proposal rev 2

58
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU BALITA DALAM PEMANFAATAN POSYANDU DI DESA SINGAPARNA KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2010 Oleh : Siti Noviati Nurmy M NPM. 0200070044 Proposal Penelitian Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

Upload: ahmad-muhaemin

Post on 19-Jun-2015

2.467 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Rev 2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU BALITA DALAM PEMANFAATAN POSYANDU DI DESA

SINGAPARNA KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA

TAHUN 2010

Oleh :

Siti Noviati Nurmy MNPM. 0200070044

Proposal Penelitian

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI

TASIKMALAYATAHUN 2010

Page 2: Proposal Rev 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu merupakan salah satu bentuk

kesehatan bersumber daya manusia guna memberdayakan masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan

angka kematian ibu dan bayi.1 Menurut data Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2010 Angka

kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 34 /1000 kelahiran

hidup dan angka kematian ibu (AKI) mencapai kisaran 228/100.0000 kelahiran

hidup 2. Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di

negara lain terdiri dari perdarahan, infeksi dan eklampsia3, data tersebut

menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir,

rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pada

masa persalinan dan segera sesudahnya, serta perilaku (baik yang bersifat

preventif maupun kuratif) ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang bersifat

negatif bagi perkembangan kehamilan sehat, persalinan yang aman dan

perkembangan dini anak 4.

1

1

Page 3: Proposal Rev 2

Upaya yang dilakukan baik yang bersifat preventif maupun kuratif adalah

posyandu yang merupakan tempat atau media yang paling dekat dengan

masyarakat dalam pemantauan gizi pada balita. Masyarakat secara langsung dapat

memantau pertumbuhan dan perkembangan status gizi balitanya. Oleh karena itu

dalam rangka menurunkan angka kematian anak adalah pengembangan upaya

kesehatan bersumber masyarakat seperti pos pelayanan terpadu (posyandu),

penanggulangan kurang energi protein, pendidikan gizi, penyediaan sarana air bersih

dan sanitasi dasar, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit melalui survilans

dan imunisasi. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan

pendekatan Pos pelayanan terpadu ini merupakan wadah titik temu antara

pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat5.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu merupakan proses keadaan

ketika individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab

terhadap kesehatan keluarga atau kesehatan masyarakat lingkungannya. Namun

berbagai hambatan dalam memelihara kesehatan diri dan keluarganya perlu

mendapatkan perhatian 1.

Sebagai indikator pencapaian dalam program Posyandu yang yang

kekuatannya terletak pada pelayanan kesehatan dasar, kerjasama lintas sektoral

dan peran serta masyarakat. Pada masa krisis ekonomi keberadaanya kurang

mengembirakan, hal ini ditandai dengan rendahnya cakupan kegiatan Posyandu.

Cakupan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu adalah Jumlah Balita

yang ditimbang di Posyandu (D) dibagi dengan jumlah balita yang ada (S) di

2

Page 4: Proposal Rev 2

wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase D/S disini,

menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah tersebut

yang telah tercapai. Cakupan D/S dalam kegiatan Posyandu di Indonesia tahun

2008 85%, Jawa Barat salah satu provinsi yang memiliki cakupan rendah yaitu

79% masih dibawah target Dinas Kesehatan sebesar 90%. 6

Menurut laporan hasil kegiatan tahunan program KIA-KB kesehatan

Puskesmas Singaparna tahun 2009, pencapaian target D/S (jumlah bayi dan anak

Balita yang datang dan ditimbang di Posyandu dibanding dengan semua bayi dan

anak Balita yang ada) sebesar 67,34%. Adapun cakupan per desa yakni desa

Cikunir mencapai 81.93%, Cikadongdong 70,82%, Singasari 45.03%, Singaparna

47,59%, Sukamulya 83.49%, Ciparay 59.70%, Suka asih 93.26 dan Singajaya

63.93%. 7

Kunjungan ibu balita ke Posyandu erat kaitannya dengan perilaku

kesehatan, perilaku kesehatan hakikatnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan ibu dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

balitanya. Kesehatan seseorang dipengaruhi atau terbentuk dari beberapa faktor.

Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh

tiga faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor

pendukung (enabling factors) dan faktor pendorong (reinforcing factors).7

Melihat paparan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu balita

3

Page 5: Proposal Rev 2

dalam pemanfaatkan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan tersebut di atas, penulis mengidentifikasikan rumusan

masalah sebagai berikut :

“Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku ibu balita dalam pemanfaatan

posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Tahun 2010?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu balita

dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan terhadap perilaku ibu

balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan

Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor sikap terhadap perilaku ibu balita

dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan

Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.

