proposal jalan
DESCRIPTION
proposal laporan tugas akhirTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan raya didefinisikan sebagai suatu lintasan yang bertujuan untuk
melewatkan lalu lintas baik berupa manusia atau barang dari suatu tempat ke
tempat lainnya.Jalan merupakan sarana transportasi yang berguna untuk
menghubungkan suatu tempat ke tempat lainnya melalui daratan. Dengan adanya
jalan raya akan membantu memperlancar kegiatan atau mobilitas masyarakat, baik
yang berada di kota maupun di daerah–daerahlain akan dapat memperoleh
manfaat dengan adanya jalan raya tersebut. Dengan demikian jalan raya
merupakan suatu kebutuhan yang cukup penting bagi suatu daerah dalam rangka
peningkatan pertumbuhan masyarakat, baik bidang ekonomi, sosial, budaya dan
hankam.
Pada kondisi masyarakat tertentu, dengan dibangunnya prasarana
transportasi yang cukup memadai, maka daerah tersebut akan mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik.Demikian pula sebaiknya, betapapun kaya
sumber alam atau produksi suatu daerah tidaklah besar artinya bila tidak ditunjang
dengan adanya sarana dan prasarana jalan raya yang memadai.
Pembuatan Jalan Pariwisata Ratu Agung di Kota Bengkulu yang bertujuan
untuk memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pemakai jalan
terutama kendaraan berat maupun kendaraan ringan yangdi harapkan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah tersebut.
1.2 Tujuan Tinjauan
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan tinjauan susunan konstruksi
perkerasan jalan pada ruas-ruas jalan yang dilalui kendaraan berat maupun ringan
di Jalan pariwisata Ratu Agung di Kota Bengkulu dan mengetahui apakah tebal
perkerasan yang ada memenuhi persyarratan-persyaratan yang berhubungan
dengan perhitungan tebal perkerasan jalan raya.
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah tugas akhir ini mengenai lapisan perkerasan yang
diperoleh dari proses perhitungan ulang menurut metode Bina Marga dengan
mengumpulkan kembali data-data perencanaanya. Pada Poyek jalan Pariwisata
Ratu agung di Kota Bengkulu.
1.4 Rumusan Masalah
Mengingat ruas jalan raya ini tidak mampu melayani secara optimal
karena disebabkan
1.5 Manfaat Tinjauan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Dapat memberikanpenilaian yang sebenar-benarnya dan objektif terhadap
instansi terkait (Dinas PU Provinsi Bengkulu) terhadap analisis layanan
terhadap kenyamanan pengguna jalan . Pada Poyek jalan Pariwisata Ratu
Agung di Kota Bengkulu.
b. Dapat memberikan masukan pada instansi terkait sebagai strategi
pengolaan jalan dan mengurangi kemacetan lalu lintas yang terjadi di masa
yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Perkerasan jalan merupakan lapisan yang terletak diantara lapisan tanah
dasar dan roda kendaraan, sehingga merupakan lapisan yang berhubungan
langsung dengan kendaraan. Lapisan ini yang berfungsi memberikan pelayanan
terhadap lalu-lintas dan menerima beban repetisi lalu lintas setiap harinya, oleh
karena itu pada waktu penggunaannya diharapkan tidak mengalami kerusakan –
kerusakan yang dapat menurunkan kualitas pelayanan lalu-lintas. Untuk
mendapatkan perkerasan yang memiliki daya dukung yang baik dan memenuhi
faktor keawetan dan faktor ekonomis yang diharapkan maka perkerasan dibuat
berlapis-lapis. Pada gambar 2.1 diperlihatkan lapisan-lapisan perkerasan yang
paling atas disebut lapisan permukaanya itu kontak langsung dengan roda
kendaraan dan lingkungan sehingga merupakan lapisan yang cepat rusak
terutama akibat air. Dibawahnya terdapat lapisan pondasi dan lapisan pondasi
bawah yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Selain itu juga
untuk menghasikan perkerasan dengan kualitas dan mutu yang direncanakan
maka dibutuhkan pengetahuan tentang sifat pengadaan dan pengelolaan agregat,
serta
LapisPermukaan(Surfacecourse)
LapisPondasiatas(BaseCoarse)
LapisPondasiBawah
TanahDasar
Gambar 2.1 Susunan Konstruksi Perkerasan Lentur
Sifat bahan pengikat seperti aspal dan semen yang menjadi dasar untuk
merancang campuran sesuai jenis perkerasan yang dibutuhkan.
Gambar2.2 Penyebaran Beban Roda Hingga Lapisan Subgrade
Pada gambar 2.2 terlihat bahwa beban kenderaan dilimpahkan
keperkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata (w).
Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan (surfacecourse) dan disebarkan
hingga ketanah dasar (subgrade) dan menimbulkan gaya pada masing-masing
lapisan sebagai akibat perlawanan dari tanah dasar terhadap beban lalu lintas
yang diterimanya. Beban tersebut adalah :
1. Muatan atau berat kenderaan berupa gaya vertikal
2. Gaya gesekan akibat rem berupa gaya horizontal
3. Pukulan roda kenderaan berupa getaran-getaran
Karena sifat dari beban tersebut semakin kebawah semakin menyebar,
maka pengaruhnya semakin berkurang sehingga muatan yang diterima masing-
masing lapisan berbeda.
