pengaruh teacher behavior, kebutuhan dasar...

128
PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR PSIKOLOGIS DAN JENIS KELAMIN TERHADAP SCHOOL ENGAGEMENT PADA SANTRI SMA X BOARDING SCHOOL Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh: Nur Amalina NIM: 11140700000128 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2018 M

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR

PSIKOLOGIS DAN JENIS KELAMIN TERHADAP

SCHOOL ENGAGEMENT PADA SANTRI

SMA X BOARDING SCHOOL

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Nur Amalina

NIM: 11140700000128

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2018 M

Page 2: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin
Page 3: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin
Page 4: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin
Page 5: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dan janganlan kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab

kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.

(QS. Ali Imran: 139)

“Stop Dreaming and Start Doing”

Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua dan keluarga

tercinta

Page 6: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Agustus 2018

C) Pengaruh Teacher Behavior, Kebutuhan Dasar Psikologis, dan Jenis

Kelamin terhadap School Engagement pada Santri SMA X Boarding

School.

D) Nur Amalina

E) xiv + 91 halaman + 23 lampiran

F) Penelitian ini didasarkan oleh pemahaman terkait pentingnya memiliki

keterlibatan yang positif dengan kegiatan pembelajaran atau kegiatan

sekolah. Namun kenyataannya, masih terdapat banyak siswa yang

menampilkan perilaku dimana mencerminkan bentuk dari rendahnya

keterlibatan siswa dengan kegiatannya di sekolah. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh teacher behavior (dukungan otonomi,

keterlibatan, dan struktur), kebutuhan dasar psikologis (kebutuhan untuk

mandiri, kebutuhan untuk berkompeten, dan kebutuhan untuk

berhubungan), dan jenis kelamin terhadap school engagement pada santri

SMA X Boarding School.

Responden pada penelitian ini adalah sebanyak 257 santri laki-laki dan

santri perempuan. Teknik yang digunakan adalah probability sampling

yaitu stratified random sampling. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan alat ukur School Engagement Measurement (Blumenfeld

dan Fredricks, 2005), Teacher as Social Context (Belmont, Skinner,

Wellborn, dan Connell, 1993), dan Basic Psychological Need Satisfaction

in General (Deci dan Ryan, 2000). Pengujian Confirmatory Factor

Analysis (CFA) dilakukan untuk menguji validitas tiap-tiap alat ukur,

sedangkan uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Multiple Regression Analysis.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan sebesar

26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

terhadap school engagement pada santri SMA X Boarding School. Uji

hipotesis menunjukkan dari tujuh dimensi terdapat lima dimensi yang

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap school engagement yaitu

autonomy support, involvement, structure, need for autonomy, dan need for

competence. Sedangkan dimensi need for relatedness dan jenis kelamin

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap school engagement. Saran

untuk penelitian selanjutnya adalah diharapkan untuk meneliti pengaruh

dari variabel independen lain diluar penelitian ini terhadap school

engagement, melakukan pengukuran school engagement menggunakan

metode teacher report, dan melakukan adaptasi alat ukur dengan maksimal.

Temuan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan kepada guru

dalam merancang program pembelajaran yang kreatif dan interaktif,

melakukan pelatihan dan seminar secara berkala kepada guru dan

merancang program untuk meningkatkan kesadaran siswa terkait

pentingnya school engagement.

G) Bahan bacaan: 54; Buku: 6 + jurnal: 40 + tesis: 2 + skripsi: 2 + artikel: 4

Page 7: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) August 2018

C) Nur Amalina

D) The effect of teacher behavior, basic psychological needs, and gender towards

school engagement on students of SMA X Boarding School.

E) xiv + 91 pages + 23 appendix

F) This research is based on an understanding of the importance of a students

having a positive involvement with learing activities or school activities. But

in reality, there are still many students displaying behaviors that reflect the low

involvement of students with their activities in school. This study aims to

determine the effect of teacher behavior (autonomy support, involvement, and

structure), basic psychological needs (need for autonomy, need for

competence, and need for relatedness), and gender towards school engagement

on students of SMA X Boarding School.

Respondents in this research were 257 of male students and female students.

The technique used is probability sampling that is stratified random sampling.

In this study, researcher used measuring instruments namely School

Engagement Measurement (Blumenfeld and Fredricks, 2005), Teacher as

Social Context (Belmont, Skinner, Wellborn, and Connell, 1993), and Basic

Psychological Need Satisfaction in General (Deci and Ryan, 2000). The

validity test of the measurements using Confirmatory Factor Analysis (CFA)

technique and and test hypotheses using Multiple Regression Analysis (MRI).

The results showed that there was a significant effect of 26.5% from teacher

behavior, basic psychological needs, and gender towards school engagement

on students of SMA X Boarding School. Hypothesis test showed there are five

dimensions from seven dimensions that affect significantly on school

engagement that is autonomy support, involvement, structure, need for

autonomy, and need for competence. While two other dimensions are need for

relatedness and gender showed no significant effect on school engagement.

Suggestions for further research are expected to examine the influence of

independent variables outside this research on school engagement, do school

engagement measurements using the teacher report method, and adapt the

measuring instrument to the fullest. The findings of this study can also be used

as a reference for teachers in designing creative and interactive learning

programs, conducting training and seminars regularly to the teacher and

designing program to increase students awareness regarding the importance of

school engagement.

G) References: 54; Books: 6 + journals: 40 + theses: 2 + essay: 2 + articles: 4.

Page 8: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melipahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat, keluarga dan pengikutnya

hingga akhir zaman nanti.

Skripsi ini dapat terwujud bukan hanya karena hasil kerja keras penulis

sendiri, tetapi karena terdapat banyak pihak-pihak yang ikut pula terlibat dalam

penyelesaian skripsi penulis. Pada kesempatan ini, izinkan penulis untuk

mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, seluruh dosen, dan seluruh civitas akademika

Fakultas Psikologi.

2. Ibu Solicha, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan

memberikan bimbingan, waktu, dan masukan untuk skripsi ini.

3. Ibu Sitti Evangeline Imelda Suaidy, M.Psi selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan bimbingan dan masukannya selama

penulis menjalani perkuliahan di fakultas psikologi ini.

4. Kepala Sekolah SMA X beserta para guru yang telah memberikan izin

kepada penulis serta memudahkan semua prosedurnya untuk melakukan

penelitian di sekolah sehingga penulis bisa mendapatkan data responden.

5. Kedua orang tua tercinta dan adik-adik penulis sebagai pemberi dukungan

utama baik moril dan materil yang senantiasa memberikan doa dan kasih

sayangnya serta menjadi penguat disetiap drama perskripsian penulis.

6. Sahabat-sahabat penulis, Tri, Adzillah, Rifda, Leli, Azizah, Diday, Amel

dan Alim yang telah mendengarkan setiap keluh kesah, menemani di setiap

Page 9: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

ix

perjalanan perkuliahan penulis, memberikan bantuan, masukan dan

semangatnya yang begitu berarti bagi penulis.

7. Para mentor statistik, Ka Wahyu, Rizal dan Taufan yang telah sabar

membimbing penulis selama proses oleh data penelitian.

8. Seluruh teman dan rekan seperjuangan tercinta Psikologi angkatan 2014

terutama kelas E, Forkat An-Naml Psikologi, LDK Syahid 21, Komda

Psikologi 2016 yang telah menjadi bagian dari hidup peneliti.

9. Semua pihak yang telah berinteraksi kepada penulis dan memberikan

semangat serta inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala

kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skrispsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

Page 10: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1-15

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 11

1.2.1 Pembatasan masalah .............................................................. 11

1.2.2 Perumusan masalah ............................................................... 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 13

1.3.1 Tujuan penelitian ................................................................... 13

1.3.2 Manfaat penelitian ................................................................. 14

BAB 2 KAJIAN TEORI .............................................................................. 16-42

2.1 School Engagement ........................................................................ 16

2.1.1 Definisi School Engagement ................................................. 16

2.1.2 Dimensi School Engagement ................................................. 17

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi School Engagement ...... 19

2.1.4 Pengukuran School Engagement ........................................... 25

2.2 Teacher Behavior ........................................................................... 29

2.2.1 Definisi Teacher Behavior .................................................... 29

2.2.2 Dimensi Teacher Behavior .................................................... 31

2.2.3 Pengukuran Teacher Behavior .............................................. 32

2.3 Kebutuhan Dasar Psikologis........................................................... 33

2.3.1 Definisi Kebutuhan Dasar Psikologis .................................... 33

2.3.2 Dimensi Kebutuhan Dasar Psikologis ................................... 34

2.3.3 Pengukuran Kebutuhan Dasar Psikologis ............................. 36

2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................... 36

2.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 42

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 43-60

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 43

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 43

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................ 45

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 45

Page 11: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

xi

3.3.2 Instrumen Penelitian .............................................................. 46

3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................... 49

3.4.1 Uji Validitas Konstruk School Engagement .......................... 51

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Teacher Behavior ............................. 52

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Kebutuhan Dasar Psikologis ............ 55

3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................... 58

BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................... 61-71

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .............................................. 61

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................ 61

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ............................................ 63

4.4 Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 64

4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ..................................... 64

4.4.2 Proporsi Varians .................................................................... 70

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN.................................... 72-86

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 72

5.2 Diskusi ............................................................................................ 72

5.3 Saran ............................................................................................... 83

5.3.1 Saran teoritis .......................................................................... 83

5.3.2 Saran praktis .......................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 87

Page 12: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala School Engagement ............................................... 47

Tabel 3.2 Blue Print Skala Teacher Behavior .................................................. 48

Tabel 3.3 Blue Print Skala Kebutuhan Dasar Psikologis ................................. 49

Tabel 3.4 Muatan Faktor Item School Engagement .......................................... 52

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Autonomy Support ............................................ 53

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Involvement ...................................................... 54

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Structure ........................................................... 55

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Need for Autonomy .......................................... 56

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Need for Competence ....................................... 57

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Need for Relatedness ....................................... 58

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................................................. 61

Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................... 62

Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................. 63

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .............................................. 63

Tabel 4.5 R Square ........................................................................................... 65

Tabel 4.6 Hasil Uji F ......................................................................................... 66

Tabel 4.7 Koefisien Regresi .............................................................................. 67

Tabel 4.8 Proporsi Varians ............................................................................... 70

Page 13: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Hasil Studi Pendahuluan Kedua ............................................ 6

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian ................................................. 41

Page 14: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Alat Ukur School Engagement

Lampiran 3 Alat Ukur Teacher Behavior

Lampiran 4 Alat Ukur Kebutuhan Dasar Psikologis

Lampiran 5 Kuesioner

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas

Lampiran 7 Hasil Analisis Data Penelitian

Page 15: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan siswa di sekolah tidak selamanya berjalan mulus, seringkali terdapat

permasalahan yang dialami oleh siswa dan dikeluhkan oleh para pendidik serta

orang tua. Pada umumnya masalah tersebut yakni seperti terjadinya kebosanan,

keterasingan siswa, prestasi yang rendah hingga putus sekolah. Para peneliti,

pendidik bahkan para pembuat kebijakan sekalipun seperti pemerintah akhirnya

berusaha mencarikan solusi untuk meminimalisir permasalahan ini melalui studi

atau riset tentang keterlibatan siswa di sekolah (Fredricks & McColskey, 2012).

Para peneliti mengistilahkan keterlibatan siswa dengan berbagai macam

terminologi. Macam-macam istilah terebut yaitu student engagement, school

engagement, academic engagement, engaged time, student engaged learning,

academic responding, engagement in class, dan engagement in school work

(Fredricks, McColskey, Meli, Mordica, Montrosse, & Mooney., 2011). Perbedaan

terminologi ini dicirikan oleh jumlah dimensi yang mencakup dalam sebuah

konstruk yang berbeda-beda serta pandangan tokoh dalam mengkonseptualisasikan

masing-masing terminologi tersebut (Fredricks & McColskey, 2012).

School Engagement merupakan keterlibatan siswa di dalam aktivitas

akademik dan non-akademik (sosial dan ekstrakurikuler) yang meliputi tiga

dimensi engagement yaitu behavioral, emotional dan cognitive (Fredricks,

Blumenfeld, & Paris., 2004). Fredricks et.al (2011) menyebutkan bahwa behavioral

Page 16: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

2

engagement mengacu pada gagasan partisipasi dan mencakup keterlibatan dalam

kegiatan akademik, sosial, atau ekstrakurikuler. Hal ini dianggap penting untuk

mencapai hasil akademik yang positif dan mencegah terjadinya putus sekolah.

Emotional engagement berfokus pada tingkat reaksi emosional positif dan negatif

terhadap situasi pembelajaran baik di kelas maupun sekolah. Emotional

engagement yang positif diduga menciptakan ikatan siswa dengan institusi dan

mempengaruhi kesediaan siswa untuk bekerja. Sedangkan cognitive engagement

didefinisikan sebagai tingkat investasi atau perencanaan siswa dalam pembelajaran.

Hal ini mencakup pemikiran dan tujuan dalam menyikapi tugas sekolah dan

bersedia memberikan usaha yang diperlukan untuk memahami gagasan kompleks

atau keterampilan yang sulit dikuasai.

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Fredricks, et.al (2004) dikatakan

bahwa hasil yang ditemukan pada penelitian terdahulu menunjukkan hubungan

yang positif antara behavioral engagement dengan prestasi belajar pada siswa SD,

SMP dan SMA. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Connell, Spencer dan Aber

(1994) & Skinner, Wellborn dan Connell (1990) menunjukkan hasil bahwa terdapat

hubungan antara prestasi dan kombinasi pengukuran pada emotional engagement

dan behavioral engagement. Nystrand dan Gamoran (dalam Fredricks, et.al., 2004)

juga menemukan bahwa substantive engagement (serupa dengan cognitive

engagement) di kelas secara positif berhubungan dengan keterlibatan siswa yang

berdampak kepada skor hasil tes akademik yang dilakukan untuk mengukur

pemahaman siswa secara mendalam.

Page 17: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

3

Dalam artikel penelitian yang dikemukakan oleh Fredricks, et.al (2004),

konsep school engagement telah banyak menarik minat para peneliti karena konsep

ini dianggap dapat menjadi cara untuk memperbaiki tingkat prestasi akademis yang

rendah, tingkat kebosanan dan ketidakpuasan siswa yang tinggi, serta tingkat putus

sekolah yang tinggi di daerah perkotaan. Perilaku siswa yang memperlihatkan

kurangnya partisipasi dalam kegiatan belajar seperti mengobrol di dalam kelas saat

guru sedang mengajar, mengerjakan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan

kegiatan belajar, tidur saat kegiatan belajar sedang berlangsung, datang ke sekolah

atau kelas dengan terlambat, dan perilaku membolos, merupakan bentuk dari

rendahnya student engagement dalam belajar. Dalam artikel yang ditulis oleh

Fredricks, et.al (2004), dikatakan bahwa siswa memandang sekolah sebagai hal

yang membosankan, dimana mereka mengupayakan usaha di dalamnya sesedikit

mungkin.

Di Indonesia sendiri, rendahnya school engagement salah satunya

digambarkan seperti perilaku membolos. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan oleh Sari (2014) pada tanggal 20 sampai 22 Januari 2014 di salah satu

SMA Negeri Kota Solok, terlihat adanya peserta didik yang membolos dari pagi

hari dan ada yang membolos pada jam pelajaran tertentu serta ada pula yang

berkeliaran di lingkungan sekolah saja. Selain perilaku membolos, Mustika dan

Kusdiyati (2015) melakukan wawancara pada guru di salah satu SMA swasta Kota

Bandung. Berdasarkan keterangan dari guru bahwa siswa yang memiliki prestasi

rendah menampilkan perilaku seperti sering tidak hadir di kelas serta tidak

Page 18: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

4

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu ketika di dalam kelas siswa

pasif tidak berusaha bertanya tentang materi yang diterangkan oleh guru.

Menurut studi pendahuluan pertama yang dilakukan oleh penulis pada bulan

Desember 2017 yang dilakukan pada 43 siswa SMA, 26 diantaranya mengatakan

memiliki masalah dengan sekolahnya. Diantara semua permasalahan yang

disebutkan oleh siswa, masalah seputar belajar yang paling banyak disebutkan.

Masalah belajar yang dimaksud adalah seperti tidak memahami materi pelajaran,

terlalu banyak tugas yang diberikan dan tidak memiliki motivasi dalam belajar.

Masalah-masalah belajar yang diungkapkan oleh para siswa terutama berkaitan

dengan motivasi, dapat mengarah kepada perilaku menyimpang seperti membolos.

Sari (2014) menyebutkan bahwa jika tidak ada motivasi dalam diri peserta didik

untuk belajar maka tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar tidak akan

tercapai. Tidak ada motivasi untuk belajar maka akan ada dorongan bagi peserta

didik untuk membolos.

Temuan lain yang didapatkan oleh penulis dari studi pendahuluan pertama

yakni berkaitan dengan perilaku siswa yang ditampilkan selama di kelas.

Berdasarkan penuturan yang disampaikan para siswa diantaranya adalah tidur

karena lelah belajar, makan di kelas, mengobrol untuk menghilangkan rasa kantuk,

melakukan hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran, bermain handphone dan

bercanda dengan teman. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa perilaku yang

menunjukkan kurangnya partisipasi siswa, pasif dengan kegiatan di sekolah,

terutama saat di dalam kelas merupakan bentuk dari rendahnya behavioral

engagement para siswa (Mustika & Kusdiyati, 2015).

Page 19: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

5

Penelitian kali ini difokuskan untuk mengungkapkan fenomena school

engagement yang terjadi di sekolah berasrama yakni pesantren yang berada pada

jenjang pendidikan SMA. Situasi sekolah berasrama akan berbeda dengan situasi

sekolah di SMA pada umumnya. SMA pada umumnya akan menekankan proses

belajar di ruang lingkup sekolah saja, sedangkan pada sekolah berasrama proses

belajar dilakukan sepanjang hari dan berkesinambungan antara lingkungan sekolah

dan lingkungan asrama. Secara konsep, pengkondisian situasi belajar seperti ini

akan meningkatkan school engagement pada siswa (Polii, 2015). Selain itu, pada

siswa yang menempuh pendidikan di sekolah berasrama juga memiliki kesempatan

yang luas untuk membentuk hubungan sosial yang lebih hangat dengan teman, guru

dan staff sekolah lainnya sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat lebih

banyak dengan berbagai macam aktivitas di sekolah (Martin, Papworth, Ginns, &

Liem., 2014).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan kedua dengan menggunakan metode

snowball pada bulan Januari 2018, penulis melakukan survei menggunakan

kuesioner yang disebar melalui daring terkait keterlibatan siswa dalam kegiatan

akademik dan non akademik. Responden yang ikut serta dalam studi pendahuluan

ini adalah 22 santri perempuan dan laki-laki yang sedang menempuh pendidikan

jenjang SMA pesantren yang tersebar di Provinsi Jawa Barat. Pada kegiatan non

akademik, ditemukan bahwa 22 santri telah terlibat dalam kegiatan non akademik

di sekolah yaitu OSIS, ekstrakurikuler, dan kepanitiaan acara sekolah.

Pada kegiatan akademik yang sebagian besar dilakukan di dalam kelas,

siswa diberikan pertanyaan terkait perilaku yang paling sering ditampilkan saat

Page 20: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

6

kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, dimana sebanyak 11 siswa memilih

untuk memperhatikan guru dan 11 siswa lainnya memilih untuk tidur, mengobrol

dan membolos. Kemudian siswa diberikan juga pertanyaan seputar perilaku yang

cenderung ditampilkan ketika menghadapi mata pelajaran yang tidak disukai,

dimana sebanyak satu siswa memilih untuk tetap memperhatikan guru dan 21 siswa

lainnya memilih untuk tidur, melamun, mengobrol, dan membolos. Untuk

pertanyaan terakhir, siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan sikap yang

diambil siswa ketika mendapat tugas yang sulit. Pada hasilnya sebanyak 15 siswa

memilih untuk berdiskusi dengan teman, berusaha untuk mengerjakannya sendiri,

dan bertanya pada guru, sedangkan tujuh siswa lainnya memilih untuk tidak

mengerjakan, melihat jawaban teman, dan tidak mengikuti kelas tersebut.

Gambar 1.1

Diagram Hasil Studi Pendahuluan Kedua

0

5

10

15

20

25

Kegiatan belajar mengajarsedang berlangsung

Menghadapi mata pelajaranyang tidak disukai

Menghadapi tugas yang sulit

Bentuk engagement yang ditampilkan oleh santri

Engagement positif Engagement negatif

Page 21: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

7

Berdasarkan studi pendahuluan kedua yang dilakukan oleh penulis terhadap

santri yang menempuh pendidikan SMA berasrama (pesantren) di wilayah Jawa

Barat, didapatkan gambaran bahwasannya santri yang bersekolah di SMA

berasrama tidak menjamin tingginya tingkat school engagement. Masih terdapat

santri yang menunjukkan perilaku negatif dalam kegiatan akademik dengan

menampilkan perilaku bercanda selama kegiatan belajar, tidur bahkan membolos.

