rangkuman buku 1 mpkt a

19
 BAB I KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER  1. Pendahuluan Pembentukan karakter memang menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa.  Dengan kekuatan dan keutamaan karakter, orang dapat menghasilkan perasaan-perasaan posif dalam situasi apa pun. Ia juga dapat melihat sisi-sisi baik dari hidupnya sehingga ia dapat memberikan penilaian posif pula kepada hidupnya. Oleh sebab itu, pendidikan karakter juga merupakan usaha untuk membantu peserta didik mencapai kebahagiaan.  2. Kepribadian dan Karakter Allport (1937:48) mendenisikan kepribadian sebagai organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-sik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Dari denisi itu dapat dipahami bahwa kerpibadian manusia—sebagai hal yang terorganisasi—dak acak, dan unsur-unsurnya dak bekerja sendiri-sendiri. Kepribadian manusia adalah kesatuan yang teratur dengan unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain.  Allport (1937) mendenisikan karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi. Arnya, karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu. Karakter, dengan demikian, adalah kumpulan sifat mental dan es yang menandai seseorang. Kumpulan ini menentukan orang seper apa pemiliknya. Karakter juga menentukan apakah seseorang akan mencapai tujuan secara efekf, apakah ia apa adanya dalam berurusan dengan orang lain, apakah ia akan taat kepada hukum, dan sebagainya.  3. Kekuatan dan Keutamaan Karakter Peterson dan Seligman (2004) mengembangkan klasikasi keutamaan beserta pendekatan metodik untuk mengidenkasinya. Mereka mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Di sini keutamaan sebagai kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. Mereka juga menjelaskan kondisi situasional yang dapat memunculkan atau menyurutkan kekuatan-kekuatan itu, pelahan atau pembinaan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan karakter yang kuat, serta hasil -hasil posif yang dapat diperoleh seseorang yang memiliki keutamaan.  4. Membedakan Keutamaan, Kekuatan Karakter dan Tema Situasional  Hubungan antara keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter bersifat hierarkis. Keutamaan berada di level atas, lalu kekuatan di level tengah, dan tema situasional di level bawah. Keutamaan merupakan karakterisk utma dari karakter (Peterson & Seligman, 2004). Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang mendenisikan keutamaan.

Upload: fadhil-muddasir

Post on 11-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 1/19

 

BAB I

KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER 

1.  Pendahuluan

Pembentukan karakter memang menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa.  

Dengan kekuatan dan keutamaan karakter, orang dapat menghasilkan perasaan-perasaan posif 

dalam situasi apa pun. Ia juga dapat melihat sisi-sisi baik dari hidupnya sehingga ia dapat

memberikan penilaian posif pula kepada hidupnya. Oleh sebab itu, pendidikan karakter juga

merupakan usaha untuk membantu peserta didik mencapai kebahagiaan.  

2.  Kepribadian dan Karakter

Allport (1937:48) mendenisikan kepribadian sebagai organisasi dinamis dari keseluruhan sistempsiko-sik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap

lingkungannya. Dari denisi itu dapat dipahami bahwa kerpibadian manusia—sebagai hal yang

terorganisasi—dak acak, dan unsur-unsurnya dak bekerja sendiri-sendiri. Kepribadian manusia

adalah kesatuan yang teratur dengan unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain. 

Allport (1937) mendenisikan karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi. Arnya, karakter adalah

segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan disesuaikan dengan nilai dan norma

tertentu. Karakter, dengan demikian, adalah kumpulan sifat mental dan es yang menandai

seseorang. Kumpulan ini menentukan orang seper apa pemiliknya. Karakter juga menentukan

apakah seseorang akan mencapai tujuan secara efekf, apakah ia apa adanya dalam berurusan

dengan orang lain, apakah ia akan taat kepada hukum, dan sebagainya. 

3. Kekuatan dan Keutamaan Karakter

Peterson dan Seligman (2004) mengembangkan klasikasi keutamaan beserta pendekatan metodik

untuk mengidenkasinya. Mereka mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang

bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Di sini keutamaan sebagai

kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. Mereka juga menjelaskan kondisi

situasional yang dapat memunculkan atau menyurutkan kekuatan-kekuatan itu, pelahan atau

pembinaan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan karakter yang kuat, serta hasil-hasil posif 

yang dapat diperoleh seseorang yang memiliki keutamaan. 

4. Membedakan Keutamaan, Kekuatan Karakter dan Tema Situasional 

Hubungan antara keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter bersifat hierarkis. Keutamaan

berada di level atas, lalu kekuatan di level tengah, dan tema situasional di level bawah. Keutamaan

merupakan karakterisk utma dari karakter (Peterson & Seligman, 2004). Kekuatan karakter

merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang mendenisikan keutamaan.

Page 2: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 2/19

Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian kekuatan karakter. Tema situasional

dari karakter adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan

karakter dalam situasi tertentu. 

5. Kriteria karakter yang kuat 

Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan kriteria dari karakter yang kuat sehingga kita dapat

mengenalinya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ialah kriteria dari karakter yang kuat.

1. Karakter yang ciri-ciri (keutamaan yang dikandung)-nya memberikan sumbangan terhadap

pembentukan kehidupan yang baik untuk diri sendiri dan sekaligus untuk orang lain.

2. Ciri-ciri atau kekuatan yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik bagi

diri sendiri dan orang lain, bahkan walaupun tak ada keuntungan langsung yang dihasilkannya.

