allelomimetic behavior

21
Allelomimetic Behavior (Perilaku Meniru Sesama) I. Pengertian Allelomimetic Behavior Allelomimetic berasal dari kata allele (bahasa Yunani Kuno) artinya hubungan antar sesama individu dengan makhluk lainnya, dan memesis (bahasa Yunani Kuno) artinya meniru atau mimikri. Dalam hal ini allelomimetic berarti kecendrungan dari hewan atau makhluk hidup lain untuk meniru prilaku/tingkah laku dari hewan sejenisnya atau yang berada didekatnya. Seperti yang terlihat dalam bentuk kawanan buffalo, kawanan ikan dan burung yang terbang mengelompok di udara (Scott, 2010). Abrantes (1997) dan Salgirli (2008), menjelaskan tingkah laku meniru sesama (allelomimetic behavior) adalah tingkah laku yang cenderung berpengaruh terhadap hewan lain untuk melakukan prilaku yang sama. Beaver (1994) Salgirli (2008), menjelaskan allelomimetic behavior merupakan prilaku hewan yang mendukung terjadinya hubungan harmonis dalam suatu sekelompok hewan (group). Dia selanjutnya menjelaskan lagi tingkah laku allelomimetic behavior seperti adanya interaksi sosial meniru sesama yang terjadi dalam individu atau populasi secara alami. Allelomimetic behavior adalah perilaku imitatif atau peniru yang dimiliki oleh hewan dengan cara menirukan tingkah laku hewan yang lain, yang termasuk dalam satu spesies baik melalui proses belajar dan mengingat yang baik maupun bersifat bawaan atau naluri. Beberapa pendapat lain juga 1 |Allelomimetic Behavior

Upload: alit-biokunt

Post on 29-Nov-2015

171 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Allelomimetic Behavior

(Perilaku Meniru Sesama)

I. Pengertian Allelomimetic Behavior

Allelomimetic berasal dari kata allele (bahasa Yunani Kuno) artinya hubungan antar

sesama individu dengan makhluk lainnya, dan memesis (bahasa Yunani Kuno) artinya

meniru atau mimikri. Dalam hal ini allelomimetic berarti kecendrungan dari hewan atau

makhluk hidup lain untuk meniru prilaku/tingkah laku dari hewan sejenisnya atau yang

berada didekatnya. Seperti yang terlihat dalam bentuk kawanan buffalo, kawanan ikan dan

burung yang terbang mengelompok di udara (Scott, 2010).

Abrantes (1997) dan Salgirli (2008), menjelaskan tingkah laku meniru sesama

(allelomimetic behavior) adalah tingkah laku yang cenderung berpengaruh terhadap hewan

lain untuk melakukan prilaku yang sama. Beaver (1994) Salgirli (2008), menjelaskan

allelomimetic behavior merupakan prilaku hewan yang mendukung terjadinya hubungan

harmonis dalam suatu sekelompok hewan (group). Dia selanjutnya menjelaskan lagi tingkah

laku allelomimetic behavior seperti adanya interaksi sosial meniru sesama yang terjadi

dalam individu atau populasi secara alami.

Allelomimetic behavior adalah perilaku imitatif atau peniru yang dimiliki oleh

hewan dengan cara menirukan tingkah laku hewan yang lain, yang termasuk dalam satu

spesies baik melalui proses belajar dan mengingat yang baik maupun bersifat bawaan atau

naluri. Beberapa pendapat lain juga mengemukakan bahwa allelomimetic behavior

merupakan mekanisme prilaku psikology pada hewan untuk mau belajar dan mengajarkan

antar sesamanya atau secara sederhana dikenal dengan istilah "the copying effect".

Kebanyakan hewan seperti gajah, kuda, dan anjing cenderung mudah meniru (copying)

prilaku yang ditemukannya pada groupnya secara hirarki. Ini berarti anjing itu akan berhenti

secara natural untuk meniru prilaku kita (manusia) jika perasaannya sudah sama dengan

emosi dan sikap mereka. Biasanya anjing belajar meniru dari apa yang mereka lihat.

Allelomimetic behavior juga akan tejadi jika kontak sensory antar sesama tetap bisa

dipertahankan.

