refka gna
DESCRIPTION
snaTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis
bersifat kronik dengan penyebab tidak jelas dan sebagian besar tampaknya bersifat
imunologis. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai di sini adalah untu menunjukan
bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomelurus, bukan pada struktur
jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan instestitial maupun sistem
vaskulaturnya.1
Glomerulonefritis dapat muncul secara sporadik maupun epidemik terutama menyerang
anak-anak atau dewasa muda pada usia sekitar 4 -12 tahun dengan puncak usia 5 -6 tahun.
Lebih sering pada laki-laki dari pada wanita dengan rasio 2 : 1. Di Indonesia, penelitian
multisenter selama 12 bulan pada tahun 1988 melaporkan 170 orang pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan, terbanyak di Surabaya (26,5%) diikuti oleh Jakarta (24,7%),
Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Perbandingan pasien laki-laki dan perempuan
1,3:1 dan terbanyak menyerang anak usia 6-8 tahun (40,6%).2
Kumpulan kelainan klinis yang timbul mendadak berupa oliguria, edema, hipertensi yang
disertai adanya kelainan urinalisis (proteinuria < 2 gram/hari, hematuria serta silinder
eritrosit). Hal ini terjadi karena reaksi peradangan mencederai dinding kapiler sehingga sel
darah merah dapat lolos ke dalam urine, dan menyebabkan perubahan hemodinamik sehingga
terjadi penurunan GFR.2
Kemampuan mengidentifikasi adanya kelainan glomelurus adalah berkat berkembang
dan meluasnya penggunaan biopsi ginjal per kutan yang mampu menunjukan adanya
kelainan dini glomelurus; serta kemajuan teknik pemeriksaan ultrastruktur dan imunopatologi
ginjal sehingga mampu mengidentifikasi lokalisasi kelainan secara akurat.1
1
Glomerulonefritis, sebagaimana kelainan dan sindrom lain yang tidak diketahui
penyebabnya semula diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis dan laboratoris yang
terlihat sejak awal penyakit, perjalan penyakit, prognosis dan respon pengobatan. Tetapi pada
masa kini klasifikasi glomelurunefritis dibuat berdasarkan karakteristik klinis dan patologis
serta kolerasinya.1
Untuk memahami lebih lanjut mengenai glomelurunefritis atau sindrom nefritik, berikut
akan dibahas refleksi kasus mengenai penyakit tersebut.
2
KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 9 tahun
Agama : Islam
Tanggal masuk : 25 februari 2015
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Bengkak pada wajah
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk dengan keluhan bengkak pada wajah dan kelopak mata sejak 2
minggu yang lalu. Awalnya bengkak pada kelopak mata 2 hari sebelumnya yang
kemudian diikuti bengkak pada seluruh wajahnya. Bengkak mulai diketahui saat
pasien baru bangun tidur. Keluhan disertai dengan demam yang muncul hilang timbul
tidak menentu, tidak ada menggigil, tidak ada sakit kepala, dan tidak ada kejang.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, tetapi dahak sulit untuk dikeluarkan dan
sesak napas. Tidak ada flu.
Keluhan lain muntah sejak kemarin 2x disertai mual, tidak ada sakit perut tetapi
pasien mengeluh nyeri pinggang sebelah kiri seperti ditusuk-tusuk. Buang air kecil
pasien menjadi sedikit dan jarang. Dalam satu hari, pasien buang air kecil sebanyak 3-
4 kali, satu kali buang air kecil sekitar tiga sendok makan. Buang air kecil tidak terasa
panas atau nyeri. Sedangkan buang air besar seperti biasanya atau normal.
3
Riwayat penyakit sebelumnya :
Sekitar 3 minggu yang lalu pasien mengalami batuk dan flu dan keluhan ini sangat
sering terjadi pada pasien.
Riwayat penyakit keluarga :
- Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
- Riwayat sakit ginjal pada keluarga tidak ada
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Selama kehamilan ibu pasien mengaku rutin kontrol ke bidan, tidak pernah
mengalami sakit yang serius selama hamil. Riwayat meminum jamu dan obat-obatan
disangkal.ANC rutin.
Anank pertama dari 2 bersaudara. Lahir spontan pervaginam dengan presentasi
kepala, di usia kehamilan 9 bulan, ditolong oleh bidan, langsung menangis dan Berat
badan lahir 3500 gram. Panjang badan lahir ?