3. Penampilan ciri-ciri itu dak mengganggu, membatasi atau menghambat orang-orang di

sekitarnya.

4. Kekuatan karakter tampil dalam rentang ngkah laku individu yang mencakup pikiran, perasaan,

dan ndakan, serta dapat dikenali, dievaluasi dan diperbandingkan derajat kuat-lemahnya.

5. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya.

6. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal.

7. Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat posif yang lain tetapi yang saling terkait secara

erat.

8. Dalam konteks dan ruang lingkup tertentu, kekuatan karakter tertentu menjadi ciri yang

mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya.

9. Boleh jadi dak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi kebanyakan dari

ciri-ciri karakter yang kuat tampil pada orang itu.

10. Kekuatan karakter memiliki akar psiko-sosial; potensinya ada dalam diri sendiri, dan

aktualitanya dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

6. Keutamaan dan Kekuatan Karakter Yang Membentuknya 

  Kebijaksanaan dan Pengetahuan 

Kebijaksanaan dan pengetahuan merupakan keutamaan yang berkaitan dengan fungsi

kognif, yaitu tentang bagaimana mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Ada enam

kekuatan yang tercakup dalam keutamaan ini, yaitu (1) kreavitas, orisinalitas dan

kecerdasan praks, (2) rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia, (3) cinta akan

pembelajaran, (4) pikiran yang kris dan terbuka, dan (5) perspekf atau kemampuan

memahami beragam perspekf yang berbeda dan memadukannya secara sinergis untuk

pencapaian hidup yang baik. 

  Kemanusiaan dan Cinta

Page 3: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 3/19

Kemanusiaan dan cinta merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan interpersonal

dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Keutamaan ini terdiri atas kekuatan

(1) baik dan murah ha, (2) selalu memiliki waktu dan tenaga untuk membantu orang lain,

mencintai dan membolehkan diri sendiri untuk dicintai, serta (3) kecerdasan sosial dan

kecerdasan emosional. 

  Kesatriaan (Courage)

Keutamaan kesatriaan (courage) merupakan kekuatan emosional yang melibatkan kemauan

kuat untuk mencapai suatu tujuan meskipun mendapat halangan atau tentangan, baik

eksternal maupun internal. Keutamaan ini mencakup empat kekuatan, yaitu (1) untuk

menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan, (2) ketabahan atau kegigihan, tegus dan

keras ha, (3) integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar, serta (4) vitalitas,

bersemangat dan antusias. 

  Keadilan

Keutamaan keadilan ( jusce) mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu masyarakat. Ada

ga kekuatan yang tercakup di sini, yakni 1) kewarganegaraan atau kemampuan mengembantugas, dedikasi dan keseaan demi keberhasilan bersama, 2) kesetaraan (equity  dan

 fairness) perlakuan terhadap orang lain atau dak membeda-bedakan perlakuan yang

diberikan kepada satu orang dengan yang diberikan kepada orang lain, dan 3)

kepemimpinan. Keadilan adalah kekuatan sipil yang mendasari kehidupan masyarakat yang

sehat. 

  Pengelolaan Diri 

Pengelolaan diri (temperance) adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala akibat

buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena perbuatan sendiri. Di dalamnya

tercakup kekuatan (1) pemaaf dan pengampun, (2) pengendalian diri, (3) kerendahan ha,

dan (4) keha-haan ( prudence). 

  Transendensi 

Transendensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan

seluruh alam semesta dan memberi makna kepada kehidupan. Di dalam keutamaan ini

tercakup kekuatan (1) penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan; (2)

kebersyukuran (gratude) atas segala hal yang baik, (3) penuh harapan, opmis, dan

berorientasi ke masa depan, semangat dan gairah besar untuk menyongsong hari demi hari;

(4) spiritualitas: memiliki tujuan yang menuntun kepada kebersatuan dengan alam semesta,

serta (5) menikma hidup dan selera humor yang memadai.  

7. Karakter dan Spiritualitas 

Spiritualitas dapat dipahami sebagai dasar kekuatan dan keutamaan karakter manusia. Keutamaan-

keutamaan yang terkandung dalam kekuatan transendensi merupakan keutamaan yang

menghubungkan kehidupan manusia dengan seluruh alam semesta dan memberi makna kepada

kehidupan. 

Page 4: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 4/19

Karakter selalu didasari oleh spirtualitas. Daya-daya spiritual menjadi kekuatan kita untuk bertahan

dan sea menuju satu tujuan. Daya-daya itu menghindarkan kita dari godaan dan menguatkan kita

saat berada dalam situasi yang sulit. Dengan daya-daya spiritual, manusia dapat melampaui dirinya,

berkembang terus sebagai makhluk yang self -trancendence (selalu mampu berkembang melampaui

dirinya). Dengan demikian, keka kita berbicara tentang karakter maka kita juga berbicara tentang

spiritualitas, tentang daya-daya yang menguatkan dan mengembangkan manusia untuk mencapai

kehidupan yang lebih baik. 

8. Keutamaan Karakter dan Kebahagiaan 

Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian kebahagiaan. Pada akhirnya,

orang dengan watak atau karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan memberi

sumbangan posif kepada masyarakatnya. Jika dipahami bahwa in pendidikan adalah

pembentukan karakter maka seharusnyalah dicamkan pula bahwa seap pendidikan adalah

pembentukan karakter. 

