medikolegal 2

31
Entomologi Forensik adalah penggunaan serangga, dan kerabat mereka yang menghuni arthropoda membusuk tetap untuk membantu penyelidikan hukum. Bidang yang luas entomologi forensik umumnya dipecah menjadi tiga bidang umum: medicolegal, perkotaan, dan hama produk disimpan. Bagian medicolegal berfokus pada komponen pidana sistem hukum dan berhubungan dengan (atau bangkai) yg makan binatang yg sudah mati makan serangga yang biasanya tetap manusia menginfestasi. Kesepakatan aspek perkotaan dengan serangga yang mempengaruhi manusia dan lingkungan langsungnya. Daerah ini memiliki komponen baik pidana dan perdata sebagai hama urban dapat memberi makan pada kedua hidup dan yang mati. Kerusakan yang disebabkan oleh rahang mereka (atau mulut) karena mereka pakan dapat menghasilkan tanda-tanda dan luka pada kulit yang dapat disalahartikan sebagai penyalahgunaan sebelumnya. Hama perkotaan kepentingan ekonomi besar dan entomologi forensik dapat terlibat dalam proses sipil atas kerusakan moneter. Terakhir, serangga produk disimpan biasanya ditemukan dalam bahan makanan dan entomologi forensik dapat berfungsi sebagai saksi ahli selama kedua proses pidana dan perdata yang melibatkan kontaminasi makanan Sebuah mayat dapat menjadi dihuni oleh serangga hanya dalam beberapa jam kematian. Kali ini follwing kematian dan penemuan digambarkan sebagai interval post-mortem (atau PMI). Selama

Upload: deny-rahmat-pamungkas

Post on 02-Jan-2016

158 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

entomologi

TRANSCRIPT

Page 1: medikolegal 2

Entomologi Forensik adalah penggunaan serangga, dan kerabat mereka yang menghuni arthropoda membusuk tetap untuk membantu penyelidikan hukum. Bidang yang luas entomologi forensik umumnya dipecah menjadi tiga bidang umum: medicolegal, perkotaan, dan hama produk disimpan. Bagian medicolegal berfokus pada komponen pidana sistem hukum dan berhubungan dengan (atau bangkai) yg makan binatang yg sudah mati makan serangga yang biasanya tetap manusia menginfestasi. Kesepakatan aspek perkotaan dengan serangga yang mempengaruhi manusia dan lingkungan langsungnya. Daerah ini memiliki komponen baik pidana dan perdata sebagai hama urban dapat memberi makan pada kedua hidup dan yang mati. Kerusakan yang disebabkan oleh rahang mereka (atau mulut) karena mereka pakan dapat menghasilkan tanda-tanda dan luka pada kulit yang dapat disalahartikan sebagai penyalahgunaan sebelumnya. Hama perkotaan kepentingan ekonomi besar dan entomologi forensik dapat terlibat dalam proses sipil atas kerusakan moneter. Terakhir, serangga produk disimpan biasanya ditemukan dalam bahan makanan dan entomologi forensik dapat berfungsi sebagai saksi ahli selama kedua proses pidana dan perdata yang melibatkan kontaminasi makananSebuah mayat dapat menjadi dihuni oleh serangga hanya dalam beberapa jam kematian. Kali ini follwing kematian dan penemuan digambarkan sebagai interval post-mortem (atau PMI). Selama tahap ini berbagai spesies lalat yang awalnya tertarik dan cepat bertelur untuk memulai generasi baru dari larva. Spesies yang berbeda dari serangga dapat memberikan petunjuk berdasarkan karakteristik infestasi diprediksi dan tingkat pertumbuhan. Infestasi serangga urutan yang berbeda dari mayat / tetap disebut sebagai: "suksesi Faunal"Spoiler for grafik: 

Page 2: medikolegal 2

grafik by imamgapura, on Flickr

Selain menentukan waktu kematian / waktu sejak kematian, entomologi forensik juga dapat digunakan untuk menentukan informasi penting lainnya:

Lokasi - kehadiran serangga indikator dapat menempatkan tersangka (atau korban) di lokasi geografis tertentu

Toksikologi - serangga dan / atau larva dapat digunakan untuk memperoleh data toksikologi (seperti obat-obatan atau indikator kimia lainnya) yang mungkin tidak lagi hadir dalam sisa-sisa manusia

Dasar Langkah-langkah dalam Forensik Entomologi - Menentukan PMI Mungkin sedikit mengerikan, tetapi bagian dari keseimbangan alam, serangga menyediakan cara yang relatif sederhana dan umumnya konsisten memperkirakan interval post-mortem (PMI). Konsep umum adalah sederhana:

Kumpulkan belatung dari tubuh bersama dengan bukti serangga lainnya. Identifikasi spesies dari masing-masing hadir spesies serangga.

Tentukan ukuran / panjang dari itu belatung, kemudian menggabungkan data cuaca untuk memperkirakan usia

Gunakan bukti serangga (bersama dengan suhu, dll) untuk memperkirakan lamanya waktu yang telah berlalu sejak kematian (PMI)

Jenis SeranggaLalat

Kebanyakan orang berpikir lalat sebagai pengganggu yang akan ditampar. Untuk

Page 3: medikolegal 2

antropolog forensik serangga ini menyediakan jadwal diprediksi dari yang untuk memperkirakan waktu kematian. Mereka biasanya datang pertama dan menggunakan mayat segar sebagai substrat untuk keturunan mereka / belatung. Ada berbagai jenis lalat, berikut adalah beberapa contoh:

Lalat (Muscidae) - 5,5-9 mm dada abu-abu, ditutupi dengan rambut. Meluasnya distribusi. Dapat meletakkan 500 telur.

Lalat (Caliphoridae) - 9,5-12 mm dada. Ditandai dengan antena tiga segmen. Meluasnya distribusi. Lebih memilih untuk lingkungan beriklim tropis. Seringkali yang pertama tiba karena mereka bisa mencium bau bahan kimia yang memancarkan oleh mayat dari setidaknya 15 km. Biasanya masuk melalui bukaan alam seperti hidung, telinga, mulut.

Fleshflies (Sarcophagidae) - berkembang biak di bangkai atau membusuk materi / daging. Juga memiliki tiga segmen toraks. Biasanya melahirkan hidup muda langsung pada mayat / bangkai, terlepas dari tingkat dekomposisi.

