proposal 2

11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya AKI di Indonesia yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%. Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju (Sarwono, 1999 : 450). Menurut Hoo Swie Tjiong (1962), frekuensi anemia dalam kehamilan di Indonesia mencapai angka 18,9%, sedangkan menurut Njo Tiong Tia dan Poerwo Soedarmo (1975) anemia pada kehamilan mencapai angka 16,1% pada trimester I dan 49,9% pada trimester III (Mochtar Rustam, 1998 : 146). Anemia pada kehamilan dapat menimbulkan gangguan his (inersio uteri), kekuatan mengejan sehingga ibu menjadi lemah dan dapat memperlambat persalinan (partus lama). Selain itu anemia pada kehamilan juga dapat mengakibatkan atonia uteri dan menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum (Mochtar Rustam, 1998 : 146). Sebagai gambaran anemia dapat menyebabkan HPP dikarenakan pada kondisi dengan ibu dengan anemia dapat menyebabkan kala 3 berlangsung lama / memanjang sehingga terjadi atonia uteri sebagai salah satu penyebab HPP primer. Jelaslah disini bahwa anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya HPP. Dari data yang didapatkan peneliti, jumlah persalinan di BPS Ngudi Raharjo Cepogo selama 6 bulan terdapat 75 persalinan. 30 diantaranya terjadi perdarahan post partum. Dari kasus tersebut 22 kasus perdarahan ibu mempunyai riwayat anemia pada waktu hamil dan 8 kasus terjadi karena sebab lain. Melihat fenomena diatas maka kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan anemia dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Adakah Hubungan anemia ibu hamil dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.

Upload: paulpranvedj

Post on 10-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hbtsfghgfnjyrgjhnjgvsnhbsyrgzmnjkgyrhrtjnhyfnmzjrshxzsnjtredztj

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangTingginya AKI di Indonesia yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%. Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju (Sarwono, 1999 : 450).Menurut Hoo Swie Tjiong (1962), frekuensi anemia dalam kehamilan di Indonesia mencapai angka 18,9%, sedangkan menurut Njo Tiong Tia dan Poerwo Soedarmo (1975) anemia pada kehamilan mencapai angka 16,1% pada trimester I dan 49,9% pada trimester III (Mochtar Rustam, 1998 : 146).Anemia pada kehamilan dapat menimbulkan gangguan his (inersio uteri), kekuatan mengejan sehingga ibu menjadi lemah dan dapat memperlambat persalinan (partus lama). Selain itu anemia pada kehamilan juga dapat mengakibatkan atonia uteri dan menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum (Mochtar Rustam, 1998 : 146).Sebagai gambaran anemia dapat menyebabkan HPP dikarenakan pada kondisi dengan ibu dengan anemia dapat menyebabkan kala 3 berlangsung lama / memanjang sehingga terjadi atonia uteri sebagai salah satu penyebab HPP primer. Jelaslah disini bahwa anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya HPP.Dari data yang didapatkan peneliti, jumlah persalinan di BPS Ngudi Raharjo Cepogo selama 6 bulan terdapat 75 persalinan. 30 diantaranya terjadi perdarahan post partum. Dari kasus tersebut 22 kasus perdarahan ibu mempunyai riwayat anemia pada waktu hamil dan 8 kasus terjadi karena sebab lain. Melihat fenomena diatas maka kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan anemia dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Adakah Hubungan anemia ibu hamil dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan umumTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan anemia ibu hamil dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.2. Tujuan khususa. Untuk mengetahui gambaran umum anemiab. Untuk mengetahui gambaran umum HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogoc. Untuk menganalisis hubungan anemia dengan HPP

D. Manfaat Penelitian1. Bagi bidanHasil penelitian ini daat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan antenatal care selama kehamilan agar mendeteksi secara dini kejadian anemia.2. Bagi masyarakatHasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat tentang pengaruh anemia pada perdarahan post partum3. Bagi penelitiaMeningkatkan pengetahuan peneliti tentang kejadian anemia pada ibu hamil dengan perdarahan post partum