BAB II

DASAR-DASAR FILSAFAT 

Pengeran Filsafat 

Jika kita pelajari lebih lanjut pemikiran-pemikiran losos sejak Yunani Kuno hingga abad ke-21,

lsafat dapat didenisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan

secara kris, radikal dan sistemas. 

Dari denisi itu dapat disimpulkan bahwa lsafat adalah usaha. Sebuah usaha adalah sebuah proses,

bukan semata produk. Dengan demikian, yang pertama-tama memiliki sifat sistemas, kris dan

radikal adalah proses memperoleh pengetahuan. Filsafat sebagai sebuah upaya adalah sebuah

proses yang terus menerus berlangsung, tak ada kata putus, berlangsung terus hingga kini. Proses

itu berisi akvitas-akvitas untuk memahami segala perwujudan kenyataan atau apa yang ada

(being). Hasrat lsafat adalah memahami apa yang ada dan mungkin ada. Apa yang hendak

diketahui lsafat tak terbatas, oleh karena itu proses pemahaman itu berlangsung terus menerus.  

Cabang dan Aliran Filsafat 

Kita dapat menemukan pembagian lsafat berdasarkan sistemaka permasalahan (Gazalba, 1979)

atau area kajian lsafat yang secara garis besar terdiri dari ontologi, epistemologi dan axiologi.  

1) Ontologi yaitu bagian lsafat yang mengkaji tentang „ada‟ (being) atau tentang apa yang nyata; 

2) Epistemologi yaitu bagian lsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup pengetahuan; dan

3) Axiologi yaitu bidang lsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya

dilakukan manusia. 

 Aliran Filsafat  

Page 5: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 5/19

Dalam perkembangan lsafat, berbagai aliran, berbagai isme bermunculan. Berikut adalah

beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan lsafat:

a. Rasionalisme: aliran dalam lsafat yang berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber

dari akal (rasio), ditegaskan di sini bahwa akal yang mampu mendapatkan pengetahuan secara

 jernih (clear ) dan lugas/terpilah (disnct ) tentang realitas.

b. Empirisme: aliran dalam lsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.

c. Krisisme: aliran lsafat yang dibangun oleh lsuf besar: Imanuel Kant. Aliran ini pada dasarnya

adalah krik terhadap rasionalisme dan empirisme yang dianggap terlalu ekstrem dalam mengkaji

pengetahuan manusia. Akal menerima bahan-bahan yang belum tertata dari pengalaman empirik,

lalu mengatur dan menerbkannya dalam kategori-kategori.

d. Idealisme: aliran lsafat yang berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental

ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subyekf. Materi dak memiki kedudukan yang

independen melainkan hanya merupakan materialisasi dari pikiran manusia.

e. Vitalisme: aliran lsafat yang memandang hidup dak dapat sepenuhnya dijelaskan secara

mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda ma. Manusia memiliki kehendak

yang mampu mengubah keadaannya yang stas menjadi lebih dinamis.

f. Fenomenologi: aliran lsafat yang mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan memandang gejala

dan kesadaran selalu saling terkait.

4. Alternaf Langkah Belajar Filsafat 

Secara ringkas, Kaso (2004:34-38) mengemukakan langkah

-langkah umum yang disarankan

dalam menganalisis dan sintesis.

1. Memaskan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya.

2. Masalah umumnya terpecahkan dengan mengiku dua langkah, yakni menguji prinsip -prinsip

kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarannya (untuk

menyimpulkan kebenaran yang lain).

3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan kebenaran.

4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan menguji

penyelesaian-penyelesaian mereka.

5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang diajukan. 

6. Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verikasi terhadap hasil-hasil penjabaran

yang telah dilakukan.

Page 6: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 6/19

Page 7: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 7/19

 

Divisi  

Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan

karakterisk tertentu. 

4.  Kalimat, Pernyataan, dan Proposisi 

Kalimat didenisikan sebagai: serangkaian kata yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa

dalam suatu bahasa, dan dapat digunakan untuk tujuan menyatakan, menanyakan, atau

memerintahkan sesuatu hal. 

Pernyataan adalah kalimat yang digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan

sesuatu yang bisa benar atau salah. 

Proposisi ialah makna yang diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata lain ar atauinterpretasi dari suatu pernyataan. 

Pernyataan Sederhana dan Pernyataan Kompleks 

Pernyataan sederhana adalah pernyataan yang hanya mengandung satu proposisi, misalnya, “ Anak 

itu menangis”. Pernyataan kompleks adalah pernyaataan yang mengandung lebih dari satu

proposisi, misalnya, “Selain gemar membaca buku, Adi juga senang menulis cerita pendek ”.

Pernyataan ini mengandung dua proposisi, yaitu “ Adi gemar membaca buku” dan “ Adi senang

menulis cerita pendek ”. 

 Jenis- jenis Pernyataan Kompleks

 

Berdasarkan hubungan di antara proposisi-proposisi yang terkandung dalam pernyataan kompleks,

ada empat jenis pernyataan kompleks, yaitu:

1)  Negasi (bukan P)

Negasi dari suatu pernyataan sederhana adalah pengingkaran atas pernyataan itu. Jika A

adalah suatu pernyataan, negasinya adalah “Tidak benar bahwa A”. Ini disingkat menjadi

“Bukan- A” atau “Bukan (A).” 

