karya tulis kompos

Upload: nurzainlestari

Post on 15-Jul-2015

386 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Masyarakat miskin adalah fenomena kehidupan kesejagatan sehingga dalam kategori kemajuan dunia dan masyarakat miskin dikelompokkan ke dalam Dunia ke4 (Botkin dalam Sudjana, 2004). Fenomena kemiskinan di Indonesia sudah berlangsung dalam dimensi waktu dan ruang yang demikian lama dan tak terbatas. Implikasi dari persoalan tersebut adalah kemiskinan dapat berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan seperti lingkaran setan karena sudah merambah ke seluruh aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, maupun politik. Dalam masyarakat Indonesia terdapat tiga jenis kemiskinan yaitu kemiskinan natural, kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Kemiskinan natural ialah kondisi masyarakat yang tidak memiliki sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, yang dapat mendukung upaya pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu meningkatkan taraf hidup dan

penghidupannya. Kemiskinan struktural adalah kondisi penduduk atau masyarakat dalam keadaan miskin sebagai akibat dari kebijakan dan pelaksanaan

pembangunan yang salah yaitu tidak merata dan tidak adil. Kebijakan pertumbuhan yang tidak seiring dan tidak selaras dengan pemerataan pembangunan,

implementasi kebijakan pertumbuhan yang lebih mengandalkan pada kelompok elit di tingkat atas dan bukan memperkuat fondasi pembangunan di masyarakat, telah menjadi penyebab utama timbulnya kemiskinan struktural sehingga yang kaya menjadi makin kaya dan yang miskin bertambah miskin. Sedangkan Kemiskinan kultural dipengaruhi oleh tradisi, adat istiadat dan sikap serta perilaku yang sering

1

menghambat kemajuan. Budaya diam, masa bodoh, fatalitik, sikap merasa cukup dalam kekurangan, adanya dominasi kelompok penekan terhadap masyarakat yang merasa tertekan menjadi indikator dan faktor-faktor penyebab tumbuhnya kemiskinan kultural (Sujana, 2004). Data Badan Pusat Statistik (BPS) dua tahun terakhir ini menunjukan bahwa penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan dimana data penduduk miskin tahun 2006 sebanyak 39,05 juta orang atau 17,75 persen dan pada 2007 penduduk miskin adalah sebesar 37,17 juta orang atau 16,58 persen. Namun apabila merujuk pada target Millenium Depvelopment Goals (MDGs) dimana diharapkan setiap tahun mencapaian target penurunan masyarakat miskin sebesar 50 persen, hal ini belumlah mencapai target yang diisyaratkan tersebut. Ini tentunya menjadi suatu tantangan yang berat bagi berbagai Stakeholders. Namun demikian target tersebut dapat saja dicapai, jika kondisi sosial ekonomi dan politik stabil dengan memproritaskan pendekatan pemberdayaan dan keadilan bagi masyarakat miskin. Dalam usaha memberdayakan masyarakat miskin, dengan fokus sasaran pada pemberdayaan, peran Stakeholders sangat dibutuhkan, dan program yang diselenggarakan akan dapat menarik minat masyarakat miskin apabila mereka merasakan bahwa program tersebut dapat membantu mereka untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari atau telah dimiliki dalam kegiatan yang segera memberi keuntungan ekonomi. Olehnya itu, eksistensi program kecakapan hidup (Life Skill) dijalur pendidikan non formal yang ditujukan untuk masyarakat miskin saat ini semakin diharapkan karena program kecakapan hidup (Life Skill) dapat memenuhi kebutuhan belajar masyarakat miskin, dimana tujuan penyelenggaraannya untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap warga belajar di dibidang pekerjaan/usaha tertentu sesuai dengan bakat dan2

minatnya sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Ini artinya program kecakapan hidup (Life Skill) dikemas menyentuh nilai ekonomi yang dapat segera menghasilkan atau langsung digunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Program kecakapan hidup (Life Skill) dilaksanakan untuk membantu masyarakat agar mampu berkomunikasi dengan lingkungan yang terus berubah sehingga dapat

