ptk 1

43
Proposal PTK bahasa indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan ekstensi dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan religius. Menurut Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu

Upload: irawan-ajja

Post on 21-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Proposal PTK bahasa indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional

Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan

salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami

tujuan pendidikan maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat strategis

sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan ekstensi

dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai mahluk

individu, sosial, dan religius.

Menurut Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja

dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu proses

pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya manusia yang

harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Sekarang ini masalah pendidiakn

menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya nilai rata-rata ujian nasional (UN)

yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Rendahnya mutu

pandidiakn di Indonesia, banyak opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar dan

praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, gaji

guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran yang kurang menarik.

Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik)

di Indonesia yang disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya kurikulum

Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari

optimal. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi

masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal karena metode pengajaran yang

digunakan, metode yang memang-meang, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk

belajar. Seperti yang telah kita lihat metode dalam peroses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru terkesan itu-itu saja. Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip pembelajaran lebih banyak

dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan

praktek. Kombinasi pembelajaran yang tidak berpariasi seperti yang sering diterapkan oleh guru

adalah, mengajar dengan ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak terlibat

aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan pemantauan peneliti di SMK Kesehatan AL-Ma’arif Sumbawa, sebagian

besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa

kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan

dalam proses belajar mengajar bahkan beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas pada

saat proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam-macam, di antaranya,

karena tidak suka dengan cara guru mengajar, merasa bosan dengan metode mngajar guru dan

sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang tepat untuk

mengatasi beberapa masalah tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut

adalah perlu diadakannya pembenahan baik bagi tenaga pengajar maupun siswa sehingga siswa

dapat terlibat secara aktif. Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun

intelektual emosional (Dimyati dan Mujiono, 2006) Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru

masih belum maksimal dalam melakukan pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat

dilihat dari banyaknya guru yang mengajar hanya dengan menyampaikan materi kepada siswa

saja, sehingga proses belajar mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa bertindak pasif

dalam belajar. Kesulitan yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum

sempurna dalam menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran.

Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan pembelajaran melalui penerapan dengan model

yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru harus bisa memilih model yang

tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti model

pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu, Numbered Heads

Together, Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi

nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari

siswa. Dengan demikian siswa diharapkan lebi aktif dan mempunyai motivasi dalam belajar.

Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru dalam menerapkan model yang ia

pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui

Pendekatan Numbered Heads Together Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X

Smester II, SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa”

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu apakah

rendahnya minat belajar siswa salah satunya diakibatkan karena kesalahan konsep dan metode

pembelajaran yang diterapkan atau mungkin karena sitem penerapan metode pembelajaran yang

diterapkan oleh tenaga pengajar (guru) tidak sesuai dengan RPP yang dibuat.

C.    Batasan Masalah

Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya batasan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

a. Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran yang ada

dalam RPP yang ia buat

b. Penelitin ini dilaksanakan pada proses pembelajaran oleh tenaga pengajar

c. Penelitian ini dilakukan di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa pada kelas X semester

II.

d. Implementasi konsep penelitian pada materi menyimak pada kelas X semester II di SMK

Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa.

D.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumusnan masalah, yakni

bagaimana cara metode Numbered Heads Together diterapkan sehingga dapat memotivasi

belajar siswa kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa?

E.     Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah, untuk

mengetahui cara penerapan metode Numbered Heads Together dalam memotivasi belajar siswa

kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa.

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan,

terutama dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang peningkatan motivasi belajar Bahasa

Indonesia melalui pendekatan Numbered Heads Together.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti terdahulu yang

terkait dengan penelitian ini.

b. Manfaat secara praktis

1. Bagi siswa

Untuk meningkatkan Motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga

pemahaman siswa mengenai konsep Bahasa Indoneisa yang dipelajari menjadi lebih baik.

2. Bagi guru

Sebagai pedoman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya dengan pendekatan Numbered Heads Together.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia.

