referat tumor kulit

50
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kulit adalah organ terbesar dan organ yang paling kompleks dari tubuh. Meskipun kulit pada dasarnya berfungsi sebagai pelindung untuk berinteraksi dengan lingkungan. Kulit juga melindungi terhadap agen paling berbahaya seperti bahan kimia (yang impermeabilitas terhadap epidermis), radiasi matahari (dengan membentuk pigmentasi), agen infeksi (melalui immunosurveillance efficient) dan deformitas fisik (pertahanan dermis). Kemampuan untuk secara efisien mempertahankan atau menyebarkan panas membuat organ-organ utama yang bertanggung jawab untuk termoregulasi kulit. Penyakit tumor kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama di Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, orang kulit putih yang lebih banyak menderita kanker kulit. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal. 1

Upload: alexandros17

Post on 12-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tumor kulit jinak, praganas, ganas

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kulit adalah organ terbesar dan organ yang paling kompleks dari tubuh. Meskipun kulit

pada dasarnya berfungsi sebagai pelindung untuk berinteraksi dengan lingkungan. Kulit juga

melindungi terhadap agen paling berbahaya seperti bahan kimia (yang impermeabilitas terhadap

epidermis), radiasi matahari (dengan membentuk pigmentasi), agen infeksi (melalui

immunosurveillance efficient) dan deformitas fisik (pertahanan dermis). Kemampuan untuk

secara efisien mempertahankan atau menyebarkan panas membuat organ-organ utama yang

bertanggung jawab untuk termoregulasi kulit.

Penyakit tumor kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama

di Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, orang kulit putih yang lebih

banyak menderita kanker kulit. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya terkena

(banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit

dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain

menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ

terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang

dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi

mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin, suhu, dan keadaan

gizi. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan

atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan

bokong.

Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri,

virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh

darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan seluruh kulit,maka cairan tubuh

yang penting akan menguap dan elektrolit-elektrolit yang penting akan menghilang dari tubuh,

akan menguap dan elektrolit-elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari

keadaan ini adalah penderita luka bakar. Bau yang sedap atau tidak sedap dari kulit berfungsi

sebagai pertanda penerimaan atau penolakan sosial dan seksual. Kulit juga merupakan tempat

sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang bertautan.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah

epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang

berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan pokok terdiri dari : a. lapisan epidermis, b.

lapisan dermis, c. subkutis, sedangkan alat-alat tambahan juga terdapat pada kulit antara lain

kuku, rambut, kelenjar sebacea, kelenjar apokrin, kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang

terdapat pada kulit dinamakan appendices atau adneksa kulit.

1. Epidermis

Merupakan lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis

gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Sel

keratinosit merupakan sel terbanyak dengan jumlah mencapai 85-95% pada epidermis.

2

Berasal dari ektoderm permukaan. Sel berbentuk gepeng ini memiliki sitoplasma yang

dipenuhi oleh skleroprotein birefringen, yakni keratin. Proses keratinisasi berlangsung

selama 2 – 3 minggu yang dimulai dari proses proliferasi, diferensiasi, kematian sel dan

pengelupasan. Pada tahap akhir diferensiasi diikuti penebalan membran sel, kehilangan

inti dan organel lain di dalam sel. Selama proses keratinisasi berlangsung enzim hidrolitik

lisosom berperan pada penghancuran organel sitoplasma.

Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada

telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan

kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

Lapisan epidermis kulit terdiri atas lima lapisan yaitu stratum korneum, stratum

lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum bassale.

a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar yang terdiri

atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya

telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

b. Stratum lusidum terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,

protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas

tampak pada telapak tangan dan kaki.

c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng

dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri

dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.

d. Stratum spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta) terdiri

dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak

mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke

permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular

bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar

jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di

antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans. Se diferensiasi utama stratum

spinosum ini adalaah keratinosit yang membentuk keratin suatu protein fibrosa. Pada

saat keratinosit meninggalkan stratum spinosum dan bergerak keatas, sel-sel ini akan

mengalami perubahan bentuk, orientasi, struktur sitoplasmatik dan komposisi. Proses

ini mengakibatkan transformasi dari sel-sel yang hidup, aktif mensintesis menjadi

3

sel-sel mati dab bertanduk dari sel stratum korneum, suatu proses yang dinamakan

keratinisasi.

e. Stratum basalis terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada

perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis

dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu:

- Sel kolumnar protoplasma basofilik inti lonjong besar, dihubungkan oleh jembatan

antar sel.

- Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell sel berwarna muda, sitoplasma

basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes).

Sel utama kedua epidermis (setelah keratinosit) adalah melanosit, ditemukan

dalam lapisan basal. Perbandingan sel-sel basal tehadap melanosit adalah 10:1.

Melanin dibentuk oleh melanosit dengan melibatkan enzim tirosinase. Enzim tersebut

mengubah tirosin menjadi 3,4 dihidroksifelanin (DOPA) dan kemudian menjadi

dopaquinon yang kemudian di konversi setelah melewati beberapa tahap menjadi

melanin. Enzim tirosinase dibentuk dalam ribosom, di transfer dalam lumen retikulum

endoplasma kasar, melanosit diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oileh kompleks

golgi. 4 tahapan yang dapat dibedakan pada pembentukan granul melanin yang

matang:

a. Tahap pertama :

Sebuah vesikel dikelilingi oleh membran dan menunjukkan awal proses dari aktifitas

enzim tirosinase dan pembentukan substansi granul halus pada bagian perifernya.

Untaian-untaian pada elektron memiliki suatu susunan molekul tirosinase yang rapi

pada sebuah matriks protein.

b. Tahap kedua :

Vesikel (melanosom) berbentuk oval dan memperlihatkan pada bagian dalam

filamen-filamen dengan jarak sekitar 10nm atau garis lintang dengan jarak sama.

Melanin disimpan dalam matriks protein.

c. Tahap ketiga :

Peningkatan pembentukan melanin membuat struktur halus agak sulit terlihat.

