Download - Proposal Rev 2
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU BALITA DALAM PEMANFAATAN POSYANDU DI DESA
SINGAPARNA KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA
TAHUN 2010
Oleh :
Siti Noviati Nurmy MNPM. 0200070044
Proposal Penelitian
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI
TASIKMALAYATAHUN 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu merupakan salah satu bentuk
kesehatan bersumber daya manusia guna memberdayakan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.1 Menurut data Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2010 Angka
kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 34 /1000 kelahiran
hidup dan angka kematian ibu (AKI) mencapai kisaran 228/100.0000 kelahiran
hidup 2. Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di
negara lain terdiri dari perdarahan, infeksi dan eklampsia3, data tersebut
menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pada
masa persalinan dan segera sesudahnya, serta perilaku (baik yang bersifat
preventif maupun kuratif) ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang bersifat
negatif bagi perkembangan kehamilan sehat, persalinan yang aman dan
perkembangan dini anak 4.
1
1
Upaya yang dilakukan baik yang bersifat preventif maupun kuratif adalah
posyandu yang merupakan tempat atau media yang paling dekat dengan
masyarakat dalam pemantauan gizi pada balita. Masyarakat secara langsung dapat
memantau pertumbuhan dan perkembangan status gizi balitanya. Oleh karena itu
dalam rangka menurunkan angka kematian anak adalah pengembangan upaya
kesehatan bersumber masyarakat seperti pos pelayanan terpadu (posyandu),
penanggulangan kurang energi protein, pendidikan gizi, penyediaan sarana air bersih
dan sanitasi dasar, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit melalui survilans
dan imunisasi. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan
pendekatan Pos pelayanan terpadu ini merupakan wadah titik temu antara
pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat5.
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu merupakan proses keadaan
ketika individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab
terhadap kesehatan keluarga atau kesehatan masyarakat lingkungannya. Namun
berbagai hambatan dalam memelihara kesehatan diri dan keluarganya perlu
mendapatkan perhatian 1.
Sebagai indikator pencapaian dalam program Posyandu yang yang
kekuatannya terletak pada pelayanan kesehatan dasar, kerjasama lintas sektoral
dan peran serta masyarakat. Pada masa krisis ekonomi keberadaanya kurang
mengembirakan, hal ini ditandai dengan rendahnya cakupan kegiatan Posyandu.
Cakupan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu adalah Jumlah Balita
yang ditimbang di Posyandu (D) dibagi dengan jumlah balita yang ada (S) di
2
wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase D/S disini,
menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah tersebut
yang telah tercapai. Cakupan D/S dalam kegiatan Posyandu di Indonesia tahun
2008 85%, Jawa Barat salah satu provinsi yang memiliki cakupan rendah yaitu
79% masih dibawah target Dinas Kesehatan sebesar 90%. 6
Menurut laporan hasil kegiatan tahunan program KIA-KB kesehatan
Puskesmas Singaparna tahun 2009, pencapaian target D/S (jumlah bayi dan anak
Balita yang datang dan ditimbang di Posyandu dibanding dengan semua bayi dan
anak Balita yang ada) sebesar 67,34%. Adapun cakupan per desa yakni desa
Cikunir mencapai 81.93%, Cikadongdong 70,82%, Singasari 45.03%, Singaparna
47,59%, Sukamulya 83.49%, Ciparay 59.70%, Suka asih 93.26 dan Singajaya
63.93%. 7
Kunjungan ibu balita ke Posyandu erat kaitannya dengan perilaku
kesehatan, perilaku kesehatan hakikatnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan ibu dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
balitanya. Kesehatan seseorang dipengaruhi atau terbentuk dari beberapa faktor.
Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh
tiga faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor
pendukung (enabling factors) dan faktor pendorong (reinforcing factors).7
Melihat paparan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu balita
3
dalam pemanfaatkan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan tersebut di atas, penulis mengidentifikasikan rumusan
masalah sebagai berikut :
“Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku ibu balita dalam pemanfaatan
posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2010?”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu balita
dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan terhadap perilaku ibu
balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan
Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor sikap terhadap perilaku ibu balita
dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan
Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
4
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor dukungan suami/keluarga
terhadap perilaku ibu balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa
Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun
2010.