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Landasan Teori1. Anemia Kehamilana. PengertianAnemia kehamilan menurut WHO adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah 11 gram % pada trisemester 1 dan 3 atau kadar Hb kurang dari 10,5 gram % pada trimester 2, pada ibu yang tidak hamil kurang dari 12 gramb. Penggolongan anemiaBatasan penggolongan anemia kehamilan adalah Hb 11 gram % tidak anemia, 9-10 gram % anemia ringan, 7-8 gram % anemia sedang, < 7 gram % anemia berat. Perbedaan kadar Hb antara ibu hamil dan tidak hamil karena pada kehamilan terjadi proses hemodilusi yang puncaknya pada kehamilan trimester 2 atau 32 minggu (Prawirohardjo, 2002 : 28).c. Klasifikasi AnemiaBerdasarkan penyebab, anemia kehamilan di Indonesia anemia dibagi menjadi 4 yaitu : (Prawirohardjo, 2002 : 451-458)1) Anemia defisiensi besi (62,3 %)Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia kekurangan besi yang disebabkan karena, kurang masuknya unsur besi dengan makanan, gangguan resopsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada pendarahan.Pada trimester terakhir kehamilan, keperluan akan besi bertambah. Apabila masuknya besi tidak ditambah, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar.Pengobatan :Keperluan zat besi untuk wanita non hamil, hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg 15 mg 15 mg ; Lipi Indonesia (1968) : 12 mg - 17 mg - 17 mg.Kemasan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral.a) Peroral : sulfat ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3 - 5 x 0,20 Mgb) Parental : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau intravena. Kemasan ini antari lain : interon, jectopes, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dari pada peroral.Pencegahan:Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein, dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.2) Anemia Megaloblastik (29,0 %)Anemia megaloblastik disebabkan karena kekurangan asam folik, biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.Pengobatan :a) Asam folik 15 - 30 mg per harib) Vitamin B 12 3 x 1 perharic) Sulfas serosus 3 x 1d) Pada kasus berat dan pengobatan peroral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan tranfusi darahPencegahan :Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah-daerah dengan frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil, maka harus ditambah dengan asam folik.3) Anemia hipolastikAnemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Penyebab lain karena infeksi berat, keracunan, sinar rontgen, sinar radiasi.Pengobatan:Dengan obat-obatan kurang memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik yaitu transfusi darah yang perlu sering diulang.4) Anemia heniolitik (0,7%)Anemia hemolitik disebabkan penghancuran pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :a) Faktor intrakorpuskuler : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer talasemia; anemia sickle (sabit); hemoglobinopati C, D, G, H, I ;dan paraksimal noctural hemoglinobinuria.b) Faktor intrakorpuskuler : disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, obat-obatan dan lain-lain.Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.Pengobatannya bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka tranfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini.d. Penyebab AnemiaPenyebab terbanyak anemia dalam kehamilan adalah akibat kekurangan zat besi atau yang sering disebut dengan istilah defisiensi zat besi. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi besi adalah sebagai berikut (http.//.paj.or.id//):1) Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi2) Malabsorbsi zat besi (penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung zat besi diabsorbsi dari saluran pencernaan sebagian besar zat besi diabsorbsi dari usus halus bagian atas terutama duedenum. Bila terjadi gangguan pencernaan, maka observasi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal itu menyebabkan kehilangan kadar zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan set darah merah terhambat.3) Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang berat, maka kanker dan perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.4) Kehamilan suplai zat besi ibu dialihkan kejanin untuk pembentukan sel darah merah ke janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.e. Patofisiologi AnemiaMenurut WHO, wanita hamil dinyatakan mengalami menderita anemia jika kadar Hb kurang dari 11 gram %. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan terjadi perubahan-perubahan sirkulasi darah dimana dibutuhkan tambahan suplai ke plasenta, uterus yang membesar serta bagian-bagian lainya seperti payudara. Dalam hal ini terdapat perubahan hematology dimana terjadi peningkatan plasma darah dan sel darah merah dengan perbandingan plasma darah meningkat 30%, sel darah merah 18%, hemoglobin 19% (Prawirohardjo, 2002 : 32).Peningkatan yang tidak seimbang dimana peningkatan plasma darah lebih besar memberikan efek pengenceran darah (hydremia) karena terdapat sedikit sel darah merah dalam setiap liter darah sehingga ditemukan kadar hemoglobin menjadi berkurang. Pengenceran darah dalam hal ini merupakan hal yang fisiologis sebagai bentuk penyesuaian.Proses hemodilusi meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat. Hidremia, menyebabkan cardiac out put meningkat dan kerja jantung diperingan apabila viskositas darah menjadi rendah, resistensi perifer menurun dan tekanan darah arteri menurun serta membuat perfusi jaringan plasenta lebih mudah. Proses ini puncaknya pada usia kehamilan 32-36 mgg. Hal ini membantu dalam proses kehilangan zat besi pada saat kehilangan darah pada persalinan dan nifas (Prawirohardio, 2002: 32).Pada kehamilan kebutuhan zat besi untuk meningkatkan sel darah merah ibu 500 mgr fe, plasenta 300 mgr fe dan untuk darah janin 100 mgr fe. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya zat besi selama kehamilan. Proses hemodelusi di atas akan menjadi hal patologis bila asupan zat gizi yang kurang dan malabsorbsi. Asupan gizi yang kurang dan malabsorbsi akan menyebabkan ketidakseimbangan sehingga berdampak pada penurunan hemoglobin darah. Apabila asupan gizi cukup dan tidak terjadi malabsorbsi tapi terjadi perdarahan ataupun pada penyakit kronik maka akan terjadi penurunan Hb yang berarti hal ini menyebabkan anemia yang mempersulit kehamilan.f. Tanda dan GejalaTanda, dan gejala, anemia (Varney, 2001 : 152)1) Merasa, lelah dan mudah mengantuk2) Pusing dan lemah3) Lesu4) Pandangan berkunang-kunang5) Mengeluh sakit kepala6) Merasa tidak enak badan7) Nafsu makan menurun8) Pica (selera ma.kan yang luar biasa/ selama abnormal dalam kehamilan)9) Mual muntah yang hebat pada hamil muda.10) Nafas pendek pada anemia beratg. Pengaruh anemia pada kehamilan, persalinan dan nifasAnemia dalam kehamilan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap ibu hamil maupun janin yang dikandungnya baik masa kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu (Manuaba, 1998 : 31-32) :1) Pengaruh anemia pada, kehamilana) Dapat terjadi abortusb) Persalinan prematurec) Hambatan pada tumbuh kembang janind) Mudah terjadi infeksie) Ancaman decompensasi cordis (Hb dibawah 6 gram %)f) Mola hidatidosag) Hyperemesis gravidarumh) Perdarahan antepartumi) Ketuban pecah dini2) Pengaruh anemia pada persalinana) Gangguan his kekuatan mengejan.b) Kala I dan kala II lama sehingga dapat melelahkan dan sering menimbulkan tindakan operasic) Kala urin dapat disertai dengan retensio plasenta, dan perdarahan post partum3) Pengaruh anemia pada, nifasa) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post partumb) Memudahkan infeksic) Produksi ASI berkurangd) Terjadi dekompensasi mendadak setelah persalinane) Anemia kala nifas mudah terjadi infeksi.h. Pencegahan dan PennfiggulanganUntuk menghindari terjadinya anemia sebaiiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data- data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit (Manuaba, 2002 : 32).Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfat ferrosus atau glukonas dan sayur-sayuran mengandung banyak mineral serta vitamin (Prawihardjo, 2002 : 453).Apabila pada pemeriksaan Hb < 10 gram%, maka wanita hamil dapat dianggap menderita anemia defisiensi besi. Pengobatan dimulai dengan preparat besi peroral. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 m1 mg sehari, seperti sulfat ferrosus atau glukonas ferosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 gr/100 ml atau lebih asal masih cukup waktu sampai janin lahir. Pengobatan parenteral diberikan apabila penderita tidak tahan akan zat besi peroral, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau kehamilan sudah tua (Prawirohardjo, 2002 : 452-453).