4

d. Tahap keempat :

Granul melanin matang dapat terlihat dengan mikroskop cahaya dan melanin secara

sempurna mengisi vesikel. Granul yang matang berbentuk elips dengan panjang 1nm

dan diameter 0,4nm.

Gambar 1: sintesis melanin

Didalam melanosit disintesis granula-granula pigmen yang disebut melanosom.

Melanosom mengandung biokroma coklat yang disebut melanin. Melalui tonjolan-

tionjolan dendritik yang panjang, melanosom tersebut dipindahkan ke keratinosit. Setiap

melanosit saling berhubungan dengan melalui tonjolan-tonjolan ini dan sekitar 36

keratinosit membentuk apa yang disebut sebagai unit melanin epidermis. Melanosom

dihidrolisi oleh enzim dengan kecepatan yang berbeda-beda. Jumlah melanin dalam

keratinosit menentukan warna kulit dari pengaruh-pengaruh matahari yang merugikan.,

sebaliknya sinar matahari meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin.

Sel Langerhans merupakan sel dendrit yang berbentuk bintang, ditemukan

terutama di antara keratinosit dalam lapisan atas stratum spinosum. Sel ini mempunyai

reseptor penanda imunologis yang mirip makrofag. Sel ini mengikat antigen asing di

permukaannya dan merupakan sel pembawa antigen yang menyebabkan limfosit T dapat

5

bereaksi terhadap antigen yang dibawanya. Sel ini berasal dari sekelompok sel prekursor

dalam sumsum tulang.

Sel Merkel memiliki jumlah paling sedikit dan berasal dari krista neuralis. Sel ini

terdapat pada lapisan basal kulit tebal, terutama banyak ditemukan di ujung jari, folikel

rambut dan mukosa mulut. Sel ini memiliki peranan sebagai mekanoreseptor.

Gambar 2: lapisan sel epidermis

2. Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis, jauh lebih tebal daripada epidermis.

Secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni :

a. Pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung saraf dan

pembuluh darah.

b. Pars retikulare yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini

terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin.

Dasar lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat,

dibagian ini terdapat pula fibroblast.

6

Di antara pleksus ini, tersebar badan Glomus yang mengandung pirau (shunt)

arteri vena; bila pirau terbuka, aliran darah ke kulit membesar dan panas terpancar keluar.

Termoregulasi ini diaktifkan oleh rangsangan saraf otonom yang juga mempersarafi

kelenjar keringat dan otot penegak rambut. Terdapat juga reseptor saraf sensoris berupa

badan Pacini, Meissner, dan Rufini yang masing-masing mendeteksi tekanan, getaran,

dan sentuhan. Ujung saraf sensoris berakhir pada sel Merkel di dasar epidermis dan pada

folikel rambut; fungsinya adalah untuk mendeteksi suhu, sentuhan, sensai nyeri dan gatal.

Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis. Dengan

menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri dari 4 komponen

yaitu : membrane sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah intermembranous,

lamina basalis, komponen fibrous dermis yang dapat dilihat dengan mikroskop biasa

dengan pewarna khusus menggunakan (Para Amino Sulfat) PAS. Zone membrane basalis

ini merupakan filter semipermeabel yang memungkinkan pertukaran sel dan cairan antara

dermis dan epidermis.

Gambar 3: Dermis

3. Hipodermis

Merupakan lapisan di bawah dermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini

terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di

7

bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan

nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Gambar 4: Hipodermis

4. Adneksa Kulit

a. Kelenjar kulit

Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :

a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak

dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih

besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.

Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan baru

berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan

bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan

terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada

beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan stres

emosional.

Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola

mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia

belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan

8

mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan

glukosa, biasanya pH sekitar 4 – 6,8.

b. Kelenjar palit (glandula sebasea), terletak di seluruh permukaan kulit manusia

kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin

karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel

kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat disamping akar rambut dan

muaranyaterdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung

trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester dan kolesterol. Sekresi

dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit,

pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta menjadi lebih aktif.

b. Kuku

Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.

Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian

yang terbuka diatas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari tersebut badan kuku

(nail plate), dan yang paling ujung adalah ujung kuku bebas. Kuku tumbuh dari akar

kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1mm per minggu.

Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (nail groove). Kulit tipis yang

menutupi kuku di bagian proksimal eponikium sedang kulit yang ditutupi bagian

kuku bebas disebut hiponikium.

c. Rambut

Rambut terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang

berada di luar kulit (batang rambut). Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang

merupakan rambut halus, tidak mengandung pigmen yang terdapat pada bayi, dan

rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai

medula, dan terdapat pada orang dewasa.

Pada manusia dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut

ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi

hormon seks (androgen). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.

Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2 – 6 tahun

dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0,35 mm per hari. Fase telogen (istirahat)

berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen

9

(involusi temporer). Pada satu saat 85% seluruh rambut mengalami fase anagen dan

15% sisanya dalam fase telogen.

Rambut normal dan sehat berkilat, elastis dan tidak mudah patah, dan dapat

menyerap air. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%; hidrogen 6,36%;

nitrogen 17,14%; sulfur 5,0%; dan oksigen 20,80%. Rambut dapat mudah dibentuk

dengan mempengaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan kimia.

B. Vaskularisasi kulit

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas

dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di

dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan

pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih

besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.

Gambar 5: Anatomi kulit

10

C. Fisiologi kulit

1. Proteksi kulit

Kulit menjaga tubuh dari gangguan fisik, kimia, suhu, sinar ultraviolet dan

mikroorganisme. Proteksi terhadap gangguan fisik dan mekanis dilaksanakan oleh

stratum korneum pada telapak tangan dan telapak kaki dan proses keratinisasi berperan

sebagai barier mekanis. Serabut elastis dan kolagen menyebabkan adanya elastisitas kulit

dan lapisan lemak pada sub kutis juga sebagai barier terhadap tekanan. Proteksi terhadap

gangguan kimia dilaksanakan oleh stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai

zat kimia dan air serta adanya keasaman kulit. Proteksi tehadap radiasi dan sinar

ultraviolet dilaksanakan oleh melanosit, ketebalan stratum korneum dan asam uroleanat

yang dijumpai pada keringat.

