prosedur medikolegal

6
Prosedur Medikolegal Peraturan Medikolegal diatur dalam KUHAP (Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana). Dimana didalamnnya memuat tatalaksana bagaimana suatu perkara pidana itu harus ditangani. Penanganan Kasus Pidana itu sendiri antara lain: a. Penemuan dan Pelaporan Penemuan dan pelaporan dilakukan oleh warga masyarakat yang melihat, mengetahui atau mengalami suatu kejadian yang diduga merupakan suatu tindak pidana. Pelaporan dilakukan ke pihak yang berwajib dan dalam hal ini yaitu Kepolisian RI, dll. Pelaporan juga bisa dilakukan melalui instansi pemerintah terdekat seperti RT (Rukun Tetangga) atau RW (Rukun Warga). Hak dan kewajiban pelaporan ini diatur didalam pasal 108 KUHAP. b.Penyelidikan Yaitu serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknnya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur oleh undang-undang. Penyelidik yang dimaksud adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia yang tertera didalam Pasal 4 KUHAP. Didalam Pasal 5 KUHAP disebutkan wewenang dan tindakan yang dilakukan oleh penyelidik: 1. Penyelidik sebagaimana dimaksud pasal 4:

Upload: febriani-muldiati

Post on 27-Nov-2015

435 views

Category:

Documents


114 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

Page 1: Prosedur medikolegal

Prosedur Medikolegal

Peraturan Medikolegal diatur dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana). Dimana didalamnnya memuat tatalaksana bagaimana suatu perkara pidana itu harus

ditangani. Penanganan Kasus Pidana itu sendiri antara lain:

a. Penemuan dan Pelaporan

Penemuan dan pelaporan dilakukan oleh warga masyarakat yang melihat,

mengetahui atau mengalami suatu kejadian yang diduga merupakan suatu tindak pidana.

Pelaporan dilakukan ke pihak yang berwajib dan dalam hal ini yaitu Kepolisian RI, dll.

Pelaporan juga bisa dilakukan melalui instansi pemerintah terdekat seperti RT (Rukun

Tetangga) atau RW (Rukun Warga). Hak dan kewajiban pelaporan ini diatur didalam

pasal 108 KUHAP.

b. Penyelidikan

Yaitu serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu

peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknnya

dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur oleh undang-undang. Penyelidik yang

dimaksud adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia yang tertera didalam

Pasal 4 KUHAP. Didalam Pasal 5 KUHAP disebutkan wewenang dan tindakan yang

dilakukan oleh penyelidik:

1. Penyelidik sebagaimana dimaksud pasal 4:

a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana

2. Mencari keterangan dan barang bukti

3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan

2. Pemeriksaan dan penyitaan surat

3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

Page 2: Prosedur medikolegal

4. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik

2. Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan

sebgaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan b kepada penyidik.

c. Penyidikan

Adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang di atur

dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti

itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka.

Penyidikan dilakukan oleh penyidik yaitu pejabat polisi Negara RI dan pejabat pegawai

negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang sebagaimana

diatur di dalam pasal 6 KUHAP. Penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli dan

didalam hal kejadian mengenai tubuh manusia, maka penyidik dapat meminta bantuan

dokter untuk dilakukan penanganan secara kedokteran forensik. Kewajiban seorang

dokter antara lain:

1. Melakukan pemeriksaan kedokteran forensik atas korban apabila diminta secara

resmi oleh penyidik.

2. Menolak melakukan kedokteran pemeriksaan kedokteran forensik tersebut diatas

dapat dikenai pidana penjara, selama lamanya 9 bulan.

Kewajiban untuk membantu peradilan sebagai seorang dokter forensik itu diatur

dalam asal 133 KUHAP dimana seperti yang disebutkan diatas penyidik berwenang

muntuk mengajukan permintaan keterangan ahli pada dokter forensik atau kedokteran

kehakiman. Untuk hak dokter menolak menjadi saksi/ahli diatur dalam Pasal 120,168,170

KUHAP. Sedangkan sangsi bagi pelanggar kewajiban dokter diatur di dalam Pasal 216,

222, 224, 522 KUHP. Untuk melakukan prosedur bedah mayat klinis, anatomis, dan

transplantasi oleh seorang dokter forensik diatur menurut peraturan pemerintah No.18

Tahun 1981. Bagi seorang dokter forensik yang membuat sebuah keterangan palsu

didalam hasil akhir pemeriksaan dikenakan Pasal 267 KUHP dan pasal 7 KODEKI.

d. Pemberkasan Perkara

Page 3: Prosedur medikolegal

Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya termasuk hasil

pemeriksaan kedokteran forensik yang dimintakan kepada dokter. Hasil berkas perkara

ini diteruskan ke penuntut umum.

e. Penuntutan

Yaitu tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan

negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini

dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim disidang pengadilan.

f. Persidangan

Didalam persidangan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim, dimana di dalam

persidangan itu dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi, dan juga para ahli.

Dokter dapat dihadirkan di sidang pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli atau

selaku dokter pemeriksa. Dokter pun berhak menolak menjadi saksi/ahli yang

sebagaimana diatur di dala pasal 120, 168, 179 KUHAP.

g. Vonis

Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan sebagai berikut:

Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana dan

bahwa terdakwa memang bersalah melakukan tindak pidana tersebut

Keyakinan hakim harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah

yang diatur dalam pasal 184 KUHAP (keterangan saksi, keterangan ahli, surat,

petunjuk, keterangan terdakwa)

Hubungan dengan kasus:

Pada kasus ini diketahui bahwa seorang ayah membawa anak perempuannya ke rumah

sakit untuk dilakukan pemeriksaan apakah anaknya telah disetubuhi karena anaknya sudah 3 hari

keluar kota dibawa lari oleh teman laki-lakinya. Dalam hal ini sebelum dokter melakukan

pemeriksaan, sebaiknya ditanyakan dahulu maksud dari pemeriksaan, apakah sekedar ingin

mengetahui saja atau ada maksud melakukan penuntutan. Apabila dimaksudkan akan melakukan

Page 4: Prosedur medikolegal

penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak tersebut. Sebaiknya melaporkan

terlebih dahulu kepada polisi sehingga dapat dilakukan pemeriksaan berdasarkan permintaan

polisi untuk dibuat visum et repertum. Namun apabila dokter telah memeriksa korban karna

permintaan ayahnya bukan berdasarkan permintaan polisi dan beberapa waktu kemudian polisi

mengajukan permintaan dibuatkan visum et repertum, maka dokter harus menolak, karena segala

sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban sebelum permintaan visum et repertum

merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpan (KUHP ps. 322). Dalam keadaan ini, dokter

dapat meminta polisi supaya korban dibawa kembali dan visum et repertum dibuat berdasarkan

keadaan yang ditemukan pada waktu permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu tidak

diberikan dalam bentuk visum et repertum melainkan dalam bentuk surat keterangan. **

** Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et all. Ilmu

Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p. 151-2.