perkembangan psikologi kognitif
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan Ligos
yang berarti ilmu. Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari
tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya, kemudian arti psikologi
menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang
mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif. Kecuali itu, keadaan
jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku.Beragamnya pendapat
para ahli psikologi tentang pengertian dari psikologi, sehingga bisa di simpulkan bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu
dimana individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari lingkungannya.
Arti dari kata kognisi (cognition) itu sendiri sebetulnya tidak ada kesepakatan secara
umum, namun kesadaran tetap yang dipelajari dalam psikologi kognitif adalah berbagai hal
seperti sikap, ide, harapan dan sebagainya. Dengan perkataan lain psikologi kognitif mempelajari
bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indra dan diproses dalam jiwa seseorang sebelum
diendapkan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Psikologi kognitif
dikatakan sebagai perpaduan antara psikolog I gestalt dan behaviorisme. Dari sejarahnya
diketahui bahwa perkembangan psikologi kognitif berawal dari hijrahnya Kurt Lewin ke
Amerika Serikat karena kejaran Nazi Jerman menjelang Perang Dunia II.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan psikologi kognitif?
2. Bagaimana sejarah perkembangan psikologi kognitif?
3. Apa yang dimaksud intelegensi?
4. Bagaimana penerapannya dalam terapi di bidang psikologi?
Psikologi Kognitif Page 1
1.3 Tujuan
Agar pembaca dapat memahami seluk beluk tentang perkembangan sejarah psikologi kognitif,
memahami segala teori di dalamnya dan juga terapi-terapi dalam psikologi kognitif
Psikologi Kognitif Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Kognitif
Selama otak manusia itu aktif maka tidak akan lari jauh dengan “kognitif”. Kognitif
merupakan pusat penerimaan informasi, pusat mengingat informasi yang telah diperoleh dan
disimpan dalam memori, juga merupakan perencanaan seseorang dalam membuat keputusan
sesuatu juga dalam hal menyampaikan informasi yang kemudian dilakukan dengan aktivitas
proses persepsi serta tata cara penyusunan bahasa kata-kata maka hal ini disebut dengan proses
Psikologi kognitif. Berhubungan dengan otak atau melibatkan kognisi, dan berdasarkan kepada
pengetahuan faktual yg empiris (KBBI). Kognisi adalah kegiatan atau proses memperoleh
pengetahuan termasuk kesadaran, perasaan dan sebagainya. Psikologi kognitif bisa disimpulakan
dengan dinamika mental atau ilmu proses-proses mental dan pola pikir manusia.
B. Sejarah Perkembangan
Psikologi kognitif dikatakan sebagai perpaduan antara psikologi gestalt dan
behaviorisme. Psikologi Gestalt itu sendiri merupakan sebuah teori yang menjelaskan proses
persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola,
ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori
gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian yang kecil.
Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler.
Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat
dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Sedangkan psikologi behaviorisme memaknai
psikologi sebagai studi tentang perilaku sebagai adaptasi terhadap stimulus lingkungan. Inti
utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi perilaku dan pembelajaran
tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi. Tokoh-tokoh yang memperkuat psikologi
behaviorisme antara lain J.B Watson, Edward Chance Tolman, dan B.F. Skinner.
Psikologi kognitif berawal dari hijrahnya Kurt Lewin ke Amerika Serikat karena kejaran
Nazi Jerman menjelang Perang Dunia II. Di Amerika Serikat, dari universitas-universitas
tempatnya ia bekerja di Iowa dan Massachussets, Lewin menyebarkan teori-teori Psikologi
Psikologi Kognitif Page 3
Gestalt yang telah dikembangkannya menjadi Teori Lapangan. Mula-mulai tertarik pada paham
Gestalt tetapi kemudian ia mengkritik teori Gestalt karena dianggapnya tidak kuat. Lewin kurang
setuju dengan cara pendekatan Aristotelian yang mementingkan struktur dan isi gejala-gejala
kejiwaan. Ia lebih cenderung kepada cara pendekatan yang Galilean yaitu yang mementingkan
fungsi kejiwaan.
