referat bcc
DESCRIPTION
asasasasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma sel basal ( BCC ) atau basalioma adalah neoplasma maligna
yang berasal dari sel basal epidermis ataupun sel folikel rambut sehingga dapat
timbul pada kulit yang berambut. BCC merupakan kanker kulit dengan insiden
tertinggi dan diharapkan akan terus meningkat dengan semakin meningkatnya
radiasi oleh UV di bumi. Biasanya terjadi pada daerah yang terekspos matahari
meskipun daerah yang tertutup juga meningkat risikonya. Hampir sembilan puluh
persen (90%) karsinoma sel basal terdapat pada bagian kepala dan leher dengan
10% di antaranya termasuk pada daerah kelopak mata.
BCC tumbuh lambat meskipun pada keadaan lanjut dapat menginvasi
jaringan sekitar, seperti kartilago, tulang, dan menyebabkan “kecacatan“. BCC
jarang metastasis, dikatakan metastasis terjadi kurang dari 0,05 % kasus
Meskipun karsinoma sel basal jarang bermetastasis, tumbuh secara lokal
dengan invasi dan penghancuran jaringan lokal. Kanker dapat menimpa pada
struktur vital seperti saraf dan mengakibatkan hilangnya sensasi atau hilangnya
fungsi. Sebagian besar kasus dapat berhasil diobati sebelum terjadi komplikasi
serius.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata;
palpebra inferior menyatu dengan pipi.1
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapisan kulit, lapisan otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar,
jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).1
Gambar 2.1. Anatomi Palpebra
1. Kulit
2
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebral dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat
yang disebuttarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom.
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yangmelekat erat pada tarsus.
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30mm dan lebar 2 mm. Ia
dipisahkan oleh gariskelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior. Tepian anterior terdiri dari bulumata, glandula Zeiss dan Moll.1
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu mata
atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke atas;
bulu mata bawah melengkung ke bawah. Glandula Zeiss adalah modifikasi
kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata.1
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapatmuara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
3
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra, berupa elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada
palpebra superior dan inferior. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke
bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.1
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5
cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.2
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara
palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator
palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan
tarsus inferior.1
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retractor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbicularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.1
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 1
2.2. Karsinoma Sel Basal
2.2.1. Definisi
Karsinoma sel basal (BCC) merupakan tumor ganas yang berasal dari
lapisan basal epidermis.2 Karsinoma sel basal umumnya tumbuh lambat dan tanpa
nyeri, berupa nodul yang bisa berulkus. Karsinoma ini menyusup ke jaringan
sekitar secara perlahan, tetapi tidak bermetastasis.1 Satu jenis yang jarang –
4
karsinoma sel basal morphea atau “bersklerosis” – cenderung meluas perlahan-
lahan sehingga menjadi lebih sulit untuk diekstirpasi seluruhnya.1 Tergantung dari
letaknya, karsinoma sel basal dapat menimbulkan ektropion, entropion, retraksi
atau lekukan pada palpebra, lekukan pada kulit di atasnya, atau tidak adanya bulu
mata.1
2.2.2. Epidemiologi
Karsinoma sel basal dan sel skuamosa palpebra adalah tumor ganas yang
paling umum. Tumor ini paling sering terdapat pada orang berkulit terang yang
terpajan sinar matahari secara kronik. Sembilan puluh lima persen karsinoma
palpebra adalah berjenis sel basal.1 Karsinoma sel basal merupakan keganasan
pada kulit tersering di Eropa, Amerika Serikat dan Australia, terutama pada ras
Caucasian berusia lebih dari 60 tahun.3 Pria lebih beresiko mengalami karsinoma
sel basal dibandingkan pada wanita.
2.2.3. Etiologi
Penyebab karsinoma sel basal mungkin termasuk disposisi genetik.
Peningkatan paparan radiasi ultraviolet matahari, zat karsinogenik (seperti
arsenik), dan kerusakan kulit kronis juga dapat menyebabkan peningkatan insiden.
