koloni Malassezia Furfur adalah kuning

krem 4.

Page 4: Refrat Pityriasis Versicolor - Adiwirya

Gambar. Koloni Malassezia Furfur

Sumber (www.doctorfungus.com)

Malassezia furfur memiliki fragmen hifa dengan gambaran

seperti sphagetti atau meatbollsaat dilihat dengan mikroskop. Sel jamur terdiri dari 2

bentuk 7:

1. Bentuk Hifa (pseudo hifa) yang merupakan bentuk vegetatif

2. Bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk bertahan hidup

III. Faktor Predisposisi

Suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, pengobatan dengan

glukokortikoid, dan defisiensi imun. Pemakaian minyak seperti minyak kelapa merupakan

predisposisi terjadinya PV pada anak-anak 1.

Faktor predisposisi lain adalah 6:

1. Pengangkatan glandula adrenal

2. Penyakit Cushing

3. Kehamilan

4. Malnutrisi

5. Luka bakar

6. Terapi steroid

7. Supresi sistem imun

Page 5: Refrat Pityriasis Versicolor - Adiwirya

8. Kontrasepsi oral

9. Suhu Panas

10. Kelembapan

IV. Patogenesis

Malassezia berubah dari bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi

oleh faktor predisposisi. Malassezia memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah asam

lemak pada lipid yang terdapat pada permukaan kulit menjadi asam dikarboksilat. Asam

dikarboksilik ini menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dapat mengakibatkan

hipomelanosit 1. Tirosinase adalah enzim yang memiliki peranan penting dalam pembentukan

melanin 9. Malassezia Furfur dapat menginfeksi pada individu yang sehat sebagaimana ia

dapat menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya pada pasien kanker atau

AIDS.

V. Gejala Klinis

Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada

keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak pigmentasi dengan

alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas,

leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia 1.

Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi dapat

milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai 8:

1. bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus

diatasnya, dan tepi tidak meninggi.

2. bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.

Page 6: Refrat Pityriasis Versicolor - Adiwirya

Gambar. Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi Kaukasia (kiri atas)

dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan atas dan bawah ).

Sumber (www.micologyonline.com), (A.D.A.M, www.about.com)

VII. Diagnosa Banding

Vitiligo, pityriasis alba, postinflammatory hypopigmentation, tuberculoid leprosy

VIII. Diagnosis

1. Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas

tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi.

2. Mikroskopi langsung. Kerokan kulit diambil dari bercak pityriasis versicolor, atau dengan

menggunakan cellotape yang ditempel pada bercak. Setelah diambil diletakkan di atas

gelas objek kemudian ditetesi KOH 10-20% atau campuran 9 bagian KOH 10-20%

dengan 1 bagian tinta Parker blueblack superchrome X akan lebih memperjelas

pembacaan karena memberi tampilan warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur.

Kemudian dipanaskan sebentar diatas lampu bunsen untuk memfiksasi, dan dilihat di

bawah mikroskop dengan pembesaran 40 kali 7.

- Hasil Positif: hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i.v.j) dan gerombolan

sporabudding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs.

- Hasil Negatif: bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis versicolor

walaupun ada spora.

Page 7: Refrat Pityriasis Versicolor - Adiwirya

3. Pemeriksaan dengan Wood's Lamp

Penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan Malassezia dapat dideteksi dengan lampu wood

dimana akan timbul fluoresensi berwarna kuning keemasan.

.

IX. Pengobatan

Topical agents. Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal

sangat efektif. Lotion atau sampo Selenium sulfide (2.5%) dioleskan pada bercak selama 10-

15 menit, kemudian dicuci, digunakan selama satu minggu. Sampo ketokonazol digunakan

sama seperti selenium sulfide. Krim Azole (ketoconazole, econazole, micronazole,

clotrimazole) dioleskan selama 2 minggu. Solusio Terbinafine 1% solution dioleskan selama

7 hari 1. Topikal Terbinafine efektif pada pitriasis versikolor, dengan penggunaan satu atau

dua kali sehari selama dua minggu, terbukti dapat menyembuhkan dari penelitian terhadap

lebih dari 80% pasien pitiriasis versikolor, tinea pedis, tinea corporis/cruris 5.

Systemic therapy. Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol

bekerja dengan memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi. Obat ini

diminum satu kali sehari. Sediaan tablet ketokonazol adalah 200mg. Dosis Ketoconazole 400

mg (diminum satu jam sebelum beraktifitas). Fluconazole 400 mg. Itraconazole 400 mg 1.

Adapun efek samping ketokonazol adalah nausea, dispepsia, sakit perut, dan diare.

Secondary profilactic.. Sampo ketokonazol digunakan satu atau dua kali seminggu.

Selain itu juga dapat digunakan losion atau sampo selenium sulfide, Salicylic acid/sulfur bar

Pyrithione zinc ketokonazol 400 mg peroral sebulan sekali 1.

Disamping pengobatan, penting juga memberikan edukasi atau nasehat kepada penderita

agar 7:

- memakai pakaian yang tipis

- memakai pakaian yang berbahan cotton

- tidak memakai pakaian yang terlalu ketat.

X. Prognosis

Page 8: Refrat Pityriasis Versicolor - Adiwirya

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.

Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu

wood dan sediaan langsung negatif.

Meskipun jamur telah dieradikasi dengan pengobatan, tetapi hipopigmentasi

menetap selama beberapa minggu sampai melanosit memulai untuk memproduksi melanin

lagi6.

BAB III

KESIMPULAN

Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk

superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan

dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis,

tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua

golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis).

Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis melibatkan

zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh

dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat

mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang

paling luar 8.

Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada keluhan pasien.

Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik.

Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila,

inguinal, paha, genitalia 1.

Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas tegas,

bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi. Mikroskopi langsung, Pemeriksaan dengan

Wood's Lamp.

Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal sangat

efektif.Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol bekerja dengan

memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi.

Page 9: Refrat Pityriasis Versicolor - Adiwirya

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.

Daftar Pustaka

1. Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas

and Synopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill

Companies.

2. Budimulja, U. 2003. Ilmu penyakit Kulit dan kelamin, edisi ketiga : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

3. Ellis, D. 2011. www.micologyonline.com. Universitas Adelaide. Tanggal akses

2 Juli 2011

4. Baillon. 2007. www.doctorfungus.com. Tanggal akses 2 Juli 2011

5. KJ, McClellan. 1999. Terbinafine. An update of its use in superficial mycoses.

58(1):179-202. NCBI. New Zealand. Tanggal akses 2 Juli 2011

6. Brannon, H. 2004. Tinea Versicolor. Diambil

dari www.about.com/Dermatology. diakses tanggal 2 Juli 2011

7. Nasution, M.A. 2005. Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa

Pandangan Dermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU.

Medan.

8. Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas kedokteran Gigi USU. Diambil

darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf. diakses

tanggal 5 Juli 2011.

9. Fitrie, A.A. 2004. Histologi dari Melanosit. Fakultas Kedokteran Bagian

Histologi Universitas Sumatera Utara. Diambil

dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1929/1/histologi-alya2.pdf.

tanggal akses 6 Juli 2011.