bab 2 proposal

21
26 BAB II ISU LINGKUNGAN DALAM HUBUNGAN INDONESIA DAN NORWEGIA. Pada bab ini, penelitian akan membahas tentang posisi Indonesia dan Norwegia dalam issue perubahan iklim. Serta kilasan dinamika hubungan Indonesia dengan Norwegia. A. Posisi Indonesia dalam Isu Perubahan Iklim. Upaya Indonesia menagih janji negara maju untuk memberikan kompensasi seimbang, terutama hibah, atas kontribusinya terhadap lingkungan hidup global seakan tidak pernah berhenti. Sebagai pemilik hutan terbesar ketiga di dunia serta berbagai aneka kekayaan hayati lain, Indonesia menjadi salah satu supplier strategis kebutuhan udara bersih serta biodiversitas dunia. Berpijak pada kenyataan di atas, logis jika Indonesia mengajukan share pendanaan lingkungan kepada negara-negara industri besar yang selama ini turut "menggantungkan nyawanya" kepada Indonesia. Indonesia menggaungkan harapan itu dalam Conference of Parties (COP) Ke-I5 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Copenhagen, Denmark. Namun apa daya, saat itu Indonesia harus kembali bersabar memperoleh jaminan komitmen negara maju akibat kebuntuan internasional menggagas formulasi efektif untuk mengatasi ancaman global perubahan iklim. Bahkan, Copenhagen Accord sebagai hasil COP ke-15 masih

Upload: eko-novrialdi

Post on 23-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gvg

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Proposal

26  

BAB II

ISU LINGKUNGAN DALAM HUBUNGAN INDONESIA DAN

NORWEGIA.

Pada bab ini, penelitian akan membahas tentang posisi Indonesia dan

Norwegia dalam issue perubahan iklim. Serta kilasan dinamika hubungan Indonesia

dengan Norwegia.

A. Posisi Indonesia dalam Isu Perubahan Iklim.

Upaya Indonesia menagih janji negara maju untuk memberikan

kompensasi seimbang, terutama hibah, atas kontribusinya terhadap lingkungan

hidup global seakan tidak pernah berhenti. Sebagai pemilik hutan terbesar ketiga

di dunia serta berbagai aneka kekayaan hayati lain, Indonesia menjadi salah satu

supplier strategis kebutuhan udara bersih serta biodiversitas dunia. Berpijak pada

kenyataan di atas, logis jika Indonesia mengajukan share pendanaan lingkungan

kepada negara-negara industri besar yang selama ini turut "menggantungkan

nyawanya" kepada Indonesia.

Indonesia menggaungkan harapan itu dalam Conference of Parties (COP)

Ke-I5 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di

Copenhagen, Denmark. Namun apa daya, saat itu Indonesia harus kembali

bersabar memperoleh jaminan komitmen negara maju akibat kebuntuan

internasional menggagas formulasi efektif untuk mengatasi ancaman global

perubahan iklim. Bahkan, Copenhagen Accord sebagai hasil COP ke-15 masih

Page 2: Bab 2 Proposal

27  

jauh dari harapan negara berkembang mengingat sifatnya yang masih

"dipertimbangkan" hampir semua negara maju peserta UNFCCC.27

Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki peran penting dalam isu

perubahan iklim global terkait dengan keberadaan sumberdaya hutan Indonesia

yang dinilai memiliki fungsi sebagai penyimpan, penyerap dan sumber emisi

karbon. kebijakan-kebijakan pengelolaan hutan oleh pemerintah Indonesia selalu

diperhatikan dan menjadi sorotan dunia, karena mereka sangat berkepentingan

terhadap keberadaan hutan Indonesia, sebagai paru-paru dunia dan pemasok

oksigen. Indonesia akan menjadi negara contoh di Asia dalam melestarikan hutan

sekaligus menyelamatkan paru-paru dunia.

Pemanasan global telah menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia,

terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumsi tinggi (gaya

hidup konsumtif). Pemicu utama perubahan iklim akibat pemanasan global,

adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil, seperti bahan

bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui. Dampak

pemanasan global dapat dirasakan secara umum oleh seluruh dunia saat ini dalam

wujud perubahan iklim, yaitu makin panjangnya musim panas dan kian

pendelmya musim hujan, hingga gagal panen. Akibatnya akan mengancam

produktivitas dan kesejahteraan petani.

Pemanasan juga dirasakan pada beberapa kota yang dulunya dingin,

namun sekarang telah menjadi panas. Selain itu, pemanasan global juga

                                                            27 Diambil dari http://www.padang-today.com/index.php?today=article&id=1191. Tanggal akses 11/10/2010

Page 3: Bab 2 Proposal

28  

mengancam ratusan pulau-pulau di pesisir tenggelam akibat naiknya permukaan

air laut.

Posisi Indonesia memang menguntungkan, negara berkembang, tropis dan

memiliki luasan hutan yang banyak. Hal ini tentu saja mengundang dan melirik

negara-negara penyumbang emisi untuk memberikan dukungannya demi

mencegah masalah karbon yang sedang ramai di bicarakan. Banyak sekali yang

menuding bahwa negara maju menerapkan standar ganda, di satu sisi begitu

peduli pada masalah penyelamatan lingkungan tapi di sisi lain menjadi negara

penyumbang emisi dunia.