Karsinoma sel basal muncul dari lapisan basal sel epidermis dan kelenjar sebasea
folikel rambut di mana pertumbuhanya merusak jaringan secara lokal.4
2.2.4. Manifestasi Klinis
Karakteristik umum termasuk batas tegas, peninggian batas, dengan central
crater dan vaskularisasi superfisial dengan kecenderungan peningkatan
perdarahan. 4
2.2.5. Klasifikasi
Secara klinis dan secara patologi, karsinoma sel basal di bagi menjadi empat tipe,
yaitu :
1. Karsinoma sel basal tipe nodular merupakan manifestasi klinis terbanyak
dari karsinoma sel basal, keras, berbatas tegas, nodul seperti mutiara dan
5
disertai dengan telangiectasia and sentral ulkus. Secara histologi, tumor
ini terbentuk dari sekumpulan sel basal yang asalnya dari lapisan sel basal
epitelium dan terlihat seperti pagar di bagian pinggir.5
Pada tahap permulaan, sangat sulit ditentukan malah dapat berwarna
seperti kulit normal atau menyerupai kutil.Kumpulan sel atipik merusak
permukaan epitel, nekrosis di tengah karena lebih cekung dan timbul ulkus
bila sudah berdiameter ± 0,5 cm yang pada pinggir tumor awalnya
berbentuk papular, meninggi, anular. Bila telah berkembang lebih lanjut,
dapat melekat di dasarnya. Dengan trauma ringan atau bila krustanya
diangkat mudah terjadi perdarahan.6
2. Karsinoma sel basal tipe morphea merupakan jenis yang paling sedikit
ditemukan, tetapi tumor ini bersifat lebih agresif karena dapat berkembang
lebih cepat daripada karsinoma sel basal tipe nodular. Lesi tipe morphea
bersifat keras, lebih datar dengan pinggir yang secara klinis susah
ditentukan. Secara histologi, lesi tidak terlihat seperti pagar di pinggirnya
tetapi berbentuk seperti kawat tipis yang menyebar di daerah pinggir. Di
sekitar stroma terlihat proliferasi dari jaringan penyambung menjadi pola
fibrosis.5
Karsinoma sel basal mulai menstimulasi inflamasi kronis dari bagian
pinggir kelopak mata dan sering disertai dengan rontoknya bulu mata
(madarosis).5
Invasi dari karsinoma sel basal ke orbita bisa terjadi karena pengobatan
yang tidak adekuat, klinis yang terlambat ditemukan serta karsinoma sel
basal dengan tipe morphea.5
3. Karsinoma sel basal tipe ulserative
4. Karsinoma sel basal tipe multisentrik atau superfisial terjadi akibat
blefaritis kronis dan bisa menyebar ke bagian pinggir kelopak mata tanpa
di sadari.5
Ukurannya dapat berupa plakat dengan eritema, skuamasi halus dengan
pinggir yang agak keras seperti kawat dan agak meninggi. Warnanya dapat
hitam berbintik-bintik atau homogen.6
6
2.2.6. Patogenesis
Radiasi UV, terutama UVB dengan spektrum 290–320 nm diduga sebagai
faktor risiko utama KSB. Pada panjang gelombang tersebut dapat dipicu mutasi
pada tumor-suppressor gene yang merupakan tempat tersering terjadinya imbas
akibat kerusakan DNA. Fungsi normal tumor-suppressor adalah sebagai barier
fisiologis terhadap ekspansi klonal dan mutasi gen, selain itu dapat menghalangi
proliferasi sel yang berlebih maupun metastasis sel yang dikendalikan oleh
oncogenes. Hilangnya fungsi supresi ini dapat diakibatkan oleh mutasi karena
kerusakan genome, chromosomal rearrangement dan nondisjunction, konversi gen
atau rekombinasi mitosis. Aktivasi p53 terjadi sebagai respon dari berbagai stres
pada sel, sehingga p53 dapat dikatakan sebagai penjaga genom serta dapat
menghambat ekspansi dan proliferasi berbagai sel yang rusak. Pentingnya peran
p53 sebagai supresi tumor dipertegas dengan fakta terjadinya gangguan fungsi