4

Page 6: Proposal Rev 2

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor dukungan suami/keluarga

terhadap perilaku ibu balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa

Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun

2010.

4. Untuk mengetahui faktor dukungan tenaga kesehatan terhadap

perilaku ibu balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna

Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbang saran bagi pengembangan Ilmu Kebidanan, Ilmu

Perilaku dengan titik berat pada kajian tentang peran serta masyarakat.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi penggerak bagi masyarakat khususnya

ibu yang mempunyai balita untuk berperan serta dalam kegiatan

Posyandu.

2. Bagi Pukesmas Setempat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian dalam peningkatan

pelayanan kesehatan melalui pendidikan kesehatan pada kegiatan

Posyandu pada ibu balita.

5

Page 7: Proposal Rev 2

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian yang

selanjutnya serta dapat dijadikan bahan kepustakaan atau referensi

bagi mahasiswa kebidanan.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan profesi

kebidanan sehingga apabila nanti sudah terjun ke lapangan dapat

memberikan pendidikan kesehatan untuk mengubah perilaku

kesehatan masyarakat.

6

Page 8: Proposal Rev 2

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Faktor yang Mempengaruhi Prilaku

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai aspek baik fisik

maupun non fisik, sehingga pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai

suatu keadaan jiwa untuk memberikan respon terhadap situasi di luar

subjek tersebut.

Menurut Rogers perubahan perilaku manusia melalui beberapa

tahap yang perubahannya merupakan suatu proses kejiwaan yang dialami

individu tersebut sejak pertama memperoleh infromasi atau pengetahuan

mengenai sesuatu hal yang baru (seperti penimbangan Balita untuk

mengikuti pertumbuhan dan perkembangan Balita) sampai saat dia

memutuskan untuk menerima atau menolak hal baru tersebut.

Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa

dimulai pada domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu

terhadap stimulus yang berupa materi atau subyek sehingga menimbulkan

pengetahuan baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam

bentuk sikap terhadap obyek yang diketahuinya. Akhirnya rangsangan

yakni obyek yang sudah diketahui dan didasari sepenuhnya tersebut akan

menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action)

terhadap stimulus tadi. Namun kenyataan stimulus yang diterima oleh

7

7

Page 9: Proposal Rev 2

subyek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seorang dapat

atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari

stimulus yang diterimanya.8

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu-ibu yang

mempunyai balita ke Posyandu adalah sebagai berikut :

1. Faktor Predisposisi

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu yang terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu, melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasaan dan perabaan. Dan sebagian besar, pengetahuan manusia

diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran, hanya sedikit

yang diperoleh melalui penciuman, perasaan dan perabaan7.

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai

ruang lingkup yang sangat luas. Pengetahuan adalah pemberian

bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan

informasi, ide yang sudah diperoleh sebelumnya”. Bloom

membagi perilaku lama tiga domain. Ketiga domain tersebut tidak

mempunyai batasan yang tegas dan jelas. Domain tersebut

meliputi : domain kognitif, afektif dan psikomotor.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan, yaitu :

8

Page 10: Proposal Rev 2

(1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini

kemampuan mengingat kembali (recall) terhadap proses

asuhan yang telah dipelajari.

(2) Memahami (comprehensif)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

(3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Pada tahap ini diharapkan dapat

menginterprestasikan, menerapkan dan melaksanakan proses

asuhan.

(4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponennya, atau

kemampuan dalam memisahkan suatu materi menjadi bagian-

bagian yang membentuknya.

9

Page 11: Proposal Rev 2

(5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

(6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Bila

seseorang sudah bisa mengambil keputusan atau menyatakan

tentang pelaksanaan (proses) asuhan, mengetahui tujuan

pelaksanaan asuhan, memahami masalah-masalah yang ada

pada pelaksanaan asuhan dan pemecahannya diharapkan sudah

mampu dan mahir dalam melaksanakan asuhannya.

2) Sikap

Sikap adalah ungkapan dicerminkan dalam suatu

pernyataan pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak

setuju terhadap suatu objek sosial. Dalam sikap, objek sosial

tersebut berlaku sebagai objek sikap. Sikap terdiri dari berbagai

tingkatan, yaitu :

(1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya

10

Page 12: Proposal Rev 2

sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan

perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

(2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan

itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut.

(3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang

lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi

menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan

tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

(4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling

tinggi.