BABA II

KAJIAN PUSTAKA

A.    Konsep Teori1.      Pengertian Numbered Heads Together

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan

kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai

sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali

dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model

pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para

siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur

tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti

mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab

pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas,

karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab

pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih

siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan

penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa Numbered Heads Together adalah suatu

metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian

secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

2.      Langkah-langkah:

Menurut kagan (2007) lngkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan

model pembelajaran NHT adalah :

a)      Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b)      Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c)      Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat     mengerjakannya.

d)     Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan

hasil kerjasama mereka.

e)      Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

f)       Kesimpulan.

Sesuai dengan langkah-langkah penerapan diatas Kagan membagi beberapa kelebihan

dan kelemahan dalam penerapan metode Numbered Heads Together.

Kelebihan:

a)      Setiap siswa menjadi siap semua.

b)      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

c)      Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan:

a)      Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

b)      Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

3.      Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan  sesuatu. Menurut Sardiman 2006:73) motif

merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan.

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam

Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangyang ditandai

dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang

menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan

bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila

ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.

Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan  bahwa

siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan

perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang  terkadang adanya keinginan yang

mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu

dalam belajar. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak

didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan

memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan

dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan. 

4.      Fungsi motivasi

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak

mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar.

Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut

Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi:

a)       Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk

mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.

b)       Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak

didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk

gerakan psikofisik.

c)       Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi

mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.

Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :

a)       Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan

timbul perbuatan seperti belajar

b)       Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan

yang diinginkan.

c)       Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar

kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.

Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi :

a)       Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b)       Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai

c)       Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang

serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi

tujuan tersebut.

5.      Jenis motivasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu

memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:

a)Motivasi Primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar

tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat

Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif

dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.

b)      Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif

sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan

kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam

usaha pencapaian prestasi belajar.

6. Sifat Motivasi

Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi

juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan

Mudjiono, 2002:90).

a)Motivasi Intrinsik

Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa

adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku

pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa pengetahuan yang

ia dapatkan.

b)      Motivasi Ekstrinsik

Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang

dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena

terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman.

Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses

belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang

tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia

termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks,

dalam Dimyati, 2002:91). 

7. Teori motivasi

Menurut Sri Mulyani seperti dikutip  oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi

menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati

mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan

5 tingkatan penting yaitu:

a)Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan

atau perumahan, pangan.

b)      Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang terkait fisik

maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas.

c)Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri,

kesempatan untuk maju.

d)     Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri.

e)Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai

kemampuannya.

Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi siswa. Siswa yang memiliki

kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena

berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi.

8.      Ciri-ciri motivasi

Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada  diri seseorang itu memiliki ciri-ciri :

a)       Tekun menghadapi tugas

b)       Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

c)       Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

d)       Lebih senang bekerja mandiri

e)       idak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin

f)        Dapat mempertahankan pendapatnya

g)       Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini

h)       Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi

yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat

untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam

mengatasi kesulitan belajar.

9.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar adalah:

a)      Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita  akan memperkuat

motivasi belajar.

b)      Kemampuan belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis

yang terdapat dalam diri siswa, misalnya  penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, fantasi.

c)      Kondisi siswa

Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang mempengaruhi

motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Seorang siswa

yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan menganggu perhatian belajar siswa,

begitu juga sebaliknya.

d)     Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Kondisi lingkungan

yang sehat, kerukuan hidup, ketertiban pergaulan  perlu dipertinggi mutunya dengan lingkungan

yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e)      Unsur-unsur dinamis dalam belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar

mengajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali.

Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain-lain.

f)       Upaya guru dalam pembelajaran siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan

siswa mulai dari penguasaan materi,cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa,

mengevaluasi hasil belajar siswa, dan lain-lain. Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan

berorientasi pada kepentingan siswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar

siswa.