2)  Konjungsi (P dan Q) 

Suatu pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan kata dan

disebut konjungsi atau kalimat konjungf. Jika P dan Q adalah pernyataan yang merupakan

komponen, bentuk standar dari konjungsi adalah P dan Q. Komponen-komponennya

(masing-masing P dan Q) disebut konjung. Sebagai contoh, pernyataan kompleks “ Indonesia

dan Malaysia berasaskan demokrasi ” terbentuk dari dua pernyataan sederhana, masing-

masing “Indonesia berasaskan demokrasi ” dan “Malaysia berasaskan demokrasi ”. 

3)  Disjungsi (P atau Q) 

Page 8: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 8/19

Pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan kata atau disebut

disjungsi atau pernyataan disjungf. Jika P dan Q adalah pernyataan yang merupakan

komponen pernyataan kompleks, bentuk standar dari disjungsi adalah P atau Q, misalnya

“ Joko atau Padmo yang memenangkan pertandingan bulu tangkis”. 

4)  Kondisional (Jika P maka Q) 

Pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan  jika…, maka… disebut

pernyataan kondisional atau hipotesis. Jika P dan Q adalah pernyataan yang merupakan

komponen, bentuk standar dari konjungsi adalah  Jika P maka Q. Pernyataan dalam anak

kalimat yang mengandung kata jika disebut anteseden, dan pernyataan dalam anak kalimat

yang mengandung kata maka disebut konsekuen. 

Hubungan Kondisional: Kondisi Niscaya dan Kondisi yang Mencukupi 

Ada dua kondisi yang merupakan bentuk khusus dari hubungan kondisional, yaitu yang mencukupi

(sucient condion, S) dan kondisi niscaya (necessary condion, N). Hanya jika pernyataan

kondisional Jika S maka N adalah benar. Contoh:

1. Menghasilkan sperma merupakan kondisi yang mencukupi untuk membukkan bahwa seseorang

adalah laki -laki.

2. Jenis kelamin laki -laki merupakan kondisi niscaya untuk menghasilkan sperma.

3. Jika seseorang menghasilkan sperma, maka dia laki -laki.

Oleh karena pernyataan kondisional digunakan untuk menggambarkan hubungan tertentu antara

komponennya, maka kondisi yang mencukupi dan niscaya juga demikian. Ada lima jenis hubungan

itu, yang berikut ini didaarkan beserta contohnya.

1) Kausal 

a. Mencabut jantung Dul merupakan kondisi yang mencukupi untuk membunuhnya.

b. Jika kita mencabut jantung Dul, maka kita membunuhnya.

2) Konseptual 

a. Kondisi niscaya untuk tergolong manusia adalah mampu menggunakan simbol.

b. (i) Jika B adalah manusia, maka dia pas mampu menggunakan simbol.

c. (ii) Jika B dak mampu menggunakan simbol, maka dia pas bukan manusia.

3) Denisional 

a. Kondisi niscaya dan mencukupi untuk disebut mahasiswa adalah orang yang terdaar secara

resmi sebagai pelajar di perguruan nggi.

b. Jika seseorang adalah mahasiswa, maka dia adalah orang yang terdaar secara resmi sebagai 

 pelajar di perguruan nggi, dan jika ia adalah orang yang terdafatar secara resmi sebagai pelajar di 

Page 9: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 9/19

 perguruan nggi maka ia adalah seorang mahasiswa. Seseorang adalah mahasiswa jika dan hanya

 jika dia adalah orang yang terdafatar secara resmi sebagai pelajar di perguruan nggi.

4) Regulatori 

a. Lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi merupakan kondisi niscaya untuk kuliah di universitas negeri.

b. (i) Jika seseorang dapat kuliah di universitas negeri secara sah, maka ia lulus Ujian Masuk 

Perguruan Tinggi.

c. (ii) Jika seseorang dak lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi, maka dia dak dapat kuliah di 

universitas negeri secara sah.

5) Logis

a. Menjadi kucing hitam adalah kondisi niscaya untuk berwarna hitam.

b. Jika seekor binatang adalah kucing hitam, maka warnanya hitam.

Hubungan Antar - pernyataan 

Ada pengetahuan tertentu yang dapat langsung disimpulkan dari suatu pernyataan. Oleh para ahli

logika, ini disebut hubungan langsung. Misalnya, jika benar bahwa semua manusia pas akan ma

maka dapat disimpulkan bahwa Sokrates, seorang manusia, pas akan ma. 

  Kesimpulan Langsung: Oposisi dari Proposisi 

Pernyataan kategorikal adalah pernyataan yang terdiri dari subjek dan predikat yang

membenarkan atau menidakkan bahwa individu adalah anggota suatu kelompok.  

Perbedaan dan Bentuk Kontrari dengan Kontradiksinya 

Pernyataan Kontrari Kontradiksi

Semua mawar berwarnamerah.

Semua mawar berwarnakuning.

Beberapa mawar dak berwarna merah.

Semua angsa berwarna

 puh.

Tiada angsa mawar 

berwarna puh.

Beberapa angsa dak 

berwarna puh.

Tidak ada orang yang

bermoral.

Semua orang bermoral. Beberapa orang bermoral.

Rumah saya hijau. Rumah saya puh. Rumah saya dak hijau.

Dia selalu jujur. Dia dak pernah jujur. Dia kadang-kadang jujur.

Beratnya lebih dari 50 kg. Beratnya kurang dari 50 kg. Beratnya 50 kg atau kurang.

  Konsistensi dan Inkonsistensi 

Dua pernyataan disebut inkonsisten jika, dan hanya jika keduanya dak mungkin benar padasaat yang bersamaan. Pada kondisi yang sebaliknya, dua pernyataan itu disebut konsisten;

arnya, kedua pernyataan itu mungkin sama-sama benar pada saat bersamaan. 

