referat
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Kadang-kadang timbulnya mendadak, tetapi sering pula perlahan-lahan.Rasa
sakitnya dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dapat terlokalisir
di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat
pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), seperti ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dan
dapat seperti dililit-lilit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-
guling. Penyebab nyeri perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut
sendiri maupun di luar perut. Sebagian besar sakit perut pada anak tidak memerlukan
tindakan bedah, cukup dengan pengobatan medikamentosa.1
Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena kriteria
diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria
diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome2. Patogenesis
nyeri perut non organik atau fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitas saluran cerna
dan hipersensitivitas viseral diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut fungsional
pada anak. Sebagian besar kasus nyeri perut pada anak merupakan nyeri perut fungsional,
oleh karena itu cukup bijaksana untuk tidak segera melakukan pemeriksaan penunjang
invasif. Nyeri perut yang berlangsung akut lebih sering dihubungkan dengan kelainan
organik, sedangkan nyeri perut yang berlangsung kronis atau berulang lebih sering
merupakan suatu kelainan non organik. Pada keadaan yang meragukan, alarm symptoms atau
signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan tatalaksana. Pendekatan diagnosis
yang cermat dan tepat sangat diperlukan untuk memberikan tatalaksana yang optimal.2
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan regio inguinalis.4 Akut abdomen
didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta
membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya.5 Dalam tulisan Markum,
Appley mengatakan sakit perut berulang didefinisikan sebagai serangan sakit perut yang
berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
dan mengganggu aktivitas sehari-hari.1
2.2 Epidemiologi
Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia 5 – 14 tahun, dengan frekuensi tertinggi
pada usia 5-10 tahun. Dalam tulisan Boediarso, Appley mengatakan sakit perut terjadi pada
10 – 12% anak laki-laki usia 5 – 10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak perempuan
cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki ( 5:3). Sakit perut ini
jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun.6
2.3 Klasifikasi
Secara garis besar, sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya
serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan
pediatrik. Selain itu juga dibagi berdasarkan umur penderita, yaitu umur di bawah 2 tahun
dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab, yaitu
penyebab yang berasal dari gastrointestinal dan luar gastrointestinal.1
2.4 Etiologi
Dari penelitian terdahulu hanya 7% kasus yang disebabkan oleh kelainan organik yang akan
menimbulkan sakit perut1,hal ini meningkat terhadap berbagai kondisi seperti konstipasi,
abdominal, gastritis, ulkus peptikum dihubungkan dengan Helycobacter pylori dan irritable
bowel syndrome. Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab
dari dalam saluran cerna, ginjal, dan lain-lain (Tabel 1). Penyebab sakit perut berulang yang
terbesar adalah faktor psikofisiologi.7 Kelainan organik sebagai diagnosis banding penyebab
sakit perut berulang telah banyak dilaporkan, tetapi hanya ditemukan pada 5-15,6% kasus.
Pada garis besarnya kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang dapat dibagi
2
menurut penyebab intra-abdominal dan extra-abdominal. Penyebab intra-abdominal dapat
diklasifikasikan lagi menurut penyebab dari dalam saluran cerna, ginjal, dan lain-lain (Tabel
1). Pada tabel 2 dapat pula dilihat kelainan organik sebagai penyebab sakit perut. Penyebab
sakit perut berulang yang terbesar adalah faktor psikofisiologi.
