referat

27
BAB I PENDAHULUAN Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kadang-kadang timbulnya mendadak, tetapi sering pula perlahan-lahan.Rasa sakitnya dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dapat terlokalisir di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), seperti ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dan dapat seperti dililit-lilit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebab nyeri perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri maupun di luar perut. Sebagian besar sakit perut pada anak tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan pengobatan medikamentosa. 1 Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome 2 . Patogenesis nyeri perut non organik atau fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitas saluran cerna dan hipersensitivitas viseral diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut fungsional pada anak. Sebagian besar kasus nyeri perut pada anak merupakan nyeri perut fungsional, oleh karena itu cukup bijaksana untuk tidak segera melakukan pemeriksaan penunjang invasif. Nyeri perut yang berlangsung akut lebih sering dihubungkan dengan kelainan organik, sedangkan nyeri perut yang berlangsung kronis 1

Upload: ekawati-erprisman

Post on 24-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: REferat

BAB I

PENDAHULUAN

Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Kadang-kadang timbulnya mendadak, tetapi sering pula perlahan-lahan.Rasa

sakitnya dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dapat terlokalisir

di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat

pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), seperti ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dan

dapat seperti dililit-lilit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-

guling. Penyebab nyeri perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut

sendiri maupun di luar perut. Sebagian besar sakit perut pada anak tidak memerlukan

tindakan bedah, cukup dengan pengobatan medikamentosa.1

Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena kriteria

diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria

diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome2. Patogenesis

nyeri perut non organik atau fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitas saluran cerna

dan hipersensitivitas viseral diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut fungsional

pada anak. Sebagian besar kasus nyeri perut pada anak merupakan nyeri perut fungsional,

oleh karena itu cukup bijaksana untuk tidak segera melakukan pemeriksaan penunjang

invasif. Nyeri perut yang berlangsung akut lebih sering dihubungkan dengan kelainan

organik, sedangkan nyeri perut yang berlangsung kronis atau berulang lebih sering

merupakan suatu kelainan non organik. Pada keadaan yang meragukan, alarm symptoms atau

signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan tatalaksana. Pendekatan diagnosis

yang cermat dan tepat sangat diperlukan untuk memberikan tatalaksana yang optimal.2

1

Page 2: REferat

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan regio inguinalis.4 Akut abdomen

didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta

membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya.5 Dalam tulisan Markum,

Appley mengatakan sakit perut berulang didefinisikan sebagai serangan sakit perut yang

berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir

dan mengganggu aktivitas sehari-hari.1

2.2 Epidemiologi

Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia 5 – 14 tahun, dengan frekuensi tertinggi

pada usia 5-10 tahun. Dalam tulisan Boediarso, Appley mengatakan sakit perut terjadi pada

10 – 12% anak laki-laki usia 5 – 10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak perempuan

cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki ( 5:3). Sakit perut ini

jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun.6

2.3 Klasifikasi

Secara garis besar, sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya

serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan

pediatrik. Selain itu juga dibagi berdasarkan umur penderita, yaitu umur di bawah 2 tahun

dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab, yaitu

penyebab yang berasal dari gastrointestinal dan luar gastrointestinal.1

2.4 Etiologi

Dari penelitian terdahulu hanya 7% kasus yang disebabkan oleh kelainan organik yang akan

menimbulkan sakit perut1,hal ini meningkat terhadap berbagai kondisi seperti konstipasi,

abdominal, gastritis, ulkus peptikum dihubungkan dengan Helycobacter pylori dan irritable

bowel syndrome. Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab

dari dalam saluran cerna, ginjal, dan lain-lain (Tabel 1). Penyebab sakit perut berulang yang

terbesar adalah faktor psikofisiologi.7 Kelainan organik sebagai diagnosis banding penyebab

sakit perut berulang telah banyak dilaporkan, tetapi hanya ditemukan pada 5-15,6% kasus.

Pada garis besarnya kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang dapat dibagi

2

Page 3: REferat

menurut penyebab intra-abdominal dan extra-abdominal. Penyebab intra-abdominal dapat

diklasifikasikan lagi menurut penyebab dari dalam saluran cerna, ginjal, dan lain-lain (Tabel

1). Pada tabel 2 dapat pula dilihat kelainan organik sebagai penyebab sakit perut. Penyebab

sakit perut berulang yang terbesar adalah faktor psikofisiologi.