Anamnesis Makanan :
- ASI 0-3 bulan
- Susu formula 3 bulan-sekarang
Riwayat Imunisasi : Lengkap
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Berat Badan : 39 Kg
Tinggi Badan : 154 cm
Status Gizi : CDC 39/45 = 86% gizi kurang
Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
4
- Denyut nadi : 84 Kali/menit
- Suhu : 36,6o C
- Respirasi : 28 kali/menit
Kulit : Sianosis (-), eritema (-), turgor baik
Kepala : Bentuk : Normosefal
Mata : Anemis (+), ikterus (-)
Hidung : Rhinorrhea (-)
Telinga : Otorrhea (-),
Mulut : Bibir kering (+) dan tonsil T1/T1 hiperemis (+)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kesan normal, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru, batas paru-hepar SIC VII dextra
- Auskultasi : Bunyi vesikular (+/+), Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V linea
parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
5
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, massa (-), distensi (-),
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (+) pada seluruh kuadran abdomen
- Genital : Tidak ditemukan kelainan
- Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
- Punggung : Skoliosis (-), Lordosis (-), Kyphosis (-)
- Otot-otot : Atrofi (-), Tonus otot baik
- Refleks : Patologis (-)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Rutin
Eritrosit 3.12 106/L (3,5-5,70 106/L)
Hemoglobin 8,9 g/dL (10,5-15.5 g/dL)
Hematokrit 25,70% (31,0-44,0%)
Trombosit 455 103/L (181-521 103/L)
Leukosit 11,3 103/L (4,5-13,5 103/L)
LED 105 (0-10 mm/jam)
Mean Corpuscular Volume 82,4 µm3 (72-88 µm3)
Mean Corpuscular Hemoglobin 28,5 pg (23-34pg)
Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration 34,6% (32-36 %)
6
Hitung jenis leukosit :
- Basofil 0,3% (0-1%)
- Eosinofil 8,70 % (1-5%)
- Neutrofil 60,50% (50-70%)
- Limfosit 24,70% (25-50%)
- Monosit 5,8% 1-6%
SGOT 20 (<51) U/L
SGPT 14 (<39) U/L
Bilirubin total 0.23 (<0.9) mg/L
Bilirubin indirek 0.10 (<0.3) mg/L
Bilirubin direk 0.13 mg/L
Protein total 6.47 (6-8) gr/L
IMUNOSEROLOGI
Anti-Salmonella Typhi IgM Positif
URINALISIS
Makroskopis :
- Warna Kuning
- Kejernihan Agak keruh
Kimia :
- Berat jenis 1.015 (1.003-1.035)
- pH 5.0 (4.5-8.0)
- Lekosit estrase 25+(1) Negatif
7
- Nitrit negatif Negatif
- Albumin 150 (+3) Negatif
- Glukosa Negatif Negatif
- Keton Negatif Negatif
- Urobilinogen Normal Normal
- Bilirubin Negatif
- Darah .>=250/µL
Mikroskopis :
- Eritrosit 25-50 (0-2)/LPB
- Leukosit 2-5 (0-5)/LPB
- Silinder Hyalin 0-2 (hyalin 0-2)/LPK
- Epitel gepeng 5-10 (<10)/LPK
- Bakteri ++ (negatif)/LPB
- Kristal Negatif
RESUME
Pasien masuk dengan keluhan bengkak pada wajah dan kelopak mata sejak 2 minggu
yang lalu. Awalnya bengkak pada kelopak mata 2 hari sebelumnya yang kemudian diikuti
bengkak pada seluruh wajahnya. Bengkak mulai diketahui saat pasien baru bangun tidur.
Keluhan disertai dengan demam yang muncul hilang timbul tidak menentu. Pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak, tetapi dahak sulit untuk dikeluarkan dan sesak napas. Tidak
ada flu.
Keluhan lain muntah sejak kemarin 2x disertai mual. Pasien mengeluh nyeri pinggang
sebelah kiri seperti ditusuk-tusuk. Buang air kecil pasien menjadi sedikit dan jarang. Dalam
8
satu hari, pasien buang air kecil sebanyak 3-4 kali, satu kali buang air kecil sekitar tiga
sendok makan.
Hasil pemeriksaan fisik pada pasien dengan tanda vital yaitu tekanan darah 130/90
mmHg, denyut nadi 84 Kali/menit, suhu 36,6o C, dan respirasi 28 kali/menit. Sedangkan
pemeriksaan penunjang yang menunjukan hasil pemeriksaaan darah rutin yaitu Hb 8,9 g/dL
(menurun), Hct 25,70% (menurun), LED 105 mm/jam (meningkat), basofil 0,3%
(meningkat), dan eosinofil 8,7% (meningkat). Hasil pemeriksaan serologi anti-Salmonela
Typhi yaitu positif. Pemeriksaan urinalisis secara kimia menunjukan lekosit estrase 25(+),
albumin 150(+3), dan darah >=250/µL sedangkana secara mikroskopik menunjukan eritrosit
25-50/LPB (meningkat) bakteri (++).