4. Untuk mengetahui faktor dukungan tenaga kesehatan terhadap
perilaku ibu balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna
Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbang saran bagi pengembangan Ilmu Kebidanan, Ilmu
Perilaku dengan titik berat pada kajian tentang peran serta masyarakat.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi penggerak bagi masyarakat khususnya
ibu yang mempunyai balita untuk berperan serta dalam kegiatan
Posyandu.
2. Bagi Pukesmas Setempat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian dalam peningkatan
pelayanan kesehatan melalui pendidikan kesehatan pada kegiatan
Posyandu pada ibu balita.
5
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian yang
selanjutnya serta dapat dijadikan bahan kepustakaan atau referensi
bagi mahasiswa kebidanan.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan profesi
kebidanan sehingga apabila nanti sudah terjun ke lapangan dapat
memberikan pendidikan kesehatan untuk mengubah perilaku
kesehatan masyarakat.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Faktor yang Mempengaruhi Prilaku
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai aspek baik fisik
maupun non fisik, sehingga pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai
suatu keadaan jiwa untuk memberikan respon terhadap situasi di luar
subjek tersebut.
Menurut Rogers perubahan perilaku manusia melalui beberapa
tahap yang perubahannya merupakan suatu proses kejiwaan yang dialami
individu tersebut sejak pertama memperoleh infromasi atau pengetahuan
mengenai sesuatu hal yang baru (seperti penimbangan Balita untuk
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan Balita) sampai saat dia
memutuskan untuk menerima atau menolak hal baru tersebut.
Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa
dimulai pada domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi atau subyek sehingga menimbulkan
pengetahuan baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam
bentuk sikap terhadap obyek yang diketahuinya. Akhirnya rangsangan
yakni obyek yang sudah diketahui dan didasari sepenuhnya tersebut akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action)
terhadap stimulus tadi. Namun kenyataan stimulus yang diterima oleh
7
7
subyek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seorang dapat
atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari
stimulus yang diterimanya.8
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu-ibu yang
mempunyai balita ke Posyandu adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu yang terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu, melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasaan dan perabaan. Dan sebagian besar, pengetahuan manusia
diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran, hanya sedikit
yang diperoleh melalui penciuman, perasaan dan perabaan7.
Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas. Pengetahuan adalah pemberian
bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan
informasi, ide yang sudah diperoleh sebelumnya”. Bloom
membagi perilaku lama tiga domain. Ketiga domain tersebut tidak
mempunyai batasan yang tegas dan jelas. Domain tersebut
meliputi : domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu :
8
(1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini
kemampuan mengingat kembali (recall) terhadap proses
asuhan yang telah dipelajari.
(2) Memahami (comprehensif)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
(3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Pada tahap ini diharapkan dapat
menginterprestasikan, menerapkan dan melaksanakan proses
asuhan.
(4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponennya, atau
kemampuan dalam memisahkan suatu materi menjadi bagian-
bagian yang membentuknya.
9
(5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
(6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Bila
seseorang sudah bisa mengambil keputusan atau menyatakan
tentang pelaksanaan (proses) asuhan, mengetahui tujuan
pelaksanaan asuhan, memahami masalah-masalah yang ada
pada pelaksanaan asuhan dan pemecahannya diharapkan sudah
mampu dan mahir dalam melaksanakan asuhannya.
2) Sikap
Sikap adalah ungkapan dicerminkan dalam suatu
pernyataan pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak
setuju terhadap suatu objek sosial. Dalam sikap, objek sosial
tersebut berlaku sebagai objek sikap. Sikap terdiri dari berbagai
tingkatan, yaitu :
(1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya
10
sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
(2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan
itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide
tersebut.
(3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang
lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi
menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
(4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling
tinggi.
11
3) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia
untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina
potensi pribadinya, yang berupa rohani (cipta, rasa dan karsa) dan
jasmani (panca indera dan keterampilan). Tingkat pendidikan
sangat erat hubungannya dengan derajat kesehatan. Makin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin tinggi kesadaran tentang hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan sehingga akan meningkatkan tuntutan tentang
hak untuk menerima/ menolak pelayanan kesehatan /pengobatan7.