2. Fungsi Ekskresi

Kelenjar kulit mengeluarkan zat dan sisa metabolisme seperti NaCl, urea, asam urat,

amonia. Kelenjar sebasea menghasilkan sebum yang berguna untuk menekan evaporasi

air yang berlebihan. Kelenjar keringat mengeluarkan keringat beserta garam-garamnya.

3. Fungsi Absorbsi

Fungsi absorbsi dimungkinkan dengan adanya permeabilitas kulit. Absorbsi berlangsung

melalui celah antar sel, menembus epidermis atau melalui muara saluran kelenjar. Kulit

yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan atau benda-benda padat, tetapi larutan yang

mudah menguap akan mudah diabsorpsi. Kemampuan absorbsi dipengaruhi oleh

ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, umur, trauma pada kulit dan jenis

vehikulum.

4. Fungsi Keratinisasi

Keratinisasi adalah proses diferensiasi sel-sel stratum basale menjadi sel-sel yang berubah

bentuk dan berpindah ke lapisan atas menjadi sel-sel yang makin gepeng dan akhirnya

mengalami deskuamasi. Proses keratinisasi ini berlangsung 14-21 hari dan memberi

perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

5. Fungsi Pembentukan Pigmen

Pembentukan pigmen kulit dilaksanakan oleh sel melanosit yang ada di stratum basale.

Proses pembentukan melanin terjadi didalam melanosom yang terdapat dalam melanosit

dan kemudian melalui dendrit-dendritnya membawa melanosom ke sel keratinosit,

11

jaringan sekitarnya bahkan sampai ke dermis. Warna kulit ditentukan oleh jumlah, tipe,

ukuran, distribusi pigmen, ketebalan kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.

6. Fungsi Termoregulasi

Pengaturan regulasi panas dilaksanakan oleh sekresi kelenjar keringat, kemampuan

pembuluh darah untuk berkontraksi dan vaskularisasi kulit yang banyak pada dermis.

Panas tubuh keluar melalui kulit dengan cara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.

7. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Pembentukan Vitamin D berlangsung pada stratum spinosum dan stratum basale yaitu

dengan mengubah 7 dehidro kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet B. Walaupun

didapat pembentukan vitamin D ditubuh tapi kebutuhan ini belum cukup sehingga perlu

pemberian vitamin D dari luar.

8. Fungsi Persepsi

Fungsi persepsi dimungkinkan dengan adanya saraf sensori di dermis dan sub kutis.

Persepsi yang dapat diterima kulit adalah perabaan, tekanan, panas, dingin dan rasa sakit.

Persepsi raba terletak pada badan taktil Meisnier yang berada di papila dermis dan

Merkel Ranvier di epidermis. Persepsi tekana oleh badan Vater Paccini di epidermis, rasa

panas oleh badan Ruffini di dermis dan sub kutis, rasa dingin oleh badan Krause dan rasa

sakit oleh “ free nerve ending”. Saraf-saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah

erotik.

9. Peran dalam imunologi kulit

Pada kulit didapat apa yang disebut SALT ( Skin Associated Lymphoid Tissue ) yang

terdiri dari sel Langerhans, keratinosit, saluran limfatik kulit dan sel endotel kapiler

khusus yang memiliki reseptor khusus untuk menarik sel limfosit T kedalam epidermis.

Sel Langerhans berfungsi sebagai antigen presenting cell yang membawa antigen ke sel

limfatik dalam reaksi alergi kontak. Sel keratinosit memproduksi cairan yang

mengandung protein yang akan berikatan dengan antigen yang masuk ke epidermis untuk

membentuk antigen kompleks yang potensial. Keratinosit juga memproduksi Limphokine

Like Activity seperti Epidermal Thymocyte Activating Factor ( ETAF ) yang identik

dengan IL-1 dan berbagai fungsi lain. SALT juga sangat penting untuk memonitor sel-sel

ganas yang timbul akibat radiasi UV, zat kimia maupun oleh virus onkogenik. Sampai

saat ini peranan SALT masih terus diselidiki.

12

D. Tumor kulit

Tumor atau neoplasma adalah suatu lesi sebagai hasil pertumbuhan abnormal dari sel

autonom atau relatif autonom, yang menetap, walaupun rangsang penyebabnya telah

dihilangkan. Tumor juga merupakan hasil transformasi neoplastik dari semua sel berinti

tunggal dalam tubuh. Sel yang mengalami transformasi disebut sel neoplastik. Sel neoplastik

dalam tumor disebut malignan yang memiliki kemampuan khas mematikan serta

memungkinkan sel tersebut menembus dan menyebar atau metastasis ke jaringan lain.

Tumor kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang

tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh

yang lain.

1. Klasifikasi Tumor Kulit

A. Tumor Jinak (Benign Neoplasm)

Tumor jinak adalah tumor yang berdiferensiasi normal (matang). Pertumbuhannya

lambat dan ekspansif serta kadang-kadang berkapsul. Tumor jinak umumnya tidak

menimbulkan persoalan, akan tetapi perlu diketahui beberapa jenis yang sering

ditemukan agar tidak terjadi kekeliruan dalam tata cara diagnosis, maupun

penatalaksanaanya.

Tumor jinak biasanya terlokalisir. Tumor jinak memiliki kecenderungan

pertumbuhan yang lambat, yang biasanya tidak menembus jaringan sekitarnya atau

menyebar ke bagian lain dalam tubuh, pada waktu tumor jinak timbul pada epitel atau

permukaan mukosa, tumor akan tumbuh menjauhi permukaan, karena tumor tidak dapat

mengadakan invasi, sehingga sering kemudian terbentuk polip yang bentuknya

bertangkai atau tonjolan datar, pertumbuhan non-invasi ke arah luar memberikan bentuk

lesi yang eksofitik. Tumor jinak pada organ yang solid, khas berbatas tegas dan sering

dibatasi dengan kapsul jaringan ikat.

B. Tumor Ganas (Malignant Tumors)

Dilihat dari segi histopatologik, maka tumor ganas mempunyai struktur yang tidak

teratur dengan diferensiasi sel dalam pelbagai tingkatan pada kromatin, nukleus dan

sitoplasma.

