cognitive behavior therapy 1

22

Click here to load reader

Upload: nrubra

Post on 29-Jun-2015

1.024 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cognitive behavior  therapy 1

Kognitif/Pikiran

Aksi

Situasi

Perasaan(fisik dan emosional)

Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Teknik pelaksanaan CBT dilakukan dengan melihat klien berdasarkan

situasi, masalah, kejadian atau situasi yang sulit.

Asumsi yang mendasari terapi kognitif:

a. Persepsi dan pengalaman pada umumnya adalah proses aktif yang

melibatkan data inspektif dan introspektif

b. Kognisi pasien merupakan suatu sintesis stimuli internal dan eksternal

c. Bagaimana orang menghargai situasi biasanya terlihat dalam kognisi

mereka (pikiran dan citra visual).

d. Kognisi tersebut mempengaruhi alur dan kesadaran mereka atau lapangan

fenomena, yang mencerminkan konfigurasi mereka sendiri, dunia mereka,

dan masa lalu serta masa depan mereka.

e. Perubahan isi struktur kognitif dasar mereka mempengaruhi keadaan

efektif dan pola perilaku mereka.

f. Melalui terapi psikologis, pasien dapat menyadari penyimpangan kognitif

mereka.

Terapi perilaku kognitif didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia

secara resiprok dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan, proses fisiologis, serta

konsekuensinya pada perilaku. Sebelum seseorang bertindak, didahului dengan

adanya proses berpikir, sehingga bila ingin mengubah suatu perilaku yang tidak

1

Page 2: Cognitive behavior  therapy 1

adaptif, tidak hanya sekedar mengubah perilakunya saja, namun juga menyangkut

aspek kognitifnya.

Terapi perilaku-kognitif merupakan bentuk terapi yang ingin melihat

bahwa individu tidak hanya dipahami melalui perilaku yang tampak saja, namun

dibalik tingkah laku yang tampak terdapat proses internal yang sebenarnya

merupakan hasil pemikiran kognisi.

Dalam pelaksanaannya, terapi perilaku-kognitif menekankan pada

pemahaman terhadap aspek pengalaman kognisi yang berbeda-beda misalnya

kepercayaan, harapan, imajinasi, pemecahan masalah, disamping mempelajari

ketrampilan teknik perilaku.

Adapun asumsi yang mendasari modifikasi perilaku kognitif adalah:

1. Kognisi yang tidak adaptif mengarah pada pembentukan tingkah laku yang

tidak adaptif pula.

2. Peningkatan diri yang adaptif dapat ditempuh melalui peningkatan

pemikiran yang positif.

3. Klien dapat mempelajari peningkatan pemikiran mengenai sikap, pikiran,

dan tingkah laku.

Jadi, dari penjelasan di atas, secara singkat modifikasi perilaku-kognitif

dapat diartikan sebagai suatu teknik yang secara simultan berusaha memperkuat

timbulnya perilaku adaptif dan memperlemah timbulnya perilaku yang tidak

adaptif melalui pemahaman proses internal yaitu aspek kognisi tentang pikiran

yang kurang rasional dan upaya pelatihan ketrampilan coping yang sesuai.

Prinsip-prinsip Terapi Perilaku- Kognitif (CBT/TPK)

Sebelum proses terapi dimulai, terapis perlu terlebih dahulu menjelaskan

susunan terapi kepada subjek, yang meliputi penjelasan tentang sudut pandang

teori modifikasi perilaku dan teori terapi kognitif terhadap perilaku yang tidak

adaptif, prinsip yang melandasi prosedur modifikasi perilaku kognitif, dan tentang

langkah-langkah didalam terapi. Penjelasan ini penting perannya untuk

2

Page 3: Cognitive behavior  therapy 1

meningkatkan motivasi individu dan menjalin kerjasama yang baik. Perlu pula

dijelaskan bahwa fungsi terapis hanyalah sebagai fasilitator timbulnya perilaku

yang dikehendaki, dan individu yang berperan aktif dalam proses terapi. Oleh

karena itu individu harus benar-benar terampil menggunakan prinsip-prinsip

terapi kognitif dan modifikasi perilaku dengan masalah yang dialaminya, dan

peran terapis penting dalam mengajak individu memahami perasaannya dan

teknik terapi yang efektif untuk terjadinya perubahan perilaku yang dikehendaki.