Menurut Yoder,E.J dan Witczak(1975), pada umumnya jenis
konstruksi perkerasan jalan ada 2 jenis :
1. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
2. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Yaitu perkerasan yang menggunakan semen (Portland cement) sebagai bahan
pengikat.
Selain dari dua jenis perkerasan tersebut, di Indonesia sekarang dicoba
dikembangkan jenis gabungan rigid-flexible pavement atau composite pavement,
yaitu perpaduan antara perkerasan lentur dan kaku.
Dalam tugas akhir ini, dibahas mengenai pengaruh kelebihan muatan
terhadap pengurangan umur perkerasan jalan dengan memakai Metoda Analisa
Komponen/ BinaMarga’2002 dengan memakai konstruksi perkerasan lentur
(flexible pavement).
2.2 Parameter Perencanaan Prkerasan Jalan
2.2.1. Beban Lalu Lintas
Dengan mengetahui secaratepat tingkat kemampuan suatu jalan dalam
menerimasuatubebanlalulintas,maka teballapisan perkerasanjalan dapat
ditentukan dan umurrencanaperkerasan tersebutakansesuai denganyang
direncanakan. Beban berulang atau repetition load merupakan beban yang
diterima struktur perkerasan dari roda-roda kenderaan yang melintasi jalan raya
secara dinamis selama umur rencana. Besar beban yang diterima bergantung dari
berat kenderaan, Konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda dan kendaraan
serta kecepatan dari kendaraan itu sendiri. Hal ini akan member suatu nilai
kerusakan pada perkerasan akibat muatan sumbu roda yang melintas setiap kali
pada ruas jalan.
Berat kendaraan dibebankan ke perkerasanjalanmelaluirodakendaraan
yang terletak di ujung-ujung sumbu kendaraan. Masing-masing kendaraan
mempunyai konfigurasi sumbu yang berbeda-beda. Sumbu depan dapat
merupakan sumbu tunggal roda, Sedangkan sumbu belakang dapat merupakan
sumbu tunggal, ganda maupun triple. Berat kenderaan dipengaruhi oleh faktor-
faktor sebagai berikut :
1. Fungsi jalan
Kendaraan berat yang memakai jalan arteri umumnya memuat muatan
yang lebih berat dibandingkan dengan jalan pada medan datar.
2. Keadaan medan
Jalan yang mendaki mengakibatkan truk tidak mungkin memuat beban
yang lebih berat jika dibandingkan dengan jalan pada medan datar.
3. Aktivitas ekonomi didaerah yang bersangkutan
Jenis dan beban yang diangkut oleh kenderaan berat sangat tergantung
dari jenis kegiatan yang ada didaerah tersebut,truk di daerah industri mengangkut
beban yang berbeda jenis dan beratnya dengan didaerah perkebunan.
4. Perkembangandaerah
Beban yang diangkut kendaraan dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan daerah disekitar lokasi jalan.
Dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh beban lalu lintas tidaklah sama antara
yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini mengharuskan suatu standar yang bias
mewakili untuk semua jenis kendaraan, sehingga semua beban yang diterima
oleh srutuktur perkerasan jalan dapat disamakan kedalam beban standar. Beban
standar ini digunakan sebagai batasan maksimum yang diijinkan untuk suatu
kendaraan.
Beban yang sering digunakan sebagai batasan maksimum yang diijinkan untuk
suatu kendaraan adalah beban gandar maksimum. Beban standar ini diambil
sebesar 18.000 pounds ( 8,16ton) pada sumbu standar tunggal. Diambilnya
angka ini karena daya pengrusak yang ditimbulkan beban gandar terhadap
struktur perkerasan adalah bernilai satu.
2.2.2 Daya Dukung Tanah Dasar (DDT)
Daya tahan konstruksi perkerasan tak lepas dari sifat dari tanah dasar
karena secara keseluruhan perkerasan jalan berada diatas tanah dasar. Tanah
dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar yang
berasal dari lokasi itu sendiri atau didekatnya, yang telah dipadatkan sampai
dengan tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang
baik serta berkemampuan mempertahankan perubahan volume selama masa
pelayanan walaupun terhadap perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah
setempat.
Sifat masing-masing jenis tanah tergantung dari tekstur,kepadatan,
kadarair, kondisi lingkungan dan sebagainya. Tanah dengan tingkat kepadatan
yang tinggi mengalami perubahan volume yang kecil jika terjadi perubahan
kadar air dan mempunyai daya dukung yang lebih besar jika dibandingkan
dengan tanah yang sejenis yang tingkat kepadatannya lebih rendah.