Perilaku yang mencerminkan rendahnya partisipasi ini merupakan bentuk dari

behavioral engagement santri yang cenderung rendah. Hasil dari studi pendahuluan

ini juga menunjukkan rendahnya emotional dan cognitive engagement pada santri

yang terlihat dari emosi negatif yang ditampilkan dan rendahnya usaha yang

dilakukan santri dalam mengerjakan tugas yang sulit sebagai tantangan.

Fredricks et.al (2011) menyebutkan bahwa bagi banyak siswa, putus

sekolah menjadi langkah terakhir ketika siswa telah melewati disengagement yang

panjang. Englund, Egeland dan Collins (2008) menyatakan bahwa pada siswa

SMA, selain kemiskinan, prediktor yang juga mempengaruhi terjadinya putus

sekolah adalah masalah perilaku dan sosial serta kesulitan belajar yang

menyebabkan rendahnya prestasi siswa. Berdasarkan data yang diambil dari Pusat

Data dan Statistik Sekolah Menengah Atas (2017), sebanyak 36.419 siswa atau

0.78% dari 4.659.542 total keseluruhan siswa SMA di Indonesia tercatat putus

sekolah. Untuk data pada tiap provinsi, Jawa Barat menjadi urutan pertama pada

tingginya tingkat putus sekolah dari seluruh provinsi di Indonesia, yakni sebanyak

5.626 siswa SMA.

Page 22: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

8

Berdasarkan uraian dari teori-teori yang telah dikemukakan di atas dan studi

pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, didapatkan ketidaksesuaian fakta dan

fenomena yang ada di lapangan. Secara teoritis, siswa seharusnya memiliki tingkat

school engagement yang tinggi karena school engagement memiliki pengaruh yang

sangat penting terhadap prestasi belajar siswa di sekolah dan dapat meminimalisir

resiko dari terjadinya putus sekolah. Pada kenyataannya di lapangan, siswa banyak

menampilkan fenomena perilaku-perilaku disengagement di sekolah seperti

rendahnya partisipasi, emosi yang cenderung negatif, serta usaha yang kurang

dalam menghadapi tugas/tantangan yang sulit.

School engagement dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

eksternal dan faktor internal. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi school

engagement adalah school size (Stevens & Peltier, 1994), peran guru (Skinner &

Belmont, 1993; Erdogdu, 2016), peran teman sebaya (Kindermann, 2016; Erdogdu,

2016), iklim sekolah (Sujisha & Manikandan, 2014), dan status sosial ekonomi

(Ripski & Gregory, 2009; Santrock, 2009). Sedangkan faktor internal yang

memempengaruhi school engagement yakni jenis kelamin (Skinner, Kindermann

& Furrer, 2009), dan kebutuhan dasar psikologi (Niemiec & Ryan, 2009).

Siswa yang memiliki school engagement rendah umumnya menampilkan

perilaku, emosi dan usaha yang cenderung rendah atau negatif untuk lebih

melibatkan diri dalam kegiatannya di sekolah. Pada situasi di sekolah, guru

merupakan seseorang yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

kesan terhadap siswa-siswi di sekolah. Tentunya apabila guru dalam perannya

berhasil memberikan kesan/impresi yang baik terhadap siswa, hal ini akan

Page 23: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

9

berdampak terhadap kenyamanan siswa selama berada di lingkungan sekolah yang

kemudian akan berdampak pula terhadap keterlibatan siswa. Peran yang diberikan

oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah disebut dengan teacher

behavior (Skinner & Belmont, 1993).

Beberapa literatur menunjukkan bahwa teacher behavior memiliki

pengaruh terhadap school engagement. Furrer dan Skinner (2003) menyebutkan

bahwa siswa yang merasa dihargai oleh guru, cenderung memiliki keterlibatan

dalam aktivitas akademik dan juga siswa akan merasa lebih bahagia dan nyaman

selama di kelas. Lebih lanjut, hasil penelitian yang dilakukan oleh Erdogdu (2016)

menyebutkan bahwa siswa yang mempersepsikan peran guru secara positif dan

telah mendukung secara emosional, siswa tersebut memiliki tingkat school

engagement yang lebih tinggi. Selain itu hasil penelitian Klem dan Connell (2004)

juga menyebutkan bahwa siswa yang mempersepsikan bahwa guru mereka dapat

menciptakan lingkungan belajar yang terstruktur dengan baik, siswa tersebut

cenderung menunjukkan keterlibatan yang baik di sekolah. Oleh karena itu, teacher

behavior dipandang dapat menjadi variabel prediktor yang penting terhadap school

engagement karena siswa merasa perlu untuk mendapat dukungan dari guru mereka

di sekolah agar dapat memiliki keterlibatan yang baik dengan sekolahnya yang

kemudian akan meningkatkan prestasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

pendidikan mereka (Klem & Connell, 2004).

Siswa yang merasa bahwa kebutuhan psikologisnya telah terpenuhi dengan

baik juga di prediksi mampu meningkatkan keterlibatannya di sekolah. Niemiec

dan Ryan (2009) dalam artikelnya menyatakan bahwa ketika siswa telah

Page 24: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

10

mengalami kepuasan kebutuhan psikologis, siswa akan menginternalisasi nilai

pembelajaran dalam dirinya dan meningkatkan motivasi serta engagement dalam

aktivitas kelas. Deci dan Ryan (2000) menyebutkan bahwa kebutuhan dasar

psikologis memiliki 3 dimensi yakni kebutuhan untuk kompeten (need for

competence), kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain (need for

relatedness), dan kebutuhan untuk mandiri (need for autonomy).

Berdasarkan hasil studi literatur, penulis menemukan perbedaan dari

temuan penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Gagnon (2007) dan Jang, Reeve, Ryan dan Kim (2009) menemukan bahwa ketiga

dimensi dari kebutuhan dasar psikologis yakni need for autonomy, need for

competence dan need for relatedness memiliki hubungan yang signifikan dengan

school engagement pada siswa. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Fauzie (2012) ditemukan bahwa dimensi need for relatedness dari variabel

kebutuhan dasar psikologis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan school

engagement pada siswa dan dua dimensi lainnya yakni need for autonomy dan need

for competence memiliki hubungan yang signifikan dengan school engagement

pada siswa. Ditemukannya perbedaan hasil penelitian-penelitian kebutuhan dasar

psikologis dan school engagement terdahulu menjadikan penulis tertarik untuk

menelitinya lebih lanjut.

Selain faktor eksternal (teacher behavior) dan internal (kebutuhan dasar

psikologis), penulis juga memilih faktor demografis yakni variabel jenis kelamin

sebagai variabel bebas yang akan diteliti pengaruhnya terhadap school engagement

karena penulis menemukan perbedaan hasil dari beberapa penelitian yang

Page 25: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

11

mengambil jenis kelamin sebagai variabel independen. Pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh Skinner, et.al (2009) mengungkapkan bahwa jenis kelamin memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap school engagement namun temuan yang didapat

oleh Pagar (2016) adalah sebaliknya dimana pengaruh yang diberikan tidak

signifikan. Selain itu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Akmal dan

Arlinkasari (2017) mengungkapkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, sampel

perempuan maupun sampel laki-laki memiliki tingkat school engagement yang

cenderung sama. Sedangkan, King (2016) menyatakan bahwa berdasarkan hasil

penelitiannya dapat disimpulkan bahwa tingkat school engagement pada

perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki.

Berdasarkan uraian fakta dan fenomena di atas, penelitian ini dianggap

penting dilakukan lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor psikologi yang dapat

mempengaruhi school engagement di berbagai jenjang pendidikan. Sebagai upaya

dalam merealisasikan hal di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Teacher Behavior, Kebutuhan Dasar Psikologis dan Jenis Kelamin

terhadap School Engagement pada Santri SMA X Boarding School”

1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan masalah

Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh teacher

behavior, kebutuhan dasar psikologis dan jenis kelamin terhadap school

engagement pada santri SMA X Boarding School. Adapun pengertian konsep yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Page 26: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

12

a. School Engagement yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan

bentuk keterlibatan siswa di sekolah yang mencakup sejumlah aspek perilaku

atau partispasi, aspek afektif, serta aspek kognitif baik dalam kegiatan

akademik maupun non akademik (Fredricks, et.al., 2004).

b. Teacher Behavior yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi siswa

atas peran yang diberikan oleh guru dalam memberikan kesempatan untuk

mengeskplorasi dan menentukan pilihan secara mandiri, membangun

hubungan interpersonal yang sehat dan hangat, serta memberikan kejelasan

harapan dan konseksuensi secara tegas. Dalam konteks penelitian ini, teacher

behavior terbagi menjadi tiga dimensi yaitu autonomy support, involvement

dan structure (Skinner & Belmont, 1993).

c. Kebutuhan Dasar Psikologis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kebutuhan yang bersifat menetap dalam diri setiap individu yang penting untuk

keberlangsungan pertumbuhan psikologis, integritas, dan kesejahteraan

individu. Terdapat tiga kebutuhan dasar psikologis yakni kebutuhan untuk

mandiri (need for autonomy), kebutuhan untuk kompeten (need for

competence), dan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain (need for

relatedness) (Deci & Ryan, 2000).

d. Responden dalam penelitian ini adalah santri dan santriwati pada kelas 10 dan

11 SMA X Boarding School.

1.2.2 Perumusan masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 27: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

13

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan teacher behavior, kebutuhan dasar

psikologis dan jenis kelamin terhadap school engagement santri SMA X

Boarding School?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi autonomy support dari variabel

teacher behavior terhadap school engagement santri SMA X Boarding School?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi involvement dari variabel

teacher behavior terhadap school engagement santri SMA X Boarding School?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi structure dari variabel teacher

behavior terhadap school engagement santri SMA X Boarding School?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi need for autonomy dari variabel

kebutuhan dasar psikologis terhadap school engagement santri SMA X

Boarding School?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi need for competence dari

variabel kebutuhan dasar psikologis terhadap school engagement santri SMA

X Boarding School?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi need for relatedness dari

variabel kebutuhan dasar psikologis terhadap school engagement santri SMA

X Boarding School?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel jenis kelamin terhadap school

engagement santri SMA X Boarding School?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Page 28: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

14

a. Membuktikan ada atau tidaknya pengaruh variabel teacher behavior,

kebutuhan dasar psikologis dan jenis kelamin terhadap school engagement

pada santri SMA X Boarding School.

b. Membuktikan ada atau tidaknya pengaruh serta seberapa besar kontribusi dari

aspek-aspek teacher behavior yaitu autonomy support, involvement, dan

structure terhadap school engagement pada santri SMA X Boarding School.

c. Membuktikan ada atau tidaknya pengaruh serta seberapa besar kontribusi dari

aspek-aspek kebutuhan dasar psikologis yaitu need for autonomy, need for

competence, dan need for relatedness terhadap school engagement pada santri

SMA X Boarding School.

d. Membuktikan ada atau tidaknya pengaruh serta seberapa besar kontribusi yang

diberikan variabel jenis kelamin terhadap school engagement pada santri SMA

X Boarding School.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan

sumbangan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ranah psikologi

pendidikan serta menjadi langkah awal untuk penelitian selanjutnya mengenai

school engagement.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para organisasi/instansi

pendidikan, pemerintah serta masyarakat luas agar dapat mengambil strategi

dalam rangka meningkatkan engagement pada siswa dalam setiap jenjang

Page 29: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

15

pendidikan sebagai salah satu cara mengantisipasi dan menanggulangi

terjadinya fenomena yang mencerminkan rendahnya engagement pada

kalangan siswa.

Page 30: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

16

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 School Engagement

2.1.1 Definisi School Engagement

Definisi school engagement pada siswa telah berkembang selama dua dekade

terakhir dan terus mengalami perkembangan variasi dalam mendefinisikan

kontstruk ini. Pada awalnya, Finn (1989) mengartikan school engagement dalam

model participation-identification. Participation diartikan sebagai perilaku yang

dapat diamati pada siswa seperti perilaku kehadiran, membolos, dan kenakalan

yang kemudian diartikan sebagai aspek behavioral dalam keterlibatan siswa di

sekolah. Sedangkan identification diartikan sebagai keadaan internal dalam diri

siswa yang terdiri dari dua komponen yaitu belonging dan valuing yang kemudian

dalam konteks keterlibatan siswa di sekolah, identification diartikan sebagai aspek

emotional engagement. Penelitian terbaru yang dikemukakan oleh Newmann,

Wehlage dan Lamborn (1992) menambahkan aspek kognitif ke dalam definisi

school engagement. Aspek kognitif diartikan sebagai investasi siswa dalam belajar,

ketekunan dalam menghadapi tantangan, serta penggunaan strategi dalam belajar.

Berdasarkan literatur dan penelitian-penelitian sebelumnya, Fredricks et.al

(2004) mengemukakan bahwa school engagement memiliki tiga dimensi yakni

behavior, emotional dan cognitive. Keterlibatan perilaku (behavioral engagement)

di definisikan sebagai gagasan untuk berpartisipasi dan termasuk di dalamnya

keterlibatan dengan kegiatan akademik, sosial dan ekstrakurikuler. Keterlibatan

Page 31: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

17

emosi atau afeksi (emotional engagement) berfokus pada reaksi positif dan negatif

siswa terhadap guru, teman sekelas, akademisi, dan sekolah. Keterlibatan kognitif

(cognitive engagement) di definisikan sebagai investasi siswa dalam pembelajaran

dan strategi regulasi diri yang digunakan oleh siswa.

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan oleh para peneliti terkait

konstruksi school engagement di atas, penelitian ini menggunakan definisi school

engagement yang dikemukakan oleh Fredricks et.al (2004) dikarenakan telah

mencakup tiga dimensi dari school engagement. Berdasarkan definisi yang

disebutkan oleh Fredricks et.al (2004), penulis menyimpulkan bahwa school

engagement adalah keseluruhan bentuk keterlibatan siswa di sekolah yang

mencakup sejumlah aspek perilaku atau partispasi, aspek afektif, serta aspek

kognitif baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik.

2.1.2 Dimensi School Engagement

Fredricks et.al (2004) mengungkapkan bahwa school engagement dapat dianggap

sebagai meta-konstruk karena school engagement merupakan sebuah konstruksi

multidimensional yang menyatukan tiga komponen dimensi secara bermakna

dimana ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan. Ketiga dimensi school

engagement tersebut adalah sebagai berikut:

1. Behavioral Engagement (keterlibatan perilaku)

Behavioral engagement di definisikan dalam tiga cara. Pertama, behavioral

engagement dijelaskan dalam perilaku positif seperti patuh pada peraturan dan

norma kelas yang berlaku serta tidak adanya perilaku yang dapat mengganggu

kegiatan sekolah. Kedua, behavioral engagement berfokus pada keterlibatan

Page 32: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

18

dalam tugas belajar dan akademik yang mencakup perilaku seperti usaha,

tekun, konsentrasi, perhatian, mengajukan pertanyaan, dan ikut serta dalam

diskusi kelas. Ketiga, behavioral engagement diartikan sebagai partisipasi

dalam kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Secara umum, definisi dari

dimensi behavioral engagement adalah partisipasi siswa dalam kegiatan

akademik dan non akademik di sekolah.

2. Emotional Engagement (keterlibatan emosi)

Emotional engagement diartikan sebagai reaksi afeksi atau emosi siswa di

dalam kelas seperti ketertarikan, kebosanan, bahagia, sedih, dan cemas.

Beberapa peneliti yakni Lee dan Smith & Stipek (dalam Fredricks et.al., 2004)

kemudian menambahkan bahwa emotional engagement adalah reaksi emosi

siswa terhadap guru dan sekolahnya. Kemudian, Finn (1989) mendefinisikan

emotional engagement sebagai identifikasi dengan sekolah. Identifikasi yang

dimaksud yakni berupa rasa memiliki (pentingnya menjadi bagian dari

sekolah) dan nilai yang ada pada diri siswa (apresiasi atas keberhasilan diri

terhadap hasil akademik).

1. Cognitive Engagement (keterlibatan kognitif)

Pada beberapa definisi, cognitive engagement berfokus pada investasi

psikologis dalam pembelajaran, keinginan untuk mengerahkan upaya yang

diperlukan, serta menguasai tantangan yang sulit dicapai. Definisi cognitive

engagement yang disebutkan oleh Connell dan Wellborn (1991) yakni

mencakup fleksibilitas dalam pemecahan masalah, kecenderungan untuk

bekerja keras, dan menghadapi kegagalan dengan sikap yang positif. Siswa

Page 33: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

19

yang memiliki cognitive engagement yang baik digambarkan seperti siswa

yang senantiasa mengapresiasi pembelajaran yang telah ia dapat dan memiliki

keinginan yang kuat untuk dapat menguasai dan menambah pengetahuan.

Cognitive engagement dapat terjadi dengan baik ketika individu memiliki

strategi dalam pembelajaran dan dapat meregulasi dirinya sendiri.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi School Engagement

Fredricks et.al (2004) memaparkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi school engagement. Selain itu penelitian-penelitian yang berkaitan

dengan school engagement menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan menjadi faktor internal

dan eksternal. Adapun faktor internal adalah sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin siswa dipandang sebagai salah satu prediktor school engagement

pada siswa. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Skinner et.al (2009)

mengungkapkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap school engagement. Selain itu, perbedaan tingkat school engagement

pada laki-laki dan perempun juga di teliti oleh studi-studi terdahulu sebagaimana

dikemukakan oleh King (2016) bahwa tingkat school engagement pada

perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini didukung oleh

ungkapan Erdogdu (2016) bahwasannya siswa perempuan cenderung lebih

memiliki tanggung jawab di sekolah, lebih termotivasi untuk sukses, dan sense

of belonging yang lebih tinggi terhadap sekolahnya daripada siswa laki-laki pada

umumnya.

Page 34: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

20

2. Kebutuhan Individu

Individu pada dasarnya memiliki kebutuhan dasar psikologis yang harus

terpenuhi. Kebutuhan tersebut yakni kebutuhan untuk mandiri (autonomy),

kebutuhan untuk kompeten (competence) dan kebutuhan untuk berhubungan

dengan orang lain (relatedness).

1) Kebutuhan untuk mandiri (need for autonomy)

Beberapa penelitian telah menguji hubungan antara keterlibatan dan

kebutuhan untuk mandiri. Patrick et.al (dalam Fredricks et.al., 2004)

menyebutkan bahwa siswa yang terlibat dengan alasan otonomi, seperti

melakukan kegiatan yang diluar ketertarikannya atau hanya untuk

kesenangan saja, memiliki hubungan yang positif dengan behavioral

engagement (seperti tingkat partisipasi dan keterlibatan dalam bekerja) dan

emotional engagement (seperti ketertarikan dan kesenangan).

2) Kebutuhan untuk kompeten (need for competence)

Kompetensi melibatkan kontrol, strategi dan kapasitas. Ketika seseorang

butuh untuk berkompetensi, mereka percaya akan dapat menentukan

kesuksesan mereka, dapat mengerti apa yang harus dilakukan dan percaya

untuk mencapai kesuksesan. Beberapa penelitian terdahulu yakni Connell

et.al, Rudolph et.al, dan Skinner et.al (dalam Fredricks et.al., 2004) telah

menguji hubungan antara persepsi terhadap kompetensi dengan engagement.

Persepsi terhadap kompetensi dan keyakinan untuk mengendalikan diri

berhubungan dengan behavioral dan emotional engagement.

Page 35: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

21

3) Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain (need for relatedness)

Furrer dan Skinner (2003) menyatakan bahwa hubungan yang dirasakan oleh

siswa dengan guru, orang tua, dan teman sebaya memiliki kontribusi terhadap

emotional engagement. Selain itu, Ryan et.al (dalam Fredricks, 2004)

menemukan bahwa siswa sekolah menengah yang merasa aman dan nyaman

dengan guru di sekolah memiliki behavioral dan emotional engagement lebih

tinggi.

Adapun faktor eksternal yang dapat mempengaruhi school engagement adalah:

1. School Size

Penelitian penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa faktor sekolah

memiliki hubungan dengan behavioral engagement dan terdapat sedikit bukti

bahwa terdapat hubungan dengan emotional dan cognitive engagement

(Fredricks et.al., 2004). Berdasarkan faktor sekolah, ukuran sekolah (school size)

dapat meningkatkan behavioral dan emotional engagement pada siswa. Barker

dan Gump (dalam Fredricks et.al., 2004) menemukan bahwa peluang siswa

untuk berpartisipasi dan mengembankan hubungan sosial adalah lebih besar di

sekolah dengan ukuran yang kecil daripada sekolah dengan ukuran yang besar.

Semakin diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh National Educational

Longitudinal Study (dalam Fredricks et.al., 2004) menemukan bahwa siswa di

sekolah yang memiliki lebih banyak elemen organisasi yang melibatkan siswa

di dalamnya menunjukkan engagement yang lebih tinggi dan kemungkinan yang

lebih besar dalam memiliki peningkatan engagement dari waktu ke waktu.

