referat abortus

24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aborsi adalah fakta yang hingga kini menjdi kontroversi, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia bahkan di negara Amerika yang sering dijadikan ikonnegaa pendukung utama liberalism. Angka kejadian aborsi di dunia cukup mencengangkan, menurut data WHO tahun 2000, dua pertiga dari 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan di dunia akan berakhir dengan aborsi di sengaja. Dua puluh juta diantaranya dilakukan secara tidak aman. Sedangkan di Indonesia setiap tahunnya terjai kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia masih cukup besar. 1 Maraknya aborsi di masyarakat dapat dilihat dari data-data yang antara lain disampaikan oleh Federasi Perkumpulan keluarga Berencana Internasional tanggal 28 Juni 1993 yang menyebutkan bahwa setiap tahun lebih dari 15 juta perempuan berusia15-18 tahun megalami ehamilan kecelakaan, 5 jta diantaranya melakukan abortus atau yang biasa sering disebut aborsi. 1

Upload: rizki-octo-kurniawan

Post on 02-Dec-2015

330 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT ABORTUS

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aborsi adalah fakta yang hingga kini menjdi kontroversi, tidak hanya di

Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia bahkan di negara Amerika yang sering

dijadikan ikonnegaa pendukung utama liberalism.

Angka kejadian aborsi di dunia cukup mencengangkan, menurut data WHO

tahun 2000, dua pertiga dari 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan di dunia akan

berakhir dengan aborsi di sengaja. Dua puluh juta diantaranya dilakukan secara tidak

aman. Sedangkan di Indonesia setiap tahunnya terjai kurang lebih 2 juta kasus aborsi,

artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan

gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia masih cukup besar.1

Maraknya aborsi di masyarakat dapat dilihat dari data-data yang antara lain

disampaikan oleh Federasi Perkumpulan keluarga Berencana Internasional tanggal 28

Juni 1993 yang menyebutkan bahwa setiap tahun lebih dari 15 juta perempuan

berusia15-18 tahun megalami ehamilan kecelakaan, 5 jta diantaranya melakukan

abortus atau yang biasa sering disebut aborsi.

Di Indonesia diperkirakan setip tahun dilakukan sejuta abortus provokatus tidak

aman.

Data kongrit yang ditulis oleh Muhammad Faisal dan Sabir Ahmad,

menunjukkan perkiraan setiap tahun di Indonesia terjadi 16,7 sampai dengan 22,2

abortus provokatus perseratus kelahiran hidup. Selama dalam satu decade terakhir

tahun 1990 sampai 1999 kasus-kasus abortus provokatus di Indonesia yang tergolong

spektakuler dan berhasil di ungkap serta diselesaikan lewat jalur hukum.2

BAB II

1

Page 2: REFERAT ABORTUS

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan di

bawah 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang. Sedangkan

Llewollyn & Jones (2002) mendefenisikan abortus adalah keluarnya janin sebelum

mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya

kurang dari 500 gram.3 WHO merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi telah

mencapai 22 minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau lebih.1

2.2 Klasifikasi Abortus4

Klasifikasi abortus adalah sebagai berikut :

1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis

maupun mekanis.

2. Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu:

a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau

abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya :

penyakit jantung, hipertensi esential, dan karsinoma serviks. Keputusan ini

ditentukan oleh tim ahli yang

terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog.

b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran

kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang

dan dilarang oleh hukum.

2.3 Etiologi4

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya

disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 – 12minggu),

abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal.

a. Faktor ovofetal :

Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa

pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi

malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang

2

Page 3: REFERAT ABORTUS

kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya

kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.

b. Faktor maternal :

Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik

maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu

lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan uterus

kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik). Terdapat dugaan bahwa

masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus meskipun sulit

untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.

Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:

1. Faktor janin

Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%-

60% kasus keguguran.

2. Faktor ibu:

a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.

b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti

phospholipid syndrome.

c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,

toksoplasma , herpes, klamidia.

d. Kelemahan otot leher rahim

e. Kelainan bentuk rahim.

3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan

abortus.

Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:

1. Faktor genetik

Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya

kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering menimbulkan

abortus spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus

spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas

genetik.