Daya dukung tanah dasar (subgrade) pada perencanaan perkerasan lentur
dinyatakan dengan nilai CBR (CaliforniaBearingRatio). CBR pertama kali
diperkenalkan oleh California Division Of Highways pada tahun 1928. Orang
yang banyak mempopulerkan metode ini adalah O.J.Porter. Harga CBR itu
sendiri dinyatakan dalam persen.Harga CBR tanah dasar yaitu nilai yang
menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu
pecah yang mempunyai nilai CBR 100% dalam memikul beban lalu
lintas.Terdapat beberapa parameter penunjuk mutu daya dukung tanah dasar,
dan CBR merupakan parameter penunjuk daya dukung tanah dasar yang paling
umum digunakan di Indonesia.Harga CBR dapat dinyatakan atas harga CBR
Laboratorium dan harga CBR Lapangan. Hubungan antara daya dukung tanah
(DDT) dengan CBR dapat menggunakan grafik korelasi pada gambar 2.4 atau
dapat mengunakan rumus:
DDT = 4,3 log CBR + 1,7....................BinaMarga
2.2.3 Faktor Regional (FR)
Faktor regional berguna untuk memperhatikan kondisi jalan yang
berbeda antara jalan yang satu dengan jalan yang lain. Faktor Regional
mencakup permeabilitas tanah, kondisi drainase yang ada, kondisi persimpangan
yang ramai, pertimbangan teknis dari perencana seperti ketinggian muka air
tanah,perbedaan kecepatan akibat adanya hambatan-hambatan tertentu,bentuk
alinemen (keadaan medan) serta persentase kendaraan dengan 13 ton, dan
kendaraan yang berat.
berhenti,sedangkan iklim mencakup curah hujan rata-rata pertahun. Kondisi
lingkungan setempat sangat mempengaruhi lapisan perkerasan jalan dan tanah
dasar antara lain:
1. Berpengaruh terhadap sifat teknis konstruksi perkerasan dan sifat
komponen material lapisan perkerasan.
2. Pelapukan bahan material
3. Mempengaruhi penurunan tingkat kenyamanan dari perkerasan jalan.
Pengaruh perubahan musim, perbedaan temperature kerusakan-kerusakan
akibat lelahnya bahan, sifat materialyang digunakan dapat juga mempengaruhi
umur pelayanan jalan.
Tabel 2.2. Faktor Regional (FR)
KelandaianI
(<6%)
KelandaianII
(<6-10%)
KelandaianIII
(>10%)
%Kenderaan
Berat
%Kenderaan
Berat
%Kenderaan
Berat
≤ 30 % >30% ≤ 30 % >30% ≤ 30 % >30%IklimI
<900mm/tahun0,5 1,0-1,5 1 1,5-2,0 1,5 2,0-2,5
IklimII
>900mm/tahun1,5 2,0-2,5 2 2,5-3,0 2,5 3,0-3,5
Catatan: Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, perhentian atau
tikungan tajam (jari-jari≤30m) Fr ditambah dengan 0,5 pada daerah rawa-rawa FR
ditambah dengan 1,0
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga (2002)
2.2.4 Pertumbuhan Lalu Lintas (i% )
Yang dimaksud dengan pertumbuhan lalulintas adalah pertambahan atau
perkembangan lalu lintas dari tahun ke tahun selama umur rencana. Faktor yang
mempangaruhi besarnya pertumbuhan lalu lintas adalah:
1. Perkembangan daerah tersebut.
2. Bertambahnya kesejahteraan masyarakat didaerah tersebut
3. Naiknya keinginan untuk memiliki kenderaan pribadi.
Faktor pertumbuhan lalu lintas dinyatakan dalam persen/ tahun (%/ thn).
2.2.5 Umur Rencana (UR)
Umur rencana adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan
tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu
untuk diberi lapis permukaan yang baru. Faktor umur rencana merupakan
variabel dalam umur rencana dan faktor pertumbuhan lalu lintas yang dihitung
Jumlah lajur perarah
% beban gandar standar dalam lajurR
encana1 1002 80–1003 60–804 50–75
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N=|(1+r )i−1|
r
Dimana:
N = Faktor pertumbuhan lalu-lintas yang sudah disesuaikan dengan
perkembangan lalu-lintas. Faktor ini merupakan faktor pengali yang diperoleh
dari penjumlahan harga rata-rata setiap tahun.
R = umur rencana.
i = faktor pertumbuhan lalu-lintas.
2.2.6 Jumlah Lajur
Lalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan
raya, yang menampung lalu lalu lintas terbesar (lajur dengan volume tertinggi).
Umumnya lajur rencana adalah salah satu lajur dari jalan raya dua lajur atau
tepiluardari jalan rayayangberlajurbanyak.Persentasekendaraan padajalur rencana
dapat juga diperoleh dengan melakukan survey volume lalu lintas. Jika jalan
tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur ditentukan dari lebar
perkerasan menurut table 2.5 dan 2.6 dibawah ini :
Tabel 2.5.Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan
Lebar Perkerasan Jumlah Lajur(n)L <4,50m
4,50m≤ L <8,00 m
8,00m≤ L <11,25 m
11,25m≤ L <15,00 m
15,00m≤ L <18,75 m
1jalur
2jalur
3jalur
4jalur
5jalurSumber:Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Dep.PU(Pt T-01-
2005-B)
Tabel 2.6. Faktor Distribusi Lajur (DL)
JumlahLajur
KenderaanRingan*) KenderaanBerat**)1arah 2arah 1arah 2arah
1jalur2jalur3jalur4jalur5jalur6jalur
1,000,600,40
---
1,000,500,400,300,250,20
1,000,700,50
---
1,000,50
0,4750,45
0,4250,40
Sumber:Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Dep.PU(Pt T-01-2002-B)
2.2.7 Koefisien Distribusi Kenderaan (DD)
Koefisien distribusi kenderaan (DD) untuk kenderaan ringan dan berat
yang lewat pada jalur rencana ditentukan menurut table 2.7.
