raihan si bocah koma 5 bulan sudah boleh pulang ke rumah

15
Raihan si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang ke Rumah oleh Aditya Eka Prawira Posted: 11/03/2013 11:06 Raihan korban yang diduga mengalami malpraktik. (dok. Keluarga) Liputan6.com, Jakarta : Setelah 5 bulan 2 minggu koma dan tergeletak di ruang perawatan Paviliun Kartika Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Raihan bocah 10 tahun yang diduga korban malpraktik dari Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) rencananya hari ini akan dibawa pulang oleh kedua orangtuanya karena kondisinya sudah mulai membaik. Kabar ini didapatkan langsung Liputan6.com dari sang Ibu, Oti Puspa Dewi. Menurut Oti, kondisi fisik anak pertamanya tersebut sudah mulai normal dan stabil, "Alhamdulillah, sudah tidak ada lagi meliuk-liukkan badan karena kesakitan. BAB sudah mulai lancar." Untuk asupan makanannya pun sudah mulai banyak melalui mulut, walau pun harus banyak bersabar untuk menyuapinya. Tapi, untuk

Upload: rahayu-wilujeng

Post on 13-Aug-2015

111 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

Raihan si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang ke Rumaholeh Aditya Eka Prawira Posted: 11/03/2013 11:06

Raihan korban yang diduga mengalami malpraktik. (dok. Keluarga)

Liputan6.com, Jakarta : Setelah 5 bulan 2 minggu koma dan tergeletak di ruang perawatan Paviliun Kartika Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Raihan bocah 10 tahun yang diduga korban malpraktik dari Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) rencananya hari ini akan dibawa pulang oleh kedua orangtuanya karena kondisinya sudah mulai membaik.

Kabar ini didapatkan langsung Liputan6.com dari sang Ibu, Oti Puspa Dewi.

Menurut Oti, kondisi fisik anak pertamanya tersebut sudah mulai normal dan stabil, "Alhamdulillah, sudah tidak ada lagi meliuk-liukkan badan karena kesakitan. BAB sudah mulai lancar."

Untuk asupan makanannya pun sudah mulai banyak melalui mulut, walau pun harus banyak bersabar untuk menyuapinya. Tapi, untuk minum air putih dalam porsi yang banyak, menurut Oti, masih tetap menggunakan sondle (sedotan) karena takut anaknya tersebut keselek.

"Dia paling suka puding cokelat dan tiramisu. Kalau makanan yang masuk ke mulutnya tidak enak, akan dia lepeh dan disembut. Berarti untuk syaraf pengecapannya sudah mulai membaik. Sudah bisa merasakan mana yang enak dan yang tidak enak. Dan mana yang dia suka, mana yang tidak dia suka," kata Oti kepada Liputan6.com, Senin (11/3/2013)

Oti juga menceritakan, kalau tadi pagi ia melihat anaknya tersebut termenung. Tiba-tiba saja

Page 2: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

bocah yang tercatat sebagai murid di SDN Srengseng 05 Pagi Kembangan, Jakarta Barat, ini tersenyum seperti bayi kalau lagi bermimpi. "Subhanallah. Saya senang sekali. Mungkin Raihan tahu dan senang mikirin dia akan pulang ke rumah."

Jadi, sampai sekarang fans Coboy Junior tersebut lumpuh total, tidak melihat, dan tidak juga mendengar. Tapi, sekarang Raihan sudah dites saraf pendengarannya, sudah membaik, namun tidak bisa berjalan.

"Tak bisa bicara, tapi alhamdulillah sekarang sudah bisa makan lewat mulut walau pun sedikit. Semoga kelak Raihan berangsung-angsur pulih. Mohon doanya, ya. Tubuhnya sudah mulai melemas, dan tidak sekaku yang dulu" ucap dan pinta Oti.

Sekarang, Oti dan sang suami, Muhammad Yunus sedang mengurus segala administrasi untuk membawa anaknya pulang ke rumah.

Waktu disinggung bagaimana kelanjutan pihak keluarga dan pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (RSMPH) Jakarta, Oti menjawab, "Kita tinggal tunggu proses persidangan dari Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dan pengadilan saja."

Awal Mula Raihan Harus Dioperasi Usus Buntu Lalu Koma

Pada hari Sabtu, 22 September 2012, sekitar pukul 03.00 WIB Raihan mengaku sudah tidak kuat lagi. Karena apa yang diberikan kepada Raihan semuanya dimuntahkan, Oti meminta Raihan untuk kuat sampai jam 5 pagi biar langsung dibawa ke rumah sakit.