5. Diagnosis : Glomelurunefritis akut atau sindrom nefritis akut
6. Diagnosis banding : Sindrom nefrotik
7. Terapi :
IVFD RL 8 tpm
Injeksi ceftriaxone 500 gr/12 jam/iv
Injeksi furosemid 20 g/12 jam/iv
Catopril 2x6 mg
Elkan el 2x1 cth
8. Anjuran :
- Pemeriksaan urinalisis
- Pemeriksaan kimia darah (kolestrol, ureum dan kreatinin)
- Pemeriksaan serologi (pemeriksaan ASTO)
9
FOLLOW UP
Tanggal : 26 februari 2015
Subjek (S) : sakit kepala dan nyeri dada
Objek (O) :
a. Tanda Vital
o Tekanan Darah : 120/90 mmHg
o Denyut Nadi : 96 kali/menit
o Respirasi : 40 kali/menit
o Suhu : 36.2 0C
Assesment (A) : GNA
Plan (P) :
IVFD RL 8 tpm
Injeksi ceftriaxone 500 gr/12 jam/iv
Injeksi furosemid 20 g/12 jam/iv
Catopril 2x6 mg
Elkan el 2x1 cth
- Pemeriksaan urinalisis
Ph 5.5
Berat jenis 1.015
Glukosa (-)
Protein (+2)
Keton (-)
Bilirubin (-)
10
Urobilinogen (normal)
Nitrit (-)
Lekosit (-)
Eritrosit (+3)
Sedimen :
- Lekosit (3)
- Eritrosit (4)
- Silinder (-)
- Epitel (++)
- Kristal (-)
- Batu
- Pemeriksaan kimia darah
Kolestrol total 170 (50-200 mg/dl)
Ureum 37 (8-53 mg/dL)
Kreatin 0.7 (8-53 mg/dL)
- Pemeriksaan serologi ASTO
ASTO (reaktif) nilai rujukan +>200 Iu/Ml
Tanggal : 27 februari 2015
Subjek (S) : -
Objek (O) :
b. Tanda Vital
o Tekanan Darah : 110/90 mmHg
o Denyut Nadi : 88 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
11
o Suhu : 37 0C
Assesment (A) : GNAPS
Plan (P) :
IVFD RL 8 tpm
Injeksi ceftriaxone 500 gr/12 jam/iv
Injeksi furosemid 20 g/12 jam/iv
Catopril 2x6 mg
Elkan el 2x1 cth
Tanggal : 28 februari 2015
Subjek (S) : -
Objek (O) :
c. Tanda Vital
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Denyut Nadi : 85 kali/menit
o Respirasi : 32 kali/menit
o Suhu : 36.9 0C
Assesment (A) : GNAPS
Plan (P) :
Infus off
Amoxicilin 3X 250 mg tab
Furosemid 2 x ½ tab
Catopril 2x6 mg
12
Tanggal : 1 maret 2015
Subjek (S) : -
Objek (O) :
Tanda Vital
o Tekanan Darah : 100/70 mmHg
o Denyut Nadi : 80 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
o Suhu : 37 0C
Assesment (A) : GNAPS
Plan (P) :
Amoxicilin 3 x 1 tab (250 mg)
Furosemid 2 x ½ tab (20 mg)
Tanggal : 2 maret 2015
Subjek (S) : -
Objek (O) :
Tanda Vital
o Tekanan Darah : 100/70 mmHg
o Denyut Nadi : 86 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
o Suhu : 36,6 0C
Assesment (A) : GNAPS
13
Plan (P) :
Amoxicilin 3 x ½ tab (250 mg)
Furosemid 2 x ½ tab (20 mg)
Pasien diperbolehkan pulang dan rawat jalan.
14
DISKUSI
Sindrom nefritik akut (SNA) yang biasa disebut juga glomerulonefritis (GNA)
memiliki sifat akut dengan hematuria (baik makroskopik maupun mikroskopik), penurunan
produksi urin, edema pada kelopak mata berkembang dengan sangat cepat dengan hipertensi
dan proteinuria.4
Mortalitas pada penderita GNA pada anak sangat jarang (<1%). Tidak ada predileksi
rasial. Pada laki-laki dua kali lebih sering daripada pada wanita. GNA PS sering terjadi pada
anak usia 5-15 tahun. GNA dominan menyerang anak laki-laki dibanding anak perempuan
(ratio 2 : 1).2
Di Indonesia, penelitian multisenter selama 12 bulan pada tahun 1988 melaporkan 170
orang pasien penderita GNA yang dirawat di rumah sakit pendidikan, terbanyak di Surabaya
(26,5%) diikuti oleh Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%).