Tabel 2.7. Koefisien Distribusi Kenderaan (DD)
Sumber:Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Dep.PU(Pt T-01-
2005-B)
Keterangan:
*) Berat total < 5ton,misalnya mobil penumpang, pickup, mobil hantaran.
**)Berat total≥ ton,misalnya:bus, truk,traktor,semitrailer,trailer
2.2.8 Indeks Permukaan Awal (IPo)
Indeks permukaan adalah suatu angka yang dipergunakan untuk
menyatakan nilai dari padakerataan/ kehalusan serta kekokohan permukaan yang
berkaitan dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.Dalam
menentukan indeks permukaan awal rencana (IPo) perlu diperhatikan jenis
permukaan jalan (kerataan/ kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana.
Adapun beberapa nilai IPt beserta artinya adalah seperti tersebut dibawah ini:
-IPt=1,0: adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak
berat sehingga sangat mengganggu lalu lintas kenderaan.
-IPt=1,5: adalah tingkat pelayanan teerndah yang masih mungkin
(jalan tidak putus).
-IPt=2,0: adalah tingkat pelayanan jalan terendah jalan yang masih
mantap.
-IPt=2,5: adalah menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan
baik.
Berdasarkan table dibawah ini:
Tabel 2.10. Indeks Permukaan awal Umur Rencana (IPo)
Jenislapis perkerasan IPo Roughnessmm/km
Laston
Lasbutag HRA Burda
Burtu
Lapen
Latsbum Buras Latasir
Jalantanah
Jalankerikil
≥ 4
3,9-3,5
3,9-3,5
3,4-3,0
3,9-3,5
3,4-3,0
3,9-3,5
3,4-3,0
3,4-3,0
2,9-2,5
≤ 1000
>1000
≤ 2000
>2000
≤ 2000
>2000
<2000
<2000
≤ 3000
>3000
Sumber:DirektoratJenderalBinaMarga,(2002)
2.2.9 Indeks Permukaan Akhir (IPt)
Dalam menentukan indeks permukaan akhir umur rencana perlu
dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas
ekivalen rencana (LER), berdasarkan table dibawah ini:
Tabel 2.11. Indeks Permukaan Akhir Pada Akhir Umur Rencana (IPt)
LER=Lintas Ekivalen
Rencana
Klasifikasi JalanLokal Kolektor Arteri Tol
<10
10-100
100-1000
1,0-1,5
1,5
1,5-2,0
1,5
1,5-2,0
2
1,5-2,0
2
2,0-2,5Sumber:DirektoratJenderalBinaMarga,(2002)
2.2.10 Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisien kekuatan relatif (a) diperoleh berdasarkan jenis lapisan
perkerasan yang digunakan. Pemilihan jenis lapisan perkerasan ditentukan dari:
1. Material yang tersedia
2. Dana awal yang tersedia
3. Tenaga kerja dan peralatan yang tersedia
4. Fungsi jalan
Koefisien kekuatan relative masing-masing bahan dan kegunaannya
sebagai lapis permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi
sesuai dengan nilai mashall test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk
bahan yang distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis
pondasi bawah). Besarnya koefisien kekuatan relative ditentukan oleh table
dibawah ini.
Tabel 2.12.Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisienkekuatan
relatifKekuatan Bahan
Jenis Bahana1 a2 a3
MS
Kg
Kt
Kg/cm
CBR
%
0.40
0.35
0.32
744
590
454 Laston
0.35
0.31
0.28
744
590
454 Lasbutag
0.30
0.26
0.25
340
340
HRA
Aspal Macadam
Lapen (mekanis) Lapen (manual)
0.28
0.26
590
454 Laston Atas
0.23 Lapen (mekanis)
0.15
0.13
22
18
Stabilisasi tanah dengan semen
0.15
0.13
22
18
Stabilisasi tanah dengan kapur
0.14
0.12
100
60
Pondasi macadam (basah)
Pondasi macadam (kering)
0.14 100 Batu Pecah (KelasA)0.13
0.12
80
60
Batu Pecah (Kelas B)
Batu Pecah (Kelas C)
0.13
0.12
0.11
70
50
30
Sirtu/Pitrun(Kelas A)
Sirtu/Pitrun(Kelas B)
Sirtu/Pitrun(Kelas C)
0.10 20 Tanah Lempung kepasiranSumber:DirektoratJenderalBinaMarga,(2002)
2.2.12 Lapis Permukaan
Gambar2.4.Grafik untuk memperkirakan koefisien kekuatan relative lapis permukaan beton
aspal bergradasi rapat (a1)
Gambar 2.4 memperkirakan koefisien kekuatan relative lapis
permukaan menggunakan aspal beton bergradasi rapat berdasarkan
modulus elastisitas (EAC) pada suhu 68°F (metode AASHTO). Pedoman ini
menyarankan agar berhati–hati untuk nilai modulus diatas 450.000 psi.
Meskipun modulus beton aspal yang lebih tinggi, lebih kaku dan lebih
tahan, akan tetapi lebih rentan terhadap retak fatigue.