Karena pada saat itu suami Oti, Muhammad Yunus sedang bertugas di Kalimantan, Oti langsung menelepon taksi untuk membawa Raihan ke rumah sakit. Selain menelepon taksi, Oti pun menghubungi keluarganya yang ada di Jambi. Tidak lupa Oti juga menelepon Muhammad Yunus untuk memberitahu keadaan Raihan.

Karena rumah sakit yang terdekat dari kediaman Oti di Srengseng adalah di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta, Oti lantas membawa Raihan ke rumah sakit tersebut.

Sesampainya di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta, Oti membawa Raihan ke UGD rumah sakit tersebut. Dokter UGD yang waktu itu mengecek Raihan mengatakan kalau Raihan saat itu salah makan.

Karena terlalu banyak muntah, kondisi Raihan pun melemas. Dokter yang saat itu merawat Raihan di UGD langsung pasang infus ke Raihan.

Sekitar pukul 05.00 WIB Raihan langsung dinaikkan ke ruang perawatan. Dan dokter itu mengatakan kepada Oti untuk Raihan melakukan rawat inap.

Dokter itu mengatakan kepada Oti untuk sabar menunggu dokter anak sampai datang dan langsung memeriksa Raihan. Setelah menunggu beberapa jam, sekitar pukul 10.00 WIB dokter anak datang dan langsung memeriksa perut Raihan.

Dokter bedah rumah sakit tersebut (Dr A) menurut Oti datang sekitar jam 1 siang. Setelah dokter bedah itu datang, ia langsung memeriksa Raihan dengan cara yang sama seperti dokter anak lakukan. Memeriksa bagian perut Raihan.

Page 3: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

Setelah memeriksa perut Raihan, dokter bedah tersebut mengatakan kalau Raihan terkena usus buntu akut. Tanpa melakukan tes lanjutan, dokter tersebut yakin kalau Raihan menderita usus buntu akut dan harus segera dilakukan tindakan operasi.

Oti yang waktu itu mendengarkan penyataan dokter bedah tersebut langsung kaget dan cemas. Raihan yang baru pertama kali mengeluh sakit perut, langsung didiagnosa oleh dokter kalau ia terkena usus buntu akut. Setelah selesai operasi usus buntu Raihan pun tidak pernah sadar lagi.

Ini Jawaban RS Medika Permata Hijau Soal Dugaan Malpraktik Raihanoleh Aditya Eka Prawira Posted: 15/01/2013 19:26

Raihan (Liputan6 TV)

Liputan6.com, Jakarta : Raihan bocah 10 tahun yang diduga korban malpraktik dari Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta sampai hari ini masih lemah tak berdaya di tempat tidur ruang perawatan Paviliun Kartika Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta.

Pihak keluarga selalu menunggu itikad baik dari pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta terkait dugaan malpraktik yang menimpa Raihan.

Semenjak kasus ini bergulir di media, pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH)

Page 4: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

selalu menghindar ketika dimintai klarifikasi soal dugaan malpraktik yang dilakukan rumah sakitnya tersebut.

Pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta yang diwakilin oleh Dr. Hardiman selaku Direktur rumah sakit tersebut baru angkat bicara setelah dipanggil DPR.

Bertempat di Ruang Sidang Komisi IX DPR RI, pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta mengatakan kalau memang benar Raihan adalah pasien di rumah sakit tersebut dan benar kalau Raihan menjalani operasi usus buntu.

"Betul kasus ini adalah kasus operasi, operasinya adalah usus buntu dan dalam keadaan akut. Dan pada faktanya adalah memang sudah terjadi mikropeprasi atau peprasi itu sudah terjadi oleh karena itu dilakukan operasi," kata Direktur Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta, Senin (15/1/2013)

Ia lalu mengatakan kalau saat menjalani operasi sebetulnya Raihan memiliki riwayat alergi. Terlebih alergi terhadap obat analgetik atau obat penurun panas. Oleh karena itu ahli anastesinya mengatakan meminta persetujuan apakah ada dua macam anastesi yaitu anastesi umum dan anastesi regional.

Karena anastesi umum ini menggunakan obat lebih dari satu, sedangkan anastesi lokal hanya menggunakan satu obat anastesi, maka diminta persetujuan untuk regional anatesi.