Spoiler for siklus: 

siklus by imamgapura, on Flickr

Coleoptera / Kumbang Kumbang (dan serangga terkait) cenderung muncul dalam tahap dekomposisi agak belakangan. Selain makan pada mayat secara langsung, beberapa spesies larva kumbang mengkonsumsi belatung, yang dapat sangat berlimpah, tergantung pada tingkat dekomposisi. Selain itu, beberapa spesies kumbang aktif di malam hari (mis. Histeridae), bersembunyi di bawah tetap selama jam siang hari dan makan di malam hari. Kumbang pengembara kadang

Page 4: medikolegal 2

pengumpan relatif awal tetap, penargetan larva lalat daripada mayat membusuk itu sendiri. Sesampainya relatif kemudian dalam dekomposisi adalah Dermestidae, (Kumbang Kulit) mengkonsumsi kulit kering, otot dan jaringan lain yang tersisa dari larva lalat dan unik dapat mencerna rambut / keratin. 

Acari / TungauTungau membantu dalam proses dekomposisi baik dengan makan pagi (Macrocheles) serta dalam tahap terakhir (Rostrozetes). Tungau sering diangkut ke mayat di kumbang, di mana mereka akan mengkonsumsi telur terbang salah satu atau belatung. 

Lepidoptera / NgengatNgengat, yang mengejutkan banyak dapat makan tetap selama dekomposisi. Ngengat memiliki kapasitas untuk mengkonsumsi sisa rambut pada mayat. Kedatangan Lepidoptera biasanya acara tahap akhir selama fase akhir dari dekomposisi.

Mendukung Bukti EntomologicalAhli entomologi forensik juga memerlukan informasi yang mendukung untuk menentukan waktu kematian, atau Post-Mortem Interval (PMI).Contoh informasi meliputi:1. Mengidentifikasi petugas yang bertanggung jawab dan ahli patologi medis (telepon, nomor fax)?2. Umum deskripsi adegan kematian 

i. Vegetasi (jenis, tinggi) ii Slope dan paparan sinar matahari dan / atau cahaya buatan iii. Sun / teduh rasio iv. Lokasi di dalam ruangan / di luar ruangan (jendela terbuka / tertutup) v. Menyembunyikan tubuh (mobil boot, tempat sampah dll) 

3. Comments on aktivitas serangga. 4. Mengumpulkan serangga di sekitar mayat (lalat dewasa, larva lalat dan kumbang). 5. Mengumpulkan serangga pada mayat ketika diizinkan (lalat dewasa, larva lalat dan kumbang). 6. Kumpulkan mayat serangga bawah setelah penghapusan (larva lalat / kepompong dan kumbang). 7. Kumpulkan substrat / tanah sampel (tanah saringan untuk mengumpulkan larva terbang dan / atau kepompong). 8. Rekam cuaca / data meteorologi di tempat kejadian selama minggu depan (min / max suhu dan kelembaban relatif).Spoiler for tabel: 

Page 6: medikolegal 2

PendahuluanPerkiraan saat kematian dalam suatu kasus forensik adalah hal yang penting. Dalam

ilmukedokteran, memperkiraan saat kematian tidak dapat dilakukan dengan 1 metode saja, gabungandari 2 atau lebih metode akan memberikan hasil perkiraan yang lebih akurat dengan rentang bisayang lebih kecil. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah interpretasi aktifitas serangga(entomologi forensik). Menurut catatan sejarah, bangsa Cina sudah mulai mengembangkanteknik pemeriksaan mayat menggunakan serangga pada abad ke-12. Pada perkembangannya,kelompok-kelompok serangga yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi umur mayat berasal dari ordo Diptera, Coleoptera, Hymenoptera (terutama semut), dan beberapa Lepidoptera.Serangga-serangga tersebut dikatakan dapat menentukan waktu kematian mayat dengan lebihtepat berbanding metode lain.

Cabang entomologi forensik memanfaatkan pengetahuan, adanya binatang yang langsung menyerbu mayat sesaat setelah meninggal. Faktor penariknya dapat berupa darah atau protein yang dikeluarkan oleh mayat. Misalnya, ada jenis lalat yang langsung bertelur pada luka terbuka atau organ tubuh terbuka lainnya, segera setelah seseorang meninggal. Namun, terdapat juga lalat jenis lainnya yang menunggu sampai mayat agak membusuk untuk bertelur. Larva lalat itu dengan cepat menetas menjadi belatung, dan memakan daging mayat. Dalam kondisi tertentu belatung mampu memakan habis daging dalam waktu hanya beberapa hari, misalnya jika cukup sinar matahari, cuaca hangat atau kelembaban cukup. Para ahli forensik entomologi biasanya memeriksa mayat korban pembunuhan, dengan mengambil makhluk hidup yang ada pada mayattersebut. Belatung, lalat atau telur lalat atau kumbang dikumpulkan dan dianalisis dilaboratorium.

Pembagian serangga yang ditemukan pada entomologi forensik:

a. Nekrofagus : serangga yang memakan jaringan tubuh mayatb. Predator-parasit : serangga yang memakan serangga nekrofagusc. Omnivor : serangga yang memakan jaringan tubuh mayat dan serangga lain

K elompok nekrofagus merupakan kelompok serangga yang paling penting dalam membantu perkiraan waktu kematian. Segera setelah kematian, serangga tertentu akan mendatangi, memakan dan berkembang biak pada mayat.

Definisi

Entomologi adalah cabang sains yang mengkaji mengenai serangga. Berasal dari bahasa Latin –entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan. Entomologi merupakan ilmu yang menjadi dasar bagi ilmu-ilmu lain yang memberikan data awal mengenai karakteristik, bentuk kehidupan, dan bermacam pengetahuan lain mengenai serangga yang selanjutnya dapat digunakan untuk menunjang ilmu lain dalam memanfaatkan keberadaan serangga.

Page 7: medikolegal 2

Entomologi forensik adalah aplikasi ilmu serangga yang memfokuskan kajian pada penyelidikan kematian manusia dengan menggunakan serangga sebagai petunjuk. Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke lokasi lain.

Entomologi tidak hanya bergelut dengan biologi dan histologi artropoda, namun saat ini entomologi dalam metode-metodenya juga meliputi ilmu lain sepertikimia dan genetika. Dengan penggunaan pemeriksaan dan pengidentifikasi DNA pada tubuhserangga dalam entomologi forensik, maka dapat memungkinkan untuk mengidentifikasi jaringan tubuh atau mayat seseorang melalui serangga yang ditemukan pada tempat kejadian perkara.

