lbm 1 medikolegal

23
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure (SOP), kode etik profesi, serta undang-undang yang berlaku baik disengaja maupun akibat kelalaian Kelalaian ini bukanlah suatu pelanggaran hukum, jika kelalaian tersebut tidak sampai membawa kerugian kepada orang lain dan orang tersebut dapat menerimanya. Akan tetapi,jika kelalaian tersebut mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka hal ini bisa dikatakan malpraktek. Definisi malpraktek medis “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956) Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan risiko yang melekat terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of

Upload: fikar-ican

Post on 16-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kesehtan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

LATAR BELAKANGMalpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure (SOP), kode etik profesi, serta undang-undang yang berlaku baik disengaja maupun akibat kelalaian Kelalaian ini bukanlah suatu pelanggaran hukum, jika kelalaian tersebut tidak sampai membawa kerugian kepada orang lain dan orang tersebut dapat menerimanya. Akan tetapi,jika kelalaian tersebut mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka hal ini bisa dikatakan malpraktek.Definisi malpraktek medis adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956)Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan risiko yang melekat terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam transaksi teraputik antara tenaga kesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaa verbintenis).

MANFAAT Mahasiswa dapat mengerti dan memahami prosedur medikolegal. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti perbedaan malpraktek dengan medical error. Mahasiswa dapat menjelaskan tanggung jawab hukum dalam praktek kedokteran. Mahasiswa dapat menjelaskan aspek-aspek hukum yang mendasari terjadinya malpraktek. Mahasiswa dapat memahami prosedur penuntutan malpraktek. TUJUAN

Untuk memahami prosedur medikolegal. Untuk mengerti perbedaan malpraktek dengan medical error. Untuk menjelaskan tanggung jawab hukum dalam praktek kedokteran. Untuk menjelaskan aspek-aspek hukum yang mendasari terjadinya malpraktek. Untuk memahami prosedur penuntutan malpraktek.

BAB IIPEMBAHASANSKENARIOMALPRAKTEK MEDISPasien anak laki-laki berumur 12 tahun dating dalam keadaan sadar ke IGD rumah sakit diantar oleh ibunya dengan keluhan pharyngitis dan nyeri pada leher sejak 3 jam yang lalu setelah makan coklat. Pada pasien terdapat riwayat alergi debu dan beberapa jenis makanan dan sudah seringkali datang ke rumah sakit tersebut dengan keluhan yang sama. Pasien ini sebelumnya membaik dengan injeksi cortisone 2 ml dan dipenhydramine 2 ml. Tanpa melakukan pemeriksaan terhadap pasien tersebut, dokter jaga IGD langsung menulis di rekam medis ditemukan hiperemis pada mukosa faring, tonsil T1/T1 dan di diagnosis pharyngitis dengan differential diagnosis reaksi alergi. Pasien tersebut segera diberi injeksi cortisone : dela = 2:2. Setelah diobservasi selama 45 menit, nyeri tidak menghilang, pasien kemudian dikonsulkan ke Bagian Penyakit Dalam.Dari hasil pemeriksaan Bagian Penyakit Dalam, ditemukan kesadaran E3V5M6, tampak gelisah, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110x/menit, pernafasan 24x/menit, leher tampak membengkak, wheezing +/+. Oleh dokter penyakit dalam, didiagnosis dengan reaksi anafilaktik berat. Dokter penyakit dalam menjelaskan kondisi pasien kepada ibunya dan tindakan yang akan dilakukan. Pasien kemudian dalam keadaan kritis, oleh dokter penyakit dalam, diberikan injeksi adrenalin pada lengan kiri. Setelah diinjeksi, kesadaran pasien menurun, tampak kongesti dan ujung jari sianosis. Dilakukan resusitasi, akan tetapi mengalami kesulitan saat dilakukan intubasi karena spasme dan oedem laring. Lima menit kemudian pasien meninggal. Ayah pasien menuntut dokter penyakit dalam karena menganggap dokter tersebut yang melakukan kesalahan dan menyebabkan anaknya meninggal setelah diinjeksi tanpa memberitahu terlebih dahulu.