Terkait dengan perilaku sebagai akibat proses belajar, maka proses belajar sering

didefiniskan sebagai suatu upaya untuk mendapatkan informasi dari adanya interaksi, atau

perilaku yang memang telah ada pada organisme (hewan). Perilaku itu sendiri dipengaruhi

oleh factor genetik, sehingga organisme (hewan) dapat memiliki hubungan dengan individu

1 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

lain, dan juga dapat berhubungan dengan lingkungan. Perilaku adalah aktivitas suatu

organisme akibat adanya suatu stimulus.Dalam mengamati perilaku,Seringkali suatu

perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaanlahir atau innate behavior),

dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh

lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku dari berbagai hasil kajian,

diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan

lingkungan(proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan sifat. 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses belajar pada hewan menunjukkan bahwa

dengan adanya pengalaman dan latihan yang diperolehnya hewan yang bersangkutan dapat

mengubah dan menyesuaikan tingkah lakunya untuk menghadapi suatu situasi.

II. Contoh Allelomimetic Behavior

2.1. Dibawah ini merupakan contoh perilaku meniru sesama pada vertebrata adalah

sebagai berikut.

Kelas mamalia:

1. Manusia

Pada manusia merupakan contoh perilaku meniru sesama melalui proses belajar

pada vertebrata sebagai berikut. Perilaku Allelomimetic Behavior atau meniru sesama pada

vertebrata misalnya seekor anak singa baru dapat memburu dan menangkap mangsa jika

telah pernah melihat tetuanya atau singa lain memburu dan menangkap mangsa. Setelah

berumur enam bulan, anak singa itu mungkin telah dapat menangkap mangsa yang kecil-

kecil. Ini membuktikan bahwa berkat pengalaman dan latihan, strategi yang digunakan

untuk menangkap hewan buruannya.

Contoh lain lagi misalnya pada manusia, yang terkait dengan perilaku Allelomimetic

Behavior adalah kemampuan bicara pada manusia dapat berkembang dengan sempurna, jika

ada orang lain yang mengajarnya. Kata pertama yang biasa diucapkan bayi adalah ba, heh,

uuu, owh dan sampai bayi akan mengucapkan kata 'mama' atau papa' walaupun masih

terbata-bata.

2 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

.

Contoh lainnya adalah tingkah laku yang menarik pada kera Macaca funcata. Pada tahun

1950 para peneliti sengaja meletakkan umbi ketela rambat (sweet potato) di pantai di tepi

hutan. Seperti biasa, setiap kali kera tersebut keluar hutan untuk mencari makanan.Pada

suatu hari, seekor kera betina yang berumur sekitar 2 tahun (yang oleh para penliti diberi

nama imo) mngambil umbi tersebut dan mencucinya ke laut dengan cara yang khas. Salah

sau tangannya mencelupkan umbi tersebut dan tangan yang lain membersihkan dengan

caara menggosok-gosok kotoran yang melekat. Dalam waktu yang singkat, kera-kera yang

lain dalam kelompoknya meniru tingkah laku yang baru dilakukan oleh imo. Stelah 5 tahun

hamper 80% dari kira-kira yang berumur 2-7 tahun telah mempunyai kebiasaan mencuci

ketela sebelum di makan.

2. Kuda Zebra (Equus zebra)

Zebra adalah keluarga kuda. Perawakannya tidak berbeda dengan kuda pada umumnya.

Zebra sangat mudah dibedakan dari jenis kuda lainnya dari corak warna kulitnya yang

belang hitam putih. Meskipun sepintas terlihat sama, tiap zebra memiliki corak belang yang

berbeda satu sama lain. Zebra merupakan hewan social yang hidup dalam kelompok kecil

dimana kelompok permanen terdiri dari 1 pejantan dengan banyak betina dan anak-anaknya.

Salah satu manfaat berkelompok bagi zebra adalah dalam hal mempertahankan diri musuh

atau predator seperti singa, hyena dan cheetah. Predator akan muncul ketika zebra sedang

bergerak dan mencari makan di padang rumput dan zebra selalu berdampingan dengan

wildebeest , dimana interaksi yang dilakukan kedua hewan ini adalah saling memberi

peringatan atau signal datangnya ancaman, selain itu dengan corak warna tubuh yang

berbelang-belang dengan arah yang tidak beraturan , saat zebra dikejar oleh predator, maka

corak garis-garis tak beraturan itu akan membingungkan pemangsa untuk menentukan

sasaran yang mana yang akan dimangsanya, selain itu cara bertahan dari musuh pada zebra

3 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

Gambar 1. Perilaku meniru berbicara pada bayi

adalah dengan cara menendang-nendang dengan kaki belakang dan menggigit. Sedangkan

ketika betina melindungi anak dari serangan predator yaitu dengan merapatkan diri pada

anak-anaknya. Kawanan zebra juga diserang oleh buaya , dimana ketika zebra menyebrangi

sungai dan tidak jarang 1 dari kawanan akan menjadi korban predator.