Terkait dengan perlunya pemahaman tentang prinsip-prinsip CBT,

Meichenbaum mengemukakan 10 hal yang harus diperhatikan seorang terapis

dalam penggunaan CBT, yaitu:

1. Terapis perlu memahami bahwa perilaku klien ditentukan oleh pikiran,

perasaan, proses fisiologis, dan akibat yang dialaminya. Terapis dapat

memasuki sistem interaksi dengan memfokuskan pada pikiran, perasaan,

proses fisiologis, dan perilaku yang dihasilkan klien.

2. Proses kognitif sebenarnya tidak menyebabkan kesulitan emosional,

namun yang menyebabkan kesulitan emosional adalah karena proses

kognitif itu sendiri merupakan proses interaksi yang kompleks. Bagian

penting dari proses kognisi adalah meta-kognisi yaitu klien berusaha untuk

memberi komentar secara internal pada pola pemikiran dan perilakunya

saat itu. Struktur kognisi yang dibuat individu untuk mengorganisasi

pengalaman adalah personal skema. Terapis perlu memahami personal

schema yang digunakan oleh klien untuk lebih mamahami masalah yang

dialami klien. Perubahan personal skema yang tidak efektif adalah bagian

yang penting dari terapi.

3. Tugas penting dari seorang terapis adalah menolong klien untuk

memahami cara klien membentuk dan menafsirkan realitas.

4. Modifikasi perilaku-kognitif memahami persoalan dengan pendekatan

psikoterapi yang diambil dari sisi rasional atau objektif.

5. Modifikasi perilaku-kognitif ditekankan pada penjabaran serta penemuan

proses pemahaman pengalaman klien.

3

Page 4: Cognitive behavior  therapy 1

6. Dimensi yang cukup penting adalah untuk mencegah kekambuhan

kembali.

7. Modifikasi perilaku-kognitif melihat bahwa hubungan baik yang dibangun

antara klien dan terapis merupakan sesuatu yang penting dalam proses

perubahan klien.

8. Emosi memainkan peran yang penting dalam terapi, untuk itu klien perlu

dibawa ke dalam suasana terapi yang mengungkap pengalaman emosi.

9. Terapis perlu menjalin kerjasama dengan pihak keluarga ataupun pasangan

klien.

10. Modifikasi perilaku-kognitif dapat diperluas sebagai proses pencegahan

timbulnya perilaku maladaptif.

Pengukuran Dalam Modifikasi Perilaku-Kognitif

Pengukuran merupakan hal yang penting dalam modifikasi perilaku-

kognitif. Pengukuran yang cermat perlu dilakukan sebelum, selama, dan setelah

terapi. Melalui pengukuran akan diperoleh data yang berguna untuk melakukan

identifikasi, klasifikasi, prediksi, spesifikasi, dan evaluasi.

Terapis perlu mengidentifikasi faktor-faktor pada subjek yang dapat

menjadi penghambat ataupun pendorong timbulnya perilaku subjek, aspek

biologis, dan anatomis. Setelah informasi diperoleh, terapis dapat melakukan

klasifikasi perilaku yang tidak adaptif, dan perilaku yang adaptif. Prediksi yang

dilakukan terutama terkait dengan kontrol yang bersifat terapeutik untuk

munculnya perilaku adaptif. Langkah selanjutnya adalah menentukan teknik serta

tujuan yang ingin dicapai. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

efek pelatihan berpengaruh terhadap subjek.

