referat avian flu1

35
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkatnya saya dapat menyelesaikan referrat ini tepat pada waktunya. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam periode 5 Maret 2012 hingga 13 Mei 2012 di Rumah Sakit Otorita Batam. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dr. Oke Viska Sp.P yang telah membimbing saya dalam mengerjakan referrat ini, serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing saya selama di kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Tidak lupa terima kasih saya ucapkan kepada teman di kepaniteraan ini dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada saya. Saya telah berupaya maksimal untuk menyempurnakan referrat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan. Akhir kata saya berharap referrat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua. Batam, 19 Maret 2012 1

Upload: thyrakamal

Post on 05-Aug-2015

78 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Avian Flu1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

berkatnya saya dapat menyelesaikan referrat ini tepat pada waktunya. Referat

ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

periode 5 Maret 2012 hingga 13 Mei 2012 di Rumah Sakit Otorita Batam.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dr. Oke

Viska Sp.P yang telah membimbing saya dalam mengerjakan referrat ini, serta

kepada seluruh dokter yang telah membimbing saya selama di kepaniteraan

Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Tidak lupa terima kasih saya ucapkan kepada teman

di kepaniteraan ini dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan

bantuan kepada saya.

Saya telah berupaya maksimal untuk menyempurnakan referrat ini,

namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu saran dan

kritik yang membangun sangat saya harapkan. Akhir kata saya berharap referrat

ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Batam, 19 Maret 2012

Thyra Medhitya

1

Page 2: Referat Avian Flu1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

BAB II

I. DEFINISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

II. ETIOLOGI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

III. EPIDEMIOLOGI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5

IV. INFEKSI AVIAN INFLUENZA PADA MANUSIA . . . . . . . . . . . . . . 6

V. PENULARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

VI. MASA INKUBASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

VII. MANIFESTASI KLINIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

VIII. KRITERIA DIAGNOSIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

X. INDIKASI RAWAT INAP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

XI. PENANGANAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

XII. PENCEGAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

BAB III KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19

BAB IV SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

BAB IV DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

2

Page 3: Referat Avian Flu1

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit flu burung atau flu unggas (bird Flu, Avian influenza) adalah suatu

penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh

unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus Avian influenza jenis H5N1

pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di beberapa negara antara lain : Republik

Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, Cina, Indonesia dan

Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas

yang terinfeksi.

Di Indonesia sejak bulan Januari 2004, dilaporkan adanya kasus kematian

ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa timur, Jawa Tengah,

Jawa Barat dan Kalimantan barat). Awalnya kematian tersebut diduga disebabkan

oleh virus new castle, namun konfirmasi terakhir dari Departemen Pertanian

disebabkan oleh virus flu burung. Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu

burung di sepuluh propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor. Pada bulan

Juli 2005 penyakit flu burung telah merenggut 3 nyawa. Hal ini didasarkan pada hasil

pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes Jakarta dan

laboratorium rujukan WHO di Hongkong, selain itu sejumlah manusia juga

meninggal di negara lain. Pada tanggal 6 Februari 2004 WHO mengkonfirmasikan

bahwa telah ditemukan sebanyak 55 penderita flu burung H5N1 sampai saat ini,

dengan Case Fatality Rate sekitar 76-80% dan 80% kasus flu burung menyerang

anak-anak serta remaja. Ditakutkan penderita kasus flu burung ini akan meningkat

menjadi pandemi.

Melihat kenyataan ini, maka sebaiknya kita harus mewaspadai adanya

penyakit flu burung dengan cara mengetahui dengan benar informasi tentang penyakit

ini, sehingga penyakit ini dapat diidentifikasikan dan penanganan pun dapat diambil

secara dini. Dengan adanya hal ini kita dapat mencegah penyebaran flu burung secara

luas.