Teori lapangan yang dikemukankan oleh Lewin itu sendiri adalah teori yang membahas
proses psikologi yang terjadi dalam diri seseorang. Dengan perkataan lain teori lapangan
mempelajari unsur O (organisme) yang dalam teorinya Tolman dinyatakan bahwa mempelajari
O harus dilaksanakan dengan mencari hubungan Antara B (behavior atau tingkah laku) dengan S
(situasi) dan A (antecedent atau peristiwa-peristiwa yang mendahului). Hubungan S_R dalam
teori Thorndike, menurut Tolman perlu dijadikan hubungan S-O-R dalam hubungan S-O-R
inilah teori-teori psikologi lapangan mendapat tempatnya dalam dunia psikologi di Amerika
Serikat yang pada waktu itu didominasi oleh Behaviorisme, untuk kemudian berkembang
menjadi teori kognitif.
Pada abad Rennaissance, terjadi perubahan besar – besaran dalam bidang teknologi,
sosial dan politik. Pada masa inilah sebuah cabang ilmu filsafat yang akan menjadi psikologi
mulai dibawa pada titik keilmiahan. Selama abad ke – 19 ini para psikolog bermunculan dari
bidang studi filsafat. Para psikolog ini membentuk suatu disi[lin ilmu baru yang meskipun
bersumber dari filsafat, didasarkan pada hipotesis yang dapat diuji dan pada data – data empiris,
alih – alih menggunakan spekulasi filosofis. Asumsi – asumsi yang dibuat oleh salah satu tokoh,
Hume menjadi dasar psikologi kognitif masa kini.
Pada saat yang bersamaan, William James secara kritis mengevaluasi aliran psikologi
baru yang berkembang di Jerman dan dibawa ke Amerika oleh murid – murid Wundt, seperti
Titchener. James mendirikan laboratorium psikologi pertama di Amerika, di Universitas Harvard
dan mengembangkan teori model pikiran yang ilmiah.
Namun pada akhir abad 19, studi proses – proses mental tiba – tiba menjadi studi yang
terbilang “kolot” dan digantikan oleh behaviorisme. Studi terhadap operasi dan struktur mental
seperti atensi, kesadaran, memori dan berpikir diabaikan hingga lima puluh tahun kemudian.
Pada tahun 1932, sebelum kebangkitan revolusi kognitif, seorang behaviorism dari Universitas
Psikologi Kognitif Page 4
California di Berkeley bernama Edward Tolman menerbitkan bukunya, Purposive Behaviour in
Animals and Men yang mana ia menggunakan tikus sebagai bahan eksperimennya dalam sebuah
labirin. Postulat Tolamn tentang peta kognitif pada hewan mengantisipasi minat kontemporer
tentang bagaimana pengetahuan direpresentasikan dalam struktur kognitif.
Pada tahun 1950 – an studi terhadap proses kognitif kembali diminati. Jurnal – jurnal
baru dan kelompok – kelompok profesionalpun bermunculan ketika para psikolog menyelidiki
proses kognitif secara mendalam. Pada musim panas 1956, sebuah simposium tentang teori
informasi diadakan dikampus MIT. Berbagai tokoh penting hadir dalam teori komunikasi untuk
mendengarkan para pembicara seperti Allen Newell dan Herbert. Pada titik ini seseorang
mungkin menyimpulkan bahwa selanjutnya ilmu psikologi kognitif tebentuk, namun pada
kenyataannya psikologi kognitif terus mendefinisikan dirinya sendiri melalui eksplorasi ilmiah
terhadap proses – proses dalam pikiran dengan menggunakan berbagai metodologi, ilmu dan
pemikiran baru dalam bidang ini.
C. Tokoh-Tokoh Psikologi Kognitif
a. George A. Miller, 1920 - Informasi Pengolahan (IP)
George A. Miller lahir 3 Februari 1920, di Charleston, Virginia Barat. Pada tahun 1940 ia
menerima gelar Bachelor of Arts dari University of Alabama dan pada tahun 1946 ia menerima
gelar Ph.D. Psikologi dari Universitas Harvard. Dia mengajar di Harvard, Rockefeller, dan
universitas Princeton. Dia dikenal karena karyanya dalam psikologi kognitif, terutama
komunikasi dan psikolinguistik. Di Harvard, selama dan setelah Perang Dunia II, ia belajar
produksi ujaran dan persepsi. George A. Miller telah menyediakan dua gagasan teoritis yang
penting untuk psikologi kognitif dan kerangka pengolahan informasi.