memanfaatkan lingkungannya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya. Program kewirausahaan dalam bentuk memberikan kecakapan hidup (Life Skill) juga dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan fungsioanal praktis serta perubahan sikap untuk bekerja dan berusaha mandiri, membuka peluang kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat (2) dalam penjelasannya dinyatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup (Life Skill) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Artinya konsep program kecakapan hidup (Life Skill) memiliki cakupan yang luas dan berinteraksi antara pengetahuan dan keterampilan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri (Broling, 1989). Sesuai lingkupnya, program kecakapan hidup (Life Skill) mencakup; kecakapan kerja (accupational skills), kecakapan pribadi dan sosial (personal/social skills) serta kecakapan dalam kehidupan sehari-hari (daily living skills). Program kecakapan hidup (Life Skill) dirancang untuk membimbing, melatih dan membelajarkan peserta didik agar mempunyai bekal dalam menghadapi masa depannya dengan memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada.3

Semakin tumbuh dan berkembangnya kepercayaan masyarakat terhadap program kecakapan hidup (Life Skills) di dalam mempersiapkan tenaga yang terdidik siap pakai dan laku di pasaran kerja, dapat dibuktikan dengan adanya manfaat secara khusus dan langsung dapat dirasakan oleh masyarakat miskin antara lain; meningkatnya kesempatan kerja, mencegah urbanisasi yang tidak bermanfaat, meningkatnya pendapatan asli daerah, memperkuat pelaksanaan otonomi daerah melalui peningkatan sumber daya manusia, dan terwujudnya pemberdayaan dan keadilan bagi masyarakat miskin dan kurang mampu. Pengembangan Program Kecakapan Hidup (Life Skill) Dalam upaya memberdayakan masyarakat miskin, baik di perkotaan maupun di pedesaan, pengembangan program kecakapan hidup (Life Skill) sangat baik diintegrasikan dengan pola kewirausahaan seperti dalam bentuk Pengembangan Wirausaha Desa (KWD) dan Pengembangan Wirausaha Perkotaan (Pengembangan Kewirausahaan Perkotaan ), karena kewirausahaan menurut Merdith dalam Sudjana (2004) dapat menumbuhkan peluang sikap dan perilaku wirausaha daya yang manusia mampu guna

mengantisipasi

usaha,

mengelola

sumber

mendapatkan keuntungan dan bertindak tepat menuju sukses. Jiwa kewirausahaan hanya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal dalam dunia usaha. Oleh karena itu, dunia usaha dari yang paling sederhana dan kecil hingga yang berskala besar serta rumit adalah laboratorium yang handal yang dapat dijadikan proses penumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan. Ini artinya secara umum kriteria manusia yang mempunyai jiwa kewirausahaan antara lain: memiliki dorongan kuat untuk terus maju walaupun dalam keadaan sulit, tidak terlalu tergantung pada bantuan pihak luar dan selalu berinisiatif untuk menciptakan kesempatan, tidak cepat putus asa, peka terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, serta secara proaktif berupaya menyesuaikan diri.4

Substansi jiwa kewirausahaan pada akhirnya bertumpu pada satu kata kunci yaitu keberanian mengambil keputusan dan sekaligus menangung risiko. Sebab tidak sedikit orang yang berkemauan keras, punya inisiatif dan berpandangan luas tetapi tidak banyak yang berani menangung risiko. Asumsinya jika seseorang mengambil keputusan untuk merintis peluang kerja/usaha, ia akan dihadapkan pada risiko kegagalan. Kenyataan yang ada, banyak di antara kita yang tidak mau mengambil risiko, sedangkan keberanian untuk memulai adalah kunci utama, perbuatan yang sangat kecil masih lebih baik dari pada keinginan yang paling besar, sebab keberanian mengambil keputusan bukan untuk menyelesaikan masalah dan sesuatu yang menuntut tanggung jawab. Untuk menjadi manusia yang memunyai jiwa kewirausahaan yang tangguh diperlukan beberapa keterampilan antara lain; keterampilan berfikir kreatif, keterampilan dalam pembuatan keputusan,

keterampilan dalam kepemimpinan, keterampilan manajerial, keterampilan dalam bergaul antara manusia (human relations). Program kecakapan hidup (Life Skill) yang diintegrasikan dengan