3

Page 4: REFERAT ABORTUS

Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi

(abnormalitas komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom yang menyebabkan

lebih dari 50% abortus spontan. Poliploidi menyebabkan sekitar 22% dari abortus

spontan yang terjadi akibat kelainan kromosom. Sekitar 3-5% pasangan yang

memiliki riwayat abortus spontan yang berulang salah satu dari pasangan tersebut

membawa sifat kromosom yang abnormal. Identifikasi dapat dilakukan dengan

pemeriksaan kariotipe dimana bahan pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan

tersebut. Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesiadan

biayanya cukup tinggi.

2. Faktor anatomi

Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 %

wanita dengan abortus spontan yang rekuren.

1) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta).

Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.

2) Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah

endometrium.

3) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan

endometriosis.

Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus

spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek uterus

yang didapatkan (acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri

yang inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus

ganda. Defek pada uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan kejadian

abortus spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan leiomioma.

Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaan ultrasonografi (USG),

histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi

(prosedur diagnostik). Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah

pemeriksaan USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui

adanya suatu mioma terutama jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah

satu faktor mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti

4

Page 5: REFERAT ABORTUS

adanya mioma pada pasien ini maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan

dan harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya ROB

pada pasien ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan

operasi.

3. Faktor endokrin:

a. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.

b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak

cukupnya produksi progesteron).

c. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium

merupakan faktor kontribusi pada keguguran. Kenaikan insiden abortus bisa

disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi progesteron.

Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan dengan kenaikan insiden abortus

(Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan

insiden abortus (Sutherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi progesteron karena

kurangnya sekresi hormon tersebut darikorpus luteum atau plasenta, mempunyai

kaitan dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi

mempertahankan desidua, defisiensi hormone tersebut secara teoritis akan

mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan

demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.

4. Faktor infeksi

Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,

Rubella,Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan

dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai

penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus,

Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan

abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih

memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil

dari cairan pada servikal dan endometrial.

5. Faktor imunologi

5

Page 6: REFERAT ABORTUS

Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah

dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran

darah dari ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat

menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear,

antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala

klinis tidak tampak dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang.

Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat

menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan

vasodilatasi dan peningkatan

fragilitas kapiler.

6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan

Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan

ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus;

sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa melahirkan.

Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal

kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui anamnesa yang baik. Penting juga

diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita infeksi

berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat. Untuk eksplorasi kausa,

dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan gula darah,

tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk menilai apakah ada gangguan fungsi hepar

dan ginjal atau diabetes melitus yang kemudian dapat menimbulkan gangguan pada

kehamilan seperti persalinan prematur.

7. Faktor Nutrisi

Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar

menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang

menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan

suatu penyebab abortus yang penting.

8. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.

6

Page 7: REFERAT ABORTUS

Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap

teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan

karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.

9. Faktor psikologis.

Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan

keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap

terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat

penting dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat

kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.

Pada penderita ini, penyebab yang menetap pada terjadinya abortus spontan yang

berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi penderita untuk

melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin

menyebabkan abortus yang berulang tersebut, sebelum penderita hamil guna

mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.

2.4 Patofisiologi5

Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum.

Granula korteks didalam ovum atau oosit sekunder berfusi dengan membrane plasma

sel, sehingga enzim didalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona

pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain

membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa lain.

Kedua pronukleus saling mendekati membentuk zygot yang terdiri dari bahan genetik

perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom yaitu 44 kromosom

autosom dan 2 kromosom kelamin. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi,

mulailah pembelahan zygot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum

mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Dalam 3 hari terbentuk suatu

kelompok sel yang sama besarnya, hasil konsepsi berada dalam stadium morula

dimana sebelumnya telah terjadi pembelahan-pembelahan yang di peroleh dari

vitelus, hingga volume vitelus ini makin berkurang yang akhirnya terisi seluruhnya

oleh morula. Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula

yang disebut blastokista dimana bagian luarnya adalah jaringan tropoblas dan

7

Page 8: REFERAT ABORTUS

dibagian dalamnya disebut massa sel dalam (inner cell mass) pada satu kutub.

Blastokista itu sendiri tertanam diantara jaringan sel epitel dari mukosa uterus pada

hari ke 6-7 setelah ovulasi. Kemudian terjadi diferensiasi menjadi masa sinsitial. Pada

hari ke-8, trofoblas berdiferensiasi menjadi lapisan luar (outer multinucleated

sintitiotrofoblast) dan membentuk lapisan dalam (primitive mononuclear

sytotrofoblast). Kemudian massa sinsitial berpenetrasi diantara sel epitel dan akan

segera menyebar ke stroma.

