proposal kompos ya

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga (sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah-masalah seperti timbulnya bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusia maupun lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu perlu adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya meningkatkan semaksimalmungkin dampak pisitifnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut dengan teknik komposter tanpa penambahan sktivator pngomposan, disamping terdapat berbagai teknik pengolahan lain (dengan penambhan aktivator pengomposan) menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari segi nilai ekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman. Proposal Kelompok 4/2-TPL B 1

Upload: ajie

Post on 11-Jun-2015

6.955 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kompos praktikum kuliah...

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Kompos ya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik

dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah

organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisa-

sisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga (sampah domestik)

memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan

kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu,

keluarga, maupun masyarakat. Masalah-masalah seperti timbulnya bau tak sedap

maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusia maupun

lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu

perlu adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan

berupaya meningkatkan semaksimalmungkin dampak pisitifnya.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak

negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah

tersebut dengan teknik komposter tanpa penambahan sktivator pngomposan,

disamping terdapat berbagai teknik pengolahan lain (dengan penambhan aktivator

pengomposan) menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari segi nilai

ekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman.

Meskipun dalam metode ini tidak ditambahkan aktivator pengomposan,

namun ke dalamnya ditambahkan organik agent (serbuk gergaji dan kotoran

hewan) yang berfungsi memacu pertumnuhan mikroba dan manambah unsur hara

dalam kompos.

Dalam melakukan teknik penomposan, ada berbagai hal yang perlu

diperhatikan agar proses pengomposan berjalan dengan cepat sehingga masa

panen relatif singkat dan cepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah

proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di dekomposisi,

kelembaban dan aerasi yang mendukung kerja mikroorganisme, maupun kadar

karbon dan Nitrogen yang ideal.

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 1

Page 2: Proposal Kompos ya

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan proposal ini adalah:

Sebagai gambaran untuk melakkukan kegiatan komposting sampah

organik domestik sehingga mampu menciptakan inovasi baru yang dapat

memberikan nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah.

1.3 Manfaat

Manfaat dari Pembuatan proposal ini adalah:

1. Mempermudah langkah dalam menerapkan proses komposting sehingga

proses komposting tersebut berjalan dengan lancar;

2. Mengurangi permasalahan lingkungan akibat sampah organik yang

dihasilkan terutama dari aktivitas manusia;

3. Berkurangnya jumlah limbah berupa sampah organik domestik sehingga

tercipta kenyamanan dan kebersihan di lingkungan pribadi, keluarga,

maupun masyarakat;

4. Menghasilkan suatu produk (kompos) yang memiliki nilai tambah bagi

masyarakat maupun pemerintah;

5. Tercipta lapanngan kerja baru sehingga dapat mengurangi tingkat

pengangguran;

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 2

Page 3: Proposal Kompos ya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kompos dan Pengomposan

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai

macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau

anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami

penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan

bahan organik sebagai sumber energi.

2.2 Manfaat Pengomposan

Pengomposan memiliki banyak manfaat, diantaranya:

a. manfaat ekonomi

o Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah disebabkan

sampah yang diangkut ke TPA ( Tempat Pembuangan Akhir)

semakin berkurang. Selain itu dapat memperpanjang TPA karena

semakin sedikit sampah yang dikelola.

o Menghasilkan produk berupa kompos yang memiliki nilai tambah

karena produk tersebut memiliki nilai jual.

b. manfaat terhadap lingkungan

o manfaat estetika. Adanya pengomposan, berarti adanya

pengurangan terhadap sampah jenis organik yang dapat merusak

keindahan kota atau suatu tempat dan menimbulkan bau.Dengan

demikian keindahan dan kenyamanan tetap terjaga.

o Produk hasil pengomposan bermanfaat bagi tanah dan tanaman,

sebab dapat:

Menyuburkan tanah dan tanaman

Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah

Meningkatkan kapasitas jerap air tanah

Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 3

Page 4: Proposal Kompos ya

Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan

jumlah panen)

Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman

Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam

tanah

o Pengomposan berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan,

karena jumlah sampah yang dibakar atau dibuang ke sungai

menjadi berkurang. Selain itu aplikasi kompos pada lahan

pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya

kebutuhan pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang

berlebihan.

o Membantu melestarikan sumber daya alam karena pemakaian

kompos pada perkebunan akan meningkatkan kemampuan lahan

kebun dalam menahan sebagai media tanaman dapat digantikan

oleh kompos, sehingga eksploatasi humus hutan dapat dicegah.

c. Manfaat kesehatan

Dengan pengomposan, panas yang dihasilkan mencapai 60OC,

sehingga dapat membunuh organisme pathogen penyebab penyakit yang

terdapat dalam sampah.

d. Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan

Pengomposan dapat meningkatkan peranserta masyarakat dalam

pengelolaan sampah.

2.3 Prinsip Pengomposan

Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini

berarti bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. Menurut

Tchobanoglous et al. (1993) dan Polprasert (1989),

Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan

meliputi:

a. Kebutuhan Nutrisi

Untuk perkembangbiakan dan pertumbuhannya, mikroorganisme

memerlukan sumber energi, yaitu karbon untuk proses sintesa jaringan baru dan

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 4

Page 5: Proposal Kompos ya

elemen-elemen anorganik seperti nitrogen, fosfor, kapur, belerang dan magnesium

sebagai bahan makanan untuk membentuk sel-sel tubuhnya. Selain itu, untuk

memacu pertumbuhannya, mikroorganisme juga memerlukan nutrien organik

yang tidak dapat disintesa dari sumber-sumber karbon lain. Nutrien organik

tersebut antara lain asam amino, purin/pirimidin, dan vitamin.

b. Mikroorganisme

Mikroorganisme pengurai dapat dibedakan antara lain berdasarkan kepada

struktur dan fungsi sel, yaitu:

1. Eucaryotes, termasuk dalam dekomposer adalah eucaryotes bersel

tunggal, antara lain : ganggang, jamur, protozoa.

2. Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti,

contoh: bakteri.

Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti cacing tanah,

kutu juga berperan dalam pengurai sampah. Sesuai dengan peranannya dalam

rantai makanan, mikroorganisme pengurai dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

kelompok, yaitu :

o Kelompok I (Konsumen tingkat I) yang mengkonsumsi langsung

bahan organik dalam sampah, yaitu : jamur, bakteri, actinomycetes.

o Kelompok II (Konsumen tingkat II) mengkonsumsi jasad

kelompok I, dan;

o Kelompok III (Konsumen tingkat III), akan mengkonsumsi jasad

kelompok I dan Kelompok II.

c. Kondisi Lingkungan Ideal

Efektivitas proses pembuatan kompos sangat tergantung kepada

mikroorganisme pengurai. Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal,

maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Kondisi

lingkungan yang ideal mencakup :

1. Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N).

Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos

adalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara

karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan ditangkap

oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan. Apabila mikroorganisme tersebut

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 5

Page 6: Proposal Kompos ya

mati, maka nitrogen akan tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi

makanan. Besarnya perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung

pada jenis sampah sebagai bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam

proses pengomposan yang optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40

: 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1.

2. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara

aerobik berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang dibutuhkan

tanaman. Pada proses awal, sejumlah mikroorganisme akan mengubah sampah

organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu

menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara

bertahap yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme

memakan asam-asam organik yang terbentuk tersebut.

Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses

pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila :

pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3

yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang

menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat

memusnahkan mikroorganisme.

pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat

menyebabkan kematian jasad renik.

3. Suhu (Temperatur)

Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang

sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan

produk yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperatur

dalam tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme.

Pada awal pengomposan, temperatur mesofilik, yaitu antara 25 – 45C akan

terjadi dan segera diikuti oleh temperatur termofilik antara 50 - 65C.

Temperatur termofilik dapat berfungsi untuk :

a) mematikan bakteri/bibit penyakit baik patogen maupun bibit vektor

penyakit seperti lalat;

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 6

Page 7: Proposal Kompos ya

b) mematikan bibit gulma. Tabel 1 menunjukkan suhu dan waktu yang

dibutuhkan untuk mematikan beberapa organisme patogen dan parasit. Kondisi

termofilik, kemudian berangsur-angsur akan menurun mendekati tingkat ambien.

4. Ukuran Partikel Sampah

Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih

mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel,

semakin luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung

dengan cepat.

5. Kelembaban Udara

Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses

pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40 – 60 % dengan nilai

yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang optimum harus terus dijaga

untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga proses

pengomposan dapat berjalan dengan cepat. Apabila kondisi tumpukan terlalu

lembab, tentu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul

air akan mengisi rongga udara sehingga terjadi kondisi anaerobik yang akan

menimbulkan bau. Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%),

dapat mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena

terbatasnya habitat yang ada.

6. Homogenitas Campuran Sampah

Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos perlu

dicampur menjadi homogen atau seragam jenisnya, sehingga diperoleh

pemerataan oksigen dan kelembaban. Oleh karena itu kecepatan pengurai di setiap

tumpukan akan berlangsung secara seragam.

2.4 Standar kualitas kompos

No parameter satuan Minimum maksimum

1 kadar air % - 50

2 temperatur 0C Suhu air tanah

3 warna Kehitaman

4 bau Berbau tanah

5 Ukuran partikel mm 0,55 25

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 7

Page 8: Proposal Kompos ya

6 Kemampuan ikat air % 58 -

7 pH - 6,80 7,49

8 Bahan asing % ” 1,5

Unsur makro

9 Bahan organik % 27 58

10 nitrogen % 0,40 -

11 karbon % 9,80 32

12 Posfor (P2O5) % 0,10 - -

13 C/N ratio - 10 20

14 Kalium (K2O) %0,20 ” -

Unsur mikro

15 Arsen Mg/kg ” 13

16 kobalt Mg/kg ” 3

17 kadmium Mg/kg ” 34

18 kromium Mg/kg ” 210

19 tembaga Mg/kg ” 100

20 Merkuri Mg/kg ” 0,8

21 Nikel Mg/kg ” 0,2

22 Timbal Mg/kg ” 150

23 Selenium Mg/kg ” 2

24 Seng Mg/kg ” 500

Unsur lain

25 Kalsium % ” 25,50

26 Magnesium % ” 0,60

27 Besi % ” 2,00

28 Alumunium % ” 2,20

29 Mangan % ” 0,10

Bakteri

30 Fecal coli MPN/g 1000

31 Salmonella sp MPN/4g 3

Ket: ” nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 8

Page 9: Proposal Kompos ya

2.5 Jenis dan Cara Membuat Kompos

Kompos dari Sampah Organik Pasar atau Domestik

Sampah organik pasar atau domestik dapat diolah menjadi kompos dengan

3 metode:

A. Metode Konvensional

Metode ini tidak menggunakan komposter. Biasanya adonan kompos

ditimbun dan ditutup dengan kain terpal. Selain kain terpal dapat digunakan pula

karung goni atau sabut kelapa yang dimasukkan dalam kantung dari jaring plastik.

Salah satu contohnya adalah seperti yang tercantum di bawah ini :

1. Alat-alat yang dibutuhkan

Peralatan antara lain: parang/sabit, ember/bak plastik untuk

menampung air, ember untuk menyiram, plastik penutup, tali, sekop

garpu/cangkul, dan cetakan kompos (jika diperlukan).

Plastik penutup dapat menggunakan plastik mulsa yang berwarna

hitam. Belah plastik tersebut sehingga lebarnya menjadi 2 m. Panjang

plastik disesuaikan dengan banyaknya bahan yang akan dikomposkan.

Cetakan kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu. Cetakan ini

terdiri dari 4 bagian terpisah, dua bagian berukuran kurang lebih 2 x 1 m

dan dua lainnya berukuran 1 x 1 m.

2. Bahan

a. Sampah organik domestik

Sampah ini dapat berupa sampah rumah tangga dan sampah taman.

Sampah tersebut harus dipisahkan dari sampah plastik, logam, kaca, dll.

Sebaiknya sampah organik tersebut adalah campuran antara sampah yang

memiliki kandungan C dengan kandungan N.

b. Aktivator Pengomposan

Aktivator yang digunakan adalah PROMI. Jika aktivator pengomposan

sulit diperoleh dapat menggunakan kotoran ternak atau rumen sapi untuk

mempercepat proses pengomposan.

c. Air

3. Lokasi Pengomposan

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 9

Page 10: Proposal Kompos ya

Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun yang akan

diaplikasi kompos atau di dekat sumber bahan baku yang akan dibuat

kompos. Pemilihan lokasi ini akan menghemat biaya transportasi dan

biaya tenaga kerja. Lokasi juga dipilih dekat dengan sumber air. Karena

apabila jauh dengan sumber air akan menyulitkan proses pengomposan.