Page 36: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

22

2. Iklim Sekolah

Sujisha dan Manikandan (2014) menyebutkan bahwa tingkat keterlibatan siswa

di sekolah berada pada level yang rendah ketika lingkungan tersebut tidak

memiliki dukungan sekolah yang memadai seperti kurikulum yang menantang,

guru yang peduli, tujuan pembelajaran yang jelas dan konsisten, dan komunitas

sekolah yang menekankan dukungan dan kepemilikan. Namun, beberapa siswa

mungkin akan memiliki keterlibatan yang baik walau dalam iklim sekolah yang

tidak baik. Oleh karena itu, iklim sekolah yang baik dipandang dapat menjadi

salah satu prediktor dalam meningkatkan school engagement siswa. Witcher

(1993) berdasarkan literatur pendidikan mendukung pentingnya iklim sekolah

dan menggunakan pengukuran iklim sekolah sebagai prediktor dari efektivitas

sekolah. Iklim sekolah merupakan variabel yang penting karena berkaitan

dengan performa dan prestasi para siswa di sekolah (Townsend, 1997).

3. Peran Guru

1) Autonomy Support

Dukungan otonomi yang diberikan oleh guru telah terbukti dapat

mempengaruhi engagement dalam ketiga aspek yakni behavioral, emotional

dan cognitive. Connell (dalam Fredricks, 2004) menyatakan bahwa konteks

yang mendukung otonomi siswa diperkirakan dapat meningkatkan

engagement. Guru yang memberikan dukungan otonomi ditandai dengan

adanya pemberian alternatif pilihan, pengambilan keputusan secara mandiri,

dan tidak adanya kontrol eksternal, seperti nilai atau penghargaan dan

hukuman, sebagai alasan untuk melakukan tugas sekolah atau berperilaku

Page 37: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

23

dengan baik. Karena dengan mengendalikan lingkungan akan mengurangi

ketertarikan atau minat dan keinginan untuk menghadapi tantangan dan

ketekunan dimana perilaku tersebut merupakan bagian dari aspek

engagement.

2) Involvement

Battistich, Solomon, Watson dan Schaps (dalam Fredricks et.al., 2004)

menyebutkan bahwa dukungan dan kepedulian guru berkorelasi dengan

berbagai aspek keterlibatan perilaku, termasuk partisipasi yang lebih tinggi

dalam pembelajaran. Dukungan guru dalam konteks engagement dapat

berupa dukungan secara akademik maupun interpersonal dengan siswa.

Skinner dan Belmont (1993) menyatakan dukungan guru sebagai pemberian

dukungan untuk kemandirian siswa dan keterlibatan serta kepedulian guru

memiliki hubungan yang signifikan dengan keterlibatan siswa.

3) Structure

Struktur menurut Connell (dalam Fredricks et.al., 2004) mengacu pada

kejelasan harapan guru terhadap perilaku akademis dan sosial serta

konsekuensi apabila mereka gagal memenuhi harapannya tersebut. Guru yang

memiliki harapan yang jelas dan memberikan respon yang konsisten akan

memiliki siswa yang lebih tinggi pada tingkat behavioral engagement. Dalam

beberapa studi lain yang meneliti tentang engagement menunjukkan bahwa

guru di kelas yang memiliki keahlian dalam menciptakan norma kelas dan

menerapkan prosedur secara efisien memiliki hubungan dengan penyediaan

Page 38: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

24

waktu yang lebih banyak terhadap tugas dan memiliki masalah disiplin yang

lebih sedikit, kedua hal ini merupakan indikator dari behavioral engagement.

4. Teman sebaya

Penerimaan dan penolakan dalam teman sebaya di kalangan anak-anak dan

remaja seringkali dijadikan teori untuk meneliti teman sebaya dan engagement

(Fredricks et.al., 2004). Penerimaan teman sebaya pada anak-anak dan remaja

memiliki keterkaitan dengan tingkat kepuasan siswa di sekolah, dimana hal

tersebut merupakan aspek dari emotional behavior. Penerimaan teman sebaya

juga terbukti memiliki hubungan dengan perilaku sosial dan usaha yang

berkaitan dengan akademik, hal tersebut merupakan aspek dari behavioral

engagement.

5. Karakteristik Tugas

Newmann (dalam Fredricks et.al (2004) mengungkapkan bahwa engagement

dalam pembelajaran dapat meningkat dalam situasi kelas dimana adanya

karakteristik tugas yang bersifat autentik, memberi kesempatan kepada siswa

untuk mengasumsikan konsepsi, eksekusi, dan evaluasi, memberi kesempatan

siswa untuk berkolaborasi, mengizinkan beragam bentuk talenta, dan

memberikan kesempatan untuk mengerjakannya dengan situasi menyenangkan.

Marks (dalam Fredricks et.al., 2004) menguji pengaruh instruksi yang otentik

dan dukungan sosial pada keterlibatan di sekolah dengan tujuan untuk

meningkatkan prestasi dimana hasil menunjukkan bahwa persepsi siswa sekolah

dasar, menengah pertama, dan menengah atas terhadap peluang untuk dilibatkan

dalam pengajaran otentik adalah prediktor engagement yang kuat. Sejalan

Page 39: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

25

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fredricks et.al (dalam Fredricks et.al.,

2004) yang menguji pengaruh tantangan tugas, norma kerja, dukungan guru, dan

dukungan sebaya pada keterlibatan perilaku, emosional, dan kognitif pada siswa

sekolah dasar dimana hasil menunjukkan bahwa persepsi tentang tantangan

tugas secara unik memiliki korelasi dengan setiap aspek engagement.

6. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi dipandang dapat mempengaruhi school engagement pada

siswa. Berdasarkan hasil penelitian Ripski dan Gregory (2009), status sosial

ekonomi secara statistik merupakan prediktor yang signifikan terhadap school

engagement. Dimana siswa yang menampilkan tingkat school engagement yang

rendah berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi menengah kebawah

(Juwita & Kusdiyati, 2015).

2.1.4 Pengukuran School Engagement

Fredricks et.al (2011) menyebutkan bahwa terdapat 3 metode pengukuran school

engagement yakni dapat menggunakan lapor diri pada siswa (student self-report),

laporan dari guru (teacher report), dan metode observasi. Semua macam metode

pengukuran ini dapat digunakan pada semua tingkat sekolah yakni sekolah dasar,

sekolah menengah pertama dan atas serta perguruan tinggi.

Dari berbagai macam alat ukur yang tersedia, masing-masing alat ukur

memiliki karakteristik tersendiri yakni mengukur dimensi yang berbeda dari school

engagement tersebut. Terdapat alat ukur hanya mengukur satu dimensi saja

(unidimensional), seperti Academic Engagement Scale (AES) dan School

Engagement Questionnaire (SEQ) yang hanya mengukur dimensi behavioral,

Page 40: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

26

Identification with School Questionnaire (ISQ) yang mengukur dimensi emotional

dan Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang khusus

mengukur dimensi cognitive saja. Sedangkan alat ukur yang mengukur dua dimensi

(bidimensional) yakni seperti Research Assessment Package for School (RAPS)

yang mengukur dimensi behavioral dan emotional, Attitude Towards Mathematics

Survey (ATM) yang mengukur dimensi behavioral dan cognitive dan Student

Engagement Instrument (SEI) yang khusus mengukur dimensi emotional dan

cognitive.

Pengukuran atas konstruk school engagement terus berkembang sehingga

tersedia banyak alat ukur yang dikembangkan dari berbagai tokoh. Selain instrumen

yang hanya mengukur unidimensional atau bidimensional, terdapat pula pilihan

instrumen yang mengukur ketiga dimensi engagement (multidimensional). Dalam

artikel yang tulis oleh Fredricks et.al (2011) disebutkan berbagai jenis pengukuran

pada school engagement menggunakan metode student self-report. Berikut adalah

macam-macam instrumen yang mengukur ketiga dimensi pada engagement :

1. 4-H Study for Positive Youth Development: School Engagement Scale (4-H)

Skala ini dikembangkan oleh Dr. Richard dan teman-temannya di Universitas

Tufts. Skala ini pernah diberikan kepada siswa kelas 5 SD hingga kelas 11

SMA diberbagai negara dan berbagai latar belakang ras/etnis. Skala ini

merupakan kuesioner yang bersifat student self-report dan mengukur ketiga

dimensi pada school engagement dengan total item sebanyak 15 (masing-

masing dimensi terdiri dari 5 item). Respon jawaban dari alat ukur ini adalah

skala rating dari 0 (sangat setuju) sampai 3 (sangat tidak setuju). Skala ini

Page 41: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

27

melaporkan skor alpha cronbach pada masing-masing subsala yaitu 0.7

(behavioral), 0.82 (emotional), 0.90 (cognitive). Li et.al (2008) telah

melaporkan bukti validitas kriteria melalui korelasi yang posoitif antara

emotional dan behavioral engagement dan prestasi serta melalui korelasi

negatif antara emotional dan behavioral engagement dan perilaku beresiko dan

depresi.

2. High School Survey of Student Engagement (HSSE)

Skala pengukuran HSSE dikembangkan oleh Center for Evaluation and

Education Policy (CEEP) di Universitas Indiana. Sampel yang dapat

digunakan oleh skala ini adalah siswa SMA dari berbagai sekolah yang terdapat

di desa maupun kota besar. Skala ini merupakan kuesioner yang bersifat

student self-report dan mengukur ketiga dimensi pada school engagement

dengan total item sebanyak 121 (cognitive sebanyak 65 item, behavioral

sebanyak 17 item, dan emotional sebanyak 39 item). Kekurangan dari skala ini

adalah belum terdapat laporan hasil validitas dan reliabilitas atas skala

pengukuran HSSE.

3. Motivation and Engagement Scale (MES)

Skala pengukuran MES dikembangkan oleh Dr. Andrew J.Martin di

Universitas Sydney dan dipublikasikan oleh Lifelong Achievement Group.

Skala MES memiliki dua versi yakni The MES-Junior School (untuk siswa

tingkat SD dan SMP) dan The MES-High School (untuk siswa tingkat SMA).

Skala ini merupakan kuesioner yang bersifat student self-report dan skala ini

dapat dikerjakan melalui internet website selain melalui tes tertulis. Skala MES

Page 42: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

28

untuk siswa SMA terdiri dari 44 item yang terbagi dari 11 subskala pertanyaan.

Alpha Cronbach dari 11 subskala ini adalah 0.79 (untuk sekolah menengah).

Martin (2009) menunjukkan bukti validitas kriteria melalui korelasi yang

signifikan antara prestasi dan hasil akademik lainnya.

4. School Engagement Measure (SEM)

Alat ukur ini dikembangkan oleh Phyllis Blumenfeld dan Jennifer Fredricks.

Pada awalnya, alat ukur ini digunakan hanya pada sampel di perkotaan,

keluarga dengan penghasilan rendah, etnis kulit hitam dan siswa pada kelas 3

hingga 5 SD. Kemudian, alat ukur ini dipergunakan kepada siswa dengan

tingkatan sekolah yang lebih tinggi dari SD yakni SMP, SMA dan perguruan

tinggi. Skala ini merupakan student self-report yang memiliki 19 item (5 item

dimensi behavioral, 6 item dimensi emotional, 8 item dimensi cognitive)

dengan 5 skala likert, skala satu untuk “tidak pernah” hingga skala lima untuk

“selalu”. Reliabilitas alat ukur SEM berdasarkan laporan alpha cronbach

adalah sebesar 0,72-0,77 untuk behavioral engagement, 0,83-0.86 untuk

emotional engagement, dan 0,55-0,82 untuk cognitive engagement. Validitas

alat ukur SEM telah dibuktikan oleh beberapa hasil analisis yang

menginformasikan validitas konstruk (Fredricks et.al., 2005).

5. Student School Engagement Survey (SSES)

Skala pengukuran SSES dikembangkan oleh National Center for School

Engagement (NCSE). Skala ini sebelumnya pernah diberikan kepada 150 siswa

SD hingga SMA dan tersebar ke berbagai macam etnis atau ras serta kepada

siswa dengan keluarga berpenghasilan rendah. Skala SSES merupakan student

Page 43: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

29

self-report dengan item yang terdapat dalam kuesioner adalah sebanyak 45

item (16 item dimensi emotional, 22 item dimensi cognitive, 7 item dimensi

behavioral) yang dapat dijawab menggunakan skala “sangat setuju” hingga

“sangat tidak setuju”. Studi tahun 2009 yang dilakukan oleh National Center

for School Engagement menggunakan lima item dari masing-masing subskala

melaporkan internal consistencies 0,75-0,78 (behavioral), 0,77-0,82

(cognitive), dan 0,81-0,83 (emotional). Untuk validitas, National Center for

School Engagement (2006) melaporkan bukti validitas kriteria melalui korelasi

positif dari tiga subskala dengan nilai dan kehadiran.

Berdasarkan berbagai jenis pengukuran pada school engagement yang telah

disebutkan di atas. Alat ukur yang digunakan oleh peneliti adalah memodifikasi

Skala School Engagement Measure (SEM) yang terdiri dari 19 item menjadi 18

item. Peneliti memilih alat ukur SEM dikarenakan mengukur dimensi school

engagement yang sesuai dengan penelitian ini dan juga merupakan alat ukur yang

dikembangkan oleh Phyllis Blumenfeld dan Jennifer Fredricks dimana pada

penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh pengembang alat

ukur SEM.

2.2 Teacher Behavior

2.2.1 Definisi Teacher Behavior

Social context dipandang sebagai salah satu prediktor yang dapat menumbuhkan

motivasi dan keterlibatan belajar pada siswa. Social context disini yakni mencakup

perilaku guru (teacher behavior) dan perilaku orang tua (parent behavior) yang

dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar dan pencapaian akademik pada siswa

Page 44: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

30

(Skinner & Belmont, 1993 ; Tucker et.al., 2002). Guru dipandang sebagai orang

dewasa yang menjadi tokoh utama dalam domain akademik dan memiliki peranan

yang penting dalam sosialisasi remaja terutama dalam lingkup sekolah (Ryan,

Stiller & Lynch., 1994).

Brophy (1986) mendefinisikan teacher behavior sebagai peran yang

dibangun oleh guru secara kuantitas maupun kualitas. Perilaku kuantitas ini dapat

dijelaskan melalui perilaku guru dalam mengalokasikan waktu dalam kegiatan

sekolah, senantiasa hadir untuk memberikan bimbingan kepada siswa dan mengatur

situasi di dalam kelas agar lingkungan belajar dapat lebih efisien dan kegiatan

belajar dapat berjalan dengan lancar. Selain itu perilaku kuantitas dapat dilihat dari

bagaimana guru dalam memberikan instruksi dan informasi yang jelas kepada

siswa, memberikan pertanyaan seputar materi pelajaran dan memberikan feedback

atas setiap respon siswa sebagai dukungan interaksi selama pembelajaran.

Skinner dan Belmont (1993) mendefinisikan teacher behavior sebagai

peran yang diberikan oleh guru dalam konteks autonomy support kepada siswa

dengan memberikan kesempatan untuk menentukan dan mengeksplorasi

pilihannya, memberikan kepedulian dan keterlibatannya dengan aktivitas siswa di

sekolah yang diartikan dalam aspek involvement, serta memberikan harapan dengan

jelas beserta dengan konsekuensi secara adil dan tegas yang diartikan dalam aspek

structure.

Teacher behavior dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat academic

engagement pada siswa (Tucker et.al., 2002). Para siswa yang telah menunjukkan

engagement positif di sekolah, mereka tidak hanya merasa bangga dan puas atas

Page 45: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

31

pencapaian mereka, namun juga dapat meningkatkan kompetensi mereka yang

sebenarnya secara optimal (Skinner & Belmont, 1993).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang diungkapkan oleh

Skinner dan Belmont (1993) dimana teacher behavior adalah persepsi siswa atas

peran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam memberikan kesempatan untuk

mengeskplorasi dan menentukan pilihan secara mandiri, membangun hubungan

interpersonal yang sehat dan hangat, serta memberikan kejelasan harapan dan

konseksuensi secara tegas.

2.2.2 Dimensi Teacher Behavior

Terdapat tiga aspek dalam teacher behavior menurut Skinner dan Belmont (1993),

yaitu :

1. Autonomy support (dukungan kemandirian)

Autonomy support mengacu pada pada sejumlah kebebasan yang diberikan

kepada siswa untuk menentukan tingkah lakunya sendiri. Apabila guru tidak

memberikan support tersebut, maka siswa cenderung akan menjadi terpaksa

dan tergantung kepada pilihan yang diberikan oleh guru. Guru dapat

memberikan autonomy support dengan membiarkan anak-anak bebas

mengeksplorasi keingintahuannya dalam kegiatan belajar mereka dan dengan

menyediakan informasi tentang hubungan antara kegiatan sekolah dan minat

para siswa.

2. Involvement (keterlibatan)

Involvement mengacu pada kualitas hubungan interpersonal siswa dengan

guru. Apabila guru tidak memberikannya, siswa akan cenderung menjadi

Page 46: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

32

seseorang yang abai dan lebih banyak menolak. Guru dapat memberikan

involvement kepada siswa yakni seperti memberi waktu untuk melibatkan diri

ketika siswa membutuhkannya, memberikan dan mengungkapkan kasih

sayang, menikmati setiap interaksi yang terjadi antara guru dengan siswanya,

serta mendedikasikan segala sesuatunya sebagai guru (waktu, tenaga,

peralatan) untuk para siswa.

3. Structure (struktur)

Struktur mengacu pada sejumlah informasi yang diberikan oleh guru tentang

bagaimana mencapai hasil yang diinginkan secara efektif. Apabila guru tidak

memberikan structure yang jelas dan konsisten maka akan menyebabkan

situasi kelas yang cenderung kacau. Guru dapat memberikan structure secara

jelas dengan mengkomunikasikan harapan guru terhadap siswa, memberikan

konsekuensi yang jelas dan konsisten. Pemberian structure oleh guru harus

disertai dengan dukungan dan bantuan yang terus diberikan guru selayaknya

kepada siswa dan juga menyesuaikan strategi pengajaran yang tepat kepada

siswa berdasarkan level usianya.

2.2.3 Pengukuran Teacher Behavior

Terdapat dua pilihan metode pengukuran dalam mengukur teacher behavior.

Pertama, melalui laporan dari guru (teacher’s report) mengenai interaksinya

dengan masing-masing siswa di kelas yang dikembangkan oleh Wellborn, Connell,

Skinner, & Pierson. Kedua, persepsi siswa terhadap teacher behavior menggunakan

laporan individu siswa (student’s report) terkait interaksi siswa dengan guru

Page 47: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

33

mereka yang dikembangkan oleh Belmont, Skinner, Wellborn dan Connell yang

diberi nama Teacher as Social Context Questionnaire (Skinner & Belmont, 1993).

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari alat

ukur sebelumnya yang bernama Teacher as Social Context (TASC) dan telah di

desain ulang dalam jumlah item yang lebih sedikit oleh Jeff Altman, Michael

Belmont, Jennifer Herman, Thomas Kindermann, Michael Lynch, Cynthia Mellor-

Crummey, Marianne Miserandino, Cara Regan, Peter Usinger, dan James

Wellborn. Alat ukur ini dinamakan TASCQ- Short Form yang terdiri dari 24 item

yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti menjadi 23 item. Skala ini mengukur

ketiga dimensi teacher behavior yakni autonomy support, involvement, dan

structure dengan masing-masing alpa cronbach 0.79 (autonomy support), 0.8

(involvement), dan 0.76 (structure).

2.3 Kebutuhan Dasar Psikologis

2.3.1 Definisi Kebutuhan Dasar Psikologis

Deci dan Ryan (2000) mengungkapkan bahwa Self Determination Theory adalah

sebuah model pendekatan motivasi dan kepribadian yang berfokus pada pentingnya

sumber daya manusia dalam rangka pengembangan kepribadian dan perilaku pada

individu. Dalam prosesnya, disebutkan bahwa terdapat kebutuhan dasar psikologis

yang menjadi dasar untuk motivasi diri dan integrasi kepribadian pada individu.

Teori ini berargumen bahwa terdapat tiga kebutuhan dasar psikologis tersebut,

yakni kebutuhan untuk mandiri (need for autonomy), kebutuhan untuk kompeten

(need for competence), dan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain (need

for relatedness).

Page 48: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

34

Dalam model Self Determination Theory, kebutuhan dasar psikologis

diartikan sebagai asupan (nutrisi) bawaan dalam konteks psikologis yang penting

untuk keberlangsungan pertumbuhan psikologis, integritas, dan kesejahteraan

individu. Kebutuhan ini diartikan juga sebagai kebutuhan yang melekat pada sifat

dasar manusia, bukan merupakan kebutuhan yang dipelajari (Deci & Ryan, 2000).

Self Determination Theory mendefinisikan kebutuhan pada level psikologis

bukan level fisiologis seperti makanan, minuman dan perilaku seks. Krapp (2005)

mendefinisikan pentingnya kebutuhan psikologis sama seperti kebutuhan biologis

yakni sebagai suatu kebutuhan alami. Pemenuhan kebutuhan psikologis yang cukup

adalah kebutuhan yang diperlukan untuk fungsi pertumbuhan dan perkembangan

kehidupan yang optimal dan kesehatan psikologis (Deci & Ryan, 2008).