Tabel 1. Beberapa penyebab organik sakit perut berulang

Ekstra-Abdominal Intra-Abdominal

Keracunan timbal

Porfiria Epilepsi

Diabetes Asma

Demam rematik

"Sickle-cell anemia"

Hiperparatirodisme

Hipertrigliserid

Peritonitis

Tumor/kista Medulla

spinalis Perinkotritis

Gastrointestinal Ginjal Lain-lain

Malrotasi

Duplikasi

Stenosis

Gastritis

Hiatus hernia

Hernia inguinalis

Volvulus

Intususepsi

Colitis ulseratif

Konstipasi kronik

Intoleransi laktosa

Askariasis

Ulkus peptikum

Penyakit Crohn

Apendisitis kronik

Hiperplasia limfoid

noduler

Limfoma

Pielonefritis

Hidronefrosis

Batu ginjal

Obstruksi uretero

pelvik

Hepatomegali

Splenomegali

Kolesistitis

Kolelitiasis

Pankreatitis kronik

Kista ovarium

Endometriosis

Tabel 2.Penyebab organik sakit perut berulang

3

Page 4: REferat

Saluran Urogenital Gastrointestinal Hematologi Lain-lain

Pielonefritis

Hidronefrosis Batu

ginjal Infeksi di

daerah pelvis

Dismenore Cysta

ovarium

Endometriosis

Kehamilan ektopik

Konstipasi Coeliac

Intoleransi laktosa

Refluks

gastroesofagal

H. pylori

Pankreatitis kronik

Malrotasi

Divertikulum

Meckel

Kolelitiasis

Hepatitis

Ulkus peptikum

Leukemia

Limfoma

Thalasemia

Keracunan timbal

Porfiria

Diabetes melitus

Purpura Henoch-

Schonlein

Epilepsi perut

Migrain

Hiperlipidemia

Edema angioneurotik

2.5 Patofisiologi

Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada6:

1. Visera perut

2. Organ lain di luar perut

3. Lesi pada susunan saraf spinal

4. Gangguan metabolik

5. Psikosomatik

Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang

berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut

saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang

dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa,

lapisan muskularis dan serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan

saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia.

Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke

talamus, kemudian ke konteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh

regangan atau akibat penurunan ambang batas nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini

khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan

visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai

4

Page 5: REferat

medula spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls

nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura

hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis,

ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th

11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan

kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium

maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks spinals segmentalis.

Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas patofisiologi dan

patogenesisnya.

Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan kelainan

organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang

fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan

fisiologik dapat berperan sebagai mediator sebagai mediator atau moderator dari sakit perut

berulang fungsional (Tabel 3).6

Psikologis Fisiologis

Faktor stress

Depresi

Ikatan Keluarga

"Operant conditioning"

Somatisasi

Intoleransi

Dismotilitas usus

Konstipasi

Ketidakstabilan otonom

Juga diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional dengan tipe

kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna. Pada anggota

keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan psikosomatik seperti migrain, kolon

iritabel6. Hubungan antara sistem susunan saraf pusat dan saluran cerna yang sangat

kompleks mungkin dapat membantu menjelaskan patofosiologi sakit perut berulang

fungsional.

2.6 Patogenesis

Hipersensitivitas visera diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut non-organik

pada anak. Gangguan motilitas terlihat pada anak yang dilakukan pemeriksaan manometri.

Pada pemeriksaan manometri terlihat peningkatan intensitas kontraksi otot pada usus halus

5

Page 6: REferat

dan usus besar, serta waktu singgah di dalam usus yang lambat (delayed intestinal transit

time).

Konsep keterlibatan hipersensitivitas visera didapat dari penelitian yang memperlihatkan

perubahaan ambang reseptor pada dinding saluran cerna, perubahan modulasi dalam

mengkonduksi impuls sensorik, dan perubahan ambang kesadaran di susunan saraf pusat

pada pasien dengan irritable bowel syndrome. Peranan inflamasi dan imunomodulasi dalam

patogenesis sakit perut fungsional, perlu dipertimbangkan dengan ditemukannya proses

inflamasi nonspesifik pada biopsi jaringan saluran cerna3. Mekanisme timbulnya sakit perut

organik, adalah7:

1. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, oklusi akibat torsi atau penekanan

seperti pada kista ovarium terpuntir dan jepitan usus pada invaginasi.