Tujuan entomologi forensik 

1. Menentukan waktu dan lama kematian

2. Menentukan apakah mayat telah dipindahkan dari lokasi pembunuhan

3. Menentukan keterlibatan obat atau bahan toksik dalam kematian

A. Menentukan waktu dan lama kematian

 Penentuan waktu kematian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi umur seranggamaupun telur yang ada pada mayat, sehingga para patologis dapat memperkirakan dengan lebihtepat waktu kematian mayat tersebut. Asumsi pokok bahwa mayat manusia yang masih “baru” belum dikerumuni serangga dan serangga tersebut belum berkembang dalam mayat. Dengan demikian umur serangga yang semakin tua beserta telur yang ditemukan pada mayat dapat dijadikan dasar perkiraan interval post-mortem minimum.

Untuk mengetahuinya, dapat digunakan 2 metode yaitu:

a.  Using successional waves of insects

Metode ini adalah melihat lama waktu kematian dengan mengidentifikasi serangga yang ada pada mayat tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena ada jenis serangga yang menyukai mayat yang masih baru, namun ada juga serangga yang menyukai mayat yang sudah membusuk, salah satunya Piophilidae yang datang ke mayat setelah terjadi proses fermentasi. Secara kronologis, jika ada mayat yang mati dan masih baru, serangga yang menyukainya akan langsung menuju mayat tersebut, melakukan reaksi enzimatis pada mayat tersebut (dapat berupa proses fermentasi) dan apabila sudah selesai, maka gelombang serangga yang berikutnya akan datang, dan melakukan reaksi enzimatis pula, begitu seterusnya.

b. Using maggot age and development 

Dengan adanya telur, larva, pupa, maupun imago pada mayat tersebut, dapat diketahui berapa lama waktu meninggal pada mayat tersebut, karena pada serangga, tiap perubahan dari satu fase ke fase lain mempunyai waktu-waktu tertentu yang pasti, sehingga dapat mengidentifikasi mayat dengan metode tersebut. Walau tetap terdapat kemungkinan

Page 8: medikolegal 2

tidak akurat karena adanya berbagai faktor, salah satunya perpindahan yang menyebabkan perbedaan suhu yang berimbas pada metabolisme perkembangbiakan serangga tersebut.

B. Menentukan apakah mayat telah dipindahkan dari lokasi pembunuhan

Untuk menentukan apakah suatu mayat telah dipindahkan dari lokasi pembunuhan yang sebenarnya dapat dilakukan dengan mengidentifikasi serangga yang terdapat pada mayat dan dibandingkan dengan serangga serupa yang terdapat di sekitarnya. Identifikasi terutama secara molekular akan diperoleh data apakah serangga yang terdapat pada mayat berasal dari daerah tempat mayat tersebut ditemukan atau berasal dari tempat lain, karena pada dasarnya bahkan serangga yang sejenis dapat memiliki variasi genetik yang berbeda antara lokasi satu dengan yang lain.

C. Menentukan keterlibatan obat atau bahan toksik terhadap kematian

Pertama terjadi dekomposisi jaringan lunak dan setiap bukti toksikologi hilang bersama jaringan lunak tersebut. Apabila mayat terlambat ditemukan, dan sudah tidak ada lagi jaringan lunak yang bisa dijadikan sampel, terdapat cara lain untuk menguji obat atau toksin. Serangga yang didapat pada mayat mungkin mengandung bahan toksikologi yang diperlukan untuk menyelesaikan kasus itu.

Contoh Family Lalat dan Kumbang

Lalat

Family Calliphoridae: Blow Flies Family Sarcophagidae: Flesh Flies Family Muscidae: Muscid Flies Family Piophilidae: Skipper Flies Family Scathophagidae: Dung Flies Family Sepsidae: Black Scavenger Flies Family Sphaeroceridae: Small Dung Flies and Minute Dung Flies Family Stratiomyidae: Soldier Flies Family Phoridae: Humpbacked Flies or Scuttle Flies Family Psychodidae: Moth Flies, Sand Flies and Owl Midges

K umbang

Family Silphidae: Carrion Beetles Family Dermestidae: Skin Beetles, Leather Beetles, Hide Beetles, Carpet Beetles and Larder Beetles Family Staphylinidae: Rove Beetles Family Histeridae: Clown Beetles Family Cleridae: Checkered Beetles Family Trogidae: Hide Beetles

Page 9: medikolegal 2

Family Scarabaeidae: Scarab Beetles Family Nitidulidae: Sap Beetles

Siklus hidup serangga

Setiap jenis serangga yang berkembang biak pada mayat, menggambarkan tahapan waktu dari mulai meninggalnya korban. Ibaratnya jam yang dapat dilacak dan diketahui, kapan titik nolnya. Dengan begitu perkiraan waktu kematian dapat ditegakkan dengan akurat, dalam kisaran ketepatan beberapa jam. Dua jenis serangga yang pertama mendatangi mayat adalah Blow flies (Calliphoridae) dan flesh flies (Sarcophagidae). Blow flies mendatangi mayat dengan hanya melalui bau walaupun dari jarak jauh sekitar beberapa menit sehingga beberapa jam setelah kematian. Tetapi blow flies tidak mendatangi mayat yang sudah mengalami mumifikasi dan pengeringan.

Blow fliesPada tahap awal, sekitar 23 jam, telur menetas menjadi larva berupa belatung yang kerjanya hanya makan. Sekitar 27 jam kemudian, belatung memasuki tahapan kedua dan mulai menyiapkan diri untuk menjadi kempompong. Belatung tahapan kedua ini umurnya sekitar 50 jam, setelah itu memasuki tahapan ketiga, dengan kesiapan menjadi kepompong bertambah matang. Tahapan ketiga ini umurnya sekitar 72 jam. Tahapan selanjutnya belatung menjadi kepompong. Pada tahapan ini diperlukan waktu sekitar 273 jam untuk menetas menjadi lalat.

Page 10: medikolegal 2

Seekor lalat dewasa di sekitar mayat korban pembunuhan, dipastikan sudah berumur sekitar 500 jam. Jadi jika dalam penelitian ditemukan belatung pada fase akhir tahap ketiga misalnya, berarti korban sudah meninggal sekitar 160 jam atau sekitar seminggu. Dengan mengetahui identitas lainnya dari korban, dapat dilacak dimana seminggu lalu terakhir kali ia berada, bersama siapa atau melakukan apa. Jika semua daging pada mayat sudah habis dimakan belatung, penelitian kerangka manusia dari sudut ilmu forensik entomologi masih dapat dilakukan. Para pakar mengatakan, semua proses kegiatan serangga atau binatang lainnya pasti meninggalkan jejak. Misalnya cangkang kepompong dan kulit luar lainnya. Dengan meneliti sisa-sisa serangga tadi, para pakar forensik entomologi masih dapat menentukan umur kerangka bersangkutan.

