referat abortus

18
DEFINISI Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum mampu hidup di luar rahim ( belum viable ) dengan criteria usia kehamilan kurang 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus, antara lain : EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gr, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law. HOLMER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai. ETIOLOGI Factor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor ibu, dan factor bapak, antara lain : 1. Kelainan Ovum Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan . Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus Page | 1

Upload: snowers

Post on 11-Aug-2015

122 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan analisis

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Abortus

DEFINISI

Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum

mampu hidup di luar rahim ( belum viable ) dengan criteria usia kehamilan kurang 20

minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus, antara lain :

EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum

sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus

itu beratnya terletak antara 400-1000 gr, atau usia kehamilan kurang dari 28

minggu.

JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28

minggu, yaitu fetus belum viable by law.

HOLMER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses

plasentasi belum selesai.

ETIOLOGI

Factor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor ibu, dan

factor bapak, antara lain :

1. Kelainan Ovum

Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus

spontan . Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.

Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang

kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda

kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan

ovum (50-80%).

2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi :

a. Kelainan kromosom, trisomi, ,monosomi X, triploidi, polisomi, kromosom

sex.

b. Lingkungan kurang sempurna.

c. Pengaruh dari luar : radiasi, virus, obat – obatan.

3. Kelainan Sirkulasi plasenta :

Page | 1

Page 2: Referat Abortus

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,

anomali plasenta, dan end ateritis villi korialis karena hipertensi menahun.

4. Penyakit pada ibu :

o Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,

rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan

karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus disebabkan

karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.

o Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain

o Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasio kordis, penyakit paru berat,

anemi gravis.

o Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan

vitamin A, C atau E, diabetes melitus

o Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi

- Sangat terkejut karena obat-obat uterotonika, ketakutan, dsb

- Bisa karena operasi laparotomy. Contohnya terkena appendicitis, lalu

dioperasi bahayanya bisa terjadi abortus. Operasi apapun di daerah

abdominal bisa risiko abortus

- Trauma langsung terhadap fetus, antara lain: selaput janin rusak

langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.

5. Kelainan pada traktus genitalia :

a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)

b. Retroversia utei gravidi inkarserato

c. Perlengketan intra uteri ASAERMAN SYNDROME

d. Mioma uteri sub mukosa

e. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)

f. Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis

g. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang

sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, dan endometriris.

6. Inkompetensi cervix

Cervix longgar (tidak sempit lagi) sehingga mudah janin jatuh/ tidak tertahan di

dalam. Penyebabnyan curettage (krn perlukaan, infeksi) dan operasi konisasi (cervix

diangkat)

7. Antagonis Rhesus

Page | 2

Page 3: Referat Abortus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga

terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

8. Penyakit bapak : Umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi

cordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dll) sinar rontgen,

avitaminosis.

FREKUENSI

Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun demikian,

frekuensi seluruh keguguran sukar ditentukan karena abortus buatan buatan banyak yang

tidak dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan

hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau

Rumah Sakit.

Makin tua umur, abortus makin sering terjadi. Demikian juga dengan semakin

banyak anak, abortus juga akan semakin sering terjadi. Semakin tua umur

kehamilan, kemungkinan abortus makin kecil

Wanita < 20 tahun abortus 12%

Wanita > 40 tahun abortus 26%

PATOLOGI

Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan

sekitar, kemudian sebagian atau seluruh hasik konsepsi terlepas. Karena dianggap benda

asing maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu

hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu

dalam sedangkan pada kehamilan 8-14 minngu telah masuk agak dalam sehingga sebagian

keluar dan sebagian lagi akan tertingga karena itu akan terjadi banyak perdarahan.

KLASIFIKASI

Abortus dapat dibagi atas dua golongan :

1. Abortus Spontan

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun

medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.

2. Abortus Provakatus (induced abortion)

Page | 3

Page 4: Referat Abortus

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan obat-obatan ataupun alat-

alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :

a) Abortus Medisinalis

Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan

dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

b) Abortus Kriminalis atau tidak aman

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal

atau tidak berdasarkan indikasi medis.

KLINIS ABORTUS SPONTAN

Dapat di bagi atas :

1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )

Adalah ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :

a) Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan

janin masih dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama

b) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.

c) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai

perdarahan.

d) Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup

Penatalaksanaan

a) Tirah baring

b) Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (salbutamol

atau indometasin) karena obat ini tidak dapat mencegah abortus.

c) Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau

melakukan hubungan seksual

d) Bila reaksi kehamilan 2x berturut-turut negative, maka sebaiknya uterus

dikosongkan (kuret)

2. Abortus Incipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)

Page | 4

Page 5: Referat Abortus

ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam

uterus.

Ditandai dengan adanya :

a) robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks

b) terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi

c) perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.

d) nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.

Penatalaksanaan

Bila kehamilan < 16 minggu dapat dilakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi

Vakum Manual (AVM).

Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :

- Berikan ergometrin 0,2 mg I.M yang diulangi 15 menit kemudian jika

perlu ATAU Misoprostol 400 mg per oral dan bila masih diperlukan dapat

diulang setelah 4 jam jika perlu

- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

Bila kehamilan > 16 minggu tunggu ekspulsi spontan kemudian dilakukan

evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM).

Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :

- Induksi oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai 8 tetes sampai

40 tetes/ menit, sesuai kondisi kontraksi uterus sampai terjadi pengeluaran

hasil konsepsi

- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

Lakukan Pemantauan Pasca Abortus

3. Abortus Kompletus

ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar

melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong.

Tanda dan Gejala

a) Serviks menutup.

b) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.

c) Gejala kehamilan tidak ada.

Page | 5

Page 6: Referat Abortus

d) Uji kehamilan negatif.

Penatalaksanaan

Tidak perlu evakuasi lagi

Observasi untuk melihat perdarahan banyak/tidak.

Lakukan Pemantauan Pasca Abortus

Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari

selama 2 minggu, jika anemia berat berikan tranfusi darah.

4. Abortus Inkompletus

ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Gejala Klinis :

Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas

Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku).

Sudah ada keluar fetus atau jaringan

Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks

terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau

kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.

Penatalaksanaan

- Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat

dikeluarkan secara digital, atau cunam ovum kemudian dievakuasi

i. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau

misoprostol 400 mg per oral

ii. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan

kuret vakum (KV)

- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, antibiotika prophilaksis

- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8

jam

- Bila anemia terapi dengan Fe kalau perlu transfusi darah.

5. Missed Abortion

Page | 6

Page 7: Referat Abortus

ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil

konsepsi tertahan dalam uterus 8 minggu atau lebih

Gejala Klinis

- Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai

mual dan muntah

- Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi.

- Mamae menjadi mengecil

- Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative

pada 2-3 minggu setelah fetus mati.

- Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit

- Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.

6. Abortus Habitualis

ialah abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau lebih oleh sebab apapun.

Pemeriksaan :

a. Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau

anomali congenital.

b. BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak

gangguan glandula thyroidea

c. Psiko analisis

Terapi :

o Pada serviks inkompeten terapinya operatif SHIRODKAR atau MC DONALD

(cervical cerlage).

o Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.

o Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar

hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.

7. Abortus Infeksious

Page | 7

Page 8: Referat Abortus

ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genital

Diagnosis :

- Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di

luar rumah sakit.

- Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan

sebagainya.

- tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat Celcius,

kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek

disertai nyeri tekan.

Penatalaksanaan

- Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup

- Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan da uji

kepekaan obat)

o Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam

o Berikan suntikan streptomisin 500mg setiap 12 jam

o Atau antibiotika spektrum luas lainnya.

- Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan

kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi

8. Septic Abortion

ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam

peredaran darah atau peritoneum.

Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti nadi

cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.

Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis antibiotika

ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan

kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page | 8

Page 9: Referat Abortus

Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus imminens, abortus habitualis

dan missed abortion :

1. Pemeriksaan ultrasonographi atau Doppler untuk menentukan apakah janin masih

hidup atau tidak, serta menentukan prognosis.

2. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion.

3. Tes kehamilan.

4. Pemeriksaan lain sesuai dengan keadaan dan diagnosis pasien.

DIAGNOSIS BANDING

1. KET : nyeri lebih hebat dibandingkan abortus.

2. Mola Hidantidosa : uterus biasanya lebih besar daripada lamanya anmenore dan

muntah lebih sering.

3. Kehamilan dengan kelainan serviks seperti karsinoma servisi uteri, polipus uteri, dsb.

4. Disfunctional uterine bleeding (pengaruh hormon).

KOMPLIKASI ABORTUS

1. Perdarahan (hemorrhage)

2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga

yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.

3. Infeksi dan tetanus

4. Payah ginjal akut

5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh:

- Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik

- Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik

Page | 9

Page 10: Referat Abortus

Blighted ovum

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada

bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala

kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning

sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes

kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.

Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat

berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna,

dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap

tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic

gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan

otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon

HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam

dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif

Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum.

Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan

pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan

memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari

16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung

kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.

Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan

setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan. Selain blighted

ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa),

tumor rahim atau penyakit usus.

Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan

sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis

(diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis

seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga

Page | 10

Page 11: Referat Abortus

meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi

turun.

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan

hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa

penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati

sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan

program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.

Page | 11

Page 12: Referat Abortus

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjisastro H, Safiudin AB, Rachimahadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Bina

Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta, 2000.

2. Mochtar R, Lutan D. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta,

1998.

3. Mansjoer A, TORCH. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI,

Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid pertama,

Media Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.

4. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:

EGC, 2005.

5. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.

6. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.

7. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.

Page | 12