Lebih lanjut pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta mengatakan kalau pada saat operasi juga diberikan antibiotik mitrabeta ke dalam pembuluh darahnya Raihan. Sebelum dilakukan itu, Raihan melakukan skin tes dan tidak terjadi reaksi alergi, tetapi pada saat pemberian obat anastesi sampai saat ini tidak ada obat anastesi yang bisa dilakukan tes alergi. Jadi obat anastesi ini langsung dimasukkan ke pasien karena tidak bisa dilakukan tes anastesi.

Ia juga mengatakan pada saat kejadian operasi itu, pihak rumah sakit sudah memberitahu ibunda Raihan, Oti kalau pasien setelah anastesi itu ada reaksi dimana terjadi henti jantung. Dan ahli anastesinya telah berupaya sesuai dengan SPO untuk kembali agar pasien sadar kembali, tensinya naik kembali, tapi kejadian itu terjadi lebih dari 8 menit.

Pihaknya juga mengatakan kalau sebelum dipindahkan ke ICU, harus dilakukan stabilisasi terhadap Raihan di ruang recovery room.

"Sebelum pasien dipindahkan ke ICU, dilakukan stabilisasi dulu di ruang recovery room. Kenapa di recovery room? Karena setelah kejadian itu pasien harus stabil dulu baru dipindahkan ke ICU," katanya.

Menurutnya pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta sudah melaporkan kasus ini ke IDI Jakarta Barat. "Kemudian kami juga telah dipanggil Dinas Kesehatan DKI untuk melakukan rapat dengan tim dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta. Kemudian kami juga melakukan berbagai pertemuan beberapa kali pertemuan dengan pihak lawyer dari pasien," jelas Dr. Hardiman.

Pertama dan kedua sudah dilakukan, sayangnya pas pertemuan ketiga kata Dr. Hardiman kasus ini sudah masuk ke media.

Page 5: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

Menurut Dr. Hardiman pada kejadian pemberian anastesi itu terjadi reaksi yang disebut dengan kejadian yang tidak diharapkan atau KTD. Dan itu memang bisa terjadi dalam suatu tindakan dan tindakan kedokteran bisa dilakukan sesuai dengan yang diharapkan.

Raihan sendiri hingga kini masih dalam kondisi koma yang berlangsung selama 3 bulan. Raihan tidak pernah sadar lagi setelah menjalani operasi usus buntu di MPH. (Adt/Igw)

Begini Awal Mula Raihan Harus Dioperasi Usus Buntu Lalu Komaoleh Aditya Eka Prawira Posted: 11/01/2013 18:42

(Liputan6.com/Aditya Eka Prawira/Samsung)

Liputan6.com, Jakarta : Raihan bocah 10 tahun yang diduga korban malpraktik dari Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta sampai hari ini masih lemah tak berdaya di tempat tidur ruang perawatan Paviliun Kartika Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta.

Ibunda Raihan, Oti Puspa Dewi, menceritakan kronologi awal yang mengapa Raihan sampai dibawa ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta kepada liputan6.com yang menemuinya di ruang perawatan tempat anaknya dirawat, Jumat (11/1/2013)

Pada hari Jumat, 21 September 2012, sekitar maghrib Raihan mengadu kepada Oti kalau ia

Page 6: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

merasa mual dan muntah. Oti lalu mengoleskan minyak angin ke perut Raihan dan memberikan Raihan makanan. Sampai jam 23.00 WIB Raihan masih muntah-muntah. Oti lalu memberikan Raihan makanan dan minuman. Tapi, makanan dan minuman tersebut tidak dapat ditelan Raihan, malah dimuntahkannya lagi.

Pada hari Sabtu, 22 September 2012, sekitar pukul 03.00 WIB Raihan mengaku sudah tidak kuat lagi. Karena apa yang diberikan kepada Raihan semuanya dimuntahkan, Oti meminta Raihan untuk kuat sampai jam 5 pagi biar langsung dibawa ke rumah sakit.

Karena pada saat itu suami Oti, Muhammad Yunus sedang bertugas di Kalimantan, Oti langsung menelepon taksi untuk membawa Raihan ke rumah sakit. Selain menelepon taksi, Oti pun menghubungi keluarganya yang ada di Jambi. Tidak lupa Oti juga menelepon Muhammad Yunus untuk memberitahu keadaan Raihan.