13

Umumnya pertumbuhannya cepat (kecuali basalioma) dengan gambaran mitosis

yang abnormal. Tumor ganas bersifat ekspansif, infiltratif sampai merusak jaringan di

sekitarnya serta bermetastasis melalui pembuluh darah dan atau pembuluh getah bening.

Jenis yang ditemukan dikulit umumnya karsinoma atau sarkoma. Tumor ganas kulit dapat

primer dan sekunder. Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia

ialah: Karsinoma sel basal (Basal sel karsinoma), Karsinoma sel skuamosa (Skuamous sel

karsinoma), dan Melanoma maligna.

2. Kelainan kutis dan subkutis

Asal Kelainan

Epidermis

Melanosit

Dermis

Jinak :

- Papiloma

- Veruka

- Keratosis seboroika

- Keratoantoma

Praganas :

- Keratosis solaris

- Penyakit Bowen

Ganas :

- Karsinoma planoseluler

- Karsinoma sel basal

Nevus pigmentosus

Melanoma malignum

Granuloma piogenik

Histiositoma

Keloid

Karsinoma sekunder

Sarkoma Kaposi

14

Appendiks kulit

Hipodermis

Pembuluh darah

Kista epidermal

Kista sebasea

Kista dermoid

Lipoma/liposarkoma

(Neuro) fibroma/fibrosarkoma

Hemangioma

Tabel 1: Ikhtisar kelainan kutis dan subkutis

A. Kista

1. Kista Sebasea (Kista Ateroma)

Kista sebasea atau kista ateroma yang merupakan kista kelenjar sebasea, terbentuk

akibat sumbatan pada muaranya. Oleh karena itu, kista ateroma ditemukan didaerah yang

mengandung kelenjar sebasea. Kadang terdapat multiple dalam berbagai ukuran seperti

yang ditemukan di kepala atau skrotum. Kista ini tidak pernah dijumpai di telapak tangan

atau kaki.

Produk kelenjar sebasea yaitu sebum, tertimbun membentuk tumor yang kurang lebih

bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar, tetapi melekat pada dermis

diatasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang disebut pungta. Isi

kista adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau asam.

Terapi pada kista ateroma dapat diberikan antibiotik jika ditemukan adanya tanda

infeksi yaitu kemerahan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah eksisi menyertakan kulit

dan puncta untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh.

Bila terjadi infeksi sekunder dan terbentuk abses, dilakukan insisi, evakuasi dan drainase.

Setelah tenang (3-6 bulan) dapat dilakukan operasi definitif.

15

Gambar 6: Kista ateroma

2. Kista Dermoid

Kista dermoid merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi embrional

kulit. Kista dermoid merupakan kista yang berasal dari ektodermal, dindingnya dibatasi

oleh epitel skuamosa berlapis dan berisi apendiks kulit. Umumnya terdapat didaerah

muka terutama di dahi, disudut luar mata, dam dipangkal hidung. Kista ini juga dapat

timbul di abdomen, ovarium dan punggung, rafe median skrotum dan perineum. Kista

teraba kenyal, berisi seperti cairan minyak, dan mungkin mengandung unsur apendiks

kulit seperti rambut.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah eksisi total. Bila terdapat traktus sinus maka

harus dilakukan eksplorasi dan eksisi guna mencegah rekurensi.

Gambar 7: Kista dermoid

3. Kista Epidermoid

16

Kista epidermoid berasal dari sel epidermis yang masuk ke jaringan subkutis akibat

trauma tajam. Sel-sel tersebut berkembang membentuk kista dengan dinding putih tebal,

berisi massa seperti bubur yaitu hasil keratinisasi. Kista ini biasanya ditemukan pada

telapak kaki atau telapak tangan, yang epidermisnya tebal dan sering mengalami trauma.

Pada umumnya kista epidermoid tidak memerlukan pengobatan apapun. Bila

menimbulkan gangguan dapat dilakukan eksisi atau diseksi seluruh dinding kista dengan

insisi. Bila bagian dinding tertinggal, kista dapat kambuh.

Gambar 8: Kista Epidermoid

B. Hiperplasia

1. Keloid

Keloid adalah pembentukan jaringan parut berlebihan yang tidak sesuai dengan

beratnya trauma. Luka tusuk atau tergores saja dapat menimbulkan parut yang tebal dan

melebar melampaui batas tepi luka. Keloid terutama sering timbul pada bagian tubuh

tertentu misalnya sternum, bahu, pinggang, cuping telinga, dan wajah. Pada mereka yang

berbakat keloid, setiap kerusakan kulit akan menimbulkan keloid.

Faktor-faktor yang menyokong timbulnya keloid, meliputi: Infeksi kronis, benda

asing dalam luka, tidak adanya relaksasi setempat saat penyembuhan luka, regangan yang

berlebihan pada pertautan luka. Keloid terbentuk 2-4 minggu atau lebih dari 1 tahun

setelah trauma. Selain itu keloid dapat juga timbul spontan dan sering ditemukan adanya

riwayat keluarga yang menderita keloid. Harus dibedakan antara istilah keloid dan parut

hipertrofik. Pada parut hipertrofik, besar parut masih sesuai dengan lukanya. Parut tidak

pernah melewati batas tepi luka dan pada suatu saat akan mengalami fase maturasi.

Keloid tumbuh melewati batas tepi luka, aktif dan menunjukkan tanda radang seperti

17

kemerahan, gatal dan nyeri ringan. Pertumbuhan keloid bersifat progresif karena ada

pertambahan jumlah sel fibrosit

Keloid ditangani secara konservatif yaitu penyuntikan sediaan kortikosteroid

intrakeloid. Penyuntikan diulang 2-3 minggu sekali sampai efek yang diinginkan tercapai.

Cara ini hanya dapat dilakukan untuk penderita yang dapat menahan sakit akibat suntikan

dengan ukuran keloid yang tidak terlalu luas dan tebal. Dapat pula dilakukan eksisi dan

penutupan primer atau cangkok kulit.