BAB II

3

Page 4: Referat Avian Flu1

Definisi

Avian influenza (AI) adalah penyakit virus menular dari burung (terutama

unggas air liar seperti bebek dan angsa), sering menyebabkan tidak ada tanda-tanda

nyata dari penyakit. (1)

Etiologi

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza

termasuk famili Orthomyxoviridae, yang terbagi atas (1) Virus influenza tipe A yang

secara antigenik sangat bervariasi dan dapat berubah-rubah bentuk (Drift, Shift) dan

merupakan penyebab dari sebagian besar kasus epidemi dan pandemi. (2) Virus

influenza tipe B dapat juga memperlihatkan perubahan antigenik dan kadang-kadang

menyebabkan epidemi. (3) Virus influenza tipe C yang secara antigenik bersifat stabil

dan hanya menyebabkan penyakit ringan.

Perbedaan antigenik diperlihatkan oleh protein struktural internal,

nukloeprotein (NP), dan protein matriks (M), digunakan untuk membagi virus

influenza menjadi tipe A, B dan C. Sedangkan variasi antigenik pada glikoprotein

permukaan yang terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), digunakan untuk

menentukan subtipenya. Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe yang

ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14

varian N. (2)

Gambar 1. Virus Influenza (2)

4

Page 5: Referat Avian Flu1

Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2,

H1N2, H7N7. Sedangkan pada hewan terdapat jenis H1-H5 dan N1-N9. Strain yang

sangat virulen adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air

sampai 4 hari pada suhu 22º C dan lebih dari 30 hari pada 0º C. Virus akan mati pada

pemanasan 60º C selama 30 menit atau 56º C selama 3 jam, dengan detergen dan

dengan desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

Epidemiologi

Seperti halnya SARS, epidemiologi dari flu burung ini sangat kompleks dan

tidak sepenuhnya dimengerti. Virus influenza A dapat menginfeksi manusia dan juga

pada hewan lainnya seperti bebek, ayam, babi, paus, kuda dan anjing laut, sedangkan

virus influenza B dan C beredar secara luas hanya pada manusia.

Burung liar adalah sumber primer semua subtipe dari virus influenza A dan

juga merupakan sumber penularan pada hewan lain, tetapi tidak pada manusia.

Kebanyakan virus influenza menyebabkan infeksi yang asimptomatik atau infeksi

ringan pada burung dan gejala yang timbul pada unggas tergantung pada strain dari

virus. Infeksi dengan beberapa virus Avian influenza A (contohnya pada strain H5

dan H7) dapat menyebabkan penyebaran penyakit yang luas dan kematian pada

beberapa spesies burung liar dan burung peliharaan seperti ayam dan kalkun. Babi

dapat terinfeksi oleh virus flu burung dan virus flu pada manusia selain virus flu pada

babi sendiri, maka babi mungkin terinfeksi oleh virus dari spesies yang berbeda pada

saat yang bersamaan. Apabila ini terjadi, maka gen-gen dari virus yang menginfeksi

dapat bercampur sehingga akan menciptakan gen virus yang baru. Contoh: apabila

seeokor babi terinfeksi oleh virus flu burung dan flu manusia pada saat yang

bersamaan virus tersebut dapat bercampur dan menghasilkan virus baru yang

memiliki gen yang mirip dengan virus dari manusia, namun memiliki Hemaglutinin /

Neuramidase dari virus flu burung. Maka virus tersebut akan dapat menginfeksi dan

menyebar diantara manusia, namun memiliki protein permukaan yang belum pernah

ditemukan sebelumnya pada virus influenza yang menginfeksi manusia. Perubahan

semacam ini disebut antigenic shift. Antigenic shift akan menghasilkan subtipe virus

influenza A baru, sehingga manusia hanya akan memiliki sedikit kekebalan atau

bahkan tidak ada kekebalan sama sekali terhadap virus tersebut. Jika virus ini

5

Page 6: Referat Avian Flu1

menyebabkan sakit pada orang dan dapat ditularkan pada orang dengan mudah dari

manusia ke manusia maka akan timbul pandemi. Epidemiologi yang tepat dan

mekanisme yang pasti dari penyebaran virus ini ke manusia masih memerlukan

penelitian lebih lanjut.