Tabel 2.13.Tebal Minimum Lapis Permukaan
ITPTebal
Minimum(cm)Bahan
<3.00
3.00-6.70
6.71-7.49
5
5
7.5
Lapis pelindung:(Buras/Burtu/Burda)
Lapen/AspalMacadam,HRA,Lasbutag,Laston
Lapen/AspalMacadam,HRA,Lasbutag,
Laston
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga,(2002)
2.2.13 Lapis Pondasi
Koefisien kekuatan relatif,a2 dapat diperkirakan dengan menggunakan
gambar 2.5 atau dihitung dengan menggunakan hubungan berikut:
a2 0,249log10EBS−0,977........persamaan2.12
Gambar2.5.VariasiKoefisienRelatifLapisPondasiGranular(a2)
Tabel2.14.TebalMinimumLapis Pondasi
ITPTebal
Minimum(cm)Bahan
<3.00
3.00-7.49
7.50-9.99
10-12.14
15
20
10
20
15
20
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasitanahdengankapur
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasitanahdengankapur
LastonAtas
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur Pondasi
macadam
LastonAtas
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur Pondasi
macadam,Lapen,Lastonatas
Sumber:DirektoratJenderalBinaMarga,(2002)
2.2.14 Lapis Pondasi Bawah
Untuk setiap nilaiITP biladigunakanpondasi bawah, tebal minimum
adalah 10cm.Koefisien kekuatan relatif,a3dapatdiperkirakan dengan
menggunakangambar2.6ataudihitungdenganmengunakanhubunganberikut :
a3 0,227log10ESB−0,839....persamaan2.13
Gambar2.6.VariasiKoefisienRelatifLapisPondasibawahGranular(a3)
2.2.15 Batas-BatasMinimumTebal LapisanPerkerasan
Padasaatmenentukan tebal lapisperkerasan,perlu dipertimbangkan
keefektifannyadarisegibiaya,pelaksanaan konstruksi,danbatasan pemeliharaan
untukmenghindarikemungkinan dihasilkannyaperencanaanyangtidakpraktis. Dari
segi keefektifanbiaya,jikaperbandingan antarabiayauntuklapisanpertama
LaluLintas(ESAL) BetonAspal LAPEN LABUSTAGLapis
PondasiAgregat
<50.000*) inci cm inci cm inci cm inci cm50.001-150.000 1,0*) 2,5 2 5 2 5 4 10150.001-500.000 2,.0 5,0 - - - - 4 10
500.001-2.000.000 2,5 6,25 - - - - 4 102.000.000 3,0 7,5 - - - - 6 15
2.000.001-7.000.000 3,5 8,75 - - - - 6 15>7.000.000 4,0 10,0 - - - - 6 15
danlapisankedualebihkecil dari padaperbandingantersebutdikalikandengan
koefisien drainase, maka perencanaan yang secara ekonomis optimumadalah
apabiladigunakanteballapis pondasiminimum.
Tabel 2.15.memperlihatkannilai tebalminimumuntuklapispermukaan
berbetonaspaldanlapis pondasiagregat.
Tabel2.15.Tebalminimumlapis permukaanberbetonaspaldan lapispondasi
agregat(inci)
*)atau perawatanpermukaan
Sumber:PedomanPerencanaanTebalPerkerasanLentur,Dep.PU (PtT-01-2002-B)
2.4 KategoriKendaraan
Surveyvolumelalu-lintasyang dipakai acuan dewasaini oleh Direktorat
Jenderal BinaMargamengkategorikan 11 kendaraan termasukkendaraantidak
bermotor(nonmotorised).Sebelumnya,survaipencacahanlalulintasdengan
caramanualperhitunganlalu-lintastersebutmengkategorikanmenjadi8kelas (Ditjen
Bina Marga Pd-T-19-2004). Tabel 2.16 membedakan beberapa kategori
kendaraan tersebut.Untukperencanaan perkerasanjalan digunakan 11 klasifikasi
kendaraan.Untukperencanaan geometrik,digunakanhanya5kelaskendaraan
(MKJI,1997).
Tabel2.16.KategoriJenis Kendaraan Berdasarkan3Referensi
IRMS,BM BM 1992 MKJI1997
1 Sepedamotor, skuter,
kendaraanrodatiga
1 Sepedamotor,
skuter, sepeda
kumbangdanroda
1 Sepedamotor
(MC),kendaraan
bermotorroda2
2 Sedan,jeep,station
wagon
2 Sedan,jeep,
stationwagon
2 KendaraanRingan
(LV):Mobil
penumpang, oplet,
mikrobus, pickup,
bis kecil, truk
kecil
3 opelet,pikupopelet,
suburban,kombi,dan
minibus
3 opelet,pikup
opelet, suburban,
kombi,dan mini bus4 Pikup,mikrotruk,
dan MobilHantaran
4 Pikup,Mickro
Truk, dan Mobil
5a BusKecil 5 Bus 3 KendaraanBerat
(LHV): Bis,Truk
2as,5b BusBesar
6 Truk2as 6 Truk2 sumbu
7a Truk3as 7 Truk3 sumbuatau
lebihdan
Gandengan
4 HGV:Truk3as,
dantruk
kombinasi(Truk
Gandengandan
TrukTempelan).
7b TrukGandengan
7c TrukTempelan
(Semitrailer)
8 Kendaraantidak
bermotor:Sepeda,
Beca,Dokar,
Keretek,Andong.
8 Kendaraantidak
bermotor:Sepeda,
Beca,Dokar,
Keretek, Andong.
