psikologi perkembangan

26
RESUME PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DISUSUN OLEH : 1. DUWI CAHYANI 08330011 2. ENDAH PUJI W. 08330012 3. FARIDATUL F. 08330013 4. GINANJAR EKO P. 08330014 5. IMAM KHUDORI

Upload: bromocorra

Post on 11-Jun-2015

1.613 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah, artikel

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi Perkembangan

RESUMEPSIKOLOGI PERKEMBANGAN

DISUSUN OLEH :

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP PGRI SEMARANGTAHUN 2008

1. DUWI CAHYANI 083300112. ENDAH PUJI W. 083300123. FARIDATUL F. 083300134. GINANJAR EKO P. 083300145. IMAM KHUDORI 08330015

KELAS: FISIKA I-A

Page 2: Psikologi Perkembangan

I. PERANAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN ANAK

1. Hakekat anak sebagi manusia

Pada hakekatnya seorang manusia akan mengalami perkembangan.

Dimana di dalam perkembangannya ini juga membutuhkan orang lain. Si anak

membutuhkan orang lain yang membantu memperkembangkan keseluruhan

dirinya, sekalipun ia juga bergantung pada fase perkembangan si anak. Dan

orang lain yang paling utama dan bertanggung jawab adalah orang tua sendiri.

Merekalah yang bertanggung jawab memperkembangkan keseluruhan ekstensi

si anak, termasuk tanggung jawab orang tua ialah memenuhi kebutuhan si

anak baik dari kebutuhan psikis, seperti kebutuhan akan perkembangan

intelektual melalui pendidikan . dengan demikian si anak akan berkembang

tanpa ada gangguan hingga menjadi anak yang sehat ideal. Dari segi

intelektnya si anak memperlihatkan aspek-aspek tingkah laku yang baik.

2. Masalah yng dihadapi orang tua

Dalam kenyataannya sulitkah dapat dicapai sesuai dengan apa yang orang

tua dan masyarakat idam-idamkan, gambaran kepribdian si anak ternyata

berlainan dengan apa yang dicita-citakan orang tua. Kita merasa telah berbuat

seadil-adilnya terhadap semua anak, akan tetapi ternyata keadaan da perbuatan

anak lain sekali dari apa yang sebenarnya kita kehendaki. Hal ini sering timbul

menjadi masalah yang dihadapi orang tua dalam mendidik anak. Tetapi di

pihak lain, banyak orang tua yang bersikap acuh tak acuh dengan

perkembangan si anak. Mereka lebih sibuk dengan pekerjaan dan urusan

mereka. Padahal hal ini malah akan menjadi sumber masalah yang besar

dalam keluarga.

3. Prinsip orang tua dalam menghadapi anak

Peranan orang tua menuntut kita untuk berbuat sesuatu bagi si anak.

Dalam hal ini kita harus berpegang pada prinsip: bahwa dalam menghadapi

Page 3: Psikologi Perkembangan

anak kita, kita akan selalu menemui cirri-ciri khas yang menyebabkan

perbedaan-perbedaan antara anak yang satu dengan anak yang lain. Jadi,

segala sesuatu yang akan kita berikan dalam bentuk perlakuan-perlakuan

haruslah memperhitungkan keadaan si anak agar bisa menerima bahwa kita

tidak setiap keinginannya dapat terpenuhi. Dengan demikian si anak akan

belajar menghadapi dan mengatasi kekecewaan-kekecewaan.

4. Pendidikan anak sebelum masa sekolah

Pendidikan diartikan bahwa kita sebagai orang tua harus berbuat untuk

perkembangan si anak secara keseluruhan ke arah kepribadian/tingkah laku

yang kita harapkan. Peranan dan tanggung jawab kita sebagai orang tua ini

haruslah dimulai sejak terbentuknya anak yang baru. Karena sejak saat itu si

anak mulai menerima pengaruh rangsangan dari luar. Si anak mulai

mempelajari bagaimana ia harus menerima, mengolah dan beraksi terhadap

suatu rangsangn. Perkembangan mental dan pemasakan fisik itu komponen-

komponen suatu keseluruhan yang integral. Dalam perkembangn mental

inilah anak memerlukan bantuan-bantuan yang intensif, terencana dengan

tepat karena aktifitas-aktifitas mentalnya memberi kemungkinan ada si anak

untuk mengintensifkan pola tingkah lakunya lebih lanjut.