Niemiec dan Ryan (2009) dalam artikelnya menyatakan bahwa kebutuhan

dasar psikologis telah di teliti dalam konteks pendidikan. Dalam artikel ini

menunjukkan bahwa ketika siswa telah mengalami kepuasan kebutuhan psikologis,

siswa akan menginternalisasi nilai pembelajaran dalam dirinya dan meningkatkan

motivasi dan engagement mereka dalam aktivitas kelas.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori yang digunakan oleh Deci

dan Ryan (2000) yang mendefinisikan kebutuhan dasar psikologis sebagai asupan

(nutrisi) bawaan dalam konteks psikologis yang penting untuk keberlangsungan

pertumbuhan psikologis, integritas, dan kesejahteraan individu.

2.3.2 Dimensi Kebutuhan Dasar Psikologis

Terdapat tiga aspek dalam kebutuhan dasar psikologis menurut Deci dan Ryan

(2000), yaitu :

Page 49: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

35

1. Need for Autonomy

Kebutuhan untuk mandiri mengacu pada kebutuhan untuk merasa bahwa

perilaku yang ditampilkan oleh individu bersumber dan berasal dari dirinya

sendiri bukan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Human autonomy

direfleksikan sebagai seseorang yang mampu memilih dan mengatur

tindakannya sendiri. Self Determination Theory mengartikan autonomy sebagai

self-organization dan self-regulation yang dapat memberikan banyak

keuntungan dalam penyesuaian diri individu tersebut.

2. Need for Competence

Kebutuhan untuk kompeten mengacu pada kebutuhan untuk merasa berhasil

dan efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan mendapatkan

kesempatan untuk melakukan dan menunjukkan kapasitas diri. Efek positif

yang dapat dihasilkan adalah individu secara umum akan menjadi lebih adaptif

dalam menghadapi lingkungan dan menerima tantangan baru.

3. Need for Relatedness

Kebutuhan untuk berhubungan mengacu pada kebutuhan untuk membangun

jaringan dan koneksi interpersonal secara luas, sehat dan hangat. Relatedness

diartikan sebagai suatu bagian dari kecenderungan yang umum pada individu,

karena sebagai organisme sosial, seorang individu akan mampu menjalankan

fungsinya secara optimal ketika dapat membangun suatu hubungan sosial

maupun terlibat dalam hubungan sosial yang lebih luas.

Page 50: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

36

2.3.3 Pengukuran Kebutuhan Dasar Psikologis

Pada penelitian ini, alat ukur yang digunakan bernama Basic Psychological Need

Satisfaction in General yang dikembangkan oleh Deci dan Ryan (2000). Peneliti

memilih alat ukur ini karena alat ukur ini mengukur kebutuhan dasar psikologis

secara umum dan juga alat ukur ini mengukur dimensi yang sama dengan teori yang

digunakan peneliti. Alat ukur Basic Psychological Need Satisfaction in General

mengukur pemenuhan ketiga aspek kebutuhan dasar psikologis, yakni competence,

relatedness, autonomy. Alat ukur ini memiliki 21 item secara keseluruhan yang

terbagi menjadi 7 item yang mengukur need for autonomy, 6 item mengukur need

for competence, 8 item mengukur need for relatedness.

2.4 Kerangka Berpikir

School Engagement adalah keseluruhan bentuk keterlibatan siswa di sekolah yang

mencakup sejumlah aspek perilaku atau partispasi, aspek kognisi, serta aspek afeksi

baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik. Siswa yang memiliki

engagement yang tinggi akan merasa lebih bersemangat dan menampilkan perilaku

antusias, emosi yang positif dan usaha yang besar dalam mengikuti berbagai

kegiatan di sekolah, sedangkan siswa dengan engagement yang rendah akan

cenderung menampilkan perilaku yang mencerminkan kurangnya partisipasi, bosan

dan tidak bersemangat dalam mengikuti berbagai kegiatan tersebut.

Tinggi atau rendahnya school engagement pada siswa tidak terjadi begitu

saja, tentu ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat engagement ini.

Berdasarkan kajian dari berbagai literatur, school engagement dapat dipengaruhi

oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal yang dimaksud salah

Page 51: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

37

satunya adalah konteks sosial. Skinner dan Belmont (1993) menyebutkan bahwa

peran guru merupakan salah satu kontributor penting dalam menentukan tinggi atau

rendahnya engagement yang ditampilkan oleh siswa di sekolah. Peran guru dalam

kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah disebut dengan teacher behavior.

Teacher behavior terdiri dari tiga dimensi, yaitu autonomy support, involvement,

dan structure.

Dimensi pertama pada teacher behavior adalah autonomy support yang

diartikan sebagai sejumlah kebebasan yang diberikan guru kepada siswa dalam

rangka menentukan perilaku atau tindakan yang diambilnya secara mandiri

sehubungan dengan pembelajaran dan kehidupan seputar sekolah. Yu, Li, Wang,

dan Zhang (2016) menyatakan apabila siswa telah memandang guru sebagai

seseorang yang telah memberikan autonomy support dengan baik, siswa akan

cenderung lebih menikmati kehidupan sekolah dan termotivasi untuk berpartisipasi

dalam kegiatan sekolah serta berinvestasi dalam pembelajaran, yang pada

gilirannya akan mendorong penyesuaian yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat

diartikan bahwa semakin tinggi autonomy support maka semakin tinggi pula

engagement siswa di sekolah.

Dimensi kedua dalam teacher behavior yakni involvement diartikan sebagai

kualitas hubungan interpersonal yang dibangun antara guru dengan siswa.

Hubungan interpersonal tersebut dapat dibangun oleh guru dengan

mengekspresikan kepedulian dan kasih sayangnya kepada para siswa. Pada

dasarnya seorang siswa sangat menginginkan untuk memiliki hubungan positif

yang produktif dengan guru mereka. Siswa yang mempersepsikan bahwa dirinya

Page 52: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

38

memiliki hubungan yang positif dengan gurunya akan cenderung memiliki motivasi

intrinsik yang lebih besar untuk belajar dan menunjukkan keterlibatan dalam

pembelajaran yang lebih tinggi pula (Ormrod, 2009). Oleh karena itu, dapat

diartikan bahwa semakin tinggi involvement maka semakin tinggi pula engagement

siswa di sekolah.

Dimensi ketiga dalam teacher behavior adalah structure yang diartikan

sebagai sejumlah informasi yang diberikan oleh guru berkaitan dengan cara dan

strategi untuk mencapai prestasi di sekolah secara efektif. Strategi atau cara ini

dapat ditempuh melalui pemberian dan penegakan aturan yang jelas serta

mengkomunikasikan harapan oleh guru kepada siswa. Pada banyak kasus, siswa

seringkali kedapatan bermasalah yakni seperti tidak mengerjakan tugas, tidak

memperhatikan pelajaran, menghindari tugas, dan berkelakuan buruk, sehingga

perlu adanya strategi dari guru dalam rangka mendisiplinkan perilaku siswa ini

(Santrock, 2009). Apabila guru telah maksimal dalam memberikan dan menerapkan

strategi tersebut, hal ini dapat memberikan efek positif pada keterlibatan siswa

dengan kegiatan di sekolah. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa semakin tinggi

structure maka semakin tinggi pula engagement siswa di sekolah.

Selain itu, terdapat faktor internal yang dapat mempengaruhi tinggi atau

rendahnya school engagement, salah satunya adalah variabel kebutuhan dasar

psikologis. Niemiec dan Ryan (2009) menyatakan siswa yang mengalami kepuasan

kebutuhan psikologis, mereka akan menginternalisasi nilai pembelajaran dalam

dirinya dan meningkatkan motivasi dan engagement mereka dalam aktivitas kelas.

Page 53: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

39

Kebutuhan dasar psikologis memiliki tiga dimensi yakni need for autonomy, need

for competence, dan need for relatedness.

Dimensi pertama pada variabel kebutuhan dasar psikologis yakni need for

autonomy yang diartikan sebagai kebutuhan untuk merasa bahwa perilaku yang

ditampilkan oleh individu bersumber dan berasal dari dirinya sendiri. Perilaku

otonom yang dimaksud dalam pengertian need for autonomy yakni kecenderungan

untuk memilih tindakannya sendiri atas dasar kemauan inidvidu tersebut tanpa

dipengaruhi oleh faktor eksternal. Ketika siswa telah termotivasi untuk

menampilkan perilaku secara otonom, siswa cenderung dapat mengatasi stress

belajar dengan baik serta mempertahankan tujuannya dalam mengejar prestasi yang

diharapkan (Evans & Freer, 2017). Dalam hal ini tentunya siswa akan menunjukkan

usaha yang lebih tinggi agar tujuan yang diinginkannya dapat tercapai. Oleh karena

itu, dapat diartikan bahwa semakin tinggi need for autonomy maka semakin tinggi

pula engagement siswa di sekolah.

Dimensi kedua pada variabel kebutuhan dasar psikologis adalah need for

competence yang merupakan aspek dari variabel kebutuhan dasar psikologis

diartikan sebagai kebutuhan pada diri individu untuk merasa berhasil dan efektif

dalam menghadapi lingkungan dan menerima tantangan baru serta mendapatkan

kesempatan untuk menunjukkan kapasitas dirinya. Nurttila, Ketonen, dan Lonka

(2015) melakukan penelitian sense of competence terhadap academic engagement

yang menunjukkan hasil bahwa siswa dengan engagement yang tinggi merupakan

siswa yang mencerminkan sikap optimis dan keyakinan bahwa ia berkompeten

dalam menghadapi tantangan dalam konteks akademik. Hal ini dikarenakan siswa

Page 54: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

40

tersebut mendorong dirinya sendiri untuk keluar dari zona nyaman yang

memungkinkan siswa untuk melibatkan dirinya lebih aktif dengan kegiatan

pembelajaran maupun kegiatan sekolah. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa

semakin tinggi need for competence maka semakin tinggi pula engagement siswa

di sekolah.

Dimensi ketiga pada variabel kebutuhan dasar psikologis adalah need for

relatedness. Dimensi ini diartikan sebagai kebutuhan untuk membangun dan

mempertahankan koneksi interpersonal secara luas, sehat, dan hangat. Menurut

Furrer & Skinner (2003), individu yang merasa telah menjadi bagian yang penting

dan spesial dengan mitra sosialnya, dapat memicu terjadinya peningkatan perilaku

(usaha, ketekunan, dan partisipasi) dan emosi secara positif (minat dan antusiasme).

Terjadinya peningkatan perilaku dan emosi ke arah yang positif ini merupakan

bentuk dari tercapainya keterlibatan (engagement) yang semakin tinggi pada siswa.

Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi need for relatedness maka semakin

tinggi pula engagement siswa di sekolah.

Selain variabel teacher behavior dan kebutuhan dasar psikologis, faktor lain

yang juga dirasa dapat mempengaruhi tinggi dan rendahnya school engagement

pada siswa yaitu variabel demografis, salah satunya adalah variabel jenis kelamin.

Skinner, et.al (2009) mengungkapkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap school engagement. Jenis kelamin dipandang sebagai variabel

bebas yang dapat mempengaruhi perbedaan keterlibatan siswa di sekolah.

Perempuan dipandang lebih memiliki tingkat school engagement yang tingi

dibandingkan dengan laki-laki (King, 2016; Skinner et.al., 2009; Fernandez et.al.,

Page 55: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

41

2015). Hal ini dapat dikarenakan perempuan cenderung lebih bertanggung jawab

dengan kehidupannya di sekolah, memiliki motivasi untuk sukses yang tinggi dan

memiliki sense of belonging terhadap sekolah yang lebih besar (Erdogdu, 2016)

Secara skematis kerangka berpikir dari penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis ditunjukkan dengan bagan sebagai berikut:

2.5 Hipotesis Penelitian

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir Penelitian

1. Autonomy Support

2. Involvement

3. Structure

Teacher Behavior

Kebutuhan Dasar

Psikologis

1. Need for Autonomy

2. Need for Competence

3. Need for Relatedness

Jenis Kelamin

School

Engagement

Page 56: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

42

2.5 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh yang signifikan dari teacher behavior (autonomy support,

involvement, structure), kebutuhan dasar psikologis (need for autonomy, need for

competence, need for relatedness), dan jenis kelamin terhadap school engagement

santri SMA X Boarding School.

H1 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi autonomy support pada variabel teacher

behavior terhadap school engagement santri SMA X Boarding School.

H2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi involvement pada variabel teacher

behavior terhadap school engagement santri SMA X Boarding School.

H3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi structure pada variabel teacher

behavior terhadap school engagement santri SMA X Boarding School.

H4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi need for autonomy pada variabel

kebutuhan dasar psikologis terhadap school engagement santri SMA X

Boarding School.

H5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi need for competence pada variabel

kebutuhan dasar psikologis terhadap school engagement santri SMA X

Boarding School.

H6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi need for relatedness pada variabel

kebutuhan dasar psikologis terhadap school engagement santri SMA X

Boarding School.

H7 : Ada pengaruh yang signifikan variabel jenis kelamin terhadap school

engagement santri SMA X Boarding School.

Page 57: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

43

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah santri dan santriwati SMA X Boarding School

Bogor tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah sebanyak 620 santri dengan

spesifikasi kelas 10 berjumlah 198 santri, kelas 11 berjumlah 248 santri, dan kelas

12 berjumlah 174 santri.

Sampel dalam penelitian ini adalah santri dan santriwati kelas 10 dan 11

SMA X Boarding School Bogor yang berjumlah 257 santri dengan spesifikasi kelas

10 berjumlah 143 santri dan kelas 11 berjumlah berjumlah 114 santri.

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampling dengan menggunakan

teknik probabilty sampling dengan menggunakan stratified random sampling

dimana anggota sampel diambil secara acak dari setiap strata (kelas). Pengambilan

data penelitian ini dilakukan selama satu hari yakni pada tanggal 03 Mei 2018.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat (dependent

variabel) yakni school engagement dan variabel bebas (independent variabel) yakni

teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin. Berikut adalah

variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu :

1. School engagement (Y)

2. Autonomy support (X1),

3. Involvement (X2)

Page 58: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

44

4. Structure (X3),

5. Need for autonomy (X4),

6. Need for competence (X5),

7. Need for relatedness (X6),

8. Jenis Kelamin (X7)

Untuk mengukur setiap variabel dibutuhkan indikator-indikator atau aspek-

aspek dari tiap variabel. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, jenis kelamin, dan school

engagement. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. School Engagement adalah keseluruhan bentuk keterlibatan siswa di sekolah

yang mencakup sejumlah aspek perilaku atau partispasi, aspek afektif, serta

aspek kognitif baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik.

2. Teacher Behavior adalah persepsi siswa atas peran yang diberikan oleh guru

dalam memberikan kesempatan untuk mengeskplorasi dan menentukan pilihan

secara mandiri, membangun hubungan interpersonal yang sehat dan hangat,

serta memberikan kejelasan harapan dan konseksuensi secara tegas. Adapun

variabel teacher behavior memiliki tiga dimensi yaitu :

a. Autonomy support merupakan peran guru dalam memberikan kebebasan

kepada siswa untuk menentukan pilihan yang akan diambil secara mandiri.

b. Involvement merupakan peran guru dalam memberikan perhatian,

kepedulian serta keterlibatannya kepada siswa.

Page 59: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

45

c. Structure merupakan peran guru dalam memberikan aturan dan

mengkomunikasikan harapan secara jelas serta menegakkan konsekuensi

kepada para siswa dengan konsisten.

3. Kebutuhan dasar psikologis adalah kebutuhan yang bersifat menetap dalam diri

setiap individu yang penting untuk keberlangsungan pertumbuhan psikologis,

integritas, dan kesejahteraan individu. Adapun kebutuhan dasar psikologis

memiliki tiga dimensi yaitu :

a. Need for autonomy merupakan kebutuhan untuk merasa bahwa perilaku

yang ditampilkan oleh individu bersumber dan berasal dari dirinya sendiri

bukan dipengaruhi oleh faktor eksternal.

b. Need for competence merupakan kebutuhan untuk merasa berhasil dan

efektif dalam menghadapi lingkungan dan menerima tantangan baru serta

mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kapasitas dirinya.

c. Need for relatedness merupakan kebutuhan untuk membangun dan

mempertahankan koneksi interpersonal secara luas, sehat dan hangat.

4. Jenis kelamin didefinisikan sebagai laki-laki atau perempuan.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbeda untuk masing-masing

variabel. School Engagement diukur menggunakan model skala rating yang

memiliki lima pilihan jawaban, yakni: (1) tidak pernah, (2) jarang, (3) kadang-

kadang, (4) sering, (5) sangat sering. Pengukuran terhadap variabel teacher

behavior menggunakan model skala likert yang memiliki empat pilihan jawaban,

Page 60: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

46

yakni: sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju

(SS). Pengukuran terhadap variabel kebutuhan dasar psikologis menggunakan

model respon jawaban dalam skala 1-7 (1: sangat tidak setuju – 7: sangat setuju).

Pengukuran terhadap variabel jenis kelamin juga menggunakan pertanyaan yang

menanyakan jenis kelamin dari setiap responden apakah laki-laki atau perempuan.

Responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dari pilihan jawaban yang

masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan

dengan keadaan yang dirasakan oleh responden. Alat ukur dalam penelitian ini

terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable).

3.3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data penelitian dalam penelitian ini terdiri dari tiga skala

ukur, yaitu:

3.3.2.1 Skala School Engagement

Pengukuran school engagement pada penelitian ini menggunakan adaptasi dari alat

ukur yang dikembangkan oleh Blumenfeld dan Fredricks yakni skala School

Engagement Measurement (SEM– McArthur) yang terdiri dari 19 item. Peneliti

kemudian memodifikasi alat ukur SEM sehingga menjadi 18 item. Skala ini

mengukur tiga dimensi dari school engagement yaitu behavioral engagement,

emotional engagement dan cognitive engagement. School Engagement diukur

menggunakan model skala rating yang memiliki lima pilihan jawaban, yakni: (1)

tidak pernah, (2) jarang, (3) kadang-kadang, (4) sering, (5) sangat sering.Berikut

adalah blueprint dari alat ukur yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai

berikut:

Page 61: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

47

Tabel 3.1

Blueprint Skala School Engagement

No. Dimensi Indikator No Item Contoh Item

1. Behavioral

Engagement Mematuhi peraturan sekolah 1, 2*

Saya

menyelesaikan

tugas tepat waktu

Mengerjakan tugas tepat

waktu

5

Berpartisipasi aktif dalam

kegiatan di kelas

3*, 4

2. Emotional

Engagement Menunjukkan reaksi

emosional terhadap kegiatan

dan tugas di sekolah

6, 7, 8, 10,

11* Saya menyukai

berada di sekolah Menunjukkan minat

terhadap kegiatan di sekolah

9

3. Cognitive

Engagement Menunjukkan usaha dan

kerja keras dalam

mengerjakan tugas dan

memahami materi pelajaran

12, 14, 16,

17

Saya tetap belajar

di asrama bahkan

ketika saya tidak

memiliki ujian Melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan

akademik dan non akademik

diluar jam sekolah

13, 15, 18

Total Item 18

Keterangan: * = item unfavorable

3.3.2.2 Skala Teacher Behavior

Pengukuran teacher behavior pada penelitian ini menggunakan alat ukur yang telah

diadaptasi dari alat ukur sebelumnya yang bernama Teacher as Social Context

(TASC) yang dikembangkan oleh Belmont, Skinner, Wellborn, & Connell yang

kemudian di desain ulang dalam jumlah item yang lebih sedikit oleh Jeff Altman,

Michael Belmont, Jennifer Herman, Thomas Kindermann, Michael Lynch, Cynthia

Mellor-Crummey, Marianne Miserandino, Cara Regan, Peter Usinger, dan James

Wellborn. Alat ukur ini dinamakan TASCQ- Short Form yang terdiri dari 24 item

yang kemudian di adaptasi oleh peneliti sehingga menjadi 23 item. Skala penelitian

ini menggunakan empat pilihan jawaban yaitu (STS) Sangat Tidak Setuju, (TS)

Tidak Setuju, (S) Setuju, (SS) Sangat Setuju. Alat ukur ini mengukur ketiga dimensi

Page 62: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

48

Teacher Behavior yakni autonomy support, involvement, dan structure. Adapun

blueprint dari alat ukur yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Blueprint Skala Teacher Behavior

No. Dimensi Indikator No Item Contoh Item

1. Autonomy

Support Persepsi siswa atas

pemberian berbagai pilihan

oleh guru kepada siswa

17, 18*

Guru

mendengarkan

ide-ide saya

Persepsi siswa atas bentuk

apresiasi/ penghargaan yang

diberikan oleh guru kepada

siswa

19*, 20, 21*

Persepsi siswa atas

penyediaan informasi

tentang hubungan sekolah

dengan kehidupan yang

diberikan oleh guru kepada

siswa

22, 23*

2. Involvement Persepsi siswa atas kasih

sayang yang diberikan oleh

guru

1, 2, 3, 4*

Guru mengenal

saya dengan

baik

Persepsi siswa atas

pemberian waktu dan usaha

oleh guru kepada siswa

5,6

Persepsi siswa atas

kepercayaan dan kehandalan

yang diberikan guru kepada

siswa

7*, 8*

3. Structure Persepsi siswa atas kejelasan

harapan dan pemberian

konsekuensi yang konsisten

oleh guru

9,10, 11*,

12*

Guru tidak

memperjelas

apa yang

diharapkan dari

saya di kelas

Persepsi siswa atas

pemberian dukungan/

bantuan oleh guru

13,14

Persepsi siswa atas

pengaturan/ pemantauan

yang diberikan oleh guru

15, 16

Total Item 23

Keterangan: * = item unfavorable

3.3.2.3 Skala Kebutuhan Dasar Psikologis

Pengukuran kebutuhan dasar psikologis pada penelitian ini menggunakan alat ukur

yang dikembangkan oleh Deci dan Ryan yakni skala Basic Psychological Need

Page 63: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

49

Satisfaction in General. Skala ini terdiri dari 21 item yang mengukur tiga dimensi

dari kebutuhan dasar psikologis yaitu need for autonomy, need for competence, dan

need for relatedness. Skala penelitian ini menggunakan tujuh pilihan jawaban mulai

dari (1) Sangat Tidak Setuju hingga (7) Sangat Setuju. Adapun blueprint dari alat

ukur yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3

Blueprint Skala Kebutuhan Dasar Psikologis

No. Dimensi Indikator No Item Contoh Item

1. Need for

autonomy Menunjukkan kebebasan untuk

memilih dan mengatur

tindakannya sendiri

1, 4*, 8,

11*, 20* Saya merasa

tertekan dalam

hidup Menunjukkan persepsi atas

kesesuaian tindakan dan

harapan yang diinginkan

14, 17

2. Need for

competence Menunjukkan persepsi atas

kemampuan yang dimiliki

individu

3*, 5,

15*, 19*

Saya sering

merasa tidak

mampu Menunjukkan usaha dan

keyakinan untuk berhasil dalam

menguasai keterampilan atau

tantangan

10, 13

3. Need for

relatedness Menunjukkan minat untuk

membangun hubungan dan

komunikasi dengan orang lain

2, 6, 7*,

9 Orang-orang

dalam hidup

saya peduli

pada saya

Menunjukkan persepsi bahwa

individu telah memiliki

hubungan sosial yang sehat dan

hangat

12, 16*,

18*, 21

Total Item 21

Keterangan: * = item unfavorable

3.4 Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas konstruk terhadap alat ukur dalam penelitian ini, penulis

menggunakan uji CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan bantuan software

LISREL 8.70. Berikut adalah logika CFA yang dikemukakan oleh Umar (2011):

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

Page 64: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

50

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap

faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap

subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes

bersifat unidimensional.