3. Banteng (Bos sondaicus)

Banteng (Bos sondaicus) ini merupakan salah satu hewan berkelompok yang liar yang

menyukai topografi yang rata atau sedikit bergelombang, dengan hutan yang tidak begitu

lebat dan lapangan terbuka yang berumput atau berumpun bambu. Banteng (Bos sondaicus)

pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna coklat kemerahan dan bagian ventral berwarna

coklat. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pelvis.

Banteng (Bos sondaicus) mempunyai bentuk dan ukuran mirip sapi peliharaan. Beberapa

ciri yang membedakan yaitu antara lain warna mantel rambut yang betina selalu coklat

kemerahan dan jantan dewasa berwarna hitam, baik jantan dan betina terdapat warna

rambut putih pada pantat dan kaki bagian bawah. Banteng jantan mempunyai baga dan

tanduk selalu menghadap ke depan yang digunakan sebagai alat pelindung. Ukuran tubuh

panjang 108-200 cm, tinggi pundak 130-170 cm dengan berat tubuh 500-900 kg. Ciri lain

yang dimiliki satwa ini tubuh bagian depan lebih tinggi dari bagian belakang sehingga

nampak gagah. Banteng (Bos sondaicus) hidup di dalam kelompok besar 10-30 ekor,

mencari makan pada pagi dan sore hari. Dengan merumput, berkubang, menjelajah dan

4 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

Gambar 2. Sekelompok zebra mempertahankan diri dari predator

istirahat selalu dilakukan secara berurutan. Biasanya dalam aktivitas mencari makanlah

Banteng mungkin menemui ancaman dari predator. Jika kelompok Banteng terancam

bahaya maka seluruh anggota kelompok mengawasi bersamaan pada datangnya bahaya dan

tidak segan-segan akan menghadapi dengan gagah berani, namun tak jarang juga banteng

termangsa oleh pemangsanya. Selain hidup berkelompok akan menguntungkan individu

dari acaman predator, tetapi juga mempermudah dalam melestarikan jenisnya, yaitu dengan

keberadaannya dalam kelompok akan mempermudah dalam berkembangbiak.

Kelas Aves

1. Burung Gereja (Passer montanus)

Bentuk perilaku meniru sesama pada aves adalah burung gereja (Passer montanus ).

Dalam hidup berkelompok, hewan dapat meningkatkan upaya untuk menghindari predator

dengan membuat pertahanan kelompok yang lebih efektif dibandingkan dengan pertahanan

individu tunggal dan saat mencari makan lebih terasa aman. Burung ini hidup secara

berkelompok di sekitar rumah, gedung, dan berbagai macam habitat, reaksi yang dilakukan

adalah menghindar dari ancaram yang disebut dengan anti-predator, yaitu suatu bentuk

kewaspadaan dari prey (mangsa) terhadap gangguan yang ditimbulkan dari luar (predator).

Reaksi anti predator yang dapat diamati pada beberapa perilaku burung gereja ( Passer

montanus ) diantaranya ketika burung menengok ke kanan dan ke kiri serta pergi menjauh

ketika merasakan ancaman. Perilaku tersebut dapat dijadikan indikator dalam mengamati

tingkat kewaspadaan pada burung dalam menghadapi pemangsanya.

5 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

Gambar 3. Sekelompok banteng

Semakin sering burung menengok ke kanan dan ke kiri, semakin tinggi tingkat

kewaspadaannya. Dalam keadaan aman burung lebih banyak mematuk karena lebih merasa

terlindungi terutama yang berarda di lokasi sentral daripada yang di ujung / perifer. Satu

lagi perilaku anti predator pada burung adalah adanya ketika burung akan terbang menjauh

apabila predator (dalam hal ini manusia) memasuki jarak yang menurut mereka

membahayakan. Taktik ini merupakan taktik dasar yang umum digunakan oleh prey untuk

menghindari predator.