11

Page 13: Proposal Rev 2

3) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia

untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina

potensi pribadinya, yang berupa rohani (cipta, rasa dan karsa) dan

jasmani (panca indera dan keterampilan). Tingkat pendidikan

sangat erat hubungannya dengan derajat kesehatan. Makin tinggi

tingkat pendidikan maka semakin tinggi kesadaran tentang hak

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dalam memenuhi

kebutuhan kesehatan sehingga akan meningkatkan tuntutan tentang

hak untuk menerima/ menolak pelayanan kesehatan /pengobatan7.

Tingkat pendidikan yang tinggi dalam rumah tangga akan

mempermudah sebuah keluarga dalam mengenali gejala awal dan

mencegah suatu penyakit sehingga mereka akan merasa lebih

khawatir dengan kondisi kesehatannya.

4) Pekerjaan

Segala kegiatan atau aktivitas yang dilakukan masyarakat

untuk memperoleh sesuatu yang diharapkan bisanya bersifat rutin.

Dalam kehidupan masyarakat selalu mengadakan bermacam-

macam aktivitas. Salah satu aktivitas tersebut adalah melakukan

gerakan-gerakan yang dinamakan kerja. Bekerja mengandung arti

melaksanakan tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat

dinikmati manusia yang bersangkutan. Namun demikian, bila

12

Page 14: Proposal Rev 2

seseorang ditanya mengapa harus bekerja, bermacam jawaban

yang akan diberikan. Tetapi pada dasarnya sebagian orang

melakukan pekerjaan untuk memperoleh sesuatu dari pekerjaan

tersebut yang sama artinya dengan tujuan-tujuan yang ingin

dicapai.6

2. Faktor Pendukung

1) Letak geografis

Faktor letak geografis dapat mempengaruhi terhadap

partisipasi ibu-ibu yang mempunyai balita untuk menimbangkan

balitanya ke Posyandu. masyarakat yang merasa jauh ke tempat

lokasi dan memerlukan biaya tambahan transportasi untuk

mencapai lokasi.

Untuk terwujudnya suatu sikap ke dalam tindakan

diperlukan suatu fator pendukung (enabling factor) antara lain

keterjangkauan fasilitas Posyandu. Posyandu yang mudah dicapai

kemungkinan besar akan digunakan oleh responden dan bila sulit

dicapai jaraknya terlalu jauh dari jangkauan kemungkinan besar

tidak akan terpakai oleh responden maupun ibu-ibu untuk

menimbangkan balitanya. Salah satu model variabel dari perilaku

kesehatan adalah model sumber daya masyarakat yang salah satu

unsurnya adalah penyediaan pelayanan dan ketercapaian dari

pelayanan kesehatan yang tersedia (letak geografis).

13

Page 15: Proposal Rev 2

3. Faktor pendorong

1) Dorongan keluarga/ suami

Dorongan keluarga/suami mempunyai pengaruh lebih baik

untuk menginformasikan arti penting kunjungan ke Posyandu.

Dengan adanya dorongan keluarga/ teman sebagai stimulus

terhadap masyarakat sasaran untuk berperan aktif yang

dilaksanakan di Posyandu, tempat masyarakat dapat sekaligus

memperoleh pelayanan kesehatan secara terpadu dari masyarakat

untuk masyarakat dan oleh masyarakat yang dibantu oleh petugas

kesehatan. Partisipasi masyarakat sasaran tidak sekedar

memberikan sumbangan tenaga secara bergotong royong, tetapi

dalam segala sesuatu yang ada dalam dirinya, meliputi tenaga,

uang, material dan pikiran. Keempat komponen ini dapat

dilibatkan dalam upaya meningkatkan kesehatan diri, keluarga

ataupun masyarakat dan lingkungannya.8

2) Dukungan Tenaga Kesehatan

Penanggulangan terhadap perilaku yang berupa penyuluhan

masih bersifat superfisial, berupa topdown program, dan

menjadikan masyarakat sebagai objek. Penyuluhan kesehatan

disebut intensif apabila sebelum penyuluhan dilakukan penggalian

secara mendalam terhadap sebab-sebab perilaku dengan penelitian

etnografi. Substansi bahan-bahan penyuluhan diambil dari hasil

14

Page 16: Proposal Rev 2

penelitian etnografi. Dengan demikian, masyarakat dapat diajak

untuk berpartisipasi secara aktif sehingga penyuluhan akan

berhasil dan hasilnya dapat dipertahankan dalam jangka waktu

yang lama.