Perubahan antigenik itu sendiri terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah

antigenic drift atau penyimpangan antigen atau disebut dengan perubahan antigenik

minor dimana hanya terjadi perubahan kecil komposisi antigen dan tidak mengalami

perubahan subtipe, proses ini biasanya berjalan lama. Sedangkan antigenic shift atau

pergeseran antigen atau juga disebut perubahan antigenik mayor menyebabkan

perubahan drastis pada rangkaian protein permukaan virus. Mekanisme yang mungkin

untuk kejadian ini adalah percampuran kembali genetika antara virus influenza

manusia dan non manusia, khususnya yang berasal dari burung. Virus influenza tipe B

dan C tidak menunjukan proses ini, hal ini dikarenakan hanya sedikit virus yang

terkait dengan hewan.

Apabila virus influenza terdapat pada peternakan domestik, virus ini

mempunyai sifat yang sangat menular, dan burung liar tidak lagi menjadi faktor

penting dalam penyebaran. Burung yang terinfeksi mengeluarkan virus dengan

konsentrasi yang besar pada feses burung dan sekret hidung dan mata. Apabila

mengenai kumpulan burung, maka virus akan menyebar dari satu kelompok ke

kelompok lain dengan melibatkan burung yang terinfeksi, peralatan yang

terkontaminasi, telur, truk makanan dan kru pelayanan. Penyakit ini secara umum

menyebar pada kelompok dengan kontak langsung.

Infeksi Avian Influenza pada manusia

Infeksi pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun

1997, dimana virus H5N1 menyebabkan penyakit pernafasan yang berat pada 18

orang, 6 orang diantaranya meninggal. Infeksi yang terjadi pada manusia bersamaan

dengan terjadinya epidemi pada virus influenza yang mempunyai patogenitas yang

tinggi, yang disebabkan oleh strain yang sama pada peternakan di Hongkong.

Pada penelitian lebih lanjut pada kejadian ini, tergantung dari kontak

langsung dengan unggas hidup yang terinfeksi (sumber infeksi). Pada penelitian

genetika, ditemukan virus berpindah secara langsung dari burung ke manusia.

6

Page 7: Referat Avian Flu1

Dengan adanya pemusnahan yang dilakukan secara cepat dalam waktu 3

hari terhadap sekitar 5.000.000 burung pada peternakan di Hongkong, mengurangi

kesempatan lebih jauh infeksi ke manusia dan mencegah terjadinya pandemi.

Tahun Negara Jumlah kasus Jumlah Kematian Tipe Virus Influenza A

1997 Hongkong 18 6 H5N1

1999 Hongkong 2 0 H9N2

1999 Cina 2 0 H9N2

2003 Hongkong 2 1 H5N1

2003 Belanda 89 1 H7N7

2003 Hongkong 1 1 H9N2

2003 NewYork 1 0 H7N2

2004 Thailand 12 8 H5N1

2004 Vietnam 23 15 H5N1

2004 Canada 1 0 H7N3

Tabel 1.1 Daftar kasus flu burung pada manusia sejak tahun 1997-2004

7

Page 8: Referat Avian Flu1

Kepentingan dari subtipe virus influensa tipe A H5N1

Dari 15 subtipe dari virus influenza, H5N1 merupakan subtipe yang

mendapat perhatian khusus. H5N1 bermutasi dengan cepat dan telah terbukti bahwa

subtipe ini mendapatkan gen dari virus yang menginfeksi hewan spesies lain dan

memiliki virulensi yang tinggi pada manusia terutama pada anak. Burung yang

bertahan hidup dari infeksi akan tetap mengekskresikan virus dalam 10 hari, baik

secara peroral maupun melalui feses yang kemudian akan menginfeksi hewan lain

maupun pada burung yang bermigrasi.