Tingkat pendidikan yang tinggi dalam rumah tangga akan
mempermudah sebuah keluarga dalam mengenali gejala awal dan
mencegah suatu penyakit sehingga mereka akan merasa lebih
khawatir dengan kondisi kesehatannya.
4) Pekerjaan
Segala kegiatan atau aktivitas yang dilakukan masyarakat
untuk memperoleh sesuatu yang diharapkan bisanya bersifat rutin.
Dalam kehidupan masyarakat selalu mengadakan bermacam-
macam aktivitas. Salah satu aktivitas tersebut adalah melakukan
gerakan-gerakan yang dinamakan kerja. Bekerja mengandung arti
melaksanakan tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat
dinikmati manusia yang bersangkutan. Namun demikian, bila
12
seseorang ditanya mengapa harus bekerja, bermacam jawaban
yang akan diberikan. Tetapi pada dasarnya sebagian orang
melakukan pekerjaan untuk memperoleh sesuatu dari pekerjaan
tersebut yang sama artinya dengan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai.6
2. Faktor Pendukung
1) Letak geografis
Faktor letak geografis dapat mempengaruhi terhadap
partisipasi ibu-ibu yang mempunyai balita untuk menimbangkan
balitanya ke Posyandu. masyarakat yang merasa jauh ke tempat
lokasi dan memerlukan biaya tambahan transportasi untuk
mencapai lokasi.
Untuk terwujudnya suatu sikap ke dalam tindakan
diperlukan suatu fator pendukung (enabling factor) antara lain
keterjangkauan fasilitas Posyandu. Posyandu yang mudah dicapai
kemungkinan besar akan digunakan oleh responden dan bila sulit
dicapai jaraknya terlalu jauh dari jangkauan kemungkinan besar
tidak akan terpakai oleh responden maupun ibu-ibu untuk
menimbangkan balitanya. Salah satu model variabel dari perilaku
kesehatan adalah model sumber daya masyarakat yang salah satu
unsurnya adalah penyediaan pelayanan dan ketercapaian dari
pelayanan kesehatan yang tersedia (letak geografis).
13
3. Faktor pendorong
1) Dorongan keluarga/ suami
Dorongan keluarga/suami mempunyai pengaruh lebih baik
untuk menginformasikan arti penting kunjungan ke Posyandu.
Dengan adanya dorongan keluarga/ teman sebagai stimulus
terhadap masyarakat sasaran untuk berperan aktif yang
dilaksanakan di Posyandu, tempat masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan kesehatan secara terpadu dari masyarakat
untuk masyarakat dan oleh masyarakat yang dibantu oleh petugas
kesehatan. Partisipasi masyarakat sasaran tidak sekedar
memberikan sumbangan tenaga secara bergotong royong, tetapi
dalam segala sesuatu yang ada dalam dirinya, meliputi tenaga,
uang, material dan pikiran. Keempat komponen ini dapat
dilibatkan dalam upaya meningkatkan kesehatan diri, keluarga
ataupun masyarakat dan lingkungannya.8
2) Dukungan Tenaga Kesehatan
Penanggulangan terhadap perilaku yang berupa penyuluhan
masih bersifat superfisial, berupa topdown program, dan
menjadikan masyarakat sebagai objek. Penyuluhan kesehatan
disebut intensif apabila sebelum penyuluhan dilakukan penggalian
secara mendalam terhadap sebab-sebab perilaku dengan penelitian
etnografi. Substansi bahan-bahan penyuluhan diambil dari hasil
14
penelitian etnografi. Dengan demikian, masyarakat dapat diajak
untuk berpartisipasi secara aktif sehingga penyuluhan akan
berhasil dan hasilnya dapat dipertahankan dalam jangka waktu
yang lama.
Penyuluhan adalah upaya memberikan pengetahuan kepada
masyarakat agar masyarakat melakukan tindakan atau perilaku
seperti yang diinginkan. Pengetahuan akan membentuk sikap dan
selanjutnya niat untuk melakukan perilaku. Perilaku yang
dilakukan oleh masyarakat sudah dilkakukan bertahun-tahun, dan
biasanya bersifat lokal spesifik, terjadi pada suatu golongan, ras
atau daerah tertentu. Perilaku tersebut dilakukan masyarakat
karena pengetahuan yang diperoleh masyarakat yang menimbulkan
sikap dan niat untuk melakukan perilaku. Penyuluhan merupakan
upaya mengubah perilaku masyarakat dari perilaku negatif menjadi
perilaku positif. Karena itu, penyuluhan harus memberi
pengetahuan yang bersifat positif kepada masyarakat. Ukuran
keberhasilan penyuluhan adalah adanya perubahan perilaku dari
negatif menjadi positif. Ada empat konsep dalam perilaku, yaitu
pengetahuan, sikap, niat, dan perilaku.8
Penyuluhan pada masyarakat oleh petugas kesehatan
bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat.
