raihan muyassar 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

81
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON DENGAN METODE PELAT BONDEK DAN PELAT KONVENSIONAL PADA KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT ( STUDI KASUS : PEMBANGUNAN RUKO DI BINJAI ) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON

DENGAN METODE PELAT BONDEK DAN PELAT KONVENSIONAL

PADA KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT

( STUDI KASUS : PEMBANGUNAN RUKO DI BINJAI )

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

RAIHAN MUYASSAR

13 0404 116

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

ABSTRAK

Tuntutan masyarakat terhadap kemudahan konstruksi bangunan telah

mengakibatkan rekayasa bidang konstruksi bangunan khususnya pada pekerjaan

pembuatan pelat lantai beton. Pada umumnya pekerjaan pelat lantai beton

dikerjakan dengan cara konvensional. Cara pengerjaannya di dahului dengan

pembuatan perancah dari bahan kayu, dan bisa juga memakai perancah besi

(scaffolding). Namun pemakaian kedua cara konvensional ini memerlukan biaya

yang relatif lebih tinggi, sementara tidak mengurangi waktu pengerjaan

pembuatan perancah. Maka dari itu pelaksana yang mengerjakan Ruko 3 lantai

yang pada awal rencana dari gambar yang tertera di Ijin Mendirikan Bangunan (

IMB ) menggunakan metode konvensional diganti dengan menggunakan pelat

bondek sebagai pengganti bekisting yang sifatnya permanen dan menyatu dengan

beton, menjadi satu kesatuan pelat lantai beton. Penggunaan pelat bondek supaya

mengurangi biaya pengerjaan, dan waktu pengerjaan pelat lantai beton serta

mengurangi jumlah volume beton yang berdampak pada bobot pelat lantai. Dalam

proses pengolahan data ini, menghitung analisa harga satuan pekerjaan pelat lantai

beton RUKO yang bersumber dari gambar kerja dan berpatokan pada AHS Cipta

Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016) dan harga satuan barang

menggunakan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan

Tahun Anggaran 2017 pembuatan pelat lantai beton dengan metode konvensional

dan metode bondek. Seteleh mendapatkan hasil analisa harga satuan yang

dihitung , selanjutnya di rata – rata kan dengan analisa harga satuan pembuatan

pelat lantai beton yang di dapat dari lapangan. selanjutnya menganalisa

perbandingan kedua metode pembuatan pelat lantai beton untuk mendapatkan

hasil tujuan penelitian analisa perbandingan antara kedua metode. Berdasarkan

hasil analisis dan pembahasan diperoleh empat tujuan. Pertama, Pembuatan pelat

lantai beton menggunakan Bondek dengan besi beton rangkai pabrikasi seperti

Wiremesh memiliki prosedur kerja yang lebih sederhana dibandingkan dengan

metode konvensional. Kedua, Pembuatan pelat lantai beton menggunakan pelat

bondek dengan besi beton rangkai pabrikasi wiremesh memiliki waktu pekerjaan

0,76 OH/m² yang lebih cepat 1,05 OH/m² atau percepatan pekerjaan 2,38

dibandingkan dengan metode konvensional yang memiliki waktu pekerjaan 1,81

OH/m². Ketiga, Pembuatan lantai pelat beton menggunakan pelat bondek dengan

besi beton rangkai pabrikasi wiremesh memerlukan biaya lebih murah yaitu Rp.

634.395 /m² dibandingkan dengan metode konvensional yang memerlukan biaya

Rp. 1.189.271,93 /m². Dengan demikian adanya efesiensi biaya sebesar Rp.

554.876,93 per meter persegi, atau efesiensi 46,6 %. Keempat, Pembuatan lantai

pelat beton menggunakan bondek didapat bobot 182,4 kg/m² dan dengan

menggunakan metode konvensional didapat bobot 240 kg/m². Dengan demikan,

berat pelat lantai beton menggunakan metode bondek lebih ringan dibandingkan

metode konvensional yaitu sebesar 57,6 kg/m².

Kata Kunci : Pelat lantai bondek, Sederhana, dan Efisien.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah subhanahu

wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda

Rasullah Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja

keras sehingga menjadi panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari-hari,

karena sungguh suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk

tidak pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil

bidang studi Manajemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara, dengan judul :

“ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON

DENGAN METODE PELAT BONDEK DAN PELAT KONVENSIONAL PADA

KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT ( STUDI KASUS : PEMBANGUNAN

RUKO DI BINJAI )”

Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini hingga dapat terselesaikan tidak

terlepas dari keterlibatan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang

berperan penting yaitu :

1. Bapak Ir. Syahrizal, M.T, selaku Pembimbing I yang telah banyak membantu penelti,

meluangkan waktu, pikiran, memberikan bimbingan, masukan dan tenaga untuk

memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Terima kasih

banyak.

2. Bapak Indra Jaya, S.T., M.T, selaku Co Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan

bimbingan, masukan, dan dukungan yang sangat bernilai serta meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran dalam mengarahkan penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kasih

banyak.

3. Bapak Medis S. Surbakti, S.T, M.T, sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

ii

4. Bapak DR. M. Ridwan Anas, S.T, M.T, sebagai Sekretaris Departemen Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Ing. Ir. Johannes Tarigan dan Ibu Rezky Ariessa Dewi, S.T, M.T, sebagai

Dosen Pembanding dan Penguji Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan pengajaran kepada

penulis selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Universitas, Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan bantuan selama ini kepada penulis.

8. Teristimewa untuk keluarga saya, Kedua orangtua saya Ayahanda DR. Ir. H. Jamil Ansari,

S.H, M.M dan Ibunda Hj. Zumairi Hemisni. Serta kepada abang saya Muhammad Khairi,

S.H yang sangat saya cintai, terimakasih telah memberikan dukungan materil dan moril,

serta doa yang terus mengalir tanpa henti, dukungan, motivasi, kasih sayang dan segalanya

selama ini.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Sipil 2013 yang telah banyak membantu penulis

mulai dari awal proses pengerjaan Tugas Akhir hingga selesai, khususnya: Osvaldo S.T,

Jacko S.T, Arif S.T, Novra S.T, Randi S.T, Heru F S.T, Syawali S.T, Albi S.T, Akbar S.T,

Rahmad S.T , Indah S.T, Fachruzi S.T, Nadya S.T, Joy S.T, Alfred, Utama, Zharfan,

Rahmat H, Heru R, Jeremi, Astrid, Nia, Izam, Salam, Syaiful, Bopak dan yang tidak dapat

disebutkan satu – persatu yang telah membantu saya selama masa perkuliahan.

10. Adik-adik 2016 yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan berlangsung

khususnya, Muammar, Okta, Eka, Wahyu, dan David.

11. Teruntuk para sahabat ROP Syafi’i, Dimas, Fahmi, Ridho, Dedo, Ikhsan, Wanda, Rendra

dan juga sahabat penulis Aziz S. Ked dan Haski S. ked terima kasih atas segala doa dan

dukungan untuk penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai.

12. Terima kasih buat orang yang telah berada di samping penulis, karna bantuan dan

dukungannya lah penulis bisa meluangkan keluh kesah campur aduk perasaan penulis

dapat menyelesaikan Tuhas Akhir ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

iii

13. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini, terima kasih atas jasa-

jasanya dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga Allah SWT membalas atas segala kebaikan – kebaikan mereka selama masa

menyelesaikan tugas akhir. Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis

miliki, maka penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dalam

penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Januari 2019

Penulis,

( Raihan Muyassar )

13 0404 116

Universitas Sumatera Utara

Page 6: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

ABSTRAK .........................................................................................................iv

DAFTAR ISI .....................................................................................................v

DAFTAR TABEL ............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii

DAFTAR NOTASI ...........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................3

1.4 Batasan Masalah .....................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................4

1.6 Metode Penelitian ...................................................................................5

1.7 Sistematika Penulisan .............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelat Lantai Beton ................................................................7

2.1.1 Pengertian Pelat Lantai Beton Konvensional .............................9

2.1.2 Pengertian Pelat Lantai Beton Bondek ........................................10

2.2 Komponen Pelat Lantai Beton ...............................................................12

2.2.1 Metode Konvensional .................................................................12

A. Beton dan dimensi .....................................................................12

B. Besi beton dan dimensi ............................................................13

C. Bahan bekisting dan dimensi ...................................................15

a). Kayu ..................................................................................15

b). Papan triplek .....................................................................16

c). Paku ..................................................................................16

2.2.2 Metode Bondek ...........................................................................17

A. Pelat baja gelombang / bondek dan dimensi ............................17

B. Wiremesh dan dimensi .............................................................21

C. Beton dan dimensi ....................................................................22

2.3 Metode Pelaksanaan ...............................................................................23

2.3.1 Metode Konvensional ...................................................................23

A. Pembuatan bekisting ................................................................23

B. Pemasangan besi penulangan beton .........................................26

C. Pengecoran beton mutu K – 225 ..............................................29

D. Pembongkaran bekisting ..........................................................30

2.3.2 Metode Bondek ..............................................................................31

A. Pembuatan balok anak ..............................................................32

B. Pemasangan Bondek .................................................................35

C. Pemasangan Wiremesh .............................................................36

D. Pengecoran beton mutu K – 225 ..............................................38

Universitas Sumatera Utara

Page 7: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum .....................................................................................................40

3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................40

3.3 Tata Urutan dan Langkah Kerja .............................................................41

3.4 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir ...................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tentang Prosedur Kerja ..........................................................................45

4.2 Percepatan Waktu Pekerjaan ..................................................................47

4.3 Perbedaan Biaya .....................................................................................49

4.4 Perbedaan Berat Pelat Lantai Beton .......................................................51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................................53

5.2 Saran .......................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................x

LAMPIRAN ......................................................................................................xiii

Universitas Sumatera Utara

Page 8: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

vii

DAFTAR TABEL

BAB I

Tidak Ada Tabel

BAB II

Tabel 2.1 Ukuran baja tulangan beton polos ( SNI 2052 : 2014 ) ...................14

Tabel 2.2 Ukuran baja tulangan beton sirip ( SNI 2052 : 2014 ) .....................14

Tabel 2.3 Tabel berat per lembar wiremesh ...................................................21

Tabel 2.4 Memasang 1 m2 bekisting untuk plat lantai ( SNI 7394 : 2008 ) ......25

Tabel 2.5 Pembesian 10 kg dengan besi polos/ulir ( SNI 7394 : 2008 ) ..........28

Tabel 2.6 Membuat 1 m3 beton mutu f’c 19,3 Mpa(K 225)(SNI 7394 : 2008) 30

Tabel 2.7 Memasang 1 m2 bekisting untuk balok ( SNI 7394 : 2008 ) ............34

Tabel 2.8 Memasang 1 kg jaring kawat baja / wiremesh ( SNI 7394 : 2008 ) .38

BAB III

Tidak Ada Tabel

BAB IV

Tabel 4.1 Tabel perbandingan prosedur pembuatan pelat lantai .....................46

Tabel 4.2 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode konvensional47

Tabel 4.3 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode bondek ..48

Tabel 4.4 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode konvensional49

Tabel 4.5 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode bondek ...50

Tabel 4.6 Tabel pengurangan beban pelat lantai menggunakan bondek .........51

BAB V

Tidak ada tabel

Universitas Sumatera Utara

Page 9: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

viii

DAFTAR GAMBAR

BAB I

Tidak ada gambar

BAB II

Gambar 2.1 Pelat lantai beton menggunakan bondek dan besi wiremesh. .......11

Gambar 2.2 Alkadeck 1000®

...........................................................................19

Gambar 2.3 IMW Stell Deck 1000 ..................................................................19

Gambar 2.4 Detail wiremesh JKBL .................................................................22

Gambar 2.5 Pemasangan bekisting konvensional pelat lantai .........................26

Gambar 2.6 Pembesian konvensional pelat lantai ............................................29

Gambar 2.7 Analisa Harga Satuan membongkar 10 m2 lantai yang lama .....31

Gambar 2.8 Pemasangan bondek dan besi wiremesh .......................................36

Gambar 2.9 Tumpangan dengan Tegangan Leleh Penuh ( 5000 Kg/cm² ) .....37

Gambar 2.10 Tumpangan dengan Setengah Tegangan Leleh ( 2500 Kg/cm² ) 37

Gambar 2.11 Pelat lantai beton menggunakan bondek .....................................39

BAB III

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian ( flow chart )..............................................42

BAB IV

Tidak ada gambar

BAB V

Tidak ada gambar

Universitas Sumatera Utara

Page 10: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

ix

DAFTAR NOTASI

cm : Satuan panjang (centimeter)

kg : Satuan berat (kilogram)

m : Satuan panjang (meter)

m² : Satuan luas (meter persegi)

m³ : Satuan volume (meter kubik)

L : Satuan volume (liter)

Lbr : Satuan jumlah (lembar)

Unit/hr : Satuan waktu (unit per hati)

bh : Satuan jumlah (buah)

bh/hr : Satuan jumlah (buah per hari)

OH : Satuan Tenaga kerja per hari

PC : Semen Portland

PB : Agregat halus

KR : Agregat kasar

Universitas Sumatera Utara

Page 11: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan masyarakat terhadap kemudahan konstruksi bangunan telah

mengakibatkan rekayasa bidang konstruksi bangunan telah bergulir, Kemudahan

yang umumnya menjadi tuntutan masyarakat adalah konstruksi bangunan yang

murah, cepat dan mudah dilakukan tetapi tetap terjamin kekuatannya.

Salah satu bagian konstruksi bangunan yang menjadi tuntutan masyarakat

adalah penggunaan pelat/lantai bangunan dengan beton bertulang. Pembuatan

pelat/lantai bangunan dengan konstruksi beton bertulang telah menjadi pilihan

primadona masyarakat perkotaan bahkan pedesaan. Sampai sekarang ini,

masyarakat perkotaan di indonesia, misalkan kota medan dan kota banda aceh,

dalam pembuatan pelat beton bertulang masih dilakukan secara konvensional.

Metode konvensional ini cara pengerjaannya di dahului dengan pembuatan

perancah dari bahan kayu. setelah perancah selesai selanjutnya merangkai besi

beton, kemudian pengecoran beton, terakhir setelah 14 (empat belas) hari , atau

masa matangnya beton, dilakukan pembongkaran perancah. Dengan pengerjaan

seperti ini terasa sulit dan lama yang pada gilirannya berdampak pada mahalnya

biaya konstruksi.

Dalam metode konvensional yang banyak menggunakan bahan kayu untuk

perancah, juga telah berdampak pada pemakaian hutan produksi yang tidak

terkendali karena terjadi penebangan semua jenis kayu dihutan secara komersial.

hal ini telah mengakibatkan rusaknya lingkungan hutan, bahkan telah

mengakibatkan terjadinya banjir bandang yang merusak/menghancurkan

bangunan yang dilaluinya.

Meskipun sebagian masyarakat konstruksi telah berupaya mengurangi

bahan kayu dalam metode konvensional, yaitu memakai perancah besi

(scaffolding). Namun pemakaian scaffolding memerlukan biaya yang relatif lebih

tinggi, sementara tidak mengurangi waktu pengerjaan pembuatan perancah.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

2

Berdasarkan studi pendahulu ke kota binjai, pada perbandingan ruko

dengan menggunakan plat bondek terdapat nilai lebih dengan menggunakan

metode bondek. Pelaksana yang membangun 5 unit ruko di binjai dengan

menggunakan metode plat bondek dan meninggalkan metode konvensional.

Alasan pelaksana menggunakan plat bondek supaya mengurangi biaya pengerjaan

dan waktu pengerjaan plat lantai beton, Adapun alasan pelaksana untuk

meninggalkan metode konvensional karena pekerjaan pembuatan perancah kayu

atau scaffolding serta merangkai besi beton rumit dan lama yang berdampak pada

tingginya upah kerja, banyak menggunakan kayu perancah dan besi beton serta

besarnya volume beton yang berdampak pada tingginya biaya bahan atau

konstruksi.

Selain itu, dikatakan sering terjadi kerusakan permukaan multiplek

perancah akibat hujan selama proses pembuatan yang lama yang berdampak pada

buruknya kualitas/kerapian beton. juga banyak residu kayu bekas perancah yang

tidak bermanfaat dan tidak bernilai ekonomis lagi, yang memerlukan ruang

penumpukan sebelum dimusnakan.

Fakta di atas menarik untuk diteliti secara akademis sehingga memberi

informasi yang benar dan pasti kepada masyarakat dunia konstruksi dan sekaligus

memberi wawasan positif baru kepada masyarakat tersebut. Dengan demikian,

diharapkan dapat merubah metode konvensional yang dirasakan sulit dan mahal,

bahkan telah berdampak pada kerusakan/penggundulan hutan akibat eksploitasi

semua jenis kayu hutan yang dipakai untuk perancah pembuatan pelat beton

bertulang.