Karena rumah sakit yang terdekat dari kediaman Oti di Srengseng adalah di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta, Oti lantas membawa Raihan ke rumah sakit tersebut.

Sesampainya di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta, Oti membawa Raihan ke UGD rumah sakit tersebut.

Dokter UGD yang waktu itu mengecek Raihan mengatakan kalau Raihan saat itu salah makan.

"Iya, dokter itu mengatakan kalau Raihan salah makan. Lalu dokter itu bertanya ke Raihan, 'Raihan jajanan apa di sekolah?', 'Nggak ada, cuma jajan biasa saja' jawab Raihan. Kata dokternya ini kena lambung biasa. Karena dibilang cuma kena lambung biasa, saya pun tidak terlalu khawatir," kata Oti.

Karena terlalu banyak muntah, kondisi Raihan pun melemas. Dokter yang saat itu merawat Raihan di UGD langsung pasang infus ke Raihan.

sekitar pukul 05.00 WIB Raihan langsung dinaikkan ke ruang perawatan. Dan dokter itu mengatakan kepada Oti untuk Raihan melakukan rawat inap.

Dokter itu mengatakan kepada Oti untuk sabar menunggu dokter anak sampai datang dan langsung memeriksa Raihan. Setelah menunggu beberapa jam, sekitar pukul 10.00 WIB dokter anak datang dan langsung memeriksa perut Raihan.

"Jam 10 dokter anak datang. Setelah memeriksa gejalanya, kayak memeriksa perut Raihan dokter itu. Dokter itu menekan-nekan perut Raihan, dan Raihan bilang sakit. Lalu dokternya bilang 'Kalau gitu Ibu, saya rujuk ke dokter bedah ya, Bu'. Saya bertanya kenapa, dokter tersebut menjawab 'Kemungkinan ini usus buntu'. Lalu saya bilang lagi 'Iya ya dok? Semoga tidak ya, dok'. Dokter itu lalu menjawab 'Semoga tidak. Saya rujuk saja dulu ya, Bu'," kata Oti.

Dokter bedah rumah sakit tersebut (Dr A) menurut Oti datang sekitar jam 1 siang. Setelah dokter bedah itu datang, ia langsung memeriksa Raihan dengan cara yang sama seperti dokter anak lakukan. Memeriksa bagian perut Raihan.

Setelah memeriksa perut Raihan, dokter bedah tersebut mengatakan kalau Raihan terkena

Page 7: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

usus buntu akut. Tanpa melakukan tes lanjutan, dokter tersebut yakin kalau Raihan menderita usus buntu akut dan harus segera dilakukan tindakan operasi.

Oti yang waktu itu mendengarkan penyataan dokter bedah tersebut langsung kaget dan cemas. Raihan yang baru pertama kali mengeluh sakit perut, langsung didiagnosa oleh dokter kalau ia terkena usus buntu akut.

"Kok bisa akut dok? Anak saya tidak pernah mengeluh sakit perut, kok. Lalu dokter itu bilang 'Lho Ibu, Ibu jalan saja ke pasar tiba-tiba Ibu bisa langsung kena terserang usus buntu akut'. Saya bertanya lagi, 'Lho kok bisa?', dia menjawab 'Iya, orang jalan ke pasar saja bisa kena usus buntu akut. Akut itu datangnya tiba-tiba'," cerita Oti sambil duduk menemani anaknya Raihan.

Sampai saat ini M Yunus masih menunggu itikad baik dari pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta terkait dugaan malpraktik yang menimpa Muhammad Raihan. Sementara pihak rumah sakit selalu menolak jika ingin dimintai konfirmasi oleh liputan6.com.(ADT/IGW)

Kronologi Kasus Raihan, Bocah yang Lumpuh dan Buta Usai Operasioleh Aditya Eka Prawira Posted: 09/01/2013 18:30

Page 8: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

(Foto: Muhammad Yunus/BlackBerry)

Liputan6.com, Jakarta : Muhammad Raihan, bocah berusia 10 tahun yang diduga korban malpraktik dari Rumah Sakit Medika Permata Hijau (RSMPH) Jakarta sampai hari ini masih lemah tak berdaya di tempat tidur salah satu kamar di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.

Sampai hari ini juga, Rabu (9/1/2013) pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (RSMPH) Jakarta tidak memberikan konfirmasi terkait kronologis yang terjadi pada salah satu pasiennya. Justru ayahanda Raihanlah yang menceritakan kronologis sebenarnya yang terjadi pada anaknya.