Masyarakat diberikan pengetahuan agar mereka memiliki
15
keyakinan normatif terhadap substansi yang kita inginkan.
Masyarakat tersebut kemudian akan mempunyai norma subjektif
yang bersifat positif. Norma subjektif positif tersebut akan diikuti
oleh norma subjektif positif dari masyarakat karena tokoh
masyarakat merupakan panutan masyarakat. Dengan demikian,
masyarakat akan mempunyai niat yang positif untuk melakukan
perilaku.8
2.1.2. Posyandu
1. Pengertian
Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategi dalam mengembangkan sumber daya
manusia sejak dini. Posyandu adalah kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana 9.
Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam
rangka pencapaian NKKBS.
2. Tujuan Posyandu
Tujuan pokok dari pos pelayanan terpadu9 adalah untuk :
1) Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
16
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan dan ibu untuk menurunkan
IMR
3) Mempercepat penerimaan NKKBS
4) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat.
5) Penekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis.
6) Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan Kegiatan Posyandu untuk mandiri sebagai usaha
kesehatan masyarakat.
3. Sasaran Posyandu
Yang menjadi sasaran dalam kesehatan di Posyandu9, adalah:
1) Bayi berusia kurang dari 1 tahun
Anak balita usia 1 sampai 5 tahun
2) Ibu hamil, ibu menyusi, ibu nifas
3) Wanita usia subur
4. Program Posyandu
Lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu) adalah sebagai
berikut :
17
1) Kesehatan Ibu dan Anak
Poragram kesehatan ibu dan anak adalah salah satu program
dengan tujuan untuk meningkatkan keadaan kesehatan ibu dan
anak. Pada dasarnya program KIA memiliki fungsi pelayanan,
pembinaan dan promosi kesehatan. Adapun program kegiatan KIA
meliputi :9
Pelanyanan antenental
(1) Pelayanan persalinan (partus)
(2) Pelayanan postanatal
(3) Pelayanan neonatus
(4) Pelayanan bayi dan anak balita
(5) Pembinaan anak prasekolah (TK)
(6) Pembinaan dukun bersalin
(7) Peningkatan peran serta dan kemandirian masyarakat
(8) Meningkatkan promosi kesehatan
2) Keluarga Berencana
Program keluarga berencana adalah upaya meningkatkan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui ; kedewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, peningkatan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga.
18
3) Imunisasi
Program imunisasi cara yang penting untuk melindungi anak,
pemberiaan vaksin anak-anak dan usia 0 – 5 tahun. Imunisasi ini
meliputi : TT : diberikan kepada ibu hamil, BCG diberikan segera
setelah lahir, Campak setelah bayi berumur 9 bulan, Polio
diberikan pada saat anak berumur 3 tahun, DPT serta pemberian
tablet besi (fe). 9
4) Peningkatan Gizi
Program gizi adalah pemberian makanan yang mengandung gizi,
dimaksudkan sebagai contoh makanan yang sebaiknya disajikan
dalam hidangan keluarga. Serta penyuluhan tentang asupan gizi
yang baik yang terkandung dalam makanan yang mudah didapat. 9
5) Penanggulangan Diare
Penanggulangan diare dengan memberikan pengobatan 2 M
(makanan dan minuman) berupa pembagian oralit. Pembagian
oralit dimaksudkan guna menekan angka kematian yang
diakibatkan dehidrasi pada anak yang mengidap diare.
7) Pembentukan Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang ada seperti :
2) Pos penimbangan Balita
3) Pos imunisasi
4) Pos keluarga berencana desa
19
5) Pos kesehatan
6) Pos lainnya yang dibentuk baru
8) Alasan Pendirian Posyandu
1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya
dalam upaya pencegahan penyakit dari PPPK sekaligus dari
pelayanan KB
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat,
sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya
dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana.