Kelas Pisces

1. Ikan Sarden ( Sardinella sp.)

Ikan berenang secara berkelompok, hal ini jelas merupakan suatu bentuk organisasi

sosial. Biasanya individu dalam suatu kelompok ikanterdiri atas satu spesies, memiliki

ukuran yang hampir sama, tidak memiliki pemimpin, serta semua individu melakukan

aktivitas sama dalam waktu yang sama pula.Pitcher dalam Bone, dkk. (1995) menjelaskan

bahwa perilaku sosialikan terdiri atas perilaku “school” dan “shoal”. Istilah school

untukmendeskripsikan kelompok ikan yang berenang bersama-sama dengan kecepatan

sama, berorientasi pararel, dan memiliki jarak terdekat antar ikan yang konstan.

Dalam hal ini, terbentuknya school tersebut karena adanya respon sosial yang positif

antara individu yang satu dengan yang lain, bukan karena sama-sama merespon suatu faktor

lingkungan. Adapun perilaku “shoal” merupakan kelompok sosial ikan yang melakukan

orientasi secara acak dan memilikivariasi jarak terdekat antar ikan. Schooling sebernanya

merupakan suatu fenomena ikan untuk berkumpul dan bergerak seirama dalam jumlah yang

6 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

Gambar 4. Sekelompok burung gereja sedang mencari makan

besar di lautan. Tingkah laku ini merupakan tingkah laku yang umum pada hampir semua

jenis ikan. Ikan shooling telah diidentifikasi hampir 80% dari total jumlah ikan yang telah

diketahui sebanyak 20.000 spesies di seluruh dunia. seperti cod, tuna, mackerel,sarden dan

lainnya. Menurut Pitcher (1993), ikan memperoleh banyak manfaat dari perilaku shoaling

termasuk pertahanan terhadap predator (melalui deteksi pemangsa yang lebih baik dan

dengan menipiskan kemungkinan penangkapan individu), meningkatkan keberhasilan

mencari makan, dan keberhasilan yang lebih tinggi dalam mencari pasangan. Menurut

Pitcher, TJ & Parrish, JK., (1993), schooling memiliki manfaat pada kawanan ikan untuk

peningkatan efisiensi hidrodinamik antar anggotanya. Beberapa spesies ikan dalam

schooling mengeluarkan "lendir" yang membantu untuk mengurangi gesekan air ke tubuh

mereka. Ikan juga melakukan suatu pola gerakan ekor yang "bolak-balik" sehingga dari

ekor mereka menghasilkan arus kecil yang disebut "pusaran". Setiap individu, dapat

menggunakan pusaran kecil dari anggota ikan yang lain untuk membantu dalam

mengurangi gesekan air pada tubuhnya sendiri. Sehingga, selain terjadi peningkatan

efisiensi hidrodinamik, schooling juga bermanfaat untuk penghematan energi. Keuntungan

lain dari schooling adalah faktor keamanan terhadap predator. Schooling memberikan kesan

jumlah anggota yang sangat banyak dalam wilayah yang luas. Kesan tersebut

membingungkan predator untuk memangsa anggota kelompok. Selain itu, terdapat konsep

"keamanan dalam jumlah”. Predator yang potensial seperti ikan yang sedang masuk masa

pemijahan memerlukan energy yang besar sehingga aktif berburu. Mekanisme schooling ini

membuat ikan-ikan predator menjadi bingung dalam menentukan targer berburunya. Selain

itu pergerakan ikan dalam jumlah yang besar dan formasi yang unik seperti ikan yang lebih

besar juga menjadi ancaman bagi predator itu sendiri yang memberikan kesan menakutkan.