Pada hari ke-9 vakuola atau lakuna muncul pada sinsitial dan akan segera

membesar kemudian akan segera menyatu. Pembentukan dari sirkulasi uteroplasenta

yang potensial terjadi ketika kapiler vena ibu bersentuhan dengan sinsitial maka darah

akan dapat lewat melalui sistem lakuna. Lakuna akan menjadi daerah intervilus dari

plasenta. Pada hari 12-13 setelah fertilisasi, blastokista sudah sepenuhnya melekat

pada stroma desidua sehingga epitel dari permukaan uterus akan terus tumbuh. Hal

ini menandakan bahwasanya tahap awal dari implantasi akan disertai dengan sedikit

nekrosis dari jaringan atau reaksi inflamasi dari jaringan mukosa. Setelah fase inisial

nidasi, diferensiasi dari trofoblas dapat terjadi pada dua jalur utama yaitu villous dan

ekstra villous. Hal ini berguna untuk mempertimbangkan kedua jenis dari jalur

diferensiasi yang dipisahkan oleh kedua fungsi dari kedua trofoblas ini dan tipe dari

sel maternal, dimana masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Villus

trofoblas sepenuhnya menutupi seluruh villi chorialis plasenta dan berfungsi untuk

transportasi nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Dalam 2 minggu perkembangan

konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah

endometrium, kemudian terbentuk sinus intertrofoblastik yang merupakan ruangan

yang berisi darah maternal. Sirkulasi darah janin ini berakhir dilengkung kapiler

( capillary loops ) didalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah

maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vili

korialis akan tumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta. Hasil konsepsi

diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili korialis dan berpangkal pada

korion. Korion ini terbentuk oleh karena adanya chorionic membrane. Selain itu, vili

korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang

8

Page 9: REFERAT ABORTUS

dengan baik, korion tersebut dinamakan korion frondosum. Darah ibu dan darah janin

dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.

Didapati bahwa trombosis dari pembuluh darah uteroplasenta akan

menyebabkan perfusi ke plasenta terganggu. Kegagalan pada endovaskular dan

interstisial dari diferensiasi extravillus trofoblas akan menyebabkan abortus pada

awal kehamilan. Pada kasus lain dari abortus spontan pada awal kehamilan, sinsitial

extravillous trofoblas tidak mencapai arteri spiralis. Hal ini menyebabkan arteri tidak

berpulsasi dan suplai darah yang melalui arteri spiralis tidak akan adekuat sampai

akhir kehamilan trimester pertama yang menyebabkan terjadinya abortus spontan.

2.5 Macam-macam Abortus6

Berikut ini berbagai macam abortus sesuai dengan gejala,tanda, proses

patologi yang terjadi:

2.5.1 Abortus Iminens (Threatened abortion)

Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selama

kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta dapat

mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil. Secara keseluruhan, sekitar

setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan abortus. Abortus iminens

didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan

darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat

berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah

seperti saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan

ektopik, dan kelainan trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat

memberikan perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan

polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain membutuhkan

pemeriksaan ultrasonografi.

2.5.2 Abortus Insipiens (Inevitable abortion)

Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan

perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena

kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa

dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat

9

Page 10: REFERAT ABORTUS

menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan

infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan

mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi.

2.5.3 Abortus Inkompletus dan Kompletus

Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah

lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta).

Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering

serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai

benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha

mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri,

namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap,

maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada

abortus kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan

selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam

masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan

segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga,

abortus inkompletus atau endometritis pasca abortus harus dipikirkan.

2.5.4 Abortus Tertunda (Missed Abortion)

Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada

dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada abortus tertunda

akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada

permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah

rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.

2.5.5 Abortus Habitualis (Reccurent Abortion)

Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu hamil, dan

kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung pada abortus habitualis.

Menurut Mochtar, abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga kali

berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau

spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain

itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak

10

Page 11: REFERAT ABORTUS

sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum atrofis juga

merupakan etiologi dari abortus habitualis.

2.5.6 Abortus Septik (Septic abortion)

Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran

kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering

ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan, terutama yang kriminalis

tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat

menyebabkan abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,

Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci.