p53 akibat mutasi spontan, pengurangan jumlah gen serta peningkatan kerentanan
terhadap terjadinya tumor. Mutasi yang diinduksi oleh sinar UV berdampak pada
gen p53 (p53) sebagai salah satu tumor-suppressor gene yang terletak pada
kromosom lengan 17p13. diperkirakan berperan penting pada kasus KSB. Telah
diketahui terdapatnya perubahan p53 sebagai tumor-suppressor gene pada
berbagai keganasan pada manusia, dan telah pula dilakukan berbagai studi tentang
p53 pada KSB. Pada populasi kulit putih sekitar 50% KSB menunjukkan adanya
mutasi pada gen p53, sementara Ghaderi (2005) melakukan penelitian pada KSB
di Irak dengan hasil terdapat mutasi pada p53 sebesar 68,3%. Sebagian besar
mutasi pada p53 menunjukkan pola khas yang mencerminkan gambaran pengaruh
UV.7
2.2.7. Diagnosa
Diagnosis dapat sangat sering dibuat atas dasar bukti klinis. Biopsi
diindikasikan jika ada keraguan.4
1. Riwayat
7
Pada umunya karsinoma sel basal adalah lesi dengan pertumbuhan lambat
dari kulit dengan onset lebih dari 3 – 24 bulan meskipun riwayat lebih dari 24
bulan sangat jarang. Seringkali pasien akan melaporkan benjolan kecil atau
goresan yang belum sembuh. Pengerasan kulit berulang pada permukaan lesi serta
pendarahan mungkin didapatkan. Jarang terdapat rasa sakit yang signifikan namun
biasanya terdapat iritasi ringan ataupun rasa gatal. Jika lesi terdapat pada tepi
kelopak mata, perhatikan ada tidaknya madarosis (rontoknya bulu mata). Jika
ditelusuri lebih lagi, penglihatan ganda dan distorsi dari bentuk kelopak mata,
termasuk penyempitan dan pelebaran celah palpebra, dapat dilaporkan.8
2. Pemeriksaan
Umumnya karsinoma sel basal adalah nodul pada kulit dengan kerusakan
susunan pada lapisan dermal normal. Didapatkan pengangkatan pada bagian tepi
dan terdapat telangiectasia pembuluh darah. Pada bagian pusat sering tertekan dan
bahkan ulserasi. Secara klasik digambarkan dengan terdapatnya bentuk seperti
mutiara, dengan tampilan nodular. Nodul tidak terasa sakit dan berbatas tegas
ketika dipalpasi.8
Gambar2.2. Karsinoma sel basal
Tumor dapat menyebabkan malposisi kelopak mata, seperti ektropion,
retraksi atau ptosis. Perkembangan ulserasi dapat menyebabkan infeksi sekunder.
8
Pada akhirnya terjadi invasi orbita, menyebabkan motilitas mata, proptosis atau
enophthalmos.8
Ketika membuat rujukan ke layanan mata rumah sakit untuk dicurigai
periokular BCC, hal penting untuk dicatat meliputi penampilan klinis lesi,
termasuk ukuran, lokasi, penampilan mutiara, nekrosis sentral, telangiectasia
permukaan, dan rontoknya bulu mata. Informasi ini membantu untuk
mengidentifikasi lesi yang lebih mungkin untuk menjadi ganas, dan akan
memungkinkan triase lebih efektif dari arahan tersebut.8
2.2.8. Diagnosis Banding
Kista dari Zeiss dan Moll timbul dari modifikasi kelenjar sebaceous dan
keringat. Mereka ditemukan berdekatan dengan folikel bulu mata. Zeiss kista
mengandung bahan kuning krem (Gambar 2.3) dan Moll kista adalah kista berisi
cairan bening (Gambar 2.4). Secara khusus, kistik BCC mungkin muncul sangat
mirip dengan kista dari Moll.8
Gambar 2.3. Cyst of Zeis
9
Gambar 2.4. Cyst of Moll
Molluscum Contagiosum adalah virus yang menyebar melalui kontak
langsung. Lesi ini memiliki lubang halus, dengan peninggian tepi tanpa ulserasi
pada tengah lubang.8
Gambar 2.5. Molluscum Contagiosum
Karsinoma sel skuamosa (SCC) memiliki manifestasi klinis yang beragam
dan mungkin mulai sebagai lesi mirip karsinoma sel basal dengan ulserasi sentral.