Konsep pertama adalah “chunking” dan kapasitas memori jangka pendek. Miller (1956)
mempresentasikan gagasan bahwa memori jangka pendek hanya bisa menampung 5-9 potongan
informasi (tujuh plus atau minus dua) di mana sepotong adalah setiap unit yang berarti. Sebuah
potongan bisa merujuk ke angka, kata-kata, posisi catur, atau wajah orang. Konsep chunking dan
terbatasnya kapasitas memori jangka pendek menjadi elemen dasar dari semua teori selanjutnya
dari memori.
Psikologi Kognitif Page 5
Konsep kedua adalah TOTE (Uji-Operate-Test-Keluar) diusulkan oleh Miller, Galanter &
Pribram (1960). Miller menyarankan bahwa TOTE harus mengganti stimulus-respon sebagai
unit dasar dari perilaku. Dalam unit TOTE, tujuan diuji untuk melihat apakah telah dicapai dan
jika tidak operasi dilakukan untuk mencapai tujuan, hal ini siklus tes-beroperasi diulang sampai
tujuan akhirnya tercapai atau ditinggalkan. Konsep TOTE memberikan dasar teori berikutnya
banyak pemecahan masalah (misalnya, GPS) dan sistem produksi.
Lingkup / Aplikasi:
Teori informasi pengolahan telah menjadi sebuah teori umum tentang kognisi manusia;
fenomena chunking telah diverifikasi di semua tingkat pengolahan kognitif.
Prinsip:
1. Memori jangka pendek (atau rentang perhatian) adalah terbatas pada tujuh potongan
informasi.
2. Perencanaan (dalam bentuk TOTE unit) adalah proses kognitif yang mendasar.
3. Perilaku adalah hirarki terorganisir (misalnya potongan, TOTE unit).
b. Avram Noam Chomsky (Generatif and Transformatif)
Teori genetik dan kognitif ini dikemukakan oleh Avram Noam Chomsky, yang
merupakan seorang ahli psikolinguistik Amerika serikat. Metode Chomsky sangat menaruh
perhatian terhadap aspek akal. Ia membahas masalah-masalah bahasa dan psikologi, kemudian
membingkainya menjadi satu bingkai dengan bentuk bahasa kognitif.
Chomsky berpandangan bahwa pemerolehan bahasa itu didasarkan pada faktor genetik
yang telah dimiliki anak sejak lahir. Anak memperoleh kemampuan untuk berbahasa seperti dia
memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Anak tidak dilahirkan sebagai piring
kosong, seperti dalam teori tabula rasa yang dikemukakan oleh Jhon Locke, akan tetapi seorang
anak tersebut telah dibekali sebuah alat yang dinamakan Piranti Pemerolehan Bahasa.
Psikologi Kognitif Page 6
Menurut Chomsky manusia mempunyai faculties of the mind, (kapling mind) yakni,
semacam ” kapling-kapling intelektual” dalam benak atau otaknya. Salah satu bagianya khusus
diciptakan untuk memperoleh bahasa. Manusia memiliki bekal kodrati (innate properties) waktu
yang lahir dan bekal inilah yang kemudian membuatnya mampu untuk mengembangkan bahasa,
piranti pemerolehan bahasa tersebut menurut Chomsky dinamakan Language Acquisition Device
(LAD).
LAD (Language Acquisition Device) merupakan Alat yang hanya menangkap
gelombang-gelombang bahasa. Setelah diterima, gelombang-gelombang itu ditata dan dihubung-
hubungkan satu sama lain menjadi sebuah sistem kemudian dikirimkan ke pusat pengolahan
kemampuan berbahasa (Language Competence). Pusat ini merumuskan kaidah-kaidah bahasa
dari data-data ujaran yang dikirimkan oleh LAD dan menghubungkannya dengan makna yang
dikandungnya, sehingga terbentuklah kemampuan berbahasa. Pada tahap selanjutnya, pembelajar
bahasa menggunakan kemampuan berbahasanya untuk mengkreasikan atau menghasilkan
kalimat-kalimat dalam bahasa yang dipelajarinya untuk mengungkapkan keinginan atau
keperluannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah diketahuinya.
Teori Chomsky adalah teori linguistic modern, yang mencerminkan kemampuan akal,
membicarakan masalah-masalah kebahasaan dan pemerolehannya, serta hubungannya dengan
akal dan pengetahuan manusia. Chomsky mendasarkan teorinya ini atas dasar asumsi bahwa
bahasa menjadi bagian dari komponen manusia dan produk khas akal manusia.