Pembedahan sederhana untuk mengeksisi keloid harus dilakukan dengan tissue

handling yang baik. Pembedahan pada keloid dapat berupa bedah beku, bedah laser,

bedah listrik, dan cryosurgery. Penutupan kulit harus diusahakan dengan regangan yang

seminimal mungkin, kalau perlu dilakukan  jahitan lapis demi lapis untuk mendekatkan

jaringan dibawah kulit dalam rangka meminimalkan regangan. Skin grafting dapat juga

digunakan untuk mengurangi ketegangan kulit. Usahakan untuk mencegah semua sumber

inflamasi post operatif seperti terperangkapnya folikel rambut, benda asing, hematom dan

infeksi. Angka rekurensi pembedahan sendiri sekitar 45-100%. Oleh karena itu

pembedahan  akan lebih efektif bila dikombinasi dengan radiasi eksternal, dan injeksi

kortikosteroid. Cegah terjadinya reaksi inflamasi di daerah operasi, kombinasi dengan

radiasi eksternal atau injeksi kortikosteroid.

Gambar 9: Keloid

2. Kalus dan klavus

Kalus merupakan hiperkeratosis setempat yang umumnya berbentuk kurang lebih

bundar akibat gesekan kronik. Biasanya kelainan ini timbul diatas penonjolan tulang dan

akan hilang sendiri bila gesekan kronik tersebut dihentikan. Klavus adalah kalus local di

18

plantar pedis atau di jari kaki yang tumbuh ke dalam. Dasar klavus berada di permukaan,

sedangkan puncaknya menuju ke dalam kulit. Dasar yang berada di permukaan kulit

berupa cekungan dikelilingi keratinisasi tebal yang teraba keras. Puncak klavus dapat

menekan struktur didalamnya sehingga menimbulkan nyeri waktu berjalan atau berdiri.

Kelainan ini ditangani dengan eksisi.

C. Tumor Jinak

1. Veruka Vulgaris

Veruka adalah pertumbuhan epitel berupa tonjolan dengan permukaan tidak rata,

kasar dan bergerigi. Veruka dapat timbul tunggal atau berkelompok. Sering timbul pada

kulit tangan atau jari, terutama pada anak.

Kelainan ini disebabkan oleh virus sehingga mudah ditularkan. Kadang terdapat di

bibir atau lidah karena kebiasaan menggigit-gigit kuku. Bila daya tahan terhadap virus

turun, veruka dapat timbul sekaligus di banyak tempat. Bila daya tahan tubuh meningkat

kembali, veruka tiba-tiba dapat sembuh sendiri. Veruka diobati dengan bedah beku

menggunakan CO2 cair atau dengan eksokleasi.

Gambar 10: Veruka Vulgaris

2. Nevus

Nevus adalah nama umum untuk kelainan jinak pada kulit yang berbentuk kurang

lebih bulat, berpermukaan rata atau sedikit menonjol, yang kemudian dapat membesar,

dan dapat berpigmen atau tidak. Nevus yang berpigmen disebut nevus pigmentosus dan

nevus yang tidak berpigmen disebut hemangioma, yang terjadi akibat kelainan pembuluh

darah dalam dermis. Nevus umumnya muncul saat lahir atau segera setelah lahir,

terbanyak pada dewasa muda, yang berasal dari sel melanosit.

19

Gambar 11: Nevus

Sel-sel nevus kulit berasal dari neural crest, sel ini membentuk sarang-sarang kecil

pada lapisan sel basal epidermis dan zona dermoepidermal. Sel ini membelah, masuk ke

dermis kemudian membentuk sarang-sarang pada dermis.

Nevus pigmentosus dapat terjadi disemua kulit tubuh, termasuk membrane mukosa

dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papilomatosa, ukuran bervariasi

mulai dari sebesar ujung jarum sampai sebesar telapak tangan. Pigmentasinya juga

bervariasi dari warna kulit sampai cokelat kehitaman.

Nevus pigmentosus dapat terjadi secara kongenital, dimana nevus terjadi sejak lahir

atau beberapan bulan setelah kelahiran.

Beberapa jenis nevus yang dikenal yaitu :

- Nevus juntional yang merupakan sel-sel nevus yang terdapat diantara lapisan

epidermis dan dermis yaitu di stratum basal atau diatasnya. Bentuknya rata, tidak

menonjol dan umunya bersifat stasioner artinya tidak berkembang, melebar dan

menebal

- Compound nevus dimana jenis ini memperlihatkan sifat jenis perbatasan dan

intradermal. Jenis ini berwarna lebih gelap diantara ketiganya mengkilap dan tumbuh

perlahan-lahan.

- Nevus intradermal yang terdiri dari sel melanosit yang berada di lapisan dermis,

menonjol tumbuh menebal dan melebar walaupun sangat perlahan-lahan.

20

Gambar 12: Jenis nevus

Pada umumnya tidak diperlukan pengobatan. Kecuali menimbulkan masalah

secara kosmetik atau sering terjadi iritasi karena gesekan pakaian, maka dapat dilakukan

eksisi. Bila terdapat kecurigaan menjadi ganas dapat dilakukan eksisi dengan

pemeriksaan histopatologi.

3. Hemangioma

Hemangioma adalah tumor jinak kulit yang terjadi akibat gangguan perkembangan

sistem pembuluh darah di dermis dan subkutis.

Secara histologik hemangioma diklasifikasikan berdasarkan besarnya pembuluh

darah, menjadi 3 jenis yaitu:

1. Hemangioma kapiler

a. Hemangioma kapiler pada anak (nevus vasculosus,strawberry nevus)

b. Granuloma piogenik

c. Cherry spot (ruby Spot)

2. Hemangioma kavernosum

a. Hemangioma kavernosum (hemangioma matang)

b. Hemangioma keratotik

c. Hemangioma vascular

3. Telangiektasis

a. Nevus flameus

b. Angiokeratoma

c. Spider angioma

21

Neoplasma jinak pembuluh darah ini memiliki ciri proliferasi endotel yang

meningkat pesat pada waktu bayi (1 tahun pertama), dan dapat mengalami involusi secara

perlahan pada masa anak-anak melalui proses kematian sel secara progresif atau

terjadinya fibrosis (sampai usia 6-7 tahun).