2. Peradangan. Peradangan organ di dalam rongga peritonium menimbulkan rasa sakit

bila proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis. Mekanisme perjalaran

nyeri sama seperti peradangan pada umumnya yang disalurkan melalui persyarafan

somatik.

3. Gangguan pasase. Nyeri bisa ditimbulkan oleh adanya gangguan pasase atau obtruksi

organ yang berbentuk pembuluh, baik yang terdapat di dalam rongga peritoneal atau

pun retroperitoneal. Bila pasase dalam saluran-saluran tersebut terganggu akan

timbul rasa sakit akibat tekanan intra lumen yang meninggi di bagian proksimal

sumbatan. Sakit dirasakan hilang timbul atau terus menerus dengan puncak nyeri yang

hebat (kolik).

4. Penarikan dan peregangan peritoneum viseralis. Penarikan dan peregangan pada

peritoneum viseral dapat merangsang terjadinya nyeri yang bersifat tumpul (dull

pain).

Dalam prakteknya, keempat mekanisme timbulnya sakit perut jarang ditemukan sendiri-

sendiri, tapi umumnya merupakan proses campuran.

2.7 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik sakit perut pada bayi dan anak bergantung pada umur penderita. Pedoman

yang dipakai untuk menyatakan seorang bayi atau anak sakit perut adalah sebagai berikut 1.

• 0-3 bulan : umumnya digambarkan dengan adanya muntah.

• 3 bln-2 th : muntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya trauma yang dapat

menerangkannya.

6

Page 7: REferat

• 2 th–5 th : dapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum tepat.

• > 5 th : dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut.

Sakit perut berulang variasinya cukup luas baik dalam hal frekuensi, waktu, intensitas, lokasi

dan gejala yang mengikuti. Mual, keringat, dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi sering

menyertai sakit perut berulang. Gejala klinis sakit perut berulang yang klasik dapat dilihat

pada tabel 4. Pada sakit perut berulang dengan gambaran klasik ini, etiologinya bukan

kelainan organik 3. Diketahui tiga tipe sakit perut berulang yaitu : kolik periumbilikus (paling

sering), peptic symptoms’s (hampir sama dengan dispepsia non ulser pada dewasa) dan nyeri

perut bawah dengan gangguan buang air besar (ekivalen dengan sindrom usus iritabel).

Gejala klinis ini dapat menetap sampai dewasa pada 30-50% kasus. Sakit perut berulang

merupakan salah satu manifestasi dini dari irritable bowel syndrome7.

Tabel 4. Gejala klinis sakit perut berulang klasik.

Paroksimal

Daerah perlumbilikus atau suprapubis

Nyeri berlangsung kurang satu jam

Nyeri tidak menjalar, kram atau tajam, tak membangunkan anak malam hari

Nyeri tidak berhubungan dengan makanan, aktifitas, kebiasaan buang air besar

Mengganggu aktivitas

Di antara dua episode terdapat masa bebas gejala

Pemeriksaan fisik (N), kecuali kadang-kadang sakit perut di kiri bawah

Nilai laboratorium (N)

2.8 Diagnosis

Anamnesis 1,6

• Usia: Sakit perut berulang biasanya terjadi pada usia 5-14 tahun.

• Jenis kelamin: Perempuan lebih sering mengalami sakit perut berulang dibandingkan laki-

laki (5:3).

• Riwayat sakit perut.

a. Lokalisasi.

7

Page 8: REferat

Sakit yang disebabkan gangguan saluran pencernaan bagian atas biasanya dirasakan di daerah

epigastrium. Gangguan di ileum distal dan appendiks dirasakan di daerah perut kanan bawah.

