referat anestesi regional dokumen

34
BAB I PENDAHULUAN Pasien yang akan menjalani tindakan invasif, seperti tindakan bedah akan menjalani prosedur anestesi. Anestesi sendiri secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Obat untuk menghilangkan nyeri dapat dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total; yaitu hilangnya kesadaran secara total, anestesi lokal; yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional; yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya. 1

Upload: aimanriddle

Post on 05-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Anestesi Regional Dokumen

BAB I

PENDAHULUAN

Pasien yang akan menjalani tindakan invasif, seperti tindakan bedah akan menjalani

prosedur anestesi. Anestesi sendiri secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa

sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa

sakit pada tubuh.

Obat untuk menghilangkan nyeri dapat dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik

dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara

total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik

tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa

jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya

menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.

Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total; yaitu hilangnya

kesadaran secara total, anestesi lokal; yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang

diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional; yaitu hilangnya rasa pada

bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang

berhubungan dengannya.

Anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian

tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini

apabila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat

lama waktu penyembuhan operasi.

1

Page 2: Referat Anestesi Regional Dokumen

BAB II

ANESTESI REGIONAL

A. Definisi

Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh

sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh

diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau

seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.

B. Pembagian Anestesi/Analgesia Regional

1. Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.

Tindakan ini sering dikerjakan.

2. Blok perifer (blok saraf), misalnya blok pleksus brakialis, aksiler, analgesia

regional intravena dan lain-lainnya.

C. Keuntungan Anestesia Regional

1. Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif lebih murah.

2. Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh)

karena penderita sadar.

3. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.

4. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.

5. Perawatan post operasi lebih ringan.

D. Kerugian Anestesia Regional

1. Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.

2. Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.

3. Sulit diterapkan pada anak-anak.

4. Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.

5. Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.

2

Page 3: Referat Anestesi Regional Dokumen

E. Persiapan Anestesi Regional

Persiapan anestesi regional sama dengan persiapan anestesi umum karena untuk

mengantisipasi terjadinya toksik sistemik reaction yg bisa berakibat fatal, perlu persiapan

resusitasi. Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk ke pembuluh darah → kolaps

kardiovaskular sampai cardiac arrest. Juga untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan,

sehingga operasi bisa dilanjutkan dg anestesi umum.

BLOK SENTRAL

Neuroaksial blok (spinal dan epidural anestesi) akan menyebabkan blok simpatis,

analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi dan volume obat

anestesi lokal).

I. Anastesi Spinal

Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang

subarackhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal

ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai

analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal.

Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus

kulis subkutis Lig. Supraspinosum Lig. Interspinosum Lig. Flavum

ruang epidural durameter ruang subarachnoid.

3

Page 4: Referat Anestesi Regional Dokumen

Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal,

dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa berakhir

setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3. Oleh karena itu, anestesi/analgesi spinal

dilakukan ruang subarachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5 (1).

4

Page 5: Referat Anestesi Regional Dokumen

Indikasi anestesi spinal (1):

1.  Bedah ekstremitas bawah

2.  Bedah panggul

3.  Tindakan sekitar rektum perineum

4.  Bedah obstetrik-ginekologi

5.  Bedah urologi

6.  Bedah abdomen bawah

7.  Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan

dengan anesthesia umum ringan

Kontra indikasi absolut (1):

1.  Pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal

2.  Infeksi pada tempat suntikan

3.  Hipovolemia berat, syok

4.  Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

5.  Tekanan intrakranial meningkat

6.  Fasilitas resusitasi minim

7.  Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.

Kontra indikasi relatif (1):

1.  Infeksi sistemik

2.  Infeksi sekitar tempat suntikan

3.  Kelainan neurologis

4.  Kelainan psikis

5.  Bedah lama

6.  Penyakit jantung

7.  Hipovolemia ringan

8.  Nyeri punggung kronik

Persiapan analgesia spinal

Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada

anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan

kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali

5

Page 6: Referat Anestesi Regional Dokumen

sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di

bawah ini (1):

1.      Informed consent

Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia spinal

2.      Pemeriksaan fisik

Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung

3.      Pemeriksaan laboratorium anjuran

Hb, Ht, PT (Protrombin Time) , PPT (Partial Tromboplastin Time)

Peralatan analgesia spinal (1):

1.      Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.

2.      Peralatan resusitasi

3.      Jarum spinal

Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing/quinckebacock) atau

jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)

6

Page 7: Referat Anestesi Regional Dokumen

Anastetik lokal untuk analgesia spinal(1)

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1.003-1.008. 