Penyebab dari penyakit ini tidak diketahui. Bisa terjadi sejak lahir hingga masa

kanak-kanak, dengan angka kejadian yang sama antara pria dan wanita. Hemangioma

biasanya berlokasi di wajah, leher, badan, ekstremitas, dan kepala.

Gambar 13: Hemangioma kapiler

Gambar 14:Hemangioma kavernosum

A. Hemangioma kapiler

1. Hemangioma simpleks (strawberry hemangioma)

Hemangioma kapiler teradapat pada waktu lahir atau beberapa hari setelah lahir.

Tampak sebagai bercak merah makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah

menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan.

Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi ada yang superfisial berwarnah merah terang

dan subkutan berwarna kebiruan.

22

2. Granuloma piogenik

Lesi terjadi akibat proliferasi(fase saat sel mengalami pengulangan siklus) kapiler

yang sering terjadi sesudah trauma. Bukan karena proses peradangan walaupun

infeksi.

Lesi biasanya soliter (lesi tunggal) dapat terjadi pd semua umur, mula-mula

berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat

mencapai ukuran 1cm dan lesi mudah berdarah.

B. Hemangioma kavernosum

Lesi tidak berbatas tegas dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang

berwarna merah sampai ungu. Bila di tekan mengempis dan akan cepat menggembung

lagi bila di lepas. Lesi terdiri aas elemen vascular yang matang. Bentuk kavernosum

jarang mengadakan involusi spontan.

C. Hemangioma campuran

Jenis ini terdiri dari campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum.

Gambaran klinisnya juga terjdi atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar

ditekan pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soleter, dan dapat terjadi sejak

lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak berwarna merah kebiruan dan

kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa.

Diagnosis

Gambaran umumnya adalah bercak merah yang timbul sejak lahir,

pertumbuhannya relative cepat dalam beberapa minggu atau beberapa bulan; warnanya

merah terang bila jenis strawberry atau biru bila jenis kavernosa. Besar maksimum

biasanya tercapai pada umur 9-12 bulan, warnanya berubah menjadi gelap.

Pengobatan

1. Pembedahan

Indikasi :

- Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang cepat

- Hemangioma raksasa dengan trombositopenia

- Tidak ada regresi spontan, misalnya terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun

2. Radiasi: sudah ditinggalkan

23

3. Kortikosteroid: apabila melibatkan struktur vital, tumbuh dengan cepat dan

destruksi kosmetik, secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu

orifisium, banyak perdarahan dengan atau tanpa trombostopenia,

menyebabkan dekompensasio kardiovaskular. Prednisone menyebabkan

regresi hemangioma (20-30 mg/hari) selama 2-3 minggu kemudian di

turunkan dosisnya hingga 3 bulan.

4. Keratosis Seboroik

Keratosis seboroika adalah hiperkeratosis setempat yang sering timbul di muka,

badan, dan tangan. Kelainan ini sering terjadi pada usia pertengahan keatas. Lesinya

berbatas tegas, kurang lebih bulat, bentuknya mirip kembang kol, berwarna gelap dengan

permukaan kasar dan rapuh seperti lilin.

Pada pemeriksaan fisik, keratosis seboroik tampak sebagai:

- Lesi berupa papul atau plak yang agak menonjol.

- Dapat juga terlihat menempel pada permukaan kulit.

- Lesi biasanya memiliki pigmen warna yang sama yaitu coklat, namun kadang

kadang juga dapat ditemukan yang bewarna hitam atau hitam kebiruan.

- Bentuk bulat sampai oval,

- Ukuran dari miliar sampai lentikular bahkan sampai 35x15cm.

- Pada lesi multiple distribusi seiring dengan lipatan kulit.

- Permukaan lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi yang memiliki permukaan

halus biasanya terkandung jaringan keratotik yang menyerupai butiran gandum.

Pada perabaan terasa lunak dan berminyak.

Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan terus bertambah seiring

dengan bertambahnya usia. Pada beberapa individu lesi dapat bertambah besar dan

tebal, namun jarang lepas dengan sendirinya.

Trauma atau penggosokan dengan keras dapat menyebabkan bagian puncak

lesi lepas, namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada tendensi untuk

24

berubah ke arah keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma sel basal, dan

terkadang tumbuh di lesi keratosis seboroik.

Gambar 15: Keratosis seboroik

D. Tumor pramaligna

1. Morbus Bowen

Morbus bowen adalah suatu karsinoma sel gepeng intra epidermal yang mengenai

kulit dan mukosa mulut. Merupakan penyakit herediter autosomal dominan. Gambaran

klinis berupa papul kulit tunggal atau multiple, berwarna merah kusam, dengan

permukaan yang berkerak atau bersisik, dan melebar tanpa indurasi. Kelaian ini dapat

timbul pada mukosa vulva, glans penis, atau preputium.

Terapinya ialah eksisi untuk mengangkat semua lesi yang diikuti dengan

pemeriksaan histologik karena setiap kelainan dianggap pramaligna. Fulgurasi dan

kuretase atau elektrokauterisasi dapat dipertimbangkan. Pemberian salep 5-fluorourasil

topical selama 4-12 minggu. Hasilnya baik.

Gambar 16: Morbus bowen

25

2. Keratoakantoma

Keratoakantoma merupakan suatu tumor jinak kulit yang berasal dari sel skuamosa.

Penyebabnya tidak diketahui, diduga erat hubungannya dengan paparan sinar matahari.

Keratoakantoma timbul didaerah kulit yang terpapar terutama diwajah. Tumor ini tumbuh

cepat, dalam beberapa minggu atau bulan keratoakantoma akan berukuran 1-2 cm dengan

inti didaerah yang hiperkeratosis. Setelah beberapa bulan, keratoakantoma hilang sendiri

tanpa bekas yang jelas. Kelainan ini harus dibedakan dengan karsinoma sel basal.