Rasa sakit yang disebabkan oleh infeksi usus ataupun gangguan psikis lokalisasinya sukar

ditentukan.

b. Sifat dan faktor yang menambah / mengurangi rasa sakit

Sakit yang berasal dari spasme otot polos usus, traktus urinarius, traktus biliaris, biasanya

berupa kolik yang sukar ditentukan lokalisasinya dengan tepat dan tidak dipengaruhi oleh

adanya batuk atau penekanan abdomen. Sakit yang berasal dari iritasi peritoneum akan terasa

menetap di tempat iritasi dan menghebat bila penderita batuk atau ditekan perutnya.

c. Waktu timbul

Waktu timbul yang dialami oleh sang anak dipengaruhi oleh apa saja. Misalkan dapat

dipengaruhi oleh jenis makanan, pola aktivitas dan lainnya.

d. Lama sakit perut

Lamanya anak mengalami sangat perut juga sangat berpengaruh kepada hasil diagnosis

nantinya.

e. Frekuensi

Begitu pula dengan freukensi, kadar seringnya terjadi nyeri perut juga dapat menentukan

hasil diagnosa dan pentalaksanaan yang dapat diberikan dengan segera kepada anak.

f. Gejala yang mengiringi

- Pola defekasi - Pola kencing - Siklus Haid

g. Akibat sakit perut pada anak:

a) Terdapatkah kemunduran kesehatan pada anak tersebut?

b) Bagaimana nafsu makan anak?

h. Gejala / gangguan traktus respiratorius

Adanya gangguan pada respiratori, bisa menyebabkan terjadinya nyeri perut pada anak.

i.Gangguan muskuloskeletal

8

Page 9: REferat

Nyeri perut ini, juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan ataupun kelainan pada

muskuloskeletal.

j. Aspek psikososial:

a. Pola hidup dan kebiasaan pola tidur, aktivitas sehari-hari, makanan, penggunaan

toilet.

b. Lingkungan: tetangga, sekolah, perkawinan orang tua, keadaan rumah, persaingan

sesama saudara kandung, beban keuangan, disiplin yang terlalu kaku.

c. Temperamen, pola respon yang dipelajari: bagaimana anak mengatasi stress di

masa lampau, gampang bergaul, kaku, perfeksionis, obsesif, depresi kronik, sulit

diatur

k. Trauma

Trauma tumpul dapat menyebabkan hematoma subserosal ataupun pankreatitis

l. Penyakit yang pernah diderita dalam keluarga

Adakah di antara− keluarga yang menderita kista fibrosis, pankreatisis, ulkus peptikum, kolon

irritable. Adakah faktor stress dalam keluarga. Pada anamnesis yang teliti kita sudah dapat

mengetahui apakah penyebab sakit perut berulang itu kelainan organik atau bukan6,7.

Tabel 5. Tanda peringatan sakit perut berulang yang disebabkan kelainan organik

1. Nyeri terlokalisir, jauh dari garis tengah

2. Nyeri menjalar (punggung, bahu, ektremitas bawah)

3. Membangunkan anak pada malam hari

4. Timbul tiba-tiba

5. Muntah

6. Gangguan motilitas (diare, obstripusi, inkontinensia)

7. Pendarahan saluran cerna

8. Dysuria

9. Gangguan tumbuh kembang

10. Gejala sistemik : panas, arthalgia, ruam kulit

11. Riwayat keluarga : ulkus peptikum, H pylori, intoleransi laktosa, IBD

12. Kesadaran sesudah episode

9

Page 10: REferat

13. Usia kurang dari 4 tahun atau lebih 15 tahun

2.9 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan lengkap mulai dari kepala sampai keujung kaki

walaupun titik beratnya pada abdomen. Perhatikan keadaan umum anak dan posisi anak pada

waktu berjalan atau waktu tidur di tempat periksa. Jika ia terbaring diam dan kesakitan bila

berubah posisi maka ini mungkin tanda abdomen akut.3

Pemeriksaan pada abdomen harus dilakukan pada posisi anak yang santai dan dilihat/dicari:

asimetri perut, bentuk perut (buncit, skapoid), gambaran usus, nyeri terlokalisasi, adanya

ketegangan dinding perut baik sebelum atau sesudah rangsangan tangan, massa tumor, cairan

ascites, nyeri tekan, bagaimana bising usus di seluruh perut dan colok dubur.1 Perlu dicari

tanda-tanda kedaruratan seperti dinding abdomen yang kaku, defens muskuler, nyeri tekan

dan nyeri lepas.

Disamping itu perlu juga dicari kemungkinan adanya hernia inguinalis strangulata atau

inkarserata dan pneumonia4. Perhatikan keadaan umum pasien, apakah tampak sakit ringan,

sedang, atau berat. Bila sangat berat dan disertai muntah hebat kemungkinan besar kasus

bedah. Sakit perut yang timbul karena rangsangan, batuk, nafas dalam dan pergerakan

kemungkinan disebabkan peritonitis.