II. DASAR-DASAR AKTIVITAS ANAK

Bila kita perhatikan tingkah laku anak-anak, baik tingkah laku yang

didasarkan oleh kehendak yang nyata, dengan perktaan lain suatu tingkah

laku yang disadari, maupun tingkah laku yang semata-mata merupakan

gerakan otot-otot dan kerangka badan (gerakan motoris). Suatu perbuatan

yakni tingkah laku yang berwujud, mungkin merupakan perbuatan

reflektoris ataupun perbuatan yang nyata didasari kehendak (motive/drive)

dengan demikian ada 3 faktor yang mendasari aktivitas-aktivitas manusia,

dan juga dapat diamati pada anak-anak yakni

a) peranan naluri dalam perbuatan

b) Reflek-reflek dan aktivitas tubuh

Page 4: Psikologi Perkembangan

c) Kebutuhan kehendak

A. Peranan Naluru dalam Perbuatan

Dari berbagai perumusan yang diperoleh beberapa hal mengenai naluri

ini, yakni :

- Naluri itu sesuatu yang tidak dipelajari

- Naluri itu sebagai dasar timbulnya perbuatan, yang semakin

berkurang, bila anak itu berkembangan semakin dewasa

Bila dirumuskan maka naluri adalah ; pola-pola tingkah laku yang

kompleks yang tidak dipelajari, tetepi diperoleh dari kelahiran, dan

dapat terlihat pada seseorang.

Kemampuan naluruah berbeda dari kemampuan sebagai hasil tahap-

tahap perkembangan fisik domnaniah, perkembangan mental,

perkembangan sosial dan perkembangan karateristisnya, kalau bayi dan

anak lebih banyak perbuatan naluriahnya, maka pada orang dewasa

perbuatan-perbuatan ini sulit dapat diamati, kedulitan disebabkan

adanya kekaburan antara perbuatan-perbuatan refleksitoris, perbuatan-

perbuatan antisipatoris dan bahkan juga perbuatan-perbuatan intuitif.

Sesuai perkembangan yang menyeluruh si anak maka dasar-dasar

naluriah perbuatan-perbuaannya lambat laun berkurang dan sejajar

dengan ini mulailah tumbuh funsi-fungsi fisik yang sederhana sampai

kepada yang kompleks.

B. Refleks dan Aktifitas Tubuh

Pada umumnya gerakan-gerakan rekleksitoris ini bertujuan melindungi

diri dari kemungkinan-kemungkinan menerima rangsang-rangsang, baik

dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri yang mungkin

mengancam kerusakan-kerusakan tubuh. Ataupun sesuatu yang tidak

menimbulkan keuntungan atau kesenangan seseorang ataupun juga

untuk memperoleh keuntungan akibat gerakan-gerakan refleks tersebut.

Dari haril-hasil peneyelidikan (IP Paviov) dibuktikan bahwa gerakan-

Page 5: Psikologi Perkembangan

gerakan refleks ini berkembangan dan dapat dipindahkan dari satu

reflek ke refleks yang lain. Bertumpu pada pendapat sedemikian ini,

maka sementara ahli mengganggap bahwa tingkah-tingkah laku motoris

pada manusia tidal lain adalahhasil rangkaian perpindahan antara refleks

yang satu dengan refleks-refleks yang lain. Pendapat ini yang disebut

psikoreleksiologi. Menjadi dasar tumbuhnya suatu aliran yang terkenal

dengan nama kovionisme khususnya di Amerika, sekitar tahun 1912

C. Kebutuhan dan Kehendak

Kalau kedua faktor diatas banya sangkut pautnya dengan kehidupan

bayi dan anak kecil, maka faktor ketiga ini banyak menyangkit

aktivitas-aktivitas anak yang lebih besar.