Ada 2 bentuk keratoakantoma, yaitu :

- Keratoakantoma soliter

Yang pada awalnya timbul bintik kecil kemudian cepat membesar dalam beberapa

minggu menjadi papul dan nodul dengan permukaan yang licin

- Keratoakantoma multiple

Ukuran sama dengan soliterm hanya jumlahnya banyak. Nodul-nodul berbatas tegas dan

terdapat teleangiektasis di pinggir nodul.

Pada jenis soliter dapat diobati dengan suntikan triamsinolon asetonida intralesi

atau eksisi dan kuretase. Pada keratoakantoma raksasa, setelah eksisi atau bedah listrik

dilanjutkan dengan radiotreapi. Metotreksat 2-5mg/hari selama 3 bulan dapat memberi

penyembuhan.

Gambar 17: Keratoakantoma

3. Xeroderma Pigmentosum

Xeroderma pigmentosum merupakan kelainan bawaan kulit yang diturunkan

secara resesif terangkai seks, jarang ditemukan, dan berprognosis buruk. Pada kelainan

ini terdapat defisiensi enzim nukleotidase yang dibutuhkan untuk memperbaiki sel DNA

yang rusak akibat ultraviolet.

26

Kelainan ini timbul pada usia muda, di daerah kulit yang terbuka, seperti wajah,

leher, tangan, lengan. Pada pengamatan tampak bercak pigmentasi diseling bercak atrofi

berwarna pucat, keratosis, telangiektasis, dan tumbuhan papilomatous. Prognosis

penyakit ini kurang baik karena dapat berdegenerasi menjadi basalioma.

E. Tumor ganas

1. Karsinoma Sel Basal

Karsinoma sel basal (KSB) merupakan suatu tumor ganas kulit yang paling sering

pada manusia. Biasanya mengenai pada daerah yang sering terpajan dengan sinar

matahari. KSB ini pertumbuhannya lambat dan jarang metastasis, tapi dapat

menyebabkan kerusakan lokal dan kecacatan apabila tidak diobati

KSB adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari pertumbuhan

neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit. Pertumbuhan tumor ini lambat, dengan

beberapa macam pola pertumbuhan sehingga memberi gambaran klinis yang berveriasi,

bersifat invasif, serta jarang Lebih dari 90% penyebab KSB  terpapar sinar matahari atau

penyinaran ultraviolet lainnya. KSB juga bisa ditemukan di kulit kepala. Paling sering

muncul pada usia diatas 40 tahun. Faktor resiko lainnya adalah:

- Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan rambut pirang

atau merah).

- Pemaparan sinar X yang berlebihan atau penyinaran lainnya mengadakan metastasis.

Predileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah

periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula di jumpai pada lengan, tangan, badan,

tungkai, kaki, dan kulit kepala.

Gambaran klinik KSB bervariasi. KSB terbagi menjadi 5 bentuk :

- Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens.

- Berpigmen.

- Morfea atau fibrosing atau sklerosing.

- Superficial

- Fibroepitelioma.

Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan

penting, yaitu :

27

- Sindroma epitelioma sel basal nevoid

- Nevus sel basal unilateral linier

- Sindroma bazex.

Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinisnya. Untuk memperkuat diagnosis dapat

dilakukan pemeriksaan penunjang berupa biopsi.

Biasanya kanker diangkat melalui pengorekan lalu dibakar dengan jarum listrik

(kuretase dan elektrodesikasi) atau dipotong dengan pisau bedah.

Sebelumnya diberikan suntikan anestesi. Jarang dilakukan terapi penyinaran.

Untuk tumor kambuhan dan karsinoma sel basal yang menyerupai jaringan parut, bisa

dilakukan pembedahan mikroskopik atau bedah Mohs.

Pengobatan pada KSB primer biasanya memberikan angka kesembuhan sekitar

95%; sedangkan pada KSB rekuren sekitar 92%. Dijumpai angka kekambuhan 5 tahun

pada metode kuretase dan elektrodesikasi sebesar 7,7%; bedah mosh 1%.

2. Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma Sel Skuamosa adalah kanker yang berasal dari lapisan tengah epidermis.

Penyakit Bowen adalah suatu bentuk karsinoma sel skuamosa yang terbatas pada

epidermis dan belum menyusup ke jaringan di bawahnya (dermis). Kulit yang terkena

tampak coklat-merah dan bersisik atau berkeropeng dan mendatar, kadang menyerupai

bercak pada psoriasis, dermatitis atau infeksi jamur.

Lebih dari 90% kanker kulit tumbuh di daerah yang terpapar oleh sinar matahari

atau sinar ultraviolet lainnya. Hal ini diduga merupakan penyebab utama dari semua jenis

kanker kulit. Faktor resiko lainnya adalah:

- Faktor genetik (kanker kulit lebih sering ditemukan pada orang berkulit terang, mata

biru atau hijau dan rambut pirang atau merah)

- Pencemaran oleh bahan kimia

Predileksi terjadi pada daerah kulit yang terpapar sinar matahari dan membranm

mukosa, namun dapat pula terjadi pada setiap bagian tubuh.

Pada orang kulit putih lebih sering dijumpai pada daerah muka dan ekstremitas,

sedangkan pada orang kulit berwarna gelap di daerah tropik lebih banyak pada

ekstremitas bawah, badan, dan dapat pula dijumpai bibir bawah serta punggung tangan.

28

Gambaran klinis KSS bervariasi, dapat berupa :

- Nodul berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa krusta atau ulkus

dengan tepi yang berbatasan kurang jelas.

- Nodul kemerahan dengan permukaan yang papilomatosa atau verukosa yang

menyerupai bunga kol.

- Ulkus dengan krusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning kemerahan.

Dalam perjalanan penyakitnya, lesi akan meluas dan mengadakan metastasis ke kelenjar

limfe regional atau ke organ-organ dalam.

- KSS yang timbul dari kulit normal (de novo) lebih sering mengadakan invasi yang cepat

dan terjadi metastasis, dibandingkan Pemaparan berlebihan oleh sinar X atau radiasi

lainnya.

Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinisnya. Untuk memperkuat diagnosis dapat

dilakukan pemeriksaan penunjang berupa biopsi.