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks

korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.

Matriks korelasi ini disebut dengan sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan

matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar

(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -

matriks S atau bisa juga dinyatakan degan ∑ - S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi

square. Jika hasil chi square tidak signifikan p > 0.05, maka hipotesis nihil

tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat

diterima bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu faktor

saja. Sedangkan jika nilai chi-square signifikan (p<0.05), artinya item tersebut

mengukur lebih dari satu faktor atau bersifat multidimensional. Maka perlu

dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran dengan cara membebaskan

parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran.

5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah item

signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan

t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan (t < 1.96) atau koefisien muatan

Page 65: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

51

faktornya negatif, maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa

yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian dikeluarkan dan sebaliknya.

6. Apabila telah dilakukan langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas dan telah

mendapatkan item dengan muatan faktor yang signifikan dan positif, maka

langkah selanjutnya adalah item-item yang signifikan (t > 1.96) dan positif

tersebut dapat diolah lebih lanjut.

3.4.1 Uji Validitas Konstruk School Engagement

Pada uji validitas konstruk School Engagement, peneliti menguji apakah 18 item

bersifat unidimensional mengukur school engagement atau tidak. Hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, termyata tidak fit, dengan

Chi-Square = 728.01, df = 135, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.131. Karena hasil

awal didapatkan model satu faktor yang tidak fit, maka peneliti melakukan

modifikasi, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model satu

faktor yang fit dengan Chi-Square = 112.47, df = 93, P-Value = 0.08281, dan

RMSEA = 0.029.

Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah

melihat T-Value dan koefisien muatan faktor setiap item. Jika T-Value > 1.96 dan

koefisien muatan faktor positif maka item tersebut dapat dilanjutkan untuk

dimasukkan ke dalam analisis berikutnya yakni uji hipotesis.

Berdasarkan tabel 3.4, semua item memiliki koefisien muatan faktor yang

positif dan terdapat tiga item dengan t-value < 1.96 yakni item nomor 2, 3 dan 17

Page 66: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

52

sehingga ketiga item tersebut harus di-drop dan tidak dapat ikut serta pada analisis

berikutnya.

Tabel 3.4

Tabel Muatan Faktor Item School Engagement No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.33 0.06 5.16

2 0.09 0.06 1.38

3 0.05 0.06 0.80

4 0.54 0.06 8.47

5 0.28 0.06 4.43

6 0.87 0.05 16.65

7 0.82 0.05 15.57

8 0.64 0.06 10.80

9 0.77 0.06 13.41

10 0.72 0.05 13.23

11 0.51 0.06 8.56

12 0.23 0.06 3.53

13 0.28 0.06 4.44

14 0.18 0.07 2.69

15 0.29 0.06 4.71

16 0.18 0.06 2.86

17 0.03 0.07 0.40

18 0.30 0.06 4.84

Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96), tanda = tidak signifikan

3.4.2. Uji Validitas Konstruk Teacher Behavior

3.4.2.1 Autonomy Support

Pada uji validitas konstruk Autonomy Support, peneliti menguji apakah 7 item

tersebut bersifat unidimensional mengukur autonomy support atau tidak. Hasil awal

uji validitas konstruk yang dilakukan dengan model satu faktor, termyata tidak fit,

dengan Chi-Square = 128.41, df = 14, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.179. Karena

hasil awal didapatkan model satu faktor yang tidak fit, maka peneliti melakukan

modifikasi, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model satu

faktor yang fit dengan Chi-Square = 11.40, df = 7, P-Value = 0.12217, dan RMSEA

= 0.050.

Page 67: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

53

Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah

melihat T-Value dan koefisien muatan faktor setiap item. Jika T-Value > 1.96 dan

koefisien muatan faktor positif maka item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke

dalam analisis data berikutnya.

Tabel 3.5

Tabel Muatan Faktor Item Autonomy Support No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.71 0.07 10.87

2 0.67 0.07 9.55

3 -0.32 0.07 -4.36

4 0.65 0.06 10.36

5 0.66 0.06 10.47

6 0.68 0.06 10.81

7 0.55 0.07 8.39

Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96), tanda = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.5, terdapat koefisien muatan faktor item yang negatif

dan t-value < 1.96 yakni pada item nomor 3 sehingga item tersebut harus di-drop

dan tidak dapat ikut serta pada analisis berikutnya.

3.4.2.2 Involvement

Pada uji validitas konstruk Involvement, peneliti menguji 8 item apakah bersifat

unidimensional mengukur involvement atau tidak. Hasil awal uji validitas konstruk

yang dilakukan dengan model satu faktor, termyata tidak fit, dengan Chi-Square =

106.62, df = 20, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.130. Karena hasil awal didapatkan

model satu faktor yang tidak fit, maka peneliti melakukan modifikasi, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.

Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model satu faktor yang fit dengan Chi-

Square = 23.17, df = 15, P-Value = 0.08056, dan RMSEA = 0.046.

Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah

melihat T-Value dan koefisien muatan faktor setiap item. Jika T-Value > 1.96 dan

Page 68: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

54

koefisien muatan faktor positif maka item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke

dalam analisis data berikutnya.

Tabel 3.6

Tabel Muatan Faktor Item Involvement No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.78 0.06 13.57

2 0.77 0.06 13.34

3 0.65 0.06 10.64

4 0.64 0.06 10.43

5 0.40 0.07 6.13

6 0.46 0.07 7.04

7 0.08 0.07 1.15

8 0.35 0.07 5.22

Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96), tanda = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.6, tidak terdapat item yang memiliki koefisien muatan

faktor negatif dan terdapat satu item dengan t-value < 1.96 yakni pada item nomor

7 sehingga item tersebut harus di-drop dan tidak dapat ikut serta pada analisis

berikutnya.

3.4.2.3 Structure

Pada uji validitas konstruk Structure, peneliti menguji 8 item apakah bersifat

unidimensional mengukur structure atau tidak. Hasil awal uji validitas konstruk

yang dilakukan dengan model satu faktor, termyata tidak fit, dengan Chi-Square =

299.09, df = 20, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.233. Karena hasil awal didapatkan

model satu faktor yang tidak fit, maka peneliti melakukan modifikasi, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.

Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model satu faktor yang fit dengan Chi-

Square = 16.68, df = 11, P-Value = 0.11769, dan RMSEA = 0.045.

Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah

melihat T-Value dan koefisien muatan faktor setiap item. Jika T-Value > 1.96 dan

Page 69: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

55

koefisien muatan faktor positif maka item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke

dalam analisis data berikutnya.

Tabel 3.7

Tabel Muatan Faktor Item Involvement No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.16 0.06 2.74

2 0.29 0.06 4.93

3 1.06 0.06 17.32

4 -0.70 0.06 -11.32

5 0.38 0.10 3.79

6 0.27 0.06 4.59

7 0.34 0.06 5.68

8 0.49 0.06 8.02

Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96), tanda = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.7, terdapat koefisien muatan faktor item yang negatif

dan t-value < 1.96 yakni pada item nomor 4 sehingga item tersebut harus di-drop

dan tidak dapat ikut serta pada analisis berikutnya.

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Kebutuhan Dasar Psikologis

3.4.3.1 Need for Autonomy

Pada uji validitas konstruk need for autonomy, peneliti menguji 7 item apakah

bersifat unidimensional mengukur need for autonomy atau tidak. Hasil awal uji

validitas konstruk yang dilakukan dengan model satu faktor, termyata tidak fit,

dengan Chi-Square = 45.52, df = 14, P-Value = 0.00003, RMSEA = 0.094 karena

hasil awal didapatkan model satu faktor yang tidak fit, maka peneliti melakukan

modifikasi, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model satu

faktor yang fit dengan Chi-Square = 16.47, df = 11, P-Value = 0.12463, dan RMSEA

= 0.044.

Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah

melihat T-Value dan koefisien muatan faktor setiap item. Jika T-Value > 1.96 dan

Page 70: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

56

koefisien muatan faktor positif maka item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke

dalam analisis data berikutnya.

Tabel 3.8

Tabel Muatan Faktor Item Need for Autonomy No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.25 0.11 2.30

2 0.11 0.07 1.70

3 0.95 0.37 2.59

4 -0.10 0.06 -1.58

5 0.18 0.09 2.09

6 1.01 0.38 2.62

7 0.14 0.07 1.93

Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96), tanda = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.8, terdapat item yang memiliki koefisien muatan faktor

negatif yakni item nomor 4 dan terdapat dua item dengan t-value < 1.96 yakni pada

item nomor 2, 7 sehingga item nomor 2, 4 dan 7 harus di-drop dan tidak dapat ikut

serta pada analisis berikutnya.

3.4.3.2 Need for Competence

Pada uji validitas konstruk need for competence, peneliti menguji 6 item apakah

bersifat unidimensional mengukur need for competence atau tidak. Hasil awal uji

validitas konstruk yang dilakukan dengan model satu faktor, termyata tidak fit,

dengan Chi-Square = 38.75, df = 9, P-Value = 0.00001, RMSEA = 0.114 karena

hasil awal didapatkan model satu faktor yang tidak fit, maka peneliti melakukan

modifikasi, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model satu

faktor yang fit dengan Chi-Square = 6.82, df = 5, P-Value = 0.23456, dan RMSEA

= 0.038.

Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah

melihat T-Value dan koefisien muatan faktor setiap item. Jika T-Value > 1.96 dan

Page 71: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

57

koefisien muatan faktor positif maka item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke

dalam analisis data berikutnya.

Tabel 3.9

Tabel Muatan Faktor Item Need for Competence No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.29 0.11 2.66

2 0.09 0.06 1.58

3 0.03 0.05 0.56

4 0.22 0.09 2.32

5 0.31 0.12 2.68

6 1.31 0.43 3.07

Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96), tanda = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.9, tidak terdapat item yang memiliki koefisien muatan

faktor negatif, namun terdapat dua item dengan t-value < 1.96 yakni pada item

nomor 2 dan 3 sehingga kedua item tersebut harus di-drop dan tidak dapat ikut serta

pada analisis berikutnya.

3.4.3.3 Need for Relatedness

Pada uji validitas konstruk need for relatedness, peneliti menguji 8 item apakah

bersifat unidimensional mengukur need for relatedness atau tidak. Hasil awal uji

validitas konstruk yang dilakukan dengan model satu faktor, termyata tidak fit,

dengan Chi-Square = 130,87, df = 20, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.147 karena

hasil awal didapatkan model satu faktor yang tidak fit, maka peneliti melakukan

modifikasi, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi, didapatkan model satu

faktor yang fit dengan Chi-Square = 21.33, df = 15, P-Value = 0.12668, dan RMSEA

= 0.041.

Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah

melihat T-Value dan koefisien muatan faktor setiap item. Jika T-Value > 1.96 dan

Page 72: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

58

koefisien muatan faktor positif maka item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke

dalam analisis data berikutnya.

Tabel 3.10

Tabel Muatan Faktor Item Need for Relatedness No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.15 0.07 2.12

2 -0.09 0.07 -1.32

3 0.55 0.07 8.21

4 0.23 0.07 3.33

5 0.41 0.07 5.98

6 0.85 0.07 12.55

7 0.53 0.07 7.97

8 0.42 0.07 6.22

Keterangan: tanda = signifikan (t > 1.96), tanda = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.10, terdapat satu item yang memiliki koefisien muatan

faktor negatif dan t-value < 1.96 yakni pada item nomor 2 sehingga item tersebut

harus di-drop dan tidak dapat ikut serta pada analisis berikutnya.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini

menggunakan analisis regresi berganda. Dalam hal ini yang dijadikan dependent

variable adalah school engagement, sedangkan yang dijadikan independent

variable (variabel prediktor) adalah autonomy support, involvement, structure,

need for autonomy, need for competence, need for relatedness dan jenis kelamin.

Berdasarkan analisis faktor yang menggunakan metode CFA, maka di

dapatkan data variabel yan berupa true-score yang selanjutnya data tersebut

dijadikan input untuk dianalisis menggunakan regresi berganda. Adapun persamaan

regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

Page 73: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

59

Keterangan:

Y = School Engagement

a = Konstan intersepsi

b = Koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = Autonomy Support

X2 = Involvement

X3 = Structure

X4 = Need for autonomy

X5 = Need for competence

X6 = Need for relatedness

X7 = Jenis Kelamin

e = Residu

Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, Dari R2 ini

dapat diketahui besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel

dependen (Y). R2 didapat dari rumusan sebagai berikut:

𝑅2 =𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔

SSy

Keterangan:

R2 = Proporsi varians

Ssreg = Sum of square regression

Ssy = Sum of square Y

Untuk mengetahui apakah hasil dari R2 yang didapat signifikan atau tidak,

maka dilakukan uji F. Uji F bisa didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝐹 =𝑅2/𝑘

(1 − 𝑅2)/(𝑁 − k − 1)

N merupakan jumlah sampel dan k adalah banyaknya variabel independen.

Apabila nilai F signifikan (p<0.05), dapat diartikan bahwa seluruh variabel

Page 74: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

60

independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen.

Setelah mengetahui proporsi varians dan signifikansinya, peneliti

selanjutnya melakukan uji T (t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Uji T

dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Adapun rumus Uji T adalah sebagai

berikut:

𝑡𝑖 =𝑏𝑖𝑆𝑏𝑖

Dimana bi adalah koefisien regresi untuk IV(i) dan Sbi adalah standar deviasi

sampling dari bi. Seluruh perhitungan analisis berganda pada penelitian ini akan

dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0.

Page 75: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

61

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 257 santri laki-laki dan perempuan kelas X dan

XI di SMA X Boarding School. Selanjutnya akan dijelaskan gambaran subjek lebih

rinci pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Gambaran Subjek Penelitian Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Laki-Laki 131 50.97%

Perempuan 126 49.02%

Jenjang Kelas X 143 55.64%

XI 114 44.35%

Total 257 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sampel yang berpartisipasi

dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 131

santri (50.97%) daripada perempuan yang hanya berjumlah 126 santri (49.02%).

Sedangkan pada kategori jenjang kelas yang di tempuh, sampel yang paling banyak

berpartisipasi adalah santri kelas X yang berjumlah 143 santri (55.64%) kemudian

disusul dengan perbedaan jumlah yang tidak terlalu jauh dengan kelas XI yakni

sebanyak 114 santri (44.35%).

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini menggunakan t-score, dimana data mentah

yang di dapatkan (raw score) diubah menjadi z-score yang bertujuan untuk

menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Kemudian untuk

menghilangkan bilangan yang masih bermuatan negatif pada z-score, maka z-score

Page 76: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

62

harus diubah menjadi t-score. Berikut adalah perhitungan analisis deskriptif yang

dilakukan menggunakan software SPSS 20.0 dan hasil deskriptif penelitian pada

tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil Analisis Deskriptif

N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation

School Engagement 257 19.94 73.64 50.0000 9.32860

Autonomy Support 257 23.05 71.78 50.0000 8.98000

Involvement 257 18.28 71.59 50.0000 8.71250

Structure 257 29.52 77.33 50.0000 8.77384

Need for Autonomy 257 31.74 64.02 50.0000 6.45249

Need for Competence 257 31.30 67.79 50.0000 8.83258

Need for Relatedness 257 22.04 65.33 50.0000 8.50114

Valid N (listwise) 257

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian

adalah sebanyak 257 santri. Variabel school engagement memiliki nilai minimum

19.94, nilai maksimum 73.64, mean 50 dan standar deviasi 9.32860. Variabel kedua

yakni autonomy support memiliki nilai minimum 23.05, nilai maksimum 71.78,

mean 50.000 dan standar deviasi 8.98000. Variabel ketiga yakni involvement

memiliki nilai minimum yakni 18.28, nilai maksimum 71.589, mean 50.0000 dan

standar deviasi 8.71250. Variabel keempat yakni structure memiliki nilai minimum

29.52 , nilai maksimum 77.33, mean 50.0000 dan standar deviasi 8.77384. Variabel

kelima yakni need for autonomy memiliki nilai minimum 31.74, nilai maksimum

64.02, mean 50.0000 dan standar deviasi 6.45249. Variabel keenam yakni need for

competence memiliki nilai minimum 31.30, nilai maksimum 67.79, mean 50.0000

dan standar deviasi 8.83258. Variabel ketujuh adalah need for relatedness memiliki

nilai minimum 22.04, nilai maksimum 65.33, mean 50.0000 dan standar deviasi

8.50114.

Page 77: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

63

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Setelah diketahui deskripsi statistik variabel penelitian, maka dapat dilakukan

kategorisasi skor variabel penelitian. Dari hasil kategorisasi ini dapat diketahui

seberapa banyak responden yang terdapat pada kategori skor rendah, sedang dan

tinggi pada tiap variabel. Berikut yang di tampilkan pada tabel 4.3 merupakan

norma kategorisasi skor variabel.

Tabel 4.3

Norma Kategorisasi Skor Variabel

Norma Kategorisasi

X < Mean – 1 SD Rendah

Mean – 1 SD ≤ X ≤ Mean + 1 SD Sedang

X > Mean + 1 SD Tinggi

Berdasarkan norma kategorisasi skor yang telah di tentukan pada tabel 4.3,

maka dapat dilakukan kategorisasi skor variabel penelitian melalui bantuan

software SPSS 20.0. Pada tabel 4.4 akan di tampilkan kategorisasi skor variabel

penelitian.