Posisi strategis Indonesia memang memberikan peluang banyak, tapi

dalam hal ini juga harus bisa bertindak cerdas dan strategis. Apalagi Indonesia

disibukkan dengan limpahan dana dari Norwegia, Meru Betiri yang menjadi

kawasan perdagangan karbon. Memang tidak sedikit dana yang dikucurkan untuk

mendanai program ini. Tapi Indonesia juga sebaiknya bijak menghadapinya, ada

atau tidak adanya dana, pemerintah harus bisa dengan sendirinya

"menyelamatkan" hutan dan alam. Belum lagi jika mampu menurunkan emisi

sebanyak 26%, Indonesia semakin menjelaskan posisi tawarnya di mata dunia

internasional.

Pada tahun 2007 diadakan Konferensi Perubahan Iklim PBB yang

diselenggarakan di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua Bali,

mulai tanggal 3-14 Desember 2007 untuk membahas dampak pemanasan global.

Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan untuk mendiskusikan persiapan

Page 4: Bab 2 Proposal

29  

negara-negara di dunia untuk mengurangi efek gas rumah kaca setelah Protokol

Kyoto kadaluarsa pada tahun 2012.

Konferensi ini merupakan prakarsa sebuah badan PBB bemama United

Nations Framework Convention on Climate Change. LSM internasional ikut

terlibat, dan diliput oleh lebih dari tiga ratus media internasional dengan jumlah

wartawan seribu orang lebih. (UNFCCC). Badan ini dibentuk khusus untuk

menangani isu perubahan iklim global. UNFCCC Bali 2007 diikuti oleh sekitar

sembilan ribu peserta dari 186 negara. Selain itu, sekitar tiga ratus. Dalam

konferensi ini Indonesia membawa tujuh agenda besar, yaitu, adaptasi, mitigasi,

CDM (Clean Development Mechanism) atau mekanisme pendanaan,

pengembangan teknologi dan kapasitas, pengurangan deforestasi dan degradasi,

serta pasca Protokol Kyoto.28 Dari semua usulan ini, konferensi berhasil

merumuskan lima agenda strategis dalam usaha penyehatan iklim global. Lima

agenda ini kemudian disepakati oleh seluruh negara peserta, yang popular disebut

sebagai Bali Roadmap.

Indonesia benar-benar memanfaatkan momentum UNFCCC Bali 2007

dalam memperjuangkan posisi tawar yang lebih baik menyangkut isu lingkungan

global. Presiden Susilo Bambang Yudoyono mengungkapkan "Indonesia harus

memiliki suara lebih besar dan posisi tawar yang lebih baik dalam kerjasama

global mengatasi perubahan iklim" demikian diungkapkan oleh presiden SBY.

Selanjutnya, SBY mengungkapkan, jika saja posisi tawar Indonesia menjadi kuat,

akan ada beberapa keuntungan finansial dart alih teknologi yang didapatkan

                                                            28 Diambil dari (www.kr.co.id/web/detail/php.sid=146327&actmenu=45). Tanggal akses 12/8/2010.

Page 5: Bab 2 Proposal

30  

Indonesia melalui kerjasama global. SBY terus menambahkan secara ekspresif,

"Merah Putih barns berkibar di dunia dari pertemuan di Bali itu".29

Disebutkan, bahwa Indonesia akan meraup dana sebesar 3,75 miliar dollar

Amerika atau setara dengan Rp. 33,75 triliun per tahun, hanya melalui proposal

REDD. Belum lagi dana yang akan teralokasikan melalui alih teknologi

konservasi dan mekanisme CDM. Indonesia berpotensi menjual 125-300 juta ton

kredit karbon per tahun. Data yang pernah dipaparkan Departemen Kehutanan,

potensi hutan Indonesia yang layak menerima pendanaan global mencapai 88 juta

hektar. Satu hektar hutan berpotensi menyerap karbon 50-200 ton. Karena itu

Indonesia mengambil prakarsa mengadakan pertemuan dengan 11 negara pemilik

hutan hujan tropis dari Asia, Afrika, dan AS. Indonesia bersama Polandia,

Denmark, dan Kenya menjadi tuan rumah bagi konferensi PBB tentang tema ini.30

Melalui UNFCCC Bali 2007, Indonesia berhasil melakukan gebrakan

tahap awal di tingkat internasional. Indonesia menjadi negara terdepan dalam isu

iklim global, dan memimpin negara berkembang dalam usaha polarisasi nilai

tawar yang lebih baik di hadapan negara-negara maju. Tak kurang dari AI Gore,

peraih nobel perdamaian, memuji langkah Indonesia dalam melindungi hutan. Al

Gore juga mengatakan, dunia sangat menghormati apa yang telah dilakukan

Indonesia.31

Indonesia berhasil menjadi penentu dalam UNFCCC Bali berkat

penerapan strategi diplomatik yang moderat dan persuasive (soft strategy) serta

                                                            29 Diambil dari http://suryasaluang.wordpress.com/2009/02/18/unfccc-bali-2007/tanggal akses 12/8/2010. 30 ibid 31 Diambil dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=41316. Tanggal akses 13/10/2010 

Page 6: Bab 2 Proposal

31  

mempertemukan berbagai kepentingan dalam skema simbiosis-mutualis dan

filantropi. Sebelumnya, setiap pembicaraan mengenai iklim global selalu diwarnai

oleh klaim sepihak dan kental bernuansa sebagai ajang perebutan kepentingan

(hard strategy). Namun keberhasilan Indonesia ini masih dalam tahap awal.