Selain itu, yang lebih menarik lagi bagi peneliti untuk di teliti karena

pemilik RUKO merubah pembuatan pelat beton metode konvensional

sebagaimana ditetapkan dalam Izin Mendirikan Bagunan (IMB) menjadi metode

bondek.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah

penelitian ini, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 13: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

3

1. Bagaimana metode pelaksanaan pelat lantai beton dengan menggunakan

metode pelat bondek dan dengan menggunakan metode pelat konvensional?

2. Berapa perbedaan waktu/orang hari (OH) pelaksanaan pembuatan pelat lantai

beton dengan menggunakan pelat bondek dan dengan menggunakan pelat

konvensional?

3. Berapa perbedaan biaya pelaksanaan pelat lantai beton dengan menggunakan

pelat bondek dan dengan menggunakan pelat konvensional?

4. Apakah ada pengurangan berat lantai pada metode pelat bondek dibandingkan

metode pelat konvensional?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui kemudahan prosedur metode pelaksanaan pelat lantai beton

dengan menggunakan pelat bondek dan dengan menggunakan pelat

konvensional.

2. Mengetahui percepatan waktu pelaksaan pekerjaan pelat lantai beton dengan

metode pelat bondek dan dengan metode pelat konvensional.

3. Menganalisa biaya dan mengetahui perbedaan harga pelaksanaan plat beton

dengan menggunakan plat bondek dan dengan menggunakan plat

konvensional.

4. Mengetahui perbedaan berat pelat lantai beton dengan menggunakan metode

pelat bondek dan dengan menggunakan metode pelat konvensional.

1.4. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan biaya peneliti, dan waktu pendidikan maka

penelitian membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Analisa dilakukan untuk pelat pada lantai I RUKO pertama.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

4

2. Analisa yang dilakukan peneliti untuk pelat beton metode bondek dan metode

konvensional menggunakan AHS Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen

PUPR 28/2016). Sedangkan harga satuan barang menggunakan Standar Satuan

Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017 yang

di tetapkan oleh walikota madya medan.

3. Analisa untuk pelat lantai beton metode bondek dan metode konvensional pada

lokasi penelitian didasari pada analisa biaya yang dibuat oleh pemilik RUKO.

4. Dalam melakukan analisa menggunakan beton dengan mutu K-225.

5. Penelitian ini tidak menganalisa kekuatan struktur pelat lantai.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberi manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat bagi peneliti :

Menambah pengetahuan dan pengalaman menghitung biaya dan waktu

pekerjaan konstruksi pelat beton bertulang untuk bangunan toko, rumah dan

kantor bertingkat.

2. Manfaat bagi Departeman Teknik Sipil USU :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dibidang penggunaan bahan dan biaya

kontruksi bangunan, dan menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya,

terutama bagi mahasiswa Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

3. Manfaat bagi pihak lain :

Hasil penelititan ini akan bermanfaat bagi pihak lain untuk mengetahui bahan

konstruksi, serta penghematan biaya dan waktu pekerjaan sehingga menjadi

pilihan meninggalkan metode konvensional dalam membangun RUKO, rumah

dan kantor bertingkat lainnya. Untuk memberi wawasan baru tentang

konstruksi pelat beton bagi penulis dan masyarakat konstruksi indonesia

umumnya. Khususnya masyarakat sumatera utara dan aceh sehingga dapat

meninggalkan metode konvensional yang telah berdampak pada pemakaian

sumber daya alam hutan yang tidak terkendali.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

5

I.6. Metode Penelitian

Dalam pembahasan metodologi penelitian pada skripsi ini diuraikan dalam

beberapa tahap, antara lain :

1. Penelitian dilakukan dengan metode analisa yang mengacu pada studi kasus.

2. Penulisan tugas akhir ini mengacu pada metode studi analitis berdasarkan data-

data dan literatur yang berhubungan dengan topik dan dilakukan eksperimen

serta masukan-masukan dari dosen pembimbing.

3. Untuk menghitung perbedaan metode kerja, waktu pelaksaan dan biaya

pelaksaan menggunakan dua cara untuk kemudian di rata-rata kan. Yaitu:

Analisa biaya yang dilakukan oleh peneliti menggunakan AHS Cipta

Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016). Sedangkan harga

satuan barang menggunakan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan

Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017 yang di tetapkan oleh

walikota madya medan.

Analisa biaya yang dibuat oleh pemilik RUKO.

I.7. Sistematika Penulisan

Gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

a. Bab I – Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan masalah, bagan alir penelitian, sistematika penulisan.

b. Bab II – Tinjauan Pustaka

Berisi tentang landasan teori yang berkaitan dan juga yang bersifat

mendukung penelitian tugas akhir ini.

c. Bab III – Metodologi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 16: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

6

Berisi tentang tata cara dan teknik pengumpulan maupun pengolahan data

.

d. Bab IV – Hasil dan Pembahasan

Berisi tentang perhitungan dan pembahasan dari data penelitian yang telah

diperoleh.

e. Bab V – Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, yang akan menjawab

pertanyaan masalah yang sudah dirangkum pada rumusan masalah, dan

berisi tentang saran penulis berdasarkan hasil penelitian yang didapat.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelat Lantai Beton

Pelat lantai floor deck termasuk salah satu komponen struktur konstruksi

pada suatu bangunan bertingkat, baik itu seperti gedung perkantoran, apartemen,

rumah tinggal, rumah toko ( Ruko ) dan rumah kantor ( Rukan ). Bisa juga sebagai

pelat atap dengan ketentuan tebal pelat beton yang berbeda dengan pelat lantai

yang sudah ditentukan. Dengan demikian pelat lantai tidak terletak langsung di

atas tanah, namun terletak di atas lantai yang berada di permukaan tanah.

Menurut ( Frick dan Setiawan, 2001, hal. 153 ), pelat lantai merupakan

elemen dalam bidang bangunan yang horizontal. Pelat lantai membagi ruang pada

tingginya, membentuk gedung bertingkat ( rumah susun ). Seperti dinding, pelat

lantai berfungsi sebagai pembagi ruang secara vertikal, dan menerima beban

secara struktural seperti beban mati, beban muatan, angin, gempa bumi, dan lain-

lain.

Adapun fungsi pelat lantai, yaitu :

1) Pemisah ruang secara mendatar.

2) Memindahkan beban pada dinding atau kolom dan mendukung dinding

pemisah yang tidak menerus ke bawah.

3) Menambah kestabilan.

4) Pencegahan terhadap kebisingan, mencegah rambatan gema suara dan

mencegah rambatan suara melalui udara.

5) Pencegahan terhadap suhu.

6) Pencegahan terhadap kebakaran.

7) Masa pakai yang lama dan perawatan yang sedikit. ( hal. 158 )

Kemudian dikatakan bahwa umumnya pelat lantai dibangun dengan

konstruksi beton bertulang sebagai dasar utamanya.

Menurut ( Ali, 2007, hal. 171 ), Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis

yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

8

beban yang bekerja adalah tegak lurus pada bidang tersebut. Ketebalan bidang

pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang

maupun lebar bidangnya. Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan

sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan

maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya

diperhitungkan terhadap beban gravitasi ( beban mati dan/atau beban hidup ).

Beton didefinisikan sebagai “Campuran semen Portland atau semen

hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan

campuran tambahan ( admixture )” ( SNI 2847:2013, 2013, hal 17 ).

Dan beton bertulang juga di definisikan sebagai “beton yang ditulangi

dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minumum yang

disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi

bahwa kedua material bekerja bersama - sama dalam menahan gaya yang bekerja”

( SNI 03 -2847-2002, 2002, hal 6 ).

Pelat lantai beton umumnya dicor ditempat, bersama dengan balok

penumpu dan kolom pendukungnya. Dengan demikian akan diperoleh hubungan

yang kuat yang menjadi satu kesatuan ( Nadia, 2017, hal. 8 ).

Pelat Lantai dari beton mempunyai keunggulan/keuntungan antara lain:

1) Merupakan isolasi suara yang baik.

2) Tidak dapat terbakar dan kedap air, sehingga dapat dijadikan sebagai lantai

dapur, kamar mandi.

3) Dapat dipasang keramik untuk keindahan lantai.

4) Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat

berumur panjang. ( hal. 7 )

Proses pembuatan Pelat Lantai Beton terus berkembang mengikuti

perkembangan teknologi bahan bangunan. Sekarang ini pembuatan Pelat Lantai

Beton sudah mulai menggunakan bahan pabrikasi disamping masih banyak yang

menggunkan secara konvensional. Dengan demikian ada dua cara pembutan Pelat

Lantai Beton yang di cor di tempat sekarang ini, yaitu pertama secara

konvensional, dan kedua dengan menggunakan bahan pabrikasi atau sering

disebut dengan metode bondek.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

9

2.1.1 Pengertian Pelat Lantai Beton Konvensional

Pelat Lantai Beton Konvensional merupakan pelat lantai beton yang dibuat

secara manual/konvensional tanpa menggunakan bahan pabrikasi. Komponen

utama pelat lantai beton konvensional terdiri dari beton dan besi beton.

Pembentukannya menggunakan bekisting yang gunanya untuk tempat

mencetak dimensi beton dan merangkai besi beton sampai beton matang pada

umurnya. Selain bekisting ada penyangga bekisting dari bahan kayu untuk

menopang bekisting pembuatan pelat lantai beton.

Menurut ( Astanto, 2011 ), Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang

dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban

yang bekerja tegak lurus pada struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif

sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya

seperti dikutip ( Saragih, 2016, hal. 11 ).

Pada pekerjaan proyek konstruksi terutama pekerjaan struktur pelat lantai

beton, kayu dan triplek diperlukan sebagai bahan utama pembuatan bekisting

untuk membentuk cetakan pelat lantai beton. Kayu juga berfungsi sebagai

perancah untuk bekisting pembuatan pelat lantai beton. Sejauh ini di Indonesia,

material utama yang digunakan sebagai bekisting dan perancah adalah kayu dan

plywood atau triplek.

Bekisting merupakan struktur sementara yang berfungsi sebagai alat bantu

dalam membentuk beton dimana perkembangan beton itu sendiri. Bekisting

berfungsi sebagai acuan untuk mendapatkan bentuk profil yang diinginkan dan

sebagai penampung dan penumpu sementara beton basah selama proses

pengeringan ( Widhiawati et al, 2010, hal. 22 ).

Konstruksi bekisting untuk struktur yang mendukung bebas terdiri dari

suatu konstruksi penyangga dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (

scaffolding ). Perancah kayu umumnya diletakkan di bagian atas gelagar balok

yang cukup panjang dan lebarnya, untuk mencegah bekisting melesak. Perancah

kayu dapat disetel tingginya dengan pertolongan dua baji kayu yang dapat digeser.

Perancah ini termasuk tipe penyangga tradisional ( hal. 23 ).

Adapun keuntungan dan kerugian pelat lantai metode konvensional yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 20: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

10

Keuntungan

1) Dapat dibentuk sesuai keinginan

2) Mampu memikul beban tekan yang berat

3) Tahan terhadap temperatur tinggi

4) Biaya pemeliharaan rendah / kecil

Kerugian

1) Bentuk yang sudah dibuat sulit untuk di ubah

2) Pelaksanaan pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi

3) Berat

4) Daya pantul suara besar

5) Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk

6) Tidak memiliki kekuatan tarik

7) Setelah dicampur beton segera mengeras

8) Beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di daur ulang. ( Uji,

2012 )

Pembuatan pelat beton dengan metode konvensional Ini merupakan cara

lama yang paling banyak digunakan namun membutuhkan waktu lama serta biaya

tinggi. Kondisi ini kemudian menyebabkan banyak pekerja proyek berlomba-

lomba melakukan inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sekaligus

biaya termurah.

Dengan demikian pelat beton konvensional mempunyai dua komponen

utama yang dibuat tanpa pabrikasi.

2.1.2 Pengertian Pelat Lantai Beton Bondek

Pelat Lantai Beton bondek merupakan pelat lantai beton yang

menggunakan bahan pabrikasi. Komponen utama pelat beton bondek adalah pelat

baja gelombang sering disebut bondek, wiremash dan beton.

Menurut ( Frick dan Setiawan, 2001, hal. 181 ), pelat lantai beton datar

dengan bekisting seng gelombang khususnya ( metal deck ) memiliki keunggulan

yang mirip dengan pelat lantai kayu beton komposit, karena dapat dimanfaatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

11

sebagai bekisting saja, sebagai bekisting dan sekaligus sebagai penerima gaya

tarik, dan sebagai pelat balok T komposit.

Biasanya bekisting seng gelombang khusus digunakan pada kostruksi

rangka baja, di mana perlengkapan bekisting tidak dibutuhkan lagi. Jika bekisting

seng gelombang khusus digunakan pada konstruksi bangunan yang lain maka

dibutuhkan struktur rangka bekisting yang mirip dengan bekisting kayu ( hal. 181

).

Wiremesh merupakan tulangan baja pabrikasi sebagai pengganti tulangan

besi beton yang sudah di bentuk perlembar dengan ukuran 5,4 m x 2,1 m atau

gulungan dengan ukuran 54 m x 2,1 m dan diletak diatas permukaan bondek

dengan pemisah antara wiremesh dan bondek digunakan tahu beton.

Union Wire Mesh adalah jaring baja tulangan bermutu tinggi yang

mempunyai tegangan leleh karakteristik 5.000 kg/cm² yang dirangkai sedemikian

rupa menggunakan las listrik untuk mendapatkan tegangan geser berkualitas

tinggi sebesar 2.500 kg/cm² di setiap titik pertemuan kawatnya ( PT. Union Metal,

Brosur Union Wiremesh , September 2017 ).

Dengan demikian pelat beton bondek mempunyai 3 komponen utama, dua

komponen diantaranya dibuat scara pabrikasi yaitu bondek dan wiremesh.

Gambar 2.1 pelat lantai beton menggunakan bondek

dan besi wiremesh

Universitas Sumatera Utara

Page 22: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

12

2.2 Komponen Pelat Lantai Beton

2.2.1 Metode Konvensional

Seperti di jelaskan pada subbab 2.1.1 dikatakan komponen utama pelat

beton konvensional adalah beton dan besi beton. Selain itu komponen lain untuk

pelat beton konvensional adalah kayu, papan/triplek, kawat ikat, dan paku yang

sebagaimana diperlukan untuk pembuatan bekisting pelat lantai beton dan juga

penyokong/perancahnya. Beton sendiri terdiri dari semen, pasir, kerikil, dan air.

Sampai saat ini metode konvensional dalam pembuatan pelat lantai beton

ini masih banyak masyarakat yang menggunakan meskipun cara lama ini

membutuhkan waktu yang lama dalam pembuatan pelat lantai beton tersebut.

Cara pembuatan pelat beton dengan metode konvensional ini awalnya

pengukuran agar memastikan kerataan pelat, membuat pembesian, pemasangan

bekisting dan perancahnya, dan sampai dengan pengecoran.

A. Beton dan dimensi

Beton adalah komponen pembuat pelat lantai. Beton didefinisikan sebagai

“Campuran semen Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat

kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan ( admixture)” ( SNI

2847:2013, 2013, hal 17 ).

Untuk mengetahui dimensi beton digunakan ukuran ruang ( volume )

dengan satuan meter kubik ( m3

). Dimensi lain yang sering digunakan adalah

ukuran berat ( kg ). Untuk ukuran volume didapat dengan menghitung panjang,

lebar dan tebalnya.

Ketebalan pelat lantai beton berkisar antara 0,1 m sampai 0,12 m.

Ketebalan pelat lantai beton menurut SNI adalah 0,12 m.

Dengan ketebalan pelat 0,1 m, maka untuk setiap meter persegi diperlukan

beton sebanyak 0,1 m3. Dengan ukuran beratnya 220 kg.

Perlu diketahui berat jenis beton dengan asumsi per m3 adalah 2200 kg/m

3

( Ahadi, 2016 )

Universitas Sumatera Utara

Page 23: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

13

Disamping diperlukan volume beton juga diperlukan kualitas beton atau

mutu beton. Mutu beton umumnya diberi singkatan dengan huruf K. Dengan

demikian mutu beton sering diistilahkan dengan K 175, K 200, K 225, K 250, K

300, K 350. Makin besar sebutan angkanya berarti makin tinggi mutu betonnya.

Mutu beton merupakan perbandingan antara semen, pasir beton, dan kerikil.

Makin besar perbandingan antara semen pasir dan kerikil maka makin tinggi mutu

betonnya.