Bila nyeri terasa saat pasien membungkuk mungkin disebabkan oleh pankreatitis. Bila

disertai diare, muntah dan kencing sedikit berarti sudah terdapat dehidrasi. Pemeriksaan perut

harus dilakukan dalam keadaan lemas (relaks). Perut yang tegang, adanya tahanan, nyeri

tekan dan nyeri lepas mungkin merupakan kasus bedah, karena pada infeksi saluran cerna

biasanya hanya terdapat nyeri tekan demikian pula dengan adenitis mesenterik.

Perut yang kembung (meteorismus) bisa disebabkan adanya intoleransi karbohidrat.

Perhatikan adanya hernia atau pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis) didaerah lipat

paha (inguinal). Lihat juga apakah ada purpura terutama didaerah bokong dan punggung kaki,

ada atau tidaknya pneumonia dan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih baik bagian

atas atau bagian bawah.6,7

2.10 Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

Mengingat begitu luasnya daftar diagnosis banding untuk sakit perut, maka berbagai prosedur

pemeriksaan dapat saja dilakukan untuk mencari penyebabnya, tapi perlu diingat bahwa

prosedur tersebut memerlukan biaya dan sering tidak memberikan hasil positif. Lagipula

beberapa pemeriksaan bersifat invasif dan menyakitkan anak, oleh karena itu anamnesis yang

10

Page 11: REferat

cermat dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruh dapat mengarahkan pada

prosedur pemeriksaan yang diperlukan.8

A.Pemeriksaan laboratorium

Apusan darah dengan gambaran anemia zat besi dapat menyertai kehilangan darah kronik.

Leukositosis biasanya menyertai infeksi saluran kemih dan usus, tetapi infeksi Salmonella

biasanya leukopenia. Laju endap darah meningkat pada infeksi usus. Pemeriksaan ureum dan

elektrolit darah penting pada diare dengan dehidrasi.7

Pemeriksaan urin perlu dilakukan untuk menentukan adanya infeksi saluran kemih, batu

saluran kemih, kelainan hepatobilier, glomerulonefritis akut dan sindrom nefrotik.8

Analisis tinja dapat dilakukan untuk melihat adanya kelainan hepatobilier, kerusakan

pankreas, infeksi bakteri atau parasit, alergi protein susu sapi, kelainan bedah (invaginasi)

dan malabsorpsi karbohidrat yang sering ditemukan pada sindrom usus inflamatorik.

Intoleransi laktosa dapat diperiksa dengan mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja6,7.

Pemeriksaan biokimia seperti klirens urea, kreatinin, amilase dan lipase dapat membantu

mengetahui adanya kelainan pada pankreas, hati dan sistem bilier. 6

B.Pemeriksaan penunjang

Foto polos abdomen, berbaring dan tegak sangat penting untuk melihat obstruksi usus, massa

atau tinja dalam kolon, kalsifikasi pada pankreatitis kronik dan beberapa jenis tumor, batu

empedu dan gambaran mukosa usus pada colitis ulseratif kronik.

Foto polos tiga posisi sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya obstruksi dan

kelainan diluar traktus digestivus. Foto polos perut dan pielografi intravena penting untuk

menegakkan diagnosis traktus urinarius dan batu di dalam saluran kemih 3,4. Barium kontras

X-Ray merupakan indikasi utama untuk menentukan kelainan pada saluran pencernaan

bagian atas seperti ulkus peptikum dan lesi peradangan kronik. Pemeriksaan barium meal

untuk melihat kelainan usus halus.

Double contrast enema untuk melihat kelainan mukosa secara terperinci. Kolesistografi

dilakukan untuk melihat malfungsi saluran empedu atau batu empedu. Pemeriksaan

kolangiografi atas indikasi bila dicurigai adanya kista koledokus atau pankreatitis.

Pemeriksaan kontras saluran kemih (IVP, sistogram, dll) bila dicurigai adanya infeksi atau

disfungsi saluran kemih. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilakukan bila diduga

adanya kelainan perut dan hepatobilier.