Uraian ini didasrkan pada prinsip bahwa setiapperbuatan manusia selalu

dapat dikembalikan pada pertanyaan-pertanyaan. Dengan demikian

terdapat 3 faktor yang membentuk suatu lingkaran yang dikenal dengan

lingkaran motivasi, yaitu kebutuhan-tingkah laku-tujuan

Karena adanya kebutuhan, maka timbulah dorongan untuk bertingkah

laku dan tingkah laku ini diarahkan untuk mencapai seseuatu tujuan,

sehingga dengan demikian kebutuhan tersebut terpenuhi atau kehendak

itu terpuaskan dan tidak ada lagi dorongan, ketiganya ini dapat

digambarkan dalam suatu lingkaran motibasi sebagai berikut

A. Kebutuhan dan Sistem Kebutuhan

Kebutuhan adalah kekeurangan, artinya ada sesuatu yang kurang dan

oleh karena itu timbul kehendak untuk memenuhi atau mencukupunya,

kehendak ini dapat disampaikan pula dengan tenaga pendorong supaya

berbuat sesuatu , bertingkah laku. Banyak para ahli membagi-bagi atau

mengklasifikasikan sistem kebutuhan pada anak. Sistem kebutuhan ini

pada umumnya dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan yakni :

1) Kebutuhan Psikologis – Organik

Page 6: Psikologi Perkembangan

Kebutuhan fisiologis organis menyebabkan timbulnya semacam

tenaga atau kekuatan dalam bentuk dorongan yang menuntut untuk

bertingkah laku sebagai orang tia yang baik harus mengamati pola

makan anak, kalau akan makan dengan baik bila mereka menaruh 3

atau 4 kali lebih banyak garam dari pada jumlah garam yang

dibutuhkan anak-anak pada umumnya, dan sebagai tambahan

diberikan lagi setiap hari kepada nak tersebut sesendok garan

Contoh diatas ini menunjukkan beberap ahal kepada kita :

a) Tubuh anak laku-laki ini membutuhkan garam seuatu kebutuhan

fisiologis

b) Kebutuhan ini mendorong anak bertingkah laku sebagai usaha

untuk memperolehnya, seperti naik ke atas meja untuk

mengambil temapat garam atau berteriak-teriak

c) Tujuan tingkah laku anak itu adalah garam

Dan bila garam itu diperolehnya, kebutuhan fisiologisnya terpenuhi,

tetapi ini hanya untuk sementara karena pada saat-saat tertentu

kebutuhan ini muncul kembali

2) Kebutuhan Psikis

Kebutuhan ini tidak tersiri dari satu atau dua hal saja, melainkan

terdiri dari serangkaian kebutuhan, suatu sistema kebutuhan, oleh

karena kebutuhan ini mengikut pula pronsip lingkaran motivasi

sebagai mana diuraikan diatas. Maka setiap kebutuhan menciptakan

dorongan untuk bertingkah laku melakukan perbuatan-perbuatan

yang berwujud yang nyata dan bertujuan tertentu. Dan kerena

merupakan rangkaian kebutuhan yang banyak sekali, maka dapat

dimengerti betapa banya bentuk dan pola tingkah laku atau

perbuatan yang dapat diamati dan yang dapat dikembalikan pada

dasar pokoknya, yakni kebutuhan psikis.

Page 7: Psikologi Perkembangan

Beberapa contoh kebutuhan psikis adalah :

a) Kebutuhan akan kasih sayang

b) Kebutuhan akan rasa aman, terlindungi, jauh dari perasaan takut,

cemas

c) Kebutuhan akan kebebasan menyatakan diri

d) Kebutujan mengadakan hubungan dengans esama teman

pergaulan

e) Kebutuhan akan rasa harga diri

Karena kebutuhan-kebutuhan psikis ini mengikuti pula prinsip-

prinsip lingkaran motivasi tersebut diatas, maka kebutuhan ini

menciptakan pula adanya kekuatan agar individu itu bertingkah laku

dengan demikian sampailah kita pada yang kedua.

B. Tingkah Laku

Yang dimaksud dengan tingkah laku disini ialah :

Setiap tindakan yang dipergunaan sebagai alat atau cara agar dapat

mencapai suatu tujuan. Sehingga kebutuhan terpenuhi atau suatu

kehendak terpuaskan alat atau cara ini dapat berwujud macam-macam.