B. Besi beton dan dimensi

Tulangan beton merupakan salah satu komponen pembuat plat lantai. Besi

beton merupakan pembentuk tulangan beton.

Pengertian tulangan menurut SNI “batang baja berbentuk polos atau ulir

atau berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen

struktur beton, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut

sertakan” ( SNI 03 -2847-2002, 2002, hal 12 ).

Adapun pengertian lain tentang baja tulangan beton dari SNI yaitu “baja

berbentuk batang berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip yang

digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet

dengan cara canai panas ( hot rolling )” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 1 ) .

Bahan baku yang digunakan yaitu billet. “Billet baja tuang kontinyu untuk

baja tulangan beton dan baja profil” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 1 ).

Ada dua jenis tulangan beton yang digunakan untuk pembesian pelat lantai

beton. Yaitu, Baja Tulangan Polos ( BjTP ) dan Baja Tulangan Sirip ( BjTS ).

Baja Tulangan Polos ( BjTP ) didefinisikan sebagai “Baja tulangan beton

polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata

tidak bersirip” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 3 ).

Baja Tulangan Sirip ( BjTS ) didefinisikan sebagai “Baja tulangan beton

sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya

memiliki sirip melintang dan memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan

daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif

terhadap beton” ( SNI 2052 : 2014, 2014, hal 3 ).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

14

Tabel berikut menunjukan perbandingan antara diameter beton dengan

berat besi beton.

No Penamaan

Diameter

nominal (d)

(mm)

Luas penampang

nominal (A) (cm²)

Berat nominal per

meter (kg/m)

1 P.6 6 0,2827 0,222

2 P.8 8 0,5027 0,395

3 P.10 10 0,7854 0,617

4 P.12 12 1,131 0,888

5 P.14 14 1,539 1,21

6 P.16 16 2,011 1,58

7 P.19 19 2,835 2,23

8 P.22 22 3,801 2,98

9 P.25 25 4,909 3,85

10 P.28 28 6,158 4,83

11 P.32 32 8,042 6,31

12 P.36 36 10,17 7,99

13 P.40 40 12,56 9,86

14 P.50 50 19,64 15,4

No Penamaan

Diameter

nominal (d)

(mm)

Luas

penampang

nominal (A)

(cm²)

Diameter

dalam

minimal (do)

Tinggi sirip

(mm) Jarak

sirip

melintang

(maks)

Lebar

sirip

membujur

(maks)

Berat

nominal

per

meter

(kg/m) min maks

1 P.6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222

2 P.8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395

3 P.10 10 0,7854 8,9 0,5 1 7 7,9 0,617

4 P.13 13 1,327 12 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04

5 P.16 16 2,011 15 0,8 1,6 11,2 12,6 1,58

6 P.19 19 2,838 17,8 1 1,9 13,3 14,9 2,23

7 P.22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98

8 P.25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,5 19,7 3,85

9 P.29 29 6,625 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 5,18

10 P.32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31

11 P.36 36 10,18 34 1,8 3,6 25,2 28,3 7,99

12 P.40 40 12,57 38 2 4 28 31,4 9,88

2.2 Tabel ukuran baja tulangan beton sirip ( SNI 2052 : 2014 )

2.1 Tabel ukuran baja tulangan beton polos ( SNI 2052 : 2014 )

Universitas Sumatera Utara

Page 25: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

15

C. Bahan bekisting dan dimensi

Bekisting merupakan cetakan beton sementara untuk menahan beton

sampai mengering sesuai umur beton, dan perancah sebagai penahan/penyokong

bekisting beton tersebut. Cetakan beton ini akan dibuka saat beton sudah

memenuhi standar waktu yang dibutuhkan.

Pengertian bekisting adalah suatu konstruksi pembantu yang berisfat

sementara yang merupakan cetakan / mal ( beserta pelengkapnya ) pada bagian

samping dan bawah dari suatu konstruksi ( Wijaya et al, 2012, hal. 238 ).

Pengertian perancah Menurut ( SNI 2847:2013, 2013, hal. 22 ),

“komponen struktur tumpuan vertikal atau miring yang didesain untuk memikul

berat bekisting, beton, dan beban konstruksi”.

Dalam pembuatan bekisting harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Kualitas material bekisting yang digunakan harus dapat menghasilkan

permukaan beton yang baik.

2) Cukup kuat karena bekisting akan menampung beton basah disamping beban-

beban lain saat pengecoran. Dengan begitu diharapkan tidak terjadi lendutan

atau lenturan ketika beton dituang.

3) Sedikit pembuangan agar bisa dipakai untuk keperluan pembekistingan yang

lainnya.

4) Dapat dipasang dengan mudah dan cepat.

5) Mudah dibongkar tanpa mengadakan sentakan sehingga tidak menimbulkan

kerusakan pada struktur beton saat dilakukan pembongkaran bekisting.

6) Memperhatikan faktor ekonomis dari bekisting agar mampu mereduksi biaya.

( Widhiawati et al, 2010, hal. 23 ).

Dalam pembuatan bekisting, diperlukan bahan-bahan untuk pembuatan

bekisting yaitu triplek/polywod, kayu, paku.

a) Kayu

Dalam dunia konstruksi, kayu merupakan bahan bekisting yang banyak

digunakan, khususnya pada bekisting konvensional dimana keseluruhan bahan

bekisting termasuk juga perancahnya dibuat dari kayu.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

16

Kayu adalah material alam dari pohon yang sering dimanfaatkan untuk

kontruksi bangunan. Alasan mengapa kayu digunakan untuk kontruksi bangunan

adalah mempunyai sifat yang mudah dibentuk dan kuat. Selain itu untuk jenis-

jenis kayu untuk kontruksi bangunan masih mudah didapatkan. Selain sebagai

material terpasang, kayu juga digunakan untuk material pendukung pekerjaan

struktur pada bangunan gedung seperti pembuatan bekisting balok, kolom, dan

pelat ( Kayu Bekisting, 2016 ).

b) Papan triplek

Salah satu komponen dari pekerjaan struktur beton bertulang adalah

cetakan beton atau bekisting. Bahan utama pada proses tersebut salah satunya

adalah plywood atau Triplek Cor, yaitu material kayu olahan yang sering pula

disebut kayu lapis.

Triplek memiliki ukuran 1,22 m x 2,44 m per lembar dan ketebalan yang

bervariasi, dalam pembuatan bekisting plat lantai memerlukan triplek dengan

ketebalan 9 mm. Luas 1 lembar triplek adalah 2,9768 m2 ( Ahadi, 2014 ).

c) Paku

Pembuatan konstruksi bangunan selalu membutuhkan benda kecil satu ini

yaitu paku. Paku sangat banyak dibutuhkan di dunia konstruksi. Paku memiliki

peranan penting dalam pembangunan khususnya pembuatan bekisting pelat lantai

beton dan perancah.

Hampir semua jenis konstruksi membutuhkan paku sebagai alat bantu

proses konstruksi. pembangunan apapun seperti rumah, ruko, hotel, apartemen,

gedung pencakar langit, jembatan besi, jembatan kayu, dan bangunan jenis lain

semuanya pasti menggunakan paku.

Paku ialah logam keras berujung runcing yang digunakan pada dunia

konstruksi, umumnya terbuat dari baja, yang digunakan untuk melekatkan dua

bahan dengan menembus keduanya ( Wikipedia, 2017 ).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

17

Dalam pembuatan bekisting plat lantai beton konvensional per 1 m2

berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan memasang bekisting pelat lantai per 1

m2 dari SNI 7394:2008 dibutuhkan paku ukuran 5 - 12 cm 0,4 kg.

2.2.2 Metode Bondek

Seperti di jelaskan pada subab 2.1.2 dikatakan komponen utama pelat

beton bondek adalah pelat baja gelombang sering disebut bondek, jaring besi baja

atau sering disebut wiremash dan beton.

A. Pelat baja gelombang / bondek dan dimensi

Pelat baja gelombang atau yang lebih kita kenal dengan bondek merupakan

komponen utama pembuatan pelat lantai beton yang gunanya sebagai bekisting

permanen dan juga lantai kerja. bondek memiliki tebal berkisar antara 0,75 mm

sampai dengan 1,40 mm. Dan memiliki lebar 1 m. Tetapi ada perusahaan yang

memproduksi bondek tersebut memiliki banyak pilihan lebar yang dibutuhkan

yaitu 890 mm, 950 mm, dan 1000 mm. Panjang yang dibutuhkan dalam memesan

bondek maksimal 12 m, tergantung pesanan yang diinginkan.

Pelat bondek banyak dimanfaatkan untuk renovasi bangunan ruko, pabrik,

mushola, dan mesjid menjadi dua lantai hingga lebih. Pelat bondek berbentuk

gelombang. Bahannya terbuat dari besi baja dengan ketebalan 0,75 mm – 1,2 mm.

Panjang pelat mencapai 12 m dan lebar 1 m. Pemasangannya langsung “digelar”

di atas balok beton atau balok baja IWF ( Mistra, 2015, hal. 35 ).

Pemasangan bondek lebih mudah dan lebih cepat dari pemasangan

bekisting konvensional yang pada umumnya lebih lama dan membutuhkan tenaga

kerja yang profesional dalam merakitnya agar tidak terjadi kebocoran atau

runtuhnya bekisting.

keuntungan menggunakan bondek yang dikutip dari salah satu perusahaan

pembuat pelat baja gelombang Union Floor Deck W-1000® atau bondek untuk

pelat lantai beton:

Universitas Sumatera Utara

Page 28: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

18

1) Berfungsi ganda, yaitu sebagai bekisting tetap dan tulangan positif satu arah.

Efisiensi waktu dan kemajuan pekerjaan dapat dipercepat karena waktu untuk

pembuatan dan pembongkaran bekisting sudah tidak diperlukan lagi.

Pekerjaan pembesian di bagian yang mengalami tarik, dapat direduksi atau

bahkan dihilangkan karena telah digantikan fungsinya oleh Floor Deck.

2) Cepat dan mudah pemasangannya, baik pada konstruksi beton maupun baja.

Tidak seperti bekisting konvensional pada umumnya yang harus dikerjakan

per bentangan. Union Floor Deck W-1000® dapat mencapai beberapa

bentangan sekaligus, sehinggal lebih cepat pemasangannya.

3) Union Floor Deck W-1000® dapat secara langsung digunakan sebagai

plafond.

4) Sudah lolos uji dari : - kelenturan dan pembebanan,

- kebakaran.

5) Efisiensi dan penghematan volume dalam pemakaian beton dengan

menggunakan Union Floor Deck W-1000® sampai dengan 25 %. ( PT. Union

Metal, Brosur Union Floor Deck W-1000® , September 2017 )

Ada juga keuntungan menggunakan bondek dari perusahaan lain pembuat

pelat baja gelombang Intan Steeldek® yaitu :

1) Peraktis dan ekonomis

a) Pemasangan cepat dan mudah, karena dibuat dalam bentuk lembaran –

lembaran yang panjang

b) Dapat menghemat biaya sekitar 10 % - 20 % jika dibandingkan dengan

pengerjaan konvensional

c) Tidak diperlukan papan sebagai bekisting dan balok kayu sebagai

penyangga

d) Ringkas dan mudah dalam pengangkutan ataupun memindahkan di

lapangan

2) Multifungsi

a) Dapat berfungsi juga sebagai pengganti tulangan positif satu arah dan

sebagai plafon

3) Daya tahan lentur tinggi

Universitas Sumatera Utara

Page 29: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

19

Gambar 2.2 Alkadeck 1000®

Gambar 2.3 IMW Stell Deck 1000

a) Tulangan memanjang pada daerah dasar dibuat dua lajur, sehingga lebih

kaku

b) Bahan baku dengan grade G – 550, sehingga ketahanan terhadap lenturan

sangat tinggi. ( PT. Intan Metalindo, Brosur Intan Steeldek® , 2014 )

Dari kedua gambar diatas yaitu gambar 2.2 dan 2.3 yang di dapat dari

sumber perusahaan pembuat bondek yaitu PT. Alkajaya Satria Perkasa dan PT.

Indoutama Metal Work terdapat ukuran trapesium berbeda – beda. Guna

menghitung luas trapesium untuk mengetahui pengurangan beton dalam membuat

pelat lantai beton menggunakan bondek.

Gambar 2.2 menjelaskan bahwa luas satu gelombang bentuk trapesium

terdapat panjang alas atas 132 mm, alas bawah 187 mm dan tinggi 55 mm.

Gambar 2.3 menjelaskan bahwa luas satu gelombang bentuk trapesium terdapat

panjang alas atas 130 mm, alas bawah 189 mm dan tinggi 50 mm.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

20

Jadi, ukuran rata – rata trapesium yang didapat dari kedua gambar tersebut

adalah panjang alas atas 131 mm, alas bawah 188 mm dan tinggi 52,5 mm

Adapun spesifikasi bahan bondek dari perusahaan pembuat Union Floor

Deck W-1000® ( PT. Union Metal, 2017 ), yaitu:

1) Bahan dasar : baja high - tensile, Tegangan leleh minimum 560 Mpa

(N/mm2)

2) Lapis lindung : hot dip galvanized

3) Tebal standar : 0,65 mm BMT atau 0,70 mm TCT

0,70 mm BMT atau 0,75 mm TCT

1,00 mm BMT atau 1,05 mm TCT

1,40 mm BMT atau 1,45 mm TCT

4) Berat bahan : 6,55 kg/m2 untuk ketebalan 0,65 mm BMT

7,03 kg/m2 untuk ketebalan 0,70 mm BMT

9,91 kg/m2 untuk ketebalan 1,00 mm BMT

13,76 kg/m2 untuk ketebalan 1,40 mm BMT

5) Standart bahan : SNI 07-2053-2006

6) Tinggi gelombang : 50 mm

7) Lebar efektif : 995 mm

8) Panjang : maksimal 12.000 mm

Dan ada juga spesifikasi bahan bondek dari perusahaan pembuat IMW

Steel Deck 1000 ( PT. Indoutama metal Deck, Brosur ), yaitu:

1) Bahan dasar : baja high – tensile G550, Tegangan leleh minimum 5500

(kg/cm2)

2) Lapis lindung : hot dip galvanized

3) Tebal coating : Z 22 (220 gr/mm2) – Z 275 (275 gr/mm

2)

4) Tebal standar : 0,75 mm TCT (7,00 kg/m2)

1,05 mm TCT (10,20 kg/m2)

5) Standart bahan : ASTM A 653 SNI 070132-95

6) Tinggi gelombang : 50 mm

Universitas Sumatera Utara

Page 31: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

21

2.3 Tabel berat per lembar wiremesh

7) Lebar efektif : 1000 mm

8) Panjang : maksimal 12.000 mm

B. Wiremesh dan dimensi

Definisi wiremesh yaitu, jaringan kawat baja las untuk tulangan beton

adalah jaringan yang berbentuk segi empat dari kawat hasil penarikan dingin yang

dibuat dengan pengelasan titik. Untuk selanjutnya disebut jaringan kawat baja las,

disingkat JKBL ( SNI 07 – 0663 – 1995, 1995, hal. 1 ).

Seperti yang sudah dikatakan di atas pada subbab 2.1.2 Wiremesh yang

disebut juga dengan Jaring Kawat Baja Las ( JKBL ) merupakan tulangan jaring

baja pabrikasi sebagai pengganti tulangan besi beton yang sudah di bentuk

perlembar dengan ukuran 5,4 m x 2,1 m atau gulungan dengan ukuran 54 m x 2,1

m dan diletak diatas permukaan bondek dengan pemisah antara wiremesh dan

bondek digunakan tahu beton.

pembentukan wiremesh dengan menyusun tulangan 2 lapis vertikal dan

horizontal berjarang 150 mm x 150 mm dan disatukan dengan di las listrik setiap

titik pertemuan besi tulangannya, terbentuk jaring kawat baja dengan bentuk

perlembar ukuran 5,4 m x 2,1 m atau bentuk gulungan dengan ukuran 54 m x 2,1

m.

Besi wiremesh memiliki diameter yang berbeda dan berat yang berbeda

juga. Wiremesh memiliki diameter 4 mm sampai dengan 16 mm, dengan bentuk

permukaan besi ulir atau polos. Adapun berat perlembar yang diketahui dari

masing – masing diameter dapat dilihat pada tabel 2.3 yang bersumber dari PT.

Union Metal .

RWNC M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M12 M16

DIAMETER

(mm) 4 5 6 7 8 9 10 12 16

BERAT PER

LEMBAR

(KG)

15,45 24,14 36,76 47,31 61,79 78,21 95,55 139,03 247,17

Universitas Sumatera Utara

Page 32: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

22

Gambar 2.4 detail wiremesh JKBL

Keuntungan dalam menggunakan wiremesh sebagai pengganti tulangan

besi beton yaitu pemasangannya mudah dan cepat sehingga menghemat waktu

konstruksi bangunan, dapat diproduksi atas dasar desain perencana, dan

mengurangi berat besi tulangan dalam beton.