Banyaknya ikan yang schooling memungkinkan spesies untuk bersembunyi antara satu

dengan yang lain dalam gerombolan yang besar, sehingga membingungkan pemangsa

karena perubahan bentuk dan warna selama berenang karena Ikan dalam formasi schooling

merespon dengan cepat pola perubahan arah dan tingkat kecepatan ikan-ikan lain dalam

formasi tersebut. Tidak ada komando terpusat dalam perubahan pola gerak dan bentuk,

Menurut Prentice (2000), ketika ikan berenang dalam kelompok, pengaturan tingkah laku

ikan dilakukan oleh sistem penglihatan dan oleh sistem gurat sisi. Pada gurat sisi terdapat

garis sel neuromast khusus yang tersusun di kedua sisi badan ikan yang disebut dengan

“acoustico-lateralis”. Kedua garis lateral tersebut sangat peka terhadap gerakan dan

perpindahan air ketika ikan berenang dekat dengan anggota kelompok yang lain. Hal

7 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

tersebut yang membantu menjaga ikan rapi, dalam pola teratur. Beberapa ikan tidak

memiliki garis lateral, atau sel sensitif, dengan demikian bergantung pada penglihatan

mereka. Namun pada ikan yang tidak mengembangkan sistem penglihatan, garis lateral

sangat berperan penting dalam schooling.

Kelas Amphibi

1. Katak (Rana sp)

Katak amfibi dalam urutan Anura (berarti "berekor", dari bahasa Yunani an-, tanpa +

Oura, ekor), sebelumnya disebut sebagai Salientia (Latin salere (salio), "melompat").

Cirinya ditandai dengan tubuh pendek, angka berselaput (jari tangan atau kaki), mata

menonjol, lidah bifida dan tidak adanya ekor. Katak secara luas dikenal sebagai pelompat 8 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

Gambar 5. Ikan sarden diserang oleh pemangsa

Gambar 6. Schooling fish membentuk formasi ikan besar

luar biasa, dan banyak karakteristik anatomi katak, terutama mereka yang panjang, kaki

yang kuat, adalah adaptasi untuk meningkatkan kinerja melompat. Untuk berkomunikasi,

Panggilan katak unik untuk jenisnya. Katak sebut dengan melewatkan udara melalui laring

di tenggorokan. Dalam katak memanggil paling, suara akan diperkuat oleh satu atau lebih

kantung vokal, membran kulit di bawah tenggorokan atau di sudut mulut yang gembung

selama amplifikasi panggilan. Beberapa panggilan katak begitu keras, mereka dapat

terdengar hingga satu mil jauhnya. Bidang neuroethology mempelajari neurocircuitry yang

mendasari audisi katak. Beberapa katak tidak memiliki kantung vokal, seperti yang dari

Heleioporus marga dan Neobatrachus, tetapi spesies ini masih dapat menghasilkan

panggilan keras. Rongga bukal mereka adalah membesar dan berbentuk kubah, bertindak

sebagai ruang resonansi yang menguatkan panggilan mereka. Spesies katak tanpa kantung

vokal dan yang tidak memiliki panggilan keras cenderung menghuni kawasan yang dekat

dengan air yang mengalir. Suara air mengalir mengalahkan panggilan apapun, sehingga

mereka harus berkomunikasi dengan cara lain. Sebuah panggilan darurat, yang dipancarkan

oleh beberapa katak ketika mereka berada dalam bahaya, diproduksi dengan mulut terbuka,

sehingga panggilan bernada tinggi. Efektivitas panggilan tidak diketahui, namun diduga

intrik-intrik panggilan predator sampai hewan lain tertarik, mereka cukup mengganggu

untuk melarikan diri tersebut. Namun jika ada pasangan katak di daerah tertentu sementara

membuat panggilan beberapa yang satu sama lain, mungkin menarik predator itu sendiri

karena kebisingan. Ketika salah satu dari mereka tiba-tiba tahu keberadaan predator, itu

akan membuat panggilan pendek tinggi tune dan kemudian diam, katak lain akan menyadari

kondisi di daerah bahwa ada predator mendekat, mereka akan diam untuk menghindari

predator tahu lokasi mereka, komunikasi akan berakhir tiba-tiba dan lanjutkan dengan

semianya diam.

9 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o rGambar 7. Katak ketika berkomunikasi dengan suara yang khas yang menandakan isyarat

Kelas Reptil

1. Buaya ( Crocodylus sp)

Buaya adalah salah satu reptile yang dari jaman dinosaurus hingga sekarang masih

populer. Tidak seperti reptil lainnya, buaya memiliki korteks otak, hati empat ruangan, dan

sepadan untuk diafragma, dengan menggabungkan otot digunakan untuk bergerak ke

perairan respirasi , morfologi eksternal Its, di sisi lain, adalah tanda air dan gaya hidup

predator. Sebuah ciri fisik buaya memungkinkan untuk menjadi predator yang sukses.