10.  Upaya  meningkatkan motivasi belajar siswa

Menurut Djamarah (2002:125) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan

motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :

a)      Memberi angka

Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka

merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk

mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.

b)      Hadiah

Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut

dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa.

c)      Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan

saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar.

d)     Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai

tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu

bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga

dirinya.

e)      Memberi ulangan

Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui

akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk

menghadapi ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan strategi yang cukup baik

untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar  juga merupakan sarana motivasi.

f)       Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Dengan

mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan harapan

hasilnya akan terus meningkat.

g)      Pujian 

Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa

memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan sekolah 

Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.

h)      Hukuman

Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan

merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.

i)        Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk

belajar merupakan potensi yang ada dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan agar

hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku belajar.

j)        Minat

Minat  besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu mata

pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.Proses

belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan

membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang

lampau, memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik, menggunakan berbagai

macam metode menggajar.

k)      Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang cukup

penting. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah ntuk belajar.

Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari

motivasi dalam penelitian ini adalah :

a)       Adanya minat untuk belajar akuntansi

b)       Tekun dalam menghadapi tugas

c)       Senang memecahkan soal-soal 

d)       Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar

B.     Hipotesis Penelitian

Berdasarkan konsep teori di atas maka dapat dizsimpulkan bahwa: “Penerapan

pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X di

SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia”

BAB III

METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian

Desain Penelitian Tindakan Kelas yang di gunakanadalah desain PTK Model John Elliott.

Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & McTaggart, desain PTK

model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin.

Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya

bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan atau ide dengan

pengambilan tindakan. Sperti contoh identifikasi masalah berikut:

1) Para siswa merasa tidak puas dengan metode penilaian yang digunakan

guru kelasnya. Bagaimana kalau guru berkolaborasi untuk meningkatkan

pengukuran terhadap kemampuan siswa?

2) Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma di kelas. Bagaimana cara guru membawa

siswa lebih banyak lagi menggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas

mereka?

3) Orang tua siswa bersedia membantu sekolah dengan melakukan supervisi “pekerjaan rumah”.

Bagaimana caranya agar bantuan orang tua siswa bekerja lebih produktif?

Apa pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap berada dalam

lingkup permasalahan yang dihadapi guru dalam praktek

pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan sesuatu yang ingin di

capai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya. Apabila guru dalam

melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu yang janggal atau

adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati

pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian sebagai peningkatan,

maka diperlukan penjelasan lebih lanjut. Misalkan, kejanggalan itu ialah para

siswa banyak membuang waktu percuma di kelas perlu deskripsi yang mendetail,

seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma di kelas itu? Tugas apa

yang sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran

mereka melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka

tampilkan waktu ”membuang waktu dengan percuma” di kelas?

Informasi yang didapat dari pertanyaan-pertanyaan di atas akan menolong untuk membedakan

berbagai aspek permasalahan penelitian dan membantu ke arah

mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik

atau buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan bagian dari

tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga

memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan

dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model siklus:

B.     Subjek Penelitian

Subjek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang atau sesuatu mengenai

yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.  Menurut Suharsimi Arikonto (1989) memberi

batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian

melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran

yang sangat strategis karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang peneliti

akan amati.  Kesimpulan dari kedua penngertian diatas Subjek penelitian adalah individu, benda,

atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data

penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas

X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa.

C.    Tehknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil keterampilan

berbicara siswa serta instrument observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru.

Metode observasi ini memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar dalam

kegiatan penelitian.

Penelitian didampingi oleh seseorang observer yang akan mengamati aktivitas siswa

selama pembelajaran. Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut

membantu proses pembelajaran

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui :

1.      Lembar Lembar observasi kinerja siswa dalam melakukan penelitian data ini ditentukan

berdasarkan skala penilaian (amat kurang sampai dengan amat baik).

2.      Laporan tertulis dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siswa akan dinilai dengan

rentang skor 0-100.

3.      Angket sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan.

D.    Instrument pengumpulan data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar observasi,

jurnal dan catatan lapangan.

1.      Tes Kemampuan

Tes adalah rentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok. Adapun tes yang dilakukan yaitu berupa pemberian perintah untuk

menyimak berita dengan baik dan benar. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

tujuan pembelajaran telah dicapai.

2.      Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau

melihat aktivitas siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan memotivasi

siswa selama kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar observasi yang

diisi oleh observer sebagai pencatat lapangan.

