referat avian flu1
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkatnya saya dapat menyelesaikan referrat ini tepat pada waktunya. Referat
ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
periode 5 Maret 2012 hingga 13 Mei 2012 di Rumah Sakit Otorita Batam.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dr. Oke
Viska Sp.P yang telah membimbing saya dalam mengerjakan referrat ini, serta
kepada seluruh dokter yang telah membimbing saya selama di kepaniteraan
Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Tidak lupa terima kasih saya ucapkan kepada teman
di kepaniteraan ini dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan kepada saya.
Saya telah berupaya maksimal untuk menyempurnakan referrat ini,
namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat saya harapkan. Akhir kata saya berharap referrat
ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Batam, 19 Maret 2012
Thyra Medhitya
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB II
I. DEFINISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
II. ETIOLOGI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
III. EPIDEMIOLOGI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
IV. INFEKSI AVIAN INFLUENZA PADA MANUSIA . . . . . . . . . . . . . . 6
V. PENULARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
VI. MASA INKUBASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
VII. MANIFESTASI KLINIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
VIII. KRITERIA DIAGNOSIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
X. INDIKASI RAWAT INAP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
XI. PENANGANAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
XII. PENCEGAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
BAB III KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
BAB IV SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
BAB IV DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit flu burung atau flu unggas (bird Flu, Avian influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh
unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus Avian influenza jenis H5N1
pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di beberapa negara antara lain : Republik
Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, Cina, Indonesia dan
Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas
yang terinfeksi.
Di Indonesia sejak bulan Januari 2004, dilaporkan adanya kasus kematian
ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat dan Kalimantan barat). Awalnya kematian tersebut diduga disebabkan
oleh virus new castle, namun konfirmasi terakhir dari Departemen Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung. Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu
burung di sepuluh propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor. Pada bulan
Juli 2005 penyakit flu burung telah merenggut 3 nyawa. Hal ini didasarkan pada hasil
pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes Jakarta dan
laboratorium rujukan WHO di Hongkong, selain itu sejumlah manusia juga
meninggal di negara lain. Pada tanggal 6 Februari 2004 WHO mengkonfirmasikan
bahwa telah ditemukan sebanyak 55 penderita flu burung H5N1 sampai saat ini,
dengan Case Fatality Rate sekitar 76-80% dan 80% kasus flu burung menyerang
anak-anak serta remaja. Ditakutkan penderita kasus flu burung ini akan meningkat
menjadi pandemi.
Melihat kenyataan ini, maka sebaiknya kita harus mewaspadai adanya
penyakit flu burung dengan cara mengetahui dengan benar informasi tentang penyakit
ini, sehingga penyakit ini dapat diidentifikasikan dan penanganan pun dapat diambil
secara dini. Dengan adanya hal ini kita dapat mencegah penyebaran flu burung secara
luas.
BAB II
3
Definisi
Avian influenza (AI) adalah penyakit virus menular dari burung (terutama
unggas air liar seperti bebek dan angsa), sering menyebabkan tidak ada tanda-tanda
nyata dari penyakit. (1)
Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridae, yang terbagi atas (1) Virus influenza tipe A yang
secara antigenik sangat bervariasi dan dapat berubah-rubah bentuk (Drift, Shift) dan
merupakan penyebab dari sebagian besar kasus epidemi dan pandemi. (2) Virus
influenza tipe B dapat juga memperlihatkan perubahan antigenik dan kadang-kadang
menyebabkan epidemi. (3) Virus influenza tipe C yang secara antigenik bersifat stabil
dan hanya menyebabkan penyakit ringan.
Perbedaan antigenik diperlihatkan oleh protein struktural internal,
nukloeprotein (NP), dan protein matriks (M), digunakan untuk membagi virus
influenza menjadi tipe A, B dan C. Sedangkan variasi antigenik pada glikoprotein
permukaan yang terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), digunakan untuk
menentukan subtipenya. Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe yang
ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14
varian N. (2)
Gambar 1. Virus Influenza (2)
4
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2,
H1N2, H7N7. Sedangkan pada hewan terdapat jenis H1-H5 dan N1-N9. Strain yang
sangat virulen adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air
sampai 4 hari pada suhu 22º C dan lebih dari 30 hari pada 0º C. Virus akan mati pada
pemanasan 60º C selama 30 menit atau 56º C selama 3 jam, dengan detergen dan
dengan desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
Epidemiologi
Seperti halnya SARS, epidemiologi dari flu burung ini sangat kompleks dan
tidak sepenuhnya dimengerti. Virus influenza A dapat menginfeksi manusia dan juga
pada hewan lainnya seperti bebek, ayam, babi, paus, kuda dan anjing laut, sedangkan
virus influenza B dan C beredar secara luas hanya pada manusia.
