referat diet pada lanjut usia

Upload: magdalena-wibawati

Post on 10-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Referat Geriatri

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Lanjut usia (lansia) merupakan bagian dari proses tumbuh kembang dan merupakan proses fisiologis, dimana terjadi kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. Lanjut usia bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan proses alami setiap individu yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan.1Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini sedang terjadi perubahan proporsi kelompok umur penduduk dunia termasuk Indonesia. Perubahan proporsi kelompok-kelompok umur di dalam penduduk dapat terjadi antara lain sebagai akibat menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk ke dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Berdasarkan proyeksi Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih diperkirakan akan meningkat dari 18,1 juta di tahun 2010 menjadi 29,1 juta pada tahun 2020 dan 36 juta pada tahun 2025.2Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi proses penuaan secara degeneratif yang berdampak pada diri manusia. Perubahan itu antara lain meliputi perubahan fisik, perubahan kognitif, perubahan spiritual, dan perubahan psikososial. Perubahan tersebut apabila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan masalah bagi individu lanjut usia, maupun keluarga dan lingkungannya.3 Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perubahan tersebut adalah masalah gizi pada lansia. Gangguan gizi seperti sindrom metabolik dan sarcopenia menyebabkan penyakit sistemik yang dapat menurunkan kualitas hidup pada lanjut usia. Oleh sebab itu, masalah gizi pada lansia perlu diperhatikan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.Batasan Lanjut Usia1.Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:5a.Usia pertengahan/ middle age (45-59 tahun)b.Lanjut usia/ elderly (60-74 tahun)c.Lanjut usia tua/ old (75-90 tahun)d.Usia sangat tua/ very old (> 90 tahun)2.Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2: Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.63.Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lanjut usia dikelompokkan menjadi:5a.Pra lanjut usia (45-59 tahun)b.Lanjut usia (60-69 tahun)c.Lanjut usia risiko tinggi (>70 tahun atau usia >60 tahun dengan masalah kesehatan)

B.Perubahan Fisiologis yang Mempengaruhi Status Gizi Lanjut UsiaLanjut usia merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stress eksternal maupun internal. Menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial.1 Terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan tanggapan pada kehidupan sehari-hari. Adapun perubahan fisiologis tersebut sebagai berikut:

1. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh dapat memberikan indikasi status gizi dan tingkat kebugaran jasmani seseorang. Akibat penuaan pada lansia, massa otot berkurang sedangkan massa lemak bertambah. Massa tubuh yang tidak berlemak berkurang sebanyak 6,3%, sedangkan sebanyak 2% massa lemak bertambah dari berat badan perdekade setelah usia 30 tahun. Jumlah cairan tubuh berkurang dari sekitar 60% berat badan pada orang muda menjadi 45% dari berat badan wanita usia lanjut.7,8 Penurunan massa otot akan mengakibatkan penurunan kebutuhan energi yang terlihat pada lansia. Keseimbangan energi pada lansia lebih lanjut dipengaruhi oleh aktifitas fisik yang menurun. Pemahaman akan hubungan berbagai keadaan tersebut penting dalam membantu lansia mengelola kebutuhan energinya.9 2. Gigi dan Mulut Gigi merupakan unsur penting untuk pencapaian derajat kesehatan dan gizi yang baik. Perubahan fisiologis yang terjadi pada jaringan keras gigi sesuai perubahan pada gingiva anak-anak. Setelah gigi erupsi, morfologi gigi berubah karena pemakaian atau aberasi dan kemudian tanggal digantikan gigi permanen. Pada usia lanjut gigi permanen menjadi kering, lebih rapuh, berwarna lebih gelap, dan bahkan sebagian gigi telah tanggal.1,8 Hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan bawah serta mengakibatkan daya kunyah menurun. Selain itu, terjadinya atrofi gingiva dan processus alveolaris akan menyebabkan akar gigi terbuka sehingga menimbulkan rasa sakit dan memperparah penurunan daya kunyah. Pada lansia saluran pencernaan tidak dapat mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi kunyah sehingga akan mempengaruhi kesehatan.9 Selain itu, penurunan produksi saliva akan menyebabkan mulut relatif kering (xerostomia) yang akan semakin mengganggu indera pengecap atau perasa.4,93. Indera Pengecap dan Pencium Dengan bertambahnya umur, kemampuan mengecap, mencerna, dan memetabolisme makanan berubah. Penurunan indera pengecap dan pencium pada lansia menyebabkan sebagian besar kelompok umur ini tidak dapat lagi menikmati aroma dan rasa makanan. Gangguan rasa pengecap pada proses penuaan terjadi karena pertambahan umur berkorelasi negatif dengan jumlah taste buds atau tunas pengecap pada lidah. Cherie Long (1986) dan Ruslijanto (1996) dalam Darmojo (2011) menyatakan 80% tunas pengecap hilang pada usia 80 tahun.9 Wanita pasca monopause cenderung berkurang kemampuannya dalam merasakan manis dan asin. Keadaan ini dapat menyebabkan lansia kurang menikmati makanan dan mengalami penurunan nafsu makan dan asupan makanan. Gangguan rasa pengecap juga merupakan manifestasi penyakit sistemik pada lansia yang disebabkan oleh kandidiasis mulut dan defisiensi nutrisi terutama defisiensi seng.10 4. Sistem Gastrointestinal Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makan dari faring ke lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk fungsi tersebut.11 Pada manusia lanjut usia, reseptor pada esofagus kurang sensitif dengan adanya makanan. Hal ini menyebabkan kemampuan peristaltik esofagus mendorong makanan ke lambung menurun sehingga pengosongan esofagus terlambat.9 Motilitas dan pengosongan lambung menurun seiring dengan meningkatnya usia. Di atas usia 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang yang menyebabkan penyerapan vitamin dan zat besi menurun sehingga berpengaruh pada kejadian osteoporosis dan osteomalasia pada lansia. Di usus halus juga ditemukan adanya kolonisasi bakteri pada lansia dengan gastritis atrofi yang dapat menghambat penyerapan vitamin B. Selain itu, motilititas usus halus dan usus besar terganggu sehingga menyebabkan konstipasi sering terjadi pada lansia.12

