pleno medikolegal 1

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam suatu profesi, perlu adanya norma yang mengatur segala aspek dalam profesi tersebut. Kode etik profesi ini pada dasarnya mengatur hubungan antara profesional (orang yang menguasai suatu bidang profesi), dengan klien (pihak yang menggunakan jasa profesional). Profesional harus memberikan jasa atas keahliannya sebaik-baiknya kepada Klien. Begitu pula sebaliknya, Klien harus membayar sejumlah penghargaan atas jasa dari Profesional sesuai dengan kesepakatan. Ada pesan moral dan tanggung jawab bagi yang menjalankan kode etik profesi ini. Kode etik profesi tidak bersifat statis. Selalu ada perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan ini dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan. Pemerintah atau organisasi yang terkait, bisa melakukan perubahan dengan konvensi dari seluruh profesional bidang profesi. Tapi ada kalanya etika profesi dilanggar. Hal ini biasanya dilakukan oleh para profesional yang kurang baik dalam memberikan jasa pada klien mereka. Sangsi untuk pelanggaran ini dapat berupa sangsi moral dari masyarakat, atau bisa menjadi hukuman pidana. Sebagian besar keluhan ketidakpuasan pasien sehingga berdampak tuntutan pasien terhadap dokter yang bersangkutan dapat berdampak terhadap pelanggaran kode etik. Hal tersebut disebabkan

Upload: ryan-kharisma-loja

Post on 25-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pleno medikolegal 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam suatu profesi, perlu adanya norma yang mengatur segala aspek dalam profesi

tersebut. Kode etik profesi ini pada dasarnya mengatur hubungan antara profesional (orang yang

menguasai suatu bidang profesi), dengan klien (pihak yang menggunakan jasa profesional).

Profesional harus memberikan jasa atas keahliannya sebaik-baiknya kepada Klien. Begitu pula

sebaliknya, Klien harus membayar sejumlah penghargaan atas jasa dari Profesional sesuai

dengan kesepakatan. Ada pesan moral dan tanggung jawab bagi yang menjalankan kode etik

profesi ini.

Kode etik profesi tidak bersifat statis. Selalu ada perubahan ke arah yang lebih baik.

Perubahan ini dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan. Pemerintah atau

organisasi yang terkait, bisa melakukan perubahan dengan konvensi dari seluruh profesional

bidang profesi. Tapi ada kalanya etika profesi dilanggar. Hal ini biasanya dilakukan oleh para

profesional yang kurang baik dalam memberikan jasa pada klien mereka. Sangsi untuk

pelanggaran ini dapat berupa sangsi moral dari masyarakat, atau bisa menjadi hukuman pidana.

Sebagian besar keluhan ketidakpuasan pasien sehingga berdampak tuntutan pasien

terhadap dokter yang bersangkutan dapat berdampak terhadap pelanggaran kode etik. Hal

tersebut disebabkan komunikasi yang kurang terjalin baik antara tim medis dengan pasien dan

keluarga pasien. Pentingnya informed consent bukan hanya sekedar mendapatkan formulir

persetujuan tindakan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarganya tetapi persetujuan

tindakan medik adalah sebuah proses komunikasi intensif untuk mencapai sebuah kesamaan

persepsi tetang dapat tidaknya dilakukan suatu tindakan, pengobatan, perawatan medis. Jika

porses komunikasi intesif ini telah dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara dokter sebagai

pemberi pelayanan dan pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan maka hal tersebut

dikukuhkan dalam bentuk pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh kedua belah

pihak,demikian halnya jika bahwa ternyata setelah proses komunikasi ini terjadi dan ternyata

pasien menolak maka dokter wajib untuk menghargai keputusan tersebut dan meminta pasien

Page 2: pleno medikolegal 1

untuk menandatangani surat pernyataan menolak tindakan medik . Jadi informed Consent adalah

sebuah proses bukan hanya sekedar mendapatkan tandatangan lembar persetujuan tindakan.