Macam-macam Modifikasi Perilaku-Kognitif

1. Teknik relaksasi. Teknik ini dilakukan berdasar pada asumsi bahwa

individu dapat secara sadar untuk belajar merilekskan otot-ototnya sesuai

dengan keinginannya melalui suatu cara yang sistematis. Diharapkan klien

belajar menyadari ketegangannya dengan menegangkan otot-ototnya dan

4

Page 5: Cognitive behavior  therapy 1

berusaha untuk sedapat mungkin mengurang dan menghilangkan

ketegangan otot tersebut. Selain itu dilatihkan pula teknik differential

relaxation yang mengajarkan kepada subjek ketrampilan untuk

merilekskan otot-otot yang tidak mendukung aktivitas yang dilakukan,

karena dalam keadaan cemas seluruh otot cenderung tegang, walau otot

tersebut kurang berperan dalam aktivitas tertentu.

2. Teknik pemantauan diri. Teknik ini berfungsi sebagai alat pengumpul data

sekaligus berfungsi terapeutik. Dasar pemikiran teknik ini adalah

pemantauan diri terkait dengan evaluasi diri dan pengukuhan diri. Klien

memantau dan mencatat perilakunya sendiri, sehingga lebih menyadari

perilakunya setiap saat.

Beberapa langkah dalam teknik pemantauan diri adalah sebagai berikut:

(a) mendiskusikan dengan klien tentang pentingnya subjek memantau dan

mencatat perilakunya secara teliti, (b) klien dan terapis secara bersama-sama

menentukan jenis perilaku yang hendak dipantau, (c) mendiskusikan saat-saat

pemantauan dilaksanakan, (d) terapis menunjukkan pada klien cara mencatat data,

(e) role play.

Penyimpangan proses kognitif juga disebut dengan distorsi kognitif.

Reaksi emosional tidak menyenangkan yang dialami individu dapat digunakan

sebagai tanda bahwa apa yang dipikirkan mengenai dirinya sendiri mungkin tidak

rasional, untuk selanjutnya individu belajar membangun pikiran yang objektif

dan rasional terhadap peristiwa yang dialami.

Distorsi kognitif yang dapat dialami oleh individu terdiri dari

penyimpangan pemikiran-pemikiran dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Pemikiran "Segalanva atau Tidak Sama Sekali". Pemikiran ini menunjuk

pada kecenderungan individu untuk mengevaluasi kualitas pribadi diri

sendiri dalam kategori 'hitam atau putih' secara ekstrim. Pemikiran 'bila

saya tidak begini maka saya bukan apa-apa sama sekali" merupakan dasar

dari perfeksionisme yang menuntut kesempumaan. Pemikiran ini

5

Page 6: Cognitive behavior  therapy 1

menyebabkan individu takut terhadap kesalahan atau ketidaksempurnaan

apapun, sehingga untuk selanjutnya individu akan memandang dirinya

sebagai pribadi yang kalah total, dan individu akan merasa tidak berdaya.

2. Terlalu Menggeneralisasi. Individu yang melakukan pemikiran terlalu

menggeneralisasi terhadap peristiwa yang dihadapinya maka individu

tersebut menyimpulkan bahwa satu hal yang pernah terjadi pada dirinya

akan terjadi lagi berulang kali, karena apa yang pernah terjadi sangat tidak

menyenangkan, maka individu selalu senantiasa merasa terganggu dan

sedih.

3. Filter Mental. Pemikiran ini menunjuk kecenderungan individu untuk

mengambil suatu hal negatif dalam situasi tertentu, terus memikirkannya,

dan dengan demikian individu tersebut mempersepsikan seluruh situasi

sebagai hal yang negatif. Dalam hal ini individu yang bersangkutan tidak

menyadari adanya "proses penyaringan", maka individu lalu

menyimpulkan bahwa segalanya selalu negatif. Istilah teknis untuk proses

ini ialah "abstraksi selektif'.