Pernyataan yang Konsisten dan yang Inkonsisten 

Pernyataan Konsisten Inkonsisten

 Ada anyelir Ada anggrek. Tidak ada anyelir.

Dia harus belajar. Dia harus belajar logik. Dia dak boleh belajar.

Dia X dan Y. Dia X. Dia bukan Y.

Page 10: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 10/19

 Jika A maka B. Jika B maka A. A dan bukan-B.

  Implikasi, Ekuivalensi, dan Independensi Logis 

o  Implikasi 

Pernyataan P mengimplikasikan pernyataan Q keka secara logis dak mungkin P benar

dan Q salah pada waktu yang bersamaan. 

o  Ekuivalensi Dua pernyataan secara logis ekuivalen bila keduanya saling mengimplikasikan. Jadi dua

pernyataan yang secara logis ekuivalen memiliki makna yang sama. Begitu pula

sebaliknya, dua pernyataan yang memiliki makna yang sama berar secara logis

keduanya ekuivalen. 

o  Independensi Logis

Dua pernyataan disebut secara logis independen jika secara logis dak berhubungan;

 jadi, kedua pernyataan maupun negasinya dak saling mengimplikasikan. 

5.  Penalaran

Penalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang relevan. Alasan

-alasan itu

dapat berupa buk, data, informasi akurat, atau penjelasan tentang hubungan antara beberapa hal.

Penalaran berlangsung dalam pikiran. Ungkapan verbal dari penalaran adalah argumentasi. 

  Penyimpulan Langsung

Kebenaran pertama-tama dapat dicapai melalui penyimpulan langsung ( immediate

inference), yaitu penyimpulan yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika. Penyimpulan

langsung dilakukan melalui indera, umpamanya memberikan putusan bahwa mawar

berwarna merah (putusannya: mawar merah), hari sedang hujan, matahari bersinar, atau

saat ini pagi hari. Penyimpulan langsung menghasilkan pengetahuan dasar bagi manusia.

Pengalaman empirik yang menjadi sumber pengetahuan itu. Akan tetapi penyimpulan

langsung dak membawa kita beranjak jauh dari informasi-informasi asal sehingga dak

dapat menambah pengetahuan lebih banyak lagi. Kita perlu mengetahui kebenaran-

kebenaran dari berbagai hal yang dak dapat dibukkan dengan penyimpulan langsung

maupun pembukan melalui panca indera. 

  Penyimpulan Tak Langsung 

Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide adalah penyimpulan tak langsung. Putusan yang

dihasilkan bukan hasil dari pengenalan langsung terhadap gejala, melainkan hasil dari

mempertemukan dua ide yang diperbandingkan dengan perantaraan ide kega yang sudah

diketahui sebelumnya. 

Dua Jenis Penalaran 

Ada dua jenis penaralan, yaitu deduksi atau penalaran dedukf dan induksi atau penalaran indukf.

Deduksi adalah proses penalaran yang dengannya kita membuat suatu kesimpulan dari suatu

hukum, dalil, atau prinsip yang umum kepada suatu keadaan yang khusus yang tercakup dalam

hukum, dalil, atau prinsip yang umum itu. 

Induksi adalah proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil, atau prinsip

umum dari kasus-kasus khusus (individual). 

Page 11: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 11/19

 

Kesalahan Penyimpulan 

Manusia dak jarang memperoleh pengetahuan yang dak benar karena adanya kesalahan dalam

proses penyimpulan. Kesalahan penyimpulan digolongkan atas dua, yakni kesalahan material dan

kesalahan formal. Kesalahan material adalah kesalahan putusan yang 73digunakan sebagai permbangan yang seharusnya memberikan fakta atau kebenaran. Kesalahan

formal ialah kesalahan yang berasal dari urutan penyimpulan yang dak konsisten. 

 Argumentasi 

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, ungkapan verbal dari penalaran atau penyimpulan tak

langsung adalah argumentasi. Di dalam argumentasi terkandung term yang merupakan ungkapan

verbal dari ide dan proposisi yang merupakan ungkapan verbal dari putusan. 

6.  Argumen Dedukf  

Denisi Penalaran Dedukf (Deduksi)

Deduksi adalah bentuk argumen yang kesimpulannya niscaya mengiku premis-premisnya.

Lazimnya deduksi juga dipahami sebagai pembuatan pernyataan khusus berdasarkan

pernyataan-pernyataan yang lebih umum. 

Karakterisk Penalaran Dedukf 

Penalaran dedukf—yang sering digunakan untuk menulis esai argumentaf—diawali dengan

generalisasi yang dianggap benar (self -evident ) yang menghasilkan premis-premis , lalu dari situ

diturunkan kesimpulan yang koheren dengan premis-premisnya. 

Silogisme

Silogisme berasal dari kata Yunani syllogismos yang berar „kesimpulan‟. Silogisme adalah jenis

argumen logis yang kesimpulannya diturunkan dari dua proposisi umum (premis) yang

berbentuk prosisi kategoris. 

Silogisme Kategoris

Bentuk dasar silogisme kategoris ialah:  Jika A adalah bagian dari C maka B adalah bagian

dari C (Adan B adalah anggota dari C). Silogisme kategoris ini mengiku hukum “Semua atau

Tidak Sama Sekali” ( All or None atau Dictum de Omni et Nullo); arnya, berlaku untuk

seluruh anggota kelas, atau dak sama sekali. Tidak dikenal “ada sebagian” dan “dak adasebagian”. 