Penyuluhan adalah upaya memberikan pengetahuan kepada

masyarakat agar masyarakat melakukan tindakan atau perilaku

seperti yang diinginkan. Pengetahuan akan membentuk sikap dan

selanjutnya niat untuk melakukan perilaku. Perilaku yang

dilakukan oleh masyarakat sudah dilkakukan bertahun-tahun, dan

biasanya bersifat lokal spesifik, terjadi pada suatu golongan, ras

atau daerah tertentu. Perilaku tersebut dilakukan masyarakat

karena pengetahuan yang diperoleh masyarakat yang menimbulkan

sikap dan niat untuk melakukan perilaku. Penyuluhan merupakan

upaya mengubah perilaku masyarakat dari perilaku negatif menjadi

perilaku positif. Karena itu, penyuluhan harus memberi

pengetahuan yang bersifat positif kepada masyarakat. Ukuran

keberhasilan penyuluhan adalah adanya perubahan perilaku dari

negatif menjadi positif. Ada empat konsep dalam perilaku, yaitu

pengetahuan, sikap, niat, dan perilaku.8

Penyuluhan pada masyarakat oleh petugas kesehatan

bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat.

Masyarakat diberikan pengetahuan agar mereka memiliki

15

Page 17: Proposal Rev 2

keyakinan normatif terhadap substansi yang kita inginkan.

Masyarakat tersebut kemudian akan mempunyai norma subjektif

yang bersifat positif. Norma subjektif positif tersebut akan diikuti

oleh norma subjektif positif dari masyarakat karena tokoh

masyarakat merupakan panutan masyarakat. Dengan demikian,

masyarakat akan mempunyai niat yang positif untuk melakukan

perilaku.8

2.1.2. Posyandu

1. Pengertian

Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan

pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

mempunyai nilai strategi dalam mengembangkan sumber daya

manusia sejak dini. Posyandu adalah kegiatan masyarakat dalam upaya

pelayanan kesehatan dan keluarga berencana 9.

Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan

kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh

masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam

rangka pencapaian NKKBS.

2. Tujuan Posyandu

Tujuan pokok dari pos pelayanan terpadu9 adalah untuk :

1) Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

16

Page 18: Proposal Rev 2

2) Meningkatkan pelayanan kesehatan dan ibu untuk menurunkan

IMR

3) Mempercepat penerimaan NKKBS

4) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang

peningkatan kemampuan hidup sehat.

5) Penekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan

kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis.

6) Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam

pelaksanaan Kegiatan Posyandu untuk mandiri sebagai usaha

kesehatan masyarakat.

3. Sasaran Posyandu

Yang menjadi sasaran dalam kesehatan di Posyandu9, adalah:

1) Bayi berusia kurang dari 1 tahun

Anak balita usia 1 sampai 5 tahun

2) Ibu hamil, ibu menyusi, ibu nifas

3) Wanita usia subur

4. Program Posyandu

Lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu) adalah sebagai

berikut :

17

Page 19: Proposal Rev 2

1) Kesehatan Ibu dan Anak

Poragram kesehatan ibu dan anak adalah salah satu program

dengan tujuan untuk meningkatkan keadaan kesehatan ibu dan

anak. Pada dasarnya program KIA memiliki fungsi pelayanan,

pembinaan dan promosi kesehatan. Adapun program kegiatan KIA

meliputi :9

Pelanyanan antenental

(1) Pelayanan persalinan (partus)

(2) Pelayanan postanatal

(3) Pelayanan neonatus

(4) Pelayanan bayi dan anak balita

(5) Pembinaan anak prasekolah (TK)

(6) Pembinaan dukun bersalin

(7) Peningkatan peran serta dan kemandirian masyarakat

(8) Meningkatkan promosi kesehatan

2) Keluarga Berencana

Program keluarga berencana adalah upaya meningkatkan

kepedulian dan peran serta masyarakat melalui ; kedewasaan usia

perkawinan, pengaturan kelahiran, peningkatan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga.

18

Page 20: Proposal Rev 2

3) Imunisasi

Program imunisasi cara yang penting untuk melindungi anak,

pemberiaan vaksin anak-anak dan usia 0 – 5 tahun. Imunisasi ini

meliputi : TT : diberikan kepada ibu hamil, BCG diberikan segera

setelah lahir, Campak setelah bayi berumur 9 bulan, Polio

diberikan pada saat anak berumur 3 tahun, DPT serta pemberian

tablet besi (fe). 9

4) Peningkatan Gizi

Program gizi adalah pemberian makanan yang mengandung gizi,

dimaksudkan sebagai contoh makanan yang sebaiknya disajikan

dalam hidangan keluarga. Serta penyuluhan tentang asupan gizi

yang baik yang terkandung dalam makanan yang mudah didapat. 9

5) Penanggulangan Diare

Penanggulangan diare dengan memberikan pengobatan 2 M

(makanan dan minuman) berupa pembagian oralit. Pembagian

oralit dimaksudkan guna menekan angka kematian yang

diakibatkan dehidrasi pada anak yang mengidap diare.

