publik menilai wibawa hukum jatuh pada titik...

31
Lingkaran Survei Indonesia April 2013 1 PUBLIK MENILAI WIBAWA HUKUM JATUH PADA TITIK TERENDAH

Upload: trantruc

Post on 06-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Lingkaran Survei Indonesia

April 2013 1

PUBLIK MENILAI WIBAWA HUKUM JATUH PADA TITIK TERENDAH

Kata Pengantar

Publik Menilai Wibawa Hukum Berada Pada Titik Terendah

Kepuasaan terhadap penegakan hukum di Indonesia berada pada titik terendah.

Hanya 29.8% yang menyatakan puas terhadap penegakan hukum di Indonesia.

Sedangkan 56.0% publik menyatakan tak puas dengan penegakan hukum di

Indonesia. Temuan ini menggambarkan betapa rendahnya wibawa hukum di

mata publik.

Demikian salah satu temuan survei Lingkaran Survei Indonesia. LSI kembali

mengadakan survei khusus mengenai kondisi penegakan hukum di Indonesia.

Survei ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal 1 – 4 April 2013. Survei

menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan

margin of error sebesar +/- 2,9%. Survei dilaksanakan di 33 propinsi di

Indonesia. Kami juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan

metode analisis media, FGD, dan in depth interview.

Mereka yang tak puas terhadap penegakan hukum di Indonesia merata di

semua segmen. Mereka yang tinggal di kota maupun desa, berpendidikan tinggi

maupun rendah, mereka yang berasal dari ekonomi atas maupun ekonomi bawah 2 Survey Nasional LSI April 2013

Namun demikian, mereka yang tinggal di desa, berasal dari ekonomi bawah, dan

berpendidikan rendah lebih tak puas jika dibandingkan dengan mereka yang

berada di kota dan berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka yang

berada di desa dan kelompok ekonomi bawah lebih sering menghadapi kenyataan

merasa diperlakukan tak adil jika berhadapan dengan aparat hukum.

Ketidakpuasaan terhadap penegakan hukum di Indonesia cenderung meningkat

dari tahun ke tahun sampai menjelang akhir pemerintahan Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY). Pada Januari 2010, kurang lebih seratus hari pemerintahan

SBY Jilid-2, mereka yang tak puas dengan penegakan hukum sebesar 37.4%.

Pada Oktober 2010, setahun pemerintahan SBY, mereka yang tak puas dengan

penegakan hukum di Indonesia sebesar 41.2%. Pada September 2011, mereka

yang tak puas dengan proses penegakan hukum sebesar 50.3%.Pada Oktober

2012, mereka yang tak puas sebesar 50.3%. Dan pada April 2013, mereka yang

tak puas sebesar. 56.6%.

Penegakan hukum di masa pemerintahan Presiden SBY juga dinilai tak lebih baik

dari pemerintahan presiden sebelumnya. Sebesar 41.3% menilai bahwa

penegakan hukum pada masa pemerintahan presiden SBY biasa-biasa saja (tak

lebih baik, tak lebih buruk) dibandingkan dengan penegakan hukum pada masa

presiden sebelumnya. Hanya sebesar 22.6% yang menyatakan penegakan hukum

masa SBY lebih baik dibandingkan pemerintahan sebelumnya.

3 Survey Nasional LSI April 2013

4

Bahkan sebesar 26.5% menyatakan penegakan hukum masa pemerintahan SBY

lebih buruk dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya. Penilaian ini

tentunya sebuah ironi dalam perjalanan berbangsa dan bernegara. Idealnya

pergantiaan kepemimpinan nasional diikuti dengan perbaikan kondisi kebangsaan

di berbagai sektor termasuk, penegakan hukum.

Tingginya ketidakpuasaan terhadap penegakan hukum sejatinya menjadi sinyal

kewaspadaan bagi pemerintah maupun bangsa ini. Seperti yang sering dikatakan

oleh para ilmuwan, bahwa rendahnya kepercayaan terhadap penegakan hukum

yang dilakukan negara dapat memunculkan anarkisme. Tak berlebihan dan

mengherankan jika dikatakan bahwa maraknya kasus main hakim sendiri yang

terjadi di beberapa wilayah di Indonesia merupakan refleksi ketidakpercayaan

terhadap penegakan hukum yang dilakukan negara. Penembakan tahanan di

Lapas Cebongan, Sleman Yogyakarta, penyerangan Mapolres di Sumatera

Selatan, pembakaran gedung pemerintahan di Palopo Sulawesi Selatan,

pengoroyokan Kapolsek yang berujung kematian di Sumatera Utara, adalah

sejumlah contoh kasus yang bisa disebut untuk menunjukan lemahnya

kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum di Indonesia. Mereka yang

tak puas dan tak yakin bahwa sebuah kasus akan diselesaikan secara adil melalui

hukum formal akhirnya memilih mengambil langkah menghakimi pelaku dengan

cara mereka sendiri yang tentunya tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.