Chomsky melihat bahwa bahasa adalah kunci untuk mengetahui akal dan pikiran manusia.
Manusia berbeda dengan hewan karena kemampuannya berfikir dan kecerdasannya, serta
kemampuannya berbahasa.
Dalam kasus ini Chomsky pernah meminta bantuan seorang rekannya ahli bedah otak,
untuk membandingkan struktur otak manusia dengan simpanse. Dalam eksperimen itu dapat
dibuktikan bahwa struktur otak manusia dengan struktur otak simpanse sama persis, kecuali satu
simpul syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak terdapat pada struktur otak
simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicara meskipun kadang-kadang ada
simpanse yang keterampilan dan kecerdasannya mandekati manusia. Meskipun simpanse dilatih
dengan metode drill and practice seribu kali dalam sehari, maka tidak akan mungkin seekor
Psikologi Kognitif Page 7
simpanse dapat berbicara, sebab dapat atau tidaknya berbicara itu bukan karena factor latihan
atau kebiasaan melainkan karena factor warisan atau innate.
Bertolak belakang dengan teori behaviorisme, yang menekankan pentingnya stimulus
eksternal dalam pembelajaran, teori kognitif menegaskan pentingnya keaktifan pembelajar.
Pembelajarlah yang mengatur dan menentukan proses pembelajaran. Lingkungan bukanlah
penentu awal dan akhir positif atau negatifnya hasil pembelajaran. Menurut teori kogitif ini,
seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan
minat dan keperluannya, menginterpretasikannya, menghubungkannya dengan pengalamannya
terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon yang paling sesuai.
Dalam toeri linguistic Chomsky, dibutuhkan adanya pasangan penutur dan pendengar
yang ideal dalam sebuah masyarakat tutur atau proses pembelajaran bahasa. Sehingga keduanya
dapat menerima dan mengerti dengan penggunaan bahasa yang diucapkan dalam jumlah yang
tidak terbatas, yang sebelumnya belum pernah didengar.
Chomsky membedakan adanya kompetensi dan performance dalam proses pembentukan
bahasa. Kemampuan adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya,
sedangkan performance atau perbuatan berbahasa merupakan pelaksanaan berbahasa dalam
bentuk menerbitkan kalimat-kalimat dalam keadaan yang nyata. Kedua tahapan tersebut akan
membentuk tata bahasa yang baik, sehingga dapat diterima dan dipahami baik bagi penutur atau
pendengar dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
c. Herbert Simon (Organisation)
Menurut Herbert Simon dengan mengembangkan teori perilaku administrasi yaitu
menggambarkan bagaimana kerja struktur organisasi dan dukungan pengambilan keputusan pada
individu dalam organisasi mencapai derajat tertinggi secara konsisten
disamping kemungkinan terjadinya boundedly rational behavior. Keberadaan organisasi dengan
individu-individu yang ada didalamnya diharapkan mengadopsi dasar-dasar nilai organisasi
sebagai petunjuk untuk pengambilan keputusan; dasar-dasar nilai factual yaitu peraturan dan
prosedur sebagai dasar melakukan kegiatan rutin.
Psikologi Kognitif Page 8
Perilaku individu dalam organisasi adalah bersifat rasional karena perilakunya dibatasi
dengan peraturan, dan terkait dengan program-program kerja organisasi. Karena itu asumsi nilai,
kerangka kognitif, peraturan, kegiatan rutin, adalah unsur-unsur yang mengarahkan individu
untuk berperilaku rasional. Selanjutnya teori institusi berkembang pesat tahun 1960-an ketika
diperkenalkan konsep system terbuka dalam studi organisasi. Teori system terbuka
ditransformasikan melalui pendekatan yang menekankan pentingnya konteks lingkungan dalam
arti luas yang berpengaruh terhadap perubahan organisasi. Konteks lingkungan tersebut;
Pertama
Menyangkut lingkungan teknis yaitu terkait dengan system produksi instrumental,
transformasi input menjadi output.
Kedua
Kekuatan social budaya sebagai lingkungan institusi yang berkembang di tahun 1970-an.