5 KendaraanTidak
Bermotor(UM)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Perkerasan Lentur
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah
dasar (subgrade),yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas, dalam hal ini
kita bisa merencanakan lapis perkerasan lentur.
Perencanaan konstruksi atau lapisan perkerasan, dapat dilakukan dengan
banyak metode antara lain : AASHTO dan The Asphalt Institute (Amerika), Road
Note (Inggris ), NAASRA(Australia), Shell(Inggris),Bina Marga(Indonesia).
Untuk perencanaan perkerasan lentur ini dapat digunakan “ Metode Analisa
komponen “ SKBI : 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989.
Dalam penyusunantugasakhirdirencanakansebuahprogramuntukperencanaan
perkerasan lentur jalan baru dengan menggunakan bahasa program Microsoft
excel 2007. Hal ini untuk mempermudah perhitungan perencanaan perk- erasan
lentur jalan serta mempersingkat waktu perencanaanjalantersebut.Metoda
perencanaan untuk Perkerasan Lentur menggunakan cara Bina Marga, dengan
“Metoda Analisa Komponen” SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732–1989-F
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Perancangan Tebal Perkerasan Lentur
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. (1982) menyatakanbahwa yang dimaksud
perencanaan perkerasan adalah memilih kombinasi material dan tebal lapisan
yangmemenuhisyaratpelayanandenganbiayatermurahdandalamjangkapanjang,
yang umumnya memperhitungkanbiaya konstruksi pemeliharaandan pe-
lapisanulang.Perencanaanperkerasanmeliputikegiatanpengukurankekuatan
dansifatpentinglainnyadarilapisan permukaanperkerasandanmasing-masing
lapisandibawahnyasertamenetapkan ketebalanpermukaanperkerasan,lapis
pondasi, dan lapis pondasi bawah.
Mengingatperkerasanjalan
diletakkandiatast
anahdasar,makasecarakeseluruhanmutudandayatahankonstruksiperkerasantidakte
rlepasdarisifat
tanahdasar.Tanahdasaryangbaikuntukkonstruksiperkerasanadalahtanah
dasaryangberasaldarilokasisetempat
ataudengantambahantimbunandarilokasilainyangtelahdipadatkandengan
tingkatkepadatantertentu,sehinggamem- punyai daya dukung yang mampu
mempertahankan perubahan volume selama
masapelayananwalaupunterdapatperbedaankondisi lingkungandanjenistanah
setempat.
Banyakmetodeyangdapatdipergunakanuntuk menentukandayadukung tanah
dasar. Di Indonesia daya dukung tanah dasar (DDT) pada perencanaan
perkerasan lentur dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio), yaitu
nilaiyangmenyatakankualitastanah dasardibandingkandenganbahanstandar
berupabatupecahyangmempunyainilaiCBR sebesar100%dalam memikulbe-
banlalulintas.MenurutBasuki, I. (1998) nilaidayadukungtanahdasar(DDT)
padaproses perhitunganperencanaantebalperkerasanlenturjalanrayadengan
metode analisa komponen sesuai dengan SKBI-2.3.26.1987 dapat diperoleh den-
gan menggunakan rumus konversi nilai CBR tanah dasar.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan
perkerasan lentur (flexiblepavement)adalahperkerasan yangumumnyameng-
gunakan bahan campuran beraspal sebagailapispermukaansertabahanberbutir
sebagailapisandibawahnya.Perkerasan lenturjalandibangundengansusunan
sebagai berikut:
1.Lapis permukaan (surface course), yang berfungsi untuk:
a. Memberikanpermukaaanyangratabagikendaraanyangmelintasdiatasnya,
b. Menahangayavertikal,horisontal,dangetarandaribebanroda,sehingga harus
mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan
c. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi lapisan dibawahnya.
2. Lapis pondasi atas (base course), yang berfungsi untuk:
a. Mendukung kerja lapis permukaan sebagai penahangayageserdaribeban
roda, dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya
b. Memperkuat konstruksi perkerasan, sebagai bantalan terhadap lapisan
permukaan
Sebagai lapis peresapanuntuk lapisan pondasi bawah
3. Lapis pondasi bawah (subbase course), yang berfungsi untuk:
a.Menyebarkan tekanan yang diperoleh ke tanah,
b. Mengurangi tebal lapis pondasi atasyang menggunakanmaterial berkuali-
tas lebih tinggi sehingga dapat menekan biaya yang digunakan dan lebih
efisien,
c. Sebagai lapis peresapan air,
d. Mencegahmasuknyatanahdasaryangberkualitasrendahkelapispondasi atas,
e. Sebagai lapisan awal untuk melaksanakan pekejaan perkerasan jalan.
3.2 Perencanaan Metode Bina Marga
Tahap-tahap Perencanaan Lapis Perkerasan Lentur :
3.2.1 Lalu-lintas Rencana
a. Persentase Kendaraan Pada Lajur Rencana
Jalur rencana merupakan jalur lalu-lintas dari suatu ruas jalan raya yang terdiri
dari satu lajur atau lebih.