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Variabel Kategori Skor dan Frekuensi

Rendah % Sedang % Tinggi %

School Engagement 34 13.2% 188 73.2% 35 13.6%

Autonomy Support 37 14.4% 190 73.9% 30 11.7%

Involvement 34 13.2% 188 73.2% 35 13.6%

Structure 33 12.8% 189 73.5% 35 13.7%

Need for Autonomy 13 5.1% 228 88.7% 16 6.2%

Need for Competence 37 14.4% 177 68.9% 43 16.7%

Need for Relatedness 37 14.4% 188 73.2% 32 12.5%

N = 257 (100%)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil kategorisasi skor pada

variabel school engagement di dominasi oleh kategori sedang yakni sebanyak 188

santri (73.2%), kemudian diikuti oleh kategori tinggi yakni sebanyak 35 santri

Page 78: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

64

(13.6%) dan kategori rendah sebanyak 34 santri (13.2%). Pada variabel autonomy

support hasil kategorisasi skor di dominasi oleh kategori sedang yakni sebanyak

190 santri (73.9%), kemudian diikuti oleh kategori rendah sebanyak 37 santri

(14.4%) dan kategori tinggi sebanyak 30 santri (11.7%). Pada variabel involvement

hasil kategorisasi skor di dominasi oleh kategori sedang yakni sebanyak 188 santri

(73.2%), kemudian diikuti oleh kategori tinggi sebanyak 35 santri (13.6%) dan

kategori rendah sebanyak 34 santri (13.2%). Pada variabel structure hasil

kategorisasi skor di dominasi oleh kategori sedang yakni sebanyak 189 santri

(73.5%), kemudian diikuti oleh kategori tinggi sebanyak 35 santri (13.7%) dan

kategori rendah sebanyak 33 santri (12.8%). Pada variabel need for autonomy hasil

kategorisasi skor di dominasi oleh kategori sedang yakni sebanyak 228 (88.7%),

kemudian diikuti oleh kategori tinggi sebanyak 16 santri (6.2%) dan kategori

rendah sebanyak 13 santri (5.1%). Pada variabel need for competence hasil

kategorisasi skor di dominasi oleh kategori sedang yakni sebanyak 177 (68.9%),

kemudian diikuti oleh kategori tinggi sebanyak 43 santri (16.7%) dan kategori

rendah sebanyak 37 santri (14.4%). Pada variabel need for relatedness hasil

kategorisasi skor di dominasi oleh kategori sedang yakni sebanyak 188 (73.2%),

kemudian diikuti oleh kategori rendah sebanyak 37 santri (14.4%) dan kategori

tinggi sebanyak 32 santri (12.5%).

4.4 Hasil Uji Hipotesis

4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi

berganda (Multiple Regression Analysis) menggunakan bantuan software SPSS

Page 79: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

65

20.0 seperti yang sudah dijelaskan pada bab tiga teknik analisis data. Dalam teknik

analisis regresi, terdapat tiga hal yang dapat dilihat. Pertama, melihat nilai R Square

untuk mengetahui variasi dari variabel dependen yang disebabkan oleh semua

variabel independen yang diteliti. Kedua, melihat hasil dari Uji F untuk mengetahui

apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen atau tidak. Ketiga, melihat hasil dari Uji T untuk mengetahui

koefisien regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen

beserta signifikansinya.

Pada langkah pertama, dari nilai R Square yang didapatkan akan diketahui

berapa persentase variasi variabel dependen yang disebabkan oleh keseluruhan

variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah school

engagement dan variabel independen dalam penelitian ini adalah autonomy

support, involvement, structure, need for autonomy, need for competence, need for

relatedness dan jenis kelamin. Selanjutnya untuk tabel R Square dapat dilihat pada

tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

R Square

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .515a .265 .245 8.10830

a. Predictores: (Constant), jeniskelamin, nf_relatedness, nf_autonomy, structure, nf_competence,

involvement, autonomy_support

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa nilai R Square adalah sebesar 0.265

atau 26.5%. Nilai tersebut memiliki arti bahwa sebesar 26.5% variasi dari school

engagement dapat dijelaskan oleh autonomy support, involvement, stucture, need

Page 80: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

66

for autonomy, need for competence, need for relatedness dan jenis kelamin.

Sedangkan 73.5% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Setelah nilai R Square didapatkan, selanjutnya penulis melakukan uji F

untuk menganalisa apakah seluruh variabel independen (autonomy support,

involvement, structure, need for autonomy, need for competence, need for

relatedness dan jenis kelamin) berpengaruh secara signifikan terhadap school

engagement. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji F

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 5907.479 7 843.926 12.836 .000b

Residual 16370.368 249 65.744

Total 22277.848 256

b. Predictors: (Constant), jeniskelamin, nf_relatedness, nf_autonomy, structure, nf_competence,

involvement, autonomy_support

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa nilai signifikan adalah 0.000 yang

berarti Sig < 0.05. Maka dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis nihil

yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari autonomy

support, involvement, structure, need for autonomy, need for competence, need for

relatedness dan jenis kelamin terhadap school engagement ditolak. Artinya, ada

pengaruh yang signifikan autonomy support, involvement, structure, need for

autonomy, need for competence, need for relatedness dan jenis kelamin terhadap

school engagement.

Setelah melihat nilai R Square beserta signifikansinya, langkah terakhir

yang dilihat dari analisis regresi berganda ini adalah melihat signifikansi koefisien

regresi dari setiap variabel independen (autonomy support, involvement, structure,

Page 81: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

67

need for autonomy, need for competence, need for relatedness dan jenis kelamin).

Apabila sig < 0.05, maka koefisien regresi berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen (school engagement). Koefisien regresi didapatkan dari hasil uji

T. Adapun koefisien regresi dari setiap variabel independen dapat dilihat pada tabel

4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B Std. Error Beta

1 (Constant) -14.044 9.130 -1.538 .125

Autonomy_Support .269 .084 .259 3.222 .001

Involvement .300 .078 .280 3.871 .000

Structure .236 .079 .222 2.977 .003

NF_Autonomy .232 .084 .161 2.774 .006

NF_Competence .143 .064 .136 2.245 .026

NF_Relatedness .095 .069 .087 1.375 .170

Jeniskelamin .517 1.022 .028 .505 .614

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa koefisien regresi setiap variabel

independen, dan dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

School Engagement = -14.044 + 0.269 Autonomy Support + .300 Involvement +

0.236 Structure + 0.232 Need for Autonomy + 0.143 Need for Competence + 0.095

Need for Relatedness – 0.517 Jenis Kelamin + e.

Untuk mengetahui koefisien regresi yang signifikan dapat dilihat pada

kolom nilai signifikan pada setiap variabel independen. Apabila Sig < 0.05, maka

variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen. Berikut adalah penjelasan koefisien regresi pada setiap variabel

independen:

1. Nilai koefisien regresi pada variabel autonomy support sebesar 0.259 dengan

nilai sig sebesar 0.001 (sig < 0.05). Dalam hal ini ada pengaruh yang signifikan

Page 82: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

68

dimensi autonomy support pada variabel teacher behavior terhadap school

engagement santri SMA X Boarding School. Dalam penelitian ini autonomy

support memiliki arah hubungan positif yang mengandung arti bahwa semakin

tinggi autonomy support yang dimiliki maka semakin tinggi pula school

engagement, begitu juga sebaliknya.

2. Nilai koefisien regresi pada variabel involvement sebesar 0.280 dengan nilai sig

sebesar 0.000 (sig < 0.05). Dalam hal ini ada pengaruh yang signifikan dimensi

involvement pada variabel teacher behavior terhadap school engagement santri

SMA X Boarding School Dalam penelitian ini involvement memiliki arah

hubungan positif yang memiliki arti bahwa semakin tinggi involvement yang

dimiliki maka semakin tinggi pula school engagement, begitu juga sebaliknya.

3. Nilai koefisien regresi pada variabel structure sebesar 0.222 dengan nilai sig

sebesar 0.003 (sig < 0.05). Dalam hal ini ada pengaruh yang signifikan dimensi

structure pada variabel teacher behavior terhadap school engagement santri

SMA X Boarding School. Dalam penelitian ini strucure memiliki arah hubungan

positif yang memiliki arti bahwa semakin tinggi structure yang dimiliki maka

semakin tinggi pula school engagement, begitu juga sebaliknya.

4. Nilai koefisien regresi pada variabel need for autonomy sebesar 0.161 dengan

nilai sig sebesar 0.006 (sig < 0.05). Dalam hal ini ada pengaruh yang signifikan

dimensi need for autonomy pada variabel kebutuhan dasar psikologis terhadap

school engagement santri SMA X Boarding School. Dalam penelitian ini need

for autonomy memiliki arah hubungan positif yang memiliki arti bahwa semakin

Page 83: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

69

tinggi need for autonomy yang dimiliki maka semakin tinggi pula school

engagement, begitu juga sebaliknya.

5. Nilai koefisien regresi pada variabel need for competence sebesar 0.136 dengan

nilai sig sebesar 0.026 (sig < 0.05). Dalam hal ini ada pengaruh yang signifikan

dimensi need for competence pada variabel kebutuhan dasar psikologis terhadap

school engagement santri SMA X Boarding School. Dalam penelitian ini need

for competence memiliki arah hubungan positif yang memiliki arti bahwa

semakin tinggi need for competence yang dimiliki maka semakin tinggi pula

school engagement, begitu juga sebaliknya.

6. Nilai koefisien regresi pada variabel need for relatedness sebesar 0.087 dengan

nilai sig sebesar 0.170 (sig > 0.05). Dalam hal ini tidak ada pengaruh yang

signifikan dimensi need for relatedness pada variabel kebutuhan dasar

psikologis terhadap school engagement santri SMA X Boarding School. Dalam

penelitian ini need for relatedness memiliki arah hubungan positif yang memiliki

arti bahwa semakin tinggi need for relatedness yang dimiliki maka semakin

tinggi pula school engagement, begitu juga sebaliknya.

7. Nilai koefisien regresi pada variabel jenis kelamin sebesar 0.028 dengan nilai sig

sebesar 0.614 (sig > 0.05). Dalam hal ini tidak ada pengaruh yang signifikan

variabel jenis kelamin terhadap school engagement santri SMA X Boarding

School.

Berdasarkan tabel 4.7 dan penjelasan yang telah dijabarkan diketahui bahwa

tedapat lima variabel yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap school

engagement, yaitu variabel autonomy support, involvement, structure, need for

Page 84: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

70

autonomy dan need for competence. Untuk mengetahui variabel independen yang

memberikan pengaruh paling besar dapat dilihat dari nilai beta, karena nilai beta

merupakan nilai baku yang sudah berada pada satuan yang sama sehingga dapat

digunakan untuk membandingkan data. Berdasarkan nilai beta yang terdapat pada

tabel 4.7 diketahui bahwa variabel involvement memberikan pengaruh paling besar

terhadap school engagement daripada variabel independen lainnya yakni dengan

nilai beta sebesar 0.280.

4.4.2 Proporsi Varians

Untuk mengetahui besaran sumbangan dari setiap variabel independen, penulis

melakukan perhitungan R-Square Change dengan cara melakukan analisis regresi

satu per satu pada setiap variabel independen. Berikut dijelaskan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8

Proporsi Varians

Model R

Square

Change Statistics

R Square

Change

F Change df1 df2 Sig F

Change

Autonomy Support .107 .107 30.536 1 255 .000

Involvement .182 .075 23.383 1 254 .000

Structure .199 .017 5.408 1 253 .021

NF Autonomy .237 .037 12.339 1 252 .001

NF Competence .259 .022 7.434 1 251 .007

NF Relatedness .264 .006 1.953 1 250 .163

Jenis Kelamin .265 .001 .255 1 249 .614

1. Sumbangan yang diberikan variabel autonomy support terhadap school

engagement adalah sebesar 10.7%. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai

sig 0.000 (sig < 0.05).

2. Sumbangan yang diberikan variabel involvement terhadap school engagement

adalah sebesar 7.5%. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai sig 0.000 (sig

< 0.05).

Page 85: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

71

3. Sumbangan yang diberikan variabel structure terhadap school engagement

adalah sebesar 1.7%. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai sig 0.021 (sig

< 0.05).

4. Sumbangan yang diberikan variabel need for autonomy terhadap school

engagement adalah sebesar 3.7%. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai

sig 0.001 (sig < 0.05).

5. Sumbangan yang diberikan variabel need for competence terhadap school

engagement adalah sebesar 2.2%. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai

sig 0.007 (sig < 0.05).

6. Sumbangan yang diberikan variabel need for relatedness terhadap school

engagement adalah sebesar 0.6%. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan

nilai sig 0.163 (sig > 0.05).

7. Sumbangan yang diberikan variabel jenis kelamin terhadap school engagement

adalah sebesar 0.1%. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai sig 0.614

(sig > 0.05).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat lima variabel

independen, yaitu autonomy support, involvement, structure, need for autonomy

dan need for competence yang signifikan memberikan sumbangan terhadap school

engagement.

Page 86: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

72

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis yaitu dengan melihat nilai R square dan

signifkansinya, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan autonomy support, involvement, structure, need for autonomy, need for

competence, need for relatedness, dan jenis kelamin secara bersama-sama terhadap

school engagement santri SMA X Boarding School.

Berdasarkan uji hipotesis dengan melihat koefisien regresi dan signifikansi

dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang dalam

penelitian ini adalah school engagement, di dapatkan hasil bahwa dari tujuh

variabel independen terdapat lima variabel dengan koefisien regresi yang signifikan

mempengaruhi school engagement. Variabel independen tersebut adalah autonomy

support, involvement, structure, need for autonomy, dan need for competence. Dua

variabel independen lainnya yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan

terhadap school engagement adalah need for relatedness dan jenis kelamin.

Berdasarkan perhitungan proporsi varians, diketahui variabel independen yang

paling besar memberi sumbangan terhadap school engagement adalah autonomy

support.

5.2 Diskusi

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari tujuh variabel

independen yang diteliti terdapat lima variabel yang masing-masing signifikan

Page 87: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

73

mempengaruhi school engagement. Kelima variabel tersebut antara lain autonomy

support, involvement, structure, need for autonomy, dan need for competence.

Setiap individu memiliki tingkat school engagement yang berbeda-beda

yang disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu variabel yang mempengaruhi

school engagement secara signifikan dalam penelitian ini adalah teacher behavior.

Ketiga dimensi dari variabel teacher behavior terbukti mempengaruhi school

engagement. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erdogdu

(2016) yang menyebutkan bahwa siswa yang mempersepsikan peran guru secara

positif dan telah mendukung secara emosional, siswa tersebut memiliki tingkat

school engagement yang lebih tinggi.

Dimensi pertama dari teacher behavior adalah autonomy support. Dalam

hasil penelitian ini, autonomy support memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

school engagement dengan nilai koefisien regresi sebesar +0.259 dan nilai

signifikasi sebesar 0.001. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi autonomy support

secara positif mempengaruhi school engagement dan signifikan. Dimana semakin

tinggi autonomy support maka semakin tinggi pula school engagement. dengan

demikian, maka H1 penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan

autonomy support terhadap school engagement diterima.

Teacher autonomy support mengacu pada sejauh mana siswa memandang

guru sebagai seseorang yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk

memilih dan mengambil keputusan sehubungan dengan pembelajaran dan

kehidupan seputar sekolah. Hasil penelitian dimensi autonomy support terhadap

school engagement ini selaras dengan Yu et.al (2016) yang menyatakan bahwa

Page 88: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

74

teacher autonomy support dapat membantu meningkatkan kemandirian pada siswa

yang kemudian akan mendorong kesediaan atau motivasi siswa untuk terlibat dalam

kegiatan di sekolah. Wang, Liu, Ding, Xu, Liu, dan Zhen (2017) dalam jurnal

penelitiannya menyimpulkan bahwa teacher autonomy support merupakan suatu

konteks sosial yang memiliki peranan penting dalam terjadinya kebosanan pada

siswa. Kebosanan pada siswa ini merupakan bentuk dari emotional engagement

yang rendah.

Wang et.al (2017) menyebutkan siswa yang mempersepsikan bahwa guru

telah mendukung otonomi siswa, siswa tersebut akan memiliki tingkat kebosanan

(emotional engagement) yang rendah karena siswa merasa telah memiliki kapasitas

untuk belajar (self-efficacy) dan merasa bahwa kegiatannya di sekolah merupakan

hal yang menarik dan menyenangkan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa apabila

siswa telah mendapat dukungan otonomi dari guru, hal ini akan menampilkan

perilaku siswa yang menjadi semakin kreatif dalam memilah dan memilih terkait

apa yang menjadi pilihan siswa, lebih menikmati dan memberikan usahanya

terhadap limgkup pembelajaran yang lebih besar.

Dimensi kedua dari teacher behavior adalah involvement. Dalam hasil

penelitian ini, involvement memiliki pengaruh yang signifikan terhadap school

engagement dengan nilai koefisien regresi sebesar +0.280 dan nilai signifikasi

sebesar 0.000. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi involvement secara positif

mempengaruhi school engagement dan signifikan. Dimana semakin tinggi

involvement maka semakin tinggi pula school engagement. Dengan demikian, H2

Page 89: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

75

penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan involvement terhadap

school engagement diterima.

Involvement diartikan sebagai kualitas hubungan interpersonal yang

dibangun antara guru dengan siswa. Hubungan interpersonal tersebut dapat

dibangun oleh guru dengan mengekspresikan kepedulian dan kasih sayangnya

kepada para siswa. Hasil penelitian ini selaras dengan Ormrod (2009) dimana ketika

siswa telah mempersepsikan bahwa dirinya memiliki hubungan yang positif dengan

gurunya, siswa akan memiliki motivasi intrinsik yang lebih besar untuk belajar dan

self efficacy yang lebih tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap keterlibatan

dalam pembelajaran yang lebih tinggi pula. Selain itu, siswa juga menampilkan

perilaku yang cenderung tidak nakal dan berprestasi di tingkat yang lebih tinggi.

Sehingga jelas bahwa siswa yang memiliki hubungan yang sehat dan hangat dengan

guru tentu akan menampilkan school engagement yang juga positif yang juga akan

berdampak baik terhadap prestasi belajar siswa.

Hasil penelitian dimensi involvement terhadap school engagement ini juga

semakin diperkuat dengan pernyataan yang disimpulkan oleh Roorda, Koomen,

Spilt, dan Oort (2011) bahwa hubungan siswa dengan guru dianggap dapat

menstimulasi perilaku belajar pada siswa dan mendukung siswa untuk dapat

mengatasi dan menangani dengan baik berbagai tuntutan yang ada dalam konteks

sekolah. Oleh karena itu jelas apabila guru telah memulai untuk membangun

hubungan dan memberikan perhatian yang lebih baik kepada siswa, hal ini akan

berdampak terhadap perilaku yang ditampilkan dalam situasi belajar di sekolah

yang semakin terlibat secara perilaku, emosi dan kognisi siswa.

Page 90: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

76

Roorda et.al (2011) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa hubungan

yang dibangun oleh guru merupakan indikator yang sangat penting bukan hanya

terhadap siswa pada umumnya, tetapi juga dikhususkan untuk siswa yang secara

akademis memiliki masalah atau beresiko. Hal ini dapat diasumsikan ketika siswa

memiliki masalah secara akademis, guru yang mampu memulai untuk membangun

hubungan secara personal dengan siswa dengan lebih hangat dan mampu

mempertahankannya tentu akan membuat siswa merasa lebih aman secara afektif

atau emosional sehingga siswa akan lebih nyaman untuk mengeksplorasi

lingkungan pembelajarannya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa yang

mempersepsikan gurunya telah memberikan involvement dengan baik, maka siswa

tersebut akan merasa nyaman untuk menjalin hubungan, bertanya, atau bahkan

berdiskusi dengan guru sehingga siswa akan memiliki motivasi yang lebih tinggi

untuk terlibat dengan kegiatannya di sekolah.

Dimensi ketiga dari teacher behavior adalah structure. Dalam hasil

penelitian ini, structure memiliki pengaruh yang signifikan terhadap school

engagement dengan nilai koefisien regresi sebesar +0.222 dan nilai signifikasi

sebesar 0.003. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi structure secara positif

mempengaruhi school engagement dan signifikan. Dimana semakin tinggi

structure maka semakin tinggi pula school engagement. Dengan demikian, H3

penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan structure terhadap

school engagement diterima.

Structure diartikan sebagai sejumlah informasi yang diberikan oleh guru

berkaitan dengan cara dan strategi untuk mencapai prestasi di sekolah secara

Page 91: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

77

efektif. Hasil penelitian ini sejalan dengan Tucker et.al (2002) bahwa apabila guru

telah memberikan structure secara positif melalui pemberian harapan yang jelas,

aturan yang adil dan konsisten, hal ini dapat mendorong persepsi diri siswa di kelas

menjadi semakin positif sehingga mampu meningkatkan keterlibatan siswa di

dalam kelas. Saravani, Marziyeh, dan Jenaabadi (2017) menyatakan apabila guru

telah menerapkan structure dengan baik, siswa akan lebih percaya diri dan

mengurangi kekhawatiran ketika siswa mengajukan pertanyaan seputar hal-hal

yang ingin diketahuinya lebih lanjut dimana dalam hal ini emosi yang ditampilkan

siswa adalah positif yakni lebih menikmati setiap pembelajaran yang diberikan.

Ormrod (2009) menyebutkan bahwa kelas yang diatur dengan baik adalah

kelas dimana siswanya selalu terlibat dalam aktivitas belajar yang produktif dan

perilaku mereka jarang mengganggu tercapainya tujuan pengajaran. Dalam hal ini

dapat diartikan bahwa peran guru dalam memberikan dan menerapkan structure di

dalam kelas sangat berdampak terhadap keberhasilan aktivitas siswa di dalam kelas.