Tabel 1. Beberapa penyebab organik sakit perut berulang
Ekstra-Abdominal Intra-Abdominal
Keracunan timbal
Porfiria Epilepsi
Diabetes Asma
Demam rematik
"Sickle-cell anemia"
Hiperparatirodisme
Hipertrigliserid
Peritonitis
Tumor/kista Medulla
spinalis Perinkotritis
Gastrointestinal Ginjal Lain-lain
Malrotasi
Duplikasi
Stenosis
Gastritis
Hiatus hernia
Hernia inguinalis
Volvulus
Intususepsi
Colitis ulseratif
Konstipasi kronik
Intoleransi laktosa
Askariasis
Ulkus peptikum
Penyakit Crohn
Apendisitis kronik
Hiperplasia limfoid
noduler
Limfoma
Pielonefritis
Hidronefrosis
Batu ginjal
Obstruksi uretero
pelvik
Hepatomegali
Splenomegali
Kolesistitis
Kolelitiasis
Pankreatitis kronik
Kista ovarium
Endometriosis
Tabel 2.Penyebab organik sakit perut berulang
3
Saluran Urogenital Gastrointestinal Hematologi Lain-lain
Pielonefritis
Hidronefrosis Batu
ginjal Infeksi di
daerah pelvis
Dismenore Cysta
ovarium
Endometriosis
Kehamilan ektopik
Konstipasi Coeliac
Intoleransi laktosa
Refluks
gastroesofagal
H. pylori
Pankreatitis kronik
Malrotasi
Divertikulum
Meckel
Kolelitiasis
Hepatitis
Ulkus peptikum
Leukemia
Limfoma
Thalasemia
Keracunan timbal
Porfiria
Diabetes melitus
Purpura Henoch-
Schonlein
Epilepsi perut
Migrain
Hiperlipidemia
Edema angioneurotik
2.5 Patofisiologi
Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada6:
1. Visera perut
2. Organ lain di luar perut
3. Lesi pada susunan saraf spinal
4. Gangguan metabolik
5. Psikosomatik
Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang
berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut
saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang
dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa,
lapisan muskularis dan serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan
saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia.
Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke
talamus, kemudian ke konteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh
regangan atau akibat penurunan ambang batas nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini
khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan
visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai
4
medula spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls
nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura
hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis,
ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th
11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan
kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium
maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks spinals segmentalis.
Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas patofisiologi dan
patogenesisnya.
Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan kelainan
organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang
fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan
fisiologik dapat berperan sebagai mediator sebagai mediator atau moderator dari sakit perut
berulang fungsional (Tabel 3).6
Psikologis Fisiologis
Faktor stress
Depresi
Ikatan Keluarga
"Operant conditioning"
Somatisasi
Intoleransi
Dismotilitas usus
Konstipasi
Ketidakstabilan otonom
Juga diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional dengan tipe
kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna. Pada anggota
keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan psikosomatik seperti migrain, kolon
iritabel6. Hubungan antara sistem susunan saraf pusat dan saluran cerna yang sangat
kompleks mungkin dapat membantu menjelaskan patofosiologi sakit perut berulang
fungsional.
2.6 Patogenesis
Hipersensitivitas visera diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut non-organik
pada anak. Gangguan motilitas terlihat pada anak yang dilakukan pemeriksaan manometri.
Pada pemeriksaan manometri terlihat peningkatan intensitas kontraksi otot pada usus halus
5
dan usus besar, serta waktu singgah di dalam usus yang lambat (delayed intestinal transit
time).
Konsep keterlibatan hipersensitivitas visera didapat dari penelitian yang memperlihatkan
perubahaan ambang reseptor pada dinding saluran cerna, perubahan modulasi dalam
mengkonduksi impuls sensorik, dan perubahan ambang kesadaran di susunan saraf pusat
pada pasien dengan irritable bowel syndrome. Peranan inflamasi dan imunomodulasi dalam
patogenesis sakit perut fungsional, perlu dipertimbangkan dengan ditemukannya proses
inflamasi nonspesifik pada biopsi jaringan saluran cerna3. Mekanisme timbulnya sakit perut
organik, adalah7:
1. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, oklusi akibat torsi atau penekanan
seperti pada kista ovarium terpuntir dan jepitan usus pada invaginasi.
2. Peradangan. Peradangan organ di dalam rongga peritonium menimbulkan rasa sakit
bila proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis. Mekanisme perjalaran
nyeri sama seperti peradangan pada umumnya yang disalurkan melalui persyarafan
somatik.
3. Gangguan pasase. Nyeri bisa ditimbulkan oleh adanya gangguan pasase atau obtruksi
organ yang berbentuk pembuluh, baik yang terdapat di dalam rongga peritoneal atau
pun retroperitoneal. Bila pasase dalam saluran-saluran tersebut terganggu akan
timbul rasa sakit akibat tekanan intra lumen yang meninggi di bagian proksimal
sumbatan. Sakit dirasakan hilang timbul atau terus menerus dengan puncak nyeri yang
hebat (kolik).