Karsinoma sel skuamosa juga dapat berupa papilomatous, kistik, ataupun
penampakan lapisan tanduk pada kulit. Tumor mungkin gatal atau berdarah.8
10
Gambar 2.6. Squamous cell carcinoma
2.2.9. Tatalaksana
Biopsi diperlukan untuk mengkonfirmasi kecurigaan secara klinis dari
karsinoma sel basal. Diagnosis yang sangat akurat bisa dijamin jika pada setiap
biopsi insisional jaringan yang akan diperiksa:
1. Mewakili keadaan lesi secara klinis
2. Ukuran yang tepat untuk pemeriksaan secara histopatologi
3. Tidak menambah trauma atau kerusakan
4. Mengikutsertakan jaringan normal di bagian pinggir sekitar daerah yang
dicurigai
Biopsi insisi merupakan salah satu prosedur yang bisa digunakan untuk
menkonfirmasi kecurigaan terhadap tumor ganas. Area dari biopsi insisi
seharusnya di potret atau di gambar dengan pengukuran sehingga daerah asal
tumor menjadi tidak sulit untuk ditemukan pada saat prose pengangkatan tumor
berikutnya.5
Biopsi eksisi bisa menjadi pertimbangan ketika lesi di kelopak mata kecil
dan tidak terlibatnya daerah di pinggir kelopak mata atau saat lesi di pinggir
kelopak mata yang berlokasi di sentral jauh dari kantus lateral atau pungtum
lakrimal. Biopsi eksisi harus diarahkan secara vertikal sehingga tidak terjadi traksi
pada kelopak mata. Jika pinggir dari daerah kelopak mata yang di eksisi positif
11
terdapat sel tumor, maka area yang terlibat harus di reeksisi secara pembedahan
dengan teknik Mohs micrographic untuk mengetahui batas bawah atau
teknik frozen-section untuk mengetahui batas samping.5
Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan terapi,
diantaranya :
1. Bedah dilakukan dengan mengeksisi tumor sampai dengan benar-benar
meninggalkan sisa. Pilihan terapi bedah :
Eksisi dengan potong beku (frozen section)
Bedah mikrografi Mohs
Bedah dengan laser CO2
Eksisi tanpa potong beku
Bedah merupakan pilihan terapi dari karsinoma sel basal di kelopak
mata. Bedah eksisi memberikan keuntungan dari diangkatnya tumor secara
keseluruhan dengan batas areanya dikontrol secara histologi. Tingkat
kekambuhan tumor pada terapi bedah lebih sedikit dan lebih jarang jika
dibandingkan jika diterapi dengan modalitas terapi lain.5
Ketika karsinoma sel basal bertempat di daerah kantus medial, sistem
aliran air mata juga bisa terangkat jika dilakukan eradikasi tumor secara
komplet. Jika sistem drainase air mata telah terangkat setelah proses eradikasi
tumor, rekonstruksi sistem aliran keluar air mata tidak bisa dilakukan sampai
pasien benar-benar bebas dari tumor. Beberapa tumor bisa menyebar ke
daerah subkutan dan tidak dapat diketahui sebelum operasi 5
Kambuhnya tumor yang sudah diangkat secara total, infiltrasi yang
lebih dalam, atau tumor tipe morphea dan tumor yang berada di kantus medial
dikelola dengan cara bedah mikrografi Mohs. Jaringan diangkat secara lapis
demi lapis dan dibuat tipis yang dilengkapi dengan gambar 3 dimensi untuk
mengangkat tumor. Reseksi tumor secara mikrografik Mohs paling sering
digunakan untuk mengeksisi karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa.5
Mikrografi eksisi bisa menjamin secara maksimal jumlah jaringan yang
sehat untuk tidak terlibat sehingga hanya area tumor yang terangkat secara
12
komplet. Kekurangan dari bedah mikrografi Mohs ini adalah dalam
mengidentifikasi batas tumor ketika tumor sudah menginvasi daerah orbita.5