Berkebalikan dengan guru yang tidak dapat memberikan structure dengan baik,

situasi kelas yang ditampilkan oleh para siswa akan sangat kacau dan ribut dalam

konteks yang negatif yang dapat disebabkan karena guru tidak merencanakan

pelaksanaan pembelajaran dengan matang dan mempersiapkan segala

kemungkinan masalah yang ditampilkan oleh siswa dengan baik.

Penelitian ini mengungkapkan apabila siswa telah mempersepsikan bahwa

guru telah memberikan struktur dengan baik, hal ini akan membuat siswa semakin

positif dalam menampilkan perilaku, emosi serta usahanya terhadap kegiatan

belajar di sekolah. Sehingga dapat disimpulkan dalam hasil penelitian ini bahwa

Page 92: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

78

apabila semakin tinggi struktur yang diberikan oleh guru maka semakin tinggi pula

school engagement pada siswa.

Variabel berikutnya yang diteliti memprediksi school engagement adalah

variabel kebutuhan dasar psikologis. Variabel kebutuhan dasar psikologis memiliki

tiga dimensi, namun dalam penelitian ini hanya dua dimensi yang memiliki

pengaruh secara signifikan terhadap school engagement yakni dimensi need for

autonomy dan dimensi need for competence. Berdasarkan penelitian ini dimensi

need for relatedness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap school

engagement.

Dimensi pertama pada variabel kebutuhan dasar psikologis adalah need for

autonomy. Dalam hasil penelitian ini need for autonomy memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap school engagement dengan nilai koefisien regresi sebesar

+0.161 dan nilai signifikasi sebesar 0.006. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi

need for autonomy secara positif mempengaruhi school engagement dan signifikan.

Dimana semakin tinggi need for autonomy maka semakin tinggi pula school

engagement. Dengan demikian, H4 penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang

signifikan need for autonomy terhadap school engagement diterima.

Hasil penelitian dimensi need for autonomy terhadap school engagement ini

sejalan dengan pernyataan Evans dan Freer (2017) bahwa ketika siswa telah

memiliki keyakinan untuk menampilkan perilaku secara otonom, siswa cenderung

dapat mengatasi stress belajar dengan baik serta mempertahankan tujuannya dalam

mengejar prestasi yang diharapkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa siswa

Page 93: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

79

akan lebih terlibat secara perilaku, emosi dan kognisi dengan kegiatan di

sekolahnya dalam mengejar prestasi yang diharapkan.

Appleton, Christenson dan Furlong (2008) menyatakan bahwa siswa yang

memiliki otonomi dalam dirinya akan menampilkan karakteristik rasa ingin tahu

yang lebih tinggi dan meningkatkan ketekunannya dalam mengerjakan tugas-tugas

akademik. Sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa semakin tinggi

otonomi yang dirasakan maka semakin tinggi pula school engagement pada siswa.

Dimensi kedua pada variabel kebutuhan dasar psikologis adalah need for

competence. Dalam hasil penelitian ini need for competence memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap school engagement dengan nilai koefisien regresi sebesar

+0.136 dan nilai signifikasi sebesar 0.026. Hal ini dapat diartikan bahwa dimensi

need for competence secara positif mempengaruhi school engagement dan

signifikan. Dimana semakin tinggi need for competence maka semakin tinggi pula

school engagement. Dengan demikian, H5 penelitian yang menyatakan ada

pengaruh yang signifikan need for competence terhadap school engagement

diterima.

Hasil penelitian dimensi need for competence terhadap school engagement

ini sejalan dengan penelitian Nurttila et.al (2015) yang menunjukkan hasil bahwa

siswa dengan engagement yang tinggi merupakan siswa yang mencerminkan sikap

optimis dan keyakinan bahwa ia berkompeten dalam menghadapi tantangan dalam

konteks akademik. Hal ini dikarenakan bahwa siswa yang meyakini kompetensi

dalam dirinya bisa jadi cenderung lebih jarang dalam menghindari tugas dan lebih

Page 94: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

80

sering mengalami tantangan yang lebih tinggi dalam kegiatan pembelajaran di

sekolah.

Wang dan Eccles (2013) menyatakan bahwa siswa yang meyakini

kompetensi atas dirinya, siswa tersebut akan mengetahui cara yang efektif dalam

mencapai hasil yang diinginkan dimana dalam situasi pembelajaran proses dalam

memberikan usaha yang efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan merupakan

bagian dari bentuk keterlibatan siswa di sekolah. Dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang dirasakan, maka semakin

tinggi pula school engagement pada siswa.

Dimensi ketiga pada variabel kebutuhan dasar psikologis adalah need for

relatedness. Dalam hasil penelitian ini need for relatedness tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap school engagement dengan nilai koefisien

regresi sebesar +0.087 dan nilai signifikasi sebesar 0.170. Hal ini dapat diartikan

bahwa dimensi need for relatedness secara positif mempengaruhi school

engagement tetapi tidak signifikan. Dimana semakin tinggi need for relatedness

maka semakin tinggi pula school engagement walaupun secara statistik tidak

signifikan. Dengan demikian, H6 penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang

signifikan need for relatedness terhadap school engagement ditolak.

Hasil penelitian need for relatedness terhadap school engagement ini tidak

sejalan dengan penelitian Furrer dan Skinner (2003) yang menyatakan bahwa

relatedness memiliki pengaruh unik yang signifikan terhadap school engagement.

Hasil penelitian ini bisa jadi dikarenakan siswa memiliki hubungan yang hangat

dan dekat dengan mitra sosial (orang tua, guru, teman sebaya atau significant others

Page 95: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

81

lainnya) yang tidak atau kurang memotivasi siswa untuk dapat meningkatkan

perilaku (partisipasi), emosi (minat dan antusiasme) dan kognitif (perencanaan

siswa dalam belajar) ke arah yang lebih positif sehubungan dengan pembelajaran

maupun kehidupan di sekolah.

Selain variabel teacher behavior dan kebutuhan dasar psikologis, adapula

jenis kelamin sebagai variabel demografis yang juga diteliti pengaruhnya terhadap

school engagement. Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel jenis kelamin tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap school engagement dengan nilai

koefisien regresi sebesar +0.028 dan nilai signifikasi sebesar 0.614. Hal ini dapat

diartikan bahwa jenis kelamin secara positif mempengaruhi school engagement

tetapi tidak signifikan. Dimana semakin tinggi jenis kelamin maka semakin tinggi

pula school engagement walaupun secara statistik tidak signifikan. Dengan

demikian, H7 penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan jenis

kelamin terhadap school engagement ditolak.

Hasil penelitian jenis kelamin terhadap school engagement ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pagar (2016) dimana jenis kelamin

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap school engagement. Selain itu,

hasil penelitian yang dilakukan oleh Masruri, Riva’ie dan Buwono (2014) juga

mengungkapkan bahwa peran jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat disebabkan karena peran gender

dapat berubah-ubah seiring waktu, dapat berbeda antara satu kultur dengan kultur

lainnya dan sangat dipengaruhi oleh kelas sosial, usia, dan latar belakang ekonomi.

Page 96: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

82

Pada santri dan santriwati SMA X Boarding School hasil penelitian ini tidak

berpengaruh signifikan mungkin dikarenakan oleh kultur yang terdapat di sekolah,

dimana SMA X Boarding School merupakan sekolah berasrama yang

memungkinkan terjadinya kecenderungan perlakuan yang diberikan oleh pihak

sekolah kepada santri dan santriwati adalah sama. Selain itu dapat juga dikarenakan

oleh latar belakang keluarga santri dan santriwati yang sebagian besar merupakan

dari keluarga kelas menengah dimana semakin tinggi latar belakang sosial ekonomi,

maka kesadaran peran gender akan semakin baik dalam lingkungan tersebut

(Masruri et.al., 2014). Hasil penelitian ini membuktikan adanya perbedaan yang

sangat tipis skor school engagement antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki

cenderung lebih terlibat dalam kegiatan di sekolah daripada perempuan, walaupun

hal ini tidak signifikan secara statistik.

Penelitian ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan

sehingga harus dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk penelitian yang akan

dilakukan selanjutnya. Peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa hal yang

menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, pengambilan data dari setiap

responden yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas sedang

berlangsung, hal ini tentunya sedikit banyak mempengaruhi kontrol siswa dalam

menjawab setiap pernyataan yang diberikan dalam kuesioner. Kedua, peneliti juga

menemukan banyaknya siswa yang kurang memahami maksud kata dan kalimat

dari beberapa pernyataan yang diajukan dalam kuesioner, hal ini mungkin saja

dapat membuat bias hasil penelitian.

Page 97: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

83

5.3 Saran

Pada penelitian ini, penulis membagi saran menjadi dua kategori, yaitu saran teoritis

dan saran praktis. Saran teoritis merupakan bahan pertimbangan untuk

perkembangan penelitian selanjutnya, sedangkan saran praktis merupakan bahan

masukan untuk setiap pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian

ini.

5.3.1 Saran Teoritis

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dari tujuh

variabel independen yang diteliti menyumbang sebesar 26.5%. artinya,

proporsi dari school engagement yang dijelaskan oleh teacher autonomy

support, teacher involvement, teacher structure, need for autonomy, need

for competence, need for relatedness, dan jenis kelamin dalam penelitian ini

adalah sebesar 26.5% sedangkan 73.5% lainnya dipengaruhi oleh variabel

lain diluar penelitian ini. Disarankan bagi penelitian school engagement

selanjutnya untuk menggunakan variabel lain diluar variabel independen

pada penelitian ini seperti school climate, teman sebaya, dan school size.

2. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menggunakan variabel demografis

selain jenis kelamin sebagai variabel prediktor, yakni seperti status sosial

ekonomi.

3. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan pada pengukuran school

engagement menggunakan metode student self-report dan juga teacher

report agar dapat membandingkan hasil engagement pada siswa

berdasarkan kedua metode tersebut.

Page 98: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

84

4. Penelitan lebih lanjut disarankan untuk melakukan adaptasi alat ukur

menggunakan ahli penerjemah dan ahli konstruk sebanyak minimal tiga kali

untuk dapat meminimalisir terjadinya faking good atau faking bad pada saat

pengisian kuesioner dan juga untuk meminimalisir banyaknya item-item

yang di drop pada analisis CFA (Confirmatory Factor Analysis).

5.3.2 Saran Praktis

1. Berdasarkan hasil penelitian, ketiga dimensi dari variabel teacher behavior

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap school engagement. Maka hal

praktis yang dapat dilakukan adalah upaya dari pihak sekolah untuk

meningkatkan kompetensi dan peran guru di sekolah. Salah satu usaha yang

dapat diberikan adalah menyediakan pelatihan-pelatihan kepada guru di

sekolah dengan tujuan mencapai kesadaran para guru terkait pentingnya

peranan guru di sekolah dan hal apa dari guru yang sangat diperlukan oleh

siswa terkait proses pembelajaran di sekolah. Selain itu dapat pula

diberlakukannya program evaluasi secara rutin terhadap kinerja guru di

sekolah. Secara bertahap guru diawasi oleh kepala sekolah dan kepala

sekolah diawasi oleh pengawas sekolah. Sehingga kinerja yang diberikan

oleh guru terpantau dengan baik.

2. Hasil temuan ini dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk merancang

program pembelajaran yang lebih kreatif dan tidak monoton. Contohnya,

memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang ada, membuat sesi

kegiatan belajar mengajar yang lebih interaktif seperti pembelajaran

berbasis diskusi serta memberikan pelayanan individu kepada para siswa

Page 99: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

85

dimana hal ini diharapkan akan dapat menjembatani hubungan yang positif

antara guru dengan siswa.

3. Hasil ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan dasar psikologis yakni

kebutuhan untuk otonomi, dan kebutuhan untuk kompeten memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap school engagement. Hal ini dapat

diartikan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar psikologis pada siswa sangat

penting pengaruhnya terhadap keterlibatan siswa di sekolah. Oleh karena

itu, penting bagi orang-orang disekitar siswa untuk menyediakan

pemenuhan kebutuhan dasar psikologis pada siswa. Hal yang dapat

dilakukan adalah orang orang disekitar siswa perlu mengenal dan

memahami tingkat kebutuhan siswa, sehingga dapat membantu dan

memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas

kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran. Upaya yang dapat

diberikan oleh pihak sekolah adalah dengan menyediakan program

bimbingan dan konseling. Dengan mengadakan program ini, pihak sekolah

tentunya dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa yang masih perlu

ditingkatkan secara psikologis dari diri siswa.

4. Siswa juga diharapkan dapat memahami pentingnya memiliki school

engagement yang tinggi sehingga siswa dapat memaksimalkan pencapaian

dalam pendidikannya di sekolah dan mencapai tujuan pendidikan yang

diharapkan secara maksimal. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan

memberikan training motivasi untuk berprestrasi pada siswa yang

memungkinkan untuk timbulnya kesadaran dalam diri siswa terkait

Page 100: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

86

pentingnya memiliki keterlibatan secara optimal dengan setiap kegiatan di

sekolah.

Page 101: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

87

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, S.Z., & Arlinkasari, F. (2017). Hubungan antara school engagement,

academic self-efficacy dan academic burnout pada mahasiswa. Humanitas.

1(2), 81-102.

Appleton, J.J., Christenson, S.L., & Furlong, M.J. (2008). Student engagement with

school: Critical conceptual and methodological issues of the construct.

Psychology in the School.45(5), 369 – 386.

Basic Psychological Needs Satisfaction Scale. Diunduh pada tanggal 19 Desember

2017 dari http://selfdeterminationtheory.org/basic-psychological-needs-

scale/.

Brophy, J. (1986). Teacher influences on student achievement. American

Psychologist. 41(10), 1069-1077.

Connell, J.P., & Wellborn, J.G. (1991). Competence, autonomy, and relatedness: A

motivational analysis of self-system processes. Dalam Gunnar, M.R., &

Sroufe, L.A (ed.), The Minnesota symposia on child psychology, Vol. 23.

Self processes and development (pp. 43-77). Hillsdale, NJ, US: Lawrence

Erlbaum Associates, Inc.

Connell, J.P., Spencer, M.B., & Aber. J.L. (1994). Educational risk and resilience

in african-american youth: Context, self, action, and outcomes in school.

Research in Child Development. 65, 493-506.

Deci, E.L., & Ryan, R.M. (2000). Self determination theory and the facilitation of

intrinsic motivation, social development, and well-being. American

Psychologist. 55(1), 68-75.

Deci, E.L., & Ryan, R.M. (2000). The “what” and “why” of goal pursuits: Human

needs and the self determination of behavior. Psychological Inquiry: An

International Journal for the Advancement of Psychological Theory. 11(4),

227-268.

Deci, E.L., & Ryan, R.M. (2008). Self-determination theory: A macrotheory of

human motivation, development, and health. Canadian Psychology. 49(3),

182-185.

Englund, M.M., Egeland, B., & Collins, W.A. (2008). Exceptions to high school

dropout predictions in a low-income sample: Do adults make a difference?.

Journal of Social Issues. 64(1), 77-93.

Erdogdu, M.Y. (2016). Analysis of student’s school engagement in terms of

friendship and teacher’s behavior. Educational Research and Reviews.

11(22), 2057-2064

Page 102: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

88

Evans, P., & Freer, E. (2017). Psychological needs satisfaction and value in

student’s intentions to study music in high school. Psychology of Music. 1-

15. doi : 10.1177/0305735617731613.

Fauzie, F.M. (2012). Hubungan antara pemenuhan kebutuhan dasar psikologis dan

keterlibatan siswa dalam belajar. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas

Indonesia.

Fernandez, A.Z., Goni, E., Camino, I., & Zulaika, L.M. (2015). Family and school

context in school engagement. European Journal of Education and

Psychology. 1-9. doi : 10.1016/j.ejeps.2015.09.001.

Finn, J.D. (1989). Withdrawing from school. Review of Educational Research

Summer. 59(2), 117-142.

Fredricks, J.A., Blumenfeld, P.C., & Paris, A.H. (2004) School engagement:

Potential of the concept, state of the evidence. Review of Educational

Research Spring. 74(1), 59-109.

Fredricks, J.A., Blumenfeld, P., Friedel, J., & Paris, A. (2005). Chapter 19: School

engagement. Dalam Moore, K.A & Lippman, L.H (ed). What Do Children

Need to Flourish?. (305-321). London: Springer.

Fredricks, J., McColskey, W., Meli, J., Mordica, J., Montrosse, B., & Mooney, K.

(2011). Measuring Student Engagement in Upper Elementary through High

School: A Description of 21 Instruments. (Issues & Answers Report, REL

2011–No. 098). Washington, DC: U.S. Department of Education, Institute

of Education Sciences, National Center for Education Evaluation and

Regional Assistance, Regional Educational Laboratory Southeast.

Fredricks, J.A., & McColskey, W. (2012). Chapter 37: The measurement of student

engagement: A comparative analysis of various methods and student self-

report instruments. Dalam S.L. Christenson et al. (ed). Handbook of

Research on Student Engagement. (763-782). London: Springer

Furrer, C., & Skinner, E. (2003). Sense of relatedness as a factor in children’s

academic engagement and performace. Journal of Educational Psychology.

95(1), 148-162.

Gagnon, H. (2007). Need satisfaction, conflict, and academic disengagement: An

extension of self-determination theory. Thesis. Department of Psychology

McGill University Montreal.

Jang, H., Reeve, J., Ryan, R.M., & Kim, A. (2009). Can self-determination theory

explain what underlies the productive, satisfying learning experiences of

collectivistically oriented korean students? Journal of Educational

Psychology. 101(3), 644-661.

Juwita, Y.L., & Kusdiyati, S.(2015). Hubungan antara parent involvement dengan

student engagement pada siswa kelas XI di SMK TI Garuda Nusantara

Page 103: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

89

Cimahi. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan

Humaniora). 252-261.

Kindermann, T. (2016). Chapter 3: Peer group influences on student’s academic

motivation. Dalam Wentzel, K.R & Ramani, G.B. (ed). Handbook of Social

Influences in School Context, Social-Emotional, Motivation, and Cognitive

Outcomes. (31-47). London: Routledge.

King, R.B. (2016). Gender differences in motivation, engagement and achievement

are related to student’s perceptions of peer- but not of parent or teacher –

attitudes toward school. Learning and Individual Differences. 52, 60-71.

Klem, A.M., & Connell, J.P. (2004). Relationships matter: Linking teacher support

to student engagement and achievement. Journal of School Health. 74(7),

262-273.

Krapp, A. (2005). Basic needs and the development of interest and instrinsic

motivational orientations. Learning and Instruction. 15, 381-395. doi :

10.1016/j.learninstruc.2005.07.007.

Martin, A.J., Papworth, B., Ginns, P., & Liem, G.A.D. (2014). Boarding school,

academic motivation and engagement, and psychological well-being: A

large-scale investigation. American Educational Research Journal. 51(5),

1007-1049.

Masruri, M.K., Riva’ie, W., & Buwono, S. (2014). Pengaruh gender terhadap

keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi di SMA. Jurnal

Pendidikan dan Pembelajaran. 3(8), 1-11.

Mustika, A.R., & Kusdiyati, S. (2015). Studi deskriptif student engagement pada

siswa kelas XI IPS di SMA Pasundan 1 Bandung. Prosiding Penelitian

Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora). 244-251.

Newmann, F.M., Wehlage, G.G., & Lamborn, S.D. (1992). Chapter 1: The

significance and sources of student engagement. Dalam F.M Newmann (ed).

Student Engagement and Achievement in American Secondary Schools. (11-

39). Newyork and London: Teachers College, Columbia University.

Niemiec, C.P., & Ryan, R.M. (2009). Autonomy, competence, and relatedness in

the classroom, applying self-determination theory to educational practice.

Theory and Research in Education. 7(2), 133-144.

Nurttila, S., Ketonen, E., & Lonka, K. (2015). Sense of competence and optimism

as resources to promote academic engagement. Procedia – Social and

Behavioral Sciences. 171, 1017-1026.

Ormrod, J.E. (2009). Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang (Vol.6, 2nd ed). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Page 104: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

90

Pagar, A.A. (2016). The effect of gender and perceived control on student

engagement. 1-17. Diakses dari : https://www.researchgate.net/publication

/305305552.

Polii, E.E.V. (2015). School engagement pada siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith

Muntilan. Jurnal Ilmiah Universitas Kristen Maranatha. 4(1), 39-44.

Ripski, M.B., & Gregory, A. (2009). Unfair, unsafe, and unwelcome: Do high

school student’s perceptions of unfairness, hostility, and victimization in

school predict engagement and achievement?. Journal of School Violence.

8, 355-375. doi : 10.1080/15388220903132755

Roorda, D.L., Koomen, H.M.Y., Spilt, J.L., & Oort, F.J. (2011). The influence of

affective teacher-student relationships on student’s school engagement and

achievement: A meta-analytic approach. Review of Educational Research.