9) Penyelenggaraan Posyandu
1) Pelaksanaan Kegiatan
Adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader
kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas.
2) Pengelola Posyandu
Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari
kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal kader kesehatan
yang ada diwilayah tersebut.
10) Lokasi / Letak Posyandu
1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3) Dapat merupakan lokal tersendiri
20
4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk,
balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
11) Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan di Posyandu
1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
2) Penimbangan bulanan
3) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badanya kurang
4) Imunisasi bayi 3 – 4 bulan
5) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare
6) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama pada kecelakan
12) Sistem Lima Meja di Posyandu
1) Meja I untuk : Pendafttaran, pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu
menyusui dan pasangan usia subur.
2) Meja II penimbangan balita
3) Meja III untuk pengisian KMS
4) Meja IV
(1) Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil
dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengetahui KB
(2) Penyuluhan kesehatan
(3) Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan,
kondom
5) Meja V
(1) Pemberian imunisasi
21
(2) Pemeriksaan kehamilan
(3) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
(4) Pelayanan kontrsepsi IUD, suntikan
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan
untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya
dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.
13) Cakupan Hasil Kegiatan Posyandu
Keberhasilan kegiatan posyandu dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Diantaranya faktor-faktor tersebut adalah tingkat pengetahuan
dari lingkungan masyarakat sekitar, sikap dari masyarakat dan dari
peran serta kader sendiri. Karena kader posyandu adalah penggerak
pelaksana posyandu, maka peran kader akan sangat menentukan
terhadap tingkat partisipasi masyarakat ke posyandu. dengan jumlah
kader aktif yang memadai akan dapat mengajak masyarakat untuk
datang ke posyandu. 9
Keberhasilan kegiatan pelaksanaan program posyandu ini
dilihat dari beberapa indikator yang merupakan 7 program posyandu
yaitu :
2) Cakupan K/S (KMS/sesuai semua balita yang ada)
3) Cakupan D/S (ditimbang bulan ini/semua balita yang ada)
4) Cakupan N/S (naik timbangan/semua balita yang ada)
22
5) Cakupan pelayanan KIA
6) Cakupan pelayanan Diare
7) Cakupan imunisasi
8) Cakupan pelayanan KB
(2) Jumlah akseptor baru yang datang (diperoleh) dibagi jumlah
akseptor aktif.
(3) Jumlah akseptor aktif yang dilayani dibagi jumlah PUS
Diantara salah satu kegiatan posyandu yang dapat dijadikan
indikator pastisipasi masyarakat adalah cakupan D/S. cakupan D/S
adalah jumlah sasaran balita yang ditimbang di posyandu
dibandingkan dengan jumlah sasaran balita. Menurut pedoman
sertifikasi dan standar pelaksanaan program gizi, target cakupan D/S-
nya kurang dari 80% berarti partisipasi masyarakat masih kurang. 9
14) Indikator yang Digunakan untuk Melihat Kegiatan Posyadu
1) Frekuensi penimbangan per tahun
2) Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H Posyandu
3) Cakupan imunisasi
4) Cakupan ibu hamil
5) Cakupan keluarga berencana
6) Program tambahan
7) Dana sehat
23
2.1.3. Pemanfaatan Posyandu
Partisipasi dalam kamus bahasa Indonesia adalah sesuatu yang
berlangsung secara terus menerus. Peran serta adalah keikutsertaan
seseorang dalam kegiatan kelompok masyarakat, masyarakat atau
pemerintah . Dalam kelompok, organisasi dan masyarakat peran serta dari
anggota atau warga sangat penting. Tanpa ikut sertanya anggota atau
warga maka kegiatan kelompok, organisasi dan masyarakat menjadi
lumpuh.13
Peran serta adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap
individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya
mendorong individu tersebut untuk berperan serta, dalam pencapaian
tujuan organisasi. Selanjutnya yang bersangkutan akan mengambil bagian
dalam sikap pertanggungawaban bersama.
Peran serta adalah turut sertanya seseorang baik secara emosional
maupun mental untuk memberikan sumbangsihnya terhadap proses
pembuatan keputusan dan kegiatan kerja organisasai.