Setelah dilakukan reseksi tumor, kelopak mata seharusnya
direkonstruksi dengan prosedur okuloplastik yang terstandar. Rekonstruksi ini
penting walaupun bukan merupakan hal yang mendesak, pembedahan awal
bertujuan untuk melindungi secara maksimal bola mata lalu diikuti dengan
memperbaiki sisa kelopak mata yang masih baik. Jika rekonstruksi tidak bisa
dilakukan segera, kornea harus dilindungi dengan cara menempelkan atau
sementara dengan cara menutup kelopak mata. Jika defeknya kecil, maka
granulasi jaringan secara spontan bisa menjadi alternatif terapi.5
Untuk lesi yang nodular, angka kekambuhan jika diterapi
dengan cryotherapylebih besar daripada setelah diterapi secara pembedahan.
Saat cryotherapydigunakan untuk menangani diffuse sclerosing lesion, angka
kekambuhan tinggi. Selain itu, secara histologi pinggir area tidak bisa
dievaluasi dengancryotherapy. Akibatnya, modalitas terapi ini dihindari untuk
lesi yang kambuh, lesi dengan diameter lebih dari 1 cm, dan lesi tipe
morphea. Lagipula,cryotherapy menimbulkan depigmentasi dan atropi pada
jaringan. Maka dari itu, cryotherapy untuk karsinoma sel basal pada kelopak
mata dijadikan cadangan terapi untuk pasien yang intoleran terhadap
pembedahan seperti pasien yang sangat tua yang aktifitasnya terbatas di
tempat tidur, atau pasien dengan kondisi medis yang serius yang
kontraindikasi untuk dilakukan intervensi bedah.5
Jika tumor terbatas pada adneksa dilakukan eksisi 3-5 mm dari batas
makroskopis. Sedangkan jika tumor sudah menginvasi orbita, maka ada dua
pilihan terapi secara eksentrasi yaitu dengan mengangkat seluruh bola mata
disertai dengan adneksa mata dengan meninggalkan bagian tulang saja, selain
itu juga bisa dilakukan radioterapi. Jika sudah menginvasi intrakranial harus
dikonsultasikan ke bagian bedah saraf.
2. Non bedah dilakukan jika lokasi cukup sulit untuk dilakukan pembedahan,
respon dari terapi non bedah cukup bagus tetapi memiliki efek samping yang
cukup banyak. Pilihan terapi non bedah yaitu :
13
Radioterapi
Radioterapi merupakan pilihan bagi pasien yang mungkin tidak cocok untuk
eksisi bedah. Tingkat kekambuhan telah dilaporkan lebih tinggi daripada yang
dicapai dengan operasi, sampai dengan 31% pada 5 tahun (Nordman dan
Nordman 1978). Tumor dari kelopak mata bagian atas tidak cocok untuk
radioterapi karena keratinisasi dari konjungtiva dan kerusakan pada lempeng
tarsal. Selanjutnya, keluaran kosmetik dengan radioterapi telah dilaporkan lebih
buruk dari yang dicapai dengan eksisi bedah, dengan komplikasi termasuk
hilangnya bulu mata, atrofi kulit dan nekrosis, mata kering dan ulkus kornea
Kemoterapi
Agen kemoterapi bertindak dengan baik mengurangi perbanyakan sel atau
merangsang perusak sel tumor oleh sistem kekebalan tubuh inang. Imiquimod
menstimulasi imunitas diperantarai sel dan menginduksi kematian sel BCC
dengan cara apoptosis. Tingkat kesembuhan secara histologis sebesar 79-82%
telah dijelaskan (Geisse et al. 2004). Agen kemoterapi seperti 5-fluorouracil 5%
krim telah digunakan dengan beberapa keberhasilan di anggota badan, dengan
tingkat kesembuhan 90% telah dilaporkan, keluaran kosmetik yang dapat
diterima dan efek samping minim (Gross et al. 2007), dan laporan penggunaan di
wajah juga telah digambarkan sebagai tambahan untuk perawatan bedah (Jadotte
et al. 2010).