4. Penarikan dan peregangan peritoneum viseralis. Penarikan dan peregangan pada
peritoneum viseral dapat merangsang terjadinya nyeri yang bersifat tumpul (dull
pain).
Dalam prakteknya, keempat mekanisme timbulnya sakit perut jarang ditemukan sendiri-
sendiri, tapi umumnya merupakan proses campuran.
2.7 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik sakit perut pada bayi dan anak bergantung pada umur penderita. Pedoman
yang dipakai untuk menyatakan seorang bayi atau anak sakit perut adalah sebagai berikut 1.
• 0-3 bulan : umumnya digambarkan dengan adanya muntah.
• 3 bln-2 th : muntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya trauma yang dapat
menerangkannya.
6
• 2 th–5 th : dapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum tepat.
• > 5 th : dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut.
Sakit perut berulang variasinya cukup luas baik dalam hal frekuensi, waktu, intensitas, lokasi
dan gejala yang mengikuti. Mual, keringat, dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi sering
menyertai sakit perut berulang. Gejala klinis sakit perut berulang yang klasik dapat dilihat
pada tabel 4. Pada sakit perut berulang dengan gambaran klasik ini, etiologinya bukan
kelainan organik 3. Diketahui tiga tipe sakit perut berulang yaitu : kolik periumbilikus (paling
sering), peptic symptoms’s (hampir sama dengan dispepsia non ulser pada dewasa) dan nyeri
perut bawah dengan gangguan buang air besar (ekivalen dengan sindrom usus iritabel).
Gejala klinis ini dapat menetap sampai dewasa pada 30-50% kasus. Sakit perut berulang
merupakan salah satu manifestasi dini dari irritable bowel syndrome7.
Tabel 4. Gejala klinis sakit perut berulang klasik.
Paroksimal
Daerah perlumbilikus atau suprapubis
Nyeri berlangsung kurang satu jam
Nyeri tidak menjalar, kram atau tajam, tak membangunkan anak malam hari
Nyeri tidak berhubungan dengan makanan, aktifitas, kebiasaan buang air besar
Mengganggu aktivitas
Di antara dua episode terdapat masa bebas gejala
Pemeriksaan fisik (N), kecuali kadang-kadang sakit perut di kiri bawah
Nilai laboratorium (N)
2.8 Diagnosis
Anamnesis 1,6
• Usia: Sakit perut berulang biasanya terjadi pada usia 5-14 tahun.
• Jenis kelamin: Perempuan lebih sering mengalami sakit perut berulang dibandingkan laki-
laki (5:3).
• Riwayat sakit perut.
a. Lokalisasi.
7
Sakit yang disebabkan gangguan saluran pencernaan bagian atas biasanya dirasakan di daerah
epigastrium. Gangguan di ileum distal dan appendiks dirasakan di daerah perut kanan bawah.
Rasa sakit yang disebabkan oleh infeksi usus ataupun gangguan psikis lokalisasinya sukar
ditentukan.
b. Sifat dan faktor yang menambah / mengurangi rasa sakit
Sakit yang berasal dari spasme otot polos usus, traktus urinarius, traktus biliaris, biasanya
berupa kolik yang sukar ditentukan lokalisasinya dengan tepat dan tidak dipengaruhi oleh
adanya batuk atau penekanan abdomen. Sakit yang berasal dari iritasi peritoneum akan terasa
menetap di tempat iritasi dan menghebat bila penderita batuk atau ditekan perutnya.
c. Waktu timbul
Waktu timbul yang dialami oleh sang anak dipengaruhi oleh apa saja. Misalkan dapat
dipengaruhi oleh jenis makanan, pola aktivitas dan lainnya.
d. Lama sakit perut
Lamanya anak mengalami sangat perut juga sangat berpengaruh kepada hasil diagnosis
nantinya.
e. Frekuensi
Begitu pula dengan freukensi, kadar seringnya terjadi nyeri perut juga dapat menentukan
hasil diagnosa dan pentalaksanaan yang dapat diberikan dengan segera kepada anak.