2.2. Kerangka Pemikiran
Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan yaitu faktor
predisposisi (predisposing Factor), faktor pendukung (Enabling Factor) dan
Faktor pendorong (Reinforcing Factor). Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu balita dalam mengunjungi atau peranan masyarakat dalam kegiatan
24
Posyandu sebagai salah satu pusat kegiatan pelayanan kesehatan dasar adalah (1)
Faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan dan sikap ibu balita terhadap
Posyandu dan pendidikan, (2) Faktor pendukung yang meliputi letak geografis
dan sarana pelayanan kesehatan Posyandu (3) Faktor pendorong yang meliputi
dorongan dari suami/keluarga, dan petugas kesehatan dari Puskesmas setempat
yang memberikan pelayanan kesehatan dan kegiatan penyuluhan, lingkungan dan
tokoh masyarakat.
Disamping faktor pengetahuan dan sikap, faktor demografi (usia,
pendidikan, pekerjaan) juga mempunyai peran dalam mempengaruhi perilaku
walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar sebagaimana pengetahuan dan sikap
menurut Green bahwa demografi adalah merupakan faktor yang secara tidak
langsung mempengaruhi perilaku seseorang (kader) sebagaimana dikatakan oleh
Anderson dalam Notoatmodjo bahwa faktor demografi merupakan variabel yang
digunakan sebagai ukuran mutlak atas indikator fisiologis dengan asumsi bahwa
perbedaan derajat kesehatan derajat kesakitan dan pelayanan kesehatan sedikit
banyak akan berhubungan dengan variabel tersebut. Karakteristik ini digunakan
untuk menggambarkan faktor tiap individu baik ibu yang mempunyai Balita
maupun kader mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan
kesehatan yang berbeda.
Faktor pendukung (Enabling Factor) yang dijadikan sebagai variabel
dalam faktor ini adalah letak fasilitas Posyandu (Fasilitas Kesehatan) oleh karena
kondisi geografis dari lokasi penelitian adalah dataran dan perbukitan dan
25
sebagian rumah Kader/masyarakat letaknya jauh dari Posyandu, hal ini sesuai
yang dikemukakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip oleh
Bagus Ida bahwa lokasi sumber daya sangat menentukan dlam perilaku apabila
sumber daya itu jauh dari masyarakat mungkin sekali tidak akan dipakai oleh
masyarakat. Demikian pula Anderson dalam Notoatmodjo menyatakan bahwa
model sumber daya merupakan variabel yang memiliki peranan dalam
mempengaruhi perilaku seseorang yang diantaranya adalah ketercapaian
pelayanan kesehatan yang tersedia. Fasilitas kesehatan yang mudah dicapai akan
dimanfaatkan oleh masyarakat akan tetapi sebaliknya jika fasilitas kesehatan sulit
untuk dicapai kemungkinannya akan kurang digunakan.
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku adalah faktor mendorong
(Reinforcing Factor) dalam hal ini adalah dorongan keluarga/suami, lingkungan
serta tokoh masyarakat. oleh karena suami, lingkungan, tokoh masyarakat
merupakan orang paling dekat dengan kader/ masyarakat. Suatu sikap belum tentu
terwujud ke dalam suatu tindakan tanpa dukungan dari suami, lingkungan dan
tokoh masyarakat. selain itu perilaku petugas kesehatan di Posyandu merupakan
bentuk peran serta masyarakat dan merupakan indikator bagi pembangunan
kesehatan. Perilaku petugas kesehatan Posyandu akan sangat besar pengaruhnya
terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu. Oleh karena itu perilaku petugas
kesehatan merupakan penggerak (motivator) dan pelaksana kegiatan Posyandu
diharapkan perilaku petugas kesehatan dapat berperan sebagaimana mestinya
sebagaimana dikemukakan oleh Person yang mengatakan bahwa kedudukan
26
seseorang menunjukan posisinya dalam suatu system sosial dan dengan
kedudukan tersebut maka sejumlah peran akan dimanifestasikan dalam bentuk
perilaku untuk lebih jelasnya maka seluruh penjelasan di rangkum dalam diagram
sebagai berikut:
Keterangan :
: Variabel Diteliti : Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2.3. Hipotesis
1. Faktor pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku ibu balita
dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
2. Faktor sikap berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku ibu balita dalam
pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2010.