Karena itu institusi dapat dilihat sebagai suatu system produksi dan sebagai system social
budaya. Itu karena pengaruh aspek lingkungan yang semakin komplek, maka teori instuisi juga
berkembang sesuai dengan perkembangan kompleksitas lingkungan. Pandangan beberapa teoritis
menurut Scott menunjukkan bahwa teori institusi dapat berkembang dalam berbagai disiplin
ilmu, karena itu tidak ada teori tunggal tengtang institusi melainkan teori institusi yang ditinjau
dari disiplin ilmu tertentu.
d. Leon Festinger (Disonansi Kognitif)
Dalam bukunya, A Theory of Cognitive Dissonance (1957), Festinger (1919-1989)
mengemukakan teorinya yang banyak dipengaruhi oleh K. Lewin. Dalam teori Festinger, sektor-sektor dalam
lapangan kesadaran dinamakan elemen-elemen kognisi. Elemen-elemen kognisi itu saling berhubungan satu
sama lain dan jenis hubungan itu ada tiga macam, yaitu: (1) hubungan tidak relevan, (2) hubungan disonan, dan
(3) hubungan konsonan.
Menurut Festinger, hubungan yang disonan juga dapat disebabkan oleh nilai-nilai budaya dan pendapat
umum. Untuk mengurangi disonansi kognitif ada tiga cara yang bisa ditempuh, yaitu:
Psikologi Kognitif Page 9
1. Mengubah elemen tingkah laku, misalnya: seorang gadis membeli baju mahal, tetapi teman-temannya
mencela baju itu karena menurut mereka baju itu jelek. Gadis tersebut merasa disonan karena baju mahal
ternyata tidak bagus (elemen I ditolak oleh elemen II). Reaksi gadis itu mungkin akan menjual
lagi baju itu atau memberikannya kepada orang lain.
2. Mengubah elemen kognisi dan lingkungannya, misalnya: Gadis diatas meyakinkan teman-temannya
bahwa baju tersebut sedang mode dijaman ini, disukai oleh bintang-bintag film dan sangat cantik.
3. Mengubah elemen kognisi baru, misalnya: mencari pendapat teman-teman lainnya yang mendukung
pendapat bahwa baju itu sangat cantik sehingga penyangkalan oleh elemen kedua bisa dinetralkan.
Teori disonansi kognitif ini adalah sebuah teori dalam psikologi sosial yang membahas mengenai
perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan
memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Istilah
disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan oleh Leon Fetinger pada tahun 1950-an. Banyak hal yang
dikritik di dalam teori ini, yaitu:
• Teori ini dinilai kurang memiliki kegunaan karena teori ini tidak menjelaskan secara menyeluruh kapan
dan bagaimana seseorang akan mencoba untuk mengurangi disonansi.
• Kemungkinan pengujian tidak sepenuhnya terdapat dalam teori ini. Kemungkinan pengujian berarti
kemampuan untuk membuktikan apakah teori tersebut benar atau salah.
e. Heider (Teori P-O-X)
Dalam tulisannya yang telah disebutkan di atas, Heider mengemukakan teori yang
berpangkal pada perasaan-perasaan yang ada pada seseorang terhadap seseorang lain dan sesuatu hal yang lain
(pihak ketiga) yang menyangkut orang pertama dan orang kedua. Orang pertama yang mengalami perasaan itu
diberi lambang P (Person atau pribadi). Orang kedua yag berhubungan dengan P diberi lambang O (Others atau
orang lain), dan orang ketiga yang bisa berupa orang lain, benda, situasi dan sebagainya diberi lambang X.
Dengan demikian hubungan tiga pihak itu disebut hubungan P-O-X.
f. Jerome Bruner (Discovely Learning)
Psikologi Kognitif Page 10
Yang menjadikan dasar ide J.Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak
harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa
yang disenbtnya discovery learning yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari
dengan suatu bentuk akhir. Banyak pendapat yang mendukung discovery learning itu,
diantaranya J.Dewey (1933) dengan complete art of reflective activity. Atau terkenal dengan
problem solving. Didalamnya buku itu ia melaporkan hasil dari suatu konferensi diantara para
ahli science. Dalam hal ini ia mengemukakan pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat
diajarkan secara efektif dalam intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
The act of discovery dari Bruner:
1. Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual.
2. Ganjaran intristik lebih ditekankan dari pada ekstrinsik.
3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berate murid itu menguasai metode
discovery learning.