f. Gejala yang mengiringi
- Pola defekasi - Pola kencing - Siklus Haid
g. Akibat sakit perut pada anak:
a) Terdapatkah kemunduran kesehatan pada anak tersebut?
b) Bagaimana nafsu makan anak?
h. Gejala / gangguan traktus respiratorius
Adanya gangguan pada respiratori, bisa menyebabkan terjadinya nyeri perut pada anak.
i.Gangguan muskuloskeletal
8
Nyeri perut ini, juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan ataupun kelainan pada
muskuloskeletal.
j. Aspek psikososial:
a. Pola hidup dan kebiasaan pola tidur, aktivitas sehari-hari, makanan, penggunaan
toilet.
b. Lingkungan: tetangga, sekolah, perkawinan orang tua, keadaan rumah, persaingan
sesama saudara kandung, beban keuangan, disiplin yang terlalu kaku.
c. Temperamen, pola respon yang dipelajari: bagaimana anak mengatasi stress di
masa lampau, gampang bergaul, kaku, perfeksionis, obsesif, depresi kronik, sulit
diatur
k. Trauma
Trauma tumpul dapat menyebabkan hematoma subserosal ataupun pankreatitis
l. Penyakit yang pernah diderita dalam keluarga
Adakah di antara− keluarga yang menderita kista fibrosis, pankreatisis, ulkus peptikum, kolon
irritable. Adakah faktor stress dalam keluarga. Pada anamnesis yang teliti kita sudah dapat
mengetahui apakah penyebab sakit perut berulang itu kelainan organik atau bukan6,7.
Tabel 5. Tanda peringatan sakit perut berulang yang disebabkan kelainan organik
1. Nyeri terlokalisir, jauh dari garis tengah
2. Nyeri menjalar (punggung, bahu, ektremitas bawah)
3. Membangunkan anak pada malam hari
4. Timbul tiba-tiba
5. Muntah
6. Gangguan motilitas (diare, obstripusi, inkontinensia)
7. Pendarahan saluran cerna
8. Dysuria
9. Gangguan tumbuh kembang
10. Gejala sistemik : panas, arthalgia, ruam kulit
11. Riwayat keluarga : ulkus peptikum, H pylori, intoleransi laktosa, IBD
12. Kesadaran sesudah episode
9
13. Usia kurang dari 4 tahun atau lebih 15 tahun
2.9 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan lengkap mulai dari kepala sampai keujung kaki
walaupun titik beratnya pada abdomen. Perhatikan keadaan umum anak dan posisi anak pada
waktu berjalan atau waktu tidur di tempat periksa. Jika ia terbaring diam dan kesakitan bila
berubah posisi maka ini mungkin tanda abdomen akut.3
Pemeriksaan pada abdomen harus dilakukan pada posisi anak yang santai dan dilihat/dicari:
asimetri perut, bentuk perut (buncit, skapoid), gambaran usus, nyeri terlokalisasi, adanya
ketegangan dinding perut baik sebelum atau sesudah rangsangan tangan, massa tumor, cairan
ascites, nyeri tekan, bagaimana bising usus di seluruh perut dan colok dubur.1 Perlu dicari
tanda-tanda kedaruratan seperti dinding abdomen yang kaku, defens muskuler, nyeri tekan
dan nyeri lepas.
Disamping itu perlu juga dicari kemungkinan adanya hernia inguinalis strangulata atau
inkarserata dan pneumonia4. Perhatikan keadaan umum pasien, apakah tampak sakit ringan,
sedang, atau berat. Bila sangat berat dan disertai muntah hebat kemungkinan besar kasus
bedah. Sakit perut yang timbul karena rangsangan, batuk, nafas dalam dan pergerakan
kemungkinan disebabkan peritonitis.
Bila nyeri terasa saat pasien membungkuk mungkin disebabkan oleh pankreatitis. Bila
disertai diare, muntah dan kencing sedikit berarti sudah terdapat dehidrasi. Pemeriksaan perut
harus dilakukan dalam keadaan lemas (relaks). Perut yang tegang, adanya tahanan, nyeri
tekan dan nyeri lepas mungkin merupakan kasus bedah, karena pada infeksi saluran cerna
biasanya hanya terdapat nyeri tekan demikian pula dengan adenitis mesenterik.