Burung liar adalah sumber primer semua subtipe dari virus influenza A dan
juga merupakan sumber penularan pada hewan lain, tetapi tidak pada manusia.
Kebanyakan virus influenza menyebabkan infeksi yang asimptomatik atau infeksi
ringan pada burung dan gejala yang timbul pada unggas tergantung pada strain dari
virus. Infeksi dengan beberapa virus Avian influenza A (contohnya pada strain H5
dan H7) dapat menyebabkan penyebaran penyakit yang luas dan kematian pada
beberapa spesies burung liar dan burung peliharaan seperti ayam dan kalkun. Babi
dapat terinfeksi oleh virus flu burung dan virus flu pada manusia selain virus flu pada
babi sendiri, maka babi mungkin terinfeksi oleh virus dari spesies yang berbeda pada
saat yang bersamaan. Apabila ini terjadi, maka gen-gen dari virus yang menginfeksi
dapat bercampur sehingga akan menciptakan gen virus yang baru. Contoh: apabila
seeokor babi terinfeksi oleh virus flu burung dan flu manusia pada saat yang
bersamaan virus tersebut dapat bercampur dan menghasilkan virus baru yang
memiliki gen yang mirip dengan virus dari manusia, namun memiliki Hemaglutinin /
Neuramidase dari virus flu burung. Maka virus tersebut akan dapat menginfeksi dan
menyebar diantara manusia, namun memiliki protein permukaan yang belum pernah
ditemukan sebelumnya pada virus influenza yang menginfeksi manusia. Perubahan
semacam ini disebut antigenic shift. Antigenic shift akan menghasilkan subtipe virus
influenza A baru, sehingga manusia hanya akan memiliki sedikit kekebalan atau
bahkan tidak ada kekebalan sama sekali terhadap virus tersebut. Jika virus ini
5
menyebabkan sakit pada orang dan dapat ditularkan pada orang dengan mudah dari
manusia ke manusia maka akan timbul pandemi. Epidemiologi yang tepat dan
mekanisme yang pasti dari penyebaran virus ini ke manusia masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.
Perubahan antigenik itu sendiri terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah
antigenic drift atau penyimpangan antigen atau disebut dengan perubahan antigenik
minor dimana hanya terjadi perubahan kecil komposisi antigen dan tidak mengalami
perubahan subtipe, proses ini biasanya berjalan lama. Sedangkan antigenic shift atau
pergeseran antigen atau juga disebut perubahan antigenik mayor menyebabkan
perubahan drastis pada rangkaian protein permukaan virus. Mekanisme yang mungkin
untuk kejadian ini adalah percampuran kembali genetika antara virus influenza
manusia dan non manusia, khususnya yang berasal dari burung. Virus influenza tipe B
dan C tidak menunjukan proses ini, hal ini dikarenakan hanya sedikit virus yang
terkait dengan hewan.
Apabila virus influenza terdapat pada peternakan domestik, virus ini
mempunyai sifat yang sangat menular, dan burung liar tidak lagi menjadi faktor
penting dalam penyebaran. Burung yang terinfeksi mengeluarkan virus dengan
konsentrasi yang besar pada feses burung dan sekret hidung dan mata. Apabila
mengenai kumpulan burung, maka virus akan menyebar dari satu kelompok ke
kelompok lain dengan melibatkan burung yang terinfeksi, peralatan yang
terkontaminasi, telur, truk makanan dan kru pelayanan. Penyakit ini secara umum
menyebar pada kelompok dengan kontak langsung.