Tubuh ramping Itu memungkinkan untuk berenang cepat. Hal ini juga melipat kakinya ke

samping saat berenang, yang membuatnya lebih cepat dengan mengurangi tahan air. Kaki

berselaput, meskipun tidak digunakan untuk mendorong hewan melalui air, memungkinkan

untuk membuat tikungan cepat dan gerakan tiba-tiba di dalam air atau memulai berenang.

Kaki berselaput ini keuntungan dalam air dangkal di mana hewan kadang-kadang bergerak

di sekitar dengan berjalan kaki. Sebuah buaya dewasa dengan kuat membangun, dan

berpengalaman, bisa mengambil dengan mudah zebra. Apa kebutuhan buaya hanya

kesabaran untuk menunggu sampai mangsanya masuk ke titik di mana ia dapat ditangkap.

Meskipun kemampuan ini mereka punya, jika mereka menemukan mangsa yang cukup

berbahaya untuk menyerang oleh individual, kerbau tersebut, mereka evantually akan

mendapat masalah besar dengan berburu. Untuk membuat perburuan menjadi efektif,

mereka berburu dalam kelompok, mereka tinggal di sungai sampai ada sekelompok kerbau

melewati sungai. Ketika buaya menargetkan kerbau, dan kemudian menyerang, serangan

pertama disebut relawan dan serangan itu akan membuat panik dalam kelompok kerbau, ini

situasi panik menjadi keuntungan bagi buaya lain untuk melancarkan serangan mereka

sendiri dengan kerbau lainnya. Ini koordinasi dalam berburu dapat diklasifikasikan dengan

perilaku allelomimetic, dengan yang lain mengikuti orang yang mulai pindah.

Gambar 8. Buaya memakan mangsanya

10 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

2.2. Dibawah ini merupakan contoh perilaku meniru sesama pada invertebrata adalah

sebagai berikut.

Kelas Insekta

1. Semut

Semua spesies semut menunjukkan derjatnya pada dalam organisasi kehidupan

sosialnya. Banyak spesies membangun sarangnya dengan cara menggali trowongan atau

lubang pada tanah, sering membentuk puncak atau berbukit pasir atau reruntuhan puing

bangunan. Sarang semut bisa dibangun mencapai ketinggian 1,5 meter. Spesies lain ada

yang membangun sarangnya pada batang kayu yang sudah mati dan hidup pada jaringan

kayu tersebut. Ada juga yang membangun sarangnya pada ranting atau disela-sela bebatuan.

Disamping itu dapat sarang semut dijumpai dalam dedaunan yang telah digabungkan

sedemikian rupa hingga terbentuk suatu gulungan besar pada pepohonan.

Koloni pada semut dapat mencapai dari ratusan atau bahkan jutaan lebih individu.

Khusus pada semut mereka terdiri dari 3 kasta : Ratu (fertil female) bersayap, semut pekerja

(infertile females, or workers) tanpa sayap dan semut jantan bersayap (winged males).

Namun sebagian besar dari koloni mereka adalah semut pekerja. Dalam beberapa koloni

semut pekerja dapat berperan menjadi prajurit atau anggota dan pemimpin.

Gambar 9. Sarang Semut

Dengan organisasi yang telah dimilikinya, para semut pekerja mempunyai prilaku

kerjasama teamwork yang baik untuk bekerja secara bersama-sama baik dalam membangun

sarang, mencari makan, atau menghadapi predator. Semut pekerja (slave) pada koloni itu

bertugas untuk membangun sarang dan menjaga larva. Saat ratu bertelur, para semut pekerja

akan membawa telur dan mengangkutnya ke dalam sarang dan melindunginya. Dalam

perjalanannya semut pekerja ini dituntun oleh seekor pemimpin pasukan (slave driver).

11 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

Diluar sarang terdapat juga semut penjaga (soldier), mereka bertugas melindungi koloni

secara bersama, jika ada penyerbu menyerang koloni, para soldiers ini akan berkumpul dan

membentuk koloni disekitar sarang dan kemudian melakukan proteksi serta para semut

pekerja juga terlibat didalamnya untuk melakukan penyerbuan dan pertahanan terhadap

koloni mereka.