Perut yang kembung (meteorismus) bisa disebabkan adanya intoleransi karbohidrat.
Perhatikan adanya hernia atau pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis) didaerah lipat
paha (inguinal). Lihat juga apakah ada purpura terutama didaerah bokong dan punggung kaki,
ada atau tidaknya pneumonia dan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih baik bagian
atas atau bagian bawah.6,7
2.10 Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
Mengingat begitu luasnya daftar diagnosis banding untuk sakit perut, maka berbagai prosedur
pemeriksaan dapat saja dilakukan untuk mencari penyebabnya, tapi perlu diingat bahwa
prosedur tersebut memerlukan biaya dan sering tidak memberikan hasil positif. Lagipula
beberapa pemeriksaan bersifat invasif dan menyakitkan anak, oleh karena itu anamnesis yang
10
cermat dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruh dapat mengarahkan pada
prosedur pemeriksaan yang diperlukan.8
A.Pemeriksaan laboratorium
Apusan darah dengan gambaran anemia zat besi dapat menyertai kehilangan darah kronik.
Leukositosis biasanya menyertai infeksi saluran kemih dan usus, tetapi infeksi Salmonella
biasanya leukopenia. Laju endap darah meningkat pada infeksi usus. Pemeriksaan ureum dan
elektrolit darah penting pada diare dengan dehidrasi.7
Pemeriksaan urin perlu dilakukan untuk menentukan adanya infeksi saluran kemih, batu
saluran kemih, kelainan hepatobilier, glomerulonefritis akut dan sindrom nefrotik.8
Analisis tinja dapat dilakukan untuk melihat adanya kelainan hepatobilier, kerusakan
pankreas, infeksi bakteri atau parasit, alergi protein susu sapi, kelainan bedah (invaginasi)
dan malabsorpsi karbohidrat yang sering ditemukan pada sindrom usus inflamatorik.
Intoleransi laktosa dapat diperiksa dengan mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja6,7.
Pemeriksaan biokimia seperti klirens urea, kreatinin, amilase dan lipase dapat membantu
mengetahui adanya kelainan pada pankreas, hati dan sistem bilier. 6
B.Pemeriksaan penunjang
Foto polos abdomen, berbaring dan tegak sangat penting untuk melihat obstruksi usus, massa
atau tinja dalam kolon, kalsifikasi pada pankreatitis kronik dan beberapa jenis tumor, batu
empedu dan gambaran mukosa usus pada colitis ulseratif kronik.
Foto polos tiga posisi sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya obstruksi dan
kelainan diluar traktus digestivus. Foto polos perut dan pielografi intravena penting untuk
menegakkan diagnosis traktus urinarius dan batu di dalam saluran kemih 3,4. Barium kontras
X-Ray merupakan indikasi utama untuk menentukan kelainan pada saluran pencernaan
bagian atas seperti ulkus peptikum dan lesi peradangan kronik. Pemeriksaan barium meal
untuk melihat kelainan usus halus.
Double contrast enema untuk melihat kelainan mukosa secara terperinci. Kolesistografi
dilakukan untuk melihat malfungsi saluran empedu atau batu empedu. Pemeriksaan
kolangiografi atas indikasi bila dicurigai adanya kista koledokus atau pankreatitis.
Pemeriksaan kontras saluran kemih (IVP, sistogram, dll) bila dicurigai adanya infeksi atau
disfungsi saluran kemih. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilakukan bila diduga
adanya kelainan perut dan hepatobilier.
11
Electroensefalograf (EEG), Electromiograf (EMG), Electrocardiograf (EKG) untuk
menyokong kecurigaan pada epilepsi perut, spasmofilia atau hipokalsemia7. Pemeriksaan
sigmoidoskopi dan kolonoskopi dilakukan untuk mendeteksi kolitis ulserativa, kolitis
pseudomembran atau penyakit Crohn. Pemeriksaan endoskopi dan radiologi dikerjakan
apabila gejala klinis tidak memperlihatkan perbaikan dan masih dipikirkan keterlibatan
kelainan organik seperti ulkus peptikum, lesi peradangan kronik pada lambung atau
duodenum6,7.