Pakar ilmu forensik entomologi dari AS, William Rodriguez mengatakan, terdapat pola khas dari pembusukan mayat. Pola khas ini jika dikaitkan dengan fase perkembangan serangga yang juga khas pada mayat, akan mampu menunjukkan saat kematian. Misalnya saja lalat yang biasa berkerumun di tempat sampah, memerlukan waktu metamorfosa sekitar 500 jam untuk menjadi lalat sempurna. Itupun dalam kondisi ideal, yakni suhu rata-rata 23 derajat Celsius dankelembapan cukup.

Penelitian Jiron dan Cartin (1981) pada bangkai anjing menjelaskan bahwa kelompok-kelompok serangga tertentu akan muncul pada tahap-tahap pembusukan bangkai.

1. Pada tahap pertama, disebut discoloration stage (berlangsung selama kurang lebih 3-4hari), muncul serangga semut (Camponotus sp.), lalat muscoid, lalat sarcophagid, lalatdrosophilid, dan banyak lalat calliphorid (Phaenicia eximia).

2. Pada tahap berikut, disebut emphysematic stage (berlangsung mulai hari ke-4 sampai ke-8). Pada tahap ini muncul serangga P. eximia dalam jumlah besar, kumbang histerid, Euspilotus aenicollis, beberapa kumbang scarabid, dan beberapa lalat muscoid.

3. Tahap berikut disebut liquefaction yang berlangsung pada hari ke-8 sampai ke-28. Padatahap ini serangga yang datang paling melimpah adalah dua spesies lalat calliphorid, yaitu P. eximia dan Hemilucilia segmentaria, lalat piophilid, kumbang staphylinid, histerid, Dermaptera, tawon ichneumonid, lipas, lebah (genus Trigona) dan dua famili ngengat (pyralid dan noctuid).

4. Tahap yang terakhir adalah mummified, yang didominasi oleh kumbang dermestid.

Meskipun demikian, teknik ini juga mempunyai kelemahan yang cukup mendasar, yaitu sangat tergantung dari keadaan cuaca, misalnya suhu, kelembaban, dan curah hujan, atau oleh perlakuan manusia, yang secara langsung akan menentukan proses dekomposisi yang menjadi dasar kehadiran serangga-serangga tersebut (Goff, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kerusakan tubuh mayat dan tipe serta jumlah serangga yang mendatangi mayat adalah:

a. Suhu

Page 11: medikolegal 2

Serangga memerlukan suhu tertentu untuk berkembangbiak dari satu fase ke satu fase. Seperti perkembangan lalat, suhu harus di antara suhu minimum dan suhu maksimum. Luar dari batas suhu tersebut, ia tidak dapat berkembang baik atau perkembangannya menurun.

b. Penguburan

Mayat yang dikubur di tanah, umumnya membusuk delapan kali lebih lama dari pada mayat yang berada di udara terbuka. Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah terutama bila dikubur di tempat yang dalam, terlindung dari binatang perosak, dan rendahnya oksigen menghambat berkembang biaknya organisme aerobik.

c. Adanya air (mayat terendam dalam air)

d. Proses mumifikasi

e. Kondisi geografi

Zona geografi mempengaruhi vegetasi, jenis tanah, cuaca dan sumber makanan yang akhirnya dapat mempengaruhi spesies serangga di daerah tersebut. Sebagai contoh, Western Goldenhaired Blow fly hanya ditemukan pada mayat di Perth tetapi tidak ditemukan pada mayat di Sydney. Mayat di Sydney didatangi olehspesies Blow fly yang lain.

Ia juga mempengaruhi waktu kedatangan serangga. Contohnya di Amerika Utara, dermestid beetles berkolonisasi lewat yaitu sekitar sebulan selepas kematian tetapi di Hawaii, ia berkolonisasi sejak hari ketiga hingga hari kesepuluh kematian.

Poin-poin penting:

1. Serangga yang datang ke mayat adalah serangga betina karena mayat digunakan sebagi tempat untuk telur serangga.

Page 12: medikolegal 2

2. Di tiap daerah, serangga yang digunakan sebagai sebagai entomologi forensik dapat berbeda spesies, bergantung pada karakternya, ketertarikan pada mayat baru, maupun pada mayat yang sudah membusuk.

3. Serangga pada entomologi forensik ini digunakan untuk mengetahui lama waktu kematian si mayat. Untuk mengetahui hal lain seperti bagaimana mayat tersebut mati, jenis luka pada pada mayat itu, tidak dibahas pada kajian ini karena relevansinya kurang.

Cara pengumpulan bahan entomologi 

1. Dilakukan pengamatan secara visual terhadap lokasi kematian. Catatan harus diambil tentang habitat, kondisi cuaca, lokasi dan orientasi tubuh.

2. Pengumpulan data meteorologi pada adegan kematian. Ini harus mencakup suhu sekeliling, kelembaban, dan paparan sinar matahari.

3. Koleksi spesimen dari tubuh. Ini harus mencakup 2 sampel dari setiap lokasi kolonisasiya itu satu sampel spesimen serangga diawetkan di tempat kematian dan satu sampel spesimen hidup untuk dibiakkan di laboratorium.

4. Mengumpulkan spesimen dari lingkungan sekitarnya yaitu 20-30 kaki dari tubuh mayat.Hal ini juga harus mencakup 2 sampel dari setiap area aktivitas serangga yaitu seranggaspesimen diawetkan di tempat kematian dan spesimen hidup untuk dibiakkan di laboratorium.

5. Mengumpulkan spesimen dari daerah langsung di bawah tubuh setelah mayat dipindahkan dari tempat kejadian. Ini harus mencakup minimal 3 sampel tanah yang diambil dari bawah kepala, dada, dan daerah panggul dan disimpan terpisah dan diberi label.

6. Koleksi spesimen selama otopsi pada pemeriksaan medis atau kantor koroner. Sebuah pemeriksaan rinci dari pakaian dan benda-benda dalam kontak langsung dengan tubuh untuk spesies serangga tambahan dari adegan kematian harus terjadi. Langkah ini harus mencakup spesimen serangga diawetkan pada saat pemeriksaan dan spesimen hidup untuk dibiakkan di laboratorium.