Perbandingan pasien laki-laki dan perempuan 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak usia 6-8
tahun (40,6%).2
GNAPS, pemicu yang tepat untuk pembentukan kompleks imun tidak jelas. Dalam
GNAPS, keterlibatan turunan dari protein streptokokus telah dilaporkan. Sebuah
neuraminidase streptokokus dapat mengubah imunoglobulin G (IgG). IgG menggabungkan
antibodi host. IgG / kompleks imun anti-IgG terbentuk dan kemudian terkumpul dalam
glomeruli. Selain itu, ketinggian titer antibodi terhadap antigen lainnya, seperti
antistreptolysin O atau antihyaluronidase, DNAase-B, dan streptokinase, memberikan bukti
infeksi streptokokus baru-baru ini.2
Perubahan Struktural Dan Fungsional
15
Secara struktural, proliferasi sel menyebabkan peningkatan jumlah sel dalam seberkas
glomerular karena proliferasi endotel, mesangial, dan epitel sel. Proliferasi mungkin
endokapiler (yaitu, dalam batas-batas jumbai glomerular kapiler) atau extrakapiler (yaitu, di
ruang Bowman yang melibatkan sel-sel epitel). Dalam proliferasi extrakapiler, proliferasi sel
epitel parietal mengarah pada pembentukan crescent, karakteristik fitur bentuk-bentuk
tertentu dari GN progresif cepat. Proliferasi leukocyte ditunjukkan dengan adanya neutrofil
dan monosit dalam lumen kapiler glomerulus dan sering menyertai proliferasi sel. 2
Penebalan membran basalis glomerular muncul sebagai penebalan dinding kapiler pada
mikroskop cahaya. Pada mikroskop elektron, ini mungkin muncul sebagai akibat penebalan
membran basement yang tepat (misalnya, diabetes) atau pengendapan elektron-padat materi,
baik di sisi endotel atau epitel dari membran basal. Elektron-padat deposito bisa
subendothelial, subepitel, intramembran, atau mesangial, dan mereka sesuai dengan daerah
pengendapan kompleks imun. 2
Hialinisasi atau sclerosis menunjukkan cedera ireversibel. Perubahan-perubahan
struktural dapat fokus, difus atau segmental, atau global. 2
Perubahan fungsional meliputi proteinuria, hematuria, penurunan GFR (yaitu,
oligoanuria), dan sedimen urin aktif dengan sel darah merah dan cast sel darah merah. GFR
dan penurunan avid garam nefron distal dan air hasil retensi dalam ekspansi volume
intravaskular, edema, dan, sering, hipertensi sistemik. 2
Glomerulonefritis Pasca infeksi streptococcal
M-protein pada streptokokus sebelumnya diyakini bertanggung jawab untuk GNAPS,
tetapi penelitian yang melandasi keyakinan ini didasarkan secara diskonto. Protease kationik
terkait nefritis streptokokus dan prekursor zymogennya nefritis terkait protease [NAPR] telah
diidentifikasi sebagai gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase yang berfungsi sebagai reseptor
16
plasmin(ogen). Hal ini mengikat plasmin dan mengaktifkan komplemen melalui jalur
alternatif. 2
Antibodi tingkat untuk NAPR meningkat pada infeksi streptokokus (grup A, C, dan G)
terkait dengan GN tetapi tidak meningkat pada infeksi streptokokus tanpa GN, sedangkan
anti-streptolysin-O titer meningkat pada kedua keadaan. Antibodi ini untuk NAPR bertahan
selama bertahun-tahun dan mungkin menjadi pelindung terhadap episode lebih lanjut
GNAPS. 2
Patofisiologi pada gejala-gejala klinik berikut:
- Kelainan urinalisis: proteinuria dan hematuria Kerusakan dinding kapiler glomerulus
sehingga menjadi lebih permeable dan porotis terhadap protein dan sel-sel eritrosit,
maka terjadi proteinuria dan hematuria. 2
17
Gambar 4. Proses proteinuria dan hematuria pada GNA
- Edema Mekanisme retensi natrium dan edema pada glomerulonefritis tanpa
penurunan tekanan onkotik plasma. Hal ini berbeda dengan mekanisme edema pada
sindrom nefrotik. Penurunan faal ginjal yaitu laju filtrasi glomerulus (LGF) tidak
diketahui sebabnya, mungkin akibat kelainan histopatologis (pembengkakan sel-sel
endotel, proliferasi sel mesangium, oklusi kapiler-kaliper) glomeruli. Penurunan faal
ginjal LFG ini menyebabkan penurunan ekskresi natrium Na+ (natriuresis), akhirnya
terjadi retensi natrium Na+. Keadaan retensi natrium Na+ ini diperberat oleh
pemasukan garam natrium dari diet. Retensi natrium Na+ disertai air menyebabkan
dilusi plasma, kenaikan volume plasma, ekspansi volume cairan ekstraseluler, dan
akhirnya terjadi edema. 2
- Hipertensi 2
Gangguan keseimbangan natrium (sodium homeostasis) Gangguan keseimbangan
natrium ini memegang peranan dalam genesis hipertensi ringan dan sedang.
Peranan sistem renin-angiotensin-aldosteron biasanya pada hipertensi berat.
Hipertensi dapat dikendalikan dengan obat-obatan yang dapat menurunkan
konsentrasi renin, atau tindakan nefrektomi.
18
Substansi renal medullary hypotensive factors, diduga prostaglandin. Penurunan
konsentrasi dari zat ini menyebabkan hipertensi
Bendungan Sirkulasi
- Bendungan sirkulasi merupakan salah satu ciri khusus dari sindrom nefritik akut,
walaupun mekanismenya masih belum jelas.
Penyakit ini menunjukan poliriferasi glomeluronefritis pada anak dengan kejadian
glomeluronefritis post-infeksi streptokokus dengan penyakit infeksi sistemik lainnya.