1.2. TUJUAN

1. Membahas terminologi pada scenario

2. Membahas sejarah ilmu kedokteran

3. Membahas menjelaskan etika dan profesionalisme di bidang kedokteran

4. Menjelaskan mengenai informed consent dan rekam medik

5. Menjelaskan permasalahan pada skenario dan penyelesaian dari permasalahan

1.3. MANFAAT

1. Mahasiswa mampu menjelaskan terminologi pada scenario

2. Mahasiswa mampu sejarah ilmu kedokteran

3. Mahasiswa mampu etika dan profesionalisme di bidang kedokteran

4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai informed consent dan rekam medik

6. Mahasiswa dapat menjelaskan permasalahan pada skenario dan penyelesaian dari

permasalahan

Page 3: pleno medikolegal 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SKENARIO

KELUARGA PASIEN KECEWA

Dr. A merupakan dokter muda yang energik, mmeskipun masih berusia kurang dari 25

tahun, kwibawaan dan kecerdasannya terlihat nyata diwajahnya. Sehari-hari ia bertugas

dibagian gawat darurat RS X. Dokter A menghadapi pasien yang di diagnosa sebagai

tuberculosis paru berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang (BTA staining

dan Ro Thoraks) yang telah dilakukan. Mengingat kondisi pasien yang sangat lemah,

dokter A menganjurkan pemasangan pipa NGT dan IVFD. Saat pemasangan NGT pasien

merasa tercekik dan sulit bernafas dan terlihat gelisah. Melihat hal itu keluarga pasien

langsung emosional mereka menuding dokter tidak profesional, memasang NGT saja

tidak mampu dan lagi mereka mempertanyakan apakah dokter A telah meminta izin pada

keluarga untuk memasnag NGT? Dengan marah-marah mereka menyatakan akan

menuntut dokter A. Dokter A merasa dia telah memberikan Informed Consent dan

prosedur rekam medik dengan baik. Apa sebenanrnya yang terjadi antara dokter ini

dengan pasiennya?

2.2. TERMINOLOGI

1. NGT

NGT  adalah kependekan dari Naso Gastric Tube.  Alat ini adalah alat yang digunakan

untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastic yang dipasang melalui hidung

sampai lambung.  Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada

seseorang yang tidak mampu untuk mengkomsumsi makanan,cairan dan obat-obatan

secara oral. Digunakan juga untuk mengeluarkan isi lambung.

2. IVFD

Infus disebut juga dengan Intravenous Fluid Drops (IVFD), diartikan sebagai jalur

masuk cairan melalui pembuluh vena.

3. Informed consent

Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien

atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai

Page 4: pleno medikolegal 1

tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tujuan Informed

Consent adalah memberikan perlindungan kepada pasien serta memberi perlindungan

hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif.

2.3. Permasalahan

1. Mengapa Dokter A memasang NGT tanpa minta izin dengan keluarga pasien??

2. Apa tujuan dipasang NGT ??

3. Bagaimana cara meminta izin tindakan dengan keluarga pasien?

4. Kepada siapa izin tindakan diminta oleh dokter?

Jawab :

1. Sesuai pada skenario, menurut dokter A sudah meminta izin pada keluarga untuk

melakukan pemasangan NGT, melihat kondisi pasien yang lemah dokter A

berinisiatif untuk memasang NGT.

2. Tujuan pemasangan NGT :

a. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami

kesulitan menelan.

b. Mencegah terjadinya alergi ensophagus/lambung pada pasien tidak sadar.

c. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau

pendarahan pada lambung

3. Dengan melakukan Inform Consent, memberi informasi dari tujuan tindakan, resiko

tindakan, alternatif lain tindakan, setelah itu memberikan kesempatan pasien untuk

memutuskan, setelah pasien/keluarga menyetujui baru bisa dilakukan tindakan.

4. Dalam melakukan inform consent, keputusan mutlak ada di tangan pasien,tetapi jika

pasien tidak sadar, yang berhak memberi keputusan adalah suami atau istri, orang tua,

kemudian keluarga kandung. Dimana syarat pengambil keputusan harus usia 18 tahun

keatas,dalam kondisi sadar dan tidak mengalami gangguan mental.

Page 5: pleno medikolegal 1

2.4. Learning Objective

1. Menjelaskan sejarah ilmu kedokteran

Pada awalnya, sebagian besar kebudayaan dalam masyarakat awal menggunakan

tumbuh-tumbuhan herbal dan hewan untuk tindakan pengobatan. Ini sesuai

dengan kepercayaan magis mereka yakni animisme, sihir, dan dewa-dewi.

Masyarakat animisme percaya bahwa benda mati pun memiliki roh atau

mempunyai hubungan dengan roh leluhur.

Ilmu kedokteran berangsur-angsur berkembang di berbagai tempat terpisah yakni

Mesir kuno, Tiongkok kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia, dan lainnya.