Koefisien Distribusi Kendaraan ( C )
Jumlah
Lajur
Kendaraan Ringan * Kendaraan Berat **
1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah
1 Lajur 1,00 - 1,00 -
2 Lajur 0,60 0,50 0,70 0,500
3 Lajur 0,40 0,40 0,50 0,475
4 Lajur - 0,30 - 0,450
5 Lajur - 0,25 - 0,425
6 Lajur - 0,20 - 0,400
Tabel 2.1 Koefisien Distribusi Kendaraan
Sumber :Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode
Analisis Komponen, DPU 1987.
* berat total < 5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil
hantaran.
** berat total ≤ 5 ton, misalnya : bus, truk, traktor, semi trailer, trailer.
3.1.2. Angka Ekivalen ( E ) Beban Sumbu Kendaraan
Konfigurasi UE 18 KSAL
Sumbu & Tipe Maksimum
1.1 MP 0,0005
1.2 Bus 0,3006
1.2 L Truk 0,2174
1.2 H Truk 5,0267
1.22 Truk 2,7416
1.2 + 2.2 Trailer 3,9083
1.2 - 2 Trailer 6,1179
1.2 - 2.2 Trailer 10,183
Tabel 3.2 Angka Ekivalen Beban Sumbu Kendaraan
Sumber : Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode
Analisis Komponen, DPU 1987.
3.1.3. Perhitungan Lalu-lintas
a. Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP )
LEP = LHR x C x J (2.1)
b. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA )
LEA = LHR ( 1 + i )UR x C x E (2.2)
c Lintas Ekivalen Tengah ( LET )
LET = ( LEP + LEA ) / 2 (2.3)
d. Lintas Ekivalen Rencana ( LER )
LER + LET x ( UR / 10 ) (2.4)
Dimana : i = Perkembangan Lalu-lintas
UR = Umur Rencana (Tahun)
3.1.4. Perhitungan Daya Dukung Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi. Daya
dukung tanah dasar diperoleh dari nilai CBR. CBR laboratorium biasanya dipakai
untuk perencanaan pembangunan jalan baru. Sementara ini dianjurkan untuk
mendasarkan daya dukung tanah dasar hanya kepada pengukuran nilai CBR.
Harga yang mewakili sejumlah harga CBR yang dilaporkan, ditentukan sebagai
berikut :
a. Tentukan harga CBR terendah
b. Tentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari
masing-masing nilai CBR
c. Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagi 100%, jumlah lainnya
merupakan persentase dari 100%
d. Dibuat grafik hubungan antar harga CBR dan persentase jumlah
e. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persen 90 %.
3.1.5 Indeks Permukaan ( IP )
Indeks permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan/kehalusan serta
kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas
yang
lewat. Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu
dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi regional jalan dan jumlah lintas ekivalen
rencana (LER) menurut daftar di halaman berikutnya
LER Klasifikasi Jalan
( Lintas Ekivalen Akhir ) Lokal Kolektor Arteri
< 10 1.0 -1.5 1,5 1,5 - 2,0
10-100 1,5 1,5 - 2,0 2
100-1000 1,5 - 2,0 2 2,0 - 2,5
>1000 2,0 - 2,5 2,5
Tabel 3.3 Indeks Permukaan Akhir Rencana ( IP )
Sumber : Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode
Analisis Komponen, DPU 1987.
Jenis Lapis Perkerasan IP0 Roughness ( mm/km )
LASTON ≥ 4 1000
3,9 - 4,0 1000
LASBUTAG 3,9 - 3,5 2000
3,4 - 3,0 2000
HRA 3,9 - 3,5 2000
3,4 - 3,0 2000
BURDA 3,9 - 3,5 2000
BURTU 3,4 - 3,0 2000
LAPEN 3,4 - 3,0 3000
2,9 - 2,5 3000
LATSBUM 2,9 - 2,5
BURAS 2,9 - 2,5
LATASIR 2,9 - 2,5
JALAN TANAH 2,4
JALAN KERIKIL 2,4
Tabel 3.4 Indeks Permukaan Awal Rencana ( IP0 )
Sumber : Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode
Analisis Komponen, DPU 1987.
3.1.6. Koefisisen Kekuatan Relatif (a)
Koefisien kekuatan relatif (a) masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai
lapis permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai
Mashall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang
distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi
bawah).
Koefisien Kekuatan
Relatif Kekuatan Bahan Jenis Bahan
a1 a2 a3 MS (kg) Kt
CBR
(%)
0.4 - - 744 - -
0.35 - - 590 - - Laston
0.32 - - 454 - -
0.3 - - 340 - -
-
0.35 - - 744 - -
0.31 - - 590 - - Lasbutag
0.28 - - 454 - -
0.26 - - 340 - -
0.3 - - 340 - - HRA
0.26 - - 340 - - Aspal Macadam
0.25 - - - - - Lapen ( mekanis )
0.2 - - - - - Lapen ( manual )
- 0.28 - 590 - -
- 0.26 - 454 - - Laston
- 0.24 - 340 - -
- 0.23 - - - - Lapen ( mekanis )
- 0.19 - - - - Lapen ( manual )
- 0.15 - - 22 -
Stabilisasi dengan
Semen
- 0.13 - - 18 -
- 0.15 - - 22 -
Stabilisasi Dengan
Kapur
- 0.13 - - 18 -
- 0.14 - - - 100 Batu Pecah ( Klas A )
- 0.13 - - - 80 Batu Pecah ( Klas B )
- 0.12 - - - 60 Batu Pecah ( Klas C )
- - 0.13 - - 70 Sirtu / pitrun ( klas A )
- - 0.12 - - 50 Sirtu / pitrun ( klas B )
- - 0.11 - - 30 Sirtu / pitrun ( klas C )
- - 0.10 - - 20
Tanah/lempung
Kepasiran
Tabel 3.5 Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Sumber : Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode
Analisis Komponen, DPU 1987.