2. Lebah Madu

Lebah adalah serangga (insecta) yang dapat terbang dan hidup berkoloni seperti semut

dengan alat sengatannya yang berada pada bagian abdomen belakang. Lebah membantu

tanaman dalam proses penyerbukan pada bunga, dan dari penyerbukan itu mereka akan

mengisap madu untuk selanjutnya digunakan dalam produksi madu dan beeswax pada

sarangnya. Lebah dari superfamily Apoidea, mereka dapat berjumlah kurang lebih 20,000

species yang habitatnya terletak pada daerah yang terdapat banyak tanaman berbunga, dan

juga berperan sebagai insect-pollinated.

Gambar 10. Lebah Madu

Untuk dapat membuat sarang dengan madu, lebah harus mencari nektar dan mencari

cairan manis tersebut pada bunga. Suatu studi penelitian disampaikan bahwa untuk

memproduksi satu pon madu diperlukan lebah mengunjungi kira-kira 1 juta bunga.

Ketika salah satu lebah menemukan sumber yang menarik, mereka kemudian masuk

kedalam sarangnya dan memberitahu lebaah yang lain dimana lokasi tersebut dengan

menggunakan tarian tertentu.

Lebah penuntun (bee guide) memulai melakukan tarian didalam sarangnya dengan

mengetarkan bagian tubuhnya. Sulit dipercaya, namun gerakan dari tarian ini dapat

menuntun lebah lain untuk mencari nektar pada lokasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Lebah penuntun menunjukkan arah sumber makanan dengan matahari sebagai pusat garis

arah (line direction). Setiap empat menit atau setiap bergesernya arah matahari, maka lebah

penuntun akan melakukan tariannya lagi untuk memberi tahu tempat makanan tersebut.

12 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

Lebah penuntun tidak hanya menunjukkan arah dari sumber makanan, tetapi jugaa jarak

dan tempat dari sumber tersebut. Lamanya waktu dan banyaknya getaran yang diberikan

kepada lebah lainnya menunjukkan tentang akuransi jarak. Satu lebah dan lebah lainnya

mengikuti intruksi dari lebah penuntun dan kemudian menginformasikan kepada lebah

lainnya melalui mimik dari gerakan tertentu untuk membagi informasi tersebut.

Gambar 11. Arah Terbang Lebah

13 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r

Daftar Pustaka

Anonim.2010. Schooling pada Ikan. Dalam http://lyavita.blogspot.com. (diakses tanggal 21

Mei 2013)

Anonim.2012.Zebra, Kuda Belang dari Afrika. Dalam http://olvista.com. (diakses tanggal

21 Mei 2013)

Anonim.2012.Zebra, Si Kuda Belang dari Padang Rumput Afrika. Dalam http://republik-

tawon.blogspot.com. (diakses tanggal 21 Mei 2013)

Fajrin D, Yan. 2008. Ilmu Tingkah Laku Ternak. Dalam http://fajrinyan.wordpress.com.

(diakses tanggal 21 Mei 2013)

Khairatun Nisa,Siti.2007.Pengamatan Anti Predator pada Passer montanus. Dalam

http://khairatunnissaa.blogspot.com. (diakses tanggal 21 Mei 2013)

Mevia.2011. Aves. Dalam http://meviablogs.blogspot.com. (diakses tanggal 21 Mei 2013)

Epps, Stephanie. 2002. The Social Behaviour of Beef Catle. Department of Animal Science

Texas A&M University. Texas.

Nugroho, Rova Synvaa.2011. Etologi (Perilaku). Dalam

http://www.biologipunyarova.wordpress.com [Diakses pada tanggal 25

Maret 2013]

Nasti, Muhammad. 2012. Etologi Perilaku.Dalam http://www.asecretmemoar.blogspot.com

[ Diakses pada tanggal 25 Maret 2013]

Salgirli, Yasemin. 2008. Comparison of Stress and Learning Effects of Three

DifferentTraining Methods. Institut für Tierschutz und Verhalten. Hannouver

Scott, Lloyd. 2010. How do large swarms of birds fly in looping and dipping patterns and

stay in complete harmony?.

Syahzili, Araz.2011.Fish Schooling (Ikan Schooling). Dalam http://akuakultur.blogspot.com

(diakses tanggal 21 Mei 2013)

14 |A l l e l o m i m e t i c B e h a v i o r