Survey Nasional LSI April 2013

5

Dalam survei ini, LSI juga menemukan tingginya persetujuan publik terhadap

tindakan main hakim sendiri. Mereka yang setuju tindakan menghukum sendiri

pelaku kehajatan (main hakim sendiri) karena tak percaya dengan proses

hukum sebesar 30.6%. Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan tindakan

main hakim sendiri apapun alasannya atau mereka yang masih tetap percaya

pada proses hukum sebesar 46.3%. -o0o- Lalu apa yang menjadi penyebab merosotnya kepuasaan publlik terhadap

penegakan hukum di Indonesia? LSI menemukan empat (4) faktor penyebab.

Pertama, rendahnya kepercayaan publik bahwa aparat hukum akan bertindak

adil. Hanya 42.2% publik yang percaya bahwa aparat hukum akan bertindak

adil dalam mengusut dan mengadili sebuah perkara. Sedangkan sebesar

46.7% tidak percaya bahwa para aparat hukum akan bertindak adil. Mayoritas

publik juga cenderung percaya bahwa proses hukum yang dilakukan aparat

hukum di Indonesia mudah diintervensi oleh kepentingan-kepentingan tertentu

misalnya kedekatan dengan aparat hukum atau kompensasi materi. Hanya

sebesar 23.4% yang masih menaruh harapan terhadap aparat hukum bahwa

mereka tetap bisa bekerja secara independen tanpa intervensi. Gambaran ini

menunjukan bahwa mindset publik penuh curiga dengan proses hukum yang berjalan.

Survey Nasional LSI April 2013

6

Kedua, publik marah karena politisi banyak yang korupsi daripada mengurusi

rakyat. Maraknya kasus korupsi yang melibatkan politisi baik di tingkat nasional

maupun daerah memunculkan apatisme publik. Publik semakin berkeyakinan

bahwa politisi tidak mengurusi rakyat. Politisi hanya mengurusi diri sendiri dan

kelompoknya.

Ketiga, pembiaran penegak hukum atas kasus amuk massa isu primordial. Di

Indonesia seringkali terjadi kasus kekerasan yang dilakukan oleh satu kelompok

terhadap kelompok lain karena hanya perbedaan identitas atau keyakinan.

Misalnya penyerangan warga Ahmadiyah di Cikeusik tahun 2011, penyerangan

warga Syiah di Desa Karanggayam, Sampang Madura,tahun 2012, dan berbagai

kasus lainnya. Dalam berbagai kasus ini, negara “seolah-olah” tak ada atau

sengaja membiarkan terjadinya penyerangan dan kekerasan. Kesan

“ketidakberdayaan” negara dalam menghadapi kekerasan komunal ini

memunculkan pesimisme terhadap penegakan hukum.

Survey Nasional LSI April 2013

7

Keempat, lemahnya kepemimpinan nasional dalam menegakan hukum

secara konsisten. Sikap inkonsisten pemimpin nasional juga menjadi

penyebab merosotnya wibawa hukum. Ketika tepilih kembali sebagai

presiden, SBY berulang-ulang kali menyampaikan ke publik bahwa

pemberantasan korupsi akan menjadi agenda utama pemerintahannya.

Ironisnya banyak kasus korupsi yang terjadi dalam lingkungan SBY sendiri di

pemerintahan maupun partai politiknya. Andi Mallarangeng, mantan

Menpora, akhirnya mundur karena ditetapkan tersangka atas dugaan kasus

korupsi Hambalang. Di Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, mantan Ketua

Umumnnya, juga telah ditetapkan tersangka oleh KPK karena dugaan

terlibat kasus korupsi Hambalang. Sebelumnya petinggi Partai Demokrat

yang telah ditetapkan tersangka adalah Angelina Sondakh dan Muhammad

Nazarudin.

