program dbd desy ind

19
TUGAS IKM – 4 PROGRAM PEMBERANTASAN DBD Disusun oleh : Desy Indira Ardiana G2A008049

Upload: desy-ayu-permitasari

Post on 30-Dec-2014

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

program dbd

TRANSCRIPT

Page 1: Program Dbd Desy Ind

TUGAS IKM – 4

PROGRAM PEMBERANTASAN DBD

Disusun oleh :

Desy Indira Ardiana

G2A008049

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Semarang

Page 2: Program Dbd Desy Ind

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

masalah kesehatan di Indonesia termasuk di Asia Tenggara. Pada tahun

2010 Indonesia difokuskan kepada program preventif yaitu pencegahan

penyakit, tingginya berbagai wabah penyakit menunjukan bahwa program

preventif belum terlaksana dengan benar. Dalam makalah ini akan

dibahas mengenai program pemberantasan penyakit tersebut.

Pemberantasan penyakit ialah menangani penyakit di masyarakat

secara menyeluruh, baik penderita, orang sehat, lingkungan, dan

sebagainya. Untuk itu, diperlukan peran serta seluruh pengertian

masyarakat dan tenaga kesehatan dalam mensukseskan program

pemberantasan penyakit, khususnya penyakit menular. Sifat-sifat

penyakit menular itu sendiri yaitu mudah menular, frekuensi penderitanya

cepat meningkat, dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi dan

besar di masyarakat bahkan sering menyebabkan masalah yang sangat

serius. Terkadang juga timbul penyakit baru dengan patogenitas cukup

tinggi.

Dewasa ini melihat keadaan penyakit menular yang angkanya

masih tinggi, dapat diminimalkan dengan prinsip lebih baik mencegah

daripada mengobatinya. Maka dari itu tercetuslah usaha baru yang

berhubungan dengan penyakit menular, yaitu program “pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular”. Untuk dapat melaksanakan program

pemberantasan penyakit yang baik, sudah semestinya mengetahui dahulu

pengetahuan dasar yang diperlukan, sebab jenis program pemberantasan

tersebut sangat banyak sesuai dengan banyaknya jenis penyakit.

Pengetahuan tentang pemberantasan penyakit sebenarnya sangat luas,

Page 3: Program Dbd Desy Ind

maka dari itu untuk memudahkan mempelajarinya perlu dibagi menjadi 2,

yaitu Dasar-Dasar Pemberantasan Penyakit dan Program Pemberantasan

Penyakit. Program Pemberantasan Penyakit oleh WHO digolongkan

menjadi Pemberantasan Penyakit Menular dan Pemberantasan Penyakit

Tidak Menular, akibat sangat luasnya pengetahuan tersebut.

Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue yang dikenal dengan sebutan

DBD merupakan salah satu dari penyakit menular yang harus diberantas.

DBD pertama dicurigai di Surabaya kemudian berturut turut terjadi di

Bandung , Yogjakarta . Daerah endemik di luar jawa seperti, Di Sumatra

Barat dan Lampung, disusul Riau, Sulawesi Utara, dan Bali. Lebih dari itu,

semula yang di beberapa daerah dianggap sebagai penyakit dengan

siklus lima tahunan, kini cenderung menimbulkan ledakan setiap tahun.

Penyakit DBD karena virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti.

Penyakit ini karena virus Dengue, yang dibawa atau disebarkan oleh

nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Secara umum 2,5 sampai 3

milyar orang beresiko terserang penyakit DBD, aedes aegypti merupakan

vektor epidemi utama yg secara epidemis bersifat siklis dan belum

ditemukan vaksin pencegahannya.

Penyakit DBD ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk kematian juga dapat

menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang

terjadi antara lain dapat menimbulkan kepanikan dalam keluarga,

kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup.