4. Mendiskualifikasikan Yang Positif. Suatu pemikiran yang dilakukan oleh

individu yang tidak hanya sekedar mengabaikan pengalaman-pengalaman

yang positif, tetapi juga mengubah semua pengalaman yang dialaminya

menjadi hal yang negatif.

5. Loncatan ke Kesimpulan. Individu melakukan pemikiran meloncat ke

suatu kesimpulan negatif yang tidak didukung oleh fakta dari situasi yang

ada. Dua jenis distorsi kognitifini adalah "membaca pikiran" dan

"kesalahan peramal". Membaca pikiran yaitu individu berasumsi bahwa

orang lain sedang memandang rendah dirinya, dan individu tersebut yakin

akan hal ini sehingga dirinya sama sekali tidak berminat untuk mengecek

kembali kebenarannya. Kesalahan peramal yaitu kecenderungan individu

untuk membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi, dan individu

tersebut menganggap pemikirannya sebagai suatu fakta walaupun sama

sekali tidak realistis.

6

Page 7: Cognitive behavior  therapy 1

6. Pembesaran dan Pengecilan. Individu memiliki kecenderungan untuk

memperbesar atau memperkecil hal-hal yang dialaminya di luar

proporsinya. Pembesaran yaitu individu akan melebih-lebihkan kesalahan,

ketakutan, atau ketidaksempurnaan dirinya. Pengecilan yaitu individu akan

mengecilkan nilai dari kemampuan dirinya sehingga kemampuan yang

dimilikinya tampak menjadi kecil dan tidak berarti. Jika individu

membesar-besarkan ketidaksempurnaan dirinya serta memperkecil

kemampuannya, maka individu akan merasa dirinya rendah dan tidak

berarti.

7. Penalaran Emosional. Individu menggunakan emosinya sebagai bukti

untuk kebenaran yang dikehendakinya. Penalaran emosional akan

menyesatkan sebab perasaan individulah yang menjadi cermin pemikiran

serta keyakinannya, bukan kondisi yang sebenarnya.

8. Pernyataan "Harus". Individu mencoba memotivasi diri sendiri dengan

mengatakan "Saya harus melakukan pekerjaan ini". Pernyataan tersebut

menyebabkan individu merasa tertekan, sehingga menjadi tidak

termotivasi. Bila individu menunjukkan pernyataan "harus" kepada orang

lain, maka individu akan mudah frustasi ketika mengalami kenyataan yang

tidak sesuai dengan harapannya.

9. Memberi Cap dan Salah Memberi Cap. Memberi cap pribadi berarti

menciptakan gambaran diri yang negatif yang didasarkan pada kesalahan

individu. Ini mernpakan bentuk ekstrim dari terlalu menggeneralisasi.

Pemikiran dibalik distorsi kognitif ini adalah nilai individu terletak pada

kesalahan yang dibuatnya, bukan pada kelebihan potensi dirinya. Salah

memberi cap berarti menciptakan gambaran negatif didasarkan emosi yang

dialami saat itu.

10. Personalisasi. Individu merasa bertanggung jawab atas peristiwa negatif

yang terjadi, walaupun sebenarnya peristiwa bukan merupakan kesalahan

dirinya. Jadi, individu memandang dirinya sebagai penyebab dari suatu

peristiwa yang negatif, yang dalam kenyataan sebenarnya bukan individu

yang harus bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut.

7

Page 8: Cognitive behavior  therapy 1

CBT merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang bertujuan untuk

membantu klien menjadi lebih sehat dalam pikiran dengan mengubah bagaimana

cara klien berpikir (kognitif). CBT ini bertujuan untuk mengoreksi konstruksi

disfungsional kognisi yang salah, sehingga dapat menyebabkan perbaikan klinis

dalam emosi dan aksi perilaku ketika menghadapi suatu masalah.