Delapan Hukum Silogisme 

  Hukum 1: Silogisme hanya mengandung ga term. 

  Hukum 2: Term mayor atau term minor dak boleh menjadi universal dalam

kesimpulan jika dalam premis hanya bersifat perkular.  

Page 12: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 12/19

  Hukum 3: Term tengah dak boleh muncul dalam kesimpulan. 

  Hukum 4: Term tengah harus digunakan sebagai proposisi universal dalam premis -

 premis, sedak -daknya satu kali. 

  Hukum 5: Jika kedua premis armaf, maka kesimpulan juga armaf.  

  Hukum 6: Tidak boleh kedua premis negaf, sedaknya salah satu harus armaf.  

  Hukum 7: Kalau salah satu premis negaf, kesimpulan harus negaf. Kalau salah

satu premis parkular, kesimpulan harus parkular. 

  Hukum 8: Tidak boleh kedua premis parkular, sedaknya salah satu harus

universal. 

Silogisme Hipotes 

Premis mayor silogisme hipotes adalah proposisi hipotes sedangkan premis minor dan

kesimpulannya adalah proposisi kategoris. Dalam silogisme hipotes, dak term mayor, term

minor atau term tengah. Premis mayor terdiri atas anteseden dan konsekuen. Sebagaicontoh, dalam pernyataan “ Jika hari hujan, maka tanah basah”, hari hujan adalah anteseden

dan tanah basah adalah konsekuen. 

Bentuk -bentuk Umum Argumen yang Sahih 

Ada ga bentuk dasar dari silogisme hipotes, yaitu modus ponens yang mengarmasi

anteseden, modus tollens yang menolak konsekuen, dan silogisme hipotes dengan rantai

kondisional. 

7.  Argumen Indukf  

Islah argumen indukf atau induksi biasanya mencakup proses-proses inferensial dalam

mendukung atau memperluas keyakinan kita pada kondisi yang mengandung risiko atau

kedakpasan. Argumen indukf dapat dipahami sebagai hipotesis yang mengandung risiko

dan kedakpasan. 

8.  Sesat Pikir 

Sesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan

kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang dak sah, yang disebabkan oleh

dilanggarnya kaidah-kaidah logika. 

Sebetulnya dak ada penggolongan sesat pikir yang sempurna, tetapi penggolongan dari Copi

(1986) dapat digunakan sebagai pegangan untuk mengenali sesat pikir. 

Sesat Pikir Formal  

Page 13: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 13/19

Dalam deduksi, penalaran ditentukan oleh bentuknya. Jika sebuah penalaran bentuknya dak

sesuai dengan bentuk deduksi yang baku, maka penalaran itu dak sahih dan tergolong sesat

pikir. 

1. Empat Term (Four Terms)

Seper namanya, sesat pikir jenis empat term terjadi jika ada empat term yang diikutsertakan dalam

silogisme padahal silogisme yang sahih hanya mempunyai ga term.  

2. Term tengah yang dak terdistribusikan (undistributed middle terms)

Pengeran dari term tengah yang dak terdistribusikan adalah silogisme kategoris yang term

tengahnya dak memadai menghubungkan term mayor dan term minor 

3. Proses Ilisit (Illicit process)

Proses ilisit adalah perubahan dak sahih dari term mayor atau term minor. 

4. Premis-premis armaf tetapi kesimpulannya negaf 

Sesat pikir ini terjadi jika dalam premis digunakan proposisi armaf (pernyataan yang menyatakan

sesuatu secara posif) tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi negaf (pernyataan yangmenegasi sesuatu). 

5. Premis negaf dan kesimpulan armaf 

Sesat pikir ini terjadi jika dalam premis digunakan proposisi negaf tetapi dalam kesimpulan

digunakan proposisi armaf. 

6. Dua premis negaf 

Sesat pikir dua premis negaf terjadi jika dalam silogisme kedua premis yang digunakan adalah

proposisi negaf. 

7. Mengarmasi konsekuensi

Sesat pikir mengarmasi konsekuensi adalah pembuatan kesimpulan yang diturunkan daripernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya dak niscaya tetapi diperlakukan

seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan. 

8. Menolak anteseden

Sesat pikir menolak anteseden juga merupakan pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari

pernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya dak niscaya tetapi diperlakukan

seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan. 

9. Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer (atau)

Sesat pikir ini terjadi jika hubungan atau di antara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran olehhal yang satu terhadap hal yang lain. Atau belum tentu menunjukkan suatu pengingkaran. 

10. Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer (dan)

Bentuk sesat pikir ini terjadi jika dua hal yang dihubungkan dengan kata dan diperlakukan seolah-

olah nilai kebenaran (benar atau dak benar) dari gabungan keduanya sama dengan nilai kebenaran

dari seap hal yang digabungkan, atau nilai dak benar dari gabungan dari dua hal itu seolah -olah

disebabkan oleh salah satunya. 

Page 14: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 14/19

  Sesat Pikir Nonformal  

1. Perbincangan dengan ancaman

Dalam sesat pikir ini kebenaran dari kesimpulan didasarkan kepada ancaman.  

2. Salah guna ( Abusive)

Sesat pikir salah guna adalah penyalahgunaan permbangan-permbangan yang secara logis dak

relevan. 

3. Argumentasi berdasarkan kepenngan (circumstanal )

Sesat pikir ini mbul sebagai akibat dari penarikan kesimpulan secara logis melainkan untuk

kepenngan pihak yang termaksud. 