Pemeriksaan psikologik perlu dilakukan bila diduga kemungkinan penyebab psikogenik atau
pada pemeriksaan lainnya tidak ditemukan kelainan. Oleh karena sebagian besar penyebab
sakit perut tidak diketahui maka perlu dipilih pemeriksaan mana saja yang benar-benar harus
dilakukan dan tahap-tahapnya sehingga tidak membebani anak dan keluarga dengan
pemeriksaan yang tidak perlu atau sebaliknya ada pemeriksaan yang perlu dilakukan tetapi
terlewati.8
2.11 Kriteria Diagnosis
Keluhan saluran cerna fungsional umumnya bersifat kronis atau rekuren. Pendekatan
diagnosis sangat bergantung kepada kemampuan anak mengemukakan keluhan yang
dirasakannya, sehingga beberapa kelainan tidak ditemukan pada anak di bawah usia tertentu.
Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh hanya berdasarkan
ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Perlu diingat bahwa kelainan organik
yang berkepanjangan juga akan memberikan dampak gangguan emosi pada seorang anak,
karena itu anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang lengkap merupakan hal
terpenting dalam melakukan evaluasi anak dengan sakit perut9.
Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
ditemukan beberapa hal yaitu seperti pada tabel 5 di atas. Diagnosis nyeri perut yang banyak
digunakan saat ini adalah Kriteria Rome.
Kriteria Rome membagi keluhan nyeri perut non-organik menjadi 5 kategori diagnosis,
yaitu6,7,9:
1. Dispepsia Fungsional
Dispepsia adalah rasa sakit atau tidak nyaman (discomfort) pada perut bagian atas (di atas
umbilikus). Keluhan telah dirasakan selama paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan,
dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Rasa sakit tidak berhubungan dengan pola defekasi dan
bentuk tinja.
12
Berdasarkan gejala klinis, Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu:
(1) Ulcer like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa sakit,
(2) dysmotility like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa tidak nyaman,
(3) Unspecified (non specific) dyspepsia, bila keluhan yang disampaikan pasien tidak
memenuhi kriteria ulcer atau dysmotility dyspepsia. Rasa tidak nyaman dapat berupa
rasa penuh, cepat kenyang, sering sendawa, mual, retching, atau muntah. Semua
keluhan di atas mencerminkan gangguan pada saluran cerna atas.
2. Sindrom Usus Iritabel
Sakit perut atau rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan perubahan pola defekasi dan
bentuk tinja. Anak telah cukup matang untuk menjelaskan rasa sakit yang dialami selama
paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.
Keluhan akan hilang setelah defekasi. Kemungkinan adanya kelainan organik perlu
dipikirkan bila ditemukan rasa sakit pada malam hari, diare, perdarahan per rektum, demam
atau penurunan berat badan dan riwayat sindrom usus iritabel dalam keluarga.
3. Nyeri perut fungsional
Sakit dirasakan di daerah periumbilikus berlangsung secara terus menerus pada anak usia
sekolah atau remaja, tidak berhubungan dengan keadaan fisiologis seperti makan, defekasi,
atau menstruasi, beberapa kasus mengganggu aktivitas sehari-hari. Episode berlangsung
kurang dari 1 jam, bahkan kadangkala hanya berlangsung beberapa menit. Rasa sakit
umumnya tidak sampai membangunkan anak pada saat tidur, tetapi sakit yang dirasakan pada
malam hari seringkali menyebabkan anak tidak dapat tidur. Anak umumnya mempunyai
masalah emosi, sifat perfeksionis, kesulitan belajar, dan orangtua mempunyai harapan yang
terlalu besar kepada anak. Anak sering pula mengeluh sakit kepala, mual (tanpa muntah), dan
letih. Faktor psikologis berupa kecemasan atau depresi, gejala somatisasi, serta fobia sekolah
perlu dipikirkan.