Terapi ini lebih menanamkan dan menguatkan nilai-nilai pikiran dan

wujud pikir yang positif dalam menghadapi suatu masalah. Terapis bekerjasama

dengan pasien untuk mengidentifikasi dan mengoreksi salah persepsi dan perilaku

yang salah. Terapi ini berfokus pada masalah atau kesulitan saat ini dan sekarang

yang diharapkan dapat tertanam dalam diri klien ketika menghadapi suatu situasi

yang sama ataupun situasi sulit lainnya dimasa mendatang. CBT tidak

memfokuskan pada kasus yang menyebabkan klien distress atau bergejala dimasa

lampau, tetapi lebih mencari jalan untuk menarik keadaan pikiran klien yang

menetap sekarang.

CBT berbicara tentang :

a. Bagaimana kamu berpikir tentang dirimu sendiri, dunia dan orang lain

b. Apa yang kamu lakukan atas pikiran atau perasaan itu

Hubungan kognisi, emosi, dan perilaku

a. Cara seseorang menginterprestasikan pengalaman hidupnya dalam

kesehariannya menentukan bagaimana perasaannya dari hari ke hari.

b. Orang yang sedang mengalami distres emosional, cenderung

menginterprestasikan pengalamannya dalam bentuk disfungsi dan distorsi;

hal ini akan menjadi keyakinan inti dari orang tersebut.

c. Dengan berjalannya waktu, distorsi tersebut menjadi kebiasaan yang salah

dalam berpikir. Kesalahan logis yang lazim tersebut mencakup, terlalu

menggeneralisasi (yaitu menggeneralisasikan suatu peristiwa kepada

semua situasi, misal, apabila suatu waktu sesuatu berjalan tidak lancar,

peristiwa yang sama di anggap akan berjalan tidak lancar, peristiwa yang

8

Page 9: Cognitive behavior  therapy 1

sama dianggap akan berjalan sebagaimana yang telah terjadi), membesar-

besarkan (membesarkan-besarkan suatu peristiwa diluar porsinya),

abstraksi selektif (menarik kesimpulan dari sesuatu yang rinci di luar

konteks), dan personalisasi, (mengaitkan suatu peristiwa dengan diri

sendiri padahal tidak ada alasan untuk seperti itu).

d. Yang berada diatas keyakinan inti dan kesalahan logis yang disfungsional

ini adalah pikiran-pikiran otomatis. Pikiran-pikiran otomatis ini merupakan

“pikiran refleks” yang kita miliki pada banyak situasi; timbul sangat cepat

sehingga kita tidak menyadarinya, dan sangat menentukan reaksi kita

secara emosional terhadap suatu peristiwa. Pikiran-pikiran otomatis secara

khas diikuti oleh emosi-emosi tertentu, seperti kesedihan, anxietas atau

kemarahan.

e. Terapi mencakup identifikasi keyakinan-keyakinan inti tersebut,

kebiasan berpikir yang salah, serta pikiran-pikiran otomatis, dan

mengoreksi hal-hal tersebut.

Kognisi mempengaruhi emosi, perasaan dan fisik yang terwujud dalam

perilaku kita. Untuk itu terapi CBT memfokuskan pada terapi klien kognitif yang

diharapkan dapat memperbaiki perilau pasien.

Terapi ini menganggap kesulitan-kesulitan emosional berasal dari pikiran

atau keyakinan yang salah (kognisi) yang menyebabkan perilaku yang tidak

produktif. CBT bertujuan untuk membantu klien dalam mengidentifikasi pola

kognitif, emosi, perasaan dan perilaku yang muncul sebagai suatu pemikiran atas

suatu situasi atau masalah. CBT dapat menolong klien untuk membuat semuanya

masuk akal atau rasional dalam menghadapi banyaknya masalah yang sedang

dialami. CBT membuat masalah menjadi lebih mudah untuk dilihat dan mengerti

bagaimana mereka berhubungan dan bagaimana mereka saling mempengaruhimu.