Sekitar tahun 1400-an terjadi sebuah perubahan besar yakni pendekatan ilmu

kedokteran terhadap sains. Hal ini mulai timbul dengan penolakan–karena tidak

sesuai dengan fakta yang ada–terhadap berbagai hal yang dikemukakan oleh

tokoh-tokoh pada masa lalu (bandingkan dengan penolakan Copernicus pada teori

astronomi Ptolomeus. Beberapa tokoh baru seperti Vesalius (seorang ahli

anatomi) membuka jalan penolakan terhadap teori-teori besar kedokteran kuno

seperti teori Galen, Hippokrates, dan Avicenna. Diperkirakan hal ini terjadi akibat

semakin lemahnya kekuatan gereja dalam masyarakat pada masa itu.

Ilmu kedokteran yang seperti dipraktikkan pada masa kini berkembang pada akhir

abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Inggris (oleh William Harvey, abad ke-17),

Jerman (Rudolf Virchow) dan Perancis (Jean-Martin Charcot, Claude Bernard).

Ilmu kedokteran modern, kedokteran "ilmiah" (di mana semua hasil-hasilnya

telah diujicobakan) menggantikan tradisi awal kedokteran Barat, herbalisme,

humorlasime Yunani dan semua teori pra-modern. Pusat perkembangan ilmu

kedokteran berganti ke Britania Raya dan Amerika Serikat pada awal tahun 1900-

an (oleh William Osler, Harvey Cushing).

Kedokteran berdasarkan bukti (evidence-based medicine) adalah tindakan yang

kini dilakukan untuk memberikan cara kerja yang efektif dan menggunakan

metode ilmiah serta informasi sains global yang modern. Kini, ilmu genetika telah

memengaruhi ilmu kedokteran. Hal ini dimulai dengan ditemukannya gen

penyebab berbagai penyakit akibat kelainan genetik,dan perkembangan teknik

Page 6: pleno medikolegal 1

biologimolekuler. Ilmu herbalisme berkembang menjadi farmakologi. Masa

modern benar-benar dimulai dengan penemuan Heinrich Hermann Robert Koch

bahwa penyakit disebarkan melalui bakteria (sekitar tahun 1880), yang kemudian

disusul penemuan antibiotik (sekitar tahun 1900-an). Antibiotik yang pertama kali

ditemukan adalah obat Sulfa, yang diturunkan dari anilina. Penanganan terhadap

penyakit infeksi berhasil menurunkan tingkat infeksi pada masyarakat Barat. Oleh

karena itu dimulailah industri obat.

2. Menjelaskan etika dan profesionalisme kedokteran

Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral

kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran,

dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan

banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik

tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi

bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-hari. Tentu saja kita

pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang,

terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang dengan

situasi ideal dalam pendidikan.

IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian pelaksanaan

etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan cabang, serta

lembaga MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) di tingkat pusat, wilayah dan

cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit) didirikan Komite Medis

dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan etik dan standar

profesi di rumah sakit. Bahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan pula

Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi).

Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar “hanya” akan

membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik

profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke

bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu

(bila akibat kurang kompeten) dan pencabutan haknya berpraktik profesi. Sanksi

tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter

Page 7: pleno medikolegal 1

tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran. bentuk-bentuk etika kedokteran antara

lain:

1. Etika Dokter terhadap Sang Khalik:

Seorang Dokter Muslim haruslah benar-benar menyadari bahwa dirinya

adalah hamba Allah semata. Dan betapa tidak berarti dirinya beserta ilmunya

tanpa ijin Allah SAW.

Mengenai etika terhadap Khalik disebutkan bahwa:

Dokter muslim harus meyakini dirinya sebagai khalifah fungsionaris Allah

dalam bidang kesehatan dan kedokteran.

Melaksanakan profesinya karena Allah dan buah Allah

Hanya melakukan pengobatan, penyembuhan adalah Allah

Melaksanakan profesinya dengan iman supaya jangan merugi.

2. Etika Dokter terhadap pasien:

Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar manusia dan

manusia. Dalam hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara dokter dan

pasien, karena masing-masing mempunyai nilai yang berbeda. Masalah semacam

ini akan dihadapi oleh Dokter yang bekerja di lingkungan dengan suatu sistem

yang berbeda dengan kebudayaan profesinya.

Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter harus berjuang

lebih dulu melawan tradisi yang telah tertanam dengan kuat. Dalam hal ini,

seorang Dokter tidak mungkin memaksakan kebudayaan profesi yang selama ini

dianutnya. Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan

bahwa seorang Dokter wajib:

Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit, kekuatan

tubuh orang sakit, keadaan resam tubuh yang tidak sewajarnya, umur si sakit dan

obat yang cocok dengan musim itu, negeri si sakit dan keadaan buminya,iklim

dimana ia sakit, daya penyembuhan obat itu.

Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat

yang dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah dalam mengobati penyakit.

Page 8: pleno medikolegal 1

Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang sempurna,

mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan pengobatannya, berlaku

lemah lembut, menggunakan cara keagamaan dan sugesti, tahu tugasnya.

3. Etika Dokter terhadap Sejawatnya:

Para Dokter di seluruh dunia mempunyai kewajiban yang sama. Mereka adalah

kawan-kaawn seperjuangan yang merupakan kesatuan aksi dibaawh panji

perikemanusiaan untuk memerangi penyakit, yang merupakan salah satu

pengganggu keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Penemuan dan

pengalaman baru dijadikan milik bersama. Panggilan suci yang menjiwai hidup

dan perbuatan telah mempersatukan mereka menempatkan para Dokter pada suatu

kedudukan yang terhormat dalam masyarakat. Hal-hal tersebut menimbulkan rasa

persaudaraan dan kesediaan tolong-menolong yang senantiasa perlu dipertahankan

dan dikembangkan. Mengenai etika yang bagi Dokter Muslim kepada Sejawatnya

yaitu.

Dokter yang baru menetap di suatu tempat, wajib mengunjungi teman sejawatnya

yang telah berada di situ. Jika di kota yang terdapat banyak praktik dokter, cukup

dengan memberitahukan tentang pembukaan praktiknya kepada teman sejawat

yang berdekatan.

Setiap Dokter menjadi anggota IDI setia dan aktif. Dengan menghadiri

pertemuan-pertemuan yang diadakan.

Setiap Dokter mengunjungi pertemuan klinik bila ada kesempatan. Sehingga

dapat dengan mudah mengikuti perkembangan ilmu teknologi kedokteran.

Sifat-sifat penting lain yang harus dimiliki oleh seorang Dokter Muslim ialah :

Adanya belas kasihan dan cinta kasih terhadap sesama manusia, perasaan sosial

yang ditunjukkan kepada masyarakat.

Harus berbudi luhur, dapat dipercaya oleh pasien, dan memupuk keyakinan

profesional.

Page 9: pleno medikolegal 1

Seorang dokter harus dapat dengan tenang melakukan pekerjaannya dan harus

mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri.

Bersikap mandiri dan orisinal karena pengetahuan yang diwarisi secara turun

temurun dari buku-buku masih jauh memadai.

Ia harus mempunyai kepribadian yang kuat, sehingga dapat melakukan

pekerjaanya di dalam keadaan yang serba sulit. Dan tentunya tidak menyimpang

dari ketentuan-ketentuan agama.

Seorang dokter muslim dilarang membeda-bedakan antara pasien kaya dan pasien

miskin.

Seorang dokter harus hidup seimbang, tidak berlebih-lebihan, tidak membuang

waktu serta energi dengan menikmati kesenangan dan kenikmatan.

Sebagian besar waktunya harus dicurahkan kepada pasien,

Seorang dokter muslim harus lebih banyak mendengar dan lebih sedikit bicara,

Seorang dokter muslim tidak boleh berkecil hati dan harus merasa bangga akan

profesinya karena semua agama menghormati profesi dokter

3. Menjelaskan komunikasi dokter dengan pasien

Dalam hubungan dokter pasien komunikasi adalah sangat penting. Sebab dalam

anamnesis (wawancara tentang keluhan pasien datang ke dokter) perlu komunikasi

yang benar sebab hampir 70% diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis.

Komunikasi tersebut antara lain, yaitu :

Dalam berkomunikasi pasien berusaha menyampaikan pandangan, perasaan

dan harapannya kepada dokter,

Hubungan dokter pasien à komunikasi antar pribadi,

Pihak-pihak yang bersangkutan secara bergantian berperan menjadi pemberi

informasi (pembicara) dan penerima informasi (pendengar)

Ketrampilan yang harus dimiliki dokter à mendengarkan (listening),

mengulangi (parroting) dan menyimpulkan (paraphrasing).