4. Tahapan Pengomposan

a. Memperkecil ukuran bahan. Untuk memperkecil ukuran bahan dapat

dilakukan dengan menggunakan parang atau dengan mesin pencacah.

b. Menyiapkan aktivator pengomposan. Aktivator (Orgadec atau Promi)

dilarutkan ke dalam air sesuai dosis yang dibutuhkan.

c. Pemasangan cetakan.

d. Memasukkan bahan ke dalam cetakan selapis demi selapis. Tinggi

lapisan kurang lebih seperlima dari tinggi cetakan. Injak-injak bahan

tersebut agar memadat sambil disiram dengan aktivator pengomposan.

e. Dalam setiap lapisan siramkan aktivator pengomposan.   Setelah

cetakan penuh, buka cetakan dan tutup tumpukan kulit buah kakao

dengan plastik.

B. Metode komposter dengan penambahan bakteri (aktivator)

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan. 60%- 70%

sampah yang dihasilkan adalah sampah organik/sampah basah (sampah rumah

tangga, sampah dapur, sampah kebun, sampah restoran/sisa makanan, sampah

pasar dll). Salah satu solusi yang cukup tapat untuk menangani masalah sampah

organik adalah dengan menjadikannya kompos melalui suatu alat yang disebut

komposter. Pengomposan dengan teknologi komposter adalah proses penguraian

sampah organik secara aerob dengan mengunakan Sy-Dec mikroba pengurai dan

Organic Agent (bahan mineral organik).

Cara penggunaan komposter :

1 sampah organik yang telah terpilah dipotong/dirajang kecil- kecil (1-2 cm)

2 campur sampah organik dengan Organic Agent (bahan mineral

organik :serbuk gergaji, dedak, abu dll)

3 Siram/cipratkan larutan Sy-Dec mikroba pengurai pada bahan sampah

organik sampai membasahi semua bahan dan menjadi lembab.

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 10

Page 11: Proposal Kompos ya

4 Bahan sampah yang telah diproses 1 sd 3 dimasukkan ke dalam komposter

Proses komposting yang baik temperatur 40-50 derajat celcius dapat

dicapai dalam 2-3 hari.

5 Proses pembusukan sampah organik dalam komposter selama 7-10

hari(tergantung dari bahan baku sampah organik). Bolak-balik/tusuk-tusuk

media kompos setiap hari agar proses aerasi berjalan dengan baik.

6 keluarkan sampah organik yang telah menjadi kompos melalui pintu yang

ada dibagian bawah komposter. Simpan ditempat teduh agar kena

angin,kompos akan menjadi kering dan gembur

7 Kompos siap digunakan atau dikemas.

C. Teknik komposter tanpa penambahan bakteri

Komposter keranjang takakura

Dikembangkan oleh Bapak dan Ibu Djamaludin, Taman Karinda,

Bandung.

Pengomposan cara ini sangat bermanfaat untuk para mahasiswa,

bujangan, keluarga kecil, karena bisa ditempatkan di dalam kamar, apartemen,

atau di dalam rumah biasa. Caranya:

1 Pertama, cari keranjang berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil (supaya

bangsanya tikus tidak bisa masuk). Jangan lupa kalau membeli keranjang

plastik ini berikut tutupnya.

2 Kedua, cari doos bekas wadah air minum kemasan, atau bekas wadah

super mi, asal bisa masuk ke dalam keranjang. Doos ini untuk wadah

langsung dari bahan-bahan yang akan dikomposkan.

3 Ketiga, isikan ke dalam doos ini kompos yang sudah jadi. Kalau

sebelumnya anda tidak membuat kompos sendiri, anda minta saja ke

teman anda yang punya persediaan kompos yang siap pakai. Tebarkan

kompos ke dalam doos selapis saja setebal kurang lebih 5 cm. Lapisan

kompos yang sudah jadi ini berfungsi sebagai starter proses pengomposan,

karena di dalam kompos yang sudah jadi tersebut mengandung banyak

sekali mikroba-mikroba pengurai. Setelah itu masukkan doos tersebut ke

dalam keranjang plastik.

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 11

Page 12: Proposal Kompos ya

4 Keempat, bahan-bahan yang hendak dikomposkan sudah bisa dimasukkan

ke dalam keranjang. Bahan-bahan yang sebaiknya dikomposkan antara

lain: Sisa makanan dari meja makan: nasi, sayur, kulit buah-buahan. Sisa

sayuran mentah dapur: akar sayuran, batang sayuran yang tidak terpakai.

Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-

kecil sampai ukuran 2 cm x 2 cm.

5 Kelima, setiap hari bahkan setiap habis makan, lakukanlah proses

memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan seperti tahap

sebelumnya. Demikian seterusnya. Aduk-aduklah setiap selesai

memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan. Bilamana perlu

tambahkan lagi selapis kompos yang sudah jadi.

Anehnya, doos dalam keranjang ini lama tidak penuhnya, sebab bahan-

bahan dalam doos tadi mengempis. Terkadang kompos ini beraroma jeruk, bila

kita banyak memasukkan kulit jeruk. Bila kompos sudah berwarna coklat

kehitaman dan suhu sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat

dimanfaatkan.

Catatan: khusus untuk komposter Keranjang Takakura ini, upayakan agar

bekas sayuran bersantan, daging dan bahan lain yang mengandung protein tidak

dimasukkan ke dalam doos. Mengingat starter-nya telah menggunakan kompos

yang sudah jadi, maka MOL (mikroba loka) tidak digunakan.

Metode pembuatan kompos dengan Reaktor Kompos (Komposter)

sederhana

Sebenarnya reaktor ini bisa dibuat dari apa saja. Salah satu contohnya

adalah terbuat dari drum PVC. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah,

reaktor ini harus memiliki sistem ventilasi yang bagus. Reaksi pengkomposan

adalah memang jenis reaksi yang memerlukan udara. Jika reaktor ini tidak

memiliki sistem ventilasi yang baik, proses pembusukan yang terjadi juga akan

menghasilkan bau busuk akibat dari pembentukan amoniak dan H2S.

Contoh cara pembuatan kompos dengan komposter adalah sebagai berikut :

1. Siapkan wadah ember plastik bekas atau drum. Dasarnya dilubangi untuk

tempat keluarnya air. Dapat pula dibuat lubang dalam tanah.