Anastetik lokal dengan berat jenis sama dengan CSS disebut isobarik. Anastetik lokal

dengan berat jenis lebih besar dari CSS disebut hiperbarik. Anastetik lokal dengan

berat jenis lebih kecil dari CSS disebut hipobarik. Anastetik lokal yang sering

digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur anastetik local

dengan dextrose. Untuk jenis hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh

dengan mencampur dengan air injeksi.

Anestetik lokal yang paling sering digunakan(1):

1. Lidokaine(xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-

100mg (2-5ml)

2. Lidokaine(xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat

hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)

3. Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-

20mg (1-4ml)

4. Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat

hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)

Teknik analgesia spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis

tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja

operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.

Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan

menyebarnya obat(1).

1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus.

Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang

stabil. Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah

teraba. Posisi lain adalah duduk.

7

Page 8: Referat Anestesi Regional Dokumen

2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka,

misal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko

trauma terhadap medulla spinalis.

3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.

4. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml

5. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G,

25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G

dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit

10cc. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kearah sefal,

kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum

tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock) irisan jarum

(bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring

bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk menghindari kebocoran likuor

yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala pasca spinal. Setelah resistensi

menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit

berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi

aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Kalau anda

yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar

arah jarum 90º biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat

dimasukan kateter.

8

Page 9: Referat Anestesi Regional Dokumen

6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid

(wasir) dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa ±

6cm.

9

Page 10: Referat Anestesi Regional Dokumen

Penyebaran anastetik lokal tergantung(1):

1. Faktor utama:

a. Berat jenis anestetik lokal (barisitas)

b. Posisi pasien

c. Dosis dan volume anestetik lokal

2. Faktor tambahan

a. Ketinggian suntikan

b. Kecepatan suntikan/barbotase

c. Ukuran jarum

d. Keadaan fisik pasien

e. Tekanan intra abdominal

Lama kerja anestetik lokal tergantung:

1.  Jenis anestetia lokal

2.  Besarnya dosis

3.  Ada tidaknya vasokonstriktor

4.  Besarnya penyebaran anestetik lokal

Komplikasi tindakan anestesi spinal (1):

1. Hipotensi berat

Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan

memberikan infus cairan elektrolit 1000ml atau koloid 500ml sebelum tindakan.

2. Bradikardia

Dapat terjadi tanpa  disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok sampai

T-2

3. Hipoventilasi

Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas

4. Trauma pembuluh saraf

5. Trauma saraf

6. Mual-muntah

7. Gangguan pendengaran

8. Blok spinal tinggi atau spinal total

10

Page 11: Referat Anestesi Regional Dokumen

Komplikasi pasca tindakan(1):

1.  Nyeri tempat suntikan

2.  Nyeri punggung

3.  Nyeri kepala karena kebocoran likuor

4.  Retensio urine

5.  Meningitis

II. Anestesia Epidural

Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan

obat di ruang epidural. Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan

duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman

maksimal pada daerah lumbal.

Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada akar saraf

spinal yang terletak dilateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding

anestesi spinal, sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.

Keuntungan epidural dibandingkan spinal :

Bisa segmental

Tidak terjadi headache post op

Hypotensi lambat terjadi

11

Page 12: Referat Anestesi Regional Dokumen

Kerugian epidural dibandingkan spinal :

Teknik lebih sulit

Jumlah obat anestesi lokal lebih besar

Reaksi sistemis

Komplikasi anestesi / analgesi epidural :

1. Blok tidak merata

2. Depresi kardiovaskular (hipotensi)

3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)

4. Mual – muntah

Teknik anestesia epidural :

Pengenalan ruang epidural lebih sulit dibanding dengan ruang subarakhnoid.

1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal.

2. Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada ketinggian L3-4.

3. Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu(1):

a) jarum ujung tajam (Crawford): untuk dosis tunggal

b) jarum ujung khusus (Tuohy): untuk pemandu memasukkan kateter ke ruang

epidural.

4. Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Namun yang paling

populer adalah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes tergantung(1).

a) Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance)

Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi

yang diisi oleh udara atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik

lokal pada tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian

udara atau NaCl disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sambil mendorong

jarum epidural sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum)

12

Page 13: Referat Anestesi Regional Dokumen

yang disusul hilangnya resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada dalam

ruang epidural, lakukan uji dosis.

b) Teknik tetes tergantung (hanging drop)

Teknik ini menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat ada

tetes NaCl yang menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan

secara lembut sampai terasa menembus jaringan keras yang kemudian disusul

oleh tersedotnya tetes NaCl ke ruang epidural. Setelah yakin, lakukan uji

dosis.