4. Murid lebih senang mengingat-ingat informasi.
g. Jean Piaget (Cognitive Develop mental)
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari
fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah seorang psikologi develop mental
karena penelitiannya mengenai tahap – tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang
mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dia adalah salah seorang psikologi suatu teori
komperhensif tentang perkembangan inteligensi. Piaget memakai istilah scheme secara
interchangeablngy, Piaget memakaiistilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur.
Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang. Scheme berhubungan dengan dengan:
- Refleksi- refleksi pembawaan: misalnya bernapas, makan minum.
- Scheme mental: misalnya scheme of class fication, scheme of operation (pola tingkah laku
yang masih suka diamati seperti sikap), dan scheme of operation (pola tingkah laku yang dapat
diamati). Menurut Piaget, inteligensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,
Psikologi Kognitif Page 11
a) Struktur, disebutjuga scheme seperti yang dikemukakan di atas.
b) Isi, disebut juga content yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individual menghadapi sesuatu
masalah.
c) Fungsi, disebut juga function yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan
intelektual. Fungsi itu sendiri. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant yaitu
organisasi dana daptasi.
• Organisasi: berupa kecakapan seseoraang/organism dalam menyusun proses-
proses fisik dan psikis dalam bentuk sitem-sistem yang koheren.
• Adaptasi: adaptasi individu terhadap lingkungannya.Adaptasi ini terdiri dari dua
macam proses komplementer yaitu: asimilasi dana komondasi.
• Asimilasi: proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk
menghadapi masalah dalam lingkungannya
• Akomodasi: proses peruahan respon individu terhadap stimuli lingkungan
Tahap-tahap perkembangan:
1. Tahap Sensorimotor (dari lahir – 2 tahun)
Ciri : tidak ada bahasa, anak bersifat egocentris, pada akhir tahap ini anak
mengembangkan object permanence, anak tahu benda itu ada meskipun tidak tampak.
2. Pemikiran preoperational (sekitar 2 tahun – 7 tahun)
• Pemikiran prakonseptual (sekitar 2 tahun - 4 tahun)
Ciri : Pembentukan konsep sederhana, mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok
berdasarkan kemiripan, logika mereka tidak induktif atau deduktif, namun transduktif
( sapi adalah hewan besar dan berkaki empat, hewan itu juga berkaki empat dan besar
jadi hewan itu adalah sapi)
• Pemikiran intuitif (sekitar 4 tahun - 7 tahun)
Anak memecahkan masalah secara intuitif, bukan berdasarkan kaidah-kaidah logika.
Psikologi Kognitif Page 12
Ciri : anak tidak mampu untuk conservation (kemampuan untuk menyadari bahwa
jumlah, panjang, substansi atau luas akan tetap sama meski mungkin hal-hal itu
direpresentasikan kepada anak dalam bentuk yang berbeda-beda). Anak secara mental
tidak mampu membalikkan operasi kognitif.
3. Operasi konkret (sekitar 7 tahun - 11/12 tahun)
Ciri : anak memiliki kemampuan konservasi, kemampuan mengelompokkan secara
memadai, mampu melakukan pengurutan (dari yang besar ke yang kecil dan sebaliknya),
dan mampu menangani konsep angka. Akan tetapi, proses pemikiran masih didasarkan
hal-hal yang konkret.
4. Operasi formal (sekitar 11/12 tahun – 14/15 tahun)
Anak mampu menangani situasi hipotetis dan proses berpikir mereka tidak lagi
tergantung hanya pada hal-hal yang langsung. Pemikiran anak semakin logis dimana
pemikiran ini dapat membantunya untuk mencari solusi atas problem kehidupan yang
tidak kunjung selesai.
D. Teori Intelegensi
Inteligensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual manusia.
Inteligensi merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi (higher
order cognition). Secara umum inteligensi sering disebut kecerdasan, sehingga orang yang
memiliki inteligensi yang tinggi sering disebut orang cerdas atau jenius.
Para ahli belum ada kesatuan pendapat tentang definisi inteligensi. Menurut Solso (1988),
Inteligensi adalah kemampuan memperoleh dan menggali pengetahuan; menggunakan
pengetahuan untuk memahami konsep-konsep konkret dan abstrak, dan menghubungkan di
antara objek-objek dan gagasan-gagasan; menggunakan pengetahuan dengan cara-cara yang
lebih berguna (in a meaningful way) atau efektif.