Namun terkadang pada komunikasi antar dokter-pasientidak berjalan dengan baik atau

terjadi beberapa hambatan, contoh :

Page 10: pleno medikolegal 1

Dokter bersifat otoriter dalam relasi dengan pasiennya

Penggunaan simbol – istilah2 medis yang kadang tidak dimengerti pasien

Pseudo-komunikasi àdimana dokter tetap berkomunikasi meskipun

kenyataannyapasien tidak paham

Dokter berbicara paternalistik dan merendahkan pasien.

Suatu komunikasi dokter – pasien akan melewati 3 tahap, yaitu :

Presentasi dari kesakitan baik verbal & non verbal. Translasi dari kesakitan ke penyakit. Pemberian terapi, baik secara farmakologis maupun non farmakologis.

4. Menjelaskan informed consent

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukan komunikasi yang efektif

antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan

apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Dilihat dari aspek hukum informed

consent bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah

persetujuan sepihak atas ayanan yang ditawarkan.

Suatu informed consent harus meliputi :

1. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan penyakitnya.2. Pasien harus diberi tahu hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar

kemungkinan keberhasilannya3. Pasien harus diberi tahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila

penyakit tidak d obati4. Pasien harus diberi tahu mengenai resiko apabila menerima atau menolak terapi

Resiko yang harus di sampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan

5. Menjelaskan rekam medic

Menurut Permenkes No 749a/ Menkes/per/XII /1989 : Rekam medis adalah berkas

yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, basil pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana

kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap.

Page 11: pleno medikolegal 1

Menurut IDI : sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktitivitas

pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medic / kesehatan kepada

seeorang pasien.

Menurut Edna K Huffman : rekam medis adalah berkas yang menyatakan siapa, apa

, mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana pelayanan yang diperoleh seorang pasien

selama dirawat atau menjalani pengobatan.

Menurut Gemala Hatta : rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang

kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan

saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya

mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

Menurut Waters dan Murphy : compendium (ikhtisar) yang berinformasi tentang

keadaan pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan.

Rekam medis yang baik adalah :

1. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur secara benar

2. Lengkap, mencakup seluruh kekhususan pasien dan system yang dibutuhkan dalam

analisis hasil ukuran.

3. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan.

4. Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil akhir yang diukur.

5. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi.

6. Dapat digunakan untuk kajian, analisis, dan pengambilan keputusan.

7. Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan dan konsisten

penggunaannya di dalam maupun diluar organisasi.

8. Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati dan diterapkan.

9. Terjamin kerahasiaannya.

10. Mudah diperoleh melalui system komunkasi antar yang berwenang.

Beberapa kewajiban pokok yang menyangkut isi rekam medis berkaitan dengan aspek

hokum adalah .

1. Segala gejala atau peristiwa yang ditemukan harus dicatat secara akurat dan

langsung.

Page 12: pleno medikolegal 1

2. Setiap tindakan yang dilakukan tetapi tidak ditulis, secara yuridis dianggap tidak

dilakukan.

3. Rekam medis harus berisikan fakta dan penilaian klinis.

4. Setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus dicatat dan dibubuhi paraf

5. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca ( juga oleh orang lain )

a. Kesalahan yang diperbuat oleh tenaga kesehatan lain karena salah baca dapat

berakibat fatal.

b. Tulisan yang tidak bisa dibaca, dapat menjadi bumerang bagi si penulis,

apabila rekam medis ini sampai ke pengadilan.

6. Jangan menulis tulisan yang bersifat menuduh atau mengkritik teman sejawat atau

tenaga kesehatan yang lainnya.

7. Jika salah menulis, coretlah dengan satu garis dan diparaf, sehingga yang dicoret

masih bisa dibaca.

8. Jangan melakukan penghapusan, menutup dengan tipe-ex atau mencorat-coret

sehingga tidak bisa dibaca ulang.

9. Bila melakukan koreksi di computer, diberi space untuk perbaikan tanpa

menghapus isi yang salah.

10. Jangan merubah catatan rekam medis dengan cara apapun karena bisa dikenai

pasal penipuan.

Kegunaan rekam medis :

1. Sebagai alat komunikasi antar tenaga kesehatan

2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan

3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan

pengobatan selama pasien dirawat.

4. Sebagai bahan unutk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan.

5. Melindungi kepentingan hokum bagi pasien, rumah sakit, dan tenaga kesehatan

6. Menyediakan data untuk penelitian dan pendidikan.

7. Sebagai dasar dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, dipertanggungjawabkan

dan laporan.