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 12

Page 13: Proposal Kompos ya

2. Isi wadah/lubang dengan pasir. Di atas pasir ditaburi sampah organik atau

sampah basah (sayuran, buah, dedaunan) dari dapur/kebun.

3. Tambahkan pada lapisan berikutnya kotoran ayam, kambing, burung dan

lainnya.

4. Taburkan kapur pertanian/dolomit dan atau abu gosok di atasnya.

Kemudian lapisan berikutnya di taburi tanah secukupnya.

5. Ulangi tahapan ini selapis demi selapis sampai wadah/lubang penuh dan

lapisan paling atas ditutup tanah untuk menahan bau.

6. Biarkan tumpukan tersebut selama 1-1,5 bulan dan jaga wadah/lubang

tersebut agar tetap lembab. Proses pembuatan kompos sederhana tersebut

telah selesai bila bahan-bahan dalam lapisan telah menyusut sekitar 50 %.

(gambar : komposter sederhana)

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 13

Page 14: Proposal Kompos ya

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Pembuatan Kompos

Alat dan Bahan:

Alat

Komposter berdiameter kurang lebih 40-50 cm

golok/ alat pemotong lain

sekop

sarung tangan

alat untuk analisis fisik( termometer dan pH meter)

ayakan/penyaring dari kawat

plastik kemasan

Bahan

sampah taman (dedaunan coklat) sebanyak 7 kg

sampah hijau (sayuran) sebanyak 3 kg

/starter ( serbuk gergaji sebanyak 15 gram dan 2 kg campuran kotoran

kambing dengan tanah)

air

Cara Kerja

sampah taman dipilah terlebih dahulu dan diambil sebanyak 10 kg sampah

dedaunan serta sampah hijauan sebanyak 3 kg

cacah sampah dengan golok hingga berukuran 1,5 cm x1,5 cm

tambahkan serbuk gergaji lalu aduk-aduk hingga tercampur merata

masukkan campuran tanah dengan kotoran kambing setinggi kurang lebih

1 cm ke dalam komposter sebagai alas dasar

masukkan campuran sampah setinggi 7 cm lalu diperciki air hingga dapat

dipastikan cukup lembab

tutup dengan campuran tanah dan kotoran kambing

masukkan lagi campuran sampah di atasnya, dan lakukan berulang hingga

komposter penuh dan berakhir dengan penutupan menggunakan campuran

tanah dan kotoran

tekan perlahan, jangan terlalu padat

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 14

Page 15: Proposal Kompos ya

tutup komposter dan lakukan pengecekan suhu minimal 3 hari sekali

lakukan pula pengukuran pH dan penetapan ratio C/N

setelah kompos matang (kurang lebih setelah 5-8 minggu pengomposan),

kompos diayak lalu dikemas

lakukan analisis biaya produksi dengan pengasumsian life time (masa

pakai) alat (tidak termasuk alat untuk analisis kompos)

ventilasi

tempat masuk bahan kompos

lubang ventilasi

komposter

pintu untuk panen

kompos

3.2 Pengukuran suhu dan pH

Alat dan bahan

Alat

Termometer

pH meter

erlenmeyer

gelas ukur

neraca

mesin pengaduk (shaker)

Bahan

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 15

Page 16: Proposal Kompos ya

sampel kompos

air suling

cara kerja

pengukuran suhu:

-ukur suhu kompos dengan cara menancapkan termometer ke dalam

tumpukan kompos dalam komposter kemudian biarkan selama lima mebnit

lalu tulis hasil pembacaan skala termometer

-lakukan pada 15 titik dan hasilnya dirata-ratakan

Pengukuran pH

-timbang 10 g sampel kompos dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL

-tambahkan 50 mL air suling lalu kocok dengan menggunakan shaker

-ukur pH dengan menggunakan pH meter

3.3 Penetapan C/N

Penetapan C organik

Alat dan Bahan

Alat 

Cawan porselen

Cawan alumunium

Neraca analitik 4 desimal

Pembakar bunsen dan meker

Kaki tiga dan triangel

Gegep besi

Desiccator

Oven

Tanur

Bahan

Sampel kompos

Cara kerja

Penetapan kadar air

Cawan aluminium yang telah bersih dan di oven ditimbang bobot

kosongnya dan dicatat sebagai A gram

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 16

Page 17: Proposal Kompos ya

Masukkan ke dalam cawan sebanyak 0,2 gram sampel kompos lalu

catat bobotnya sebagai B gram

Panaskan (keringkan) cawan beserta sampel kompos tersebut

dalam oven pada suhu 1050C selama 1-2 jam

Dingkat dengan menggunakan gegep besi ke dalam eksikator unutk

didinginkan

Ditimbang bobotnya dan dicatat sebagai C gram

Dihitung kadar air dengan menggunakan rumus kadar air= B – C X 100% B – A

Penetapan kadar abu

Cawan porselen yang telah dioven ditimbang bobot kosongnya dan dicatat

sebagai A gram

Masukkan ke dalamnya 0,2 gram sampel kompos dan ditimbang bobotnya

serta dicatat sebagai B gram

Bakar dengan bunsen hingga membara dan tidak nampak wujud awalnya

Bakar dengan pembakar meker hingga berwarna pitih keabuan

diabukan didalam tanur dengan temperatur 7000C selama 1 jam

angkat dengan menggunakan gegep besi dan di dinginkan dalam eksikator

lalu ditimbang dan dicatat bobotnya sebagai Cgram

dihitung kadar abu dengan menggunkan rumus

kadar abu = C – A X 100% B - A

Penetapan kadar C organic

C organic = 58% bahan organic

= 58 X (100 % - (kadar air + kadar abu)) 100

Penetapan N

Alat dan bahan

Alat

Alat destilasi

Alat destruksi

Erlenmeyer

Pipet volumetri 5 mL dan 25 mL

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 17

Page 18: Proposal Kompos ya

Labu takar 100 mL

Erlenmeyer 250 mL

Buret makro scellbach

Statif

Pipet tetes

Labu semprot

Alas titrasi

Bahan

Sampel kompos

H2SO4

Asam borat 4%

Selen

Boraks

Cara Kerja

Standardisasi Asam Klorida (HCl) 0,01 N

Preparasi larutan yang dititar

ditimbang sebanyak 0,0476 gram boraks lalu dilarutkan dalam labu

takar 100 mL dan ditera dengan air sulng

dipipet 25 mL ke dalam erlenmeyer 250 Ml

ditambahkan 2 tetes indikator MM

preparasi larutan penitar

bersihkan buret dengan air keran, dibilas dengan air suling dan

dibilas pula dengan HCl minimal 2x

isi buret dengan HCl

proses titrasi

larutan boraks dititar dengan HCl hingga berwarna merah

dilakukan duplo dan dihitung normalitasnya

N HCl = bobot boraks x volume HCl X 100%BE boraks

destruksi sampel

ditimbang sampel kompos sebanyak 0,2 gram lalu dimasukkan ke dalam

tabung destruksi

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 18

Page 19: Proposal Kompos ya

ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat

ditambahkan 0,2 gram selen

didestruksi hingga warna hijau campuran memudar

Destilasi sampel

Hasil destruksi dilarutkan ke dalam labu takar 100 mL

Tera dengan air suling

Siapkan alat penampung NH3 yang berisi asam borat 4% sebanyak 10 mL

Ditambahkan 3 tetes indikator MM dan 1 tetes indikator BCG

Dipipet 5 mL hasil destruksi ke dalam alat destilasi yang telah dibilas

dengan air suling sebanyak 2x

Masukkan 10 mL NaOH 30%

Operasikan alat selama 10 menit hingga larutan penampung bewarna

merah dan ada gas yang berubah menjadi tetes air

Titrasi hasil destilasi (destilat) dengan HCl hingga berwarna merah

Hitung kadar N dengan menggunakan rumus

Kadar N: Volume HCl x N HCl x BE HCl x fp X 100%Bobot sampel kompos

3.4 Waktu dan Tempat

Waktu : Maret s.d April 2009

Tempat : Kampus Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 19

Page 20: Proposal Kompos ya

Dibuat dalam bentuk laporan

Laporan Hasil Percobaan

Pembuatan Kompos dari Sampah Organik Taman Metode Komposter

dengan Penambahan Kotoran Kambing sebagai

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 20

Page 21: Proposal Kompos ya

Organik Agent

Tujuan :

1. mengolah sampah organik domestik melalui prose pengomposan

2. dengan teknik komposter menggunakan tambahan kotoran

kambing sebagai organik agent

3. mengetahui kualitas kompos yang diolah dengan teknik komposter

yang ditambahkan ke dalamnya kotoran kambing sebagai organik

agent

4. mengetahui keuntungan finansial melaui analisis biaya modal dan

kualitas serta bobot kompos yang dihasilkan

Prinsip :

Limbah padat organik taman dapat diolah menjadi pupuk organik

melaui proses pengomposan. Pengomposan merupakan penguraian bahan-bahan

organik secara biologis yang dapat dipercepat prosesnya dengan penambahan

organik agent berupa kotoran kambing.

Reaksi :

CHON + O2 + Nutrien Sel – Sel Baru + CO2 + CH4 + NH3 + H2S (bahan organic) (oksigen) (karbondioksida) (metana) (amoniak) (hidrogen sulfida)

+ kalor + Kompos

Langkah Kerja:

Pembuatan kompos

Alat dan Bahan:

Alat

Komposter berdiameter kurang lebih 40-50 cm

golok/ alat pemotong lain

sekop

sarung tangan

alat untuk analisis fisik( termometer dan pH meter)

ayakan/penyaring dari kawat

plastik kemasan

Bahan

sampah taman (dedaunan coklat) sebanyak 7 kg

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 21

Page 22: Proposal Kompos ya

sampah hijau (sayuran) sebanyak 3 kg

/starter ( serbuk gergaji sebanyak 15 gram dan 2 kg campuran kotoran

kambing dengan tanah)

air

Cara Kerja

sampah taman dipilah terlebih dahulu dan diambil sebanyak 10 kg sampah

dedaunan serta sampah hijauan sebanyak 3 kg

cacah sampah dengan golok hingga berukuran 1,5 cm x1,5 cm

tambahkan serbuk gergaji lalu aduk-aduk hingga tercampur merata

masukkan campuran tanah dengan kotoran kambing setinggi kurang lebih

1 cm ke dalam komposter sebagai alas dasar

masukkan campuran sampah setinggi 7 cm lalu diperciki air hingga dapat

dipastikan cukup lembab

tutup dengan campuran tanah dan kotoran kambing

masukkan lagi campuran sampah di atasnya, dan lakukan berulang hingga

komposter penuh dan berakhir dengan penutupan menggunakan campuran

tanah dan kotoran

tekan perlahan, jangan terlalu padat

tutup komposter dan lakukan pengecekan suhu minimal 3 hari sekali

lakukan pula pengukuran pH dan penetapan ratio C/N

setelah kompos matang (kurang lebih setelah 5-8 minggu pengomposan),

kompos diayak lalu dikemas

lakukan analisis biaya produksi dengan pengasumsian life time (masa

pakai) alat (tidak termasuk alat untuk analisis kompos)

ventilasi

tempat masuk bahan kompos

lubang ventilasi

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 22

Page 23: Proposal Kompos ya

komposter

pintu untuk panen

kompos

Pengukuran suhu dan pH

Alat dan bahan

Alat

Termometer

pH meter

erlenmeyer

gelas ukur

neraca

mesin pengaduk (shaker)

Bahan

sampel kompos

air suling

cara kerja

pengukuran suhu:

-ukur suhu kompos dengan cara menancapkan termometer ke dalam

tumpukan kompos dalam komposter kemudian biarkan selama lima mebnit

lalu tulis hasil pembacaan skala termometer

-lakukan pada 15 titik dan hasilnya dirata-ratakan

Pengukuran pH

-timbang 10 g sampel kompos dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL

-tambahkan 50 mL air suling lalu kocok dengan menggunakan shaker

-ukur pH dengan menggunakan pH meter

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 23

Page 24: Proposal Kompos ya

Penetapan C/N

Penetapan C organik

Alat dan Bahan

Alat 

Cawan porselen

Cawan alumunium

Neraca analitik 4 desimal

Pembakar bunsen dan meker

Kaki tiga dan triangel

Gegep besi

Desiccator

Oven

Tanur

Bahan

Sampel kompos

Cara kerja

Penetapan kadar air

Cawan aluminium yang telah bersih dan di oven ditimbang bobot

kosongnya dan dicatat sebagai A gram

Masukkan ke dalam cawan sebanyak 0,2 gram sampel kompos lalu

catat bobotnya sebagai B gram

Panaskan (keringkan) cawan beserta sampel kompos tersebut

dalam oven pada suhu 1050C selama 1-2 jam

Dingkat dengan menggunakan gegep besi ke dalam eksikator unutk

didinginkan

Ditimbang bobotnya dan dicatat sebagai C gram

Dihitung kadar air dengan menggunakan rumus kadar air= B – C X 100% B – A

Penetapan kadar abu

Cawan porselen yang telah dioven ditimbang bobot kosongnya dan dicatat

sebagai A gram

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 24

Page 25: Proposal Kompos ya

Masukkan ke dalamnya 0,2 gram sampel kompos dan ditimbang bobotnya

serta dicatat sebagai B gram

Bakar dengan bunsen hingga membara dan tidak nampak wujud awalnya

Bakar dengan pembakar meker hingga berwarna pitih keabuan

diabukan didalam tanur dengan temperatur 7000C selama 1 jam

angkat dengan menggunakan gegep besi dan di dinginkan dalam eksikator

lalu ditimbang dan dicatat bobotnya sebagai Cgram

dihitung kadar abu dengan menggunkan rumus

kadar abu = C – A X 100% B - A

Penetapan kadar C organic

C organic = 58% bahan organic

= 58 X (100 % - (kadar air + kadar abu)) 100

Penetapan N

Alat dan bahan

Alat

Alat destilasi

Alat destruksi

Erlenmeyer

Pipet volumetri 5 mL dan 25 mL

Labu takar 100 mL

Erlenmeyer 250 mL

Buret makro scellbach

Statif

Pipet tetes

Labu semprot

Alas titrasi

Bahan

Sampel kompos

H2SO4

Asam borat 4%

Selen

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 25

Page 26: Proposal Kompos ya

Boraks

Cara Kerja

Standardisasi Asam Klorida (HCl) 0,01 N

Preparasi larutan yang dititar

ditimbang sebanyak 0,0476 gram boraks lalu dilarutkan dalam labu

takar 100 mL dan ditera dengan air sulng

dipipet 25 mL ke dalam erlenmeyer 250 Ml

ditambahkan 2 tetes indikator MM

preparasi larutan penitar

bersihkan buret dengan air keran, dibilas dengan air suling dan

dibilas pula dengan HCl minimal 2x

isi buret dengan HCl

proses titrasi

larutan boraks dititar dengan HCl hingga berwarna merah

dilakukan duplo dan dihitung normalitasnya

N HCl = bobot boraks x volume HCl X 100%BE boraks

destruksi sampel

ditimbang sampel kompos sebanyak 0,2 gram lalu dimasukkan ke dalam

tabung destruksi

ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat

ditambahkan 0,2 gram selen

didestruksi hingga warna hijau campuran memudar

Destilasi sampel

Hasil destruksi dilarutkan ke dalam labu takar 100 mL

Tera dengan air suling

Siapkan alat penampung NH3 yang berisi asam borat 4% sebanyak 10 mL

Ditambahkan 3 tetes indikator MM dan 1 tetes indikator BCG

Dipipet 5 mL hasil destruksi ke dalam alat destilasi yang telah dibilas

dengan air suling sebanyak 2x

Masukkan 10 mL NaOH 30%

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 26

Page 27: Proposal Kompos ya

Operasikan alat selama 10 menit hingga larutan penampung bewarna

merah dan ada gas yang berubah menjadi tetes air

Titrasi hasil destilasi (destilat) dengan HCl hingga berwarna merah

Hitung kadar N dengan menggunakan rumus

Kadar N: Volume HCl x N HCl x BE HCl x fp X 100%Bobot sampel kompos

Hasil Pengamatan :

Pengamatan Fisik

Minggu

ke-

Pengamatan fisik SNI ketWarna Bau

1 Coklat tua

bercampur

hijau

Berbau busuk sampah

dedaunan hijau tetapi

tidak berbau kotoran

kambing

Warna:

kehitaman

Bau:

berbau

tanah

-

2 Coklat tua Sedikit berbau busuk

sampah hijau dan tidak

berbau kotoran

kambing

-

3 Coklat tua Tidak berbau Timbul hewan-

hewan kecil

4 Coklat tua> Tidak berbau Timbul hewan-

hewan kecil

5 Coklat tua> Berbau seperti bau

tanah

-

6 Coklat

tua>>

kehitaman

Berbau khas tanah Ketika dikepal

lembab tetapi

tidak

mengeluarkan

air

Pengamatan Suhu dan pH

Pengukuran suhu dilakukan pada 15 titik lalu dirata-ratakan

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 27

Page 28: Proposal Kompos ya

Tabel pengamatan suhu dan pH

Waktu pengukuran Rata-rata

suhu (0C)

pH Keterangan

27 maret 2009 27.0 - -

30 maret 2009 30,2 8,4 -

2 April 2009 30,1 8,7 -

8 April 2009 26,9 9,0 Musim hujan, cuaca dingin

11 April 2009 33,0 8,7 -

13 April 2009 30,0 - -

30 April 2009 30,2 8,6 -

6 Mei 2009 27,5 8,1 -

13Mei 2009 27,2 7,9 pH basa,dikarenakan kompos masih

mengandung starter dari kotoran hewan

Ket: pH kompos mberdasarkan SNI adalah 6,80 – 7,49

Penetapan C/N

Penetapan: pertama

Penetapan C

Kadar C = 100%- (kadar air + kadar abu)

Penetapan kadar air

-bobot cawan alumunium kosong : 6,3639 gram (A)

-bobot alumunium kosong + bobot sampel : 8,7405 gram (B)

-bobot cawan alumunium dan sampel (telah dioven) : 7,1984 gram (C)

-kadar air = (B – C) X 100%

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 28

Page 29: Proposal Kompos ya

(B – A)

= (8,7405 – 7,1984) gram X 100%

(8,4765 – 6,3639) gram

= 64,89 %

Penetapan kadar abu

-bobot cawan porselen kosong : 23,0330 gram (A)

-bobot cawan porselen kosong + bobot sampel : 25,0802 gram (B)

-bobot cawan porselen dan sampel (telah dioven) : 23,2498 gram (C)

-kadar abu = (C – A) X 100%

(B – A)

= (23,2498 – 23,0330) gram X 100%

(25,0802 – 23,0330) gram

= 10,59 %

Kadar bahan organic = 100% - (kadar air + kadar abu)