81(4), 493-529.

Ryan, R.M., Stiller, J.D., & Lynch, J.H. (1994). Representations of relationships to

teachers, parents, and friends as predictors of academic motivation and self-

esteem. Journal of Early Adolescence. 14(2), 226-249.

Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan (Vol.2, 2nd ed). Jakarta: Salemba

Humanika.

Saravani, S., Marziyeh, A., & Jenaabadi, H. (2017). The relationship of the

dimensions of perceived teaching style with student’s mathematics

achievement and self-efficacy. IEJME – Mathematics Education. 12(2),

349-358.

Sari, R.P. (2014). Faktor penyebab perilaku membolos peserta didik dan upaya guru

BK dalam mengatasinya, studi terhadap peserta didik di SMA Negeri 1 Kota

Solok. E-Jurnal Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat.

Skinner, E.A., Wellborn, J.G., & Connell, J.P. (1990). What it takes to do well in

school and whether i’ve got it: A process model of perceived control and

children’s engagement and achievement in school. Journal of Educational

Psychology. 82(1), 22-32.

Skinner, E.A., & Belmont, M.J. (1993). Motivation in the classroom: Reciprocal

effects of teacher behavior and student engagement across the school year.

Journal of Educational Psychology. 85(4). 571-581.

Skinner, E.A., Kindermann, T.A., & Furrer, C.J. (2009). A motivational perspective

on engagement and disaffection: Conceptualization and assessment of

children’s behavioral and emotional participation in academic activities in

the classroom. Educational and Psychological Measurement. 69(3), 493-

525.

Statistik Sekolah Menengah Atas (SMA) 2016/2017. Pusat Data dan Statistik

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakata: Setjen, Kemdikbud.

Page 105: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

91

Stevens, N.G., & Peltier, G.L. (1994). A review of research on small-school student

participation in extracurricular activities. Journal of Research in Rural

Education. 10(2). 116-120.

Sujisha, T.G., & Manikandan, K. (2014). Influence of school climate on school

engagement among higher secondary school students. International Journal

of Social Science & Interdisciplinary Research. 3(6), 188-198.

Teacher as Social Context (TASC). Two Measures of Teacher Provision of

Involvement, Structure, and Autonomy Support. Diunduh pada tanggal 19

Desember 2017 dari https://www.pdx.edu/sites/www.pdx.edu.psy/files/

Assessment-12-TeacherAsSocialContext.doc.

Tucker, C.M., Zayco, R.A., Herman, K.C., Reinke, W.M., Trujillo, M., Carraway,

K., Wallack, C., & Ivery, P.D. (2002). Teacher and child variables as

predictors of academic engagement among low-income african american

children. Psychology in School. 39(4), 477-488.

Umar, Jahja. (2011). Confirmatory factor analysis: Bahan Ajar Perkuliahan.

Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

Wang, M., & Eccles, J.S. (2013). School context, achievement motivation, and

academic engagement: A longitudinal study of school engagement using a

multidimensional perspective. Learning and Instruction. 28, 12-23.

Wang, J., Liu, R., Ding, Y., Xu, L., Liu, Y., & Zhen, R. (2017). Teacher’s autonomy

support and engagement in math: Multiple mediating roles of self-efficacy,

intrinsic value, and boredom. Frontiers in Psychology. 8, 1-10.

Yu, C., Li, X., Wang, S., & Zhang, W. (2016). Teacher autonomy support reduces

adolescent anxiety and depression: An 18-month longitudinal study.

Journal of Adolescence. 49, 115-123.

Page 106: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

LAMPIRAN

Page 107: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

I. Lampiran Surat Izin Penelitian

Page 108: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

II. Lampiran Alat Ukur School Engagement

School Engagement Measurement (SEM)

Fredricks & Blumenfeld

No. Item

1. I follow the rules at school

2. I get in trouble at school

3. When I am in class, I just act as if I am working

4. I pay attention in class

5. I complete my work on time

6. I like being at school

7. I feel excited by my work at school

8. My classroom is a fun place to be

9. I am interested in the work at school

10. I feel happy in school

11. I feel bored in school

12. I check my schoolwork for mistakes

13. I study at home even when I don't have a test

14. I try to watch TV shows about things we do in school

15. When I read a book, I ask myself questions to make sure I understand

what it is about

16. I read extra books to learn more about things we do in school

17. If I don't know what a word means when I am reading, I do something

to figure it out

18. If I don't understand what I read, I go back and read it over again

19. I talk with people outside of school about what I am learning in class

Page 109: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

III. Lampiran Alat Ukur Teacher Behavior

Teacher as Social Context (TASC) – Short Form

Belmont, Skinner, Wellborn, & Connell

No. Item

1. My teacher likes me

2. My teacher really cares about me

3. My teacher knows me well

4. My teacher just doesn’t understand me

5. My teacher spends time with me

6. My teacher talks with me

7. I can’t depend on my teacher for important things

8. I can’t count on my teacher when I need him/her

9. Everytime I do something wrong, my teacher acts differently

10. My teacher keeps changing how he/she acts towards me

11. My teacher doesn’t make it clear what he/she expects of me in class

12. My teacher doesn’t tell me what he/she expects of me in school

13. My teacher shows me how to solve problems for myself

14. If I can’t solve a problem, my teacher shows me different ways to try to

15. My teacher makes sure I understand before he/she goes on

16. My teacher checks to see if I’m ready before he/she starts a new topic

17. My teacher gives me a lot of choices about how I do my schoolwork

18. My teacher doesn’t give me much choice about how I do my schoolwork

19. My teacher is always getting on my case about schoolwork

20. It seems like my teacher is always telling me what to do

21. My teacher listens to my ideas

22. My teacher doesn’t listen to my opinion

23. My teacher talks about how I can use the things we learn in school

24. My teacher doesn’t explain why what I do in school is important to me

Page 110: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

IV. Lampiran Alat Ukur Kebutuhan Dasar Psikologis

Basic Psychological Need Satisfaction in General

Deci & Ryan

No. Item

1. I feel like I am free to decide for myself how to live my life

2. I really like the people I interact with

3. Often, I do not feel very competent

4. I feel pressured in my life

5. People I know tell me I am good at what I do

6. I get along with people I come into contact with

7. I pretty much keep to myself and don't have a lot of social contacts

8. I generally feel free to express my ideas and opinions

9. I consider the people I regularly interact with to be my friends

10. I have been able to learn interesting new skills recently

11. In my daily life, I frequently have to do what I am told

12. People in my life care about me

13. Most days I feel a sense of accomplishment from what I do

14. People I interact with on a daily basis tend to take my feelings into

consideration

15. In my life I do not get much of a chance to show how capable I am

16. There are not many people that I am close to

17. I feel like I can pretty much be myself in my daily situations

18. The people I interact with regularly do not seem to like me much

19. I often do not feel very capable

20. There is not much opportunity for me to decide for myself how to do

things in my daily life

21. People are generally pretty friendly towards me

Page 111: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

V. Lampiran Kuesioner

Kuesioner Penelitian

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Selamat Pagi/Siang/Sore

Perkenalkan, Saya Mahasiswi Psikologi semester 8 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Saya meminta bantuan anda untuk menjadi responden dalam penelitian skrispi saya.

Saya mengharapkan kesediaan dari anda untuk mengisi pernyataan-pernyataan

berikut ini secara jujur dan apa adanya. Dalam skala ini tidak ada jawaban benar

maupun salah. Adapun informasi atau data yang anda berikan akan sangat

bermanfaat bagi penelitian ini dan aka terjamin kerahasiaannya, serta hanya

digunakan untuk kepentingan pengumpulan data.

Apabila anda menyetujui, maka dengan ini penulis mohon kesediaan untuk

menandatangani lembaran persetujuan dan memberi respon pada pernyataan-

penyataan yang penulis ajukan. Saya selaku peneliti memohon maaf apabila

terdapat kesalahan dalam penulisan. Atas kerja sama dan bantuannya, saya ucapkan

terima kasih.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Peneliti,

Nur Amalina

Page 112: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya telah membaca penjelasan pada lembaran pertama, saya memahami bahwa

penelitian ini tidak berakibat buruk kepada saya serta identitas dan informasi yang

saya berikan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk

kepentingan pengumpulan data penelitian saja.

Maka dari itu saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti dan kan memberikan respon jawaban saya dengan

sebenar-benarnya.

Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa ada paksaan

dari pihak manapun.

Responden,

(.................................)

Page 113: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

DATA DIRI RESPONDEN

Nama / Insial :

Usia :

Kelas :

Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan

Ekstrakurikuler yang diikuti :

Pendidikan Terakhir Ayah : SD / SMP / SMA / D1 / D2 / D3 / S1 / S2 / lainnya

Pendidikan Terakhir Ibu : SD / SMP / SMA / D1 / D2 / D3 / S1 / S2 / lainnya

Pekerjaan Ayah :

Pekerjaan Ibu :

Penghasilan Total Orang Tua : a. < 5.000.000

b. 5.000.000 – 15.000.000

c. 15.000.000 – 30.000.000

d. > 30.000.000

Petunjuk Pengisian Skala 1

Pada pernyataan dibawah ini, anda diminta untuk memberikan jawaban atas setiap

pernyataan sesuai dengan keadaan diri anda saat ini secara jujur dan objektif.

Jawablah setiap pernyataan dengan memberi tanda (√) pada salah satu dari lima

pilihan jawaban yang tersedia di kolom sebelah kanan dari masing-masing

pernyataan.

Jika jawaban anda :

Tidak Pernah, beri tanda pada angka 1

Jarang, beri tanda pada angka 2

Kadang-Kadang, beri tanda pada angka 3

Sering, beri tanda pada angka 4

Sangat Sering, beri tanda pada angka 5

Page 114: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

Contoh

No. Pernyataan Skala

1. Saya akan mempelajari kembali di asrama

tentang materi yang baru saja dipelajari di

sekolah

1 2 3 4 5

SKALA 1

No. Pernyataan Skala

1. Saya mengikuti peraturan di sekolah 1 2 3 4 5

2. Saya mendapat masalah di sekolah 1 2 3 4 5

3. Ketika di kelas, saya hanya bertindak seolah-

olah saya sedang belajar 1 2 3 4 5

4. Saya memperhatikan di kelas 1 2 3 4 5

5. Saya menyelesaikan tugas tepat waktu 1 2 3 4 5

6. Saya menyukai berada di sekolah 1 2 3 4 5

7. Saya merasa senang dengan aktivitas saya di

sekolah 1 2 3 4 5

8. Kelas saya adalah tempat yang menyenangkan

untuk dikunjungi 1 2 3 4 5

9. Saya tertarik dengan kegiatan di sekolah 1 2 3 4 5

10. Saya merasa senang di sekolah 1 2 3 4 5

11. Saya merasa bosan di sekolah 1 2 3 4 5

12. Saya memeriksa tugas sekolah saya dari

kesalahan 1 2 3 4 5

13. Saya tetap belajar di asrama bahkan ketika saya

tidak memiliki ujian. 1 2 3 4 5

14. Ketika saya membaca sebuah buku, saya

bertanya kepada diri sendiri untuk memastikan

bahwa saya mengerti makna dari bacaan

tersebut

1 2 3 4 5

Page 115: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

15. Saya membaca buku-buku tambahan untuk

belajar lebih banyak tentang hal-hal yang saya

lakukan dan pelajari di sekolah

1 2 3 4 5

16. Jika saya tidak mengetahui makna dari kata

yang saya baca, maka saya akan melakukan

sesuatu untuk mencari tahu

1 2 3 4 5

17. Jika saya tidak mengerti apa yang saya baca,

saya kembali untuk membacanya lagi 1 2 3 4 5

18. Saya berbicara dengan orang-orang di luar

sekolah tentang apa yang saya pelajari di kelas. 1 2 3 4 5

Petunjuk Pengisian Skala 2

Pada pernyataan dibawah ini, anda diminta untuk memberikan jawaban atas setiap

pernyataan berkaitan dengan persepsi anda terhadap guru anda sesuai dengan

keadaan diri saat ini secara jujur dan objektif. Jawablah setiap pernyataan dengan

memberi tanda (√) pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia di

kolom sebelah kanan dari masing-masing pernyataan.

Jika jawaban anda :

Sangat Tidak Setuju, beri tanda pada kolom STS

Tidak Setuju, beri tanda pada kolom TS

Setuju, beri tanda pada kolom S

Sangat Setuju, beri tanda pada kolom SS

Contoh

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Guru peduli terhadap masalah saya √

SKALA 2

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Guru saya menyukai saya

2. Guru sangat peduli dengan saya

3. Guru mengenal saya dengan baik

Page 116: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

4. Guru tidak memahami saya

5. Guru menghabiskan waktu bersama saya

6. Guru berbicara dengan saya

7. Saya tidak dapat bergantung dengan guru pada

beberapa hal.

8. Saya tidak dapat mengandalkan guru ketika saya

membutuhkannya.

9. Setiap kali saya melakukan kesalahan, guru

mengambil tindakan yang berbeda

10. Guru terus berubah bagaimana dia bertindak

terhadap saya

11. Guru tidak memperjelas apa yang dia harapkan

dari saya di kelas.

12. Guru tidak memberi tahu saya apa yang dia

harapkan dari saya di sekolah.

13. Guru menunjukkan kepada saya bagaimana cara

memecahkan masalah untuk diri saya sendiri.

14. Jika saya tidak dapat memecahkan masalah,

guru menunjukkan cara yang berbeda untuk

dilakukan.

15. Guru memastikan saya telah mengerti sebelum

ia melanjutkan materinya.

16. Guru akan memeriksa untuk melihat apakah

saya sudah siap sebelum ia memulai topik

materi baru.

17. Guru banyak memberikan pilihan tentang

bagaimana saya mengerjakan tugas sekolah

18. Guru tidak memberi saya banyak pilihan tentang

bagaimana cara mengerjakan tugas sekolah

Page 117: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

19. Sepertinya guru selalu memberitahu saya apa

yang harus dilakukan.

20. Guru mendengarkan ide-ide saya.

21. Guru tidak mendengarkan pendapat saya

22. Guru menjelaskan tentang bagaimana saya

dapat menggunakan hal-hal yang telah saya

dapat dan pelajari di sekolah untuk kehidupan

saya

23. Guru tidak menjelaskan alasan kepada saya

tentang mengapa sekolah penting untuk

kehidupan saya.

Petunjuk Pengisian Skala 3

Silahkan baca dan pahami baik-baik dari setiap pernyataan dibawah ini. Anda

diminta untuk merespon dari setiap pernyataan berkaitan dengan seberapa besar

masing-masing pernyataan tersebut berhubungan dengan hidup anda. Jawablah

dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu dari tujuh pilihan angka yang telah

tersedia di kolom sebelah kanan. Pastikan anda tidak meninggalkan pernyataan

apapun yang belum terjawab.

Jika jawaban anda :

1-------2-------3-------4-------5-------6-------7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Contoh

No. Pernyataan Skala

1. Saya merasa sangat kompeten dalam

bidang yang saya tekuni 1 2 3 4 5 6 7

Page 118: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

SKALA 3

No. Pernyataan Skala

1. Saya merasa bahwa saya bebas

memutuskan sendiri bagaimana akan

menjalani hidup

1 2 3 4 5 6 7

2. Saya sangat menyukai orang yang

berinteraksi dengan saya 1 2 3 4 5 6 7

3. Seringkali, saya merasa tidak sangat

kompeten 1 2 3 4 5 6 7

4. Saya merasa tertekan dalam hidup 1 2 3 4 5 6 7

5. Orang yang saya kenal memberi tahu

bahwa saya pandai melakukan apa

yang saya lakukan

1 2 3 4 5 6 7

6. Saya bergaul dengan orang yang saya

kenal 1 2 3 4 5 6 7

7. Saya cukup banyak menyimpan

segala sesuatunya untuk diri sendiri

dan tidak memiliki banyak kontak

sosial

1 2 3 4 5 6 7

8. Saya biasanya merasa bebas untuk

mengekspresikan ide dan pendapat 1 2 3 4 5 6 7

9. Saya menganggap orang-orang yang

sering berinteraksi dengan saya

merupakan teman saya

1 2 3 4 5 6 7

10. Saya telah belajar keterampilan baru

yang menarik baru-baru ini 1 2 3 4 5 6 7

11. Dalam keseharian, saya sering

melakukan apa yang diperintahkan

orang lain

1 2 3 4 5 6 7

Page 119: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

12. Orang-orang dalam hidup saya peduli

pada saya 1 2 3 4 5 6 7

13. Hampir setiap hari saya merasakan

pencapaian dari apa yang saya

lakukan

1 2 3 4 5 6 7

14. Orang-orang yang berinteraksi dengan

saya setiap hari cenderung

mempertimbangkan perasaan saya

1 2 3 4 5 6 7

15. Dalam hidup, saya tidak mendapatkan

banyak kesempatan untuk

menunjukkan kemampuan saya

1 2 3 4 5 6 7

16. Tidak banyak orang yang dekat

dengan saya 1 2 3 4 5 6 7

17. Saya merasa bahwa saya bisa menjadi

diri sendiri dalam keseharian saya. 1 2 3 4 5 6 7

18. Orang-orang yang berinteraksi dengan

saya secara teratur tampaknya tidak

menyukai saya

1 2 3 4 5 6 7

19. Saya sering merasa tidak mampu 1 2 3 4 5 6 7

20. Tidak banyak kesempatan bagi saya

untuk memutuskan sendiri bagaimana

melakukan berbagai hal dalam

kehidupan sehari-hari

1 2 3 4 5 6 7

21. Orang-orang pada umumnya cukup

ramah terhadap saya 1 2 3 4 5 6 7

Page 120: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

VI. Lampiran Hasil Uji Validitas

a. School Engagement

UJI VALIDITAS KONSTRUK SCHOOL ENGAGEMENT DA NI=18 NO=257 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10

ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 PM SY FI=schoolengagement.COR MO NX=18 NK=1 LX=FR TD=SY LK SE FR TD 17 14 TD 13 12 TD 17 16 TD 16 14 TD 8 4 TD 4 3 TD 5 2 TD 15

13 TD 11 10 TD 18 16 TD 2 1 TD 15 14 TD 9 6 TD 14 6 TD 18 5 TD 10

8 TD 4 1 TD 18 10 TD 18 17 TD 15 12 TD 15 9 TD 12 5 TD 6 4 TD 15 2

TD 11 2 TD 9 8 TD 12 9 TD 7 4 TD 16 15 TD 17 15 TD 16 2 TD 3 1 TD

14 9 TD 12 2 TD 12 7 TD 17 6 TD 15 1 TD 5 1 TD 9 1 TD 5 4 TD 14 5

TD 18 4 PD OU TV SS MI

Page 121: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

b. Autonomy Support

UJI VALIDITAS KONSTRUK AUTONOMY SUPPORT

DA NI=7 NO=257 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7

PM SY FI=AS.COR

MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST

LK

AS

FR TD 5 4 TD 7 1 TD 2 1 TD 3 1 TD 6 2 TD 4 3 TD 6 3

PD

OU TV SS MI

Page 122: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

c. Involvement

UJI VALIDITAS KONSTRUK INVOLVEMENT

DA NI=8 NO=257 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8

PM SY FI=INV.COR

MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST

LK

INV

FR TD 8 7 TD 7 6 TD 7 3 TD 6 5 TD 6 4

PD

OU TV SS MI

Page 123: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

d. Structure

UJI VALIDITAS STRUKTUR

DA NI=8 NO=257 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8

PM SY FI=STR.COR

MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

STR

FR TD 8 7 TD 6 5 TD 2 1 TD 5 4 TD 5 1 TD 5 3 TD 7 6 TD 8 6 TD 7 5

PD

OU SS TV MI

Page 124: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

e. Need for Autonomy

UJI VALIDITAS KONSTRUK NEED FOR AUTONOMY

DA NI=7 NO=257 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7

PM SY FI=NFA.COR

MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST

LK

NFA

FR TD 7 2 TD 7 4 TD 6 3

PD

OU TV SS MI

Page 125: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

f. Need for Competence

UJI VALIDITAS KONSTRUK NEED FOR COMPETENCE

DA NI=6 NO=257 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6

PM SY FI=NFC.COR

MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

NFC

FR TD 3 2 TD 4 2 TD 5 2 TD 5 1

PD

OU TV SS MI

Page 126: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

g. Need for Relatedness

UJI VALIDITAS KONSTRUK NEED FOR RELATEDNESS

DA NI=8 NO=257 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8

PM SY FI=NFR.COR

MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

NFR

FR TD 4 2 TD 8 1 TD 8 5 TD 5 1 TD 4 1

PD

OU TV SS MI

Page 127: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

VII. Lampiran Hasil Analisis Data Penelitian

a. Deskripsi Statistik

b. R-Square

c. Anova/ Uji F

Page 128: PENGARUH TEACHER BEHAVIOR, KEBUTUHAN DASAR ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46215...26.5% dari teacher behavior, kebutuhan dasar psikologis, dan jenis kelamin

d. Koefisien Regresi

e. Proporsi Varians