Wibawa hukum perlu ditegakan kembali karena publik semakin merasa tak

nyaman. Sebesar 48.6% publik menyatakan khawatir dengan masa depan

penegakan hukum di Indonesia. Mereka tak yakin bahwa proses penegakan

hukum akan lebih baik.

Survey Nasional LSI April 2013

8

LSI membuat tiga rekomendasi untuk menegakan kembali wibawa hukum di

mata publik. Pertama, profesionalisasi dan kesejahteraan aparat hukum lebih

diperhatikan. Profesionalisasi dan kesejahteraan aparat hukum dibutuhkan untuk

meminamalisir potensi intervensi kepentingan di luar hukum.Seringkali persoalan

profesionalisasi dan kesejahteraan dijadikan justifikasi para aparat hukum

terhadap oknum anggotanya yang lalai dalam menjalankan tugasnya.

Kedua, penegakan hukum yang keras kepada politisi dan penegak hukum yang

korup dan melakukan pembiaran. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kembali

kepercayaan publik terhadap penegakan hukum. Bagi publik, penegakan hukum

bisa adil dan dipercaya, jika aparat hukum bisa bertindak tegas kepada mereka

yang berkuasa.

Ketiga, pemimpin nasional harus lebih tegas dan lebih punya waktu mengurusi

negara full time. LSI sudah berulang kembali memberikan warning kepada

pemerintah bahwa kepuasaan publik terhadap pemerintah di berbagai sektor

semakin merosot. Satu-satunya jalan yang tersedia untuk mengembalikan

kepercayaan publik adalah pemerintah menunjukan keseriusan dan fokus mengurusi rakyat.

Survey Nasional LSI April 2013

9

Namun dengan terpilihnya SBY sebagai Ketua Umum partai Demokrat di KLB

Partai Demokrat beberapa waktu lalu dan penunjukan sejumlah menteri untuk

mengurusi keseharian Partai Demokrat, nampaknya makin menutup jalan bagi

pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Masih tersisa waktu satu tahun bagi pemerintahan SBY untuk kembali

menegakkan wibawa hukum. Inilah momentum bagi kita semua untuk

membasmi semua jenis preman di Indonesia, baik preman jalanan, preman

bersenjata (oknum polisi dan oknum TNI), preman berdasi (politisi koruptor)

ataupun preman berjubah (ormas sektarian). Minggu, 7 April 2013 LINGKARAN SURVEI INDONESIA Dewi Arum : 0812-8038-2407 (Pembicara) Rully Akbar : 0878-7549-6109 (Moderator)

REKOR MURI Survei Paling Akurat dan Presisi

10

6 Rekor terbaru MURI

( Museum Rekor Indonesia)

Paling Presisi 1. Quick Count yang diumumkan tercepat (1 jam setelah TPS ditutup)

2. Quick Count akurat secara berturut-turut sebanyak 100 kali

3. Quick Count dengan selisih terkecil dibandingkan hasil KPUD yaitu

0,00 % (Pilkada Sumbawa, November 2010)

Prediksi Paling Akurat 1. Survei prediksi pertama yang akurat mengenai Pilkada yang

diiklankan

2. Survei prediksi akurat Pilpres pertama yang diiklankan

3. Survei prediksi akurat Pemilu Legislatif pertama yang diiklankan

METODOLOGI SURVEI

• Metode sampling : multistage random sampling

• Jumlah responden awal : 1200 responden

• Wawancara Handset (Quick Poll)

• Margin of error : 2.9%

Survei dilengkapi dengan Riset Kualitatif

• FGD di tujuh ibu kota propinsi terbesar

• In Depth Interview

• Analisis media nasional

Pengumpulan Data : 1 – 4 April 2013

11

Q : Seberapa puaskah bapak/ibu, apakah sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tak puas sama sekali dengan kondisi penegakan hukum di Indonesia?