Inteligensi sebagai Kemampuan
Nickerson, Perkins, dan Smith (dalam Solso, 1988) membuat daftar kemampuan yang mereka
percayai sebagai representasi dari inteligensi manusia. Sebagai berikut:
Psikologi Kognitif Page 13
• Kemampuan Mengklasifikasikan Pola-pola Objek
Orang dengan inteligensi normal mampu mengenali dan mengklasifikasikan stimulus-stimulus
yang tidak identik ke dalam satu kelas atau rumpun.
• Kemampuan Beradaptasi (Kemampuan Belajar)
Kemampuan belajar dan memodifikasi perilaku agar dapat beradaptasi dengan lingkungan
merupakan hal yang penting bagi inteligensi manusia.
• Kemampuan Menalar secara Deduktif
Orang yang inteligen mampu menarik kesimpulan tertentu berdasarkan premis-premis yang
mendahului.
• Kemampuan Menalar secara Induktif
Penalaran Induktif meminta seseorang menarik kesimpulan di balik informasi yang diberikan
atau terbatas. Penalaran ini meminta seseorang untuk menemukan aturan-aturan atau prinsip-
prinsip tertentu berdasarkan contoh-contoh khusus.
• Kemampuan Mengembangkan dan Menggunakan Konsep
Meliputi bagaimana seseorang membentuk suatu kesan-pemahaman mengenai cara-cara suatu
objek bekerja atau berfungsi, dan bagaimana menggunakan model itu untuk memahami dan
menginterpretasi kejadian-kejadian.
• Kemampuan Memahami
Berkaitan dengan kemampuan melihat adanya hubungan atau relasi dalam suatu permasalahan,
dan kegunaan-kegunaan hubungan ini bagi pemecahan masalah itu. Keabsahan kemampuan
memahami ini merupakan bagian yang menonjol di dalam tugas-tugas pada tes inteligensi.
E. Terapi Kognitif
Psikologi Kognitif Page 14
Seringkali istilah terapi kognitif biasa digunakan, namun sebenarnya istilah ini salah
karena mengandung pengertian bahwa seolah-olah pendekatan kognitif merupakan bentuk terapi
tersendiri. Padahal tidak demikian, beberapa teknik sudah biasa digunakan oleh terapis
perilakuan (missal: pelatihan asertif, pelatihan mengatasi masalah dll). Dalam terapi kognitif
teknik-teknik yang sudah biasa digunakan terapis tersebut diperkenalkan kepada pasien.
Keterlibatan klien menunjukkan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang aktif.
Terapis secara bebas mencari bentuk-bentuk kerjasama dengan klien, dengan terapi yang
dipusatkan pada keadaan disini dan sekarang. Pengalaman dan kejadian di masa lalu hanya
dipertimbangkan sejauh kenyataan itu dapat membantu menerangkan pola pikir dan perilaku
yang sudah menjadi kebiasaan saat ini.
Dalam terapi kognitif dipahami bahwa faktor kognitif juga berperan pada timbulnya
gangguan. Para psikolog dalam menangani kasus-kasus depresi dan kecemasan mengambil
pikiran dan dialog internal atau bicara diri sebagai bahan masukan sendiri dalam proses terapi.
Asumsi dasar dalam terapi kognitif yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari
penyimpangan atau distorsi dalam berpikir. Perbaikan akan dicapai dengan mengubah pola pikir
yang menyimpang tersebut. Tanpa perubahan pola pikir maka kesembuhan akan bersifat
sementara, dan masih rentan kalau klien menghadapi situasi yang menyesakkan atau
menimbulkan akibat negatif.
Tujuan dalam teknik kognitif yaitu:
1. Membangkitkan pikiran-pikiran pasien, dialog internal atau bicara diri dan interpretasi
terhadap kejadian-kejadian yang dialami.
2. Terapis bersama pasien mengumpulkan bukti yang mendukung atau menyanggah
interpretasi-interpretasi yang diambil.
3. Menyusun desain eksperimen untuk menguji validitas interpretasi dan menjaring data
tambahan untuk diskusi di dalam proses perlakuan teurapetik.