Berbagai rancangan dan skema aplikatif dari Bali Roadmap masih dibahas dan

diperdebatkan.

Posisi dan peran Indonesia terlihat pula ketika Indonesia yang diwakili

langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri Konferensi

Perubahan Iklim dan Hutan (Oslo Climate and Forest Conference/OCFC). Acara

tersebut dibuka oleh Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg di Hamelkollen

Park Hotel Rica, Oslo. Konferensi,yang dihadiri oleh lima puluh Negara itu,

membicarakan mengenai pengurangan emisi akibat penggundulan dan perusakan

hutan. Indonesia diundang, karena akan menjadi Negara contoh di Asia dalam

melestarikan hutan sekaligus menyelamatkan paru-paru dunia. Presiden

mengatakan, sejumlah provinsi di Indonesia akan dijadikan proyek percontohan

yang akan diterapkan di Negara-negara lain.32 Presiden menyatakan, misi

Indonesia dalam keikutsertaan Konferensi itu, untuk melaksanakan diplomasi

iklim dan kehutanan. Selain itu, juga membicarakan kerjasama mengenai

pendanaan dan bantuan untuk menjaga kelestarian hutan Indonesia.

Dalam Konferensi Perubahan Iklim dan Hutan itu, Indonesia dan

Norwegia menandatangani perjanjian kerjasama untuk Pengurangan Emisi dari

Degradasi dan Penggundulan Hutan atau disingkat REDD (Reducing Emission

                                                            32 Diambil dari http://id.voi.co.id/fitur/voi-bunga-rampai/4126-konferensi-perubahan-iklim-dan-hutan-di-oslo.htp. Tanggal akses 13/10/2010

Page 7: Bab 2 Proposal

32  

from Deforestation and Forest Degradation). Dalam kerjasama itu, Norwegia

sepakat untuk menyumbang dana sebesar 1 Miliar US Dollar untuk penurunan

karbon, peningkatan kapasitas pelaku dalam negeri dan langkah-langkah

persiapan REDD di Indonesia. Sebagian besar bantuan Norwegia akan terkait

dengan pengurangan emisi yang akan diverifikasi sejalan dengan rencana

Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca. Target penurunan emisi secara

sukarela seperti yang dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun lalu.

Presiden Yudhoyono menyatakan, Indonesia tetap teguh berkomitmen

menurunkan emisi sebesar 26 persen dari tingkat bisnis seperti biasa pada tahun

2020.33

Sementara itu terkait komitmen dan upaya Pemerintah Indonesia

mengurangi emisi karbon tersebut, Perdana Menteri Norwegia, Stoltenberg

menyatakan, hal itu bukti bahwa Indonesia mempunyai peran yang penting dalam

proses perubahan iklim global. Pada kesempatan yang sama di Oslo, Menteri

Kehutanan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah tengah

menyiapkan proyek percontohan pelestarian kawasan hutan di empat provinsi,

yaitu Papua, Kalimantan Timur, Riau dan Jambi.34

B. Posisi Norwegia Dalam Isu Lingkungan Hidup.

Seperti pada kenyataannya sekarang ini, bahwa perekonomian Norwegia

merupakan negara industri yang banyak mengalami perkembangan dengan model

ekonomi terbuka dan berorientasi pada kegiatan ekspor. Terdaftar sebagai salah                                                             33 Diambil dari http://redd-indonesia.org/feature-headline/detail/read/how-far-can-we-go/. Tanggal akses 13/10/2010 34 ibid

Page 8: Bab 2 Proposal

33  

satu negara terkaya di dunia, Norwegia juga menduduki peringkat tinggi dalam

hal standar hidup, usia rata-rata, standar kesehatan secara umum dan standar

perumahan. Kekayaan materi sebagian disebabkan karena kekayaan sumber daya

alam, dan sebagian lagi dikarenakan keikutsertaan Norwegia dalam industri Eropa

Barat, serta kedekatan dengan pasar utama. Norwegia telah menerapkan ukuran

terstrukturisasi mencapai pertumbuhan ekonomi.35 Negara maju seperti Norwegia

memiliki teknologi, dana dan kapasitas untuk mewujudkan penurunan emisi yang

lebih ambisius untuk mencapai target stabilisasi Gas Rumah Kaca yang aman di

atmosfer.

Hubungan perdagangan yang luas dengan negara lain telah memberikan

industri Norwegia landasan untuk mengembangkan sistem ekonomi yang lebih

maju. Jumlah investasi yang besar untuk produksi peralatan, memperbaiki standar

pendidikan serta keahlian teknis dan organisasional di industri serta administrasi

publik turut serta membantu pertumbuhan ekonomi negara. Dan Norwegia telah

menjadi patokan bagi perekonomian sebagian besar negara-negara di dunia.