Berikut kronologis yang terjadi pada Muhammad Raihan saat operasi usus buntu pada hari Sabtu, 22 September 2012, versi ayahnya, Muhammad Yunus, dalam surat elektronik yang diterima oleh liputan6.com :

Pukul 04.00 WIB

Raihan dibawa oleh Ibundanya, Oti Puspa Dewi, ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta dengan maksud untuk mendapatkan pengobatan atas sakit yang diderita Raihan.

Penanganan awal ditangani oleh bagian IGD Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta. Setelah pihak IGD melakukan tindakan, selanjutnya Raihan dimasukkan di ruang rawat inap anak di lantai 5 Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta.

Sekitar pukul 10.00 WIB

Dokter spesialis Anak melakukan kunjungan pada Raihan dan melakukan diagnosa awal dan menduga Raihan mengalami sakit usus buntu.

Sekitar pukul 13.00 WIB

Ibunda Raihan melakukan konsultasi ke dokter Bedah Umum dan mendapat penjelasan bahwa penyakit yang diderita oleh Raihan adalah usus buntu dan disampaikan secara mendesak agar segera dilakukan tindakan operasi

Pukul 13.30 WIB

Terjadi pembicaraan via telepon antara ayahanda Raihan, Muhammad Yunus (yang sedang berada di Kalimantan Selatan) dengan dokter bedah umum Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta yang telah menyarankan untuk segera dilakukan operasi pada Raihan.

Muhammad Yunus pun menanyakan mengapa anaknya harus segera dioperasi. Dijelaskan oleh dokter bedah umum bahwa Raihan mengalami usus buntu akut yang secepatnya untuk segera dioperasi, jika tidak dioperasi dikhawatirkan akan terjadi infeksi.

Dalam pembicaraan via telepon antara Yunus dengan dokter bedah umum tersebut, Yunus memohon kepada dokter tersebut untuk dilakukan semacam second opinion atas dugaan usus buntunya Raihan.

Page 9: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

Dan sekalian meminta dirawatinapkan terlebih dahulu guna dilakukan observasi lebih lanjut atas dugaan dokter tersebut. Namun, dokter bedah umum tersebut tetap menyatakan Raihan menderita usus buntu akut dan harus sesegera mungkin diambil langkah operasi sore hari itu juga.

Muhammad Yunus menanyakan apa efek yang akan terjadi jika dilakukan operasi dan jika tidak dilakukan operasi secepat itu seperti permintaan dokter bedah tersebut.

Dokter tersebut menjawab, bahwa operasi yang akan dilakukan Raihan adalah operasi kecil dan biasa dilakukan oleh dokter tersebut. Lalu 2 atau 3 hari setelah operasi dokter meyakinkan bahwa Raihan sudah bisa pulang.

Namun jika tidak segera dioperasi, dikhawatirkan akan terjadi infeksi atau pecah dan kemungkinan bisa menjadi operasi besar.

Bukan hanya Yunus yang meminta untuk tidak dilakukan operasi tersebut, istrinya Oti Puspa Dewi juga melakukan hal yang sama. Oti meminta untuk dilakukan pemeriksaan berupa dilakukannya USG untuk melihat kebenaran dugaan tersebut, namun tidak dilakukan oleh dokter tersebut dan menyatakan tidak perlu.

Karena menurut pengalamannya, hal ini umum terjadi dan sudah 99 persen usus buntu akut.

Penolakan awal untuk tidak segera dilakukan operasi tersebut mengingat kondisi psikologis Raihan, terlebih saat itu ayahnya sedang tidak berada di sampingnya. Dan orangtua Raihan merasa bahwa hal ini tidak separah dugaan dokter tersebut sambil menunggu kepulangan ayahnya dari Kalimantan.

Sekitar pukul 16.00 s/d selesai

Akhirnya setelah menerima keyakinan dokter tersebut dan harapan terbaik untuk Raihan, operasi pada Raihan dilakukan dengan dokter yang terlibat dalam operasi itu adalah dokter bedah umum dan dokter anastesi.

Sekitar pukul 18.00

Tiba-tiba ibunda Raihan, Oti Puspa Desi, dipanggil ke dalam ruang operasi untuk melihat Raihan yang sudah dalam keadaan kritis dan terkulai tidak sadarkan diri tanpa adanya pertolongan yang maksimal.