Misalnya seorang anak yang lapar, ia dapat naik kekursi dan merah

makanan yang terdapat diatas meja dan kemudian memaksanya, tetapi

anak yang lapar ini dapat juga meminta kepada ibunya untuk

mengambilkan makanan, atau meminta uang untuk membeli makanan,

atau menangis dan kemudian berguling-guling di tanah “memaksa”

orang tuanya agar meluluskan kebutuhannya.

Banyak tingkah laku anak yang sebanarnya “alat” untuk memperoleh

sesuatu, sekalipun mungkin dan ada kalanya memang tidak disadari apa

yang dikehendaki atau apa yang sebenarnya menjadi tujuan tingkah

lakunya itu

C. Tujuan

Page 8: Psikologi Perkembangan

Tujuan ini juga dapat berupa obyek yang konkret atau berupa sesuatu

yang abstrak. Bila seorang merasa lapar, maka tujuannya adalah

makanan. Bila seorang kesepian , maka tujuannya adalah bertemu

dengan orang lain. Dan bila tujuan-tujuan ini dapat diperoleh, maka

kebutuhan-kebutuhan terpenuhinya ini juga mungkin hanya untuk

sementara, karena pada saat lain kebutuhan-kebutuhan dapat timbula

lagi.

III. PROSES BELAJAR

A. Hubungan Antara Proses Belajar dan Perubahan

Belajar selalu mempunyai hubungan dengan perubahan, baik yang

meliputi keseluruhan tingkah laku yang terjadi pada beberapa aspek

kepribadiannya, perubahan ini dengan sendirinya dialami tiap-tiap

manusia, sejak manusia itu dilahirkan dan terjadi perubahan-perubahan

dalam arti perkembangan melalui fase-fasenya sejak saat itu

berlangsunglah proses belajar.

Belajar tidak selalu diartikan sebagai sesuatu yang sifatnya intelektual

(yaitu aspek itelligentia, kemampuan, kecakapan). Demikian juga aspek

emosi (kehidupan perasaan) bila kita pahami kesukaan itu adalah sesuatu

yang diperoleh dari proses belajar.

Dengan demikian terdapatlah hubungan yang bersifat probadi :

1) Kesempatan

2) Kemauan

3) Kemampuan

Sifat pribadi berhubungan dengan proses belajar adalah penginderaan

B. Perumusan Mengenai Belajar

Dibawah ini dikemukakan beberapa perumusan :

1. CT Morgan mengatakan tentang belajar :

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah

laku sebagai akibat pengalaman masa lalu.

Page 9: Psikologi Perkembangan

Tingkah laku yang kita perlihatkan adalah dari hasil kita

mempelajari, yang mengenai pelajaran-pelajaran sekolah, nilai

sosial, adat kebiasaan, maupun motof-motif (dorongan dari orang

lain)

2. RS. Woodworth tentang belajar adalah :

Belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, dan sesuatu yang

baru ini dicamkan (artinya dimasukkan dalam fungsi ingatan) oleh

individu yang ditampilkan kembali dalam kegiatan kemudian”