Penyebab infeksi tersering glomeluronefritis oleh kelompok A, streptokoku β-hemolitik.
Kelompok streptokokus A dapat di subklasifikasikan dalam beberapa tipe dengan
pemeriksaan serologi antigen spesifik yaitu antigen protein-M.4
GNA pasca infeksi streptokokus (GNAPS) biasanya berkembang 1-3 minggu setelah
infeksi akut dengan strain nephritogenic spesifik grup A streptokokus beta-hemolitik. 4
GN pasca infeksi Nonstreptococcal mungkin juga hasil dari infeksi oleh bakteri lain,
virus, parasit, atau jamur. Bakteri selain streptokokus grup A yang dapat menyebabkan GNA
termasuk diplococci, streptokokus lainnya, staphylococci, dan mikobakteri. Salmonella
typhosa, Brucella suis, Treponema pallidum, Corynebacterium bovis, dan actinobacilli juga
telah diidentifikasi. 4
Cytomegalovirus (CMV), coxsackievirus, Epstein-Barr virus (EBV), virus hepatitis B
(HBV), rubella, rickettsiae (seperti dalam tifus scrub), dan virus gondong diterima sebagai
penyebab virus hanya jika dapat didokumentasikan bahwa infeksi streptokokus beta-
hemolitik tidak terjadi. GNA telah didokumentasikan sebagai komplikasi langka hepatitis A. 4
Menghubungkan glomerulonefritis ke etiologi parasit atau jamur memerlukan
pengecualian dari infeksi streptokokus. Organisme diidentifikasi meliputi Coccidioides
immitis dan parasit berikut: Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum, Schistosoma
mansoni, Toxoplasma gondii, filariasis, trichinosis, dan trypanosomes. 4
19
Penyakit ginjal primer yang dapat menyebabkan GNA meliputi: 2
Membranoproliferatif glomerulonefritis (MPGN) - Hal ini disebabkan perluasan
dan proliferasi sel mesangial akibat pengendapan komplemen. Tipe I mengacu
pada deposisi granular dari C3, tipe II mengacu pada proses yang tidak teratur.
Penyakit Berger (IgG-immunoglobulin A [IgA] nefropati) - menyebabkan GN
sebagai akibat dari deposisi mesangial difus IgA dan IgG.
GN proliferatif mesangial “murni”
Idiopatik glomerulonefritis progresif cepat - Bentuk GN ditandai dengan adanya
glomerulus crescent. Terdapat 3 tipe: Tipe I adalah antiglomerular basement
membrane disease, tipe II dimediasi oleh kompleks imun, dan tipe III
diidentifikasi dengan antibodi sitoplasmik antineutrophil (ANCA).
Penyebab noninfeksius lainnya dari GNA meliputi: 2
Sindrom Guillain-Barré
Iradiasi tumor Wilms
Vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT)
Serum sickness
Tanda utama kelainan glomelurus adalah proteinuria, hematuria, sembab, hipertensi dan
penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau secara bersama. Sebagian
besar anak dengan kelainan glomelurus menunjukan proteinuria atau hematuria yang
ditemukan pada saat pemeriksaan urin atau hipertensi yang ditemukan saat pemeriksaan fisik.
Sebagian kecil menunjukan tamda sembab sebagai gejala awal.1
Riwayat spesifik pada anak dengan proteinuria, misalnya sembab periorbital, pratibial,
skrotum atau anasarka pada sindrom nefrotik, yang pada awalnya berupa sembab muka pada
waktu bangun tidur dan menghilang pada siang hari, tetapi kemudian sembab akan menetap
bila bertambah hebat atau menjadi cepat akibat ekspansi cairan ekstraseluler, jumlah urin
20
berkurang, anoreksia dan mudah lelah. Jarang dikeluhkan hipertensi ringan. Pada kasus yang
lebih berat terdapat anoreksia, sakit kepala, muntah dan bahkan kejang; kadang disertai tanda
penurunan fungsi ginjal seperti anoreksia, apatis, mudah lelah, lambat tumbuh dan anemia.1
Berikut merupakan beberapa keadaan yang didapatkan dari anamnesis:
a) Periode laten2
Terdapat periode laten antara infeksi streptokokus dengan onset pertama kali
muncul gejala.
Pada umumnya, periode laten selama 1-2 minggu setelah infeksi tenggorok dan 3-
6 minggu setelah infeksi kulit
Onset gejala dan tanda yang timbul bersamaan dengan faringitis biasanya
merupakan imunoglobulin A (IgA) nefropati daripada GNA PS.
b) Urin berwarna gelap2
Merupakan gejala klinis pertama yang timbul
Urin gelap disebabkan hemolisis eritrosit yang telah masuk ke membran
basalis glomerular dan telah masuk ke sistem tubular.
c) Edema periorbital2
Onset munculnya sembab pada wajah atau mata tiba-tiba. Biasanya tampak jelas
saat psaat bangun tidur dan bila pasien aktif akan tampak pada sore hari.