Pihak keluarga pun akhirnya menyangsikan kelengkapan peralatan di ruangan operasi tersebut.

Sampai saat ini M Yunus masih menunggu itikad baik dari pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta terkait dugaan malpraktik yang menimpa Muhammad Raihan. (ADT/IGW)

Page 10: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

Liputan6.com, Jakarta : Muhamad Raihan, bocah usia 10 tahun kini hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur karena mengalami kelumpuhan dan kebutaan seusai menjalani operasi usus. Kenapa operasi kecil seperti itu bisa sebabkan kelumpuhan dan kebutaan?

Raihan yang murid kelas 5 sekolah dasar itu, sekarang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta. Orangtuanya memindahkan perawatan anaknya ke RSPAD yang semula menjalani operasi usus buntu di sebuah rumah sakit swasta di kawasan Permata Hijau Jakarta.

Karena kejadian ini, pihak keluarga dari bocah bernama Muhamad Raihan menduga adanya malpraktik yang dilakukan oleh tim dokter tempatnya operasi usus buntu dan berencana membawa kasus ini ke jalur hukum.

Kasus langka memang, apabila operasi usus buntu yang tergolong operasi kecil membuat seorang bocah mengalami kelumpuhan dan kebutaan.

Kronologi kasus Raihan adalah si bocah mengalami sakit lalu dibawa orangtuanya ke sebuah rumah sakit swasta di kawasan Permata Hijau Jakarta pada bulan September 2012. Karena mual mual dan sakit pada perutnya, Raihan diagnosis oleh dokter mengalami usus buntu akut dan harus menjalani operasi. Namun setelah operasi malah koma selama 30 hari. Hal inilah yang diduga keluarganya sebagai malpraktik.

Yang meminta untuk menjalani operasi adalah dokter ahli bedah di rumah sakit tersebut. Saat operasi menurut ibunya, Raihan sempat mengalami henti jantung selama 8 menit.

Kenapa operasi usus buntu bisa sebabkan komplikasi yang parah pada Raihan?

Menurut Konsultan Tumbuh Kembang Anak Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), Dr. Soedjatmiko, SpA(K), Msi Dokter SpAK, lumpuh dan kebutaan yang terjadi pada Raihan harus diketahui sebabnya. Dan semuanya itu tergantung sudah terinfeksi atau belum, jenis kuman, dan resitensi obat yang terjadi pada anak itu.

Saat dihubungi via telepon oleh tim liputan6.com, Dr Soedjatmiko mengatakan, banyak faktor sebenarnya yang menyebabkan efek dari operasi itu.

"Tergantung sudah terinfeksi atau belum. Jenis kumannya apa. Kumannya bisa kemana-mana. Sudah mengenai rongga usus atau belum. Ini namanya Septikemi. Atau kalau istilah kedokterannya sepsis," kata Dr. Soedjatmiko.

Untuk malpraktiknya sendiri lanjut Dr. Soedjatmiko, tidak gampang seseorang mengatakan bahwa apa yang terjadi itu adalah malpraktik atau kesalahan dari tim dokter rumah sakit tersebut.

Menurut Dr Soedjatmiko, untuk bisa mengatakan itu adalah malpraktik harus dikaji terlebih dahulu. Dan itu semua ada prosedurnya.

"Tidak bisa diklaim kalau itu malpraktik. Harus dikaji oleh 1 tim. Dan, tim tersebut harus mengerti tentang segala prosedurnya. Kalau di kedokteran ada yang namanya Majelis Kehormatan Etik Kedokteran. Tidak gampang. Semuanya harus dikaji sampai ke obat-obatannya. Harus dikumpulkan terlebih dulu semuanya," jelas Dr Soedjatmiko.

Page 11: Raihan Si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang Ke Rumah

Supaya tidak terjadi komplikasi, Dr Soedjatmiko mengatakan tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah segera diobati. Sedini mungkin dilakukan pemeriksaan. Jangan menunggu parah terlebih dulu baru diobati.

"Kalau di kedokteran pencegahan itu paling utama. Sedini mungkin ditemukan, diobati, dengan pengobatan adekuat atau adekuasi. Untuk obatnya sendiri dosisnya harus tepat. Dan, minum obatnya harus teratur. Jangan sampai dosis obatnya sudah tepat, malah minum obatnya tidak teratur," tutup Dr Soedjatmiko. (ADT/IGW)