Fenomena pemanasan global (global warming) salah satunya disehabkan

karena laju perusakan hutan (deforestasi) yang sangat cepat, dan ini tak luput dari

permasalahan menipisnya hutan yang terdapat diberbagai negara pemilik hutan

terbesar didunia seperti Indonesia dan Brazil, padahal hutan menjadi alat penyerap

gas rumah kaca yang menyebabkan global warming. Menurut kalkulasi

berdasarkan data laporan State of the World's Forests 2007 yang dikeluarkan the

UN Food & Agriculture Organization's (FAO), Indonesia menghancurkan kira-

                                                            35 Diambil dari http://www.norwegia.or.id/about_Norway/business/economy/growth/ Tanggal akses 02/05/2010 

Page 9: Bab 2 Proposal

34  

kira 51 kilometer persegi hutan setiap harinya, setara dengan luas 300 lapangan

bola setiap jam, sebuah angka yang menurut Greenpeace layak menempatkan

Indonesia di dalam the Guinness Book of World Records sebagai negara

penghancur hutan tercepat di dunia.36

Sebanyak 103,5 kilometer persegi hutan hujan hilang pada Maret dan

April di wilayah Amazon Brazil, kira-kira seukuran kota Paris, demikian satu

laporan baru. Lembaga Penelitian Ruang Nasional (Inpe) mengatakan dalam satu

laporan, Senin, penggurunan di Amazon Brazil meningkat sebanyak 95 persen

dari tahun ke tahun selama masa itu. Menurut Inpe, negara bagian Mato Grosso

melaporkan jumlah proses terjadinya gurun paling luas pada Maret dan April.

Negara bagian tersebut kehilangan 76,4 kilometer persegi hutan hujan, atau 79

persen dari seluruh penggurunan yang terjadi. Situasi sesungguhnya bisa jadi

lebih parah lagi, karena para insinyur hanya dapat mengamati 54 persen dari

seluruh hutan Amazon Brazil pada Maret dan 56 persen pada April.37

Gejala tersebut menimbulkan efek rumah kaca yang menjadi penyebab

utama global warming. Negara-negara yang memiliki hutan tropis yang besar di

dunia, termasuk Indonesia, mengusulkan skema untuk mengurangi laju deforestasi

tersebut yaitu dengan upaya mengurangi emisi dari deforestasi dan degadasi hutan

(Reducing Emission from Deforestation and Degradation/REDD). Skema ini

mulai digulirkan pada Conference of the Parties (COP) Perubahan Iklim di

Montreal, Kanada, tahun 2005 lalu. Pengusulnya adalah negara-negara

                                                            36 Diambil dari http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Kerusakan+Hutan+dan+Keadilan+Antar+Generasi&dn=20081021141300. Tanggal akses 2/10/2010 37 Diambil dari http://www.antaranews.com/berita/1275961350/kerusakan-hutan-hujan-amazon-bertambah-parah. Tanggal akses 9/7/2010

Page 10: Bab 2 Proposal

35  

berkembang yang memiliki hutan tropis di dunia. Antara lain Indonesia, Papua

Nugini, Gabon, Columbia, Republic Congo, Brazil, Cameroon, Republic

Democratic Congo, Costa Rica, Mexico, dan Peru. Kesebelas negara ini memiliki

50 persen hutan tropis dunia.

Norwegia mendukung upaya negara-negara dengan kawasan hutan hujan

tropis besar, seperti Indonesia, Brasil, dan Republik Kongo, untuk menurunkan

laju emisinya. Karena Norwegia berpendapat Hutan memiliki permn yang sangat

signifikan mencegah laju perubahan iklim. Di antara komunitas negara maju,

komitmen Norwegia paling jelas dengan rencana penurunan emisi 30 persen dari

level tahun 1990 pada tahun 2020. Adapun negara maju seperti AS dan yang

lainnya masih beretorika.38

Norwegia di bawah pimpinan Perdana Menteri Jens Stoltenberg, terus

mempertahankan tradisi kepemimpinan yang kreatif di bidang sosial dan

lingkungan hidup untuk turut mencegah perubahan iklim dunia. Pada awal 2008,

Norwegia meneken kerja sama bilateral dengan Brasil dengan memberikan hibah

US$ 1 miliar. Brasil dengan hutan Amazon memang negara dengan area hutan

terluas di dunia. Norwegia juga membentuk pendanaan bersama Perserikatan

Bangsa-Bangsa melalui UN-REDD senilai US$ 50 juta untuk sembilan negara,

termasuk Indonesia. Tiap negara kebagian US$ 5 juta. Sisanya, US$ 5, juta

merupakan jatah belanja PBB.39 Norwegia adalah salah satu negara dan organisasi

donor yang mempromosikan pembangunan di negara berkembang, terutama

                                                            38 Diambil dari http://matoa.org/redd/. Tanggal akses 9/7/2010 39 Diambil dari://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/06/14/EB/mbm.20100614.EB133812.id.html. tanggal akses 9/7/2010. 