Forensik Entomologi 

Pendahuluan        

            Entomology adalah ilmu yang mempelajari tentang serangga (classic insecta)Serangga merupakan spesies terbanyak di dunia, lebih dari 50% keberadaannya di dunia dengan lebih dari 900.000 spesies serangga sudah terdefinisi. Peran Serangga dalam ekosistem alami, dalam agroekosistem, dalam kesehatan dan  dalam forensik. 

Serangga memiliki jumlah spesies beragam lebih besar dari spesies lain dengan kemampuan bertahan hidup (survive) tinggi. Dalam ekosistem alami Fluktuasi pertumbuhannya sendiri di pengaruhi oleh lingkungan biotik dan abiotik. Serangga merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm) yang berarti dalam laju metabolismenya

Page 13: medikolegal 2

dipengaruhi oleh lingkungan, seperti suhu. Pada serangga spesies yang sama, jika ditempatkan di dua wilayah berbeda dengan suhu yang satu lebih hangat dari pada suhu wilayah lain, ada kemungkinan hal ini juga memberi pengaruh pada life cyclenya. Hal ini disebabkan laju metabolisme merupakan reaksi enzimatis dimana pada reaksi ini, enzim bekerja pada suatu suhu dan apabila berada pada wilayah hangat maka dapat mendukung enzim dapat bekerja secara optimal.

Berbagai spesies serangga memiliki peran tersendiri dalam agroekosistem. Dalam agroekosistem: Ditinjau dari kebutuhan manusia terhadap serangga: Sebagai hama, Sebagai , predator,   Sebagai vector. Dapat berperan sebagai vektor. Sebagai contoh, vektor Plasmodium sp. Sebagai hospes penyakit malaria adalah salah satu dari spesies nyamuk Anopheles. Dalam bidang kesehatan: Dalam bidang forensik: Entomology forensic digunakan pertama kali pada abad ke-13 dan digunakan serta dikembangkan secara besar-besaran pada abad ke-19. Memahami dan mendalami kitar hayat sesuatu spesies lain, ahli entomologi forensic boleh menganggarkan waktu kematian berdasarkan suhu persekitaran di tempat kejadian jenayah, jenis spesies lalat dan peringkat instar larva lalat yang berad pada mayat dengan lebih tepat. Jika mayat dijumpai di luar rumah, maka lalat betina dianggap meletakkan telurnya pada mayat dalam masa yang singkat, iaitu dalam lingkungan satu jam selepas kematian berlaku. Namun, masa bertelur akan berubah jika mayat dijumpai di dalam rumah atau di dalam bilik yang tertutup. Hal ini demikian kerana terdapat halangan fizikal (contohnya, pintu dan dinding) untuk lalat betina bertemu dengan mayat. Begitu juga dengan factor cucaca, jika hari hujan lebat semasa kematian berlaku, maka lalat betina akan terlewat ke mayat jika mayat berada di dalam perigi, ditanam bawah tanah, di dalam gua, disimpan dalam kereta, direndam di dalam air ataupun dijumpai di tingkat 20 di sebuah bangunan tinggi di Kuala Lumpur. Jika kematian berlaku pada waktu malam, adakah lalat betina akan terus bertelur pada mayat atau bertelur pada keesokan hari? Lalat adalah serangga yang bersifat diurnal, yaitu aktif pada waktu pagi dan bertelur pada waktu siang. Namun, oviposisi nokturnal masih dalam keadaan kontroversi kerana sesetengah lalat bertelur dalam keadaan gelap.

1. Pengertian Forensik Entomologi

2. Langkah- langkah Forensik Entomologi

1. Saat menghembuskan nafas terakhir

Memastikan waktu kematian tanpa ada saksi tentu sangat sulit, paling tidak memperkirakan dengan melihat keadaan mayat. Misal kekakuan mayat, lebam pada mayat dan lain-lain. Belatung dapat memberikan kontribusi untuk perkiraan waktu kematian. Caranya memeriksa alat pernafasan belatung, sebab alat pernafasan ini terus mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Tentu saja yang bisa mengetahuinya adalah para ahli forensik.

Page 14: medikolegal 2

2. Perpindahan mayat

Belatung dapat membantu menentukan apakah lokasi ditemukannya mayat sama dengan lokasi kematian. Caranya mencocokkan jenis belatung atau serangga lain yang ditemukan di tubuh mayat dengan tipe lalat atau serangga lain yang hidup di sekitar lokasi ditemukannya mayat.

3. Identitas mayat

Seringkali ditemukan tubuh mayat sudah tak berbentuk, sulit dikenal atau tanpa petunjuk identitas yang jelas. Sebagai contoh, mayat yang harus digali dari kuburan untuk sebuah visum. Untuk memastikan identitas mayat tersebut, belatung sangat berperan. Caranya : karena kebisaan belatung yang mencerna jaringan tubuh mayat, maka saluran cerna belatung diperiksa melalui tes DNA untuk proses identifikasi. Selain itu belatung juga memakan cairan sperma atau cairan vagina, sehingga selain identifikasi korban belatung dapat juga digunakan untuk mencari identitas pelaku dalam kasus kekerasan seksual.

4. Mencari Penyebab Kematian

Untuk yang satu ini, belatung benar-benar unjuk gigi, sebab mengungkap misteri penyebab kematian bukanlah hal yang mudah. Caranya bagian tubuh mayat yang menjadi tempat paling favorit berkumpulnya belatung merupakan sebuah petunjuk penting. Belatung umumnya paling menyukai hidup dibagian mata, hidung, telinga, mulut. Intinya bagian berlobang dari tubuh, karena belatung suka kegelapan di lobang.

3. Proses Terjadinya Pembusukan

1. Suhu Tubuh

Cara yang paling umum bagi seorang Ahli Forensik ketika datang ke TKP adalah mengukur suhu tubuh mayat korban, patut diketahui hal yang dapat diukur pada awal kematian adalah suhu tubuh (mayat) korban mulai menurun, Suhu tubuh manusia normal adalah 36 derajat C, suhu tubuh menurun 1 derajat per jam, namun sangat dipengaruhi oleh besar badan korban, tebal pakaian korban, dan udara disekitar korban. Dalam 12 jam kedepan suhu tubuh mayat sudah berkurang setengahnya. Namun apabila korban tenggelam di air suhu tubuh akan turun lebih cepat.