= 100% - (64,89 + 10,59) %

= 24,52%

Kadar C organik = 58% X kadar bahan organik

= 58/100 X 24,52%

= 14,22%

Penetapan N

-bobot boraks : 0,0471 gram

-bobot sampel (kompos) : 0,2328 gram

-bobot kertas kosong : 0,2400 gram

-bobot kertas setelah : 0,2408 gram

-bobot sampel yang digunakan : 0,2320 gram

-volume HCl standardisasi : 23,00 mL

-Volume HCl titrasi N : 0,70 mL

Standardisasi HCl = Bobot boraks (mg)

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 29

Page 30: Proposal Kompos ya

Volume HClXBEboraks

= 0,0471gramX10 3 mg/gram

23,00mLX190,6mg/mgrek

= 0,0107 mgrek/mL

Kadar N = 0,7mLX0,0107mgrek/mLX14mg/mgrekX20X100%

0,2320gramX103mg/gram

= 0,90%

Kadar C/N

C/N = 14,22% : 0,90%

= 15,8 : 1

penetapan: kedua

Penetapan C

Kadar C = 100%- (kadar air + kadar abu)

Penetapan kadar air

-bobot cawan alumunium kosong : 6,4537 gram (A)

-bobot alumunium kosong + bobot sampel : 8,4636 gram (B)

-bobot cawan alumunium dan sampel (telah dioven) : 6,9287 gram (C)

-kadar air = (B – C) X 100%

(B – A)

= (8,4636 – 6,9287) gram X 100%

(8,4636 – 6,4537) gram

= 76,37 %

Penetapan kadar abu

-bobot cawan porselen kosong : 26,2398 gram (A)

-bobot cawan porselen kosong + bobot sampel : 28,2267 gram (B)

-bobot cawan porselen dan sampel (telah dioven) : 27,9819 gram (C)

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 30

Page 31: Proposal Kompos ya

-kadar abu = (C – A) X 100%

(B – A)

= (27,9819 – 26,2398) gram X 100%

(28,2267 – 26,2398) gram

= 12,32 %

Kadar bahan organic = 100% - (kadar air + kadar abu)

= 100% - (76,37 + 12,32) %

= 11,31%

Kadar C organik = 58% X kadar bahan organik

= 58/100 X 11,31%

= 6,56%

Penetapan N

-Kertas minyak : 0,2375 gram

-Bobot kompos : 0,2775 gram

-Bobot kertas sesudah penimbangan : 0,2383 gram

-Bobot kompos contoh : 0,2767 gram

-Bobot boraks : 0,0476 gram

-Volume HCl standardisasi : 22,95 mL

-Volume HCl titrasi N : 0,17 Ml

Kadar N = VHCl X NHCl X BE N X fp X 100%

Bobot contoh (mg)

Standardisasi HCl

NHCl = bobot boraks (mg)

Volume HCl X BENa2B4O7.10H2O

= 0,0476 gram X 10 3 mg/gram

22,95 mL X 190,6 mg/mgrek

= 0,0109 mgrek/mL

Kadar N dalam contoh

Kadar N = 0,17 mLX0,0109mgrek/mLX14mg/mgrekX20X100%

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 31

Page 32: Proposal Kompos ya

0,2767gramX103mg/gram

= 0,19%

Kadar C/N

C/N = 6,56% : 0,19%

= 34,5 : 1

Analisis Biaya Produksi

Diasumsikan:

o Masa pakai komposter, skop plastik, dan golok = 2 tahun

o Isi 1 pak kantong plastik kemasan 1 kg = 100 lembar

o Harga kompos kualitas I = Rp 2.000,-/kg

o Harga kompos kualitas II = Rp1.000,-/kg

o Jumlah produksi dalam setahun adalah 6x (2 tahun berarti 12x)

a. modal awal :

komposter : Rp 55.000,-

skop plastik : Rp 5.000,-

golok : Rp 15.000,-

kantong plastik 1 pak : Rp 5.000,- +

jumlah modal : Rp 80.000,-

b. hasil panen kompos :

1 Kualitas I 4 Kg : 4 X Rp 2000,- = Rp 8.000,-

2 Kualitas II 2 Kg : 2 X Rp 1000,- = Rp 2.000,- +

jumlah pendapatan 1x panen = Rp 10.000,-

Sehingga mengalami kerugian = Rp (80.000 – 10.000)

= Rp 70.000,-

modal baru dapat kembali setelah minimal 8x panen, yaitu 1 tahun 4

bulan. Adapun dalam 2 tahun, jumlah pemasukan sekitar Rp 10.000 x 12 kali

panen = Rp 120.000 dengan keuntungan (diluar modal yang telah kembali) yaitu

sebesar Rp 40.000,- untuk 8 kg sampah dedaunan.

Adapun modal untuk 1x produksi adalah:

komposter : Rp 4.585,- dibulatkan Rp 4.600,-

Skop : Rp 416,- dibulatkan Rp 420,-

Kantong Plastik

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 32

Page 33: Proposal Kompos ya

(Rp 5.000 :100 lembar

= Rp 50,- x 6 kg : Rp 150,-

Golok : Rp 1.250,- +

jumlah : Rp 6.420,-

Pembahasan:

Pengomposan pada dasrnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan

mikroba agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Bahan

organik yang dapat dengan mudah didekomposisi diantaranya adalah sampah

taman (tergolong juga domestik) berupa dedaunan.

Dalam perjalanannya, ditemukan bebrapa perubahan diantaranya terlihat

banyak organisme-organisme kecil dan terjadi penyusutan volume hingga hampir

setengahnya. Hal-hal yang harus diperhatikan selama proses pengomposan

diantaranya adalah kelembaban, aerasi, temperatur,suasana, netralisasi keasaman,

serta penambahan nutrien untuk menambah kandungan unsur hara dalam kompos

sehingga kualitasnya meningkat.

Dalam praktikum yang kami lakukan, yaitu pembuatan kompos dari

sampah taman melalui metode komposter dengan penambahan kotoran kambing

sebgai organik agent, diperoleh pula bebrapa perubahan kondisi seperti apa yang

dijalaskan literatur, meskipun hasi akhir dari proses ini belum menmenuhi SNI

(Standar Nasional Indonesia).