2.6 Diagnosa Abortus2

Menurut WHO (1994), setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami

dua daripada tiga gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya

abortus:

i. Perdarahan pada vagina.

ii. Nyeri pada abdomen bawah.

iii. Riwayat amenorea

Ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan

memastikan bahwa suatu kehamilan adalah intrauterin. Apabila

ultrasonografitransvaginal menunjukkan sebuah rahim kosong dan tingkat serum

hCG kuantitatif lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), kehamilan

ektopik harus dipikirkan. Ketika ultrasonografi transabdominal dilakukan, sebuah

rahim kosong harus menimbulkan kecurigaan kehamilan ektopik jika kadar hCG

kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU per mL (3.500 IU per L). Rahim yang

ditemukan kosong pada pemeriksaan USG dapat mengindikasikan suatu abortus

kompletus, tetapi diagnosis tidak definitif sehingga kehamilan ektopik

disingkirkan.Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan, diagnosa abortus menurut

gambaran klinis adalah seperti berikut:4

a. Abortus Iminens (Threatened abortion):

11

Page 12: REFERAT ABORTUS

Anamnesis – perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau

ringan.

Pemeriksaan dalam – fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar

uterus sesuai dengan umur kehamilan.

Pemeriksaan penunjang – hasil USG.

b. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)

Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.

Pemeriksaan dalam – ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim,

dan ketuban utuh (mungkin menonjol).

c. Abortus Inkompletus atau abortus kompletus

Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri / kontraksi

rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.

Pemeriksaan dalam – ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah

kehamilan.

d. Abortus Tertunda (Missed abortion)

Anamnesis - perdarahan bisa ada atau tidak.

Pemeriksaan obstetri – fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi

jantung janin tidak ada.

Pemeriksaan penunjang – USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen,

waktu perdarahan, waktu pembekuan dan waktu protrombin).

e. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)

Histerosalfingografi – untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus

submukosa dan anomali kongenital.

BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak

gangguan glandula thyroidea.

f. Abortus Septik (Septic abortion)

Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di

luar rumah sakit.

Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan

sebagainya.

12

Page 13: REFERAT ABORTUS

Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan

dan leukositosis.

Pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil

dan cepat, tekanan darah turun sampai syok.

2.7 Penatalaksanaan

Abortus terapeutik dapat dilakukan dengan cara:7

1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfuse

darah dan cairan yang cukup.

2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1 juta satuan

tiap 6 jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam, atau antibiotika

spektrum luas lainnya.

3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila

terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk

mengeluarkan hasil konsepsi.

4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan

penderita.

i. Kimiawi – pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin obat abortus, seperti:

prostaglandin, antiprogesteron, atau oksitosin.

ii. Mekanis:

a. Pemasangan batang laminaria akan membuka serviks secara perlahan dan

tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret tajam

atau vakum.

b. Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar

dilanjutkan dengan kuretasi.

c. Histerotomi / histerektomi.7

2.8 Komplikasi5

Komplikasi yang mungkin timbul dari abortus adalah:

13

Page 14: REFERAT ABORTUS

a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,

diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan,

dapat pula timbul lama setelah tindakan.

b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat

mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah

seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan

adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan

dengan teliti.

c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal

ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara

masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium

dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan

kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan

dengan segera.

d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa

anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat

alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas

atau terlalu dingin.

e. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal

seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan

cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam

berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat

diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi

memerlukan waktu.

g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan

menggunakan pengaliran arus listrik.

2.9 Prognosis3

14

Page 15: REFERAT ABORTUS

Mayoritas pada penderita yang mengalami abortus mempunyai prognosa yang

tergantung pada cepat atau tidaknya kita mendiagnosa dan mencari etiologinya.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: REFERAT ABORTUS

1. Riyanto A, 2010, Pengolahan dan Analisis Data Keehatan, Mulia Medika,

Yogjakarta.

2. World Heath Organization. Making Pregnancy Safer. Diakses tanggal 8 Mei

2013.

http://www.who.int/making_pregnancy_safer/topics/maternal_mortality/en

/index.html.

3. Manuaba I.B. 2006, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bida , EGC,Jakarta.

4. Sarwono S, 2005, Il Kebidanan, EGC, Jakarta.

5. Cunningham F.Gary et al, 2006, Obstetri Williams edisi 21 Vol 1, EGC:

Jakarta, hal 625-649; 688-698.

6. Prawiroharjo S, 2009, Ilmu Kebidanan, EGC, Jakarta.

7. Mansjoer, 2006 Asuhan Khamilan, EGC, Jakarta.

16