kewirausahaan dalam upaya memberdayaan masyarakat miskin, dilaksanakan lebih menekankan pada upaya pembelajaran yang bisa memberikan penghasilan (learning and earning) dengan prinsip empat pilar yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan (Learning to know), belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan (Learning to do), belajar untuk dapat menjadikan dirinya menjadi orang berguna (Learning to be), dan belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain (Learning to live together). Keempat pilar tersebut diatas, berarti pula bahwa tanpa kemampuan untuk belajar terus memperoleh pengetahuan baru seseorang akan asing dalam dunianya, tanpa memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang transeferable sukar seseorang akan dapat bertahan dalam dunia yang berbudaya Meritocracy , tanpa5

kemampuan untuk hidup dan bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global sukar seseorang dapat hidup dan survive dan tanpa menjadi dirinya sendiri (kepribadian yang mantap dan mandiri) seseorang akan tenggelam tanpa identitas. Olehnya itu, program kecakapan hidup (Life Skill) yang diselenggarakan untuk memberdayakan masyarakat miskin sangat memungkinkan dalam kurun waktu yang akan datang dengan strategi penyelenggaraan dapat ditempuh melalui dua tahapan, yakni; Pertama, pelaksanaan program kecakapan hidup (Life Skill) diarahkan pada usaha pemberian jenis keterampilan yang sangat dibutuhkan masyarakat miskin yang digunakan untuk memiliki penghasilan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya. Kedua, lembaga penyelenggara melakukan tindak lanjut pelaksanaan program kecakapan hidup (Life Skill), dimana outcome yang dihasilkan setelah menyelesaikan program kecakapan hidup (Life Skills) dilaksanakan pendampingan dengan menyalurkan ke dunia kerja/lapangan kerja atau pemberian modal usaha untuk membuka usaha berkelompok atau mandiri. Berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang menitik beratkan pada upaya (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan, (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan (3) tata kelola, akuntibilitas dan pencitraan public, serta prioritas program pendidikan yang ditetapkan dalam rencana strategis Depdiknas adalah perluasan pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), percepatan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, dan pemberantasan buta aksara, maka pada tahun 2009 Ditjen PMPTK melanjutkan program pembelian dukungan Peningkatan mutu PTK-PNF Provinsi yang

dikoordinasikan melalui BPKB sebagai UPTD tingkat Provinsi seluruh Indonesia.Jika dicermati sampah dapat menjadi sumber penghasilan dan peluang ini hendaknya dapat dimanfaatkan dalam penyelengaraan Pendidikan keterampilan hidup (lafe skill ) yaitu produksi kompos dari sampah.6

B.IDENTIFIKASI MASALAH. Manusia untuk kelangsungan hidupnya dalam rumah tangga setiap hari mengkonsumsi makanan dan kebutuhan lainnya. Semua yang lelah dikomsumsi tidak dapat seluruhnya habis dipakai seperti pembungkusnya baik kertas daun, plastik,serta sisa makanan lainya yang kesemua nya itu menjadi sampah,Maka agar lingkungan itu tetap bersih sebaiknya sampah itu dikumpulkan dengan baik dan teratur serta dipilih pilih mana sampah yang berbahaya ,mana sampah yang dapat dijual dan mana sampah yang dapat diolah menjadi kompos. Keterampilan memilah milah sampah ini menjadikan salah satu keterampilan khusus yang harus dimiliki bagi orang yang memproduksi kompos dari sampah. C.PERUMUSAN MASALAH Dengan memperhatikan masaalah sampah yang dihadapi oleh masyarakat dan Instansi Pemerintah Daerah yang terkait .UPT P3NFI Dinas Pendidikan Provinsi Riau sebagai pelaksana teknis mempunyai tugas melaksanakan proram Pendidikan Luar Sekolah /Non Formal, baik untuk sumber belajar ,Pelaksana kegiatandan memberikan Bimbingan terhadap keterampilan kecakapan hidup kepada masyarakat serta mengajak

masyarakat untuk usaha mandiri atau berwirahusaha ,mengelola industri tepat guna sesuai dengan potensi yang ada di lingkungan kehidupan yang terkait dengan mata pencaharian dan dinia usaha yang ada daeah tempat tinggal nya. Maka penulis mencoba untuk memecahkan masaalah sampah yang dapat menjadi gunung sampah dan dapat menimbulkan penyakituntuk dijadikan pupuk Kompos. D.PEMBATASAN MASALAH