Pada beberapa kasus edema generalisata dan kongesti sirkulasi seperti dispneu
dapat timbul.
Edema merupakan akibat dari tereksresinya garam dan air.
Tingkat keparahan edema berhubungan dengan tingkat kerusakan ginjal.
21
d) Gejala nonspesifik2
Yaitu gejala secara umum penyakit seperti malaise, lemah, dan anoreksia, muncul
pada 50% pasien.
15 % pasien akan mengeluhkan mual dan muntah.
Gejala lain demam, nyeri perut, sakit kepala.
a) Sindrom Nefritis Akut2
Gejala yang timbul adalah edema, hematuria, dan hipertensi dengan atau tanpa
klinis GNA PS.
95% kasus klinis memiliki 2 manifestasi, dan 40% memiliki semua manifestasi
akut nefritik sindrom
b) Edema2
Edema tampak pada 80-90% kasus dan 60% menjadi keluhan saat ke dokter.
Terjadi penurunan aliran darah yang bermanifestasi sedikit eksresi natrium dan
urin menjadi terkonsentrasi. Adanya retensi natrium dan air ini menyebabkan
terjadinya edema.
c) Hipertensi2
Hipertensi muncul dalam 60-80% kasus dan biasanya pada orang yang lebih
besar.
Pada 50% kasus, hipertensi bisa menjadi berat.
Jika ada hipertensi menetap, hal tersebut merupakan petunjuk progresifitas ke
arah lebih kronis atau bukan merupakan GNA.
d) Oliguria2
Tampak pada 10-50% kasus, pada 15% output urin <200ml.
Oliguria mengindikasikan bentuk cresentic yang berat.
Biasanya transien, dengan diuresis 1-2 minggu.
22
Hematuria
Muncul secara umum pada semua pasien.
30% gross hematuria.
f) Disfungsi ventrikel kiri2
Disfungsi ventrikel kiri dengan atau tanpa hipertensi atau efusi perikardium dapat
timbul pada kongestif akut dan fase konvalesen.
Pada kasus yang jarang, GNA PS dapat menunjukkan gejala perdarahan pulmonal.
Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan biakan tenggorok dan kulit.
Biakan mungkin negatif apabila telah diberikan antimikroba. Beberapa uji serologis terhadap
antigen streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya infeksi streptokokus, antara
lain antistreptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B. Skrining antistreptozim
cukup bermanfaat oleh karena mampu mengukur antibodi terhadap beberapa antigen
streptokokus. Titer anti streptolosin O meningkat pada 75-80% pasien dengan
glomerulonefritis akut pasca streptokokus dengan faringitis, meskipun beberapa strain
streptokokus tidak memproduksi streptolisin O. Bila semua uji dilakukan uji serologis
dilakukan, lebih dari 90% kasus menunjukkan adanya infeksi streptokokus. 2
Titer ASTO meningkat pada hanya 50% kasus glomerulonefritis akut pascastreptokokus
atau pascaimpetigo, tetapi antihialuronidase atau antibodi yang lain terhadap antigen
streptokokus biasanya positif. Pada awal penyakit titer antibodi streptokokus belum
meningkat, hingga sebaiknya uji titer dilakukan secara seri. Kenaikan titer 2-3 kali lipat
berarti adanya infeksi. Tetapi , meskipun terdapat bukti adanya infeksi streptokokus, hal
tersebut belum dapat memastikan bahwa glomerulonefritis tersebut benar-benar disebabkan
karena infeksi streptokokus. Gejala klinis dan perjalanan penyakit pasien penting untuk
menentukan apakah biopsi ginjal memang diperlukan.
23
Titer antibodi streptokokus positif pada >95 % pasien faringitis, dan 80% pada pasien
dengan infeksi kulit. Antistreptolisin, antinicotinamid dinucleotidase (anti-NAD),
antihyaluronidase (Ahase) dan anti-DNAse B positif setelah faringitis. Titer antibodi
meningkat dalam 1 minggu puncaknya pada satu bulan dan akan menurun setelah beberapa
bulan.
Pada pemeriksaan serologi didapatkan penurunan komponen serum CH50 dan konsentrasi
serum C3. Penurunan C3 terjadi ada >90% anak dengan GNA PS. Pada pemeriksaan kadar
komplemen, C3 akan kembali normal dalam 3 hari atau paling lama 30 hari setelah onset.
Peningkatan BUN dan kreatinin. Peningkatannya biasanya transien. Bila peningkatan ini
menetap beberapa minggu atau bulan menunjukkan pasien bukan GNA PS sebenarnya.
Pasien yang mengalami bentuk kresentik GN mengalami perubahan cepat, dan penyembuhan
tidak sempurna. Adanya hiperkalemia dan asidosis metabolik menunjukkan adanya gangguan
fungsi ginjal. Selain itu didapatkan juga hiperfosfatemi dan Ca serum yang menurun.