11

Page 12: REferat

Electroensefalograf (EEG), Electromiograf (EMG), Electrocardiograf (EKG) untuk

menyokong kecurigaan pada epilepsi perut, spasmofilia atau hipokalsemia7. Pemeriksaan

sigmoidoskopi dan kolonoskopi dilakukan untuk mendeteksi kolitis ulserativa, kolitis

pseudomembran atau penyakit Crohn. Pemeriksaan endoskopi dan radiologi dikerjakan

apabila gejala klinis tidak memperlihatkan perbaikan dan masih dipikirkan keterlibatan

kelainan organik seperti ulkus peptikum, lesi peradangan kronik pada lambung atau

duodenum6,7.

Pemeriksaan psikologik perlu dilakukan bila diduga kemungkinan penyebab psikogenik atau

pada pemeriksaan lainnya tidak ditemukan kelainan. Oleh karena sebagian besar penyebab

sakit perut tidak diketahui maka perlu dipilih pemeriksaan mana saja yang benar-benar harus

dilakukan dan tahap-tahapnya sehingga tidak membebani anak dan keluarga dengan

pemeriksaan yang tidak perlu atau sebaliknya ada pemeriksaan yang perlu dilakukan tetapi

terlewati.8

2.11 Kriteria Diagnosis

Keluhan saluran cerna fungsional umumnya bersifat kronis atau rekuren. Pendekatan

diagnosis sangat bergantung kepada kemampuan anak mengemukakan keluhan yang

dirasakannya, sehingga beberapa kelainan tidak ditemukan pada anak di bawah usia tertentu.

Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh hanya berdasarkan

ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Perlu diingat bahwa kelainan organik

yang berkepanjangan juga akan memberikan dampak gangguan emosi pada seorang anak,

karena itu anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang lengkap merupakan hal

terpenting dalam melakukan evaluasi anak dengan sakit perut9.

Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik

ditemukan beberapa hal yaitu seperti pada tabel 5 di atas. Diagnosis nyeri perut yang banyak

digunakan saat ini adalah Kriteria Rome.

Kriteria Rome membagi keluhan nyeri perut non-organik menjadi 5 kategori diagnosis,

yaitu6,7,9:

1. Dispepsia Fungsional

Dispepsia adalah rasa sakit atau tidak nyaman (discomfort) pada perut bagian atas (di atas

umbilikus). Keluhan telah dirasakan selama paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan,

dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Rasa sakit tidak berhubungan dengan pola defekasi dan

bentuk tinja.

12

Page 13: REferat

Berdasarkan gejala klinis, Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu:

(1) Ulcer like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa sakit,

(2) dysmotility like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa tidak nyaman,

(3) Unspecified (non specific) dyspepsia, bila keluhan yang disampaikan pasien tidak

memenuhi kriteria ulcer atau dysmotility dyspepsia. Rasa tidak nyaman dapat berupa

rasa penuh, cepat kenyang, sering sendawa, mual, retching, atau muntah. Semua

keluhan di atas mencerminkan gangguan pada saluran cerna atas.

2. Sindrom Usus Iritabel

Sakit perut atau rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan perubahan pola defekasi dan

bentuk tinja. Anak telah cukup matang untuk menjelaskan rasa sakit yang dialami selama

paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.

Keluhan akan hilang setelah defekasi. Kemungkinan adanya kelainan organik perlu

dipikirkan bila ditemukan rasa sakit pada malam hari, diare, perdarahan per rektum, demam

atau penurunan berat badan dan riwayat sindrom usus iritabel dalam keluarga.

3. Nyeri perut fungsional

Sakit dirasakan di daerah periumbilikus berlangsung secara terus menerus pada anak usia

sekolah atau remaja, tidak berhubungan dengan keadaan fisiologis seperti makan, defekasi,

atau menstruasi, beberapa kasus mengganggu aktivitas sehari-hari. Episode berlangsung

kurang dari 1 jam, bahkan kadangkala hanya berlangsung beberapa menit. Rasa sakit

umumnya tidak sampai membangunkan anak pada saat tidur, tetapi sakit yang dirasakan pada

malam hari seringkali menyebabkan anak tidak dapat tidur. Anak umumnya mempunyai

masalah emosi, sifat perfeksionis, kesulitan belajar, dan orangtua mempunyai harapan yang

terlalu besar kepada anak. Anak sering pula mengeluh sakit kepala, mual (tanpa muntah), dan

letih. Faktor psikologis berupa kecemasan atau depresi, gejala somatisasi, serta fobia sekolah

perlu dipikirkan.