2. Kaku Mayat

Kaku Mayat disebut juga Rigor Mortis dalam bahasa latinnya, hal ini terjadi karena efek kimia dalam tubuh dari asam menuju basa, biasanya sekira 2 jam setelah waktu kematian. Otot manusia yang lemas menjadi keras dan kenyal, proses kekakuan ini dimulai dari kelopak mata kemudian otot muka dan rahang, kemudian kebagian tangan dan terakhir kaki. Rigor Mortis merupakan proses yang berkelanjutan dan setelah 12 jam mayat berubah menjadi kaku seperti balok kayu. Mayat akan tetap dalam kondisi ini selama 12 sampai 48 jam sampai kimia tubuh berubah kembali menjadi asam dan tubuh kembali

Page 15: medikolegal 2

menjadi lemas. Kejang otot ternyata dapat juga terjadi pada kematian tiba – tiba, memang cirinya hampir sama dengan Rigor Mortis namun hanya bertahan beberapa jam. Sering terjadi pada saat kematian, korban memegang sesuatu, hal itu akan berlangsung beberapa jam. Apabila penyidik beruntung, pegangan erat korban terhadap tersangka pada saat menjelang kematian menyisakan rambut, kulit atau bahan pakaian tersangka, hal ini bisa dikembangkan di laboratorium forensik untuk mencari TSK nya.

3. Lebam Mayat

Lebam mayat atau bahasa latinnya disebut Livor Mortis, terjadi ketika jantung berhenti berdetak dan darah berhenti bersirkulasi, sel darah merah turun ke bawah pada bagian tubuh yang bersentuhan dengan tanah karena kekuatan gravitasi. Hal inilah yang menyebabkan lebam pada mayat sekira 2 jam setelah kematian, ini disebabkan karena tubuh tidak bergerak, terjadinya warna pada kulit karena sel darah merah pecah dan terpisah dan masuk ke dalam serat otot. lain halnya dengan kasus keracunan, korban yang mati karena gas karbon monoksida akan terlihat merah terang pada bagian bawah tubuh, sedangkan kalau teracuni cyanida akan terlihat warna pink.

4. Menentukan Waktu Kematian yang sudah lama terjadi

Pada kasus mayat yang ditemukan setelah beberapa waktu, kerusakan yang terjadi pada mayat akan menjadi indikator lamanya peristiwa kematian telah terjadi. Pada umumnya bakteri bekerja merusak darah menghasilkan noda berwarna hijau setelah 2 hari, setelah 2 hari noda hijau itu menyebar ke tangan, kaki, leher dan tubuh mulai membengkak dan setelah seminggu kulit sudah mulai melepuh. Pada cuaca panas atau tropis banyaknya serangga menentukan waktu rusaknya mayat, lalat hitam dan lalat hijau biasanya menaruh telur mereka pada daging yang masih segar, dan telur menetas antara 8 hingga 14 jam kemudian tergantung suhu disekitarnya. Belatung berkembang dalam 3 tahap, selalu berganti kulit hingga berkembang sempurna menjadi lalat setelah 10 sampai 12 hari. Setelah itu lalat meninggalkan mayat itu untuk melanjutkan perkembangbiakan  ditempat lain. Lalat mempunyai siklus yang selalu sama sehingga para ahli Forensik bisa menduga waktu kematian walaupun mayat baru ditemukan setelah beberapa hari.

4. Dekomposisi

1. pembusukan

Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme. autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzim-enzim intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan enzim-enzim akan mengalami proses autilisis lebih cepat daripada organ-organ yang tidak

Page 16: medikolegal 2

memiliki enzim, dengan demikian pancreas akan mengalami autolisis lebih cepat dari pada jantung.

2. utolisis

Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh karena itu pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan proses autolisis ini tetap terjadi. Auotolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena ailah nukleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian dinding sel akan mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan mencair. mayat yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh pengaruh suhu yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian juga pada suhu tinggi enzim-enzim yang terdapat pada sel akan mengalami kerusakan sehingga proses ini akan terhambat pula.

Pembusukan adalah proses penghancuran jaringan pada tubuh yang disebabkan terutama oleh bakteri anaerob yang berasal dari traktus gastrointestinal. Dimana basil Coliformis dan Clostridium Welchii merupakan penyebab utamanya, sedangkan bakteri yang lain seperti Streptococcus, Staphylococcus, B.Proteus,jamur dan enzim-enzim seluler juga memberikan kontribusinya sebagai organisme penghancur jaringan pada fase akhir dari pembusukan. Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh akan hilang,bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan segera masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah, dimana darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak.

Bakteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang terjadi sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan jaringan-jaringan dan pembentukan gas pembusukan. Bakteri yang sering menyebabkan destruktif ini sebagian besar berasal dari usus dan yang paling utama adalah Cl. Welchii. Bakteri ini berkembang biak dengan cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi antara H2S (gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi Sulf-Meth-Hb.

Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana   isinya  lebih cair, menngandung lebih banyak  bakteri dan letaknya yang  lebih superfisial. Perubahan warna ini secara bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen sampai ke dada dan bau busukpun mulai tercium. Perubahan warna juga dapat dilihat pada permukaan organ dalam seperti hepar, dimana hepar merupakan organ yang langsung kontakdengan kolon transversum.

Bakteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan berkembang biak didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian mewarnai dinding pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi

Page 17: medikolegal 2

pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh darahnya sehingga pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak lebih jelas seperti pohon gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang sering disebut marbling.

Selain bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru bakteri-bakteri ini cenderung berkumpul dalam sistem vena, maka gambaran marbling ini jelas terlihat pada bahu,dada bagian atas, abdomen bagian bawah dan paha. Bila Cl.Welchii mulai tumbuh pada satu organ parenchim, maka sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami desintegrasi dan nukleusnya akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel menjadi lepas sehingga jaringan kehilangan strukturnya. Secara mikroskopis bakteri dapat dilihat menggumpal pada rongga-rongga jaringan dimana bakteri tersebut banyak memproduksi gelembung gas. Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat cepat membesar menyerupai honey combed appearance. Lesi ini dapat dilihat pertama kali pada hati .