Adapun spesifikasi bahan wiremesh dari perusahaan pembuat Union Wire

Mesh® ( PT. Union Metal, Brosur, September, 2017 ), yaitu:

1) Diameter JKBL Union : 4 mm sampai 16 mm.

2) Standar bahan : SNI 07-0663-1995

3) Tegangan Leleh Karakteristik : 5.000 kg/cm2, mutu U-50

4) Tegangan Geser Kampuh Las : 2.500 kg/cm2

5) Bentuk Permukaan Kawat : Polos dan Ulir

6) Spasi Standar : 150 mm x 150 mm ( tipe M )

100 mm x 100 mm ( tipe B )

7) Ukuran standar : -Lembar : 5,4 m x 2,1 m

( M4 – M10, M12, M16 )

-Roll : 54 m x 2,1 m ( M4 – M6 )

C. Beton dan dimensi

Beton merupakan komponen paling utama dalam pembuatan pelat lantai

beton dan juga elemen struktur bangunan lainnya. Dalam pembuatan pelat lantai

Universitas Sumatera Utara

Page 33: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

23

beton menggunakan metode bondek, volume beton yang diperlukan dalam

pembuatan pelat per 1 m2 lebih sedikit dibandingkan dengan volume beton

pembuatan pelat lantai menggunakan metode konvensional. Dikarenakan pelat

baja gelombang tersebut memiliki 3 gelombang ke arah atas dalam lebar 1 m,

sehingga volume beton yang diperlukan dalam pembuatan pelat 1 m3 pun

berkurang akibat ada 3 gelombang tersebut.

2.3 Metode Pelaksanaan

2.3.1 Metode Konvensional

Metode pelaksanaan pembuatan pelat lantai beton secara konvensional

dilakukan secara bertahap. Yaitu pertama pemasangan bekisting, kemudian

setelah bekisting selesai dilakukan merangkai besi sebagai penulangan beton,

setelah pembesian selesai dilakukan pengecoran beton, terakhir pembongkaran

bekisting setelah beton mengeras atau 14 hari setelah selesai pengecoran.

Pelaksanaan pekerjaan pelat lantai beton konvensional yang pertama

menentukan ketinggian pelat lantai, kedua pemasangan bekisting pelat lantai,

ketiga pengerjaan pengecoran pelat lantai, dan yang terakhir pembongkaran

bekisting pelat lantai ( Uji, 2012 ).

Dalam metode pelaksanaan konvensional ini menggunakan contoh

bentang antara balok ke balok sebesar 4 m, jadi luas pengerjaan 16 m2.

A. Pembuatan Bekisting

Sebaimana dijelaskan pada subbab 2.1.1 bahwa bekisting merupakan

cetakan beton sementara untuk menahan beton sampai mengering sesuai umur

beton, dan perancah sebagai penahan/penyokong bekisting beton tersebut.

Cetakan beton ini akan dibuka saat beton sudah memenuhi standar waktu yang

dibutuhkan.

Menurut ( Manullang, 2017, hal 116 ), Pekerjaan bekisting lantai dipasang

terlebih dahulu sebelum pemasangan besi dan pengecoran beton, bekisting juga

Universitas Sumatera Utara

Page 34: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

24

dijadikan sebagai pijakan untuk pekerjaan pembesian lantai. Saat lantai akan dicor

perlu diperhatikan kebersihan dan kesiapan lapangan sebelum pekerjaan. Hal ini

untuk menghindari tercampurnya benda – benda asing dengan beton cor, sehingga

kualitas beton lantai kurang bagus.

Menurut ( Frick dan Setiawan, 2001, p. 176 ), konstruksi bekisting pelat

lantai beton bertulang pada umumnya dibuat dari kayu (kayu massif maupun

multipleks). Bekisting kayu terdiri dari papan bekisting setebal > 20 mm dan lebar

minimal 12 cm didukung oleh balok melintang ( 5 x 7 cm ) dengan jarak < 60 cm.

Balok melintang ini ditumpu setiap < 60 cm dengan tiang topang dari bambu,

kayu, atau pipa baja dan sebagainya.

Dalam pembuatan bekisting, diperlukan bahan-bahan untuk pembuatan

bekisting yaitu triplek/polywod, kayu, paku. Perlu diketahui panjang setiap kayu 4

meter.

Contoh pelaksanaan dan perhitungan membuat bekisting pelat lantai

sebesar 16 m2 dapat diketahui. Pada umumnya langkah – langkah pembuatan

bekisting yang dilakukan pada proyek-proyek pembangunan bangunan bertingkat

dimulai dengan meletakkan perancah dengan jarak antara batang perancah 60 cm.

Digunakan kayu berukuran

, dalam bentang 4 m x 4 m atau 16 m

2 diperlukan 16

baris kayu untuk perancah bekisting. Berarti membutuhkan 64 batang berdiri

tegak secara vertikal untuk menyanggah bekisting.

Untuk mengikat batang – batang perancah agar tidak jatuh atau bergesar

menggunakan dua kayu berukuran

yang diletakkan di tengah secara horizontal

per barisnya dan diikat menggunakan paku. Jumlah kayu yang dibutuhkan 32

batang. Dan untuk mengikat perancah ada juga dari bagian paling bawah secara

horizontal guna untuk perletakan perancah agar tidak bergeser, jumlah kayu yang

diperlukan 10 batang untuk bawah dan menggunakan kayu

. Untuk tempat

perletakan triplek diletakkan kayu di atas perancah sebanyak 10 batang dan kayu

.

Jadi total kayu yang digunakan untuk perancah bekisting dengan bentang

16 m2 yaitu kayu

sebanyak 84 batang dan kayu

sebanyak 32 batang.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

25

2.4 Tabel memasang 1 m2 bekisting untuk plat lantai ( SNI 7394 : 2008 )

Penggunaan triplek untuk pembuatan bekisting guna tempat pencetakan

beton. Triplek berukuran 1,22 m x 2,44 m perlembar dan luas perlebarnya yaitu

2,98 m2. Penggunaan triplek dapat dihitung dengan luas bekisting dibagi dengan

luas triplek. Jadi, jumlah triplek yang digunakan untuk pengerjaan pelat lantai

dengan bentang 16 m2 adalah 5,37 lembar atau digenapkan menjadi 6 lembar.

Jadi, perhitungan koevisien pembuatan bekisting pelat lantai per 16 m2

yang didapat secara umum yaitu kayu

sebanyak 84 batang dengan koevisiennya

1,176 m3. Kayu

sebanyak 32 batang dengan koevisiennya 0,16 m

3. Serta

koevisien triplek sebanyak 6 lembar.

Dalam 1 m2 pemasangan bekisting untuk lantai dapat diketahui dengan

membagi hasil per 16 m2. Didapat hasil yaitu kayu

dengan koevisien 0,073 m

3.

Kayu

dengan koevisien 0,01 m

3. Triplek 1,22 x 2,44 m dengan koevisien 0,34

lembar triplek atau di genapkan menjadi 0,35 lembar.

Adapun volume atau koefisien bahan – bahan pembuatan memasang

bekisting untuk pelat lantai per 1 m2 yang di dapat dari analisa harga satuan

pekerjaan SNI 7394:2008.

Dalam pembuatan memasang bekisting untuk pelat lantai per 1 m2 yang di

dapat berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan SNI 7394:2008, memerlukan

beberapa kayu yaitu : kayu kelas III sebanyak 0,04 m3

; balok kayu kelas II

Kebutuhan Satuan Indeks

Bahan

Kayu kelas III m3 0,04

Paku 5 cm – 12 cm kg 0,4

Minyak bekisting Liter 0,2

Balok kayu kelas II m3 0,015

Plywood tebal 9 mm Lbr 0,35

Dolken kayu galam, (8–10) cm panjang 4m

Batang 6.000

Tenaga kerja

Pekerja OH 0,66

Tukang kayu OH 0,33

Kepala tukang OH 0,033

Mandor OH 0,033

Universitas Sumatera Utara

Page 36: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

26

Gambar 2.5 Pemasangan bekisting konvensional pelat lantai ( sumber:

Heinz Frick dan Pujo, L Setiawan, 2001 )

sebanyak 0,015 m3 ; dolken kayu galam, Ø (8-10), panjang 4 m sebanyak 6,00

batang.

B. Pemasangan besi penulangan beton

Dalam pengerjaan pelat lantai beton, pembesian merupakan pekerjaan

pembetonan pelat lantai yang sangat penting.

Tulangan beton untuk pelat lantai beton konvensional bagi rumah tinggal

umumnya digunakan besi ukuran diameter 8 mm sampai 10 mm. Dimensi berat

besi beton berbanding lurus dengan diameter besi beton.

Beton konvensional membutuhkan banyak besi beton. Diameter besi untuk

rumah tinggal umumnya menggunakan besi berdiameter 8 – 10 mm. Jarak

pemasangan antar besi mulai dari 15 – 20 cm, bahkan ada yang berjarak setiap 25

cm ( Mistra, 2015, hal. 30 ).

Konsep pembesian arah x dan y dengan dua lapis masing – masing bagian

bawah dan atas sering di adopsi kontraktor dan pemborong. Konsep ini memang

bagus untuk pembesian pelat lantai ( hal. 65 )

Biasanya tukang memasang pembesian arah x dan arah y dengan

menggunakan besi polos diameter 8 mm dua lapis di bagian bawah dan dua lapis

Universitas Sumatera Utara

Page 37: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

27

lagi di bagian atas. Dengan demikian jumlah besi untuk kedua arah tersebut

menjadi empat lapis besi ( hal. 65 ).

Pekerjaan pembesian pelat lantai menurut ( Manullang, 2017, hal 55 )

menggunakan tulangan dengan diameter 8 mm dengan jarak antartulangan 15 cm.

Menurut ( Manullang, 2017, hal 115 ), pekerjaan besi lantai dikerjakan

berdasarkan diameter tulangan yang telah ditentukan. Pemasangan besi umumnya

dilakukan dalam dua arah, yaitu arah x dan arah y sesuai dengan jarak

antartulangan yang telah ditetapkan.

Untuk menghitung volume besi lantai, yang harus diperhatikan adalah

diameter tulangan yang digunakan. Satuan yang digunkan untuk menghitung

volume besi lantai adalah kilogram ( kg ).

Dari teori yang didapat tentang pembesian pelat lantai, jarak yang

digunakan berkisar antara 15 cm sampai dengan 25 cm. Dapat disimpulkan bahwa

rata - rata jarak yang digunakan dalam pembesian pelat lantai yaitu 20 cm.

Contoh perhitungan berat besi yang dibutuhkan per 16 m2 menggunakan

tulangan polos dengan diameter 8 mm dengan jarak tulangan 20 cm. Pembesian

pada pelat lantai beton direncanakan 2 tulangan, yaitu tulangan atas dan tulangan

bawah dengan masing – masing arah x dan y.

Untuk menghitung berat besi tulangan pada lantai per 16 m2 sebagai

berikut : untuk besi atas dengan panjang 4,4 meter, jumlah besi dipasang dengan

jarak 0,20 m dalam bentang panjang 4 m, didapat 20 baris per 4 m. Jika dikalikan

dua karena dua arah hasilnya 40 baris. Untuk mendapatkan panjang besi yang

diperlukan yaitu 40 baris dikalikan panjang besi 4,4 m, didapat 176 meter.

Ada juga besi dengan jarak 1 m diletakkan di bagian atas, perletakan besi 1

m tersebut hanya di bagian bentang daerah tengah yaitu 2 m. Besi tersebut

memiliki panjang 1,10 m. Dalam bentang panjang 2 m memerlukan 10 baris,

dikalikan dengan 4 sisi dalam bentang 16 m2, didapatkan 40 baris. Untuk

mendapatkan panjang besi yang diperlukan yaitu 40 baris dikalikan panjang besi

1,10 m, didapat 44 meter.

Ada juga besi bagian bawah dengan panjang 4,2 m, jumlah besi dipasang

dengan jarak 0,20 m dalam bentang panjang 4 m, didapat 20 baris per 4 m. Jika

Universitas Sumatera Utara

Page 38: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

28

2.5 Tabel pembesian 10 kg dengan besi polos/ulir ( SNI 7394 : 2008 )

dikalikan dua karena dua arah hasilnya 40 baris. Untuk mendapatkan panjang besi

yang diperlukan yaitu 40 baris dikalikan panjang besi 4,2 m, didapat 168 meter.

Total besi seluruhnya yang diperlukan untuk pembesian pelat lantai

dengan bentang pengerjaan 16 m2 adalah 388 m. Dalam 1 batang besi yang dijual

memiliki panjang perbatang 12 m. Total batang besi yang diperlukan adalah 32,33

batang atau digenapkan 33 batang.

Menurut ( SNI 2052 : 2014, 2014 ), berat besi beton polos dengan

diameter 8 mm per meternya diketahui menurut adalah 0,395 kg per meter.

Untuk menghitung berat besi beton bisa juga menggunakan rumus

perhitungan berat besi tulangan dengan rumus 0,006165 x D2 x Panjang ( SNI 07-

0663-1995, 1995 ).

Jadi, didapatkan berat besi tulangan pada pelat lantai per 16 m2 adalah

dengan mengalikan berat besi polos diameter 8 mm per meter menurut SNI 2052 :

2014 dengan panjang besi yang diperlukan 388 m adalah 153,26 kg atau

digenapkan 154 kg. Dalam 1 m2 pengerjaan pembesian membutuhkan besi 24,25

m atau 9,625 kg besi.

Adapun volume atau koefisien besi beton polos diameter 8 mm

berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan SNI 7394:2008 dalam memasang

pembesian 10 kg dengan besi polos yaitu : besi beton ( polos ) sebanyak 10,50 kg

dan kawat beton sebanyak 0,150 kg.

Kebutuhan Satuan Indeks

Bahan Besi beton (polos/ulir) kg 10,5

Kawat beton kg 0,15

Tenaga kerja

Pekerja OH 0,07

Tukang besi OH 0,07

Kepala tukang OH 0,007

Mandor OH 0,004

Universitas Sumatera Utara

Page 39: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

29

Gambar 2.6 Pembesian konvensional pelat lantai

Dapat disimpulkan bahwa setiap 1 m2 membutuhkan 9,625 kg atau

digenapkan 10 kg. dapat dipakai analisa harga satuan yang telah ditentukan oleh

SNI.

Pada gambar 2.6 yang menggambarkan pembesian pelat lantai secara

konvensional bersumber dari IMB ( Izin Mendirikan Bangunan ) ruko.

C. Pengecoran beton mutu K-225

Pekerjaan pengecoran pelat lantai beton untuk membetuk pelat lantai

beton dilakukan setelah pekerjaan pemasangan bekisting dan pembesian lantai

selesai dilakukan. Tebal beton lantai yang dicor disesuaikan dengan tebal beton

yang telah direncanakan.

Menurut ( Manullang, 2017, hal. 53 ), Untuk menghitung biaya yang

dibutuhkan pada pengerjaan beton lantai per kubik, terlebih dahulu dihitung

volume betonnya. Perhitungan volume beton dihitung berdasarkan dimensi lantai

dan tebal lantai. Satuan yang digunakan untuk menghitung volume beton lantai

adalah meter kubik ( m3 ).

Pengerjaan pengecoran beton lantai pada bangunan harus dilakukan secara

bertahap mulai dari pemasangan bekisting lantai hingga pekerjaan pemasangan

besi lantai. Setelah itu, dilakukan pengecoran beton. Kebersihan lapangan harus

Universitas Sumatera Utara

Page 40: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

30

2.6 Tabel membuat 1 m3 beton mutu f’c 19,3 Mpa ( K 225 ) ( SNI 7394 : 2008 )

dicek terlebih dahulu sebelum pekerjaan pengecoran tersebut dilakukan. Hal ini

untuk menghindari benda – benda asing ikut tercor di dalam beton lantai tersebut (

hal. 114 ).

Sebagai contoh pembentukan beton dengan mutu K-225 dalam 16 m2

dengan tebal 0,1 m memerlukan 1,6 m3 beton basah. Berat yang didapat dengan

cara mengalikan volume beton dengan berat jenis beton basah yaitu 2330 kg/m3

adalah 3728 kg.

Jadi, dalam 1 m2 dengan tebal 0,1 m pelat lantai beton memerlukan beton

0,1 m3. Dan berat yang di dapat dalam 0,1 m

3 adalah 233 kg.