4. Argumentasi berdasarkan kedaktahuan

Argumentasi berdasarkan kedaktahuan adalah argumentasi yang menilai sesuatu—ndakan atau

pernyataan—benar berdasarkan kedaktahuan, bukan berdasarkan isi dan bentuk argumentasinya. 

5. Argumentasi berdasarkan belas kasihan

Argumentasi belas kasihan adalah argumentasi yang menilai benar atau salahnya sesuatu

berdasarkan belas kasihan, bukan berdasarkan isi dan bentuk argumennya. 

6. Argumentasi yang disangkutkan dengan orang banyak

Sesat pikir jenis ini adalah argumentasi yang menjadikan apa yang dipercaya oleh kebanyakan orang

sebagai dasar penentuan benar atau salahnya argumentasi. 

7. Argumentasi dengan kewibawaan ahli walaupun keahliannya dak relevan

Sesat pikir jenis ini adalah argumentasi yang membenarkan kesimpulan berdasarkan kewibawaan

ahli walaupun keahliannya dak relevan. Isi dan bentuk argumentasi dak dicerma dan dak

dijadikan dasar penentuan benar atau salahnya kesimpulan. 

8. Accident atau argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial

Sesat pikir accident adalah argumentasi yang menjadikan satu sifat yang berbeda atau yang sama

sebagai dasar untuk menyimpulkan bahwa dari dua hal semuanya sama atau semuanya berbeda.  

9. Perumusan yang tergesa-gesa (converse accident )

Sesat pikir perumusan yang tergesa-gesa adalah pembuatan kesimpulan yang didasari oleh alasan

tak memadai atau tanpa alasan sama sekali. 

10. Sebab yang salah

Sesat pikir sebab yang salah adalah pembuatan kesimpulan berdasarkan satu dugaan yang tak

terbuk dan tetap dipertahankan meskipun buk menunjukkan bahwa kesimpulan itu salah. 

11. Penalaran sirkular

Sesat pikir penalaran sirkular menjadikan kesimpulan sebagai alasan. Alasan yang digunakan secara

substansial dak berbeda dengan keseimpulan. 

12. Sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sehingga jawaban tak sesuai

dengan pertanyaan. 

Page 15: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 15/19

13. Kesimpulan tak relevan.

Sesat pikir kesimpulan tak relevan adalah argumentasi yang kesimpulannya dak sejalan dengan

alasannya. 

14. Makna ganda (equivocaon)

Sesat pikir makna ganda adalah argumen yang menggunakan term yang bermakna ganda sehingga

kesimpulannya dak jelas dan dapat diubah-ubah berdasarkan pemaknaan terhadap term itu. 

15. Makna ganda ketata-bahasaan (amphiboly)

Sesat pikir dapat juga terjadi karena argumentasi yang dikemukakan menggunakan term-term yang

bermakna ganda jika dilihat dari tata bahasa. 

16. Sesat pikir karena perbedaan logat atau dialek bahasa

Sesat pikir dapat terjadi karena adanya perbedaan logat atau dialek bahasa atau cara menamai

sesuatu tetapi perbedaan itu dak disadari. 

17. Kesalahan komposisi

Sesat pikir kesalahan komposisi adalah argumentasi yang memperlakukan kebenaran pada bagian

sebagai kebenaran keseluruhan. 

18. Kesalahan divisi

Sesat pikir kesalahan divisi adalah argumen yang serta-merta menyimpulkan bahwa karakterisk

dari keseluruhan pas ada pada bagian-bagiannya. 

19. Generalisasi tak memadai

Sesat pikir generalisasi yang tak memadai adalah argumentasi yang kesimpulannya didasarkan pada

data atau fakta yang tak memadai. 

9.  Kesalahan Umum Dalam Penalaran Indukf  

  Menilai Penalaran Indukf dengan Standar Dedukf  

  Kesalahan Generalisasi  

o  Generalisasi yang Terburu-buru (Kebalikan dari Kesalahan Kecelakaan) 

o  Kesalahan Kecelakaan

  Kesalahan Penggunaan Buk Secara Salah 

Kesimpulan Yang Tidak Relevan 

Kesalahan Buk yang Ditahan 

  Kesalahan Staskal 

Kesalahan Sampel yang Bias (Stask yang Bias) 

Kesalahan Percontoh yang Kecil (Stask yang Tidak Cukup) 

Kesalahan Penjudi (Gambler‟s Fallacy) 

  Kesalahan Kausal  

Mengacaukan Sebab dan Akibat  

Mengabaikan Penyebab Bersama 

Page 16: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 16/19

Kesalahan Penyebab Yang Salah (Kesalahan Post Hoc) 

Mengacaukan Penyebab Yang Berupa Necessary Condion dengan Sucient Condion 

  Kesalahan Analogi  

BAB IV 

DASAR-DASAR ETIKA 

1.  Perbedaan Eka dan Moralitas 

Eka adalah suatu abstraksi dalam memahami atau mendenisikan moral dengan melakukan

reeksi atasnya. Eka membahas persoalan moral pada situasi tertentu dengan pendekatan tertentu

pula. Sedang moralitas tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau agama dalam menentukan

hal yang benar atau salah, baik atau buruk.

2. Klasikasi Eka

Eka bisa dibagi menjadi berberapa bidang sebagai berikut: 

Page 17: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 17/19

 

Jika kita sederhanakan maka akan menjadi sebagai berikut: 

  Eka Normaf  

Eka normaf merupakan cabang eka yang penyelidikannya terkait dengan

permbangan-permbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang berndak

secara es. 