Infeksi Avian Influenza pada manusia
Infeksi pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun
1997, dimana virus H5N1 menyebabkan penyakit pernafasan yang berat pada 18
orang, 6 orang diantaranya meninggal. Infeksi yang terjadi pada manusia bersamaan
dengan terjadinya epidemi pada virus influenza yang mempunyai patogenitas yang
tinggi, yang disebabkan oleh strain yang sama pada peternakan di Hongkong.
Pada penelitian lebih lanjut pada kejadian ini, tergantung dari kontak
langsung dengan unggas hidup yang terinfeksi (sumber infeksi). Pada penelitian
genetika, ditemukan virus berpindah secara langsung dari burung ke manusia.
6
Dengan adanya pemusnahan yang dilakukan secara cepat dalam waktu 3
hari terhadap sekitar 5.000.000 burung pada peternakan di Hongkong, mengurangi
kesempatan lebih jauh infeksi ke manusia dan mencegah terjadinya pandemi.
Tahun Negara Jumlah kasus Jumlah Kematian Tipe Virus Influenza A
1997 Hongkong 18 6 H5N1
1999 Hongkong 2 0 H9N2
1999 Cina 2 0 H9N2
2003 Hongkong 2 1 H5N1
2003 Belanda 89 1 H7N7
2003 Hongkong 1 1 H9N2
2003 NewYork 1 0 H7N2
2004 Thailand 12 8 H5N1
2004 Vietnam 23 15 H5N1
2004 Canada 1 0 H7N3
Tabel 1.1 Daftar kasus flu burung pada manusia sejak tahun 1997-2004
7
Kepentingan dari subtipe virus influensa tipe A H5N1
Dari 15 subtipe dari virus influenza, H5N1 merupakan subtipe yang
mendapat perhatian khusus. H5N1 bermutasi dengan cepat dan telah terbukti bahwa
subtipe ini mendapatkan gen dari virus yang menginfeksi hewan spesies lain dan
memiliki virulensi yang tinggi pada manusia terutama pada anak. Burung yang
bertahan hidup dari infeksi akan tetap mengekskresikan virus dalam 10 hari, baik
secara peroral maupun melalui feses yang kemudian akan menginfeksi hewan lain
maupun pada burung yang bermigrasi.
Pada penelitian terbaru WHO didapatkan bahwa virus H5N1 ini tidak
memperlihatkan tanda-tanda adanya transmisi virus dari manusia ke manusia. Hal ini
diteliti pada satu kelurga di Vietnam, dimana ditemukan 2 anggota kelurga yang
terkena virus ini. Bahan materi dari dari genetik virus ini diambil dari sampel kakak
beradik masing berumur 23 tahun dan 30 tahun. Ternyata kedua virus tersebut berasal
dari unggas dan tidak mengandung gen dari virus influenza manusia. Penemuan ini
memperlihatkan bahwa virus tidak berubah menjadi bentuk yang dapat menular dari
satu orang ke orang lain. Dilaporkan juga tidak ada anggota keluarga lain yang sakit,
orang disekitarnya ataupun pekerja medis yang terlibat dalam perawatan pasien ini.
8
Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dari unggas ke manusia, melalui
udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari air liur, sekret hidung dan feses
yang menderita flu burung. Penularan juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung
atau kontak dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Kelompok resiko tinggi
tertular penyakit ini, yaitu : pekerja dipeternakan unggas, pemotong unggas dan
penjamah produk unggas lainnya. Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan
bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia atau menular melalui
makanan.
Masa Inkubasi
Pada unggas masa inkubasi berlangsung kurang lebih 1 minggu, sedangkan
pada manusia berkisar 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum timbul gejala sampai 3-5
hari timbul gejala. Pada anak-anak berlangsung sampai 21 hari.