Pada penelitian terbaru WHO didapatkan bahwa virus H5N1 ini tidak

memperlihatkan tanda-tanda adanya transmisi virus dari manusia ke manusia. Hal ini

diteliti pada satu kelurga di Vietnam, dimana ditemukan 2 anggota kelurga yang

terkena virus ini. Bahan materi dari dari genetik virus ini diambil dari sampel kakak

beradik masing berumur 23 tahun dan 30 tahun. Ternyata kedua virus tersebut berasal

dari unggas dan tidak mengandung gen dari virus influenza manusia. Penemuan ini

memperlihatkan bahwa virus tidak berubah menjadi bentuk yang dapat menular dari

satu orang ke orang lain. Dilaporkan juga tidak ada anggota keluarga lain yang sakit,

orang disekitarnya ataupun pekerja medis yang terlibat dalam perawatan pasien ini.

8

Page 9: Referat Avian Flu1

Penularan

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dari unggas ke manusia, melalui

udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari air liur, sekret hidung dan feses

yang menderita flu burung. Penularan juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung

atau kontak dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Kelompok resiko tinggi

tertular penyakit ini, yaitu : pekerja dipeternakan unggas, pemotong unggas dan

penjamah produk unggas lainnya. Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan

bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia atau menular melalui

makanan.

Masa Inkubasi

Pada unggas masa inkubasi berlangsung kurang lebih 1 minggu, sedangkan

pada manusia berkisar 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum timbul gejala sampai 3-5

hari timbul gejala. Pada anak-anak berlangsung sampai 21 hari.

Manifestasi Klinis

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia

a. Gejala pada unggas

§ Jengger berwarna biru

§ Borok dikaki

9

Page 10: Referat Avian Flu1

§ Kematian mendadak

§ Bulu mengkerut

§ Kepala bengkak

§ Bersin

§ Diare

§ Bertingkah seperti depresi

b. Gejala pada manusia

§ Demam (suhu badan diatas 38º C)

§ Batuk dan nyeri tenggorokan

§ Batuk

§ Pilek

§ Mialgia

§ Infeksi mata

§ Radang saluran pernafasan atas

§ Pneumonia

§ Respiratori distres

Kriteria Diagnosis(3)(4)(5)(6)

a. Kasus Observasi

Panas badan diatas 38º C disertai lebih dari 1 gejala berikut :

Batuk

Radang tenggorokan

Pilek

Napas pendek / Sesak nafas dimana belum jelas ada atau

tidaknya kontak dengan unggas sakit / mati mendadak yang

belum diketahui penyebabnya dan produk mentahnya.

Pasien masih dalam observasi klinis, epidemiologis dan pemeriksaan

laboratorium.

b. Kasus Tersangka

Panas badan diatas 38º C disertai lebih dari 1 gejala berikut :

10

Page 11: Referat Avian Flu1

Batuk

Radang tenggorokan

Pilek

Sesak nafas / napas pendek

pneumonia

Disertai tanda dibawah ini:

pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit / mati

mendadak yang belum diketahui penyebabnya dan produk

mentahnya dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas

pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak

biasa dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas

pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir

sebelum timbul gejala diatas

pernah kontak dengan spesimen AI H5N1 dalam 7 hari terakhir

sebelum timbul gejala diatas (bekerja di laboratorium untuk AI)

ditemukan leukopeni 3000 / l atau mm

ditemukan adanya titer antibody terhadap H5 dengan pemeriksaan

HI test menggunakan eritrosit kuda atau tes ELISA untuk influenza

A tanpa subtipe

ATAU

Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini :

Leukopenia atau limfopenia (relatif / diff count) dengan atau tanpa

trombositopenia (trombosit < 150.000)

Foto thorax menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat

dikedua sisi paru yang makin meluas pada serial

c. Kasus Probable

§ Kasus tersangka ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini :

Ditemukan adanya kenaikan titer antibody minimum 4 kali terhadap

H5 dengan pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau

11

Page 12: Referat Avian Flu1

ELISA test.