Page 11: Bab 2 Proposal

36  

dalam bidang lingkungan hidup yang menjadi konsen utama Norwegia untuk turut

serta mencegah dan mengurangi perubahan iklim yang semakin memburuk saat

ini.

Norwegia benar-benar memainkan posisi dan peran penting sebagai

Negara maju dalam membangun kerja sama internasional di bidang lingkungan

hidup global, yang mengikat secara hukum. Kebijakan manajemen lingkungan

dan sumber daya terdiri dari komponen utama kebijakan luar negeri dan

keamanan Norwegia. Kondisi lingkungan yang baik membantu memajukan

stabilitas dan keamanan. Lingkungan yang sehat serta beragam merupakan hal

penting dalam memberantas kemiskinan serta mencapai pembangunan

berkesinambungan yang akan menguntungkan masyarakat seluruh dunia.

Norwegia lebih memberikan prioritas kerja sama internasional di bidang:

perubahan iklim, bahan kimia berbahaya, keragaman biologi.

Norwegia telah menunjukkan keseriusannya berkomitmen mengurangi 30

persen emisinya dari tingkat emisi 1990 pada tahun 2020, 10 persen di antaranya

melalui skema offset dan carbon permit. Sebagai penghasil minyak bumi, kini

proses pengolahan minyak bumi Norwegia pun diakui secara internasional paling

ramah lingkungan. Norwegia yang merupakan negara industri yang memiliki

sumber financial yang terbesar di dunia saat ini memiliki prospek yang bagus

untuk menjadi mitra bagi Indonesia didalam membantu mencegah perubahan

iklim terutama bidang kehutanan di Indonesia.40

                                                            40 Diambil dari http://www.norwegiaor.id/About_Norway/business/economy/growth/ Tanggal akses 02/05/2010

Page 12: Bab 2 Proposal

37  

C. Dinamika Hubungan Indonesia dengan Norwegia

Hubungan diplomatik Indonesia-Norwegia secara resmi memulai

hubungan kenegaraan pada 25 Januari 1950, dan pembukaan kantor Perwakilan

RI di Oslo baru dilaksanakan tahun 1981. Norwegia sendiri membuka kantor

perwakilannya di Indonesia pada 27 April 1971 yang sebelumnya dirangkap dari

Bangkok (1950-1966) dan Manila (1967-1970). Sebagai catatan tambahan, tahun

1906 Norwegia membuka kantor Konsulat Jenderal di Batavia.41

Geografis Indonesia dan Norwegia yang berjauhan dan frekuensi kontak

antar bangsa yang masih rendah pada waktu itu yang mendasari kebijakan kantor

perwakilan Indonesia di Oslo belum dibuka. Realitas dewasa ini sungguh jauh

berbeda. Aktivitas hubungan kedua negara terlihat jelas pada dinamika hubungan

antarpejabat pemerintah dan antar kalangan profesional dan tokoh-tokoh

masyarakat lainnya yang begitu meningkat dari waktu ke waktu.42

Hubungan diplomatik RI-Norwegia telah berlangsung selama 60 tahun,

dan dalam perjalanannya kerjasama kedua negara mengalami dinamika khususnya

kerjasama bilateral yang memiliki dimensi internasional, sebagaimana tercermin

dari upaya bersama Indonesia dan Norwegia menghadapi isu-isu internasional

antara lain perubahan iklim dan kehutanan, perlucutan senjata dan kesehatan

global.

Indonesia dan Norwegia telah lama menjalin hubungan kerja sama yang

kuat dan solid. Pada tahun 1906, Konsulat Jenderal Norwegia pertama kali

                                                            41 Diambil dari http:www.Indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&tsk=view&id=8534&Itemid=683 tanggal akses 8/8/2010 42 Diambil dari http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=7858&coid=1&caid=27 diakses tanggal 28/9/2010

Page 13: Bab 2 Proposal

38  

didirikan di Batavia, yang merupakan pusat kegiatan administrasi bagi masyarakat

Hindia Belanda. Setelah 1950, Norwegia dan Indonesia mulai menjalin hubungan

diplomatik melalui akreditasi dari Bangkok, dan kemudian dari Manila. Kantor

kedutaan secara resmi didirikan di Jakarta pada 27 April 1971. Sejak saat itu,

kedua negara menjalin komunikasi dan hubungan perdagangan yang stabil,

termasuk kunjungan antar negara oleh para menteri, politikus dan pelaku bisnis.