Permukaan lapisan atas epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada  dibawahnya dan ini disebut ‘skin slippage’. Skin slippage ini menyebabkan identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan. Pembentukan gas yang terjadi antara epidermis dan dermis mengakibatkan timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini kadang-kadang tidak mengisi secara penuh di dalam bula. Bula dapat menjadi sedemikian besarnya menyerupai pendulum yang berukuran 5 - 7.5cm dan bila pecah meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat dan berwarna kemerahan, ini disebabkan oleh karena pecahnya sel-sel lemak subkutan sehingga cairan lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena tekanan gas pembusukan dari dalam(9). Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala, aksila dan pubis mudah dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada akar rambut.

Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembung-gelembung udara mengisi hampir seluruh jaringan subkutan.  Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan menyebabkan terabanya krepitasi udara. Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh, dan tubuh berada dalam sikap pugilistic attitude. Scrotum dan penis dapat membesar dan membengkak, leher dan muka dapat menggembung, bibir menonjol seperti “frog-like-fashion”, Kedua bola mata keluar, lidah terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit dikenali kembali oleh keluarganya. Pembengkakan yang terjadi pada seluruh tubuh mengakibatkan berat badan mayat yang tadinya 57 - 63 kg sebelum mati menjadi 95 - 114 kg sesudah mati.

Tekanan yang meningkat didalam rongga dada oleh karena gas pembusukan yang terjadi didalam cavum abdominal menyebabkan pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trachea dan bronchus terdorong keluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar melalui mulut dan hidung. Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak dan biasanya cairan pembusukan ini tidak lebih dari 200 cc.  

Page 18: medikolegal 2

Pengeluaran urine dan feses dapat terjadi oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat. Pada wanita uterus dapat menjadi prolaps dan fetus dapat lahir dari uterus yang pregnan. Pada anak-anak adanya gas pembusukan dalam tengkorak dan otak menyebabkan sutura-sutura kepala menjadi mudah terlepas. Organ-organ dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang berbeda-beda dalam. Jaringan intestinal,medula adrenal dan pancreas akan mengalami autolisis dalam beberapa jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain seperti hati, ginjal dan limpa merupakan organ yang cepat mengalami pembusukan.  Perubahan warna pada dinding lambung terutama di fundus dapat dilihat dalam 24 jam pertama setelah kematian. Difusi cairan dari kandung empedu kejaringan sekitarnya menyebabkan perubahan warna pada jaringan sekitarnya menjadi coklat kehijauan. Pada hati dapat dilihat gambaran honey combs appearance, limpa menjadi sangat lunak dan mudah robek, dan otak menjadi lunak.

Organ dalam seperti paru, otot polos, otot lurik dan jantung mempunyai kecendrungan untuk lambat mengalami pembusukan. Sedangkan uterus non gravid,  dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap pembusukan karena strukturnya yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan fibrousa. Organ-organ ini cukup mudah dikenali walaupun organ-organ lain sudah mengalami pembusukan lanjut. Ini sangat membantu dalam penentuan identifikasi jenis kelamin. Yang menarik pada pembusukan lanjut dari organ dalam ini adalah pembentukan granula-granula milliary atau ‘ milliary plaques’ yang berukuran kecil dengan diameter 1-3 mm yang terdapat pada permukaan serosa yang terletak pada endotelial dari tubuh seperti pleura, peritoneum, pericardium dan endocardium. ‘Milliary plaques’ ini pertama kali ditemukan oleh Gonzales yang secara mikroskopis berisi kalsium pospat, kalsium karbonat, sel-sel endotelial, massa seperti sabun dan bakteri, yang secara medikolegal sering dikacaukan dengan proses peradangan atau keracunan.

Orang yang obese, lemak-lemak tubuh terutama perirenal, omentum dan mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yang transluscent yang mengisi rongga badan diantara organ yang dapat menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan dan juga tidak menyenangkan. Disamping bakteri pembusukan insekta juga memegang peranan penting dalam proses pembusukan sesudah mati. Beberapa jam setelah kematian lalat akan hinggap di badan dan meletakkan telur-telurnya pada lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Biasanya jarang pada daerah genitoanal. Bila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering meletakkan telur-telurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat didaerah genitoanal ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum kematian. Telur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva dalam waktu 24 jam. Larva ini mengeluarkan enzim proteolitik yang dapat mempercepat penghancuran jaringan pada tubuh.

Insekta tidak hanya penting dalam proses pembusukan tetapi meraka juga memberi informasi penting yang berhubungan dengan kematian. Insekta dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian, memberi petunjuk bahwa tubuh mayat telah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, memberi tanda pada badan bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat dipergunakan dalam pemeriksaan toksikologi bila   

Page 19: medikolegal 2

jaringan untuk specimen standart juga sudah mengalami pembusukan. Hasil akhir dari proses pembusukan ini adalah destruksi jaringan pada tubuh mayat. Dimana proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor.Aktifitas pembusukan sangat optimal pada temperatur berkisar antara 70°-100°F (21,1-37,8°C) aktifitas ini dihambat bila suhu berada dibawah 50°F(10°C) atau pada suhu diatas 100°F (lebih dari 37,8°C).

Bila mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka proses pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat diletakkan pada suhu dingin maka proses pembusukan akan berlangsung lebih lambat. Pada mayat yang gemuk proses pembusukan berlangsung lebih cepat dari pada mayat yang kurus oleh karena kelebihan lemak akan menghambat hilangnya panas tubuh dan kelebihan darah merupakan media yang baik untuk perkembangbiakkan organisme pembusukan. Pada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh yang cepat menghambat pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi yang baru lahir memang terdapat sedikit bakteri sehingga proses pembusukan berlangsung lebih lambat.

Proses pembusukan juga dapat dipercepat dengan adanya septikemia yang terjadi sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan infeksi paru. Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit masih terasa hangat. Media di mana mayat berada juga memegang peranan penting dalam  kecepatan pembusukan mayat. Kecepatan pembusukan ini di gambarkan dalam rumus klasik Casper dengan perbandingan tanah : air : udara = 1 : 2 : 8 artinya mayat yang dikubur di tanah umumnya membusuk 8 x lebih lama dari pada mayat yang terdapat di udara terbuka.  Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah terutama bila dikubur ditempat yang dalam, terlindung dari predators seperti binatang dan insekta, dan rendahnya oksigen menghambat berkembang biaknya organisme aerobik.