Karsinoma sel skuamosa dan penyakit Bowen diatasi dengan mengangkat tumor,

baik dengan cara kuretasi dan elektrodesikasi maupun memotongnya dengan pisau bedah.

Keratosis aktinik bisa berubah menjadi karsinoma sel skuamosa. Keratosis aktinik

dihancurkan dengan larutan nitrogen atau krim fluorourasil.

Prognosisnya sangat bervariasi, tergantung pada banyak faktor diantaranya lokasi,

ukuran tumor, dan tingkat diferensiasi sel-sel, serta kedalaman perluasannya. Lesi-lesi

kecil yang timbul dari kulit yang rusak secara klinik mudah disembuhkan, sedangkan lesi

pada bibir mudah metastasis dan mempunyai prognosis yang jelek.

29

Gambar 18: Karsinoma sel basal dan sel skuamosa

3. Melanoma Malignum

Melanoma maligna merupakan tumor ganas kulit yang sangat ganas dan berasal

dari sistem melanositik kulit. Biasanya menyebabkan metastasis yang sangat luas dalam

waktu singkat, tidak saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional, tetapi juga menyebar

melalui aliran darah ke alat-alat dalam, serta dapat menyebabkan kematian.

Faktor resiko terjadinya melanoma adalah:

- Riwayat keluarga yang menderita melanoma

- Rambut merah atau pirang

- Adanya tahi lalat atipik multipel (tanda lahir)

- Terdapat keratosis aktinik pre-kanker

- Frekels (bintik-bintik coklat) yang sangat jelas di punggung bagian atas

- Mengalami serangan lepuhan akibat luka bakar sinar matahari sebanyak 3 kali atau

lebih sebelum berusia 20 tahun.

Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinisnya. Tanda yang dapat dilihat adalah

berdasarkan empat ciri berikut:

1. Bentuk : Ketumbuhan mempunyai bentuk yang tidak seragam , misalnya tidak simetri.

(A-asymmetry)

2. Linkungan: Linkungan adalah tidak jelas, terutamanya untuk melanoma. (B-border)

3. Warna : Pelbagai warna boleh dilihat dan distribusi warna tidak seragam. (C-colour)

30

4. Diameter : Diameter lebih besar daripada 5-6 milimeter. (D-diameter)

Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa

biopsi. Pemeriksaan rontgen thorax, USG dan atau CT-Scan untuk mengetahui daerah

metastase.

Untuk bisa memahami melanoma maligna dan pengobatannya, penting untuk

disadari bahwa prognosis tergantung pada kedalaman invasi tumor yang diketahui pada

waktu eksisi pertama tanpa memperhatikan tipe tumor semula. Sebagian besar klinik

mengukur invasi dengan menggunakan tehnik yang disebut sebagai “ketebalan Breslow”

(Breslow thickness).

Semua tipe melanoma sebaiknya di eksisi pada kesempatan sedini mungkin.

Radioterapi dan krioterapi saat ini belum dapat membantu banyak dalam penyembuhan

penyakit ini. Masih menjadi perdebatan tentang seberapa luas eksisi harus dilakukan,

yang ada hanya kesepakatan bahwa kalau bisa sesempit mungkin. Sama sekali tidak ada

bahaya dalam eksisi awal yang sempit. Yang harus segera dilakukan adalah mengangkat

melanoma.

Prognosis melanoma maligna sangat bervariasi. Ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Sifat Tumor

2. Stadium klinis

3. Lokasi metastasis

4. Faktor penderita

Bila tumor kurang dari 1,5 mm pada waktu dilakukan eksisi pertama, maka

kemungkinan bertahan selama 5 tahun sekitar 90%; bila kedalaman lebih dari 3,5 mm,

maka angka tersebut akan turun sampai 40% atau kurang.

31

Gambar 19: Melanoma malignum

BAB III

KESIMPULAN

Kulit adalah organ terbesar dan organ yang paling kompleks dari tubuh serta merupakan

cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit menutupi seluruh permukaan luar tubuh dan merupakan

tempat interaksi dengan dunia luar kulit memberikan proteksi jaringan internal dari paparan

trauma, radiasi ultraviolet, temperatur yang ekstrim, toksin, dan bakteri. Fungsi penting lainnya

adalah untuk persepsi sensoris, immunologic surveillance, termoregulasi, serta kontrol

kehilangan cairan.

Salah satu penyakit kulit yang dapat ditemui adalah tumor kulit. Tumor kulit dapat

didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak

terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang

lain. Secara umum, tumor kulit dapat dibagi menjadi tumor kulit yang bersifat jinak, pramaligna

dan ganas.

Pada perkembangannya angka kejadian tumor kulit saat ini cenderung meningkat. Oleh

karenanya penyakit ini perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak

penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal.

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda. A, Hamzah M, Aisah S, 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Tumor Kulit.

edisi 3 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI, Jakarta.

2. Price S, Wilson L, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC,

Jakarta.

3. Graham R. 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga

4. Bader RS. Basal Cell Carcinoma. In: Harris JE, editor. Available at:

http://www.emedicine.com. accessed on: july 29th, 2015

5. Brunicardi, F, 2005. Oncology at Schwartz’s Principles of Surgery Eight Edition. Mc

Graw Hill: United State of America.

6. Paparo L,1996 Buku Ajar Histologi Sensoris Khusus. edisi 6. Jakarta: EGC. p. 538-42.

7. Guyton AC, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Indra Khusus. edisi 11. Jakarta: EGC.

p. 641.

8. Murtiastutik, 2004. Atlas penyakit kulit dan kelamin edisi 2. Surabaya.

9. Sjamsuhidajat R, Jong WD, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. edisi 2. Jakarta : EGC. Jakarta.

p. 329-34.

10. Rata IGAK, 2006. Tumor Kulit dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI. p. 229-42

11. Underwood JCE, 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Edisi Kedua. Jakarta : EGC.

33

12. Townsend C, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL, 2012. Sabistan textbook of surgery

the biological basis of modern surgical practice. edisi 19. Philadelphia: Elsevier. p. 742-7

13. Desen W, 2008. Buku ajar onkologi klinis edisi 2. FKUI, Jakarta. p. 601-5.

34