7

Kompos adalah bentuk akhir dari pada bahan-bahan organik setelah mengalami pembusukan. Sebagai suatu proses biologi ,maka pembusukan atau disebut pula Dekomposisi dapat berlangsung baik secara aerobic maupun anaerobic.Dalam hal ini ,pembuatan kompos dapat saja dilakukan melalui salah satu cara tersebut, dengan kelebihan dan kekurangan nya masing masing. Kompos adalah sejenis pupuk organic,kandungan nisbi unsur N (Nitrogen), P (Phosfor ) dan K (Kalsiom) dalam kompos tidaklah tinggi, sehingga berbeda dengan pupuk buatan (Anorganik, sintetis) kompos tidak dapat dijadikan sumber utama unsur unsur tersebut bagi tanaman. Namun demikian kompos sangat kaya akan akan unsur-unsur hara mikkro, seperti misalnya zat besi ( Fe,Ferrum), Borom(B), Belerang (S Sulphur), Ca, Calsium) Magnesium (Mg) dan banyak lagi lainya. Unsur unsur ini tidak terdapat dalam pupuk buatan pada umumnya ,pada hal unsur unsur tersebut sangatlah penting bagi pertumbuhan tanaman . Sebagai bahan tambahan, fungsi kompos yang utama adalah membantu memperbaiki struktur serta meningkatkan kinerja tanah. Struktur tanah diperbaiki dengan meningkatkan porositas ( jumlah rongga ) ,sehingga tanah menjadi gembur. Sementara itu perbaikan kinerja tanah adalah melalui peningkatan kemampuannya dalam bertukar ket-ion serta dalam menyimpan air. Tergantung kegunaanya, partikel kompos dapat dibuat agar berbentuk besar besar ( Kasar) ataupun Kecil kecil ( Halus) Perkebunaan misalnya, memilih kompos kasar untuk tanaman kerasnya, sedangkan kompos halus lebih tepat untuk tanaman hias atau tanaman rumah (POT) E.TUJUAN PENELITIAN.

8

Pengkomposan sama halnya dengan pembusukan yang terjadi secara alamiah, maka pengkoposan atau pembuatan kompos merupakan suatu proses biologis pula, yang terjadi karena adanya kegiatan jasad renik. Dalam proses ini berbagai jenis jasad renik turut berperan. Mereka ini bekerja secara serentak dalam habitatnya masing- masing tergantung pada suhu ( tempratur ) .Perubahan suhu akan mempengaruhi jenis jasad renik yang hidup. Sepertinya halnya manusia ,jasad senik ini membutuhkan udara ,makanan dan air untuk dapat hidup. Makanan tersedia dalam sampah, sedangkan udara dan air diatur penyedianya melalui proses Pengkomposan .Sama dengan binatang lainnya, pada waktu mencerna makanan,jasad renik ini mengeluarkan sisa sisa metabolisme berupa karbon dioksida (CO2), serta panas yang selalu menghasilkan uap air (H2O). Oleh karena itu kita dapat mengetahui adanya kegiatan mereka dengan cara memantau suhu. Temperatur yang meningkat, menunjukan adanya kegiatan jasad renik. Yang membedakan pengkomposan harus menghasilkan produk (kompos) yang aman dipakai, disimpan maupun digunakan di tanah. Pembusukan alamiah ,dilain fihak,tidak menjamin keamanan ini karena bisa saja tercampur dengan bahan-bahan yang berbahaya dan masih dapat mengandung bibit penyakit. F.MANFAAT ATAU KEGUNAAN PENELITIAN Pengomposan dilakukan karena bisa menguntungkan masyarakat antara lain sebagaimana diuraikan dibawah ini:

9

a. Membuka kesmpatan kerja. Melalui proses pengomposan secara padat-

karya, dapat diciptakan 7 peluang kerja untuk menglah sampah rumah tangga sebanyak 2 ton perharib. Membantu penggelolahan sampah perkotaan.Secara garis besar