Manifestasi Klinis
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia
a. Gejala pada unggas
§ Jengger berwarna biru
§ Borok dikaki
9
§ Kematian mendadak
§ Bulu mengkerut
§ Kepala bengkak
§ Bersin
§ Diare
§ Bertingkah seperti depresi
b. Gejala pada manusia
§ Demam (suhu badan diatas 38º C)
§ Batuk dan nyeri tenggorokan
§ Batuk
§ Pilek
§ Mialgia
§ Infeksi mata
§ Radang saluran pernafasan atas
§ Pneumonia
§ Respiratori distres
Kriteria Diagnosis(3)(4)(5)(6)
a. Kasus Observasi
Panas badan diatas 38º C disertai lebih dari 1 gejala berikut :
Batuk
Radang tenggorokan
Pilek
Napas pendek / Sesak nafas dimana belum jelas ada atau
tidaknya kontak dengan unggas sakit / mati mendadak yang
belum diketahui penyebabnya dan produk mentahnya.
Pasien masih dalam observasi klinis, epidemiologis dan pemeriksaan
laboratorium.
b. Kasus Tersangka
Panas badan diatas 38º C disertai lebih dari 1 gejala berikut :
10
Batuk
Radang tenggorokan
Pilek
Sesak nafas / napas pendek
pneumonia
Disertai tanda dibawah ini:
pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit / mati
mendadak yang belum diketahui penyebabnya dan produk
mentahnya dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas
pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak
biasa dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas
pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir
sebelum timbul gejala diatas
pernah kontak dengan spesimen AI H5N1 dalam 7 hari terakhir
sebelum timbul gejala diatas (bekerja di laboratorium untuk AI)
ditemukan leukopeni 3000 / l atau mm
ditemukan adanya titer antibody terhadap H5 dengan pemeriksaan
HI test menggunakan eritrosit kuda atau tes ELISA untuk influenza
A tanpa subtipe
ATAU
Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini :
Leukopenia atau limfopenia (relatif / diff count) dengan atau tanpa
trombositopenia (trombosit < 150.000)
Foto thorax menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat
dikedua sisi paru yang makin meluas pada serial
c. Kasus Probable
§ Kasus tersangka ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini :
Ditemukan adanya kenaikan titer antibody minimum 4 kali terhadap
H5 dengan pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau
11
ELISA test.
Hasil laboratorium terbatas untuk positif influenza H5 (dideteksi
antibody spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan
neutralisasi tes
Dalam waktu singkat menjadi pneumonia berat/ gagal napas/
meninggal dan terbukti tidak ada penyebab lain.
d. Kasus Pasti
kasus suspek atau probable dengan satu atau lebih keadaan dibawah
ini :
§ Hasil biakan virus influnza A (H5N1) positif atau
§ Hasil dengan pemeriksaan PCR untuk H5 positif
§ Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar >4x
§ Hasil dengan IFA untuk antigen H5 positif
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK (3),(5)(,7),(8),(9)
DIAGNOSTIK
Uji Konfirmasi
- Kultur dan identifikasi virus H5N1. Sample dapat diambil dari swab
tenggorok, cairan dari trakea, aspirat saluran hidung tenggorok, cairan
bronkoalveolar.
- Uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5. Spesimen
yang diambil yaitu bilasan hidung atau usapan tenggorokan, ini merupakan
bahan terbaik untuk isolasi virus dan harus didapatkan dalam 3 hari setelah
timbul gejala.
- Pemeriksaan Serologi:
o imunofluorescence (IFA) test : ditemukan antigen positif dengan
menggunakan antibody monoklonal influenza A H5N1
o uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibody spesifik influenza
A / H5N1 sebanyak 4x dalam paired serum dengan uji netralisasi
o uji penapisan :
rapid test : untuk mendeteksi influenza A
HI test : dengan darah kuda untuk mendeteksi H5N1
12
enzyme imunoassay (ELISA) untuk mendeteksi H5N1
Pemeriksaan Lain
- hematologi :
o Darah lengkap (Hb, leukosit, hitung jenis leukosit dan LED) umumnya
ditemukan leukopeni, limfositopeni, atau limfositosis relatif dan
trombositopeni
- Kimia
o Penurunan Albumin / Globulin
o Peningkatan SGOT / SGPT
o Peningkatan Ureum, kreatinin
o Keratin kinase meningkat
o Analisis gas darah normal atau abnormal
o Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan
komplikasi yang ditemukan
- Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto thoraks PA dan Lateral dapat ditemukan gambaran
pnemonia berupa infiltrat yang tersebar di paru
Triage Instalasi Rawat Darurat
§ Rawat darurat (emergency) adalah suatu keadaan dimana penderita
memerlukan pemeriksaan dan tindakan medis segera dan apabila tidak
segera dilakukan, dapat berakibat fatal bagi penderita.