Dalam proses belajar ini tidak merupakan aktivitas yang khusus

melainkan aktivitas yang kompleks dan menyeluruh dan jangan

diartikan bahwa sesuatu aktivitas yang baru itu adalah semata-mata

hasil dari mempelajari hal ini terdapat juga proses-proses

kematangan, artinya hal yang baru itu, tingkah laku yang baru itu

berhasil diperlihatkan oleh adanya pengaruh-pengaruh kematangan

C. Teori Mengenai Proses Belajar

1. Belajar Secara Asosiatif

Proses belajar ini paling sederhana, karena hanya menyangkit soal-

soal asosiasi (berhubungan) antara sesuatu rangsangan dan

perbuatan kalau kita terangsang sesuatu maka terjadi hubungan

asosiatif antara rangsangan dengan apa yang ada di dalam ide (mind,

jiwa) kita ide merupakan kejiwaan seseorang

John locke mengemukakan bahwa pengalaman adalah identik

dengan masuknya sesuatu dari luar dirinya, maka faktor lingkungan

itu penting sekali. Dikemukanakn bahwa bayi yang baru lahir itu

ibarat secarik kertas putih. Bagaimana ujud atau isi kertas putih itu

tergantung pada bagaimana kertas itu kelak ditulis, jadi peranan luar

sangat penting dan mutlak dalam memperkembangkan proses

belakar di anak. Teori ini kemudian dikenal dengan teori tabula rasa

2. Belajar Menurut hukum pertautan

Page 10: Psikologi Perkembangan

Hukum ini berlandaskan suatu pendapat bahwa belajar sebenarnya

merupakan rangkaian hubungan antara rangsangan dan tingkah laku

yang diperlihatkan

Dikemukakan bahwa dalam hal belajar terdapat 3 hukum yang

utama yaitu :

a. Hukum Kesiapan

Artinya kesiapan pada manusia yakni perkembangan dan

pemasukannya untuk menerima sesuatu dari luar. Bilamana telah

ada kesiapan dan kesediaan untuk menerima rangsang dari luar,

maka dapat terjadi pertautan (connection) dalam mengajar kita

harus mempunya kesiapan dari sudut kematangan dan kesiapan

yang berhubungan dengan kemauan

b. Hukum Pengulangan

Bila mana telah terjadi pertautan antara ada pada diri kita sengan

sesuatu dari luar

Dengan hukum pengulangan ini jelas diartikan bahwa

mempelajari sesuatu acap kalu harus berkali-kali. Dalam hal-hal

tertentu mungkin saja seseorang dapat mengartikan atau

melakuan sesuatu hanya dengan satu kali melihat dan

mempelajari, oleh sebab itu proses belajar itu harus diulangngi

dan diulangi lahi dengan selang-selang waktu tertentu

c. Hukum Efek

Bila sesuatu perbuatan menimbulkan kepuasan, maka kita akan

cenderung untuk mengingatnya dan melakukannya lagi,

sebaliknya bila suatu perbuatan tidak menimbulkan kepuasan,

maka kita akan cenderung untuk melupakan dan tidak

mengulangi lagi

3. Belajar secara bersyarat (Conditioning)

Belajar dapat dianggap sebagai salah satu pembentukan dengan jalan

menghubungkan suatu rangsangan yang kuat dan yang lemah secara

serempak

Page 11: Psikologi Perkembangan

4. Proses Belajar tidak sengaja

Artinya tidak dengan tujuan khusus untuk mempelajari tetapi

sipelaku memperoleh sesuatu yang baru

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

1. Keadaan Khusus Seseorang

a. Kemampuan

Manusia berbeda dari manusia lainnya yaitu dalam hal

kemampuan, misal ada orang yang dikaruniai kemampuan yang

tinggi sehingga ia mudah mempelajari sesuatu atau sebaliknya

ada orang yang kemampuannya terletak pada taraf yang kurang,

sehingga mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu

b. Kehendak/kemauan

Kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan

diperlihatkan seseorang sekalipun seseorang itu mampu

mempelajari sesuratu, tetapi bila ia tidak mau dan tidak ada

kehendak untuk mempelajari maka proses belajar tidak akan

terjadi

c. Umur

Pada umumnya diakui bahwa makin tua umur seseorang maka

proses perkembangan mentalnya makin bertambah baik, tetapi

proses perkembangan mental tidak secepat ketika berumur

belasan dan usia lanjut

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan cara belajar

Cara belajar dengan metode keseluruhan (whole/Gestalt method)

yaitu Belajar secara keseluruhan terlebih dahulu menuju kedetail-

detailnya secara begian pembagian (part method) yaitu mempelajari

bagai perbagian dahulu kemudian meluhat keseluruhan

Page 12: Psikologi Perkembangan

E. Proses Belajar dan Ingatan

Antara proses belajar dan ingatan terdapat suatu hubungan yang erat.

Tidak mungkin kita dapat mempelajari sesuatu tanpa fungsi ingatan

sebagai salah satu aspek atau fungsi psikis. Proses belajar kita ketahui

mempunyai hubungan erat dengan pengertian perubahan. Perubahan-

perubahan ini dialami setapak demi setapak, yaitu : suatu rangsang

dipersepsikan, kemudian diingat atau dicamkan, baru menginjak ketahap

berikutnya yaitu dengan latihan.