,sampah perkotaan mengandungan 10 % (berat) bahan yang langsung dapat di daur ulang ( Kertas,besi,plastik,kaleng dsb0, 50 % bahan organik dan 40 % residu. Dengan demikian maka 60 % (berat) sampah dapat di daur ulang, 10 % melalui pengunaan kembali dan 50 % melalui

pengomposan. Oleh karena itu semakin banyak pengomposan akan berarti semakin besar pula manfaat bagi pengelolaan sampah perkotaan dengan alasan: 1. Menghemat Tempat Pembuangan sampah Akhir (TPA) TPA dapat digunakan lebih lama, sehingga lebih banyak lahan yang dihemati,dalam arti tidak usah digunakan sebagai TPA melainkan dapat untuk mencukupi kebutuhan pembangunan yang lain 2. Menghemat biaya pengangkutan sampah. Dengan pengomposan jumlah sampah yang harus diangkut ke tempat pembuangan Akhir menjadi berkurang. sampah yang akan dijadikan kompos hanya perlu diangkut kelahan pengolahan yang relatif lebih dekat dari sumber sampah. Biaya pengangkutan sejumlah sampah yang tak diolah ditambah residu tentunya tidak sebanyak ongkos pengangkutan seluruh sampah langsung ke TPA. 3. Higienis. Semakin banyak sampah di komposkan akan semakin berkurang pula persoalan kesehatan lingkungan . Tumpukan sampah yang terlantar adalah sumber pembiakan lalat, yang cenderong menularkan berbagai10

penyakit . Pengomposan sedikit banyak membantu menghindarkan masaalah ini Selain itu pengomposan yang dilakukan dengan benar mengurangi bau busuk yang berasal dari tumpukan sampah terlantar. a. Pengomposan Berpotensi mengurangi pencermatan lingkungan kota Karena jumlah sampah yang dibakar atuapun yang dibuang ke sungai menjadi berkurang. Selain itu pengunaan kompos pada lahan pertanian berarti pula mencegah pencermaran karena berkurangnya tanaman menjadi lebih sehat. b. Membantu melestarikan sumber daya alami. Pemakaian kompos pada perkebunan akan meningkatkan kemampuan lahan kebun dalam menahan air, sehingga lebih menghemat kandungan air, selain itu pengunaan humus sebagai media tanaman dapat digantikan oleh kompos, sehinga pengalian humus hutan dapat lebih dicegah.Pada gilirannya penganguran pengalian humus hutan akan membantu

melestarikan hutan (lindung) serta meningkatkan kemampuannya sebagai sumber air.c. Pengomposan berarti menghasilkan sumber daya manusia baru dan

menambah imkam keluarga

11

BAB II TEORI PENGOPOSAN

PENGOMPOSAN: PROSES BIOLOGIS Pengomposan pada hakekatnya adalah suatu proses biologis, dimana berbagai jenis jasad renik (mikro organisme ) ikut berperan. Bagaimana jasad-jasad renik bekerja dalam proses pembusukan ? Kondisi yang ideal perlu bagi

kelangsungan proses tersebut secara optimum, Optimasi ini diperlukan untuk memperoleh sistim produksi kompos yang efesien ( Berdaya guna ) dalam

12

pemakaian tanah, tenaga dan biaya disamping menghasilkan kompos yang bermutu tinggi. A . JASAD JASAD PEMBUSUKAN1. Jasad renik Mesofilia dan Thermofilia

Proses pengomposan tergantung pada berbagai macam jasad renik. Berdasarkan kondisi habitatnya (terutama suhu), jasad-jasad renik ini terdiri dari dua golongan yaitu yang disebut Mesofilia dan Thermofilia, masingmasing jenis membentuk koloni atau habitatnya sendiri. Jasad renik golongan Mesofilia adalah yang hidup dalam suhu antara 100 - 450 C sedangkan jenisThermofilia adalah yang hidup dalam temperatur antara 100 - 450 C. Dengan demikian, maka pada waktu suhu tumpukan kompos kurang dari 45 0 C. Maka proses pengomposan dibantu oleh mesofilia. Sedangkan di atas suhu tersebut (40 - 650 C )yang bekerja adalah dari jenis Thermofilia. Diatas suhu 650C jasad renik masih ada, tetapi sulit untuk bertahan hidup.