4. Migren perut
Sakit perut timbul secara paroksismal pada daerah garis tengah perut, non-kolik, berlangsung
selama beberapa jam sampai beberapa hari dan diselingi periode tidak sakit selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan. Keluhan lain (minimal 2 keluhan) seperti sakit kepala, takut
terhadap cahaya, riwayat migren di dalam keluarga, sakit kepala pada satu sisi, dan aura
sebagai prodomal serangan sakit (visual, sensorik, atau motorik) juga ditemukan pada anak
13
dengan migren perut. Keluhan telah berlangsung dalam kurun waktu 12 bulan dengan
minimal 3 kali serangan.
5. Erofagia
Udara yang tertelan dapat menyebabkan distensi perut secara berlebihan sehingga
mengganggu masukan minum/makan anak. Keluhan berlangsung selama minimal 12 minggu,
tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Pada anamnesis dan pemeriksaan
fisis terlihat distensi perut akibat adanya udara di dalam lumen usus, sendawa berulang kali,
dan sering flatus. Erofagia seringkali tidak terlalu diperhatikan oleh orangtua. Erofagia perlu
dipikirkan apabila pada saat pemeriksaan fisis ditemukan suara menelan berulang kali yang
disertai keluhan tersebut di atas. Keluhan dan gejala klinis akan hilang pada saat tidur.
Kecemasan yang dialami oleh seorang anak dapat menyebabkan perilaku menelan secara
berlebihan1.
2.11 Penatalaksanaan
Pertama kali yang harus diperhatikan dalam menghadapi nyeri perut pada anak adalah
memilah apakah kelainan fungsional (kelainan organik) atau psikogenik (psikosomatik) yang
mendasari keluhan tersebut. Pemeriksaan penunjang tidak menjadi urutan pertama pada nyeri
perut tanpa gejala-gejala yang pasti. Meskipun belum disepakati oleh semua negara tetapi
sebagian besar sudah menyetujui penggunaan Kriteria Rome untuk diagnosis nyeri perut
fungsional.
Tatalaksana dimulai dengan melakukan wawancara dengan anak dan orangtuanya secara
bersama-sama. Interaksi orang tua dan anak selama wawancara merupakan hal penting yang
harus diperhatikan. Penggunaan buku harian oleh orangtua dan anak untuk mencatat jenis
makanan, derajat nyeri (skor), pola defekasi dan keluhan spesifik lainnya. Dengan
pemantauan tersebut diharapkan mereka akan lebih memberikan perhatian terhadap keluhan
yang dirasakan. Anak diajak ikut serta mengevaluasi penyakitnya dengan menuliskan apa
yang dirasakan. Beberapa data perlu diketahui seperti prestasi belajar, stress emosi di
keluarga maupun di sekolah, aktivitas sosial, dan perkembangan aktivitas dalam beberapa
bulan terakhir 6,7.
Seringkali sulit untuk memilah melakukan pendekatan psikogenik atau organik, maka sesuai
dengan data epidemiologi kejadian nyeri perut pada anak, umur 4 tahun dipakai sebagai batas
umur untuk memilah melakukan pendekatan diagnostik, dimana anak di bawah 4 tahun lebih
dihubungkan dengan kelainan organik, pemeriksaan penunjang tetap dilakukan walaupun
14
sebagian besar kasus nyeri perut pada anak tidak memperlihatkan kelainan organik. Pada
keadaan tersebut, alarm symptoms atau signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan
tata laksana. 6
Beberapa kelainan nyeri perut non-organik memerlukan medikamentosa sebagai terapi
suportif, walaupun sejauh ini penelitian kontrol mengenai terapi dispepsia fungsional pada
anak masih terbatas. Obat dan makanan yang dianggap dapat menimbulkan keluhan
sebaiknya dihentikan.
Agonis reseptor H2, Pompa Proton Inhibitor banyak diberikan pada dyspepsia, prokinetik
dapat diberikan pada dispepsia tipe dismotilitas. Faktor psikologis sebagai pencetus keluhan
perlu diketahui. Apabila faktor stres psikologis sangat menonjol, maka diperlukan kerjasama
antara dokter dan keluarga dalam menyusun strategi mengurangi faktor stres tersebut.