Aktivitas peneliti yang diamati adalah keterampilan mengajar mulai , dari membuka

pelajaran sampai pada menutup pelajaran. Aspek yang diamatinya berupa kelengkapan dan

keahlian guru dalam mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya.

3.      Jurnal Siswa Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk

mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil

ini akan digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus

berikutnya.

4.      Catatan Lapangan Catatan lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang

tidak ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan

permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.

E.     Prosedur Penelitian

Siklus Penelitian menurut John Elliot

1.    Siklus Pertama

a.   Rencana Tindakan Siklus I

Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti

menerapkan metode Numbered Heads Together sebagai metode yang dapat melibatkan

antara guru dan siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar.

Karena jika hanya menggunakan metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun

yang lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

pada kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa.

Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus I, peneliti

melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:

1) Membuat rencana pembelajaran.

2) Membagi materi

3) Peneliti membagai siswa kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa,

menjadi beberapa kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok.

4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna

mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.

b.   Pelaksanaan Siklus I

Setelah diputuskan menggunakan metode Numbered Heads Together siswa kelas X

semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa. Maka tahapan pembelajaran sesuai

dengan tahapan dalam metode Numbered Heads Together. Proses pembelajarannya

berlangsung selama 2 X 40 menit, yang meliputi:

Pertemuan I : 2 X 40 menit

1.   Tahap Awal

a)   Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)

b)   Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahas

c)   Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.

2.   Tahap Inti

Pre Activity

a)  Peneliti/ guru memberikan stimulus materi

b)  Peneliti/guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.

c)  Peneliti/guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.

Apersepsi

a)  Peneliti/guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari mengenai materi

menyimak dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan praktek yang

disesuaikan dengan materi serta mempresentasikannya sesuai dengan nomor yang

ditunjuk oleh peneliti/guru.

b) Peneliti/guru mengatur jalannya pembelajaran.

c) Peneliti/guru melontarkan pertanyaan untuk kemudian menunjuk nomor siswa yang akan

menjewabnya.

Penutup

a)  Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama pembelajaran.

b) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas

permasalahan yang ada.

3. Tahap Akhir

a) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

b) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan

belajarnya.

c) Peneliti/guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.

d) Peneliti/guru memberi tugas untuk mempelajarai pembahasan yang akan di bahas

selanjutnya.

e) Peneliti/guru menutup pertemuan/salam penutup.

Pertemuan II : 2 X 40 menit

1.    Tahap Awal

a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)

b)   Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahasan.

c)   Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.

d) Peneliti/guru mengadakan tes untuk menguji kemampuan menyimak siswa.

f) Peneliti/guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa

sebagai hasil belajar.

2.    Tahap Inti

Whilst Activity

a) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada nomor dari masing-masing kelompok yang

belum menjawab.

b) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya,

baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.

Post Activity

a) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas

permasalahan yang ada.

b) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.

c) Peneliti/guru menjelaskan secara detail materi Menyimak.

3. Tahap Akhir

a) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya.

b) Peneliti/guru menyuruh kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya

c) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan

belajarnya.

d) Peneliti/ guru menutup pertemuan/salam penutup.

c.   Observasi Siklus I

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti di sini selain bertindak sebagai

guru, peneliti juga bertindak sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada

lembar observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I, kegiatan siswa sudah cukup

bagus, siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan pelajaran, karena pelajaran yang

didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya.

Memasuki tahapan II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini

terlihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat menyimak

berita dengan baik serta bersemangat dalam mengapresiasikannya.

Setelah siswa mendapatkan metode Numbered Heads Together, siswa diberi soal test

formatif untuk mengetahui tingkat kefahaman siswa dalam menerima pelajaran yang telah

disampaikan.

d.   Refeleksi Siklus I

Tujuan peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together semula adalah untuk

mengatasi kesulitan belajar siswa, agar metode-metode pembelajaran Bahasa Indonesia dapat

dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-

Ma’arif Sumbawa. Yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang

dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan diatas, maka diambil langkah-langkah:

1) Memperhatikan peningkatan siswa yang lebih tertib dalam mengikuti proses

pembelajaran.