2. Habitat jasad ReniDalam Tumpukan Sampah Pada tahap awal pengomposan, pada waktu tumpukan sampah belum

menjadi panas dengan sendirinya, mesofilia terdapat baik dibagian dalam, maupun dibagian luar tumpukan. Selanjutnya, dalam proses pengomposan, jasad renik ini berperan untuk memecah atau menghancurkan (degradasi) bahan organik yang dikomposkan. Segera setelah proses pengomposan mulai aktif, suhu tumpukan meningkat, terutama dibagian dalamnya. Hal ini terjadi karena kegiatan mesofilia yang menimbulkan panas, sementara itu tumpukan sampah berfungsi sebagai isolator yang mencegah panas13

merambat keluar tumpukan. Semakin lama, suhu didalam (dipusat) tumpukan menjadi terlalu panas sampai suhu diatas 450 C, sehingga mahluk-mahluk mesofilia ini umumnya mampu berpindah tempat, bergerak menuju lingkungan yang lebih sejuk, yaitu dibagian luar tumpukan. Suhu yang meningkat ini, kemudian merangsang berkembang biaknya jasad renik lain, yaitu jenis thermofilia, yang akan menggantikan fungsi mesofilia membusukan tumpukan sampah. Mayoritas jasad renik jenis thermofilia ini umumnya tidak dapat bergerak dalam jarak jauh didalam tumpukan. Mereka hidup, berkembang biak dan mati dalam temperatur tumpukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di awal proses pengomposan, jasad renik jenis mesofilia yang hidup dalam tumpukan cenderung meningkat lebih panas dari bagian luar tumpukan (karena efek isolasi panas). Maka jasad renik mesofilia yang tidak tahan suhu di atas 45 0 C ini akan bergerak ke arah luar tumpukan, dan jasad renik jenis thermofilia akan menggantikannya hidup dan berkembang biak di dalam tumpukan.

3. Proses Pembusukan Aerobic Ada dua golongan utama jasad renik, yaitu mesofilia dan thermofilia yang masing-masing mempunyai cara dalam membusukkan bahan organik. Jasad mesofilia pada hakekatnya berfungsi memperkecil ukuran pratikel zat organik (terutama jenis serangga yang membelah bahan organik menjadi partikel kecil-kecil) sehingga jumlah permukaan partikel ini menjadi lebih luas. Kedua jasad renik ini sama-sama melakukan pencernaan secara kimiawi, di mana bahan organik itu dilarutkan (dissolved) dan kemudian diuraikan. Cara kerjanya adalah dengan mengeluarkan enzym yang dilarutkan didalam14

selaput air (water film) yang melapisi bahan organik. Enzim tersebut berfungsi menguraikan bahan organik menjadi unsur-unsur yang dapat mereka serap. Proses pembusukan atau dekomposisi ini dapat terjadi melalui dua cara, yaitu aerobic dan anaerobic. Pembusukan aerobik adalah proses yang

membutuhkan oksigen. Dan akan terjadi apabila oksigen cukup tersedia, sedang sisa pembakaran/pencernaan tersebut adalah panas (kalori) dan karbon dioksida (CO2) yang tidak berbau. Pembusukan secara anaerobic adalah yang dapat terjadi tanpa oksigen. Dalam proses seperti ini maka yang aktif bekerja adalah jasad renik yang juga bersifat anaerobic. Sisa pembakaran/pencernaannya antara lain adalah H2S yang berbau busuk. Kedua proses tersebut baik aerobic dan anaerobic dapat terjadi secara bersamaan dalam sebuah tumpukan. Yaitu dimana bakteri pembusukan anaerobic aktif dibagian tumpukan yang tidak berongga sementara jasad aerobic aktif dibagian lain tumpukan, yaitu yang memiliki kadar udara cukup. Proses pembusukan secara aerobic jauh lebih cepat dari pada proses pengomposan secara anaerobic. Proses pembusukan yang bersifat aerobic tidak mengeluarkan bau busuk. B. Penyusutan Karena proses pencernaan, dimana bahan organik diuraikan menjadi unsurunsur yang dapat di serap jasad renik, maka ukuran bahan organik berubah menjadi partikel-partikel yang semakin kecil. Hal ini menyebabkan volume tumpukan bahan organik menyusut kira-kira sebanyak tiga perempatnya sepanjang proses pencernaan tersebut. Beratnyapun berkurang sampai sekitar setengahnya, terutama karena proses pencernaan tersebut menghasilkan panas, yang menguapkan kandungan air dan CO2 dalam sampah15