F. Hubungan antara proses belajar dan kematangan

Perkembangan anak meliputi berbagai aspek yang dimiliki si anak

misalnya yang jelas adalah perkembangan fisik, badani, dari anak kecil

menjadi anak besar dan kemudian menjadi orang dewasa dalam arti

secara proporsional terjadi perkembangan-pertumbuhan tubuhnya.

Perkembangan ini tidak hanya mengenai aspek fisik, karena juga aspek-

aspek lain. Seperti berpikir, pengertian-pengertian sosial pengetahuan-

pengetahuan umum. Bahkan juga dalam kehidupan emosinya mengalami

proses-proses perkembangan

Kecuali itu perkembangan ini melalui sebuah fase, jadi proses yang

terjadi bertahap-tahap tiap fase ini memiliki ciri khusus, kalau dalam

perkembangan diarahkan untuk mencapai kematangan maka yang

dimaksud bukan kematangan yang dalam arti umum, yaitu matang

dalam arti dewasa atau mature sebagai tujuan akhir perkembangan

totalitas probadi pada si anak melainkan kematanan sesuai dengan fase-

fase perkembangannya

Kematangan yang dicapai pada setiap seseorang dicapai pada tiap-tiap

fase perkembangan meliputi berbagai aspek, maka mungkin saja satu

aspek telah mencapai taraf kematangan,sedangkan aspek lain masih

tertinggal kecuali diantara aspek-aspek lain juga saling mempengaruhi,

IV. BEBERAPA ASPEK MORALITAS PADA ANAK

Page 13: Psikologi Perkembangan

Moralitas artinya keadaan nilai-nilai moral dalam hubungan dengan

kelompok sosoial berasal dari kata mores, artinya : tata cara dalam

kehidupan, adat istiadat, kebiasaan

Moral adalah sesuatu yang dipelajari seorang anak tidak mungkin

memperkembangkan nilai moral oleh dirinya sendiri, nilai moral diperoleh

dari luar, maka faktor-faktor yang mempengaruhi juga dari luar, antara lain :

a) Lingkungan rumah

Tingkah laku seorang anak dipengaruhi oleh sikap-sikap orang didalam

rumah dan sikap dalam hubungan antara orang-orang dalam rumah

dengan orang luar rumah

Orang dalam rumuah (keluarga) harus menciptakan suasana dimana

seorang anak dapat berkembang dengan baik. Apabila keluarga

menciptakan suasana yang buruk maka si anak juga akan berkembang

dengan buruk pula.

b) Lingkungan sekolah

Melalui sekolah seorang anak akan mengalami modifikasi dasar-dasar

kepribadian dan pola sikap anak yang telah berkembang. Dalam

sekolah, sikap guru dengan murid atau murid dengan murid akan

mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang anak

c) Lingkungan teman-teman sebaya

Makin bertambahnya umur si anak, makin luas pula kesempatan untuk

berhubungan dengan teman sebanyanya dengan cara membentuk

keolompok. Apabila kelompok yang terbentuk kecil, maka terjadi

hubungan yang erat. Dengan eratnya hubungan itu maka pengaruh

kelompok makin besar terhadap anak itu. Sebaliknya jika kelompok

yang terbentuk itu makinbesar maka pengaruh kelompok makin kecil.

Hak itu disebabkan karena anggota-anggota kelompoknya yang tidak

tetap

d) Segi keagamaan

Pada awalnya anak merasa takut untuk melakukan perbuatan yang tidak

baik karena larangan-larangan orang tua atau guru agama, bahwa

Page 14: Psikologi Perkembangan

perbutan yang tidak baik akan dihukum oleh Tuhan. Namun pada

perkembangan selanjutnya si anak akan lebih menghayati nilai-nilai

keagamaan dan mewujudkan dalam tingkah laku.

e) Aktivitas-aktivitas rekreasi

Aktivitas-aktivitas anak dalam mengisi waktu luangnya dianggap

sebagai sesuatu yang berpengaruh besar terhadap konsep-konsep

moralitas anak. Dalam hal ini misalnya membaca. Membaca dapat

membentuk konsep moralitas menjadi lebih baik, dapat pula mengubah

konsep-konsep moralitas yang sudah terbentuk menjadi lebih buruk.