Bila mayat dikubur didalam pasir dengan kelembaban yang kurang dan iklim yang panas maka jaringan tubuh mayat akan   menjadi kering sebelum terjadi pembusukan. Penyimpangan dari proses pembusukan ini di sebut mumifikasi. Mayat yang tenggelam di dalam air pengaruh gravitasi tidaklah lebih besar dibandingkan dengan daya tahan air akibatnya walaupun mayat tenggelam diperlukan daya apung untuk mengapungkan tubuh di dalam air, sehingga mayat berada dalam posisi karakteristik yaitu kepala dan kedua anggota gerak berada di bawah sedangkan badab cenderung berada di atas akibatnya lebam mayat lebih banyak terdapat di daerah kepala sehingga kepala menjadi lebih busuk dibandingkan dengan anggota badan yang lain. Mayat yang tenggelam di dalam air proses pembusukan umumnya  berlangsung lebih lambat dari pada yang di udara terbuka. Pembusukan di dalam air terutama dipengaruhi oleh temperatur air, kandungan bakteri di dalam air. Kadar garam di dalamnya dan binatang air sebagai predator. Degradasi dari sisa-sisa tulang yang dikubur juga cukup bervariasi. Penghancuran tulang terjadi oleh karena demineralisasi, perusakan oleh akar tumbuhan. Derajat keasaman yang terdapat pada tanah juga berpengaruh terhadap kecepatan penghancuran tulang. Sisa-sisa tulang yangn dikubur pada tanah yang mempunyai derajat keasaman yang tinggi lebih cepat terjadi penghancuran daripada tulang yang di kubur di tanah yang bersifat basa.

Page 20: medikolegal 2

5. Penganggaran waktu kematian

Banyak kajian telah membuktikan bahawa lalat adalah serangga pertama yang sampai kepada mayat untuk tujuan pengovipositan. Lalat dikatakan mempunyai organ deria yang amat sensitif dengan bau autolisis sel-sel badan dan amat peka terhadap penurunan suhu badan orang yang baru mati. Lalat betina akan meletakkan telurnya dalam longgokan (lebih kurang 300 biji telur) pada bahagian lubang hidung, orbit mata, rongga mulut, bahagian genitalia (jika bahagian tersebut terdedah tanpa pakaian). ataupun luka-luka yangbberdarah. Kitar hayat lalat bermula dengan telur, larva, kemudian pupa dan seterusnya menjadi dewasa. Jenis kitar hayat ini dikenali sebagai holometabolus atau metamorfosis lengkap. Telur lalat akan menetas dalam jangka masa antara 12-24 jam. Larva lalat yang baru menetas daripada telur dikenal sebagai instar pertama. Larva ini berukuran kecil (kurang  2.5mm) dan aktiviti pemakanannya sangat aktif. Selepas 12 jam, larva instar pertama akan menyalin kulitnya (ekdisis) dan menjadi larva instar kedua yang bersaiz 8 mm. Larva ini meneruskan proses tumbesaran dengan pemakanan yang aktif dan selepas 18 jam, larva instar kedua akan menjadi instar ketiga yang bersaiz 15 mm.

Selepas 72 jam, larva instar ketiga akana mengalamai transformasi kepada peringkat pupa. Pupa ialah satu peringkat yang larva lalat dibaluti dengan kulit kitin yang keras dan larva tersebut adalaha pegun dan tidak menjalankan sebarang aktiviti pemakanan. Selepas 90 jam, lalat dewasa akan menetas daripada pupa. Lalat dewasa merupakan peringkat yang matang dari segi seksualnya dan berupaya untuk melahirkan generasi seterusnya.

Biasanya, jangka hayat seekot lalat dewasa islah selama satu bulan hingga dua bula. Secara amnya, kitar hayat keseluruhan untuk telur lalat menjadi lalat dewasa ialah selama 9-14 hari, bergantung peada suhu dan jenis spesiesnya. Hal ini demikian kerana suhu memainkan peranan yang penting dalam kadar perkembangan lalat. Jika suhu persekitarannya tinggi, maka kadar perkembangan lalat akan menjadi lebih cepat dan sebaliknya. Spesies lalat yang berlainan juga mempunyai kitar hayat yang agak berbeza, disebabkan oleh unsure genetic dan cirri-ciri biologi yang berbeza antara satu sama lain. Contohnya, lalat daging (famili Sarcophagidae), kebanyakan lalat betina ini bersifat larviparus, iaitu melahirkan larva secara hidup tanpa melalui peringkat telur, maka tempoh kitar hayatnya lebih singkat berbanding dengan lalat langau dalam famili Calliphoridae yang bersifat oviparous (melahirkan telur).

6. Punca kematian

Pengambilan dadah, racun atau ubat yang terlebih dosnya boleh membawa kematian. Jika mayat dijumpai dalam keadaan segar, maka doktor patologi forensik masih boleh mengesan jenis dadah atau racun daripada sampel darah, urin, specimen hati dan tisu ginjal untuk analisis jenis racun dan kandungan dadah. Jika mayat dijumpai selepas

Page 21: medikolegal 2

seminggu dan berada dalam keadaan pereputan lanjut, maka tiada lagi sampel darah, urin ataupun tisu hati boleh didapati untuk ujian pengesanan dadah.

Walaupun begitu, larva lalat yang berada di atas mayat atau sekelilingnya boleh digunakan untuk tujuan tersebut. Contohnya, dalam kes bunuh diri, selepas si mati mengambil racun rumpai, racun tersebut akan dibawa ke seluruh badan oleh system peredaran darah dan diserap ke dalam tisu badan. Apabila larva lalat memakan daging mayat untuk tumbersaran, secara tidak langsung sisa-sisa racun ini juga dimakan oleh larva lalat. Dengan adanya teknologi canggih dan sensitif seperti kromatografi gas (GC) dan kromatografi cecair berprestrasi tinggi (HPLC), maka kehadiran racun dalam tisu si mati dpat dikesan dengan cara mengekstrak daripada usus larva lalat, walaupun racun tersebut dalam kuantiti yang sangat kecil. Bidang ini dikenali sebagai entomotoksikologi dan banyak kajian sedang dijalankan tentang kesan dadah seperti heroin dan morfin akan melambatkan kadar perkembangan lalat dan dadah seperti kokain dan metamfetamin akan mempercepatkan kadar perkembangan lalat. Selain itu, penyemburan insektisid seperti malation pada badan mayat akan melambatkan masa ketibaan lalat kepada mayat selama satu minggu.

Referensi :

Hidayat R. C. 2005.  Pengantar Menuju Ilmu Forensik. Fakultas Biologi UGM. Jakarta.

Jurnal. Heo Chong Chin, Pensyarah Parasitologi, Fakulti Perubatan, Universiti Teknologi Mara (UiTM) Shah Alam. (154-163).

7.