7) Pembentukan Posyandu

Posyandu dibentuk dari pos-pos yang ada seperti :

2) Pos penimbangan Balita

3) Pos imunisasi

4) Pos keluarga berencana desa

19

Page 21: Proposal Rev 2

5) Pos kesehatan

6) Pos lainnya yang dibentuk baru

8) Alasan Pendirian Posyandu

1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya

dalam upaya pencegahan penyakit dari PPPK sekaligus dari

pelayanan KB

2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat,

sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya

dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana.

9) Penyelenggaraan Posyandu

1) Pelaksanaan Kegiatan

Adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader

kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas.

2) Pengelola Posyandu

Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari

kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal kader kesehatan

yang ada diwilayah tersebut.

10) Lokasi / Letak Posyandu

1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat

2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri

3) Dapat merupakan lokal tersendiri

20

Page 22: Proposal Rev 2

4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk,

balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.

11) Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan di Posyandu

1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita

2) Penimbangan bulanan

3) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badanya kurang

4) Imunisasi bayi 3 – 4 bulan

5) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare

6) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama pada kecelakan

12) Sistem Lima Meja di Posyandu

1) Meja I untuk : Pendafttaran, pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu

menyusui dan pasangan usia subur.

2) Meja II penimbangan balita

3) Meja III untuk pengisian KMS

4) Meja IV

(1) Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil

dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengetahui KB

(2) Penyuluhan kesehatan

(3) Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan,

kondom

5) Meja V

(1) Pemberian imunisasi

21

Page 23: Proposal Rev 2

(2) Pemeriksaan kehamilan

(3) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

(4) Pelayanan kontrsepsi IUD, suntikan

Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan

untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya

dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.

13) Cakupan Hasil Kegiatan Posyandu

Keberhasilan kegiatan posyandu dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Diantaranya faktor-faktor tersebut adalah tingkat pengetahuan

dari lingkungan masyarakat sekitar, sikap dari masyarakat dan dari

peran serta kader sendiri. Karena kader posyandu adalah penggerak

pelaksana posyandu, maka peran kader akan sangat menentukan

terhadap tingkat partisipasi masyarakat ke posyandu. dengan jumlah

kader aktif yang memadai akan dapat mengajak masyarakat untuk

datang ke posyandu. 9

Keberhasilan kegiatan pelaksanaan program posyandu ini

dilihat dari beberapa indikator yang merupakan 7 program posyandu

yaitu :

2) Cakupan K/S (KMS/sesuai semua balita yang ada)

3) Cakupan D/S (ditimbang bulan ini/semua balita yang ada)

4) Cakupan N/S (naik timbangan/semua balita yang ada)

22

Page 24: Proposal Rev 2

5) Cakupan pelayanan KIA

6) Cakupan pelayanan Diare

7) Cakupan imunisasi

8) Cakupan pelayanan KB

(2) Jumlah akseptor baru yang datang (diperoleh) dibagi jumlah

akseptor aktif.

(3) Jumlah akseptor aktif yang dilayani dibagi jumlah PUS

Diantara salah satu kegiatan posyandu yang dapat dijadikan

indikator pastisipasi masyarakat adalah cakupan D/S. cakupan D/S

adalah jumlah sasaran balita yang ditimbang di posyandu

dibandingkan dengan jumlah sasaran balita. Menurut pedoman

sertifikasi dan standar pelaksanaan program gizi, target cakupan D/S-

nya kurang dari 80% berarti partisipasi masyarakat masih kurang. 9

14) Indikator yang Digunakan untuk Melihat Kegiatan Posyadu

1) Frekuensi penimbangan per tahun

2) Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H Posyandu

3) Cakupan imunisasi

4) Cakupan ibu hamil

5) Cakupan keluarga berencana

6) Program tambahan

7) Dana sehat

23

Page 25: Proposal Rev 2

2.1.3. Pemanfaatan Posyandu

Partisipasi dalam kamus bahasa Indonesia adalah sesuatu yang

berlangsung secara terus menerus. Peran serta adalah keikutsertaan

seseorang dalam kegiatan kelompok masyarakat, masyarakat atau

pemerintah . Dalam kelompok, organisasi dan masyarakat peran serta dari

anggota atau warga sangat penting. Tanpa ikut sertanya anggota atau

warga maka kegiatan kelompok, organisasi dan masyarakat menjadi

lumpuh.13

Peran serta adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap

individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya

mendorong individu tersebut untuk berperan serta, dalam pencapaian

tujuan organisasi. Selanjutnya yang bersangkutan akan mengambil bagian

dalam sikap pertanggungawaban bersama.