Adapun volume atau koefisien bahan – bahan campuran pembentuk beton

dalam membuat 1 m3 beton mutu f’c 19,3 Mpa ( K 225 ) berdasarkan analisa harga

satuan pekerjaan SNI 7394:2008 yaitu : PC ( Portland Cement ) sebanyak 371 kg ;

PB ( Pasir Beton ) sebanyak 698 kg ; KR ( Kerikil ) sebanyak 1047 kg ; air

sebanyak 215 Liter.

Kebutuhan Satuan Indeks

Bahan

Semen Portland kg 371.000

Pasir beton kg 698

Kerikil (Maks 30 mm) kg 1047

Air Liter 215

Tenaga kerja

Pekerja OH 1.650

Tukang besi OH 0,275

Kepala tukang OH 0,028

Mandor OH 0,083

D. Pembongkaran bekisting

Dalam pelaksanaan pembuatan pelat lantai beton metode konvensional,

pembongkaran bekisting diperlukan saat beton telah mengeras atau waktu yang

telah ditentukan 14 hari setelah pengecoran beton.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

31

Gambar 2.7 Analisa Harga Satuan membongkar 10 m2 lantai yang lama

Pembongkaran bekisting dilakukan dengan cara perlahan atau berhati –

hati supaya permukaan beton tidak rusak pada saat pembongkaran. Dibutuhkan

tukang yang profesional dalam pembongkaran bekisting.

Adapun koefisien pekerja untuk pembongkaran bekisting pelat lantai per 1

m2 yang di dapat dari ( Analisa Upah Dan Bahan, Analisis BOW, 1993, hal. 147 )

dapat dilihat pada gambar 2.8 yang mengacu pada analisa harga satuan

membongkar 10 m2 lantai yang lama berikut pekerjaan membersihkan bata-bata

atau ubin-ubin yang dibongkar.

Berdasarkan gambar 2.7, didapat hasil dari pembagiannya, koefisien

pekerja dalam mengerjakan pembongkaran bekisting pelat lantai per 1 m2 adalah

0,1 OH untuk pekerja dan 0,01 OH untuk mandor.

2.3.2 Metode Bondek

Metode pelaksanaan pembuatan pelat lantai beton menggunakan pelat baja

gelombang atau bondek sebagai bekisting permanen dan lantai kerja serta

pemasangan wiremesh sebagai pengganti tulangan besi beton, lebih cepat dalam

pelaksanaan pekerjaannya dibanding dengan cara konvensional.

pemasangan bondek dan wiremesh hanya meletakkan bondek antara balok

ke balok dengan panjang bondek yang dibutuhkan serta meletakkan wiremesh,

antara bondek dan wiremesh diletakkan tahu beton supaya bondek dan wiremesh

tidak menyatu. perletakan wiremesh lebih mudah dibandingkan dengan memasang

pembesian pada metode konvensional. Karena bondek dan wiremesh merupakan

bahan pabrikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

32

Untuk pelaksanaan pekerjaan pelat lantai bondek, antara balok dan pelat

lantai dilakukan dengan cara terpisah. Pekerjaan balok dilakukan terlebih dahulu

setelah selesai dilanjutkan dengan pengerjaan pelat lantai.

Kebutuhan beton untuk pelat lantai beton pada pelaksanaan metode bondek ini

juga mengalami penghematan beton sampai dengan 25 %.

Dalam metode pelaksanaan pengerjaan bondek ini menggunakan contoh

bentang antara balok ke balok sebesar 4 m, jadi luas pengerjaan 16 m2.

A. Pembuatan balok anak

Dalam metode konvensional, pembuatan pelat lantai beton tidak

memerlukan balok anak untuk bentang sampai empat meter. Karena plat lantai

beton memiliki kekakuan yang baik dan pada saat pembentukannya ditumpu

dengan bekesting. Sehingga plat lantai beton cukup bertumpu pada balok- balok

utama dengan jarak bentang sampai empat meter atau lebih.

Dalam metode bondek tingkat kekakuan pelat lantai beton berbanding

lurus dengan ketebalan pelat bondeknya. Umumnya ketebalan pelat bondek yang

sering dipakai dan diproduksi oleh pabrik memiliki ketebalan 0,75 mm.

Dengan ketebalan pelat bondek 0,75 mm sehingga dalam pengecoran

beton atau pembentukan pelat lantai benton maka pelat bondek harus ditumpu

dengan balok tumpuan jika bentang balok utama melebihi dua meter. Untuk

bentang balok utama empat meter setidaknya ditumpu oleh satu balok anak yang

melintang arah panjang pelat bondek.

Dengan adanya balok anak ini maka memberi keamanan pada saat

pengecoran beton pembentukan pelat lantai beton sampai masa matangnya beton.

Setelah itu akan mengurangi getaran pelat lantai beton pada masa pemakaian yang

pada gilirannya akan mengurangi keretakan bahan kramik jika dipakai untuk

mengindahkan lantai. Bahkan berdampak rasa aman pada setiap orang yang

melintas karena tidak merasakan getaran pelat lantai beton tersebut.

Pembuatan bekisting, pembesian dan bahan betonnya sama seperti

pembuatan balok utama. Hanya ukuran balok dan ukuran besinya sedikit lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 43: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

33

kecil dibandingkan dengan balok utama karena balok anak ini tidak berfungsi

memikul beban pelat lantai beton.

Menurut ( Manullang, 2017, hal. 40 ), pekerjaan balok merupakan salah

satu bagian dari struktur bangunan yang terletak di atas dinding bata yang

berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan menyalurkan beban dari

bagian atas.

Pekerjaan balok dilakukan dengan tahapan pemasangan bekisting terlebih

dahulu, kemudian dilakukan pembesian dan yang terakhir adalah pekerjaan cor

balok ( hal. 40).

Untuk perhitungan besi balok terdiri dari dua bagian, yaitu perhitungan

berat besi untuk tulangan pokok balok dan berat besi untuk besi sengkang balok.

Untuk bentang balok anak empat meter seperti Ruko umumnya dipakai besi polos

ukuran 12 mm untuk tulangan pokok sebanyak 15,54 kg. Dan besi polos ukuran 8

mm untuk sengkang balok sebanyak 6,304 kg. Dengan ukuran balok anak 20 cm x

25 cm panjang 4 m. Total diperlukan besi 21,844 kg atau per meter persegi lantai

adalah 1,28 kg.

Untuk tulangan pokok menggunakan besi diameter 12 mm dengan

panjang 4 meter sebanyak dua buah di bagian atas dan dua buah di bagian bawah,

sehingga totalnya menjadi 4 buah dengan total panjang besi 16 meter. Perlu

diketahui panjang besi satu batang 12 meter. Jadi, batang yang diperlukan dalam

16 meter yaitu 1,33 batang. Dapat diketahui berat besi yang diperlukan untuk

tulangan pokok balok dengan diameter 12 mm adalah 15,54 kg.

Selain pekerjaan tulangan pokok, berat besi yang harus dihitung adalah

sengkang balok. Besi yang digunakan untuk sengkang adalah diameter 8 mm

dengan jarak antar sengkang 20 cm. Jumlah sengkang dalam 4 meter balok anak

adalah 20 buah. Panjang setiap sengkang adalah 80 cm. Total panjang besi yang

diperlukan dalam 4 meter balok anak adalah 16 meter sama dengan 1,33 batang

besi. Dapat diketahui berat besi yang diperlukan untuk tulangan sengkang

pengikat tulangan pokok balok dengan diameter 8 mm adalah 6,304 kg.

Dalam pembuatan balok anak membutuhkan bekisting untuk cetakan

balok tersebut. Pembuatan bekisting balok anak memerlukan kayu

sebanyak 15

batang untuk penyangga nya dan kayu

sebanyak 13 batang untuk pengikat

Universitas Sumatera Utara

Page 44: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

34

2.7 Tabel memasang 1 m2 bekisting untuk balok ( SNI 7394 : 2008 )

bekisting dan penyangga. Koevisien bahan yang digunakan untuk pembuatan

bekisitng adalah kayu

dengan volume kayu yang dibutuhkan 0,21 m

3, dan kayu

dengan volume kayu yang dibutuhkan 0,065 m

3. Serta membutuhkan triplek

dengan ukuran 25 cm x 4 m dua lembar dan 20 cm x 4 m satu lembar. Luas triplek

yang di butuhkan dalam pembuatan balok ukuran 20 cm x 25 cm dengan panjang

4 m adalah 2,8 m2. Koevisien triplek yang dibutuh adalah 0,93 lembar atau

digenapkan menjadi 1 lembar.

Beton yang diperlukan dalam membuat balok anak ukuran 20 cm x 25

cm dengan panjang 4 m memerlukan 0,2 m3.

Adapun volume atau koefisien bahan – bahan pembuatan memasang

bekisting untuk balok per 1 m2 yang di dapat dari analisa harga satuan pekerjaan

SNI 7394:2008 yaitu: kayu kelas III 0,040 m3; paku 5 cm – 12 cm 0,4 kg; minyak

bekisting 0,2 L; balok kayu kelas II 0,018 m3; plywood tebal 9 mm 0,350 lbr;

dolken kayu galam Ø (8-10) cm, panjang 4 m 2 batang.

Dapat diketahui berat balok anak ukuran 20 cm x 25 cm panjang 4 m.

Berat jenis beton bertulang 2400 kg/m3, dan volume beton yang di perlukan 0,2

m3. Jadi, didapat berat suatu balok anak ukuran 20 cm x 25 cm panjang 4 m

adalah 480 kg.

Kebutuhan Satuan Indeks

Bahan

Kayu kelas III m³ 0,04

Paku 5 cm – 12 cm kg 0,4

Minyak bekisting Liter 0,2

Balok kayu kelas II m³ 0,018

Plywood tebal 9 mm Lbr 0,35

Dolken kayu f (8–10) cm

panjang 4 m Batang 2.000

Tenaga kerja

Pekerja OH 0,66

Tukang besi OH 0,33

Kepala tukang OH 0,033

Mandor OH 0,033

Universitas Sumatera Utara

Page 45: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

35

B. Pemasangan bondek

Langkah pemasangan bondek diawali dengan meletakkan bondek sesuai

bentang pelat lantai yang ingin di buat. Perletakan bondek di letak diatas balok

yang sudah di cor. Tidak lupa dipasang penyangga diantara bentang perletakan

bondek agar tidak terjadi kelendutan, penyangga dibuka saat setelah beton

mengeras pada waktu yang telah ditentukan. Endstop di pasang untuk mencegah

bocornya pasta pada saat pengecoran.

Dalam pemasangan bondek ada beberapa cara pelaksanaan menurut

beberapa perusahaan pembuat bondek yaitu:

Metode pemasangan Union Floor Deck W-1000® untuk struktur beton :

1) Buka bundel Union Floor Deck W-1000®

2) Pasang penyangga sementara jika diperlukan

3) Letakkan Union Floor Deck W-1000® di atas penyangga sementara

4) Endstop dipasang pada Union Floor Deck W-1000®

5) Kakukan Union Floor Deck W-1000® dengan paku pada bekisting

6) Sambungan pada Union Floor Deck W-1000® diperkaku dengan jepitan

7) Pasang jaring kawat baja las ( wiremesh )

8) Penuangan beton. ( PT. Union Metal, 2017 )

Metode pemasangan IMW Steel Deck 1000 untuk struktur beton :

1) Lembaran IMW Steel Deck 1000 diletakkan diatas balok – balok pemikul (

beam ). Baik diatas konstruksi beton maupun pada konstruksi baja, kemudian

segera dimatikan/dipaku atau di las, jika perletakan di atas konstruksi baja. Hal

tersebut untuk menghindari dari pergeseran perletakan lembaran IMW Steel

Deck 1000 pada kedudukannya.

2) Cara perletakan IMW Steel Deck 1000 pada umumnya minimum 5 cm dari

bibir balok pemikul. Untuk sambungan arah memanjang, jarak perletakan IMW

Steel Deck 1000 satu dengan yang lainnya diusahakan seminimal mungkin.

Usahakan perletakan lembaran IMW Steel Deck 1000 bisa menutup dua atau

tiga bentangan balok pemikul ( kontinous span ), agar lebih peraktis dan

menghemat waktu baik dalam pemasangan maupun dalam pengangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

36

3) Lembaran IMW Steel Deck 1000 pada waktu beton masih basah berfungsi

sebagai bekisting dan merupakan lantai kerja paling aman bagi pekerja lainnya.

Tapi hindarkan terjadinya pemusatan beban diatas lembaran IMW Steel Deck

1000 yang belum berfungsi tersebut. Disarankan, gunakanlah papan balok kayu

untuk lintasan jalan para pekerja. ( PT. Indoutama Metal Works )

Sebagai contoh, perhitungan menggunakan bondek dapat kita ketahui

perhitungan volume penggunaan bondek dalam pembuatan pelat lantai beton 16

m2.

Dalam pemasangan bondek per 16 ( enam belas ) meter persegi diperlukan

bondek dengan lebar 1 m ( ketentuan dari pabrik ) dan panjang 4 m ( sesuai

bentang antar balok ) per lembar yang diperlukan. Berarti dalam bentang luas 16

m2 dibutuhkan empat lembar bondek dengan luas 4 m

2 dengan jumlah koefisien

yang di butuhkan adalah 16 m2.

Jadi, koefisien pemasangan bondek dalam 1 m2 adalah 1 m

2, karena 16 m

2

dibagi 16 m.

C. Pemasangan wiremesh

Setelah bondek dipasang atau diletakkan pada bentang yang diinginkan,

barulah wiremesh diletakkan di atas bondek dengan ukuran yang sesuai dengan

bondek.

Gambar 2.8 Pemasangan bondek dan besi wiremesh

Universitas Sumatera Utara

Page 47: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

37

Gambar 2.9 Tumpangan dengan

Tegangan Leleh Penuh (5000

Kg/cm2

)

Gambar 2.10 Tumpangan dengan

Setengah Tegangan Leleh (2500

Kg/cm2

)

Pemasangan dan penyambungan JKBL union tidaklah susah, tetapi perlu

diperhatikan beberapa hal sehingga didapati hasil yang optimal dan benar yaitu :

a). Tumpangan ( overlap ) JKBL

b). Perletakan JKBL

Penjalasan Tumpangan ( overlap )

i. Tumpangan sekuat tegangan leleh

Suatu tumpangan akan setara tegangan leleh penuh kalau lembaran itu

berhimpitan (overlap) sejauh satu kotak spasi (dua Kampuh las), ditambah

minimal 2,5 cm

ii. Tumpangan separuh tegangan leleh

Suatu tumpangan akan setara dengan separuh tegangan leleh, kalau

lembaran itu berhimpitan ( overlap ) sejauh satu kampuh las ditambah minimal

2,5 cm.

Catatan:

Tambahan sebesar 2,5 cm adalah jarak minimal agregat beton yang

diizinkan oleh Peraturan Beton Indonesia ( PBI 8.16.1 ), membantu agar beton

tersebut dapat padat di sekitar kawat tersebut. persyaratan tumpangan separuh

tegangan leleh kadang-kadang diizinkan untuk tumpangan di tepi plat satu arah (

one way slab ), tetapi sebaiknya tumpangan tersebut ditentukan oleh insinyur

bangunan. Sebaiknya tumpangan digunakan sekuat tegangan leleh dan

ditempatkan di titik-titik yang bertegangan tarik tidak maksimum. ( Union Wire

Mesh® PT. Union Metal, Brosur, 2017 )

Universitas Sumatera Utara

Page 48: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

38

2.8 tabel memasang 1 kg jaring kawat baja / wiremesh ( SNI 7394 : 2008 )

Adapun volume atau koefisien pemasangan besi wiremesh berdasarkan

analisa harga satuan pekerjaan SNI 7394:2008 dalam memasang 1 kg jaring kawat

baja / wiremesh yaitu diperlukan : Jaring kawat baja dilas sebanyak 1,02 kilogram

dan kawat beton 0,05.

Kebutuhan Satuan Indeks

Bahan Jaring kawat baja dilas kg 10,2

Kawat beton kg 0,05

Tenaga kerja

Pekerja OH 0,025

Tukang kayu OH 0,025

Kepala tukang OH 0,002

Mandor OH 0,001

Jadi, dalam memasang 1 kilogram tulangan wiremesh sama dengan

memasang 0,1835 m2 tulangan wiremesh. Dengan hasil bagi antara luas wiremesh

perlembar 11,34 meter persegi dan berat perlembar 61,79 kilogram, didapat 1

meter persegi pemasangan wiremesh sama dengan 5,449 kilogram. Selanjutnya,

luas 1 meter persegi wiremesh dibagi dengan berat nya 5,449 kilogram, didapat

hasil 0,1835 meter persegi per 1 kilogram.