C.Pengkajian Status Gizi pada Lanjut UsiaKeadaan gizi seseorang mempengaruhi penampilan, pertumbuhan dan perkembangannya, kondisi kesehatan serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Pengkajian status gizi adalah proses yang digunakan untuk menentukan status gizi, mengidentifikasi malnutrisi dan menentukan jenis diet atau menu makanan yang harus diberikan pada seseorang. Mengkaji status gizi usia lanjut sebaiknya menggunakan lebih dari satu parameter sehingga hasil kajian lebih akurat. Pengkajian status gizi pada usia lanjut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. AnamnesisHal-hal yang perlu diketahui antara lain: Identitas, orang terdekat yang dapat dihubungi, keluhan dan riwayat penyakit, riwayat asupan makanan, riwayat operasi yang mengganggu asupan makanan, riwayat penyakit keluarga, aktivitas sehari-hari, riwayat buang air besar atau buang air kecil, dan kebiasaan lain yang dapat mengganggu asupan makanan.132. Pengukuran Antropometri Pengukuran antropometri adalah pengukuran tentang ukuran, berat badan, dan proporsi tubuh manusia dengan tujuan untuk mengkaji status nutrisi dan ketersediaan energi pada tubuh serta mendeteksi adanya masalah-masalah nutrisi pada seseorang.14 Pengukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menetukan status gizi pada lansia meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi lutut (knee high), lingkar betis, tebal lipatan kulit (pengukuran skinfold), dan lingkar lengan atas (LLA).5Cara yang paling sederhana dan banyak digunakan adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT).15 IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa diatas umur 18 tahun dan mempunyai hubungan yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh. IMT juga merupakan sebuah ukuran berat terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori underweight (kekurangan berat badan), normoweight (berat badan normal), overweight (kelebihan berat badan), dan obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2).14

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak yang sudah ditera dengan ketelitian 0,1 kg dengan pakaian seminimal mungkin dan tanpa alas kaki. Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm. Pengukuran dilakukan pada posisi berdiri tegak tanpa menggunakan alas kaki dengan pandangan lurus ke depan.5Tabel 1. Klasifikasi Pengukuran Indeks Massa Tubuh pada Orang Dewasa Asia (Klasifikasi WHO)14Status GiziIMT (kg/m2)

Underweight< 18,5

Normal18,5 22,9

Overweight23 24,9

Obes I24 29,9

Obes II> 30

3. Mini Nutritional AssessmentMini Nutritional Assessment (MNA) merupakan kuesioner yang terdiri atas 18 pertanyaan untuk menilai dan mendeteksi adanya risiko malnutrisi, terbagi menjadi 6 butir pertanyaan untuk skrining malnutrisi dilanjutkan dengan 12 pertanyaan untuk menilai status nutrisi. Pertanyaan pada MNA mencakup antropometrik (penurunan berat badan, IMT, LLA, dan lingkar betis), asupan makanan (asupan makanan dan cairan, frekuensi makan, dan kemampuan makan sendiri), penilaian global (gaya hidup, obat-obatan, mobilitas, ada tidaknya stres akut, demensia atau depresi) dan self-assessment (persepsi pasien tentang kesehatan dan nutrisi).MNA merupakan metode yang banyak dipakai karena sangat sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. Penelitian yang dilakukan Ellen S (2009) di RSCM pada 193 responden, mendapatkan penilaian status nutrisi berdasarkan skor total MNA memiliki nilai keterandalan yang cukup baik. Mini Nutritional Assessment (MNA) mempunyai 2 bagian besar yaitu screening dan assessment, dimana penjumlahan semua skor akan menentukan seorang lansia pada status gizi baik (skor 24), berisiko malnutrisi (skor 17-23,5) atau malnutrisi (skor