Page 13: pleno medikolegal 1

Kepemilikan rekam medis :

1. Milik rumah sakit atau tenaga kesehatan :

a. Sebagai penanggungjawab integritas dan kesinambungan pelayanan.

b. Sebagai tanda bukti rumah sakit terhadap segala upaya dalam penyembuhan pasien.

c. Rumah sakit memegang berkas rekam medis asli.

Direktur RS bertanggung jawab atas :

Hilangnya, rusak, atau pemalsuan rekam medis

Penggunaan oleh badan atau orang yang tidak berhak.

2. Milik pasien, pasien memiliki hal legal maupun moral atas isi rekam medis. Rekam

medis adalah milik pasien yang harus dijaga kerahasiaanya.

3. “Milik umum” , pihak ketiga boleh memiliki (asuransi, pengadilan dsb). Semua

informasi yang terkandung dalam rekam medis adalah rahasia oleh karena itu,

pemaparan isi rekam medis harus seijin pasien, kecuali :

Keperluan hokum

Rujukan ke pelayanan lain untuk kepentingan pasien/ keluarganya

Evaluasi pelayanan di institusi sendiri

Riset/ edukasi

Kontrak badan atau organisasi pelayanan.

Nilai informasi yang terdapat dalam rekam medis :

1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan laporan/ catatan yang terdapat dalam

berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi, atau

wawancara dengan pasien. Tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak yang

tidak berwenang karena menyangkut individu langsung si pasien. Pemberitahuan

kepada pasien. Keluarga pasien harus oleh dokter yang merawat.

2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan identitas pasien : nama, alamat.

Untuk kasus-kasus tertentu tidak boleh disebarluaskan (untuk ketenangan dan

keamanan rumah sakit )

Orang terpandang/ pejabat

Atas permintaan pasien

Buronan

Page 14: pleno medikolegal 1

Sumber-sumber yang mengikat :

Peraturan pemerintah No. 10 tahun 1966 tanggal 21 mei 1996 mengenai wajib simpan

rahasia kedokteran bila ada diantara petugas RS membocorkan rahasia pasien dapat

dikenakan sanksi antara lain :

KUHP 1365 sampai dengan 1367 : barang siapa yang sengaja membuka suatu rahasia

yang ia wajib menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannnya, baik yang

sekarang maupun yang dulu, dihukum dengan hukuman selama-lamanya 9 bulan

atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah uang lama.

Rekam medis melindungi 3 unsur :

Rekam medis dapat membantu melindungi minat hukum ( legal interest) pasien,

rumah sakit, dan dokter serta staff rumah sakit bila ketiga belah pihak melengkapi

kewajibannya masing-masing terhadap berkas rekam medis. Dasar hukum rekam

medis di Indonesia :

1. Peraturan pemerintah No.10 Tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran.

2. Peraturan pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

3. Keputusan Menteri Kesehatan No.034/Birhub/1972 tentang perencanaan dan

pemeliharaan rumah sakit dimana rumah sakit diwajibkan :

a. Mempunyai dan merawat statistic yang up to date

b. Membina rekam medis yang berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan

4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 749a/Menkes/Per/XII/89 tentang rekam medis

Persetujuan pasien :

Jenis-jenis persetujuan :

1. Izin langsung ( exspress consente), pasien atau wali segera menyetujui usulan

pengobatan yang ditawarkan dokter atau pihak RS (bisa lisan atau tertulis)

Page 15: pleno medikolegal 1

2. Izin secara tidak langsung (implied consente), tindakan pengbatan dilakukan dalam

keadaan darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.

3. Persetujuan khusus ( informed consent), pasien wajib mencantumkan pernyataan

bahwa kepadanya telah diberikan penjelasan suatu informasi terhadap apa yang

akan dilakukan oleh tim medis terhadap pasien.

Standar informasi dalam berkas rekam medis :

Rekam medis terdiri dari 2 bagian yaitu identitas dan pemeriksaan klinik. Pemeriksaan

klinik mengisahkan secara kronologis kegiatan pelayanan medis yang diterima

pasien selama berada di rumah sakit. Rekam medis akan berguna nilainya bagi

unsur administratif, hukum, keuangan, riset, edukasi, dan pendokumentasian.