D. Pengecoran beton K-225

Dalam pengecoran beton untuk pelat lantai beton menggunakan bondek,

volume beton berkurang karena adanya gelombang pada pelat bondek dibanding

dengan volume beton menggunakan metode konvensional.

Untuk mengetahui berapa pengurangan volume beton dalam pembuatan

pelat lantai beton menggunakan metode bondek per 1 meter kubik, terlebih dahulu

kita hitung volume gelombang yang ada pada bondek tersebut. Setelah itu volume

beton dengan metode konvensional dikurangkan dengan volume gelombang.

Pada contoh perhitungan dipakai menggunakan bondek dari sumber PT

Alkajaya Satria Perkasa. Bisa dilihat pada gambar 2.2 dan 2.3 pada subbab 2.2.2.a,

yang pertama kita hitung luas gelombang menggunakan rumus trapesium sama

kaki karena bentuk gelombang berbentuk trapesium sama kaki, setelah

Universitas Sumatera Utara

Page 49: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

39

Gambar 2.11 Pelat lantai beton menggunakan bondek

mendapatkan luas gelombang pada bondek lalu dikalikan dengan jumlah

gelombang pada bentang lebar 1 m ( 3 buah gelombang ), setelah itu untuk

mendapatkan volume nya dikalikan luas bentang per 1 m2 . Setelah mendapatkan

volume gelombang pada bondek per meter persegi, dikurangkan dengan volume

beton pembuatan pelat lantai.

Perhitungan luas trapesium sama kaki per satu gelombang adalah

0,0087725 m2. Luas gelombang 0,0087725 m

2 dikalikan dengan jumlah

gelombang yaitu tiga buah gelombang dan dikalikan juga dengan luas bentang per

1 m2. Didapatkan volume gelombang pada bondek pada ukuran 1 meter x 1 meter

adalah 0,026317 m3.

Volume beton pembuatan pelat lantai dengan ukuran 1 m2 dan tebal 10 cm

metode konvensional adalah 0,1 m3.

Jadi, untuk pengurangan volume beton menggunakan bondek didapat hasil

0,026317 m3 atau penghematan beton sebesar 25%.

Hasil di dapat dari

pengurangan antara volume beton metode konvensional 0,1 m3 dengan volume

gelombang pada bondek 0,026317 m3.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Metodologi adalah tata cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan

penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk

menyelamatkan masalah yang dibahas dengan mendayagunakan sumber data dan

fasilitas yang ada. Metodologi juga merupakan cara kerja untuk dapat memahami

hal yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, meliputi prosedur

penelitian dan teknik penilaian ( B. Dhanardono Hansen, 2002).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa, keterangan-

keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau keseluruhan dari elemen

populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. Untuk mendukung

penulisan dan sebagai keperluan analisa data, maka penulis memerlukan sejumlah

data pendukung yang berasal dari dalam maupun dari luar proyek pembangunan

RUKO di Binjai. Oleh karena itu, penulis menggunakan dua macam cara

pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer dapat berupa data-data teknis dari proyek, seperti gambar bestek.

Data primer ini disebut juga data asli atau data baru yang diperoleh dari hasil

survey di lapangan.

b. Data Sekunder

Adalah data-data pendukung yang dapat dijadikan input dan referensi dalam

melakukan analisis. Data sekunder, dianataranya data mengenai daftar harga

satuan dan analisa pekerja, data bahan atau amterial yang digunakan,

peraturan-peraturan bangunan gedung Departemen Pekerja Umum dan data-

data lainnya yang dapat dijadikan referensi dalam menganalisis. Data ini

Universitas Sumatera Utara

Page 51: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

41

diperoleh dari buku-buku literatur, laporan, perpustakaan atau dari laporan

penelitian terdahulu.

3.3 Tata Urutan dan Langkah Kerja

Tata urutan dan langkah kerja dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :

a. Menentukan data yang diperlukan

b. Studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

c. Wawancara dengan Pemilik RUKO, pengumpulan data yang menyangkut

kegiatan dan biaya, pengamatan bangunan khususnya pelat lantai beton.

d. Penyusunan dan pengolahan data dengan melakukan perhitungan per jenis

kegiatan dan harga satuan.

e. Analisa perbandingan aspek yang dibahas.

f. Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

42

3.4 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Langkah – langkah yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini,

bila dibuat diagram alir adalah sebagai berikut :

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON

DENGAN METODE PELAT BONDEK DAN PELAT

KONVENSIONAL PADA KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT

(STUDI KASUS : PEMBANGUNAN RUKO DI BINJAI)

Analisa Perbandingan Prosedur Kerja,

Perbandingan Waktu dan Biaya

Data Skunder :

- Standar Satuan Harga

Barang 2017

- AHS Cipta Karya permen

PUPR 28 – 2016

- Gambar Kerja

Data Primer :

- Survei Lapangan

- Wawancara

Metode Bondek

Studi Literatur

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

Pengambilan Data

Metode

Konvensional

Analisa Harga Satuan

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ( Flow Chart )

Universitas Sumatera Utara

Page 53: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

43

Pembangunan gedung ini membutuhkan suatu diagram alir ( flow chart )

untuk mempermudah dalam perencanaan maupun perhitungan. Flow chart ini

dimulai dari penentuan dari fungsi bangunan yang akan didirikan, dalam hal ini

bangunan yang direncanakan adalah RUKO. Kemudian dilanjutkan dengan

mempelajari dan menentukan dasar – dasar teori yang dipakai, setelah itu

mengidentifikasi bangunan yang disertai dengan pengumpulan data yang

dibutuhkan.

Adapun data yang di dapat dari lapangan ( Data Primer ) yaitu survei

lapangan, dan wawancara dengan pemilik RUKO. Data Skunder di dapat dari

AHS Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016), harga satuan

barang menggunakan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota

Medan Tahun Anggaran 2017 yang di tetapkan oleh walikota madya medan, dan

gambar kerja.

Ketiga data tersebut digunakan peneliti untuk menghitung analisa harga

satuan pekerjaan pelat lantai beton RUKO yang bersumber dari gambar kerja yang

didapat dari lapangan serta menggunakan AHS Cipta Karya Kementrian PUPR

( Permen PUPR 28/2016) dan harga satuan barang menggunakan Standar Satuan

Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017

menggunakan metode konvensional dan metode bondek, guna menganalisa

perbandingkan metode konvensional dengan metode bondek.

Dalam proses pengolahan data ini peneliti menghitung analisa harga

satuan pekerjaan pelat lantai beton RUKO yang bersumber dari gambar kerja dan

berpatokan pada AHS Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016)

dan harga satuan barang menggunakan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan

Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017 pembuatan pelat lantai beton

dengan metode konvensional dan metode bondek. Seteleh mendapatkan hasil

analisa harga satuan yang dihitung oleh peneliti , selanjutnya di rata – rata kan

dengan analisa harga satuan pembuatan pelat lantai beton yang di dapat dari

lapangan.

Setelah mendapatkan rata – rata nya, selanjutnya peneliti menganalisa

perbandingan kedua metode pembuatan pelat lantai beton. Dalam menganalisa

Universitas Sumatera Utara

Page 54: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

44

perbandingan kedua metode tersebut yaitu metode bondek dan metode

konvensional akan di dapat 4 ( empat ) tujuan penelitian, adapun tujuan tersebut

yang pertama, mengetahui perbedaan metode pelaksanaan pelat lantai beton

antara metode bondek dan metode konvensional. Kedua, mengetahui perbedaan

waktu/orang hari (OH) pelaksanaan pembuatan pelat lantai beton antara metode

bondek dan metode konvensional. Ketiga, mengetahi perbedaan biaya

pelaksanaan pelat lantai beton antara metode bondek dan metode konvensional.

Dan yang terakhir, mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bobot pelat lantai

beton dengan pelaksanaannya antara menggunakan metode bondek dan metode

konvensional.

Dari analisa perbandingan pembuatan pelat lantai beton dengan

menggunakan metode bondek dan metode konvensional di dapatkan perbedaan

keempat aspek tersebut dan simpulkan hasil perbandingan dari kedua metode.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagaimana rumusan masalah dalam penelitian ini maka hasil penelitian

harus menjawab pertanyaan masalah tersebut. Dengan demikian ada tiga hasil

penelitian yang harus di bahas dalam bab ini, yaitu bagaimana prosedur kerja,

berapa percepatan waktu, berapa perbedaan biaya dan berapa perbedaan berat

pelat lantai beton antara metode bondek dan metode konvensional.

4.1 Tentang Prosedur Kerja

Dari hasil analisa satuan kerja antara metode bondek dengan metode

konvensional yang didapatkan dari referensi harga Analisa Harga Satuan dari

Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 ) dan hasil analisa satuan

kerja yang di buat oleh pemilik RUKO ( terlampir ) terlihat bahwa prosedur kerja

metode bondek lebih sederhana dibandingkan dengan metode konvensional. Hal

ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tahapan - tahapan

pekerjaan yang harus dilalui.

Metode bondek terlihat lebih sederhana dibandingkan dengan metode

konvensional. Kesederhanaan itu terlihat pada jumlah tahapan dan jenis

kegiatannya.

Pada metode konvensional ada empat tahapan yang harus dilalui, yaitu

pertama pembuatan bekisting yang pelaksanaannya terlihat lebih rumit karena

memerlukan bahan dan waktu serta pekerjaan yang profesional supaya tidak

terjadi rubuh ketika pengecoran beton. Kedua, pekerjaan merangkai besi beton

yang juga memerlukan waktu yang lama dan pekerjaan yang profesional supaya

pembesian terjamin terhadap kekuatan struktur lantai. Ketiga, pekerjaan

pengecoran beton. Dan keempat pembongkaran bekisting.

Sedangkan pada metode bondek hanya ada dua tahapan pekerjaan

berdasarkan hasil temuan lapangan. Atau tiga tahap menurut teori karena dalam

teori pemasangan bondek dibedakan dengan pemasangan wiremesh. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 56: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

46

hasil temuan lapangan pemasangan bondek satu paket dengan pemasangan

wiremesh. Pertama, kegiatan pemasangan bondek dan besi wiremesh. Kegiatan

pemasangan bondek dan bahannya sangat sederhana namun terjamin kekuatan

strukturnya baik untuk proses pengecoran maupun untuk kekuatan struktur beton

pada bangunan, serta pemasangannya pun tidak rumit dan cepat. Hal yang sama

pada kegiatan pemasangan dan bahan wiremesh juga sederhana serta menjamin

kekuatan rangkaian tulangan beton karena wiremesh merupakan bahan pabrikasi

yang tidak diragukan lagi terhadap faktor kesalahan manusia dalam pembesian.

Pada kegiatan pengecoran pun akan lebih cepat karena jumlah volume beton lebih

sedikit (23,5%) dibanding dengan metode konvensional. Meskipun dalam metode

bondek sedikit penambahan pekerjaan yaitu pembuatan besi joint ( wiremesh,

bondek, dan balok utama ) dan balok anak yang diperlukan untuk mengurangi

amplitude ( keleturan ) bondek. Tetapi pekerjaan ini dilakukan pada saat

pekerjaan balok utama bangunan. Karena tidak ada proses menunggu usia beton (

14 hari ) atau menunggu pembongkaran bekisting maka keuntungan metode

bondek setelah pengecoran keesokan harinya dapat dilakukan pekerjaan lantai (

pemasangan keramik ).

Tahap pengerjaan dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut.

Perbandingan Prosedur

No Tahap Konvensional Bondek

1 Pertama Pemasangan bekisting pelat

lantai

Pemasangan bekisting

balok anak dan besi joint

2 Kedua Merangkai besi Pemasangan bondek dan

wiremesh

3 Ketiga Pengecoran pelat Pengecoran pelat

4 Keempat pembongkaran bekisting -

Jumlah 4 3

4.1 Tabel perbandingan prosedur pembuatan pelat lantai

Universitas Sumatera Utara

Page 57: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

47

4.2 Percepatan Waktu Pekerjaan

Sebagaimana hasil dan pembahasan pada point pertama, bahwa prosedur

kerja metode bondek lebih sederhana dibandingkan prosedur kerja metode

konvensional. Kesederhanaan itu bukan hanya dilihat dari cara kerjanya saja tetapi

tercermin juga dari waktu pekerjaannya. Waktu pekerjaan pembuatan pelat beton

menggunakan metode bondek lebih cepat dibandingkan dengan metode

konvensional.

Hasil penelitian terhadap pembuatan pelat beton metode konvensional

berdasarkan AHS dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 )

diperoleh waktu pekerjaan per meter persegi adalah 1,52 OH. Terdiri dari : a)

pembuatan bekisting 1,06 OH/m² ; b) pembesian 0,151 OH/m² ; c) pengecoran

0,20 OH/m² ; d) pembongkaran 0,11 OH/m².

Kemudian yang dihitung berdasarkan hasil analisa satuan kerja yang di

buat oleh pemilik RUKO diperoleh waktu pekerjaan per meter persegi adalah 2,09

OH. Terdiri dari : a) pembuatan bekisting 1,50 OH/m² ; b) pembesian 0,25

OH/m² ; c) pengecoran 0,21 OH/m² ; d) pembongkaran 0,13 OH/m².

Atau rata – rata waktu yang diperlukan pembuatan pelat beton metode

konvensional per meter persegi adalah 1,81 OH seperti yang ada di tabel 4.2.

Cara Konvensional

Hasil temuan lapangan Hasil perhitungan sendiri

Pekerjaan Orang/Hari

(OH) per m² Pekerjaan

Orang/Hari

(OH) per m²

Pembuatan bekisting 1,5 Pembuatan bekisting 1,06

Pembesian 0,25 Pembesian 0,151

Pengecoran 0,21 Pengecoran 0,2

Pembongkaran

bekisting 0,13

Pembongkaran

bekisting 0,11

Jumlah 2,09 Jumlah 1,52

Rata - rata 1,81

4.2 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode konvensional

Universitas Sumatera Utara

Page 58: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

48

Sementara hasil penelitian terhadap pembuatan pelat beton metode bondek

berdasarkan AHS dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 )

diperoleh waktu pekerjaan per meter persegi adalah 0,64 OH. Terdiri dari : a)

pemasangan bondek dan wiremesh 0,18 OH/m² ; b) pengecoran 0,20 OH/m² ; c)

pembuatan balok anak dan pemasangan joint 0,26 OH/m².

Kemudian yang dihitung berdasarkan hasil analisa satuan kerja yang di

buat oleh pemilik RUKO diperoleh waktu pekerjaan per meter persegi adalah 0,89

OH. Terdiri dari : a) pemasangan bondek dan wiremesh 0,22 OH/m² ; b)

pengecoran 0,18 OH/m² ; c) pembuatan balok anak dan pemasangan joint 0,50

OH/m².

Atau rata – rata waktu yang diperlukan pembuatan pelat beton metode

bondek per meter persegi adalah 0,76 OH seperti yang ada di tabel 4.3.

Terlihat dari hasil di atas bahwa metode konvensional diperlukan waktu

pekerjaan setiap meter persegi adalah 1,81 OH. Lebih lama dari pada metode

bondek yang hanya diperlukan waktu 0,76 OH. Dengan demikian menggunakan

metode bondek terdapat percepatan pekerjaan 2,38 atau lebih cepat 1,05 OH per

meter persegi.

Dengan demikian menggunakan metode bondek mendapat keuntungan

waktu lebih cepat 2,5 kali dibandingkan metode konvensional.

Metode Bondek

Hasil temuan lapangan Hasil perhitungan sendiri

Pekerjaan Orang/Hari

(OH) per m² Pekerjaan

Orang/Hari

(OH) per m²

Pemasangan bondek

dan wiremesh 0,22

Pemasangan bondek

dan wiremesh 0,18

Pengecoran 0,18 Pengecoran 0,2

Pembuatan balok

anak dan

pemasangan joint

0,5

Pembuatan balok

anak dan

pemasangan joint

0,26

Jumlah 0,9 Jumlah 0,64

Rata - rata 0,76

4.3 Tabel perbandingan waktu pekerjaan pelat lantai metode bondek

Universitas Sumatera Utara

Page 59: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

49

4.3 Perbedaan Biaya

Sebagaimana terlihat pada hasil dan pembahan pada subbab 4.1 dan 4.2 di

atas, menggunakan metode bondek selain lebih sederhana dan waktunya lebih

cepat juga hasil penelitian diperoleh biayanya pun lebih murah dibandingkan

dengan metode konvensional.

Pada metode konvensional yang dihitung berdasarkan Analisa Harga

Satuan dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 ) dan

Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun

Anggaran 2017 diperoleh harga pembuatan pelat beton per meter persegi adalah

Rp. 1.410.078. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya pembuatan bekisting Rp.