  Eka Terapan

Eka terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori eka secara lebih spesik

kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seper perang,

hak-hak binatang, hukuman ma dan lain-lain. Eka terapan ini bisa dibagi menjadi

eka profesi, eka bisnis dan eka lingkungan. 

  Eka Deskripf 

Eka deskripf merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap 'es' oleh individu

atau masyarakat. Dengan begitu, eka deskripf bukan sebuah eka yang mempunyai

hubungan langsung dengan lsafat tetapi merupakan sebuah bentuk studi empiris

terkait dengan perilaku-perilaku individual atau kelompok. 

  Metaeka

Metaeka berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaeka adala ar

atau makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam eka. Dengan kata lain,

metaeka merupakan kajian ngkat kedua dari eka. Metaeka juga bisa dimenger

sebagai sebuah cara untuk melihat fungsi-fungsi pernyataan-pernyataan eka, dalam

ar bagaimana kita menger apa yang dirujuk dari pernyataan-pernyataan tersebut dan

bagaimana pernyataan itu didemonstrasikan sebagai sesuatu yang bermakna. 

3. Realisme Es dan Non-Realisme Es 

  Realisme Es 

Gagasan realisme es berpusat pada manusia menemukan kebenaran es yang

memiliki eksistensi independen di luar dirinya. Konsekuensinya, realisme es ini

mengajarkan bahwa kualitas es atau dak ada secara independen dari manusia dan

pernyataan es memberikan pengetahuan tentang dunia objekf. 

  Nonrealisme Es 

Keberatan terhadap realisme es di atas menimbulkan cara melihat persoalan es yang

disebut dengan nonrealisme es. Gagasan utama dari nonrealisme es adalah manusia

yang menciptakan kebenaran es (Callcut, 2009, 46). 

4. Empat Jenis Penyataan Eka 

1. Saya mungkin bermaksud membuat pernyataan tentang fakta es, seper "pembunuhan itu

adalah salah". Hal ini adalah realisme moral. Realisme moral didasarkan pada gagasan bahwa ada

Page 18: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 18/19

fakta-fakta nyata dan objekf terkait masalah es di alam semesta. Pernyataan es dinilai

memberikan informasi faktual tentang kebenaran.

2. Saya mungkin bermaksud hendak menyatakan tentang perasaan saya sendiri seper, "saya dak

menyetujui pembunuhan". Hal ini adalah subjekvisme. Subjekvisme mengajarkan bahwa

penilaian es dak lebih dari pernyataan perasaan atau sikap seseorang. Di sini, pernyataan es

dak mengandung kebenaran faktual tentang kebaikan atau keburukan. Arnya, Jika seseorang

mengatakan sesuatu itu baik atau buruk, apa yang dia maksudkan dak lebih dari perasaan posif 

atau negaf yang dia miliki terkait sesuatu itu. Jadi, jika seseorang mengatakan 'pembunuhan

adalah dak baik, apa yang dia apa yang dia maksud adalah dia dak menyetujui pembunuhan.

Dalam konteks ini, pernyataan dinilai benar jika orang tersebut memegang sikap yang tepat atau

memiliki perasaan yang tepat seper yang diungkapkannya. Dengan kata lain, pernyataan akan

salah, jika ternyata orang tesebut dak memiliki perasaan tersebut.

3. Saya mungkin bermaksud untuk mengekspresikan perasaan saya saja "dak ada kompromi

dengan pembunuhan". Hal ini adalah emovisme. Emovisme adalah pandangan bahwa klaim

moral adalah dak lebih dari ekspresi persetujuan atau kedaksetujuan. Hal ini seper

subjekvisme, tetapi dalam emovisme pernyataan moral dak memberikan informasi tentangperasaan pembicara tentang topik tetapi ungkapan perasaan itu sendiri. Keka sebuah emovis

mengatakan "pembunuhan adalah salah" apa yang dimaksud seper mengatakan "dak ada

kompromi pembunuhan" atau hanya mengekspresikan wajah ngeri keka mendengar kata

"pembunuhan" dan lain-lain. Dengan kata lain, jika dilihat dari emovisme keka seseorang

membuat penilaian moral apa yang ditunjukkan adalah perasaan tentang sesuatu.

4. Saya mungkin bermaksud ingin memberikan instruksi atau larangan, seper "jangan melakukan

pembunuhan". Hal ini adalah preskripvisme. Gagasan preskripvisme berfokus pada pernyataan

es adalah petunjuk atau rekomendasi. Jadi jika saya mengatakan sesuatu itu baik, arnya saya

merekomendasikan kepada Anda untuk melakukannya. Sedang, jika saya mengatakan sesuatu itu

buruk, apa yang saya katakan sebenarnya adalah Anda jangan melakukannya. Hampir selalu adaunsur preskripf dalam suatu pernyataan es. Misalnya, "menghina itu ndakan yang buruk" dapat

ditulis sebagai "orang dak boleh menghina".

5. Kegunaan Eka 

Eka menyediakan alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu moral. 

Eka memberikan permbangan untuk yang melampaui kepenngan diri sendiri. Dengan kata lain

eka sangat memperhitungkan bukan hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain. Dalam konteks ini,

eka berkaitan dengan kepenngan orang lain secara lebih luas. 

Page 19: Rangkuman Buku 1 Mpkt A

7/22/2019 Rangkuman Buku 1 Mpkt A

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-buku-1-mpkt-a 19/19