Pada urinalisis menggambarkan abnormalitas, hematuria dan proteinuria muncul pada
semua kasus. Pada sedimen urin terdapat eritrosit, leukosit, granular. Terdapat gangguan
fungsi ginjal sehingga urin menjadi lebih terkonsentrasi dan asam. Ditemukan juga
glukosuria. Eritrosit paling baik didapatkan pada urin pagi hari, terdapat 60-85% pada anak
yang dirawat di RS. Hematuria biasanya menghilang dalam waktu 3-6 bulan dan mungkin
dapat bertahan 18 bulan. Hematuria mikroskopik dapat muncul meskipun klinis sudah
membaik. Proteinuria mencapai nilai +1 sampai +4, biasanya menghilang dalam 6 bulan.
Pasien dengan proteinuria dalam nephrotic-range dan proteinuria berat memiliki prognosis
buruk.
Pemeriksaan Pada pemeriksaan darah tepi gambaran anemia didapatkan,anemia
normositik normokrom.
a) Pemeriksaan Pencitraan2
24
Foto toraks dapat menunjukkan Congestif Heart Failure.
USG ginjal biasanya menunjukkan ukuran ginjal yang normal.
b) Biopsi Ginjal 2
Biopsi ginjal diindikasikan bila terjadi perubahan fungsi ginjal yang menetap,
abnormal urin dalam 18 bulan, hipokomplemenemia yang menetap, dan terjadi
sindrom nefrotik.
Indikasi Relatif :
d) Tidak ada periode laten di antara infeksi streptokokus dan GNA
e) Anuria
f) Perubahan fungsi ginjal yang cepat
g) Kadar komplemen serum yang normal
h) Tidak ada peningkatan antibodi antistreptokokus
i) Terdapat manifestasi penyakit sistemik di ekstrarenal
j) GFR yang tidak mengalami perbaikan atau menetap dalam 2 minggu
k) Hipertensi yang menetap selama 2 minggu
Indikasi Absolut :
l) GFR yang tidak kembali normal dalam 4 minggu
m) Hipokomplemenemia menetap dalam 6 minggu
n) Hematuria mikroskopik menetap dalam 18 bulan
o) Proteinuria menetap dalam 6 bulan
Diagnosis
Glomerulonefritis akut didiagnosis dengan menemukan riwayat hematuria,
edema, hipertensi, atau gejala nonspesifik seperti malaise, demam, nyeri abdomen.
25
Didukung dengan pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya overload cairan
(edema dan hipertensi), perubahan berat badan baru-baru ini, asites atau efusi pleura,
kemerahan pada kulit, pucat, nyeri ketok pada sudut kostovertebra, pemeriksaan
neurologis yang abnormal, dan lain-lain.1
Diagnosis banding bersadarakan kriteria gambaran klinis dan laboratorium : Onset akut,
edema, hipertensi, hematuria dengan gambaran sel darah eritrosit pada sedimen, riwayat
infeksi streptokokus dari kultur atau serologi dan hipokomplementemia.
- Infeksi saluran kemih
- Cystisis
- Gagal jantung kongesti
- Sindrom nefrotik5
Penatalaksanaan yang direkomendasi pada penderita SNA post streptokokus adalah
terapi simtomatik yang berdasar pada derajat keparahan penyakit secara klinis. Penanganan
pasien adalah suportif dan simtomatik.8 Perawatan dibutuhkan apabila dijumpai penurunan
fungsi ginjal sedang sampai berat ( klirens kreatinin < 60 ml/1 menit/1,73 m2), BUN > 50
mg, anak dengan tanda dan gejala uremia, muntah, letargi, hipertensi ensefalopati, anuria atau
oliguria menetap. Tujuan utama dari pengobatan adalah mengendalikan hipertensi dan
edema. Selama fase akut, penderita dibatasi aktivitasnya dengan pemberian diet 35 kal/kg
26
berat badan perhari, pembatasan diet protein hewani 0,5-0,7 gram/kg berat badan perhari,
lemak tak jenuh, dan rendah garam yaitu 2 gram natrium perhari. Asupan elektrolit pun harus
dibatasi. Natrium 20 meq perhari, rendah kalium yaitu kurang dari 70-90 meq perhari serta
kalsium 600 . 1000 mg perhari. Restriksi cairan secara ketat dengan pembatasan cairan
masuk 1 liter perhari, guna mengatasi hipertensi.2
Pengobatan hipertensi dapat dengan menggunakan diuretik kuat, atau bila hipertensi
tetap tidak teratasi pilihan obat selanjutnya adalah golongan calcium channel blocker, ACE
inhibitor atau bahkan nitroprusid intravena bagi hipertensi maligna. Pada beberapa kasus
berat dengan kondisi hiperkalemi dan sindrom uremia yang berat diindikasikan untuk
hemodialisa19. Pasien hipertensi dapat diberi diuretik atau anti hipertensi.2,3 Bila hipertensi
ringan (tekanan darah sistolik 130 mmHg dan diastolik 90 mmHg) umumnya diobservasi