§ Triage adalah ruangan yang mempunyai fungsi untuk melakukan seleksi
terhadap penderita flu burung, dimana semua petugas telah melakukan
Standard Universal Precaution .
§ Seleksi pertama dilakukan oleh perawat yang telah dilatih dengan
berpedoman pada gejala-gejala flu burung dan faktor resikonya,
sekaligus melakukan pemeriksaan awal sebelum dokter yang bertugas
melakukan pemeriksaan lanjutan.
§ Seleksi kedua adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter triage,
yang melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai standard
pelayanan medik mengenai flu burung yang ada.
13
§ Jika diperlukan pemeriksaan penunjang, maka dokter segera melakukan
pemeriksaan laboratorium sederhana dan foto thoraks pada penderita
dengan bantuan petugas khusus.
§ Dari hasil pemeriksaan diagnostik fisik dan penunjang tersebut, dokter
dapat memulangkan atau segera merawat penderita tersebut sesuai
indikasi.
§ Untuk penderita yang akan dirawat, maka dokter triage segera
melaporkan hal rencana perawatan penderita tersebut pada dokter
konsulen jaga pada hari itu, dan dokter triage harus mencatat kasus
tersebut dalam formulir khusus.
Indikasi Rawat Inap
§ Penderita menginap sedikitnya 1 hari berdasarkan rujukan dari triage
instalasi rawat darurat
§ Petugas perawatan telah melakukan Standard Universal Precaution.
§ Semua penderita yang telah memenuhi kriteria flu burung dan telah
dilakukan seleksi pada triage instalasi darurat tersebut.
§ Perawatan dilakukan paling sedikit 1 minggu diruang isolasi.
Indikasi Perawatan di ICU
§ Frekuensi nafas lebih dari 30x/menit atau mengalami dyspnoe
§ Frekuensi nafas lebih dari 30x/menit atau mengalami dyspnoe
§ Ratio Pa O2 /Fi <>
§ Foto thoraks: penambahan infiltrat > 50% atau mengenai banyak lobus
paru
§ Tekanan sistolik <>
§ Membutuhkan ventilator mekanik
§ Syok septik
§ Membutuhkan vasopressor (dopamin / dobutamin) > 4 jam
§ Fungsi ginjal memburuk (serum kreatin > 4 mg/dL)
Penanganan (10)
14
§ Penderita dirawat diruang isolasi selama 7 hari (masa penularan), karena
ditakutkan adanya transmisi melalui udara.
§ Oksigenasi, jika terdapat sesak nafas dan apabila terdapat kecendrungan
adanya gagal nafas, dengan cara mempertahankan saturasi 02 > 90%
§ Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral (infus) atau minum yang
banyak
§ Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetik, antipiretik,
dekongestan dan antitusif
§ Amantadine / Rimantadine yang berfungsi menghambat hemaglutinin
diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam 48 jam pertama
selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Bila BB > 45kg diberikan 100 mg dua kali sehari. Pada orang lanjut
usia dan penderita dengan penurunan fungsi hari atau ginjal, dosis
harus diturunkan.
§ Oseltamivir yang berfungsi menghambat neuramidase diberikan untuk
anak < style=""> sebanyak 45 mg dua kali sehari; BB 23-40 kg
sebanyak 60 mg dua kali sehari; BB > 40 kg sebanyak 75 mg dua kali
sehari. Dosis pada penderita dengan usia > 13 tahun sebanyak 75 mg
dua kali sehari. Harus diberikan dalam waktu 36 jam setelah onset
influenza. Pemberian dilakukan selama 5 hari.
§ Foto thoraks ulang
§ Laboratorium
§ Pada kasus dengan respiratori distress, maka dilakukan pengobatan sesuai
prosedur RDS sebagaimana lasimnya, dan penderita dimasukan ke
ruang perawatan intensif (ICU).
§ Selanjutnya dapat dirawat di ruang perawatan biasa, jika :
± Hasil apus tenggorokan negatif dengan PCR atau biakan.