5. Uji dosis(1):

Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung

jarum diyakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinyu)

melalui kateter. Masukkan anestetik lokal 3 ml yang sudah bercampur adrenalin 1:

200.000.

Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum sudah

benar

Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang

subarakhnoid karena terlalu dalam.

Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena

epidural.

6. Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau kateter benar, suntikkan

anestetik lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sampai tercapai dosis total.

Suntikan terlalu cepat menyebabkan tekanan dalam ruang epidural mendadak

tinggi, sehingga menimbulkan peninggian tekanan intrakranial, nyeri kepala dan

gangguan sirkulasi pembuluh darah epidural.

13

Page 14: Referat Anestesi Regional Dokumen

7. Uji keberhasilan epidural

Blok simpatis diketahui dari perubahan suhu

Blok sensorik diketahui dari uji tusuk jarum

Blok motorik diketahui dari skala Bromage

Skala Bromage

Melipat lutut Melipat jari

Blok tidak ada ++ ++

Blok parsial + ++

Blok hamper

lengkap

- +

Blok lengkap - -

Anestetik lokal yang digunakan untuk epidural

1. Lidokain : Umumnya digunakan 1-2%, mula kerja 10 menit dan relaksasi otot baik.

2. Bupivakain : Konsentrasi 0.5% tanpa adrenalin, analgesianya sampai 8 jam.

III. Anestesia Kaudal

Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis

kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang

kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum

sakrokoksigeal tanpa tulang yang analog dengan gabungan antara ligamentum

supraspinosum, ligamentum interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal

berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura(1).

Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya hemoroid, fistula

paraanal.

14

Page 15: Referat Anestesi Regional Dokumen

Teknik anesthesia kaudal(1)

1. Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih

rendah dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama wanita hamil.

2. Dapat menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena ukuran

20-22 pada pasien dewasa.

3. Untuk dewasa biasa digunakan volum 12-15 ml (1-2 ml/ segmen)

4. Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan dan kiri dan

spina iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut

diperoleh hiatus sakralis.

5. Setelah dilakukan tindakan a dan antisepsis pada daerah hiatus sakralis, tusukkan

jarum mula-mula 90o terhadap kulit. Setela diyakini masuk kanalis sakralis, ubah

jarum jadi 450-600 dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian suntikan NaCl

sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada pembengkakan di

kulit untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis.

15

Page 16: Referat Anestesi Regional Dokumen

Efek Fisiologis Neuroaxial Block

1. Efek Kardiovaskuler:

- Akibat dari blok simpatis , akan terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi). Efek

simpatektomi tergantung dari tinggi blok. Pada spinal , 2-6 dermatom diatas level

blok sensoris, sedangkan pada epidural, terjadi block pada level yang sama.

Hipotensi dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-loading) untuk mengurangi

hipovolemia relatif akibat vasodilatasi sebelum dilakukan spinal/epidural anestesi,

dan apabila telah terjadi hipotensi, dapat diterapi dengan pemberian cairan dan

vasopressor seperti efedrin.

- Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok pada cardioaccelerator fiber di T1-

T4), dapat menyebabkan bardikardi sampai cardiac arrest.

2. Efek Respirasi:

- Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok lebih dari dermatom T5)

mengakibatkan hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak dan menyebabkan

terjadinya respiratory arrest.

- Bisa juga terjadi blok pada nervus phrenicus sehingga menmyebabkan gangguan

gerakan diafragma dan otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi.

3. Efek Gastrointestinal:

- Mual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 20%, sehingga menyebabkan

hiperperistaltik gastrointestinal akibat aktivitas parasimpatis dikarenakan oleh

simpatis yg terblok. Hal ini menguntungkan pada operasi abdomen karena

kontraksi usus dapat menyebabkan kondisi operasi maksimal.

16

Page 17: Referat Anestesi Regional Dokumen

BLOK PERIFER

Blok perifer adalah sejenis anestesi regional dimana obat diinjeksi ke saraf spesifik

untuk memblokir sensori nyeri dari bagian tubuh yang spesifik. Blok perifer sering digunakan

untuk operasi pada bagian lengan, tangan, tungkai atas, tungkai bawah atau pada wajah.