Hasil laboratorium terbatas untuk positif influenza H5 (dideteksi

antibody spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan

neutralisasi tes

Dalam waktu singkat menjadi pneumonia berat/ gagal napas/

meninggal dan terbukti tidak ada penyebab lain.

d. Kasus Pasti

kasus suspek atau probable dengan satu atau lebih keadaan dibawah

ini :

§ Hasil biakan virus influnza A (H5N1) positif atau

§ Hasil dengan pemeriksaan PCR untuk H5 positif

§ Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar >4x

§ Hasil dengan IFA untuk antigen H5 positif

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK (3),(5)(,7),(8),(9)

DIAGNOSTIK

Uji Konfirmasi

- Kultur dan identifikasi virus H5N1. Sample dapat diambil dari swab

tenggorok, cairan dari trakea, aspirat saluran hidung tenggorok, cairan

bronkoalveolar.

- Uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5. Spesimen

yang diambil yaitu bilasan hidung atau usapan tenggorokan, ini merupakan

bahan terbaik untuk isolasi virus dan harus didapatkan dalam 3 hari setelah

timbul gejala.

- Pemeriksaan Serologi:

o imunofluorescence (IFA) test : ditemukan antigen positif dengan

menggunakan antibody monoklonal influenza A H5N1

o uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibody spesifik influenza

A / H5N1 sebanyak 4x dalam paired serum dengan uji netralisasi

o uji penapisan :

rapid test : untuk mendeteksi influenza A

HI test : dengan darah kuda untuk mendeteksi H5N1

12

Page 13: Referat Avian Flu1

enzyme imunoassay (ELISA) untuk mendeteksi H5N1

Pemeriksaan Lain

- hematologi :

o Darah lengkap (Hb, leukosit, hitung jenis leukosit dan LED) umumnya

ditemukan leukopeni, limfositopeni, atau limfositosis relatif dan

trombositopeni

- Kimia

o Penurunan Albumin / Globulin

o Peningkatan SGOT / SGPT

o Peningkatan Ureum, kreatinin

o Keratin kinase meningkat

o Analisis gas darah normal atau abnormal

o Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan

komplikasi yang ditemukan

- Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan foto thoraks PA dan Lateral dapat ditemukan gambaran

pnemonia berupa infiltrat yang tersebar di paru

Triage Instalasi Rawat Darurat

§ Rawat darurat (emergency) adalah suatu keadaan dimana penderita

memerlukan pemeriksaan dan tindakan medis segera dan apabila tidak

segera dilakukan, dapat berakibat fatal bagi penderita.

§ Triage adalah ruangan yang mempunyai fungsi untuk melakukan seleksi

terhadap penderita flu burung, dimana semua petugas telah melakukan

Standard Universal Precaution .

§ Seleksi pertama dilakukan oleh perawat yang telah dilatih dengan

berpedoman pada gejala-gejala flu burung dan faktor resikonya,

sekaligus melakukan pemeriksaan awal sebelum dokter yang bertugas

melakukan pemeriksaan lanjutan.

§ Seleksi kedua adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter triage,

yang melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai standard

pelayanan medik mengenai flu burung yang ada.

13

Page 14: Referat Avian Flu1

§ Jika diperlukan pemeriksaan penunjang, maka dokter segera melakukan

pemeriksaan laboratorium sederhana dan foto thoraks pada penderita

dengan bantuan petugas khusus.

§ Dari hasil pemeriksaan diagnostik fisik dan penunjang tersebut, dokter

dapat memulangkan atau segera merawat penderita tersebut sesuai

indikasi.