Demikian pula fasilitas-fasilitas rekreasi seperti film, radio, televisi,

banyak mempengaruhi norma-norma moral si anak.

Fase-fase dalam perkembangan moral si anak

Tiap fase perkembangan mempunyai ciri-ciri moralitas yang telah dapat

dicapai oleh si anak sekalipun dalam hal ini tidak ada batasan yang jelas dan

lebih bergantung pada setiap individu anak

1) Moralitas pada anak usia 0 – 3 tahun

Pada mulanya seorang bayi tidak mempunyai moral. Dia tidak mengerti

norma-norma yang benar atau salah. Bayi bertingkah secara tidak sadar.

Pada umur 3 tahun, jika disiplin telah ditanamkan dengan baik maka ia

akan mengetahui perbuatan apa yang diperbolehkan karena benar dan

perbuatan apa yang dilarang karena salah

2) Moralitas pada anak 3 – 6 tahun

Pada masa ini dasar-dasar moralitas terhadap kelompok sosial harus

sudah terbentuk. Anak tidak lagi terus menerus diterangkan mengapa

perbuatan ini salah atau benar, tetapi ia ditujuakan bagaimana harus

bertingkah laku

3) Moralitas pada anak umur 6 sampai remaja

Pada masa ini baik laki-laki maupun perempuan belajar untuk

bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan oleh kelompoknya pada

Page 15: Psikologi Perkembangan

umur 10 sampai 12 tahun anak dapat mengetahui alasan-alasan atau

prinsip-prinsip yang mendasari suatu peraturan. Kemampuannya telah

cukup berkembang untuk dapat membeda-bedakan macam-macam nilai

moral serta dapat menghubungkan dengan situasi-situasi yagn berbeda

pula.

Saat mendekati remaja, anak sudah mengembangkan nilai-nilai moral

sebagai hasil pengalaman di rumah dan dalam hubungan dengan anak

lain. Nilai-nilai ini sebagian akan menetap sepanjang hidupnya.

V. PENYESUAIAN DIRI DAN NORMA-NORMA KEHIDUPAN

1. Batas dan norma-norma

Kehidupan manusia dapat berlangsung oleh hubungan-hubungannya

yang terus menerus dan timbal balik dengan lingkungan hidupnya.

Dalam kelangsungan hubungan tersebut, dibatasi oleh adanya batas-

batas atau norma-normaw. Ada 2 macam norma yaitu, norma yang

disengaja dan norma yang tidak disengaja. Norma yang disengaja.

Norma yang tidak disengaja contoh norma sosial (adat kebiasaan)

2. Penyesuaian diri

Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting bagi kehidupan

manusia dalam kelangsungan hidupnya dengan lingkungan sekitar.

Ada 2 macam kelompok penyesuaian diri

a. Yang adaptif/adaptasi (badani)

Artinya perubahan-perubahan dalam proses-proses badani (sendiri)

untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan.

b. Yang adjustif (psikis)

Artinya suatu bentuk penyesuaian yang lain, dimana tersangkut

kehidupan psikis kita.

3. Macam-macam norma dalam kehidupan

a. Norma hukum

- Bersumber dari hukum/pemerintah

Page 16: Psikologi Perkembangan

- Ada dasar-dasar yang tertulis

b. Norma sosial

- Bersumber dari kebiasaan-kebiasaan sehari-hari

- Sanksi tidak tegas, biasanya berupa rasa malu, rasa kurang

hormat, dan lain-lain

- Tidak ada dasar-dasar yang tertulis

c. Norma sosial

Hampir mirip dengan normal sosial, akan tetapi dalam norma

moral biasanya dikaitkan dengan nilai keagamaan.

4. Faktor-fkator yang mempengaruhi penyesuaian diri

Ada 3 faktor yang mempengaruhi PD, yaitu :

a. Penyesuaian diri dipengaruhi oleh hal-hal yang dipengaruhi dari

kelahiran.

b. Penyesuaian diri yang dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan

pribadi

c. Penyesuaian yang dipengaruhi dari kebiasaan-kebiasaan