Publik Tak Puas dengan Penegakan Hukum

12

Mereka yang puas dengan penegakan hukum hanya 29.8%

Kategori %

Sangat Puas/Cukup Puas 29.8%

Kurang Puas/Tak Puas 56.0%

Tidak Tahu/Tidak Jawab 14.2%

Publik laki-laki dan mereka yang tinggal

di desa lebih tak puas

13

Kategori Puas Tidak Puas TT/TJ

Kota 35.2% 48.6% 16.2%

Desa 22.8% 61.1% 16.1%

Kategori Puas Tidak Puas TT/TJ

Laki - Laki 28.9% 56.0% 15.1%

Perempuan 32.6% 51.7% 15.7%

Q : Seberapa puaskah bapak/ibu, apakah sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tak puas sama sekali dengan kondisi penegakan hukum di Indonesia?

Publik yang berpendidikan

rendah lebih tak puas

14

Kategori Puas Tidak Puas TT/TJ

Tamat SD/Dibawahnya 26.6% 56.1% 17.3%

Tamat SLTP/Dibawahnya 27.1% 51.6% 21.3%

Tamat SLTA/Dibawahnya 30.2% 51.2% 18.6%

Tamat Kuliah/Pernah Kuliah 33.6% 50.4% 16.0%

Q : Seberapa puaskah bapak/ibu, apakah sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tak puas sama sekali dengan kondisi penegakan hukum di Indonesia?

Makin rendah tingkat pendidikan, makin

tidak puas dengan penegakan hukum

Pemilih Partai Oposisi lebih Tak Puas

15

Partai Politik Puas Penegakan Hukum

Partai Koalisi Pemerintah

Partai Demokrat 37.7%

Partai Golkar 31.1%

PPP 33.2%

PKB 29.1%

PAN 29.9%

PKS 28.6%

Partai Oposisi

PDIP 27.2%

Hanura 28.3%

Gerindra 27.4%

Partai Baru

Partai Nasdem 30.7%

Rata-rata < 29 % kepuasaan pemilih

partai oposisi

terhadap kondisi

penegakan hukum

Q : Seberapa puaskah bapak/ibu, apakah sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tak puas sama sekali dengan kondisi penegakan hukum di Indonesia?

Pemilih SBY Pada Pemilu 2009 Juga Tak Puas

16

Pemilih Capres 2009 Puas Penegakan

Hukum Tidak Puas

Penegakan Hukum TT/TJ

SBY– Boediono 38.2% 42.8% 19.0%

Megawati – Prabowo 28.7% 53.6% 17.7%

Jusuf Kalla - Wiranto 31.6% 51.3% 17.1%

Q : Seberapa puaskah bapak/ibu, apakah sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tak puas sama sekali dengan kondisi penegakan hukum di Indonesia?

Mereka yang tak puas cenderung meningkat

17

Dibanding Januari 2010, ketidakpuasaan terhadap Kondisi Penegakan Hukum saat ini

Naik sebesar 18.6%

Kepuasaan Publik Januari

2010 Oktober

2010 September

2011 Oktober

2012 April 2013

Kurang puas/Tak puas 37.4% 41.2% 50.3% 50.3% 56.0%

Q : Seberapa puaskah bapak/ibu, apakah sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tak puas sama sekali dengan kondisi penegakan hukum di Indonesia?

18

Penegakan Hukum di Era SBY tak Lebih baik

Q : Menurut bapak/ibu, apakah penegakan hukum di masa pemerintahan SBY lebih baik, sama saja (tidak lebih baik, tidak lebih buruk), atau lebih buruk dibandingkan dengan penegakan hukum di masa pemerintahan sebelumnya?

Kategori %

Lebih baik 22.6%

Sama Saja (tidak baik, tidak buruk) 41.3%

Lebih buruk 26.5%

TT/TJ 9.6%

Hanya 22.6% publik yang menilai penegakan

hukum era SBY lebih baik

Cukup Tinggi Mereka yang setuju

tindakan main hakim sendiri

Q: Manakah dari pernyataan tentang penegakan hukum

dibawah ini, yang bapak/ibu setujui?

19

Kategori %

Menghukum sendiri pelaku kejahatan karena tak percaya proses hukum yang adil

30.6%

Menyerahkan sepenuhnya pelaku kejahatan kepada proses hukum karena percaya ada hukuman yang adil

46.3%

Tidak Tahu/Tidak Jawab 23.1%

20

Apa yang menjadi penyebab merosotnya

wibawa hukum?

Q: Seberapa percayakah bapak /ibu bahwa

aparat hukum akan bertindak adil dalam

menindak sebuah kejahatan/tindakan

melanggar hukum ?