organik.Semakin tinggi kadar air dalam tumpukan sampah, akan semakin besar pula penyusutan berat yang terjadi sepanjang proses dekomposisi. Dengan berkurangnya berat dan terjadinya penyusutan ini, maka kepadatan bahan meningkat kira-kira satu setengah kali lipat. Besran ini adalah taksiran yang diperoleh dari pengalaman dengan sampah rumah tangga. Sedangkan perbandingan yang tepat akan tergantung dari keadaan dan komposisi bahan pada sampah asal. C. Kondisi Ideal untuk Proses dekomposisi Yang dimaksud dengan kondisi ideal disini adalah keadaan lingkungan atau habitat dimana jasad renik dapat hidup dan berkembang biak dengan secepatcepatnya. Semakin besar populasi jasad renik tersebut semakin cepat pula bahan organik di cerna, sehingga makin cepat pula proses pembusukan terjadi. Untuk menghasilkan energi dan membangun struktur tubuhnya (untuk tumbuh), jasad renik ini membutuhkan udara, khususnya zat asam (O2), air dan makanan berupa bahan organik dalam sampah. Unsur yang terpenting untuk kedua proses tersebut memperoleh energi dan tumbuhnya adalah zat kapur (calcium, C) dan zat lemas (Nitrogen, N). Selanjutnya, untuk dapat hidup dan berkembang biak secara optimum, mereka membutuhkan habitat dengan kelembaban yang cukup dan suhu yang sesuai, disamping cukupnya kandungan udara dalam tumpukan.

16

BAB III LANGKAH-LANGKAH PENGOMPOSAN

A. PENGIRIMAN SAMPAH BAKU DAN PENGANGKUTAN RESIDU Langkah pertama dalam pengomposan adalah mendatangkan bahan baku, yaitu sampah. Yang harus diperhatikan adalah: a. Mutu sampah b. Kontiniutas pemasokan c. Kontinuitas pengambilan residu Residu adalah bagian sampah yang tidak dapat diproses 1. Pemilahan17

Pemilahan ini bertujuan terutama untuk memperoleh bahan yang dapat dikomposkan. Keuntungan dari pemilahan yang baik adalah : proses pengomposan yang lebih cepat, karena bahan yang terpilih untuk pengomposan sesuai dengan kondisi ideal, sehingga dengan sendirinya kualitas komposnya lebih baik. B. PENYUSUNAN TUMPUKAN Ada dua cara untuk melakukan tumpukan, yaitu penumpukan tunggal dan penumpukan memanjang. Pada penumpukan tunggal, bahan baku organik disusun dalam satu atau beberapa tumpukan yang masing-masing berdiri sendiri. Setiap tumpukan diberi sebuah terowongan bambu untuk

pengudaraannya. Pada penumpukan memanjang penyusunan bahan baku organik dilakukan dalam sebuah tumpukan memanjang dengan terowongan bambu diletakan memanjang pula. Setiap hari tumpukan diperbesar secara memanjang. Ruas tumpukan yang jumlahnya semakin bertambah ini masing-masing disekat oleh papan pembatas yang terbuat dari kayu atau anyaman bambu. Proses pengomposan akan terjadi tidak seragam sepanjang tumpukannya, melainkan terjadi sesuai dengan usia dan perlakuan masing-masing ruas tumpukan. 1. Ukuran Tumpukan Ukuran tumpukan yang ideal adalah sebagai berikut : Lebar : 1,50 1,75 meter Tinggi : 1,50 1,75 meter Panjang : 1,75 2,00 meter untuk tumpukan tunggal Untuk tumpukan memanjang, maka, ukuran panjang tumpukan tergantung pada banyaknya bahan yang akan dikomposkan. Dalam hal ini, penyekat harus dipasang berdasarkan usia tumpukan.18