Peran serta adalah turut sertanya seseorang baik secara emosional

maupun mental untuk memberikan sumbangsihnya terhadap proses

pembuatan keputusan dan kegiatan kerja organisasai.

2.2. Kerangka Pemikiran

Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan yaitu faktor

predisposisi (predisposing Factor), faktor pendukung (Enabling Factor) dan

Faktor pendorong (Reinforcing Factor). Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi

perilaku ibu balita dalam mengunjungi atau peranan masyarakat dalam kegiatan

24

Page 26: Proposal Rev 2

Posyandu sebagai salah satu pusat kegiatan pelayanan kesehatan dasar adalah (1)

Faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan dan sikap ibu balita terhadap

Posyandu dan pendidikan, (2) Faktor pendukung yang meliputi letak geografis

dan sarana pelayanan kesehatan Posyandu (3) Faktor pendorong yang meliputi

dorongan dari suami/keluarga, dan petugas kesehatan dari Puskesmas setempat

yang memberikan pelayanan kesehatan dan kegiatan penyuluhan, lingkungan dan

tokoh masyarakat.

Disamping faktor pengetahuan dan sikap, faktor demografi (usia,

pendidikan, pekerjaan) juga mempunyai peran dalam mempengaruhi perilaku

walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar sebagaimana pengetahuan dan sikap

menurut Green bahwa demografi adalah merupakan faktor yang secara tidak

langsung mempengaruhi perilaku seseorang (kader) sebagaimana dikatakan oleh

Anderson dalam Notoatmodjo bahwa faktor demografi merupakan variabel yang

digunakan sebagai ukuran mutlak atas indikator fisiologis dengan asumsi bahwa

perbedaan derajat kesehatan derajat kesakitan dan pelayanan kesehatan sedikit

banyak akan berhubungan dengan variabel tersebut. Karakteristik ini digunakan

untuk menggambarkan faktor tiap individu baik ibu yang mempunyai Balita

maupun kader mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan

kesehatan yang berbeda.

Faktor pendukung (Enabling Factor) yang dijadikan sebagai variabel

dalam faktor ini adalah letak fasilitas Posyandu (Fasilitas Kesehatan) oleh karena

kondisi geografis dari lokasi penelitian adalah dataran dan perbukitan dan

25

Page 27: Proposal Rev 2

sebagian rumah Kader/masyarakat letaknya jauh dari Posyandu, hal ini sesuai

yang dikemukakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip oleh

Bagus Ida bahwa lokasi sumber daya sangat menentukan dlam perilaku apabila

sumber daya itu jauh dari masyarakat mungkin sekali tidak akan dipakai oleh

masyarakat. Demikian pula Anderson dalam Notoatmodjo menyatakan bahwa

model sumber daya merupakan variabel yang memiliki peranan dalam

mempengaruhi perilaku seseorang yang diantaranya adalah ketercapaian

pelayanan kesehatan yang tersedia. Fasilitas kesehatan yang mudah dicapai akan

dimanfaatkan oleh masyarakat akan tetapi sebaliknya jika fasilitas kesehatan sulit

untuk dicapai kemungkinannya akan kurang digunakan.

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku adalah faktor mendorong

(Reinforcing Factor) dalam hal ini adalah dorongan keluarga/suami, lingkungan

serta tokoh masyarakat. oleh karena suami, lingkungan, tokoh masyarakat

merupakan orang paling dekat dengan kader/ masyarakat. Suatu sikap belum tentu

terwujud ke dalam suatu tindakan tanpa dukungan dari suami, lingkungan dan

tokoh masyarakat. selain itu perilaku petugas kesehatan di Posyandu merupakan

bentuk peran serta masyarakat dan merupakan indikator bagi pembangunan

kesehatan. Perilaku petugas kesehatan Posyandu akan sangat besar pengaruhnya

terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu. Oleh karena itu perilaku petugas

kesehatan merupakan penggerak (motivator) dan pelaksana kegiatan Posyandu

diharapkan perilaku petugas kesehatan dapat berperan sebagaimana mestinya

sebagaimana dikemukakan oleh Person yang mengatakan bahwa kedudukan

26

Page 28: Proposal Rev 2

seseorang menunjukan posisinya dalam suatu system sosial dan dengan

kedudukan tersebut maka sejumlah peran akan dimanifestasikan dalam bentuk

perilaku untuk lebih jelasnya maka seluruh penjelasan di rangkum dalam diagram

sebagai berikut:

Keterangan :

: Variabel Diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

2.3. Hipotesis

1. Faktor pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku ibu balita

dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.