Terapi radiasi juga bisa dipertimbangkan sebagai terapi paliatif tetapi
untuk lesi periorbita sebaiknya dihindari. Seperti cryotherapy, terapi radiasi
juga tidak bisa digunakan untuk memantau area pinggir tumor secara
histologi. Angka kekambuhan jika diterapi dengan radiasi juga lebih tinggi
jika dibandingkan dengan terapi pembedahan. Ditambah lagi, kekambuhan
setelah radiasi sulit untuk dideteksi. Kekambuhan ini timbulnya lebih lama
setelah terapi awal dan lebih sulit untuk menangani secara pembedahan
karena telah terjadi perubahan dari struktur jaringan yang telah diradiasi
sebelumnya.5
Komplikasi yang terjadi akibat terapi radiasi diantanya adalah
timbulnya sikatrik pada kelopak mata, pembentukan scar pada drainase air
mata disertai dengan obstruksi, keratitis sica. Radiasi juga merangsang
14
timbulnya keganasan baru atau cedera pada bola mata yang timbul jika bola
mata tidak dilindungi selama terapi.5
2.2.10. Prognosis
Perubahan pengobatan sukses dengan eksisi bedah sangat baik. Pemeriksaan
tindak lanjut yang sering ditunjukkan.4
15
BAB III
KESIMPULAN
Karsinoma sel basal adalah tumor ganas yang berasal dari lapisan basal
epidermis, bertumbuh lambat, tanpa nyeri, kadang dapat menjadi ulkus dan
jarang bermetastatis.
Pasien dengan karsinoma sel basal datang dengan keluhan benjolan kecil
yang tidak sembuh-sembuh, kadang adanya iritasi dan gatal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gambaran karsinoma sel basal dengan
peninggian pada batas tepi, telangiectasia, depresi pada bagian tengah, tidak
terasa sakit dan berbatas tegas serta madarosis.
Diagnosis dapat sangat sering dibuat atas dasar bukti klinis. Biopsi
diindikasikan jika ada keraguan.
Terapi pada karsinoma sel basal adalah dengan tindakan bedah atau
nonbedah.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Paul Riordan-Eva, John P.Witcher. Vaughan & Asbury: General
Opthalmology 17th Ed. 2009. Jakarta : EGC
2. N.R. Tefler, G.B. Colver, P.W. Bower. Guideline for the management of
basal cell carcinoma. British Journal of Dermatology. 1999; 141: 415 – 423.
3. Nakayama M, Tabuchi K, Nakamura Y, Hara A. Basal cell carcinoma of the
head and neck. J Skin Cancer. 2011; 2011: 496910.
4. Gerhard KL. Opthalmology Short Text Book. 2010. New York : Georg
Thieme Verlag.
5. American Academy of Ophtalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal
System.Basic and Clinical Science Course, Section 7. The Foundation of
AAO. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology : 2011-2012;
168-172.
6. Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penykit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. FKUI.
Jakarta : 2007 ; 235-236.
7. Cita Rosita Sigit Prakoeswa. Peran p53 pada Patogenesis Karsinoma Sel
Basal. 2008. Surabaya : FK Unair
8. Natasha Spimetri and Austin McCormick. Periocular Basal Cell Carcinoma.
Department of Ophthalmology, Aintree University Hospitals NHS
Foundation Trust, Liverpool, UK. 2013.
17