Hal yang kami amati selama proses pengomposan adalah:

1. suhu

Berdasarkan literatur, suhu pengomposan maksimal mencapai 65 derajat

Celcius. Dalam prakrikum, suhu maksimal yang kami hasilkan adalah 330C dan

minimum 26,9 0C, dimana suhu-suhu ini masuk ke dalam rentang suhu termofilik

sehingga cocok untuk aktivitas bakteri mesofilik.

Berdasarkan tabel pengamatan hasil panen di atas, terlihat bahwa suhu

pada pengukuran ke-4 tergolong rendah dibandingkan dengan pengukuran pada

hari yang lain dikarenakan pengukuran dilakukan  dipagi hari saat saat musim

hujan. Sehingga suhu kompos mengalami penurunan karena adanya aerasi.

2. pH

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 33

Page 34: Proposal Kompos ya

pH kompos pada akhir pengukuran adalah 7,90, tergolong melebihi SNI

(6,80 – 7,49). dan pH pada tiap pengukuran tergolong basa. Hal ini disebabkan

karena starter yang digunakan adalah kotoran kambing. Dimana umumnya

kotoran hewan banyak mengandung NH3 (amoniak) yang bersifat basa. Hasil

pengukuran terakhir tidak dapat dijadikan sebagai acuan karena pengukuran

dilakukan tidak bertepatan dengan pemanenan kompos

3. ratio C/N

Pada penetapan C/N diperoleh perbandingan C banding N = 15,8 : 1 pada

pengukuran pertama dan 34,5 : 1 pada pengukuran selanjutnya. Hal ini

membuktikan terjadi penurunan rasio C/N. Adanya penurunan yang tidak

seharusnya terjadi kemungkinan besar disebabkan karena banyaknya kesalahan-

kesalahan dalam analisis dan penetapan C/N kompos dan jenis dedaunan yang

sangat tua dan kering yang banyak mengandung karbon.

4. warna dan bau

Kompos yang telah di panen secara fisiknya telah memenuhi kriteria

kompos siap panen. Warna kompos dari awal pengomposan dominan coklat

karena komposisi sampah cokelat lebih banyak. Adapun sampah dari awal terlihat

dominan cokelat tua disebabkan dedaunan yang digunakan adalah dedaunan yang

kering sehingga sulit mengurai dan bisa merupakan penyebab lain dihasilkannya

kompos berkualitas II.

Saat panen, dihasilkan kompos berwarna coklat kehitaman, dan berbau

tanah. Selama proses pengomposan berlangsung, tidak tercium bau busuk yang

menyengat, meskipun menggunakan kotoran kambing. Hal ini karena kotoran

kambing telah mengering pada saat digunakan. Bau khas sampah hanya terjai

diawal pengomposan sekitar minggu pertama sampai kedua. Salah atu

penyebabnya adalah karena sampah yang dominan digunakan adlah sampah

cokelat yang kering.

6. ukuran partikel akhir

Selama pengomposan, ukuran partikel semakin kecil dan pada saat panen

terjadi penurunan sekitar 1/3 dari volume kompos awal. Kompos yang telah di

ayak ternyata meliputi kualitas yang berbeda. Kualitas I berupa kompos yang

lolos pengayakan (halus menyerupai tanah) dan kualitas II berupa kompos yang

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 34

Page 35: Proposal Kompos ya

tidak lolos pengayakan. Hal ini menandakan pproses pencacahan tidak merata dan

masih banyak terdapat ukuran partikel daun yang terkategori kasar.

5. kadar air

Kadar air kompos hasil penetapan adalah 64,89 % dan 76,37% (melebihi

SNI yang seharusnya maksimum 50%). hal ini diakibatkan karena air yang

ditambahkan melebihi toleransi yang seharusnya. Adapun kenaikan kadar air

disebabkan penetapan dilakukan setelah pembalikan kompos sehingga air dari

kompos bagian bawah menyerap ke kompos bagian atas. Karena posisi kompos

dalam komposter kami adalah berlapis-lapis, maka pembalikan dilakukan dengan

membalikan komposternya. Namun secara fisik, jika diperas kompos yang

dihasilkan tidak mengeluarkan air. Telah diketahui pula tidak terdapat lindi di

bawahnya.

Simpulan

proses pembuatan kompos dengan teknik komposter dengan penambahan

kotoran kambing sebagai organik agent yang telah dilakukan, dihasilkan 4

kg kompos berkualitas I dan 2 kg kompos berkualitas II. dan berdasarkan

analisis biaya dari produksi ini dihasilkan keuntungan sebesar Rp 40.000,-

tiap 8 kg sampah dedaunan dalam waktu 2 tahun

Hasil analisis laboratorium yang diperoleh tidak dapat dijadikan acuan

terhadap kualitas kompos karena penetapan C/N ataupun pengukuran pH

tidak dilakukan bertepatan dengan pamanenan kompos.

Saran

hendaknya tidak digunakan jenis sampah yang berwarna cokelat tua dan

kering karena kadar airnya sedikit serta sulit di dekomposisi. Sebaiknya

pilih dedaunan cokelat muda atau kekuning-kuningan agar kandengan

airnya masih berada di dalam sehingga dapat mempercepat proses

dekomposisi menghasilkan kompos bertekstur halus (berkualitas I). selain

itu mudah dalam pencacahan.

dalam proses pencacahan, hendaknya dedaunan dicacah sedemikian kecil

agar proses dekomposisi berjalan cepat.

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 35

Page 36: Proposal Kompos ya

Pembuatan kompos teknik ini kurang efektif dalam proses pembalikan,

karena harus bersamaan dengan komposternya.

Untuk menghasilkan keuntungan yang besar serta pengendalian sampah

yang optimal, disarankan untuk mengolah sampah tersebut dalam skala

yang besar dan mengupayakan kondisi pengomposan yang ideal.

Rawat dengan baik peralatan-peralatan yang ada. Karena dengan

perawatan maka life time alat akan lebih panjang sehingga dapat

menambah keuntungan.

DAFTAR PUSTAKA

( http://www.kompos.biz/2006/05/dengan-komposter-membuat-kompos-di.html )

http://www.kompos.biz/2006/05/dengan-komposter-membuat-kompos-di.html

http://www.cyberforums.us/showthread.php?t=12549

http://lingkunganku.multiply.com/journal/item/9/Cara_pembuatan_

kompos_dari_sampah_organik

www.wikipedia.org, kompos searching

Proposal Kelompok 4/2-TPL B 36