Rekam medis memiliki :

1. Identitas dan formulir persetujuan-persetujuan

2. Riwayat penyakit pasien secara lengkap

3. Laporan pemeriksaan fisik

4. Instruksi diagnostic dan teraupetic dengan tanda tangan dan nama terang tenaga

kesehatan yang berwenang.

5. Observasi, segala laporan observasi termasuk laporan konsultasi.

6. Laporan tindakan dan penemuan, termasuk yang berasal dari penunjang medic,

yaitu lab, radiologi, laporan operasi serta tanda tangan pasien, dokter, dan

sebagainya.

6. Menjlaskan apa yang terjadi dengan dokter dan pasien dalam skenario dan

bagaimana penyelesaian masalahnya

Dalam peranan sosial dokter terdapat sejumlah konflik yang berkaitan dengan peranan tersebut, namun hal itu merupakan bagian dari ketentuan yang harus dilaksanakan pelakunya. Konflik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Konflik antara kepentingan pasien sebagai perorangan dengan kepentingan pasien-pasien kelompok. Masalah ini muncul dalam pembhasan tentang pasien yang sekarat atau akan meninggal.

Page 16: pleno medikolegal 1

2. Konflik menyangkut masalah pengelolaan sumberdaya seperti waktu, keahlian dan material untuk setiap pasien. Jika suatu rumah sakit mengalami kekurangan sumberdaya untuk mengobati semua pasien maka dokter harus memilih pasien yang mengalami keadaan kritis dan menanganinya sesuai dengan prosedur yang berlaku dan peralatan yang ada

3. Konflik menyangkut kebutuhan dokter untuk membuat keseimbangan antara kepentingan pasien di masa kini dan kepentingannya di masa depan. Kesulitan yang muncul dalam hal ini seperti yang digambarkan dalam studi Duff dan Hollingshead di New Heaven Connecticut, bahwa pasien yang diagnoisnya tidak dilakukan dengan teliti seringkali diobati dengan mengorbankan seluruh kepentingan masa depan mereka.

4. Konflik menyangkut ketelibatan dokter dalam mmperhatikan kesejahteraan pasien, namun mungkin kurang memperhatikan akibat tindakannya bagi rumah tangga pasien dan kerabatnya.

5. Konflik menyangkut situasi disaat dokter tidak dapat menolong pasien sehingga ia terpaksa berpegang pada pandangan sendiri tentang perannya sebagai penyembuh penyakit. Hal ini bisa terjadi karena dokter kurang memiliki kemampuan teknis untuk mengatasinya atau karena pasien mengharapkan terlalu banyak hal-hal yang berada diluar wewenang dokter

6. Konflik antara kewajibannya untuk menolong pasien dan kewajibannya sebagai seorang petugas medis dari suatu badan atau instansi

7. Konflik antara tanggung jawab dokter terhadap pasiennya dan kariernya sendiri. Masalah ini terdapat pada setiap jenis pekerjaan

8. Konflik antara peranan tertentu dengan peran lainnya misalnya antara peranan seagai dokter, ayah, suami, pemain tennis dan sebagainya. Konflik seperti ini sangat menentukan dalam bidang kedokteran karena sakit dan kematian tidak mengenal malam minggu atau liburan. Dokter mungkin terpaksa menangani keadaan gawat darurat setiap saat.

Menurut masalah yang skenario konfliknya adalah konflik no.4 yaitu Konflik menyangkut keterlibatan dokter dalam mmperhatikan kesejahteraan pasien, mungkin kurang memperhatikan akibat tindakannya bagi rumah tangga pasien dan kerabatnya.penangananya ialah:

1. Dengan cara musyawarah dengan pasien atau keluarga pasien. dokter harus meminta maaf atas kesalahanya 

2. Jika dengan jalan musyawarah tidak bisa maka harus di selesaikan dengan jalan MKEK

Page 17: pleno medikolegal 1

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral

kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran, dengan

memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan, dan

lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics),

sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan

keputusan medis sehari-hari.

Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai standar, melaksanakan advokasi, menjamin

keselamatan pasien, menghormati terhadap hak-hak pasien. Kriteria perilaku profesional antara

lain mencakup bertindak sesuai keahlian dan didukung oleh keterampilan, bermoral tinggi,

memegang teguh etika profesi, serta menyadari ketentuan hukum yang membatasi gerak.

Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang

sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib simpan

rahasia kedokteran, profesionalisme, dll. Bahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik

seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang

telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung nilai-

nilai etika.