§ Untuk penderita yang akan dirawat, maka dokter triage segera

melaporkan hal rencana perawatan penderita tersebut pada dokter

konsulen jaga pada hari itu, dan dokter triage harus mencatat kasus

tersebut dalam formulir khusus.

Indikasi Rawat Inap

§ Penderita menginap sedikitnya 1 hari berdasarkan rujukan dari triage

instalasi rawat darurat

§ Petugas perawatan telah melakukan Standard Universal Precaution.

§ Semua penderita yang telah memenuhi kriteria flu burung dan telah

dilakukan seleksi pada triage instalasi darurat tersebut.

§ Perawatan dilakukan paling sedikit 1 minggu diruang isolasi.

Indikasi Perawatan di ICU

§ Frekuensi nafas lebih dari 30x/menit atau mengalami dyspnoe

§ Frekuensi nafas lebih dari 30x/menit atau mengalami dyspnoe

§ Ratio Pa O2 /Fi <>

§ Foto thoraks: penambahan infiltrat > 50% atau mengenai banyak lobus

paru

§ Tekanan sistolik <>

§ Membutuhkan ventilator mekanik

§ Syok septik

§ Membutuhkan vasopressor (dopamin / dobutamin) > 4 jam

§ Fungsi ginjal memburuk (serum kreatin > 4 mg/dL)

Penanganan (10)

14

Page 15: Referat Avian Flu1

§ Penderita dirawat diruang isolasi selama 7 hari (masa penularan), karena

ditakutkan adanya transmisi melalui udara.

§ Oksigenasi, jika terdapat sesak nafas dan apabila terdapat kecendrungan

adanya gagal nafas, dengan cara mempertahankan saturasi 02 > 90%

§ Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral (infus) atau minum yang

banyak

§ Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetik, antipiretik,

dekongestan dan antitusif

§ Amantadine / Rimantadine yang berfungsi menghambat hemaglutinin

diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam 48 jam pertama

selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

Bila BB > 45kg diberikan 100 mg dua kali sehari. Pada orang lanjut

usia dan penderita dengan penurunan fungsi hari atau ginjal, dosis

harus diturunkan.

§ Oseltamivir yang berfungsi menghambat neuramidase diberikan untuk

anak < style=""> sebanyak 45 mg dua kali sehari; BB 23-40 kg

sebanyak 60 mg dua kali sehari; BB > 40 kg sebanyak 75 mg dua kali

sehari. Dosis pada penderita dengan usia > 13 tahun sebanyak 75 mg

dua kali sehari. Harus diberikan dalam waktu 36 jam setelah onset

influenza. Pemberian dilakukan selama 5 hari.

§ Foto thoraks ulang

§ Laboratorium

§ Pada kasus dengan respiratori distress, maka dilakukan pengobatan sesuai

prosedur RDS sebagaimana lasimnya, dan penderita dimasukan ke

ruang perawatan intensif (ICU).

§ Selanjutnya dapat dirawat di ruang perawatan biasa, jika :

± Hasil apus tenggorokan negatif dengan PCR atau biakan.

± Setelah 7 hari demam, kecuali demam berlanjut, atau sesuai

pertimbangan dokter yang merawat atau penanganan adalah

kasus demi kasus.

Apabila kita berhadapan dengan seorang yang terkena gejala seperti flu,

15

Page 16: Referat Avian Flu1

kemoprofilaksis efektif untuk mencegah penularan influenza dibutuhkan. Profilaksis

dengan amatadine efektif untuk mencegah sebagian besar tipe flu (Influenza A). Bagi

yang tidak toleran terhadap amatadine dapat menggunakan Oseltamivir (tamiflu)

sebagai obat alternatif. Jika sudah mendapatkan vaksinasi, maka kemoprofilaksis

tidak dibutuhkan. Direkomendasikan durasi pemberian profilaksis adalah 7-10 hari.