2) Sebagian kecil siswa yang kurang mampu menyimak, maka harus diberikan perhatian

khusus untuk dibimbing dalam menyimak.

2. Siklus Kedua

a. Rencana Tindakan Siklus II

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih

menggunakan metode Numbered Heads Together yang nantinya akan melibatkan siswa

dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.

Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus II, peneliti

melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:

1) Membuat rencana pembelajaran.

2) Membagi materi selanjutnya menjadi beberapa bagian.

3) Peneliti/ guru membagai siswa kelas X menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas

masing-masing kelompok..

4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna

mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.

b.   Pelaksanaan Siklus II

Dengan tetap menggunakan metode Numbered Heads Together maka tahapan

pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Pertemuan I : 2 X 40 menit

1. Tahap Awal

a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)

b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan..

c) Presensi siswa.

d) Peneliti/ guru mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan menyimak siswa.

f) Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa

sebagai hasil belajar.

2.    Tahap Inti

Pre Activity

a) Peneliti/ guru memberikan stimulus materi menyimak

b) Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.

c) Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.

Whilst Activity

a) Peneliti/ guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari materi

menyimakdalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang

disesuaikan dengan materi.

b) Peneliti/ guru mengatur jalannya diskusi.

Post Activity

a) Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.

b) Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas

permasalahan yang ada.

3. Tahap Akhir

a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

b) Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan

belajarnya.

c) Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.

e) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup.

Pertemuan II : 2 X 40 menit

1. Tahap Awal

a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)

b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan.

c) Presensi siswa.

d) Peneliti/ guru mengadakan tes untuk men.getahui kemampuan menyimak siswa

e) Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa

sebagai hasil belajar.

2. Tahap Inti

Pre Activity

Peneliti/ guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya.

Whilst Activity

a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum menjawab.

b) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya,

baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.

c) Peneliti/ guru membuka session untuk tanya jawab dengan para siswa.

Post Activity

a) Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas

permasalahan yang ada.

b) Peneliti/ gruru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.

c) Peneliti/ guru menjelaskan secara detail materi.

3. Tahap Akhir

a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

b) Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan

belajarnya.

c) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup.

c. Observasi Siklus II

Setelah diadakan perbaikan-perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I.

kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi

kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup

antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk

bertanya dan menjawab. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan

kemampuan menyimak.

Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari

pembelajaran metode Numbered Heads Together yaitu dapat dilihat pada antusias belajar

siswa yang meningkat dan hasil nilai akhir ulangan harian siswa.

d. Refleksi Siklus II

Dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan metode

Numbered Heads Together, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan

belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar.

Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil:

a) Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode Numbered Heads Together

harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti secara mendalam

makna yang terkandung dalam materi yang disampaikan.

b) Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap

terpelihara.

F.     Teknik Analisis

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data.

Dalam penelitian ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif

kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik yang menganalisis data dengan cara

mengiterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata.

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan beberapa metode antara lain :

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian.Yang dilakukan waktu pengamatan adalah

mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan

mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik.

2. Pengukuran test hasil belajar

Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa.

3. WawancaraWawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang

ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

4. Metode dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

G.    Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan penelitian dilihat sama seperti pada siklus 1, yaitu:

1.      Bilamana siswa lebih paham dalam menyimak wacana berita dari sebelum penelitian diadakan.2.      Ketercapaian siswa dalam menyerap materi pelajaran melalui tes.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina AksaraAndayani.dkk, (2009) Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta : Universitas TerbukaC.George Boeree, (2008) Metode Pembelajaran Dan Pengajaran,Jogjakarta :Ruzz MediaDepartemen Pendidikan Nasional, (1999). Penelitian Tindakan Action Research. Jakarta : Ditjen : Penerbit Rineka CiptaSuwarsih Madya. (1994). Panduan penelitian tindakan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.

PROPOSAL

Meningkatkan Motivasi Belajar siswa Melalui Pendekatan Numbered Heards

Together(NHT) pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Smester II,

ESMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa Besar

Oleh

Has’ad Rahman Attamimi

(11. 01.15. 0205)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SAMAWA

2013