4. Migren perut

Sakit perut timbul secara paroksismal pada daerah garis tengah perut, non-kolik, berlangsung

selama beberapa jam sampai beberapa hari dan diselingi periode tidak sakit selama beberapa

minggu hingga beberapa bulan. Keluhan lain (minimal 2 keluhan) seperti sakit kepala, takut

terhadap cahaya, riwayat migren di dalam keluarga, sakit kepala pada satu sisi, dan aura

sebagai prodomal serangan sakit (visual, sensorik, atau motorik) juga ditemukan pada anak

13

Page 14: REferat

dengan migren perut. Keluhan telah berlangsung dalam kurun waktu 12 bulan dengan

minimal 3 kali serangan.

5. Erofagia

Udara yang tertelan dapat menyebabkan distensi perut secara berlebihan sehingga

mengganggu masukan minum/makan anak. Keluhan berlangsung selama minimal 12 minggu,

tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Pada anamnesis dan pemeriksaan

fisis terlihat distensi perut akibat adanya udara di dalam lumen usus, sendawa berulang kali,

dan sering flatus. Erofagia seringkali tidak terlalu diperhatikan oleh orangtua. Erofagia perlu

dipikirkan apabila pada saat pemeriksaan fisis ditemukan suara menelan berulang kali yang

disertai keluhan tersebut di atas. Keluhan dan gejala klinis akan hilang pada saat tidur.

Kecemasan yang dialami oleh seorang anak dapat menyebabkan perilaku menelan secara

berlebihan1.

2.11 Penatalaksanaan

Pertama kali yang harus diperhatikan dalam menghadapi nyeri perut pada anak adalah

memilah apakah kelainan fungsional (kelainan organik) atau psikogenik (psikosomatik) yang

mendasari keluhan tersebut. Pemeriksaan penunjang tidak menjadi urutan pertama pada nyeri

perut tanpa gejala-gejala yang pasti. Meskipun belum disepakati oleh semua negara tetapi

sebagian besar sudah menyetujui penggunaan Kriteria Rome untuk diagnosis nyeri perut

fungsional.

Tatalaksana dimulai dengan melakukan wawancara dengan anak dan orangtuanya secara

bersama-sama. Interaksi orang tua dan anak selama wawancara merupakan hal penting yang

harus diperhatikan. Penggunaan buku harian oleh orangtua dan anak untuk mencatat jenis

makanan, derajat nyeri (skor), pola defekasi dan keluhan spesifik lainnya. Dengan

pemantauan tersebut diharapkan mereka akan lebih memberikan perhatian terhadap keluhan

yang dirasakan. Anak diajak ikut serta mengevaluasi penyakitnya dengan menuliskan apa

yang dirasakan. Beberapa data perlu diketahui seperti prestasi belajar, stress emosi di

keluarga maupun di sekolah, aktivitas sosial, dan perkembangan aktivitas dalam beberapa

bulan terakhir 6,7.

Seringkali sulit untuk memilah melakukan pendekatan psikogenik atau organik, maka sesuai

dengan data epidemiologi kejadian nyeri perut pada anak, umur 4 tahun dipakai sebagai batas

umur untuk memilah melakukan pendekatan diagnostik, dimana anak di bawah 4 tahun lebih

dihubungkan dengan kelainan organik, pemeriksaan penunjang tetap dilakukan walaupun

14

Page 15: REferat

sebagian besar kasus nyeri perut pada anak tidak memperlihatkan kelainan organik. Pada

keadaan tersebut, alarm symptoms atau signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan

tata laksana. 6

Beberapa kelainan nyeri perut non-organik memerlukan medikamentosa sebagai terapi

suportif, walaupun sejauh ini penelitian kontrol mengenai terapi dispepsia fungsional pada

anak masih terbatas. Obat dan makanan yang dianggap dapat menimbulkan keluhan

sebaiknya dihentikan.

Agonis reseptor H2, Pompa Proton Inhibitor banyak diberikan pada dyspepsia, prokinetik

dapat diberikan pada dispepsia tipe dismotilitas. Faktor psikologis sebagai pencetus keluhan

perlu diketahui. Apabila faktor stres psikologis sangat menonjol, maka diperlukan kerjasama

antara dokter dan keluarga dalam menyusun strategi mengurangi faktor stres tersebut.