Pasien-pasien yang memiliki resiko tinggi penularan influenza, maka

sebaiknya diberikan obat antiviral, jika disekitarnya ada yang terkena influenza maka

harus diberikan kemoprofilaksis.

Obat antiviral efektif untuk treatment dari influenza jika dipakai setelah

muncul gejala-gejala awal. Sebab pemakaian antiviral ini terbatas, penggunaan obat

antiviral dipergunakan hanya pada masyarakat yang memiliki resiko terjadinya

komplikasi yang berat dari influenza yakni mulai dari hari ke-2 onset penyakit

tersebut.

Dalam keadaan apapun, pengobatan juga harus diberikan kepada orang

yang mengunjungi pasien yang didiagnosis mengidap influenza. Pengobatan yang

disarankan untuk influenza yaitu oseltamivir (tamiflu) yang sesuai dengan dosis

harian serta usia untuk penyembuhan influenza. Lamanya pengobatan

direkomendasikan selama 5 hari. Untuk mengontrol infeksi tersebut dilakukan

monitoring oleh lembaga kesehatan seperti rumah sakit.

Indikasi pemulangan penderita rawat inap dan follow-up (8),(9)

a. Indikasi Pemulangan

Ø Penderita bebas demam selama 72 jam

Ø Tidak batuk

Ø Perbaikan foto thoraks

Ø Laboratorium normal

b. Follow-up (tindak lanjut)

Ø Penderita yang telah dipulangkan diwajibkan untuk melakukan follow-up di

poliklinik penyakit paru atau penyakit dalam atau penyakit anak.

Ø Pemerikasaan ulang dilakukan 1 minggu setelah pulang, dan pada saat kontrol

16

Page 17: Referat Avian Flu1

dilakukan foto thorak dan tes lainnya yang masih abnormal.

Penanganan Jenasah

Seluruh petugas pemulasaran jenasah, harus mempersiapkan dan

melakukannya sesuai standard universal precaution, untuk memandikan jenasah atau

perlakuan khusus. Jenasah tersebut ditutup dengan bahan yang terbuat dari plastik

yang tidak dapat ditembus oleh air atau oleh bahan dari kayu lainnya yang tidak

mudah tercemar. Jenasah tidak boleh disemayamkan lebih dari 4 jam didalam

pemulasaran jenasah. Jenasah sebaiknya dikremasi atau peti jenasah diisolasi.

Pencegahan (5)

b. Pada unggas :

Ø Pemusnahan unggas atau burung yang terinfeksi flu burung

Ø Vaksinasi pada unggas atau burung yang sehat

e. Pada manusia:

Ø Kelompok beresiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)

Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja

Hindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi

Gunakan alat pelindung seperti masker dan pakaian kerja

Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja

Membersihkan kotoran unggas setiap hari

Ø Masyarakat Umum

Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan

istirahat yang cukup

Mengolah unggas dengan cara yang benar yaitu: pilih unggas yang

sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit dalam tubuhnya)

Memasak daging unggas sampai suhu 80º C selama 1 menit dan pada

telur sampai suhu 64º C selama 4.5 menit

Petugas laboratorium dan petugas kesehatan

o dianjurkan pemberian vaksin influenza, penyediaan obat antivirus,

dan pengamatan perubahan secara serologi pada pekerja ini.

17

Page 18: Referat Avian Flu1

Kewaspadaan universal standard

Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sabun dan

sikat selam kurang lebih 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh permukaan

telapak tangan maupun punggung tangan. Hal ini dilakukan sebelum dan

sesudah memeriksa penderita.

Pakaian yang digunakan adalah pakaian bedah atau pakaian sekali pakai.

Memakai masker N95 atau minimal masker bedah.

Menggunakan pelindung wajah/ kaca mata goegle (bila diperlukan)

Menggunakan pakaian pelindung

Menggunakan sarung tangan

Menggunakan sepatu bot pelindung kaki

BAB III KESIMPULAN

Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe

H5N1, dengan Case Fatality Rate sekitar 76-80% dan sekitar 80% kasus menyerang

anak-anak dan remaja.