TERMINOLOGI

PERMASALAHAN1. Apa saja yang termasuk dalam prosedur medikolegal ?2. Apa saja peranan dokter dalam menegakkan hukum ?3. Apa saja tujuan dan manfaat informed consent ?4. Apakah kasus scenario diatas dikatakan malpraktek ?5. Apa saja jenis-jenis malpraktek ?6. Apa yang seharusnya dilakukan oleh dokter jaga IGD ?7. Sebutkan aspek hukum yang mengatur tentang malpraktek di Indonesia ?8. Sebutkan dan jelaskan factor penyebab tindak pidana praktek ?9. Bagaimana cara pembuktian malpraktek ?10. Bagaimana cara pencegahan malpraktek ?JAWABAN PERMASALAHAN1. Yang termasuk dalam prosedur medikolegal Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.Ruang lingkup prosedur medikolegal adalah pengadaan visum et repertum, pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan ahli di dalam persidangan, kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran, penerbitan surat kematian dan surat keterangan medik, pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka (psikiatri forensik), dan kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik.Dasar Pengadaan Visum et RepertumPasal 133 KUHAP1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.2. Permintaan keterangan ahli sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.Menurut pasal 133 KUHAP permintaan visum et repertum merupakan wewenang penyidik, resmi dan harus tertulis, visum et repertum dilakukan terhadap korban bukan tersangka dan ada indikasi dugaan akibat peristiwa pidana. Bila pemeriksaan terhadap mayat maka permintaan visum disertai identitas label pada bagian badan mayat, harus jelas pemeriksaan yang diminta, dan visum tersebut ditujukan kepada ahli kedokteran forensik atau kepada dokter di rumah sakit.Sanksi Hukum bila MenolakPasal 216 KUHPBarang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yag diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara selama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak Sembilan Ribu Rupiah.Pemeriksaan Mayat untuk PeradilanPasal 222 KUHPBarangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara palling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus Rupiah.Permintaan Sebagai Saksi AhliPasal 179 (1) KUHAPSetiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.Pasal 224 KUHPBarangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam dalam perkara pidana dengan penjara paling lama Sembilan Bulan. Pembuatan Visum et Repertum bagi tersangka ( VeR Psikiatris)Pasal 120 KUHAP(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.Pasal 180 KUHAP(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan saksi ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.Pasal 53 UU Kesehatan(3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.Keterangan AhliPasal 1 Butir 28 KUHAP Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. (pengertian keterangan ahli saecara umum)Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya pembuktian, keterangan ahli harus dikemas dalam betuk alat bukti sah.Alat Bukti SahPasal 183 KUHAP Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.Pasal 184 KUHAP Alat bukti yang sah adalah:(a) keterangan saksi, (b) keterangan ahli, (c) Surat, (d) petunjuk,(e) keterangan terdakwaKeterangan ahli diberikan secara lisanPasal 186 keterangan ahli adalah apa yang ahli nyatakan di sidang pengadilan.Penjelasan Pasal 186Keterangan ahli dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima jabatan atau pekerjaan (BAP saksi ahli).Keterangan ahli diberikan secara tertulisPasal 187 KUHAP Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah: (c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat bedasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya. Aspek Medikolegal dalam praktik kedokteran ForensikDokter diwajibkan memahami dan menerima tanggung jawab hukum berkaitan dengan : Hak asasi manusia Penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual Kode Etik Kedokteran Indonesia Pembuatan surat keterangan sehat, sakit, Visum et Repertum atau surat kematian. Proses di pengadilan, dokter berperan memberikan keterangan ahli, sebagai saksi ahli pemeriksa, menjelaskan visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR dengan temuan ilmiah alat bukti sah lainnya. Dokter juga berperan menjelaskan segala sesuatu yang belum jelas dari sisi ilmiah. Memahami UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang mengatur praktik kedokteran. Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan kesehatan.

2. Peran dokter dalam menegakkan hukum Wajib melakukan Informed Consent Pembuatan Visum et Repertum Setelah diperiksa dilaporkan dalam bentuk Visum et Repertum berupa laporan tertulis Dokter dapat membantu penyidik polisi atas dasar permintaaan

3. Tujuan dan manfaat informed consentTujuan Informed Consentadalah memberikan perlindungan kepada pasien serta memberi perlindungan hukum kepada dokter/Perawat terhadap suatu kegagalan dan bersifat negative ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )

UU tentang Inform Consentini tertuang dalam :SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 ,1988. PerMenKes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik atau Informed Consent.Manfaat Informed consent1. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien. Misalnya hendak dilakukan prosedur medik yang sebenarnya tidak perlu dan tanpa ada dasar mediknya2. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tak terduga dan bersifat negatif. Misalnya terhadap Risk of Treatment yang tak mungkin dihindarkan, walaupun sang dokter berusaha sedapat mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati

4. kasus tersebut dikatakan malpraktekKasus pada scenario di atas dapat dikatan malpraktek karena dokter pada skenario tersebut tidak melakukan informed consent pada pasien tersebut, tidak melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan dokter pada skebario tersebut langsung menegakkan diagnosis dan menulis rekam medis serta memberikan pengobatan berupa injeksi. Sehingga pasien tersebut kondisinya memburuk buka membaik.

5. Jenis-jenis malpraktekuntuk malpraktek hukum atauyuridical malpracticedibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni:1. Criminal malpracticePerbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategoricriminal malpracticemanakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidanayakni :a) Perbuatan tersebut (positive actmaupunnegative act)merupakan perbuatan tercela.b) Dilakukan dengan sikap batin yang salah(mens rea)yang berupa kesengajaan(intensional),kecerobohan(reklessness)atau kealpaan(negligence).

a. Criminal malpracticeyang bersifat sengaja(intensional)misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).b. Criminal malpracticeyang bersifat ceroboh(recklessness)misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasieninformed consent.c. Criminal malpracticeyang bersifatnegligence(lalai) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien.Pertanggung jawaban didepan hukum padacriminal malpracticeadalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

2. Civil malpracticeSeorang tenaga kesehatan akan disebut melakukancivil malpracticeapabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikanprestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).

Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikancivil malpractice antara lain:a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggung jawabancivil malpracticedapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkanprinciple ofvicarius liability.Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpracticeTenaga bidan dikatakan telah melakukanadministrative malpracticemanakala tenaga bidan tersebut telah melanggarhukum administrasi.Perlu diketahui bahwa dalam melakukanpolice power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagaiketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagitenaga bidan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja,Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenagabidan.Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatanyang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukumadministrasi.

6. Yang seharusnya dilakukan oleh dokter jaga IGDYang harus dilakukan oleh dokter IGD adalah melakukan informed consent kepada pasien atau keluarganya untuk mendapat persetujuan. Kemudian dokter tersebut harusnya melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui keadaan pasien tersebut. Jika tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjag dokter sudah bias memastikan diagnosanya. Barulah menulis rekam menis dan diberikan pengobatan.

7. AspekhukumyangmengaturtentangmalpraktekdiIndonesia a.UURINo.29thn.2004tentangpraktekKedokteranb.KUHPc.UUD1945Jadi malpraktek medik merupakan kelalaian yang berat dan pelayanan kedokteran di bawah standar. Malpraktek medik murni (criminal malpractice) sebenarnya tidak banyak dijumpai.Dokterdikatakanmelakukanmalpraktekjika: Dokter kurang menguasai Iptek kedokteran yang sudah berlaku umum dikalanganprofesikedokteran. Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi (tidak legeartis) Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak hati-hati. Melakukantindakanmedikyangbertentangandenganhukum.Jika dokter hanya melakukan tindakan yang bertentangan dengan etik kedokteran, maka ia hanya telah melakukan malpraktek etik. Untuk dapat menuntut penggantian kerugian kerena kelalaian, maka Penggugatan harusdapatmembuktikanadanya4unsurberikut:1. Adanyasuatukewajibanbagidokterterhadappasien.2. Dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipergunakan.3. Penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya.4. Secarafaktualkerugianitudisebabkanolehtindakandibawahstandar 8. Faktor-faktor penyebab tindak pidana malpraktek 1. Kelalaian (negligence, culpa) Kelalaian adalah suatu kesalahan yang dilakukan dengan tidak sengaja, atau kurang hati-hati, atau kurang penduga-duga. Akibat yang terjadi karena kelalaian sebenarnya tidak dikehendaki oleh si pembuat. Didalam KUHP, tindak pidana yang sebabkan oleh kelalaian diatur dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Pasal 359: Barangsiapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun. Pasal 360:

1) Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun. 2) Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp.4500,-

Pasal 361: Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam melakukan sesuatujabatan atau pekerjaan, maka hukuman dapat ditambah sepertiganya dan sitersalah dapat dipecat dari pekerjaannya, dalam mana waktu kejahatan itu dilakukan dan hakim dapat memerintahkansupaya keputusannya itu diumumkan. Mengenai penyebutan kelalaian dengan karena kesalahannya, menurut penulis hal ini kurang tepat, karena dalam hukum pidana, kesalahan (schuld) lebih luas pengertiannya yaitu menyangkut kelalaian (culpa) dan kesengajaan (dolus)

Kelalaian (negligence,culpa) adalah salah satu faktor yang sering dijadikan sebagai penyebab terjadinya malpraktek. 2. Kurangnya Pengetahuan dan Pengalaman Pasien yang datang untuk mendapatkan perawatan dari seorang dokter tentu saja mengharapkan dengan kemampuan dan pengetahuannya di bidang kesehatan, dokter tersebut dapat membantunya untuk memperbaiki kesehatannya. Kurangnya pengalaman juga dapat menjadi penyebab terjadinya malpraktek atau praktek yang dibawah standar. Karena dari pengalaman inilah seorang dokter semakin belajar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan profesinya.

9. Cara pembuktian malpraktek Dalam kasus atau gugatan adanyacivil malpracticepembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara yakni :1. Cara langsungOleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :a.Duty(kewajiban)1)Adanya indikasi medis2)Bertindak secara hati-hati dan teliti3)Bekerja sesuai standar profesi4)Sudah ada informed consent.b.Dereliction of Duty(penyimpangan dari kewajiban)Jika seorang dokter melakukan hal yang menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka dokter tersebut dapat disalahkan.c.Direct Causation (penyebab langsung)d.Damage(kerugian)2. Cara tidak langsungCara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagipasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya. Doktrinres ipsa loquiturdapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:a.Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalaib.Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatanc.Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak adacontributory negligence.gugatan pasien .

10. Pencegahan malpraktek Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatanDengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga dokter dan ahli kesehatan lainnya karena adanya mal praktek diharapkan para dokter dan ahli kesehatan lainnya dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya(inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil(resultaat verbintenis).b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukaninformed consent.c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

BAB IIIPENUTUPKesimpulan : ganda buatin ya ;p

DAFTAR PUSTAKABudiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Munim A, Sidhi, Hertian S, et.al Ilmu Kedokteran Forensik. First Edition. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.Sampurna B, Samsu Z. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003.TAMBAHIN LAGI YA:*