1.043.213 / m²; 2) biaya pembesian Rp. 201.647,78 / m²; 3) biaya pengecoran

beton Rp. 151.532,13 / m²; 4) biaya pembongkaran bekisting Rp. 13.685 / m².

Sementara hasil menurut analisa perhitungan pemilik RUKO diperoleh

harga per meter persegi Rp. 968.465,87. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya

pembuatan bekisting Rp..724.341,87 / m²; 2) biaya pembesian Rp. 107.022,44 /

m² ; 3) biaya pengecoran beton Rp. 122.546,69 / m²; 4) biaya pembongkaran

bekisting Rp. 14.554,69 / m².

Atau rata – rata pembuatan pelat beton menggunakan metode

konvensional per meter persegi adalah Rp. 1.189.271,93. Dapat dilihat pada tabel

4.4.

Cara Konvensional

Hasil temuan lapangan Hasil perhitungan sendiri

Pekerjaan Biaya per m² Pekerjaan Biaya per m²

Pembuatan bekisting Rp724.342 Pembuatan

bekisting Rp1.043.213

Pembesian Rp107.022 Pembesian Rp201.648

Pengecoran Rp122.547 Pengecoran Rp151.532

Pembongkaran bekisting Rp14.555 Pembongkaran

bekisting Rp13.685

4.4 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode konvensional

Universitas Sumatera Utara

Page 60: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

50

Sedangkan menggunakan metode bondek yang dihitung berdasarkan

Analisa Harga Satuan dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR

28/2016 ) dan Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan

Tahun Anggaran 2017 diperoleh harga pembuatan pelat beton per meter persegi

adalah Rp. 699.090. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya pemasangan bondek dan

wiremesh Rp. 305.958,66 / m²; 2) biaya pengecoran beton Rp. 115.164,85 / m²; 3)

biaya pembuatan balok anak dan joint Rp. 277.966,42 / m².

Sementara menurut analisa perhitungan pemilik RUKO diperoleh harga

per meter persegi Rp. 569.701,31. Harga tersebut terdiri dari : 1) biaya

pemasangan bondek dan wiremesh Rp. 255.064,37 / m²; 2) biaya pengecoran

beton Rp. 95.921 / m²; 3) biaya pembuatan balok anak dan joint Rp. 218.716,12 /

m².

Atau rata – rata pembuatan pelat beton menggunakan metode bondek per

meter persegi adalah Rp. 634.395. Dapat dilihat pada tabel 4.5.

Dengan demikian terdapat perbedaan biaya antara metode konvensional

dan metode bondek rata – rata Rp. 554.876,93 / m². Atau penghematan biaya

konstruksi pembuatan pelat beton sebesar 46,6 %.

Jumlah Rp968.466 Jumlah Rp1.410.078

Rata - rata Rp1.189.272

Metode Bondek

Hasil temuan lapangan Hasil perhitungan sendiri

Pekerjaan Biaya per

m² Pekerjaan

Biaya per

Pemasangan bondek dan

wiremesh Rp255.064

Pemasangan bondek

dan wiremesh Rp305.959

Pengecoran Rp95.921 Pengecoran Rp115.165

Pembuatan balok anak dan

pemasangan joint Rp218.716

Pembuatan balok

anak dan pemasangan

joint

Rp277.966

Jumlah Rp569.701 Jumlah Rp699.090

Rata - rata Rp569.701

4.5 Tabel perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai metode bondek

Universitas Sumatera Utara

Page 61: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

51

4.4 Perbedaan Berat Pelat Lantai Beton

Ada hal yang lebih menarik dikaitkan dengan beban konstruksi.

Ditemukan berat beton per meter persegi pada metode konvensional adalah 240

kg (0,1 m3/m

2). Sedangkan pada metode bondek adalah 182,4 kg (0,076 m

3/m

2).

Dengan demikan, ditemukan bahwa pembuatan pelat beton menggunakan metode

bondek adanya penghematan volume beton yang signifikan sebesar 57,6 kg/m²,

atau 0,024 m3/m

2 untuk beton K 225.

Kemudian, selain ada penghematan volume beton, juga ada penghematan

jumlah besi per m² pada metode bondek, yaitu sebesar 0,954 kg/ m². Hal ini

terlihat bahwa pada metode konvensional ditemukan volume besi beton sebesar

8,15 kg/m². Sementara dalam metode bondek ditemukan sebesar 7,196 kg/m² (

besi wiremesh 6,008 kg/m² dan besi joint 1,188 ).

Namun dibalik adanya pengurangan berat pelat lantai beton pada metode

bondek sebesar 58,554 kg/m², terdiri dari beban beton sebesar 57,6 kg/m² dan

beban besi sebesar 0,954 kg/m², adanya penambahan beban bondek per m² sebesar

7 kg. Sehingga total pengurangan berat pelat lantai beton dengan menggunakan

metode bondek menjadi 51,554 kg/m².

Selain adanya penambahan berat bondek pada metode bondek, adanya

penambahan beban dari balok anak. Untuk balok anak ukuran 20 cm x 25 cm

dengan panjang balok anak 4 m diperoleh 428,844 kg. atau terhadap luas lantai 16

m2 ( 4m x 4 m ) adanya penambahan berat balok sebesar 26,803 kg/m² sehingga

total pengurangan beban konstruksi per m² adalah 51,554 kg/m² dikurang dengan

26,803 kg/m² didapat hasil 24,751 kg/m². Dapat dilihat pada tabel 4.6.

Keterangan Bobot per m²

Berat beton konvensional 240 (kg/m²)

Berat beton bondek 182,4 (kg/m²)

Berat besi konvensional 8,15 (kg/m²)

4.6 Tabel pengurangan beban pelat lantai menggunakan bondek

Universitas Sumatera Utara

Page 62: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

52

Dengan adanya pengurangan berat pelat lantai beton menggunakan metode

bondek maka akan mengurangi beban struktur bangunan. Kemudian dengan

adanya pengurangan berat pelat lantai beton menggunakan metode bondek maka

pada gilirannya akan dapat mengurangi biaya pembuatan struktur bangunan yang

secara totalitas akan mengurangi biaya konstruksi bangunan.

Akhirnya dalam pembahasan bab ini ditemukan totalitas penghematan

pembuatan plat beton lantai I dengan luas lantai Ruko 64 / m² (4 m x 16 m)

menggunakan metode bondek adalah, 1) penghematan waktu sejumlah 67,2 OH;

2) penghematan biaya Rp 32.743.161 ; 3) pengurangan beban konstruksi sebesar

1.584,06 kg ( 1,584 Ton).

Berat besi bondek 7,196 (kg/m²)

Berat Bondek 7 (kg/m²)

Berat balok anak 26,803 (kg/m²)

Jumlah pengurangan beban 24,751 (kg/m²)

Universitas Sumatera Utara

Page 63: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembuatan pelat lantai beton menggunakan Bondek dengan besi beton

rangkai pabrikasi seperti Wiremesh memiliki cara dan tahapan, atau prosedur

kerjanya yang lebih sederhana dibandingkan dengan metode konvensional.

Metode konvensional dilalui dengan 4 tahapan pekerjaan. Pertama pembuatan

bekisting. Kedua merangkai besi beton. Ketiga pengecoran beton. Keempat

pembongkaran bekisting.

Sedangkan metode bondek hanya dilalui dengan 2 tahapan. Pertama

pemasangan pelat bondek dan wiremesh. Kedua pengecoran beton. Meskipun

ada tambahan pekerjaan pembuatan “balok anak gantung” untuk mengurangi

amplitudo kelenturan bondek, dan pemasangan “besi joint” (penyatu bondek

dan wiremesh dengan balok struktur bangunan), namun pekerjaan ini

dilakukan pada saat pembuatan balok struktur bangunan.

2. Pembuatan pelat lantai beton menggunakan pelat bondek dengan besi beton

rangkai pabrikasi wiremesh memiliki waktu pekerjaan yang lebih cepat

dibandingkan dengan metode konvensional.

Metode konvensional memerlukan waktu 1,81 OH (orang hari) per meter

persegi. Sedangkan metode bondek memerlukan waktu 0,76 OH per meter

persegi. Dengan demikian lebih cepat 1,05 OH, atau adanya percepatan

pekerjaan 2,38.

3. Pembuatan lantai pelat beton menggunakan pelat bondek dengan besi beton

rangkai pabrikasi wiremesh memerlukan biaya lebih murah dibandingkan

dengan metode konvensional.

Metode konvensional memerlukan biaya Rp. 1.189.271,93 per meter persegi.

Sedangkan metode bondek memerlukan biaya Rp. 634.395 per meter persegi.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

54

Dengan demikian adanya efesiensi biaya sebesar Rp. 554.876,93 per meter

persegi, atau efesiensi 46,6 %.

4. Pembuatan lantai pelat beton menggunakan metode bondek, berat lantai lebih

ringan. Berat pelat lantai beton per meter persegi pada metode konvensional

adalah 240 kg. Sedangkan pada metode bondek adalah 182,4 kg. Dengan

demikan, berat pelat lantai beton menggunakan metode bondek lebih ringan

dibandingkan metode konvensional yaitu sebesar 57,6 kg/m².

5. Totalitas penghematan pembuatan pelat lantai beton untuk lantai I dengan

luas lantai Ruko 64 / m² (4 m x 16 m) menggunakan metode bondek adalah,

1) penghematan waktu 67,2 OH; 2) penghematan biaya Rp 32.743.161 ; 3)

pengurangan beban konstruksi sebesar 1.584,06 kg ( 1,584 Ton).

5.2 Saran

1. Dari kesimpulan di atas terlihat adanya percepatan waktu pekerjaan dan

efisiensi biaya. Oleh karenanya pembuatan lantai plat beton penggunaan plat

baja gelombang ( Bondek ) dengan besi beton rangkai pabrikasi ( wiremesh )

perlu disosialisasikan kepada masyarakat umum.

2. Bagi Pemerintah, metode ini harus menjadi alternatif pilihan pertama.

Terutama untuk membangun bangunan bertingkat yang menggunakan

anggaran biaya Negara baik pusat maupun daerah. Dengan pilihan metode ini

tentu akan menghemat uang Negara. Dan juga secara tidak langsung akan

mengurangi eksploitasi hutan Negara yang selama ini telah berdampak

terhadap kerusakan hutan akibat menggunakan metode konvensional yang

banyak menggunakan kayu untuk semua jenis kayu.

3. Berhubung penelitian ini tidak menghitung struktur bangunan (pondasi,

kolom, balok), padahal seharusnya dengan berkurang beban lantai pelat beton

maka harus diikuti dengan berkurangnya beban pondasi, kolom dan balok.

Sehubungan dengan itu, perlu ada peneliti berikutnya untuk menghitung

kembali struktur pondasi, kolom, dan balok sebab adanya pengurangan beban

lantai pelat sehingga didapatkan efisiensi biaya kontruksi totalitas bangunan.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

x

DAFTAR PUSTAKA

Ahadi, 18 April 2016, Daftar Berat Jenis Atau Bobot Isi Material Bangunan,

(online), http://www.ilmusipil.com/daftar-berat-jenis-atau-bobot-isi-material-

bangunan , Diakses 5 Desember 2018, jam 15.10

Ahadi, 28 September 2014, Cara Menghitung kebutuhan Bekisting Triplek, (online),

http://www.ilmusipil.com/cara-menghitung-kebutuhan-bekisting-triplek,

Diakses 5 Desember 2018, jam 15.55

Analisis BOW, 1993, Analisa Upah Dan Bahan ( Analisis BOW ), penerbit Bumi

Aksara, Jakarta.

Asroni, Ali. 2007. Teori Dan Desain Balok Plat Beton Bertulang. Surakarta:

Muhammadiyah University Press.

Frick, Heinz,. Setiawan. 2001. Ilmu Konstruksi Bangunan Cara Membangun

Kerangka Gedung Ilmu Konstruksi Bangunan 1. Seri Konstruksi Arsitektur 4,

Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Kamal, B., Alamelu dan Abinaya. 2016, Design Of Composite Deck Slab,

International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET),

Volume: 03 Issue: 05, May-2016.

Kayu Bekisting, 2016, https://kayubekisting.com/kayu-bekisting/jenis-jenis-kayu-

untuk-konstruksi-bangunan/, Diakses 5 Desember 2018, jam 17.00

Lakshmikandhan, K. N., etc. 2013, Investigations on Efficiently Interfaced Steel

Concrete Composite Deck Slabs, Indian Institute of Technology, Chennai

600036, India, Hindawi Publishing Corporation Journal of Structures Volume

2013, Article ID628759.

Manullang, R,. 2017. Dari Tanah Jadi Ruko. Penerbit Andi Yogyakarta,

Yogyakarta.

Mistra. 2015. Teknik Meningkat Rumah Cara Dak. Griya Kreasi ( penebar Swadaya

Grup ), Jakarta Timur.

Nadia, D. 2017. Analisis Perbandingan Biaya Dan Waktu Pada Pekerjaan Pelat

Lantai Konvensional Dan Bondek. Tugas Akhir. Fakultas Teknik Universitas

Atma Jaya Yogyakarta: Yogyakarta

Pemerintah Indonesia. 2017. Standar Satuan Harga Barang Dan Upah Pemerintah

Kota Medan Tahun 2017 : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemerintah

Kota, Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

xi

Sahid, Muh Nur, Budi Priyanto, dan Winardi. 2015. “Analisis Perbandingan

Rencana Anggaran Biaya Struktur Pelat Lantai Konvensional Dan Sistem

Floor Deck”, Surakarta, Jurnal Eco Rekayasa Vol.11, No.1, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Maret 2015.

Saragih, R.A.P. 2016. Analisa Perbandingan Biaya Pelat Beton Bondek Dengan

Pelat Beton Konvensional Pada Konstruksi Gedung Bertingkat. Tugas Akhir.

Fakultas Teknik Universitas Udayana: Denpasar.

SK SNI T-15-1991-03, 1991, “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk

Bangunan Gedung”, Yayasan LPMB, Bandung.

SNI 03-2847-2002, 2002, “Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan

Gedung”, Bandung.

SNI 07-0663-1995, 1995, “Jaringan Kawat Baja Las Untuk Tulangan Beton”,

Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

SNI 2052:2014, 2014, “Baja Tulangan Beton”, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

SNI 2847:2013, 2013, “Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung”,

Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

SNI 7394:2008, 2008, “Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton

Untuk

Konstruksi Bangunan Gedung Dan Perumahan”, Badan Standardisasi

Nasional.

Uji, Andi Tenri. 2017, “Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pelat Beton

Menggunakan Boundeck Dan Plat Konvensional Pada Gedung Graha

Suraco”, Makassar, Jurnal, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Wibawa , I Gede Sastra, Dkk. 2017. “Perbandingan Kebutuhan Biaya Pekerjaan

Pengecoran Pelat Lantai Metode Konvensional Dengan Metode Floor Deck

Studi Kasus Pada Pembangunan Proyek The Hattens Wines Bali”. Bali, Jurnal

logic. Vol. 17. No. 1, Politeknik Negeri Bali, Maret 2017.

Widhiawati, I, A, Rai,. Yana, dan Asmara. 2010. “Analisa Biaya Pelaksanaan

Antara Pelat Konvensional dan Sistem Pelat Menggunakan Metal deck”.

Denpasar, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 1, Universitas Udayana,

Januari 2010.

Wijaya, I, B, A,. Ludfi dan Sugeng. 2012. “Studi Perbandingan Biaya Bekisting

Semi Modern Dengan Bekisting Konvensional Pada Bangunan Gedung”.

Denpasar, Jurnal Rekayasa Sipil Vol. 6, No. 3, Fakultas Teknik, Universitas

Brawijaya Malang, 2012.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

xii

Wikipedia, Paku, 29 November 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Paku diakses

Akses 5 Desember 2018, jam 20.25

IMW Steel Deck 1000. PT. Indoutama Metal Works.(brosur)

2017. Union Floor Deck W-1000. PT. Union Metal.(brosur)

2017. Union Wire Mesh. PT. Union Metal.(brosur)

Universitas Sumatera Utara

Page 68: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

ANALISA BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON

MENGGUNAKAN METODE

BONDEK per m² Analisa Harga Satuan dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR

28/2016 ), dan

Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun

Anggaran 2017.