18

Page 19: Referat Avian Flu1

Penyakit ini ditularkan dari unggas ke unggas, dari unggas ke manusia,

melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari air liur, sekret hidung dan

feses yang menderita flu burung. Kelompok resiko tinggi tertular penyakit ini yaitu:

pekerja dipeternakan unggas, pemotong unggas dan penjamah produk unggas lainnya.

Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat

menular dari manusia ke manusia atau menular melalui makanan.

Kriteria diagnosis dari penyakit ini sudah ditetapkan dan dibagi menjadi

beberapa kelompok, yang meliputi: kasus observasi, kasus tersangka, kasus probable

dan kasus pasti yang ditegakan berdasarkan manifestasi klinik dan hasil laboratorium.

Apabila kita berhadapan dengan seorang yang terkena gejala seperti flu,

kemoprofilaksis dengan amatadine atau oseltamivir (tamiflu) sebagai obat alternatif.

Penanganan dan perawatan pasien yang terserang penyakit flu burung, misalnya pada

triage istalasi rawat darurat, rawat inap, atau dirawat diruang ICU harus berdasarkan

prosedur tertentu, selain itu dapat juga diberikan terapi simptomatis untuk gejala flu,

seperti analgetik, antipiretik, dekongestan dan antitusif, juga diberikan antiviral

seperti amantadine / rimantadine dan oseltamivir dengan dosis tertentu selama 3-5

hari.

Perlu adanya kewaspadaan terutama pada kelompok beresiko tinggi, yaitu

dengan memperhatikan cara pencegahan. Penangan penyakit flu burung, memerlukan

tindakan segera, cermat, dan tepat sesuai prosedur agar penderita tidak bertambah

parah atau bahkan meninggal dunia

19

Page 20: Referat Avian Flu1

BAB IV

SARAN

Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung

agar masyarakat memiliki pengetahuan yang benar, sehingga baik pencegahan

maupun penanganan dapat dilakukan secara tepat.

20

Page 21: Referat Avian Flu1

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Flu burung. Accessed in March 2012. Available at

URL : http://translate.google.co.id/translate?

hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.who.int/

mediacentre/factsheets/avian_influenza/en/

2. Accessed in March 2012. Available at URL :

http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung

3. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedkoteran Indonesia. 2006. Hal 1719- 1721

4. Accessed in March 2012. Available at URL :

http://medicastore.com/penyakit/3001/Flu_Burung.html

5. WHO. (2006) : Cumulative Number of Confirmed

Human Cases of Avian Influenza A/(H5N1) Re-

ported to WHO, 28 Agustus 2006. A vailable

from : http:// www.who.int/csr/disease/

avian_influenza/country/ cases_table_2006_08_23/en/

index.htm.

6. Avian Influenza A Patogenesis, Pencegahan dan Penyebaran

Pada Manusia. Accessed in March 2012. Available at URL :

http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/v03n02/maksum0302.p

df

7. The New England Journal of Medicine. Accessed in March

2012. Available at URL :

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra052211

8. Influenza A burung (H5N1) Infeksi pada Manusia Komite

Menulis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Konsultasi

Influenza Manusia A/H5. (New England Journal of Medicine,

2005, 353:1374-1385.)

9. pedoman WHO saran cepat pada manajemen farmakologi

21

Page 22: Referat Avian Flu1

pada manusia yang terjangkit virus flu burung tipe A (H5N1)

[1.2MB pdf] Organisasi Kesehatan Dunia, 2006

10. WHO Rapid Advice Guidelines on pharmacological

management of humans infected with avian influenza A

(H5N1) virus. Accessed in March 2012. Available at URL :

http://whqlibdoc.who.int/hq/2006/WHO_PSM_PAR_2006.6_

eng.pdf

22