2. Karakteristik Ibu hamil yang mempengaruhi kejadian Anemiaa. Faktor internal1) PendidikanPendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan kepada sasaran. Pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang tentang sesuatu hal yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar pengetahuan dan semakin mudah mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan seseorang. Pengetahuan dipengaruhi pendidikan dan pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal.

3. Haemorhogi Post Partuma. Pengertian Haemorhagi Post PartumHaemorhogi Post Partum adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir, perdarahan post partum dibagi 2 :1) Perdarahan Post Partum Primer (perdarahan pasca persalinan dini).2) Perdarahan Post Partum sekunder (perdarahan masa. nifas) terjadi setelah itu (Arief Mansjoer, 1999).Pengertian Haemorhagi Post Partum menurut (Sarwono Prawiroohandjo, 2002) adalah perdarahan pervaginam melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan Pasca Persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini :1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebesarnya, kadang-kadang hanya setengah dari sebenarnya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebesar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan dilantai.2) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.3) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu berapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi shock.b. Faktor penyebab Haemorhagi Post PartumFaktor yang mempengaruhi antara lain : ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilannya, memeriksakan kehamilan tetapi tidak teratur, atonia uteri retensio plasenta, ruptur uteri, inversio uteri, trauma jalan lahir dan gangguan sistem pembekuan darah, faktor predisposisi yang harus dipertimbangkan adalah riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya, multiparitas, perdarahan ante Partum, dan partus lama. (Arief Mansjoer, 1999).c. Tanda Gejala dan DiagnosisTabel ITabel Tanda Gejala dan Diagnosis Perdarahan Pasca PersalinanGejala dan tanda yang selalu adaGejala dan tanda yang kadang-kadang adaDiagnosis kemungkinan Uterus tidak berkontraki dan lembek Perdarahan segera setelah anak lahir (Perdarahan Pasca persalinan Primer) SyokAtonia uteri Perdarahan segera Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir Terus kontraksi baik Plasenta lengkap Pucat Lemah MenggigilRobekan plasenta Plasenta belum lahir setelah 30 menit Perdarahan segera Uterus kontraksi baik Tali pusat putus akibat traksi berlebihan Inversio uteri akibat tarikan Perdarahan lanjutanRetensio plaenta Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap Perdarahan segera Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurangTertinggalnya sebagian plasenta. Uterus tidak teraba Lumen vagina terisi massa Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir) Perdarahan segera Nyeri sedikit atau berat Syok neurogenik Pucat dan limbungInversio uteri Sub involusi uterus Nyeri tekan perut bawah Perdarahan > 24 jam setelah persalinan. Perdarahan sekunder atau P2S. Perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi) Anemia DemamPerdarahan terlambat Edometritis atau sisa plasenta (terinfeksi atau tidak) Perdarahan segera (Perdarahan intraabdominal dan/atau vegium) Nyeri perut berat (kurangi dengan ruptur) Syok Nyeri tekan perut Denyut nadi ibu cepatRobekan dinding uterus (Ruptura uteri)

d. Penanganan1) Mintafah Bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan pgaat darurat.2) Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu tubuh).3) Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan. Jika tanda-tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat anda melakukan evaluasi lanjut karena status wanita tersebut dapat memburuk dengan cepat. Jika terjjadi syok, segera mulai penanganan syok.4) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik :a) Lakukan Pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektifb) Berikan 10 unit oksitosin I.M5) Pasang infus cairan I.V6) Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar-masuk.7) Periksa kelengkapan plasenta.8) Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineum9) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku dan darah10) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar Hemoglobin :a) Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat) :Berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg DITANBAH asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;b) Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg DITAMBAH asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama, 6 bulan;c) Pada daerah endemik pacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 20%) : berikan terapi :(1) Albendasol 400 mg per oral sekali;(2) Atau mebendasol 500 mg per oral sekali atau 100 mg dua kali sehari selama 3 hari.d) Pada daerah endemik tinggi cacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 500%), berikan terapi dosis tersebut selama 12 minggu setelah dosis pertama.