Selain itu, masyarakat kedua negara juga telah menjalin berbagai hubungan

profesional maupun pribadi.43

Perlu diketahui bahwa pada pertengahan tahun 1970-an Indonesia

memproduksi 1,5 juta barrel per hari. Yang sangat mencolok dalam industri

minyak Indonesia adalah tidak ada kemajuan dalam pengembangan teknologi

perminyakan Indonesia sama sekali. Norwegia pada awal-awal tahun 1980-an

mempunyai cadangan minyak yang hampir sama dengan Indonesia. Perbedaannya

adalah mereka tidak punya sejarah pengembangan industri minyak seperti

Indonesia yang sudah mengembangkan industri perminyakan sejak zaman Hindia

Belanda, jadi jauh sebelum Perang Dunia ke-2. Lagi pula semua ladang minyak

Norwegia terdapat di lepas pantai di Laut Atlantik Utara. Lingkungannya sangat

ganas; angin kencang, arus sangat deras, suhu sangat rendah dan ombak selalu

tinggi.44

Teknologi lepas pantai, khusus mengenai perminyakan, mereka ambil alih

dari Amerika Serikat hanya dalam waktu 10 tahun. Sesudah 10 tahun tidak ada

lagi ahli-ahli Amerika yang bekerja di Norwegia. mereka tidak membutuhkan                                                             43Diambil dari http://www.norwegia.or.id/Embassy/Pengantar_dari_Duta_Besar/. Tanggal akses 15/8/2010 44 Diambil dari http://mypersonalpages.wordpress.com/tag/bbm/. Tanggal akses 23/9/2010

Page 14: Bab 2 Proposal

39  

teknologi dari Amerika lagi. Mereka sudah dapat mandiri dan dalam beberapa hal

sudah dapat mengembangkan teknologi baru, terutama dalam pemasangan pipa-

pipa gas dan pipa-pipa minyak di dasar lautan. Teknologi kelautan dan teknologi

bawah air mereka kuasai betul dan sejak dulu orang-orang Norwegia terkenal

sebagai bangsa yang sangat ulet dan pemberani. Mereka keturunan orang

Viking.45

Ada satu hal yang sangat menarik. Menteri perminyakan Norwegia pada

saat itu secara pribadi pernah mengatakan bahwa Norwegia dengan menerapkan

teknologi enhanced recovery dari Amerika berhasil memperbesar cadangan

minyak Norwegia dengan tiga kali lipat tanpa menyentuh kawasan-kawasan baru.

Ini sesuatu yang sangat menakjubkan.46

Norwegia pernah menawarkan teknologi tersebut kepada Indonesia, tetapi

mereka minta konsesi minyak tersendiri dengan persyaratan umum yang sama

dengan perusahaan lain. Ini terjadi pada akhir tahun 1980-an. Namun, Indonesia

masih terlalu terlena dengan ”kemudahan-kemudahan” yang diberikan oleh

perusahaan-perusahaan Amerika, pejabat pertamina tidak mau

mendengarkannya.47

Pada Agustus 1980, dilakukan survei penaksiran sumber daya dengan

menggunakan kapal riset milik Norwegia bernama Dr Fridtjof Nansen. Survei itu

dilakukan oleh peneliti dari Pusat Penelitian Penangkapan Perikanan Departemen

Pertanian (kini di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan) dan Lembaga Riset

                                                            45 Diambil dari http://www.koraninternet.com/web/index.php?pilih=lihat&id=7697.Tanggal akses 12/9/2010 46 ibid 47 Diambil dari http://mypersonalpages.wordpress.com/category/kliping/. Tanggal akses 12/9/2010

Page 15: Bab 2 Proposal

40  

Kelautan Norwegia di perairan Aceh dan Sumatera Barat. "Survei itu memberikan

dasar yang berharga bagi informasi stok ikan pada saat itu".48

Dalam enam tahun terakhir, beberapa tonggak sejarah penting terukir

dalam hubungan antara Indonesia dan Norwegia. Pada September 2006, Presiden

RI Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan ke Norwegia, ini adalah

sebuah kunjungan pertama bagi seorang Presiden Indonesia ke Norwegia setelah

kunjungan PM Norwegia tahun 1995. Kurang dari tujuh bulan kemudian, tepatnya

pada Maret 2007, Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg, melakukan

kunjungan balasan ke Indonesia. Hanya dua negara Asia yang dikunjungi PM

Stoltenberg pada tahun 2007 pada saat itu, yaitu Cina dan Indonesia. Masih dalam

tahun yang sama, pada bulan Desember 2007, PM Stoltenberg kembali melakukan

kunjungan ke Indonesia.49

Kunjungan kali ini antara lain disebabkan karena pertemuan Climate

Change di Bali, namun keputusan untuk mengunjungi Indonesia dua kali dalam

satu tahun tentunya dilatarbelakangi oleh suatu penilaian mengenai pentingnya

Indonesia bagi Norwegia dan peran yang dimainkan Indonesia dalam dunia

internasional.

Salah satu hal utama yang menyebabkan adanya perubahan yang begitu

signifikan dalam hubungan bilateral Indonesia-Norwegia adalah perubahan yang

terjadi di Indonesia atau transformasi Indonesia menjadi sebuah negara yang

demokratis, membaiknya penghormatan terhadap hak asasi manusia dan tekad

                                                            48 diambil dari http://www.lipi.go.id/intra/masuk.cgi?berita&&&&2006&20&1136301854&&&. diakses tanggal 28/9/2010 49 diambil dari http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?air=7858&coid=1&caid=27 diakses tanggal 28/9/2010 

Page 16: Bab 2 Proposal

41  

kuat pemerintah saat ini untuk memberantas korupsi.