Adapun Jumlah kasus dari tahun 2004 sampai dengan 2007

cenderung meningkat, dengan jumlah kematian paling tinggi terjadi pada

tahun 2006 sebanyak 22 orang (CFR:0,73%) dan Incidence rate (IR) :

505,1 per 100.000 penduduk. Hal tersebut disebabkan karena mobilitas

penduduk dan arus urbanisasi yang tak terkendali, perubahan iklim yang

cenderung menambah jumlah habitat vektor, infrastruktur penyediaan air

bersih yang tidak memadai serta kurangnya peran masyarakat dalam

Page 4: Program Dbd Desy Ind

pengendalian DBD. Berbagai upaya pemberantasan yang telah dilakukan

sebelumnya, seperti pencegahan dengan pemberantasan sarang nyamuk

(PSN), pemeriksanaan jentik berkala (PJB) dan abatisasi, pengamatan

penyakit dan penyelidikan epidemiologi, penemuan dan petolongan serta

melaksanakan kegiatan fogging. Namun demikian Di Indonesia sendiri,

tingkat perekonomian pada masyarakat menengah ke bawah tergolong

masih rendah.

1.2 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan penyakit menular

beserta program pemberantasannya.

2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan program pemberantasan

penyakit menular dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mahasiswa dapat terjun ke lapangan dengan membantu tenaga

kesehatan dalam upaya promosi program pemberantasan.

4. Mahasiswa mengetahui tujuan umum pemberantasan penyakit,

yang terdiri atas :

a. Mengeliminasi jumlah penderita, sehingga penularan menjadi

berkurang.

b. Menurunkan jumlah karier dan sumber bukan manusia sampai

tingkat serendah mungkin.

c. Meningkatkan daya tahan dan kekebalan masyarakat terhadap

penyakit menular.

d. Menurunkan jumlah vektor sampai tingkat yang menyulitkan

pemberantasan.

e. Menangani lingkungan agar tidak berpotensi menjadi tempat

penularan.

f. Mencegah timbulnya penyakit tidak menular sampai tingkat

serendah mungkin.

Page 5: Program Dbd Desy Ind

g. Mengajak masyarakat supaya turut serta mencegah dan

memberantas penyakit.

h. Memantau tingkat penyakit dan penularannya.

BAB II

ISI

2.1 PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam

tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie

Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat

pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan

nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang

tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan

nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).

DBD adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan

beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya

dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty

(Seoparman, 1996).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam

Page 6: Program Dbd Desy Ind

tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat

pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan

nVirus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4

serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang

dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di

Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat

termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium

diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.

Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan

serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.

Ditinjau dari patofisiologisnya, Virus akan masuk ke dalam tubuh

melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi

dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam

sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5

akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan

histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya

permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma

melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan

factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan

saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma ,

terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic ,

renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma

melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma

klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia

jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

Page 7: Program Dbd Desy Ind

Beberapa tanda dan gejala DBD antara lain; Demam tinggi selama 5

– 7 hari. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,

hematoma. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri. Nyeri otot, tulang

sendi, abdoment, dan ulu hati.Sakit kepala.Pembengkakan sekitar mata.

Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening. Tanda-tanda renjatan

(sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,

capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan :

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-

menerus

selama 2-7 hari.

b. Manifestasi Perdarahan

c. Tombositopenia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3,

biasanya ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.

d. Mokonsentrasi yaitu meningkatnya hematokrit, merupakan indikator

yang peka terhadap terjadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan

penekanan berulang secara periodik. Kenaikan Ht 20% menunjang

diagnosa klinis Demam Berdarah Dengue.

Mengingat derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka

diagnosa

secara klinis dapat dibagi atas (WHO 75).

1. Derajat I (ringan).

Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala klinis lain, dengan manifestasi

perdarahan dengan uji torniquet positif.

Page 8: Program Dbd Desy Ind

2. Derajat II (sedang).

Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih berat karena ditemukan

perdarahan spontan kulit dan perdarahan lain.

3. Derajat III (berat).

Penderita dengan gejala shoch/kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan

lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit

dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.

4. Derajat IV (berat).

Penderita shock berat dengan tensi yang tak dapat diukur dan nadi yang

tak dapat diraba.