3.1.7. Batas-batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan
a. Lapis Permukaan
ITP Tebal Minimum
( cm )
Bahan
< 3,00 5 Lapis pelindung ; ( buras/burtu/burda )
3,00 – 6,70 5
Lapen / Aspal Macadam, HRA,
Lasbutag, Laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen, HRA, Lasbutag, Laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
≥ 10 10 Laston
Tabel 3.6 Batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan
Sumber : Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode
Analisis Komponen, DPU 1987.
b. Lapis Pondasi
ITP Tebal
Minimum
( cm )
Bahan
3,00 15 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
3,00 – 7,49 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
10 Laston atas
7,50 – 9,99 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi Mac Adam
15 Laston atas
10 – 12,14 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah
dengan kapur,pondasi Mac Adam,Lapen, Laston
atas
12,25 25
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah
dengan kapur, pondasi Mac Adam,Lapen, Laston
atas
Tabel 3.7 Batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan
Sumber : Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode
Analisis Komponen, DPU 1987.
c. Lapis Pondasi Bawah
Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, ketebalan minimum yang
digunakan adalah 10 cm. Perhitungan perencanaan ini berdasarkan pada ketentuan
relatif masing-masing lapisan perkerasan jangka panjang, dimana penentuan tebal
perkerasan dinyatakan oleh ITP (Indeks Tebal Perkerasan), dengan rumus sebagai
berikut :
ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3 (3.5)
Angka 1,2,3 masing-masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi atas dan lapis
pondasi bawah.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1Lokasi StudiKasus
Objekstudikasusuntukpenulisantugasakhiriniadalahruasjalan Pariwisata
Ratu AgungKota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.
4.2Tahap Persiapan
Tahappersiapan merupakanrangkaiankegiatansebelum
memulaipengumpulandatadan pengolahandata.Dalam tahapawalinidisusunhal-
halpentingyangharusdilakukandengan tujuan mengefektifkan waktu dan
pekerjaan.
Adapun dalamtahap persiapan meliputi :
1. Studi pustaka terhadap materi tugas akhir untuk menentukan garis besar
permasalahan.
2. Menentukan kebutuhan datayang akan digunakan.
3. Menggali informasi melalui instansi terkait yang dapat dijadikan narasumber.
4. Survey ke lokasi untuk mendapatkan gambaran umumkondisi lapangan.
Persiapan diatas harus dilakukan dengan cermat untuk menghindari adanya
bagian-bagian yang terlupakan ataupun pekerjaan berulang.Sehingga
pekerjaan pada tahap pengumpulan data yang tidak maksimal
4.3Metode Pengumpulan Data
Data-data yang mendukung dalam studi kasus ini secara garis
besar dapat diklarisifikasikan menjadi 2 bagian,yaitu data primer dan data
sekunder.
1.Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung atau
hasil penelitian terhadap studi objek.
2.Data Sekunder
Data ini diperoleh dari pihak lain atau instansi terkait, dengan kata lain
menggunakan data yang telah ada. Dalam proyek pembangunan jalan z ini
kami hanya menggunakan data sekunder. Yang termasuk data sekunder
disini adalah :
1.Data Lapangan.
• Lalu lintas harian rata-rata
2.Data yang didapat dariuji laboratorium.
• California Bearing Ratio (CBR)
3.Data pendukung
• Peraturan-peraturan tentang perancangan perkerasan jalan.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1.Metode Penelitian dan Observasi
Yaitudengancarapengamatanlangsungmelalui penelitian terhadap jumlah dan jenis
kendaraan yang lewat. Hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan
sebenarnya dan lingkungan sekitar.
2.Metode Literatur
Yaitudenganmetodeyangdigunakan
untu
kmendapatkandatadengancaramengumpulkan,mengindentifikasi,mengolahdatatert
ulis danmetodakerjayang digunakan. Data tertulis bisa juga dari instansi-instansi.
Data yang diperolehdari metode literatur ini pada umumnyadidapatdariinstansi
terkait, antara lain :
• Data-data tanah.
• Peraturan-peraturan yang berlaku.
• Grafik dan tabel yang berhubungan.
4.4. Cara Penelitian
Adapun proses pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir yang terdapat pada
Gambar 4.1
Mulai
Kekuatan Tanah DasarData Dukumg Tanah Dasar
( DDT )
Fakor Regional ( FR )Intensitas curah hujanKelandaian jalan% Kendaran beratPertimbangan
Input parameterperencanaan
Konstruksi bertahap
Indeks permukaanAwal → IP0Akhir→ IPt
Tentukan ITP 1+2untuk tahap Idan tahap II
Tentukan ITP1tahap I
Tentukan tebal lapisan perkerasan
FINISHKoefisien kekuatan relatifJenis lapisan
pekerasan
Gambar 4.1Bagan Alir Perencanaan Perkerasan Jalan Baru
Beban lalu lintas
LER pada lajur rencana
Tentukan ITP
selama umur rencana