Norwegia menilai Indonesia kini sangat berbeda dikarenakan pada masa

pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh mantan Presiden Soeharto

menjalankan sistem politik otoritarian yang telah melanggar (hak asasi manusia)

HAM Tragedi Aceh, Tanjung Priok, Lampung, hanyalah sebagian kecil kejahatan

kemanusiaan yang dilakukan penguasa rezim Suharto terhadap umat Islam. Belum

lagi tragedi lainnya yang tidak kalah mengerikan seperti yang ditimpakan pada

rakyat Timor-Timur, Papua, Kedungombo, dan sebagainya. Serta yang tak kalah

lagi adalah semasa rezim soeharto memimpin, dia menanamkan pola praktek

korupsi, kolusi dan nepotisme.

Lahirnya Indonesia Baru tersebut secara alami telah mendekatkan

Indonesia pada beberapa prinsip dasar yang selama ini dianut oleh Norwegia dan

pada gilirannya membawa kesamaan posisi dan sikap kedua negara terhadap

berbagai isu internasional.

Berbagai kolaborasi bilateral berdimensi Internasional banyak dilakukan

oleh Indonesia dan Norwegia. Kedua negara merupakan dua dari tujuh negara

yang menggagas dan aktif dalam upaya mengarus-utamakan isu kesehatan dalam

politik luar negeri (Health and Foreign Policy). Contoh lain dari kolaborasi

semacam ini adalah Seven Nations Initiatives for Non-Proliferation and

Disarmament, dimana kedua negara merupakan dua dari tujuh negara yang

berupaya kuat agar proses perlucutan senjata dan pencegahan proliferasi nuklir

dapat berjalan demi penciptaan perdamaian dunia. Belum lagi, kolaborasi kedua

dalam World Trade Organization yang kemudian disebut sebagai "Kelompok

Page 17: Bab 2 Proposal

42  

Baru Enam Negara" (Canada, Chile, Indonesia, Norwegia, Kenya dan Selandia

Baru).50

Hubungan yang erat serupa juga dilakukan dengan melibatkan pucuk

pimpinan pemerintahan. Presiden Yudhoyono dan PM Stoltenberg merupakan dua

pemimpin dunia yang aktif dalam Network of Global Leaders For MDGs 4 and 5,

suatu networking yang memperjuangkan pencapaian Millennium Development

Goals nomer 4 (MDGs-4: menurunkan angka kematian anak) dan (MDGS-5

meningkatkan kesehatan ibu).51

Semua kolaborasi semacam ini terus memberikan keuntungan dan

memberikan kontribusi untuk memperkuat posisi Indonesia dalam pencapaian

kepentingan nasional di tataran internasional. Norwegia sejauh ini selalu

memberikan dukungan terhadap pencalonan Indonesia di berbagai forum

internasional.

Di bidang politik, keamanan dan isu HAM (hak asasi manusia) kerjasama

yang telah dilakukan sejauh ini antara lain beasiswa kepada mahasiswa Indonesia

untuk mengambil studi hak asasi manusia di Universitas Oslo, pelatihan untuk

militer dart polisi, kerjasama pembuatan modul untuk mata kuliah hak asasi

manusia antara Universitas Oslo dengan universitas di Indonesia dan program

beasiswa untuk studi hak asasi manusia dan demokratisasi antara Universitas

Gadjah Mada dan Universitas Oslo.

Di bidang ekonomi, perdagangan kedua negara mengalami peningkatan.

Pada tahun 2006, neraca perdagangan kedua negara mencapai Nok.1286 juta dan                                                             50 diambil http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/lingkungan/10/05/26/117289-presiden-sby-indonesia-serius-kelola-hutan. Tanggal akses 12/3/2010 51 ibid 

Page 18: Bab 2 Proposal

43  

tahun 2007 mencapai No. 1485 juta. Jika pada tahun 2005, investasi Norwegia di

Indonesia hanya mencapai 0,5 juta USD, maka pada tahun 2006, investasi

mencapai USD 15.Sjuta, ini merupakan suatu kenaikan investasi yang luar biasa.

Investasi ini tidak termasuk investasi di bidang migas dan mining. Jika kedua

bidang tersebut dimasukkan, make investasi Norwegia di Indonesia diyakini

mengalami lonjakan yang luar biasa.52

Untuk mempercepat pelaksanaan kerjasama di bidang perikanan datt

energi terbarukan, Indonesia dan Norwegia sepakat untuk menandatangani

perjanjian pemberian hibah masing-masing sebesar USD 8,6 Juta untuk perikanan

dan USD 1 juta untuk proyek energi terbarukan. Hal tersebut merupakan salah

satu hasil dari pertemuan bilateral antara Dirjen Amerika dan Eropa Deplu, Duta

Besar Retno L.P. Marsudi dengan Menlu Norwegia, Jonas Gahr Store pada

tanggal 13 Oktober 2008. Bantuan USD 8,6 Juta antara lain akan dipergunakan

untuk pembentukan Indonesian -Norway Fisheries and Aquaculture Cooperation

Committee, kerjasama bersama di bidang pendidikan dan pelatihan, pembangunan

aquaculture yang berhubungan dengan National Aquatic Health Laboratory, dan

kerjasama Joint Fisheries Management. Sementara itu, hibah sebesar USD 1 juta

akan digunakan bagi rencana pembangunan renewable energy park di Baron,

Jogjakarta.53

Lingkungan hidup merupakan salah satu kerjasama tradisional yang

merupakan salah satu pilar penting dalam hubungan bilateral. Joint Declaration

on Climate Change and Energy Issues telah ditandatangani oleh kedua Kepala                                                             52 diambil dari http://www.deplu.go.id/_layouts/mobile/PortalDetail-NewsLike.aspx_ 53 Diambil dari http://www.antaranews.com/view/?I=1241092895&c=EKBS&s=BIS tanggal akses 13/7/2010