Predisposisi : PengetahuanSikap PendidikanPekerjaan
Perilaku balita dalam Pemanfatan PoyanduPemungkin:
Letak geografis
Pendorong :Dor. Keluarga/suamiDor. Tenaga kesehatan
27
3. Faktor dukungan suami/keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap
perilaku ibu balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna
Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
4. Faktor dukungan tenaga kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap
perilaku ibu balita dalam pemanfaatan posyandu di Desa Singaparna
Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari10. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang berlokasi di Desa Singaparna pada
bulan Maret Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010 yang
berjumlah 617 orang. Karena sampel tersebar di beberapa dukun, maka
pengambilan sampel menggunakan teknik sample random sampling. 11 Rumus
yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah :
n= N
1+N ( d2 )Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah Populasi
d = tingkat kepercayaan 0,1
n=617
1+617 ( 0 .12 )
n=6177 ,17
N = 86.05 dibulatkan menjadi 86
29
29
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang. Cara yang tepat dan dianggap
mewakili populasi yaitu dengan mengalokasikan jumlah sampel berdasarkan
unit kampung secara proporsional, dengan rumus :
n= NN total
x n total
Keterangan : n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
Distribusi jumlah sampel yang dibutuhkan menurut kampung di Desa Singaparna Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Nama
Kampung
Populasi
(N)
Populasi (N
total)(n total) Sampel (n)
Dusun 1 178 617 86 25
Dusun 2 164 617 86 23
Dusun 3 141 617 86 20
Dusun 4 134 617 86 18
Setelah diperoleh sampel dari tiap-tiap kampung, maka selanjutnya pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan cara mengundi
anggota populasi atau teknik undian.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini kuantitatif, metode yang digunakan adalah analitik
korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
30
3.2.2 Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas :
1) Pengetahuan
2) Sikap
3) Dukungan suami/keluarga
4) Dukungan tenaga kesehatan
2. Variabel terikat :
Pemanfaatan posyandu
3.2.3 Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat
ukur
Kategori Skala
Pengetahuan Hal yang responden
ketahui tentang
manfaat dari kegiatan
Posyandu
Kuesione
r
Baik jika skor
15-20
Cukup jika skor
8-14
Kurang jika
skor
0-7
Ordinal
Sikap Tanggapan atau
pernyataan pendapat
responden terhadap
Posyandu
Kuesione
r
Positif (41-80)
Negatif (0-40)
ordinal
Dukungan
Suami/Keluarg
a
Anjuran atau ajakan
dari suami atau
anggota keluarga lain
Kuesione
r
Selalu (11-15)
Kadang-kadang:
(6-10)
Ordinal
31
untuk pemanfaatan
Posyandu
Tidak pernah
(0-5)
Dukungan
tenaga
kesehatan
Anjuran atau ajakan
dari tenaga kesehatan
kepada masyarakat
untuk berperan serta
dalam kegiatan
Posyandu
Kuesione
r
Selalu (11-15)
Kadang-kadang:
(6-10)
Tidak pernah
(0-5)
Ordinal
Pemanfaatan
Posyandu
Kunjungan ibu balita
ke Posyandu dalam
rangka memeriksakan
kesehatan balita setiap
bulan
Kuesione
r
- Rutin
- Kadang-kadang
- Tidak pernah
Ordinal
3.2.3 Cara kerja dan teknik pengumpulan data
Penelitian ini mengkaji faktor yang mempengaruhi ibu balita
dalam pemanfaatan Posyandu. Langkah-langkah dalam proses penelitian
ini yaitu pencarian data mengenai cakupan kunjungan ke Posyandu yang
masih dibawah target dengan mengunjungi puskesmas Singaparna untuk
mencari data awal sebagai Puskesmas yang dekat dengan institusi
pendidikan STIKes Respati. Untuk pengambilan data ini peneliti harus
menyertakan surat ijin dari institusi pendidikan yang disertai surat
rekomendasi dari kesbang, oleh karena itu penulis melakukan pengurusan
surat ijin penelitian. Kemudian penulis mulai menyusunan proposal yang
dilanjutkan dengan mengidentifikasi lebih lanjut yang akan dijadikan
32
sebagai sumber penelitian. Kemudian menganalisis data mengenai
masalah penelitian dengan menggunakan uji statistik.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada responden
menggunakan kuesioner untuk mengetahui variabel bebas dan variabel
terikat. Kuesioner tersebut dibuat oleh peneliti sendiri yang berjumlah 52
pertanyaan yang terdiri dari 20 pertanyaan tentang pengetahuan, 20
pertanyaan tentang sikap, 1 pertanyaan letak geografis, sebanyak 5
pertanyaan tentang dukungan suami/keluarga dan 5 pertanyaan tentang
dukungan nakes), pertanyaan tentang variabel terikat : 1 pertanyaan
tentang pemanfaatan Posyandu.