± Setelah 7 hari demam, kecuali demam berlanjut, atau sesuai
pertimbangan dokter yang merawat atau penanganan adalah
kasus demi kasus.
Apabila kita berhadapan dengan seorang yang terkena gejala seperti flu,
15
kemoprofilaksis efektif untuk mencegah penularan influenza dibutuhkan. Profilaksis
dengan amatadine efektif untuk mencegah sebagian besar tipe flu (Influenza A). Bagi
yang tidak toleran terhadap amatadine dapat menggunakan Oseltamivir (tamiflu)
sebagai obat alternatif. Jika sudah mendapatkan vaksinasi, maka kemoprofilaksis
tidak dibutuhkan. Direkomendasikan durasi pemberian profilaksis adalah 7-10 hari.
Pasien-pasien yang memiliki resiko tinggi penularan influenza, maka
sebaiknya diberikan obat antiviral, jika disekitarnya ada yang terkena influenza maka
harus diberikan kemoprofilaksis.
Obat antiviral efektif untuk treatment dari influenza jika dipakai setelah
muncul gejala-gejala awal. Sebab pemakaian antiviral ini terbatas, penggunaan obat
antiviral dipergunakan hanya pada masyarakat yang memiliki resiko terjadinya
komplikasi yang berat dari influenza yakni mulai dari hari ke-2 onset penyakit
tersebut.
Dalam keadaan apapun, pengobatan juga harus diberikan kepada orang
yang mengunjungi pasien yang didiagnosis mengidap influenza. Pengobatan yang
disarankan untuk influenza yaitu oseltamivir (tamiflu) yang sesuai dengan dosis
harian serta usia untuk penyembuhan influenza. Lamanya pengobatan
direkomendasikan selama 5 hari. Untuk mengontrol infeksi tersebut dilakukan
monitoring oleh lembaga kesehatan seperti rumah sakit.
Indikasi pemulangan penderita rawat inap dan follow-up (8),(9)
a. Indikasi Pemulangan
Ø Penderita bebas demam selama 72 jam
Ø Tidak batuk
Ø Perbaikan foto thoraks
Ø Laboratorium normal
b. Follow-up (tindak lanjut)
Ø Penderita yang telah dipulangkan diwajibkan untuk melakukan follow-up di
poliklinik penyakit paru atau penyakit dalam atau penyakit anak.
Ø Pemerikasaan ulang dilakukan 1 minggu setelah pulang, dan pada saat kontrol
16
dilakukan foto thorak dan tes lainnya yang masih abnormal.
Penanganan Jenasah
Seluruh petugas pemulasaran jenasah, harus mempersiapkan dan
melakukannya sesuai standard universal precaution, untuk memandikan jenasah atau
perlakuan khusus. Jenasah tersebut ditutup dengan bahan yang terbuat dari plastik
yang tidak dapat ditembus oleh air atau oleh bahan dari kayu lainnya yang tidak
mudah tercemar. Jenasah tidak boleh disemayamkan lebih dari 4 jam didalam
pemulasaran jenasah. Jenasah sebaiknya dikremasi atau peti jenasah diisolasi.
Pencegahan (5)
b. Pada unggas :
Ø Pemusnahan unggas atau burung yang terinfeksi flu burung
Ø Vaksinasi pada unggas atau burung yang sehat
e. Pada manusia:
Ø Kelompok beresiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja
Hindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi
Gunakan alat pelindung seperti masker dan pakaian kerja
Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja
Membersihkan kotoran unggas setiap hari
Ø Masyarakat Umum
Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan
istirahat yang cukup
Mengolah unggas dengan cara yang benar yaitu: pilih unggas yang
sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit dalam tubuhnya)
Memasak daging unggas sampai suhu 80º C selama 1 menit dan pada
telur sampai suhu 64º C selama 4.5 menit
Petugas laboratorium dan petugas kesehatan
o dianjurkan pemberian vaksin influenza, penyediaan obat antivirus,
dan pengamatan perubahan secara serologi pada pekerja ini.
17
Kewaspadaan universal standard
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sabun dan
sikat selam kurang lebih 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh permukaan
telapak tangan maupun punggung tangan. Hal ini dilakukan sebelum dan
sesudah memeriksa penderita.