Page 19: Bab 2 Proposal

44  

Pemerintahan di Jakarta Maret 2007 merupakan penekanan kembali arti penting

kerjasama lingkungan hidup bagi kedua negara. Pengelolaan lingkungan hidup di

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (terrestrial bio-diversity) dan pengelolaan

keanekaragaman hayati pesisir lout dan perikanan (marine and coastal

management) di Barelang dan Bintan merupakan salah satu contoh kerjasama.

Norwegia juga merupakan salah satu, negara yang memberikan dukungan penuh

bagi Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan UN Framework Conference on

Climate Change (UNFCCC) di Bali. Desember 2007, Bali (Indonesia) menjadi

tuan rumah Konferensi PBB Mengenai Perubahan Iklim ke -13 (COP ke-13

UNFCCC), CoP ke-13 yang berlangsung di Bali pada 3-14 Desember itu diikuti

oleh 189 negara dengan ribuan delegasi pejabat pemerintah, LSM, kalangan

pengusaha dan wartawan. CoP ke-13 di Bali ini menimbulkan harapan besar dapat

menghasilkan kesepakatan yang berarti untuk menanggulangi perubahan iklim

dan dampaknya. 54

Salah satu bentuk dukungan adalah kehadiran PM Norwegia di Bali serta

dukungan pendanaan Norwegia bagi pelaksanaan Pre-COP (Conference of

Parties) UNFCCC di Bogor sebesar USD 500.000. Kerjasama lain adalah di

bidang peatland dan rehabilitasi hutan. Saat ini, kedua negara sedang membahas

konsep proyek untuk kerjasama rehabilitasi hutan. Dalam pertemuan UNFCCC di

Bali, Norwegia menyampaikan bahwa pihaknya menyediakan dana sebesar Nok.

3 milyar (atau senilai USD 500juta-600juta) untuk mencegah deforestasi di

                                                            54 Diambil dari http://seruu.com/internasional/indonesia-dan-norwegia-tingkatkan-kerjasama-lingkungan-hitum/itemid-695.tanggal akses 13/10/2010 

Page 20: Bab 2 Proposal

45  

negara-negara berkembang.55

Hubungan Indonesia dan Norwegia merupakan bukti bahwa letak yang

saling berjauhan dan beberapa karakteristik yang berbeda bukan merupakan

hambatan bagi dua negara untuk mengembangkan sayap kerjasama yang kokoh.

tunya sebuah kerja keras diperlukan untuk mencapai hal ini. Terutama kerjasama

dalam menghadapi global warming selama ini yang terjalin baik dapat menjadi

model yang kreatif dan inovatif antara negara maju dan negara berkembang.

Hubungan baik antara Indonesia dan Norwegia kembali dipererat dengan

komitmen kedua negara untuk meningkatkan kerjasama yang tercermin dengan

penandatanganan Letter of Intent on ”Cooperation on Democracy and Conflict

Resolution”oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, N. Hassan Wirajuda

dan Menteri Luar Negeri Kerajaan Norwegia, Jonas Gahr Støre, tanggal 27 April

2009. Pada kesempatan yang sama juga ditandatangani, Agreement on ”Baron

Technopark Renewable Energy Project” dan Grant Agreement for Capacity

Building in Fisheries and Aquaculture oleh Direktur Jenderal Amerika dan Eropa,

Departemen Luar Negeri RI dengan Duta Besar Norwegia untuk Indonesia di

Oslo.56

Menlu Hassan Wirajuda dan Menlu Jonas G. Store dalam pertemuan

tersebut, sepakat ketiga kerjasama yang disepakati dalam pertemuan tersebut

bukanlah puncak kerjasama bilateral kedua negara. Kedua pihak sepakat untuk

terus menggali dan memperluas kerjasama di bidang lainnya seperti kesehatan

                                                            55 Diambil dari http://www.norwegia.or.id/News_and_events/Lingkungan/Minister-Solheim-visits-Indonesia1/.Tanggal akses 10/9/2010 56 Diambil dari http://www.deplu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=2270&l=id. Tanggal akses 14/9/2010

Page 21: Bab 2 Proposal

46  

global dalam kerangka Foreign Policy and Global Health, bidang penanganan isu

lingkungan hidup antara lain pengedepanan REDD dan penanganan perubahan

lingkungan, sertapencapaian Millennium Development Goals nomor 4 dan 5

dalam kerangka Global Leaders’ Network.57

                                                            57 ibid