3.2.4 Rancangan Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variabel
bebas dan variabel terikat. Teknik analisis data yang penulis gunakan
ialah dengan cara perhitungan presentase dari hasil kuesioner. Caranya
yaitu dengan membagi distribusi kategori (n) dengan jumlah sampel
(N) dan dikalikan 100%.
F= nN
x100
F : Frekuensi
n : distribusi responden berdasarkan kategori
N : Jumlah sampel
33
2. Analisis Bivariat
Sesuai dengan tujuan penelitian maka analisa bivariat dilakukan
untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan independen
dengan menggunakan chi square.
Dengan rumus :
x2=∑i=1
r
∑j=1
k (OPij−E ij)2
EPij
Keterangan :
X2 = Chi kuadrat
OP = Distribusi jawaban
E = frekuensi yang diharapkan
EP = Distribusi frekuensi yang diharapkan
Data dikumpulkan dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel,
grafik, persentase serta dianalisis dalam bentuk statistik.
3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai Juni tahun 2010.
34
3.3 Etika Penelitian
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan
menghargai hak dan memberikan pengobatan secara adil, baik menjaga privasi
manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia. Mengingat
penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika
penelitian harus diperhatikan. masalah etika yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
Langkah-langkah sebelum melakukan penelitian yaitu mengajukan
permohonan kepada calon responden, agar dapat menjadi sampel penelitian
secara sukarela (Voluntary). Selanjutnya adalah memohon persetujuan kepada
responden dengan memberikan lembar lnformed Consent agar tidak ada efek
atau tuntutan di kemudian hari yang sebelumnya diinformasikan mengenai
maksud dan tujuan dari penelitian. Langkah terakhir adalah adanya jaminan
dari peneliti untuk menjaga privasi atau menjaga yang bersifat rahasia dari
responden.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Zulkifli. Posyandu dan kader kesehatan. (Diunduh tanggal 12 Maret 2010) http://library.usu.ac.id/fkm-zulkifli1.pdf. 2008
2. BPPN. RPJMN 2010-2014 (Perpres No. 5 Tahun 2010). (Diunduh tanggal 12 Maret 2010) htt://www.DepkesRI.go.id.2010 diakses tanggal 28 Maret 2010
3. Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008
4. SDKI. Laporan perkembangan pencapaian tujuan pembangunan milenium indonesia; 2010
5. Hendardji. Untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi perlu kerja keras. (Diunduh tanggal 11 Maret 2010) http://www.dinkesjateng.go.id.2010 diakses tanggal 28 Maret 2010
6. Firyadi. Evaluasi penimbangan balita. (diakses tanggal 28 Maret 2010) http: //www.tanjungpinang.com. 2008
7. Puskesmas. Singaparna. Profil Kesehatan Singaparna, 2009
8. Notoatmodjo. Promosi dan perilaku kesehatan. Rhineka Cipta. Jakarta. 2007
9. Depkes, 2006. Pedoman umum pengelolaan posyandu. (Diunduh tanggal 12 Maret 2010) http://ww.depkes.go.id. 2006
10. Azwar. Pedoman umum pengelolaan posyandu. (Diunduh tanggal 1 Maret 2010) http://ww.depkes.go.id.2006
11. Hidayat. Metode penelitian kebidanan teknik analisis data. 2007
12. Notoatmodjo. Metodologi penelitian, Jakarta Rhineka Cipta. 2005
13. Maskun,. Kinerja profesi perawat dalam upaya meningkatkan kemandirian rakyat hidup sehat menuju kekuatan negara republik Indonesia. (Diunduh tanggal 8 Maret 2010) Http://www.usu.ac.id 2005
36