2. Faktor sikap berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku ibu balita dalam

pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten

Tasikmalaya Tahun 2010.

Predisposisi : PengetahuanSikap PendidikanPekerjaan

Perilaku balita dalam Pemanfatan PoyanduPemungkin:

Letak geografis

Pendorong :Dor. Keluarga/suamiDor. Tenaga kesehatan

27

Page 29: Proposal Rev 2

3. Faktor dukungan suami/keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku ibu balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna

Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.

4. Faktor dukungan tenaga kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku ibu balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna

Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.

28

Page 30: Proposal Rev 2

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari10. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang berlokasi di Desa Singaparna pada

bulan Maret Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010 yang

berjumlah 617 orang. Karena sampel tersebar di beberapa dukun, maka

pengambilan sampel menggunakan teknik sample random sampling. 11 Rumus

yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah :

n= N

1+N ( d2 )Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah Populasi

d = tingkat kepercayaan 0,1

n=617

1+617 ( 0 .12 )

n=6177 ,17

N = 86.05 dibulatkan menjadi 86

29

29

Page 31: Proposal Rev 2

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang. Cara yang tepat dan dianggap

mewakili populasi yaitu dengan mengalokasikan jumlah sampel berdasarkan

unit kampung secara proporsional, dengan rumus :

n= NN total

x n total

Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

Distribusi jumlah sampel yang dibutuhkan menurut kampung di Desa Singaparna Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :

Nama

Kampung

Populasi

(N)

Populasi (N

total)(n total) Sampel (n)

Dusun 1 178 617 86 25

Dusun 2 164 617 86 23

Dusun 3 141 617 86 20

Dusun 4 134 617 86 18

Setelah diperoleh sampel dari tiap-tiap kampung, maka selanjutnya pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan cara mengundi

anggota populasi atau teknik undian.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini kuantitatif, metode yang digunakan adalah analitik

korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

30

Page 32: Proposal Rev 2

3.2.2 Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas :

1) Pengetahuan

2) Sikap

3) Dukungan suami/keluarga

4) Dukungan tenaga kesehatan

2. Variabel terikat :

Pemanfaatan posyandu

3.2.3 Definisi operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat

ukur

Kategori Skala

Pengetahuan Hal yang responden

ketahui tentang

manfaat dari kegiatan

Posyandu

Kuesione

r

Baik jika skor

15-20

Cukup jika skor

8-14

Kurang jika

skor

0-7

Ordinal

Sikap Tanggapan atau

pernyataan pendapat

responden terhadap

Posyandu

Kuesione

r

Positif (41-80)

Negatif (0-40)

ordinal

Dukungan

Suami/Keluarg

a

Anjuran atau ajakan

dari suami atau

anggota keluarga lain

Kuesione

r

Selalu (11-15)

Kadang-kadang:

(6-10)

Ordinal

31

Page 33: Proposal Rev 2

untuk pemanfaatan

Posyandu

Tidak pernah

(0-5)

Dukungan

tenaga

kesehatan

Anjuran atau ajakan

dari tenaga kesehatan

kepada masyarakat

untuk berperan serta

dalam kegiatan

Posyandu

Kuesione

r

Selalu (11-15)

Kadang-kadang:

(6-10)

Tidak pernah

(0-5)

Ordinal

Pemanfaatan

Posyandu

Kunjungan ibu balita

ke Posyandu dalam

rangka memeriksakan

kesehatan balita setiap

bulan

Kuesione

r

- Rutin

- Kadang-kadang

- Tidak pernah

Ordinal

3.2.3 Cara kerja dan teknik pengumpulan data

Penelitian ini mengkaji faktor yang mempengaruhi ibu balita

dalam pemanfaatan Posyandu. Langkah-langkah dalam proses penelitian

ini yaitu pencarian data mengenai cakupan kunjungan ke Posyandu yang

masih dibawah target dengan mengunjungi puskesmas Singaparna untuk

mencari data awal sebagai Puskesmas yang dekat dengan institusi

pendidikan STIKes Respati. Untuk pengambilan data ini peneliti harus

menyertakan surat ijin dari institusi pendidikan yang disertai surat

rekomendasi dari kesbang, oleh karena itu penulis melakukan pengurusan

surat ijin penelitian. Kemudian penulis mulai menyusunan proposal yang

dilanjutkan dengan mengidentifikasi lebih lanjut yang akan dijadikan

32

Page 34: Proposal Rev 2

sebagai sumber penelitian. Kemudian menganalisis data mengenai

masalah penelitian dengan menggunakan uji statistik.

Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada responden

menggunakan kuesioner untuk mengetahui variabel bebas dan variabel

terikat. Kuesioner tersebut dibuat oleh peneliti sendiri yang berjumlah 52

pertanyaan yang terdiri dari 20 pertanyaan tentang pengetahuan, 20

pertanyaan tentang sikap, 1 pertanyaan letak geografis, sebanyak 5

pertanyaan tentang dukungan suami/keluarga dan 5 pertanyaan tentang

dukungan nakes), pertanyaan tentang variabel terikat : 1 pertanyaan

tentang pemanfaatan Posyandu.

3.2.4 Rancangan Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variabel

bebas dan variabel terikat. Teknik analisis data yang penulis gunakan

ialah dengan cara perhitungan presentase dari hasil kuesioner. Caranya

yaitu dengan membagi distribusi kategori (n) dengan jumlah sampel

(N) dan dikalikan 100%.

F= nN

x100

F : Frekuensi

n : distribusi responden berdasarkan kategori

N : Jumlah sampel

33

Page 35: Proposal Rev 2

2. Analisis Bivariat

Sesuai dengan tujuan penelitian maka analisa bivariat dilakukan

untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan independen

dengan menggunakan chi square.

Dengan rumus :

x2=∑i=1

r

∑j=1

k (OPij−E ij)2

EPij

Keterangan :

X2 = Chi kuadrat

OP = Distribusi jawaban

E = frekuensi yang diharapkan

EP = Distribusi frekuensi yang diharapkan

Data dikumpulkan dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel,

grafik, persentase serta dianalisis dalam bentuk statistik.

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna

Kabupaten Tasikmalaya

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai Juni tahun 2010.

34

Page 36: Proposal Rev 2

3.3 Etika Penelitian

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan

menghargai hak dan memberikan pengobatan secara adil, baik menjaga privasi

manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia. Mengingat

penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika

penelitian harus diperhatikan. masalah etika yang harus diperhatikan adalah

sebagai berikut :

Langkah-langkah sebelum melakukan penelitian yaitu mengajukan

permohonan kepada calon responden, agar dapat menjadi sampel penelitian

secara sukarela (Voluntary). Selanjutnya adalah memohon persetujuan kepada

responden dengan memberikan lembar lnformed Consent agar tidak ada efek

atau tuntutan di kemudian hari yang sebelumnya diinformasikan mengenai

maksud dan tujuan dari penelitian. Langkah terakhir adalah adanya jaminan

dari peneliti untuk menjaga privasi atau menjaga yang bersifat rahasia dari

responden.

35

Page 37: Proposal Rev 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Zulkifli. Posyandu dan kader kesehatan. (Diunduh tanggal 12 Maret 2010) http://library.usu.ac.id/fkm-zulkifli1.pdf. 2008

2. BPPN. RPJMN 2010-2014 (Perpres No. 5 Tahun 2010). (Diunduh tanggal 12 Maret 2010) htt://www.DepkesRI.go.id.2010 diakses tanggal 28 Maret 2010

3. Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008

4. SDKI. Laporan perkembangan pencapaian tujuan pembangunan milenium indonesia; 2010

5. Hendardji. Untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi perlu kerja keras. (Diunduh tanggal 11 Maret 2010) http://www.dinkesjateng.go.id.2010 diakses tanggal 28 Maret 2010

6. Firyadi. Evaluasi penimbangan balita. (diakses tanggal 28 Maret 2010) http: //www.tanjungpinang.com. 2008

7. Puskesmas. Singaparna. Profil Kesehatan Singaparna, 2009

8. Notoatmodjo. Promosi dan perilaku kesehatan. Rhineka Cipta. Jakarta. 2007

9. Depkes, 2006. Pedoman umum pengelolaan posyandu. (Diunduh tanggal 12 Maret 2010) http://ww.depkes.go.id. 2006

10. Azwar. Pedoman umum pengelolaan posyandu. (Diunduh tanggal 1 Maret 2010) http://ww.depkes.go.id.2006

11. Hidayat. Metode penelitian kebidanan teknik analisis data. 2007

12. Notoatmodjo. Metodologi penelitian, Jakarta Rhineka Cipta. 2005

13. Maskun,. Kinerja profesi perawat dalam upaya meningkatkan kemandirian rakyat hidup sehat menuju kekuatan negara republik Indonesia. (Diunduh tanggal 8 Maret 2010) Http://www.usu.ac.id 2005

36