Ukuran tumpukan ini tidak mutlak, dapat saja sedikit lebih besar atau lebih kecil. Ukuran ideal ini ditemukan untuk menjamin tercapainya suhu ideal yaitu: 45-650 C serta untuk mempermudah pembalikan.Tumpukan yang terlalu kecil tidak akan mampu menyimpan panas dengan baik, sehingga suhunya terlalu rendah. Sebaliknya, tumpukan yang terlalu besar akan mencegah mengalirnya panas buangan hasil kegiatan jasad renik dan menyebarnya oksigen didalam tumpukan secara baik, sehingga suhu tumpukan pelapukan.1. Jarak antar tumpukan.

cenderung

terlalu

tinggi

sehingga

memperlambat

proses

Tumpukan pengomposan harus diletakan gengan jarak optimum masing masing 1,50 meter,Ruang atar tumpukan ini dimaksutkan sebagai tempat pembalikan. Ruang antar tumpukan yang menjadi daerah sirkulasi udara perlu memperhitungkan daerah penyaringan yang dapat berpindah

sehinggajarak tersebut dapat lebih dari 1,5 meter . 2. Terowongan Bambu. Terowonga bambu yang disebut Bamboo aerator, Untuk mengalirkan udara ke tumpukan , Aliran udaraini berfungsi ganda yaitu sebagai sumber oksigenuntuk proses matabolisme jasad renik , serta untuk mengalirkan panas buangan yang dihasilkan jasad renik tersebut , serta memungkinkan terjadinya pembuangan sisa proses metebolisme jasad renik seperti CO2 dan H2O.3. Pencampuran bahan baku sebelum penumpukan.

Untuk pengomposan yang optimum, diutuhkan bahan baku organik yang memenuhi syarat syarat sebagai berikut : Keseragaman Jenis.19

Usia tidak lebih 2 hari. Kelembaban 50 % ( berat ) Nilai C/N ideal ( 30: 1 ).

Untuk itu , dilakukan pencampuran bahan bahan organik tersebut sebelum dilakukannya pencampuran. 1. Pembalikan. Berdasarkan pemantauan suhu, kelembaban dan kepadatan nya dapat menentukan suatu tumpukan perlu dibalik. Semakin padat tumpukan maka panas dan oksigen makin sulit mengalir, Pembalikan dilakukan berdasarkan: Suhu tumpukan diatas 65 o C. Suhu tumpukan dibawah 45 o C. Tumpukan terlalu basah. Tumpukan terlalu Padat.

Guna Pembalikan adalah:1. Mengendalikan Suhu.

2. Membuang CO2 dan H2O. 3. Mengendalikan kadar oksigen dalam tumpukan. 4. Mengendalikan kelembaban sesuai yang di inginkan. 5. Mencampurbahan tumpukan, sehingga pengomposan terjadi secara merata. 6. Menjamin terbunuhnya patogen. 7. Membantu penghancuran. 8. Menyedikan rongga.

20

9. Memilih bahan yang tidak terkomposkan. 1. Penyiraman. Penyiraman air dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering ( kelembaban kurang dari 50 % ) cara menentukan tingkat kelembaban bahan tumpukan dengan memeras segenggam bahan dari tumpukan kompos bahagian dalam . Ada dua kemungkinan saat penyiraman Pertama Pada saat tumpukan harus dibalik. _Kedua saat tumpukan tidak perlu dibalik

2. Pelepasan dan pemasangan terowongan bambu.

Apabila suhu terlalu rendah , sedangkan bahan organik masih belum terutai secara sempurna maka terowongan perlu digeser atau dilepas. Apabila setelah dilepas terowongan suhu tumpukan meningkat melampaui 65o C . maka kemungkinan besar daya isolasi panas tumpukan terlalu besar .Untuk mengatasinya terowongan dipasang kembali 3. Pencatatan. Pencatatan suhu harian secara diagramatis diagram suhu dengan umur

kompos sangat penting karena suhu merupakan indikator utama sehatnya proses yang terjadi. Suhu yang terlalu panas ( > 65oC ) merupakan indikasi adanya bahaya organisme akan mati kepanasan, Sedangkan suhu yang terlalu rendah (