Penjelasan kepada anak dan orangtua tentang penyakitnya sangat diperlukan, meskipun

keluhan yang dirasakan sangat mengganggu, anak perlu tahu bahwa hal tersebut bukanlah

sesuatu yang serius.

Pencatatan harian tentang keluhan yang diderita sangat membantu dalam proses

penyembuhan. Obat-obat anti-depresi seperti imipramin atau amitriptilin digunakan pada

orang dewasa, sedangkan pada anak belum ada laporan studi kontrol. Siproheptadine efektif

pada beberapa kasus dengan sakit kepala migren dan muntah. Pada kasus dengan konstipasi

sangat dianjurkan pemberian diet tinggi serat (diet yang direkomendasikan : umur dalam

tahun + 5 gr), dan penggunaan minuman yang mengandung bikarbonat harus dihentikan7.

Pengobatan diberikan sesuai etiologi.

Pada sakit berulang fungsional pengobatan ditujukan kepada penderita dan keluarga bukan

hanya mengobati gejala. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi

kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan

dapat mengatasi rasa sakit sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik. 6,7

Penting untuk menentukan apakah nyeri perut membutuhkan suatu tindakan bedah atau tidak,

perlu dipikirkan pada keadaan sakit mendadak, kolik, tempatnya tertentu, jauh dari

umbilikus, bertambah nyeri dengan aktivitas, muntah yang berwarna hijau atau feses. Pada

keadaan ini maka anak harus dirawat di rumah sakit9.

Untuk nyeri psikogenik kadang-kadang diperlukan pula konsultasi ke psikolog dan atau

psikiater anak. Pemberian obat seperti antispasmodik, antikolinergik, antikonvulsan dan anti-

depresan tidak bermanfaat. 8

2.12 Prognosis

15

Page 16: REferat

Banyak faktor yang mempengaruhi sakit perut pada anak 6,7:

1) Anak dari keluarga yang banyak menderita sakit perut cenderung mengalami sakit

perut berulang dibanding keluarga yang normal.

2) Anak perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari sakit

perutnya daripada anak laki-laki tetapi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk

berkembang menjadi gejala lain.

3) Lebih muda anak yang menderita sakit perut (sebelum usia 6 bulan) mempunyai

kemungkinan lebih besar untuk sembuh sempurna.

16

Page 17: REferat

BAB 3

KESIMPULAN

Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Sakit perut berulang didefinisikan sebagai rasa nyeri pada perut yang berlangsung

minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan

mengganggu aktivitas sehari-hari. Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih sulit

karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non-

organik.

Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome. Terdapat

beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak, dapat berasal dari dalam

perut maupun dari luar perut. Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu

organ viseral, organ ekstra abdomen, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik,

psikosomatik.

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urin lengkap, foto

polos perut dan pielografi intravena dan elektrolit darah, biakan tinja, pH tinja dan tes reduksi

tinja (clinitest), USG abdomen, CT Scan abdomen, EEG, dan endoskopi. Pengobatan

diberikan sesuai etiologi. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi

kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan

dapat mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap keaktifan sehari-hari dapat seminimal

mungkin.

17

Page 18: REferat

DAFTAR PUSTAKA

1. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

1991. 493-6.

2. Syarif BH. Nyeri Perut Pada Anak. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Anak

FKUIRSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2008.

3. Rasquin dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Child/Adolescent.

Gastroenterology 2006;130:1527-37.

4. Khan S. Funtional Abdominal in Children. http://www.acg.gi.org/ [diakses tanggal 11

Juli 2013]

5. Medical Dictionary. Abdominal Pain. http://www.medhelp.org/ [diakses tanggal 12

Februari 2013]

6. Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang. http://www.pdpersi.co.id/ [diakses tanggal 13

Februari 2013]

7. Boediarso A.D. Sakit Perut Pada Anak. Dalam: Gastroenterologi Anak Praktis. Balai

Penerbit FKUI, Jakarta. 1988. 219-30

8. Hyman PE dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Neonate/Toddler.

Gastroenterology 2006;130:1519-26.

9. Chang L. From Rome to Los Angeles. The Rome III Criteria for the Functional GI

Disorders. http://www.medscape.com/viewarticle/533460. [diakses 12 Februari 2013].

10. Sudarmo SM. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak (Management of

vomiting in infant and children). RSUD Dr. Soetomo/FK Unair : Divisi

Gastroenterologi Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak.

18