9

Page 10: Cognitive behavior  therapy 1

Ahli terapi dan pesien secara aktif bekerjasama. Terapi kognitif memiliki

tiga komponen: aspek didaktif, teknik kognitif, dan teknik perilaku.

1. Aspek didaktif

Aspek ini termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias kognitif,

skema, dan logika yang salah. Ahli terapi harus mengatakan kepada

pasien bahwa mereka akan menyusun hipotesis bersama-sama dan

mengujinya selama perjalanan terapi. Terapi kognitif mengharuskan

penjelasan lengkap tentang hubungan antara depresi dan pikiran, afek, dan

perilaku, dan juga alasan semua aspek terapi.

2. Teknik kognitif

Pendekatan kognitif terdiri dari empat proses: 1) mendapatkan

pikiran otomatis, 2) menguji pikiran otomatis, 3) mengidentifikasi

anggapan dasar yang maladaftif, dan 4) menguji keabsahan anggapan

maladaftif.

Mendapatkan pikiran otomatis. Pikiran otomatis adalah kognisi

yang menghalangi antara peristiwa eksternal dan reaksi emosional orang

terhadap suatu peristiwa. Contoh, ia tidak menyukai saya “jika seseorang

berjalan dihadapan orang tersebut, ia tidak menyapa”. Pikiran otomatis

juga disebut distorsi kognitif.

Menguji pikiran otomatis. Dengan berperan sebagai guru, ahli

terapi membantu pasien menguji keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya

adalah untuk mendorong pasien menolak pikiran otomatis yang tidak

akurat atau berlebih-lebihan setelah pemeriksaan yang cermat.

Pasien seringkali menyalahkan dirinya sendiri untuk hal-hal yang

buruk yang mungkin memang ada diluar kendali mereka. Ahli terapi

bersama-sama dengan pasien meninjau situasi keseluruhan dan membantu

menghubungkan kembali kesalahan atau penyebab peristiwa yang tidak

menyenangkan. Menciptakan penjelasan alternatif untuk peristiwa adalah

cara lain untuk menggali pikiran otomatis yang tidak akurat dan

menyimpang.

10

Page 11: Cognitive behavior  therapy 1

Mengidentifikasi asumsi maladaftif. Saat pasien dan ahli terapi

terus berusaha mengidentifikasi pikiran otomatis, pola biasanya menjadi

tampak. Pola mewakili aturan atau anggapan umum maladaftif yang

menuntun kehidupan pasien. Contoh dari aturan ini adalah “supaya

gembira, saya harus sempurna” dan “jika setiap orang tidak menyukai

saya, saya tidak dicintai”. Aturan tersebut akan menyebabkan kekecewaan

dan kegagalan dan akhirnya depresi.

Menguji keabsahan asumsi maladaftif. Suatu tes yang cukup

efektif bagi ahli terapi untuk meminta pasien mempertahankan keabsahan

suatu asumsi. Sebagai contoh, jika pasien menyatakan bahwa ia harus

selalu membangun kemampuannya, ahli terapi dapat bertanya “ mengapa

hal tersebut sangat penting bagi anda?”

Alur kerja CBT

1. Melibatkan pasien

Langkah pertama adalah membangun hubungan dengan pasien. Dapat

dicapai dengan menerapkan empati, menciptakan suasana yang hangat

dan menghormati klien.

2. Menilai masalah, orang dan situasi

- Mulai dengan penilaian klien tentang benar dan salah menurutnya

- Tentukan adanya kelainan klinis yang berhubungan

- Ketahui riwayat personal dan sosialnya

- Nilai tingkat keparahan masalah

- Catat faktor personal yang relevan

- Periksa setiap gangguan sekunder: bagaimana perasaan pasien

ketika mengalami masalahnya sekarang.

- Periksa setiap faktor penyebab non-psikologik: kondisi fisik,

pengobatan, penyalahgunaan obat, faktor lingkungan/gaya hidup.