tanpa diberi terapi.10,21 Hipertensi sedang (tekanan darah sistolik > 140 –150 mmHg dan
diastolik > 100 mmHg) diobati dengan pemberian hidralazin oral atau intramuskular (IM),
nifedipin oral atau sublingual.14 Dalam prakteknya lebih baik merawat inap pasien hipertensi
1-2 hari daripada memberi anti hipertensi yang lama. Pada hipertensi berat diberikan
hidralazin 0,15-0,30 mg/kbBB intravena, dapat diulang setiap 2-4 jam atau reserpin 0,03-0,10
mg/kgBB (1-3 mg/m2) iv, atau natrium nitroprussid 1-8 m/kgBB/menit. Pada krisis
hipertensi (sistolik >180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg) diberi diazoxid 2-5 mg/kgBB iv
secara cepat bersama furosemid 2 mg/kgBB iv. Pilihan lain, klonidin drip 0,002
mg/kgBB/kali, diulang setiap 4-6 jam atau diberi nifedipin sublingual 0,25-0,5 mg/kgBb dan
dapat diulang setiap 6 jam bila diperlukan. 2
Terdiri dari 2 komplikasi yang berkembang dalam fase akut yaitu hipertensi encefalopati,
overload sirkulasi akut dan gagal ginjal akut.5
Berbagai faktor memegang peran dalam menetapkan prognosis GNAPS antara lain umur
saat serangan, derajat berat penyakit, galur streptokukus tertentu, pola serangan sporadik atau
27
epidemik, tingkat penurunan fungsi ginjal dan gambaran histologis glomerulus.18,9 Anak
kecil mempunyai prognosis lebih baik dibanding anak yang lebih besar atau orang dewasa
oleh karena GNAPS pada dewasa sering disertai lesi nekrotik glomerulus. Perbaikan klinis
yang sempurna dan urin yang normal menunjukkan prognosis yang baik. Insiden gangguan
fungsi ginjal berkisar 1-30%. Kemungkinan GNAPS menjadi kronik 5-10 %; sekitar 0,5-2%
kasus menunjukkan penurunan fungsi ginjal cepat dan progresif dan dalam beberapa minggu
atau bulan jatuh ke fase gagal ginjal terminal.8 Angka kematian pada GNAPS bervariasi
antara 0-7 %.Melihat GNAPS masih sering dijumpai pada anak, maka penyakit ini harus
dicegah karena berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal. Pencegahan dapat berupa
perbaikan ekonomi dan lingkungan tempat tinggal, mengontrol dan mengobati infeksi kulit.
Pencegahan GNAPS berkontribusi menurunkan insiden penyakit ginjal dan gagal ginjal di
kemudian hari. 2
Pada umumnya prognosis dapat diramalkan hanya berdasarkan kelainan-kelainan
histopatologis berupa proliferasi ekstra kapiler yang ekstensif meliputi lebih dari 75%
glomeruli. Kelainan laboratorium yang mencurigakan perjalanan penyakit yang progresif
seperti kenaikan circulating brinogen dan atau FDP urin, disamping oliguri dan anuri yang
berlangsung lama, selama beberapa minggu. Terjadi glomerulonefritis kronis, bila selama
perjalanan penyakit ditemukan satu atau lebih tanda klinis, atau proteinuri dengan atau tanpa
hematuri asimtomatik yang menetap selama bertahun-tahun akan berubah menjadi kronis,
dan akhirnya gagal ginjal kronis. Frekuensi perjalanan penyakit ini rendah, antara 5-10%.
Sebagian dari pasien-pasien masih mempunyai kelainan-kelainan histopatologis tanpa gejala
klinis dan dapat hidup normal. Penyembuhan klinis disertai penyembuhan laboratorium
biasanya berangsur-angsur dan akhirnya terjadi penyembuhan sempurna. Bentuk perjalanan
penyakit ini paling sering ditemukan terutama pada pasien anak-anak (80 . 85%). Gejala-
gejala klinis seperti edema paru akut, hipertensi, edema dan oliguri, segera hilang setelah
28
terjadi diuresis, biasanya setelah beberapa hari/minggu. Kelainan sedimen urin terutama
hematuri mikroskopis baru hilang setelah beberapa bulan, bahkan hingga beberapa tahun. 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Nefrologi Anak, Edisi 2. IDAI.
Jakarta.2002.
2. Lambanbatu S., 2003. Glomerulonefritis Akut Pasca Infeksi Streptococcus pada Anak.
(http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/5-2-4.pdf, 26 Juli 2012).
3. Price S, Wilson L, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 6.
Jakarta: EGC.2012
4. Bhima R. 2001., Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis.
(http://emedicine.medscape.com/article/980685-overview#a0104, 26 Juli 2012).
5. Parthasaraty. Fundamentals of Pediatrics. Jaypee Brothers Medical Publisher. New
Dehli.2007
29