Pakaian yang digunakan adalah pakaian bedah atau pakaian sekali pakai.
Memakai masker N95 atau minimal masker bedah.
Menggunakan pelindung wajah/ kaca mata goegle (bila diperlukan)
Menggunakan pakaian pelindung
Menggunakan sarung tangan
Menggunakan sepatu bot pelindung kaki
BAB III KESIMPULAN
Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe
H5N1, dengan Case Fatality Rate sekitar 76-80% dan sekitar 80% kasus menyerang
anak-anak dan remaja.
18
Penyakit ini ditularkan dari unggas ke unggas, dari unggas ke manusia,
melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari air liur, sekret hidung dan
feses yang menderita flu burung. Kelompok resiko tinggi tertular penyakit ini yaitu:
pekerja dipeternakan unggas, pemotong unggas dan penjamah produk unggas lainnya.
Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat
menular dari manusia ke manusia atau menular melalui makanan.
Kriteria diagnosis dari penyakit ini sudah ditetapkan dan dibagi menjadi
beberapa kelompok, yang meliputi: kasus observasi, kasus tersangka, kasus probable
dan kasus pasti yang ditegakan berdasarkan manifestasi klinik dan hasil laboratorium.
Apabila kita berhadapan dengan seorang yang terkena gejala seperti flu,
kemoprofilaksis dengan amatadine atau oseltamivir (tamiflu) sebagai obat alternatif.
Penanganan dan perawatan pasien yang terserang penyakit flu burung, misalnya pada
triage istalasi rawat darurat, rawat inap, atau dirawat diruang ICU harus berdasarkan
prosedur tertentu, selain itu dapat juga diberikan terapi simptomatis untuk gejala flu,
seperti analgetik, antipiretik, dekongestan dan antitusif, juga diberikan antiviral
seperti amantadine / rimantadine dan oseltamivir dengan dosis tertentu selama 3-5
hari.
Perlu adanya kewaspadaan terutama pada kelompok beresiko tinggi, yaitu
dengan memperhatikan cara pencegahan. Penangan penyakit flu burung, memerlukan
tindakan segera, cermat, dan tepat sesuai prosedur agar penderita tidak bertambah
parah atau bahkan meninggal dunia
19
BAB IV
SARAN
Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung
agar masyarakat memiliki pengetahuan yang benar, sehingga baik pencegahan
maupun penanganan dapat dilakukan secara tepat.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Flu burung. Accessed in March 2012. Available at
URL : http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.who.int/
mediacentre/factsheets/avian_influenza/en/
2. Accessed in March 2012. Available at URL :
http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung
3. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedkoteran Indonesia. 2006. Hal 1719- 1721
4. Accessed in March 2012. Available at URL :
http://medicastore.com/penyakit/3001/Flu_Burung.html
5. WHO. (2006) : Cumulative Number of Confirmed
Human Cases of Avian Influenza A/(H5N1) Re-
ported to WHO, 28 Agustus 2006. A vailable
from : http:// www.who.int/csr/disease/
avian_influenza/country/ cases_table_2006_08_23/en/
index.htm.
6. Avian Influenza A Patogenesis, Pencegahan dan Penyebaran
Pada Manusia. Accessed in March 2012. Available at URL :
http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/v03n02/maksum0302.p
df
7. The New England Journal of Medicine. Accessed in March
2012. Available at URL :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra052211
8. Influenza A burung (H5N1) Infeksi pada Manusia Komite
Menulis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Konsultasi
Influenza Manusia A/H5. (New England Journal of Medicine,
2005, 353:1374-1385.)
9. pedoman WHO saran cepat pada manajemen farmakologi
21
pada manusia yang terjangkit virus flu burung tipe A (H5N1)
[1.2MB pdf] Organisasi Kesehatan Dunia, 2006
10. WHO Rapid Advice Guidelines on pharmacological
management of humans infected with avian influenza A
(H5N1) virus. Accessed in March 2012. Available at URL :
http://whqlibdoc.who.int/hq/2006/WHO_PSM_PAR_2006.6_
eng.pdf
22