3. Siapkan pasien untuk terapi

- Perjelas tujuan pengobatan

- Nilai motivasi pasien untuk berubah

11

Page 12: Cognitive behavior  therapy 1

- Perkenalkan dasar CBT, termasuk model ‘biopsikososial’ sebagai

penyebab

- Diskusikan pendekatan yang digunakan dan implikasi pengobatan

- Develope a contract

4. Melaksanakan program perawatan

- Analisis spesific episode terjadinya masalah, memastikan

keyakinan perasan klien terlibat, mengubahnya, mengembangkan

pekerjaan rumah yang relevan (dikenal sebagai ‘rekam fikir’ atau

‘analisis rasional’)

- Developing behavioral assignment untuk mengurangi perilaku

takut atau memodifikasai cara-cara berperilaku.

- Strategi tambahan dan teknik yang sesuai, contohnya relaxation

training, interpersonal skill training.

5. Mengevaluasi progres. Menjelang akhir intervensi, nilai perbaikan

yang tampak pada perubahan cara pokir klien, dan seberapa besar

perubahan itu.

6. Persiapkan pasien untuk mengakhiri hubungan terapetik. Hal ini

biasanya sangat penting untuk mempersiapkan pasien untuk mengatasi

kemunduran. Banyak orang, setelah periode perbaikan, mereka

berpikir bahwa mereka telah ‘sembuh’. Kemudian ketika mereka

kembali lagi dan mendapati bahwa masalah lama mereka masih ada,

mereka cenderung putus asa dan tegoda untuk menyerah begitu saja.

- Peringatkan bahwa relaps sangat mungkin terjadi pada banyak

masalah kesehatan mental dan pastikan klien tau apa yang harus

mereka lakukan bila gejalanya kembali.

- Diskusikan pandangan mereka tentang mencari bantuan apabila

suatu saat dimasa datang mereka membutuhkan bantuan kembali.

12

Page 13: Cognitive behavior  therapy 1

Langkah-langkah dalam membantu klien untuk mengubah kognitif dan

perilakunya.

1. Membantu klien mengerti bahwa emosi dan perilakunya disebabkan oleh

kepercayaan dan pikirannya. Diberikan dalam bentuk penjelasan singkat

dari petugas CBT.

2. Menunjukkan bagaimana cara menemukan pikiran yang relevan. Dengan

format ABC. Mengunakan pengalaman yang sedang dialami klien. Terapis

mencatat ‘C’ kemudian ‘A’. Klien diminta untuk mempertimbangkan ‘B’:

‘apa yang aku katakan pada diriku sendiri adalah tentang ‘A’, namun

merasakan dan berperilaku adalah tentang ‘C’?’, jadi klien

mengembangkan pemahaman tentang berfikir rasional, dengan begini

prosses “filling in the gap” akan menjadi lebih mudah.

3. Mengajarkan kepada klien bagaimana cara membantah, menolak dan

mengubah kepercayaan yang irrasional, serta menepatkan pikiran alternatif

yang lebih rasional.

4. Menolong klien untuk dapat mengambil tindakan.

CBT dapat digunakan untuk menolong klien dengan:

− Ansietas

− Depresi

− Panik

− Agorafobia dan fobia lainnya

− fobia sosial

− Bulimia

− Obsessive compulsive disorder

− Post traumatic stress disorder

− Skizofrenia

Terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatrik yang lazim,

terutama depresi, gangguan panik, dan gangguan cemas menyeluruh. Terapi ini

tidak dapat dilaksanakan pada pasien dengan retardasi mental ataupun klien yang

13

Page 14: Cognitive behavior  therapy 1

mengalami gangguan intelegensi lainnya, karena dalam pelaksanaan terapis ini

memerlukan ingatan, kognitif, dan peran aktif dari klien untuk dapat diajak

berdiskusi dalam langkah penatalaksaan CBT ini, sehingga tujuan terapis mudah

tercapai.

14