I. analisa biaya pembuatan balok anak 20 cm x 25 cm x 1 m dan

angkur per m²

No Uraian

K

o

de

Sa

tu

an Koefisien

Harga

Satuan (

Rp )

Jumlah

Harga (

Rp )

A

TENAGA

KERJA

Pekerja OH

0,66

Rp

89.000

Rp

58.740,00

Tukang kayu OH

0,33

Rp

150.000

Rp

49.500,00

Kepala tukang OH

0,033

Rp

200.000

Rp

6.600,00

Mandor OH

0,033

Rp

175.000

Rp

5.775,00

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

120.615,00

B

BAHAN

BEKISTING

Kayu

sembarang 5 x

7 panjang 4 m

m3

0,05

Rp

6.670.000

Rp

333.500,00

Kayu

sembarang 2,5

x 5 panjang 4m

m3

0,016

Rp

6.670.000

Rp

106.720,00

Paku 2 cm –

10 cm kg

1,25

Rp

24.012

Rp

30.015,00

triplek tebal 9

mm lbr

0,25

Rp

246.790

Rp

61.697,50

JUMLAH

HARGA BAHAN

BEKISTING

Rp

531.932,50

C BESI BETON

Besi polos 12

mm kg

9,25

Rp

18.676

Rp

172.753,00

Besi polos 8

mm kg

2,37

Rp

18.676

Rp

44.262,12

Kawat ikat

(bendrat) kg

0,75

Rp

28.681

Rp

21.510,75

JUMLAH

HARGA BAHAN

BESI

Rp

238.525,87

D BETON

Universitas Sumatera Utara

Page 69: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

Bahan beton K

- 225 m3

0,05

Rp

1.515.327

Rp

75.766,36

JUMLAH

HARGA BAHAN

BETON

Rp

75.766,36

E

Jumlah (A+B+C+D) Rp

966.839,73

F

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x E

(maksimum

)

Rp

145.025,96

G Harga Satuan Pekerjaan (D+E)

Rp

1.111.865,69

II. Pekerjaan 1 m³ beton mutu, f’c = 19,3 MPa (K225), slump (12±2)

cm, w/c = 0,58

No Uraian

K

o

de

Sa

tu

an Koefisien

Harga

Satuan (

Rp )

Jumlah

Harga (

Rp )

A

TENAGA

KERJA

Pekerja OH 1,65

Rp

89.000

Rp

146.850,00

Tukang batu OH 0,275

Rp

150.000

Rp

41.250,00

kepala tukang OH 0,028

Rp

200.000

Rp

5.600,00

Mandor OH 0,083

Rp

175.000

Rp

14.525,00

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

208.225,00

B BAHAN

Portland

cement kg 371

Rp

1.787,56

Rp

663.184,76

Pasir beton kg 698

Rp

231,45

Rp

161.551,40

Krikil kg 1047

Rp

266,80

Rp

279.339,60

air

lite

r 215

Rp

25,00

Rp

5.375,00

JUMLAH

HARGA BAHAN

Rp

1.109.450,76

C

Jumlah (A+B) Rp

1.317.675,76

D

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C

(maksimum

)

Rp

197.651,36

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

1.515.327,13

per 1 m2

dibutuhkan

beton 0,076 m3

III. Pemasangan 10 kg jaring kawat

Universitas Sumatera Utara

Page 70: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

baja (wiremesh)

No Uraian

K

o

de

Sa

tu

an

Koefisien

Harga

Satuan

(Rp)

Jumlah

(Rp)

A Tenaga Kerja

Pekerja

L.

01 OH 0,025

Rp

89.000

Rp

2.225

Tukang besi

L.02 OH 0,025

Rp

150.000

Rp

3.750

Kepala tukang

L.0

3 OH 0,025

Rp

200.000

Rp

5.000

Mandor

L.0

4 OH 0,001

Rp

175.000

Rp

175

Jumlah Harga Tenaga Kerja

Rp

11.150

B Bahan

Wiremesh kg 10,2

Rp

17.256

Rp

176.011,20

Kawat Ikat kg 0,05

Rp

28.681

Rp

1.434,05

Jumlah Harga Bahan

Rp

177.445,25

C Peralatan

Jumlah Harga Peralatan

D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C)

188.595,25

E

Overhead + Profit (Contoh

15%) 15% x D

28.289,29

F

Harga Satuan Pekerjaan per - 10 kg (D+E)

216.884,54

IV. analisa biaya pemasangan bondek per

1 m²

No Uraian

K

o

de

Sa

tu

an Koefisien

Harga

Satuan (

Rp )

Jumlah

Harga (

Rp )

A

TENAGA

KERJA

Pekerja OH 0,0125

Rp

89.000

Rp

1.113

Universitas Sumatera Utara

Page 71: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

Tukang besi OH 0,0125

Rp

150.000

Rp

1.875

kepala tukang OH 0,0125

Rp

200.000

Rp

2.500

Mandor OH 0,0005

Rp

175.000

Rp

88

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

5.575

B BAHAN

plat bondek m2 1

Rp

133.400

Rp

133.400

beton tahu bh 3

Rp

3.000

Rp

9.000

triplek 9 mm

penahan cor

beton lbr 0,0625

Rp

244.789

Rp

15.299

JUMLAH

HARGA BAHAN

Rp

157.699

C

Jumlah (A+B) Rp

163.274

D

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C

(maksimum

)

Rp

24.491,15

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

187.765,46

Universitas Sumatera Utara

Page 72: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

ANALISA BIAYA PEMBUATAN PELAT BETON MENGGUNAKAN

METODE

KONVENSIONAL per m²

Analisa Harga Satuan dari Cipta Karya Kementrian PUPR ( Permen PUPR 28/2016 ), dan

Standar Satuan Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2017.

I. Pemasangan 1 m²

bekisting untuk lantai

N

o Uraian

Ko

de

Satu

an Koefisien

Harga Satuan

( Rp )

Jumlah Harga (

Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja

L.0

1

OH 0,66 Rp

89.000

Rp

58.740

tukang kayu

L.02

OH 0,33 Rp

150.000

Rp

49.500

Kepala tukang

L.0

3

OH 0,033 Rp

200.000

Rp

6.600

Mandor

L.0

4

OH 0,033 Rp

175.000

Rp

5.775

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

120.615

B BAHAN

kayu kelas III m3 0,055

Rp

6.670.000

Rp

366.850

Paku 5 cm – 12 cm kg 0,4

Rp

24.012

Rp

9.605

Minyak bekisting kg 0,2

Rp

2.668

Rp

534

Plywood tebal 9 mm lbr 0,35

Rp

266.800

Rp

93.380

Dolken kayu galam, (8–10)

cm panjang 4m btg 6

Rp

52.693

Rp

316.158

JUMLAH

HARGA BAHAN

Rp

786.526

C

Jumlah (A+B) Rp

907.141

D

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x D

(maksimum)

Rp

136.071

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

1.043.213

II. Pembesian 10 kg

N

o Uraian

Ko

de

Satu

an Koefisien

Harga Satuan

( Rp )

Jumlah Harga (

Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja

OH 0,07 Rp Rp

Universitas Sumatera Utara

Page 73: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

L.0

1 89.000 6.230

Tukang besi

L.02 OH 0,07

Rp

150.000

Rp

10.500

Kepala tukang

L.03 OH 0,007

Rp

200.000

Rp

1.400

Mandor

L.0

4 OH 0,004

Rp

175.000

Rp

700

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

18.830

B BAHAN

besi beton polos 8 mm kg 10,5

Rp

18.676

Rp

196.098

kawat ikat kg 0,15

Rp

28.681

Rp

4.302,15

JUMLAH

HARGA BAHAN

Rp

200.400,15

C

Jumlah (A+B) Rp

219.230,15

D

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C

(maksimum)

Rp

32.884,52

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

252.114,67

III. Pekerjaan 1 m³ beton mutu, f’c = 19,3 MPa (K225), slump (12±2) cm,

w/c = 0,58

N

o Uraian

Ko

de

Satu

an Koefisien

Harga Satuan

( Rp )

Jumlah Harga (

Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja OH 1,65

Rp

89.000

Rp

146.850,00

Tukang batu OH 0,275

Rp

150.000

Rp

41.250,00

kepala tukang OH 0,028

Rp

200.000

Rp

5.600,00

Mandor OH 0,083

Rp

175.000

Rp

14.525,00

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

208.225,00

B BAHAN

Portland cement kg 371

Rp

1.787,56

Rp

663.184,76

Pasir beton kg 698

Rp

231,45

Rp

161.551,40

Krikil kg 1047

Rp

266,80

Rp

279.339,60

air liter 215

Rp

25,00

Rp

5.375,00

JUMLAH

HARGA BAHAN

Rp

1.109.450,76

C

Jumlah (A+B) Rp

1.317.675,76

Universitas Sumatera Utara

Page 74: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

D

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C

(maksimum)

Rp

197.651,36

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

1.515.327,13

IV. Pembongkaran

bekisting per 1 m²

N

o Uraian

Ko

de

Satu

an Koefisien

Harga Satuan

( Rp )

Jumlah Harga (

Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja OH 0,1

Rp

89.000

Rp

8.900

Mandor OH 0,01

Rp

150.000

Rp

1.500

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

11.900

B

Jumlah (A) Rp

11.900

C

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x B

(maksimum)

Rp

1.785

D Harga Satuan Pekerjaan (B+C)

Rp

13.685

Universitas Sumatera Utara

Page 75: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

Hasil Temuan

Lapangan

ANALISA BIAYA PEMBUATAN PLAT BETON

MENGGUNAKAN METODE

BONDEK per 16 m²

I. analisa biaya pembuatan balok anak 20 cm x 25 cm x 4 m dan angkur ( joint bondek,

wiremesh dan balok struktur )

N

o Uraian

K

od

e

Sat

uan Koefisien

Harga

Satuan (

Rp )

Jumlah

Harga ( Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja OH 1 100000

Rp

100.000

Pekerja terlatih

(tukang) OH 2 130000

Rp

260.000

Pekerja tidak terlatih

( pembantu tukang) OH 4 100000

Rp

400.000

Mandor OH 1 150000

Rp

150.000

JUMLAH TENAGA

KERJA

Rp

910.000

B

BAHAN

BEKISTING

Kayu sembarang 5 x

7 panjang 4 m m3 0,21 4800000

Rp

1.008.000

Kayu sembarang 2,5

x 7 panjang 4m m3 0,065 4800000

Rp

312.000

Paku 5 cm – 12 cm kg 5 19000

Rp

95.000

triplek tebal 9 mm lbr 1 140000

Rp

140.000

JUMLAH HARGA

BAHAN

BEKISTING

Rp

1.555.000

C BESI BETON

Besi polos 12 mm kg 37 7838

Rp

290.006

Besi polos 8 mm kg 9,48 7595

Rp

72.001

Kawat ikat kg 3 22000

Rp

66.000

JUMLAH HARGA

BAHAN BESI

Rp

428.007

D BETON

Bahan beton K - 225 m3 0,2 750000

Rp

150.000

JUMLAH HARGA

BAHAN BETON

Rp

150.000

E Jumlah (A+B+C+D) Rp

Universitas Sumatera Utara

Page 76: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

3.043.007

F

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x E

(maksimum

)

Rp

456.451

G Harga Satuan Pekerjaan (D+E)

Rp

3.499.458

II. analisa biaya pemasangan

bondek dan weremesh per 16 m²

N

o Uraian

K

od

e

Sat

uan Koefisien

Harga

Satuan (

Rp )

Jumlah

Harga ( Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja OH 0,25 100000

Rp

25.000

Pekerja terlatih

(tukang) OH 1 130000

Rp

130.000

Pekerja tidak terlatih

( pembantu tukang) OH 2 100000

Rp

200.000

Mandor OH 0,25 150000

Rp

37.500

JUMLAH TENAGA

KERJA

Rp

392.500

B BAHAN

plat bondek m2 16 120000

Rp

1.920.000

weremesh m2 17,64 51146,38

Rp

902.222

kawat ikat kg 2 22000

Rp

44.000

beton tahu bh 50 3000

Rp

150.000

triplek 9 mm penahan

cor beton lbr 1 140000

Rp

140.000

JUMLAH HARGA

BAHAN

Rp

3.156.222

C

Jumlah (A+B) Rp

3.548.722

D

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C

(maksimum

)

Rp

532.308

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

4.081.030

III. analisa biaya pengecoran

beton K-225 per 16 m²

N

o Uraian

K

od

Sat

uan Koefisien

Harga

Satuan (

Jumlah

Harga ( Rp )

Universitas Sumatera Utara

Page 77: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

e Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja OH 0,05 100000

Rp

5.000

Pekerja terlatih

(tukang) OH 0,25 130000

Rp

32.500

Pekerja tidak terlatih

( pembantu tukang) OH 2,5 100000

Rp

250.000

Mandor OH 0,05 150000

Rp

7.500

JUMLAH TENAGA

KERJA

Rp

295.000

B BAHAN

Beton K - 225 m3 1,223 850000

Rp

1.039.550

JUMLAH HARGA

BAHAN

Rp

1.039.550

C

Jumlah (A+B) Rp

1.334.550

D

Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C

(maksimum

)

Rp

200.183

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

1.534.733

Medan, 23 Januari 2018

Pemilik

H. Jamil Ansari

Universitas Sumatera Utara

Page 78: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

Hasil Temuan Lapangan

ANALISA BIAYA PEMBUATAN PLAT BETON MENGGUNAKAN

METODE

KONVENSIONAL per 16 m²

I. Pemasangan 16 m²

bekisting untuk lantai

N

o Uraian

Ko

de

Satu

an Koefisien

Harga Satuan (

Rp )

Jumlah Harga (

Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja OH 3

Rp

100.000

Rp

300.000

Pekerja terlatih (tukang) OH 6

Rp

130.000

Rp

780.000

Pekerja tidak terlatih (

pembantu tukang) OH 12

Rp

100.000

Rp

1.200.000

Mandor OH 3

Rp

150.000

Rp

450.000

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

2.730.000

B BAHAN

Kayu sembarang 5 x 7 panjang

4 m m3 1,176

Rp

4.800.000

Rp

5.644.800

Kayu sembarang 2,5 x 5

panjang 4 m m3 0,16

Rp

4.800.000

Rp

768.000

Triplek tebal 9 mm lbr 6

Rp

140.000

Rp

840.000

Paku 2 cm – 10 cm kg 5

Rp

19.000

Rp

95.000

JUMLAH HARGA

BAHAN

Rp

7.347.800

C Jumlah (A+B) Rp

10.077.800

Universitas Sumatera Utara

Page 79: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

D Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x D

(maksimum)

Rp

1.511.670

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

11.589.470

II. Pembesian per 16 m²

N

o Uraian

Ko

de

Satu

an Koefisien

Harga Satuan (

Rp )

Jumlah Harga (

Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja OH 0,5 100000

Rp

50.000

Pekerja terlatih (tukang) OH 1 130000

Rp

130.000

Pekerja tidak terlatih (

pembantu tukang) OH 2 100000

Rp

200.000

Mandor OH 0,5 150000

Rp

75.000

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

455.000

B BAHAN

besi polos 8 mm kg 130,35 7595

Rp

990.008

kawat ikat kg 2 22000

Rp

44.000

JUMLAH HARGA

BAHAN

Rp

1.034.008

C Jumlah (A+B) Rp

1.489.008

D Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C

(maksimum)

Rp

223.351

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

1.712.359

III. analisa biaya pengecoran beton K-

225 per 16 m²

Universitas Sumatera Utara

Page 80: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

N

o Uraian

Ko

de

Satu

an Koefisien

Harga Satuan (

Rp )

Jumlah Harga (

Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja OH 0,05 100000

Rp

5.000

Pekerja terlatih (tukang) OH 0,25 130000

Rp

32.500

Pekerja tidak terlatih (

pembantu tukang) OH 3 100000

Rp

300.000

Mandor OH 0,05 150000

Rp

7.500

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

345.000

B BAHAN

Beton K - 225 m3 1,6 850000

Rp

1.360.000

JUMLAH HARGA

BAHAN

Rp

1.360.000

C Jumlah (A+B) Rp

1.705.000

D Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x C

(maksimum)

Rp

255.750

E Harga Satuan Pekerjaan (C+D)

Rp

1.960.750

IV. Pembongkaran bekisting

per 16 m²

N

o Uraian

Ko

de

Satu

an Koefisien

Harga Satuan (

Rp )

Jumlah Harga (

Rp )

A TENAGA KERJA

Pekerja tidak terlatih (

pembantu tukang) OH 2 90000

Rp

180.000

Mandor OH 0,15 150000

Rp

22.500

Universitas Sumatera Utara

Page 81: RAIHAN MUYASSAR 13 0404 116 - repositori.usu.ac.id

JUMLAH

TENAGA KERJA

Rp

202.500

B Jumlah (A) Rp

202.500

C Overhead & Profit (Contoh 15 %) 15% x B

(maksimum)

Rp

30.375

D Harga Satuan Pekerjaan (B+C)

Rp

232.875

Medan, 23 Januari 2018

pemilik

H. Jamil Ansari

Universitas Sumatera Utara