Anestetik lokal diberikan sedekat mungkin dengan saraf ( bukan di dalam saraf).

Untuk melokalisasi saraf dapat dibantu dengan alat seperti nerve stimulator atau alat

ultrasound(4).

Kelebihan

Periode pemulihan yang lebih singkat dan nyeri lebih sedikit setelah operasi. Dengan

ini, membolehkan mobilisasi yang lebih dini setelah operasi. Selain itu, tidak memerlukan

analgetik yang kuat untuk menghilangkan nyeri.

Kelemahan

Dapat menyebabkan kerusakan saraf yang permenan tetapi komplikasi ini jarang.

Biasanya kerusakan saraf adalah bersifat sementara dan dapat sembuh setelah beberapa hari

hingga beberapa minggu. Gejala yang dapat timbul adalah seperti kebas dan kelemahan pada

otot. Pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan sakit yang permenan atau parlisis pada

area terkait. Kerusakan pada saraf dapat disebabkan oleh trauma direk yang disebabkan oleh

jarum, hematoma, suplai darah yang kurang, infeksi dan lain-lain.

Analgesia regional intravena

Anestesi regional intravena (Bier block ), dapat dikerjakan untuk bedah singkat

sekitar 45 menit pada lengan atau tungkai. Biasanya hanya dikerjakan untuk orang dewasa

dan pada lengan.

Prosedur analgesia regional intravena

1. Pasang kateter vena (Venocath ) pada kedua punggung tangan . Pada sisi tangan atau

lengan yang akan dibedah digunakan untuk memasukkan obat anestetik lokal,

sedangkan sisi lain untuk memasukkan obat-obat yang diperlukan seandainya timbul

kegawatan atau diperlukan cairan infus.

17

Page 18: Referat Anestesi Regional Dokumen

2. Eksanguinasi (mengurangi darah ) pada sisi lengan yang akan dibedah dengan

menaikkan lengan dan peraslah lengan secara manual atau dengan bantuan perban

plastik (Eshmark bandage ) dari distal ke proksimal. Tindakan ini selain untuk

mengurangi sirkulasi darah dan tentunya dosis obat.

3. Pasang pengukur tekanan darah pada lengan atas seperti akan mengukur tekanan

darah biasa dengan torniket atau manset ganda dan bagian proksimal dikembangkan

dahulu sampai 100mmHg diatas tekanan sistolik supaya darah arteri tidak masuk ke

lengan dan tentunya juga darah vena tidak akan ke sistemik. Perban plastik

dilepaskan.

4. Suntikkan lidokain atau prilokain 0.5% 0.6 mnl/kg ( bupivakain tidak dianjurkan ,

karena toksisitasnya lebih besar ) melalui kateter di punggung tangan dan kalau untuk

tungkai lewat vena punggung kaki dosis 1-1.2 ml/kg. Analgesia tercapai dalam waktu

5-15 menit dan pembedahan dapat dimulai.

5. Setelah 20-30 menit atau kalau pasien merasa tak enak atau nyeri pada torniket ,

kembangkan manset distal dan kempiskan manset proksimal.

6. Setelah pembedahan selesai, deflasi manset dilakukan secara bertahap , buka tutup

selang , beberapa menit untuk menhindari keracunan obat. Pada bedah sangat

singkat, untuk mencegah keracunan sistemik torniket harus tetap dipertahankan

selama 30 menit untuk memberi kesempatan obat keluar vena menyebar dan melekat

ke seluruh jaringa sekitar. Untuk tungkai jarang dikerjakan , karena banyak pilihan

lain yang lebih mudah dan aman misalnya blok spinal, epidural atau kaudal.

18

Page 19: Referat Anestesi Regional Dokumen

Anestesi Lokal

Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal

pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian

susunan saraf(1).

Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blockade koduksi atau blockade lorong

natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf,

jika digunakan pada saraf sentral atau perifer(1).

Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara

spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf(1).

Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:

1. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen

2. Batas keamanan harus lebar

3. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran

mukosa

4. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang

cukup lama

5. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.

Anestesi lokal sering kali digunakan secara parenteral (injeksi) pada pembedahan kecil

dimana anestesi umum tidak perlu atau tidak diinginkan. Di Indonesia, yang paling banyak

digunakan adalah lidokain dan bupivakain.

Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan(1) :

1. Kokain dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan nafas atas. Lama

kerja 2-30 menit.

2. Prokain untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB

dan lama kerja 30-60 menit.

3. Lidokain konsentrasi efektf minimal 0,25%, infiltrasi, mula kerja 10 menit,

relaksasi otot cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.

4. Bupivakain konsentrasi efektif minimal 0,125%, mula kerja lebih lambat

dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam.

19

Page 20: Referat Anestesi Regional Dokumen

Mekanisme kerja

Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel), mencegah

peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga tidak terjadi

depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf(1).

Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan

dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa)

menentukan awal kerja(1).

Konsentrasi minimal anestetika lokal (analog dengan MAC, minimum alveolar

concentration) dipengaruhi oleh(1):

1. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf

2. pH (asidosis menghambat blokade saraf)

3. Frekuensi stimulasi saraf

Awal bekerja bergantung beberapa faktor, yaitu:

1. pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi meningkat

dan dapat menembus membrane sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat

2. Alkalinisasi anestetika lokal membuat awal kerja cepat

3. Konsentrasi obat anestetika lokal

Lama kerja dipengaruhi oleh:

1. Ikatan dengan protein plasma karena reseptor anestetika lokal adalah protein

2. Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi

3. Dipengaruhi oleh banyaknya pembuluh darah perifer di daerah pemberian

Efek samping terhadap sistem tubuh(1)

Sistem kardiovaskular:

a. Depresi automatisasi miokard

b. Depresi kontraktilitas miokard

c. Dilatasi arteriolar

d. Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps sirkulasi

20

Page 21: Referat Anestesi Regional Dokumen

Sistem pernafasan:

a. Relaksasi otot polos bronkus

b. Henti nafas akibat paralisis saraf frenikus

c. Paralisis interkostal

d. Depresi langsung pusat pengaturan nafas

Sistem saraf pusat:

a. Parestesia lidah

b. Pusing

c. Tinnitus

d. Pandangan kabur

e. Agitasi

f. Depresi pernafasan

g. Tidak sadar

h. Konvulsi

i. Koma

Imunologi :

a. Reaksi alergi

Sistem musculoskeletal :

a. Miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain)

Komplikasi obat anestesi lokal

Obat anestesi lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat toksik, sehingga untuk tiap

jenis obat anestesi lokal dicantumkan dosis maksimalnya. Komplikasi dapat bersifat lokal

atau sistemik(2)

Komplikasi lokal(2)

1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan gangrene.

2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan asepsis dan

antisepsis.

3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor yang

disuntikkan pada daerah dengan arteri buntu.

21

Page 22: Referat Anestesi Regional Dokumen

Komplikasi sistemik(2)

1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan kardiovaskuler.

2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah berupa

perangsangan sedangkan pengaruh pada pons dan batang otak berupa depresi.

3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah dan depresi

miokardium serta gangguan hantaran listrik jantung.

A. Infiltrasi Lokal(2)

Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan sekitar tempat lesi,luka atau insisi.

B. Blok Lapangan (Field Block) (2)

Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi tumor kecil)

C. Analgesia Permukaan (Topikal) (2)

Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput mukosa

D. Analgesia Regional Intravena(2)

Penyuntikan larutan analgetik lokal intravena. Ekstremitas dieksanguinasi (pengurangan

darah) dan diisolasi bagian proksimalnya dengan torniket dari sirkulasi sistemik.

22

Page 23: Referat Anestesi Regional Dokumen

BAB III

KESIMPULAN

Anestesia regional menghilangkan nyeri yang sementara, reversible pada regio yang

membolehkan pasien menjalani pembedahan. Anesthesia regional dapat terbagi kepada

anesthesia spinal, anesthesia epidural dan anesthesia epidural.

Dalam beberapa kelompok populasi pasien, pembiusan regional ternyata lebih baik

daripada pembiusan total. Blokade neuraksial bisa mengurangi risiko thrombosis vena,

emboli paru, transfusi, pneumonia, tekanan pernapasan, infark miokardial dan kegagalan

ginjal.

23

Page 24: Referat Anestesi Regional Dokumen

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua.

Jakarta: Bagian anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI: 2010.

2. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi. Jakarta: Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.

3. Rastogi S, Turner J, Nerve damage associated with peripheral nerve block, Royal College

Anaesthetists revised edition 2009

4. Torpy J.M, Regional Anestesia, The Journal of the American Medical Association

(JAMA), 2011.

24