Penjelasan kepada anak dan orangtua tentang penyakitnya sangat diperlukan, meskipun
keluhan yang dirasakan sangat mengganggu, anak perlu tahu bahwa hal tersebut bukanlah
sesuatu yang serius.
Pencatatan harian tentang keluhan yang diderita sangat membantu dalam proses
penyembuhan. Obat-obat anti-depresi seperti imipramin atau amitriptilin digunakan pada
orang dewasa, sedangkan pada anak belum ada laporan studi kontrol. Siproheptadine efektif
pada beberapa kasus dengan sakit kepala migren dan muntah. Pada kasus dengan konstipasi
sangat dianjurkan pemberian diet tinggi serat (diet yang direkomendasikan : umur dalam
tahun + 5 gr), dan penggunaan minuman yang mengandung bikarbonat harus dihentikan7.
Pengobatan diberikan sesuai etiologi.
Pada sakit berulang fungsional pengobatan ditujukan kepada penderita dan keluarga bukan
hanya mengobati gejala. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi
kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan
dapat mengatasi rasa sakit sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik. 6,7
Penting untuk menentukan apakah nyeri perut membutuhkan suatu tindakan bedah atau tidak,
perlu dipikirkan pada keadaan sakit mendadak, kolik, tempatnya tertentu, jauh dari
umbilikus, bertambah nyeri dengan aktivitas, muntah yang berwarna hijau atau feses. Pada
keadaan ini maka anak harus dirawat di rumah sakit9.
Untuk nyeri psikogenik kadang-kadang diperlukan pula konsultasi ke psikolog dan atau
psikiater anak. Pemberian obat seperti antispasmodik, antikolinergik, antikonvulsan dan anti-
depresan tidak bermanfaat. 8
2.12 Prognosis
15
Banyak faktor yang mempengaruhi sakit perut pada anak 6,7:
1) Anak dari keluarga yang banyak menderita sakit perut cenderung mengalami sakit
perut berulang dibanding keluarga yang normal.
2) Anak perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari sakit
perutnya daripada anak laki-laki tetapi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
berkembang menjadi gejala lain.
3) Lebih muda anak yang menderita sakit perut (sebelum usia 6 bulan) mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk sembuh sempurna.
16
BAB 3
KESIMPULAN
Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Sakit perut berulang didefinisikan sebagai rasa nyeri pada perut yang berlangsung
minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih sulit
karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non-
organik.
Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome. Terdapat
beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak, dapat berasal dari dalam
perut maupun dari luar perut. Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu
organ viseral, organ ekstra abdomen, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik,
psikosomatik.
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urin lengkap, foto
polos perut dan pielografi intravena dan elektrolit darah, biakan tinja, pH tinja dan tes reduksi
tinja (clinitest), USG abdomen, CT Scan abdomen, EEG, dan endoskopi. Pengobatan
diberikan sesuai etiologi. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi
kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan
dapat mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap keaktifan sehari-hari dapat seminimal
mungkin.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
1991. 493-6.
2. Syarif BH. Nyeri Perut Pada Anak. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Anak
FKUIRSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2008.
3. Rasquin dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Child/Adolescent.
Gastroenterology 2006;130:1527-37.
4. Khan S. Funtional Abdominal in Children. http://www.acg.gi.org/ [diakses tanggal 11
Juli 2013]
5. Medical Dictionary. Abdominal Pain. http://www.medhelp.org/ [diakses tanggal 12
Februari 2013]
6. Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang. http://www.pdpersi.co.id/ [diakses tanggal 13
Februari 2013]
7. Boediarso A.D. Sakit Perut Pada Anak. Dalam: Gastroenterologi Anak Praktis. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta. 1988. 219-30
8. Hyman PE dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Neonate/Toddler.
Gastroenterology 2006;130:1519-26.
9. Chang L. From Rome to Los Angeles. The Rome III Criteria for the Functional GI
Disorders. http://www.medscape.com/viewarticle/533460. [diakses 12 Februari 2013].
10. Sudarmo SM. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak (Management of
vomiting in infant and children). RSUD Dr. Soetomo/FK Unair : Divisi
Gastroenterologi Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak.
18