Terapi kognitif diarahkan untuk memunculkan kesalahan atau kesesatan dalam berpikir, sebagai
contoh
Psikologi Kognitif Page 15
1. Berpikir dikotomik, yaitu berpikir serba ekstrem tanpa penilaian atau pendapat
relativistik ditengah-tengah (hitam vs putih, semuanya atau tidak sama sekali)
2. Abstraksi selektif, pemisahan sebagian kecil dari situasi keseluruhan dengan
mengabaikan sisa bagian yang jauh lebih besar atau penting. Misalnya yaitu secara
keseluruhan orang itu bertampang menarik tetapi karena hidungnya saja yang pesek
orang tersebut jadi minder.
3. Inferensi arbitrer (sembarangan atau semena-mena) yaitu menarik kesimpulan yang
merupakan inferensi dari bukti-bukti yang tidak relevan. Misalnya yaitu menelpon pacar
tatapi tidak ada jawaban kemudian dia menyimpulkan bahwa pacarnya sedang berpacaran
dengan orang lain.
4. Overgeneralisasi, menyimpulkan suatu kejadian negatif yang khusus, sebagai kejadian
negatif secara keseluruhan. Misalnya tidak bisa statistik, kemudian menyimpulkan bodoh
dalam semua hal.
5. Catastrophising, berpikir hal yang paling buruk dalam suatu situasi.
STRATEGI PERENCANAAN TERAPI
Normalnya terapi kognitif dibatasi antara 15-20 pertemuan, masing-masing
membutuhkan waktu 50 menit, sekali seminggu. Meskipun demikian, untuk kasus-kasus depresi
yang lebih parah perlu dua kali pertemuan setiap minggunya untuk 4-5 minggu pertama.
Pendekatan yang digunakan biasanya yaitu behavioral kemudian kognitif. Semakin berat depresi
semakin ditekankan pada teknik behavioral. Dalam komponen kognitif, proses terapi dimulai
dari diskusi tentang pikiran-pikiran yang sedehana dan jelas kesalahan interpretasinya kearah
asumsi-asumsi yang lebih komplek.
Karakteristik pertemuan-pertemuan terapi:
1. Terapis menyusun agenda.
2. Terapis mengatur waktu terapi.
3. Terapis membuat ringkasan secara periodik selama wawancara, kemudian minta
tanggapan klien terhadap ringkasan yang dibuat.
Psikologi Kognitif Page 16
4. Dominasi pendekatan dengan terapis banyak bertanya.
5. Langkah akhir, ada 2 tugas terapis:
• Memberikan tugas rumah yang didasarkan pada topik atau masalah yang nampak muncul
sebagai masalah pokok selama session yang baru dijalani.
• Meminta pasien untuk membuat ringkasan tentang apa yang telah dikerjakan di dalam
session yang baru dijalani, dan merincikan apa yang harus dikerjakan dalam pekerjaan
rumah. Pasien didorong untuk menunjuk pokok-pokok topik diskusi yang kurang tepat,
yang dirasa menyakitkan , yang membantu mencapai kemajuan dalam pengentasan
masalah.
Psikologi Kognitif Page 17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mempelajari psikologi, berarti kita berusaha untuk mengenal manusia,
mengetahui aspek-aspek kepribadian manusia dan memahami agar dapat menguraikan dan
menggambarkan tingkah laku manusia. Salah satu aspek kepribadian itu misalnya keterbukaan,
yaitu sikap terbuka terhadap dunia luar, sikap mau memahami perasaan orang lain, sikap mudah
menerima pendapat orang lain dan sikap ini bersifat menetap dan menjadi ciri bagi orang yang
bersangkutan, yang individual dari orang tersebut.
Jadi, kehidupan mental atau psikis mencakup gejala-gejala kognitif, efektif, konatif
sampai pada taraf psikomotis, baik dalam berhadapan dengan diri sendiri maupun dengan orang
lain. Gejala-gejala mental-psikis ini dapat dibedakan dengan yang lain dan dijadikan objek studi
ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat dipisahkan secara total yang satu dari yang
lainnya. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar-dasar dari gejala yang
khas kognitif, tetapi juga meninjau aspek kognitif dalam gejala mental yang lain, seperti apa
penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan (afektif) dan keputusan kehendak
(konatif)
B. Saran
Sejalan dengan simpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Pembaca hendaknya memahami lebih tentang konsep perkembangan kognitif, sejarahnya,
beserta segala teori yang berkaitan dengan teori psikologi kognitif
2. Pembaca mampu memahami setiap tahap perkembangan kognitif yang terjadi pada individu.
Psikologi Kognitif Page 18