Sebesar 57.1% percaya bahwa aparat hukum mudah diintervensi oleh

Kepentingan luar (kedekatan dengan aparat hukum, materi, dll)

1. Rendahnya kepercayaan publik bahwa aparat

hukum akan bertindak adil

21

Kategori %

Sangat percaya, cukup percaya

42.2%

Kurang percaya, tidak percaya sama sekali

46.7%

Tidak Tahu / Tidak jawab 11.1%

Q: Manakah dari dua pernyataan

dibawah ini yang bapak/ibu setujui

mengenai penegakan hukum?

Kategori %

Aparat hukum mudah diintervensi/dicampuri oleh kepentingan luar (kedekatan dengan aparat, pemberiaan materi, dll)

57.1%

Aparat hukum tidak mudah diintervensi/dicampuri kepentingan luar. Aparat hukum bersifat independen

23.4%

Tidak Tahu / Tidak jawab 19.5%

22

2. Publik Marah karena politisi banyak yang korupsi

Daripada mengurusi rakyat

22

Aktor CONTOH

Menteri Andi Mallarangeng,mantan Menpora, ditetapkan tersangka korupsi Hambalang

Politisi M. Nazarudin, Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum (P.Demokrat) ditetapkan tersangka kasus korupsi Hambalang. Lutfi Hasan Ishaq (PKS) dugaan suap impor sapi. Zainudin Jabbar (Golkar) dugaan korupsi di Kemenag.

Kepala Daerah Rusli Zainal (gubenur Riau) dugaan korupsi dana PON. Agusrin Najamudin (Gubernur Bengkulu), Amran Batalipu (Bupati Buol).

3. Pembiaran Kasus Amuk Massa oleh

penegak hukum isu primordial

23

Seringkali terjadi kasus kekerasan yang

dilakukan oleh satu kelompok terhadap

kelompok lain karena hanya perbedaan

identitas atau keyakinan.

Kesan “ketidakberdayaan” negara

dalam menghadapi kekerasan komunal

ini memunculkan pesimisme terhadap

penegakan hukum.

24

4. Lemahnya kepemimpinan Nasional dalam

menegakan hukum secara konsisten

24

Ketika terpilih kembali sebagai

presiden, SBY berulang-ulang kali

menyampaikan ke publik bahwa

pemberantasan korupsi akan menjadi

agenda utama pemerintahannya.

Ironisnya banyak kasus korupsi yang

terjadi dalam lingkungan SBY sendiri di

pemerintahan maupun partai politiknya.

25

Q: Bagaimana penilaian bapak /ibu terhadap proses penegakan hukum di

Indonesia ke depan ?

5. Kekhawatiran Publik akan Penegakan Hukum

39.7%

48.6%

11.7%

Yakin hukum di Indonesia dapat ditegakkan secara adil

Tidak Yakin hukum di indonesia dapat ditegakkan secara adil

Tidak Tahu / Tidak jawab

26

REKOMENDASI

1. Profesionalisasi dan peningkatan

kesejahteraan aparat hukum

27

Profesionalisasi dan kesejahteraan

aparat hukum dibutuhkan untuk

meminimalisir potensi intervensi

kepentingan di luar hukum.

Seringkali persoalan profesionalisasi

dan kesejahteraan dijadikan justifikasi

para aparat hukum terhadap oknum

anggotanya yang lalai dalam

menjalankan tugasnya

28

2. Penegakan hukum terhadap politisi dan

penegak hukum yang korup

Dibutuhkan untuk menumbuhkan

kembali kepercayaan publik terhadap

penegakan hukum.

Bagi publik, penegakan hukum bisa adil

dan dipercaya, jika aparat hukum bisa

bertindak tegas kepada mereka yang

berkuasa.

29

3. Presiden harus lebih fokus bekerja full time

LSI sudah berulang kembali

memberikan warning kepada

pemerintah bahwa kepuasaan publik

terhadap pemerintah di berbagai

sektor semakin merosot.

Masih tersisa 1 tahun bagi SBY dan

pemerintahannya untuk menegakkan

kembali wibawa hukum di Indonesia.

30

4. Ini momentum membasmi

semua jenis preman

Menegakkan wibawa hukum antara lain

membasmi semua jenis preman di Indonesia

-Preman jalanan

-Preman bersenjata (oknum polisi dan TNI)

-Preman berdasi (politisi koruptor)

-Preman berjubah (ormas sektarian)

31