Penularan Demarn Berdarah Dengue dapat terjadi disemua tempat

yang terdapat nyamuk penularan. Adapun tempat yang potensial untuk

terjadinya penularan DBD adalah :

1. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endemis).

2. Tempat-tempat unlum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang

yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya

pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar tempat - tempat

umum antara lain:

a. Sekolah.

b. RS / Puskesmas dan Sarana pelayanan kesehatan lainnya.

c. Tempat mnmn lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran,

tempat ibadah dan lain-lain.

3. Pemukiman baru dipinggir kota.

Karena dilokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah

dimana kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier.

Page 9: Program Dbd Desy Ind

2.2 PROGRAM PEMBERANTASAN

Upaya pemberantasan wabah penyakit menular di Indonesia saat ini perlu

mendapat perhatian apalagi mengingat beberapa jenis penyakit kembali

mewabah. Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di daerah

perkotaan lebih intensif dari pada di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan

kepadatan jumlah penduduk yang tinggi di daerah perkotaan. Jarak antara

rumah yang satu dengan yang lain sangat berdekatan sehingga

memudahkan nyamuk penular Demam Berdarah Dengue (Aedes Aegypti)

menyebarkan virus dengue dari satu orang ke orang lain yang ada

disekitarnya (jarak terbang nyamuk Aedes aegypti biasanya tidak lebih

dari 100 meter). Selain itu mobilitas penduduk di kota pada umumnya

jauh lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.

Program pemberantasan penyakit DBD di berbagai negara umumya

belum berhasil, karena masih tergantung pada penyemprotan insektisida

untuk membunuh nyamuk dewasa. Pada tahun 2010 ini Indonesia

difokuskan pada tindakan preventif, maka salah satu cara mencegah

Demam Berdarah Dengue ini tentunya dengan upaya preventif pula.

Belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit DBD dan belum ada obat-

obatan khusus untuk penyembuhannya, dengan demikian pengendalian

DBD tergantung pada pemberantasan nyamuk Aedes aegypti.

Tindakan pencegahan dan pemberantasan akan lebih baik apabila

juga dilakukan dengan pemberantasan sumber larva. Dalam hal ini perlu

pendekatan yang terpadu terhadap pengendalian nyamuk dengan

menggunakan semua metode yang tepat (lingkungan, biologi dan

kimiawi) yang murah, aman dan ramah lingkungan.

Kegiatan pemberantasan mulai diprogramkan yang meliputi

pengamatan, pengobatan penderita, dan penyemprotan disekitar lokasi

penderita (Foging Fokus) dengan radius 100 m. Selaras dengan itu

dibentuk unit-unit pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue di

Tingkat Dati I dan Dati II. Tahun 1980 s/d 1984 program kegiatan

pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue dikembangkan

Page 10: Program Dbd Desy Ind

dengan melaksanakan abatisasi massal terhadap kota-kota dengan

endemisitas Demam Berdarah Dengue yang tinggi. Kemudian mulai tahun

1985 s/d 1989 abatisasi massal dipertajam sasarannya melalui stratifikasi

desa endemis dan non endemis. Untuk desa endemis dilakukan abatisasi

selektif (abatisasi terhadap tempat-tempat penampungan air yang

ditemukan jentik nyamuk Aedes Aegypti), Foging massal dan

Pemberantasan. Mulai tahun 1990 s/d sekarang dikembangkan program

pemberantasan intensif Demam Berdarah Dengue di desa/kelurahan

endemis Demam Berdarah Dengue dengan kegiatan penanggulangan

fokus, foging massal sebelum musim penularan, abatisasi selektif serta

penyuluhan don penggerakkan PSN melalui kerjasama lintas program dan

sektor. Kemudian stratifikasi desa disempurnakan menjadi 3 strata yaitu :

endemis, sporsdis dan bebas/potensial.

Penyuluhan yg harus diberikan kepada masyarakat yaitu, dalam

pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue yang penting adalah

upaya membasmi jentik nyamuk penular ditempat perundukan dengan

melakukan "3M" yaitu :

1. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-

kurangnya

seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.

3. Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan seperti:

kaleng-kaleng bekas, plastik dan lain-lain.

Saat ini strategi pemberantasan DBD antara lain dengan

memberantas Ae. aegypti sebelum musim penularan untuk membatasi

penyebaran DBD dan mencegah KLB. 7 Pemberantasan tersebut

dilakukan dengan penggerakan masyarakat untuk Pemberantasan Sarang

Page 11: Program Dbd Desy Ind

Nyamuk (PSN) yang dikenal dengan program Jumat bersih, pengasapan

masal di kelurahan endemis tinggi dan tempat umum (sekolah, rumah

sakit, puskesmas, mesjid, gereja, kantor-kantor) serta pemeriksaan jentik

berkala. Pengasapan (fogging) dilakukan dua kali di semua rumah dan

tempat umum, terutama di kelurahan endemis tinggi. Pengasapan

menggunakan insektisida malation 4% (atau fenitrotion) dalam solar

dengan dosis 438 ml/Ha. Pengasapan harus dilakukan di dalam dan di

sekitar rumah karena aktifitas dan tempat istirahat Ae. aegypti adalah di

dalam rumah dan di sekitar rumah. Pengasapan mampu menurunkan

populasi Ae. aegypti dengan cepat tetapi terkadang hasil yang dicapai

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Pada saat pengasapan terkadang petugas hanya menyemprot

halaman rumah dan gang-gang sekitar rumah penduduk tetapi tidak

masuk ke dalam rumah karena penduduk menolak penyemprotan di

dalam rumah. Alasan penolakan adalah insektisida yang disemprot

berbau tidak sedap, membuat lantai licin, dan dikuatirkan mencemari

makanan serta pernapasan. Akibatnya, pengasapan hanya membunuh

nyamuk yang berada di sekitar halaman rumah sedangkan nyamuk yang

berada di dalam rumah tidak terberantas. Pengasapan juga harus diikuti

abatisasi dan PSN karena pengasapan hanya efektif untuk membunuh

nyamuk dewasa.

Apabila tidak diikuti dengan abatisasi dan PSN, larva Aedes aegypti

tidak dapat diberantas dan akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa.

Larvisida yang digunakan untuk abatisasi (temefos) mempunyai efek

residu selama 2–3 bulan. Jadi, bila dalam setahun dilakukan empat kali

abatisasi maka selama setahun populasi nyamuk akan terkontrol dan

dapat ditekan Pemeriksaan jentik berkala dilakukan oleh juru pemantau

jentik (jumantik) yang bertugas melakukan kunjungan rumah setiap tiga

bulan. Hasil yang didapat jumantik dilaporkan dalam bentuk Angka Bebas

Jentik (ABJ) yaitu:7

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik

Page 12: Program Dbd Desy Ind

x 100%.

Sistem Peringatan Dini

Sistem Peringatan Dini telah dilakukan oleh Malaysia dan terbukti

efektif dalam menurunkan angka kejadian DBD.9 Pemerintah Indonesia

perlu membentuk Sistem Peringatan Dini untuk memberikan peringatan

dini bagi masyarakat setiap tahunnya sebelum terjadi KLB DBD sehingga

masyarakat dapat mengantisipasinya. Sistem Peringatan Dini dapat

memanfaatkan media elektronik sebagai sarana sosialisasi. Isi sosialisasi

sebaiknya mencakup gejala khas DBD yaitu demam tinggi dan

perdarahan terutama perdarahan kulit, serta apa yang harus dilakukan

terhadap penderita DBD. Sosialisasi juga perlu mencakup upaya

pemberantasan DBD yang efektif dan efisien seperti PSN dan upaya

perlindungan diri, seperti pemasangan kelambu pada saat anak tidur

siang, kawat kasa pada lubang ventilasi udara, dan memakai penolak

nyamuk.

Resistensi Nyamuk terhadap Insektisida Hambatan lain dalam

pemberantasan DBD adalah resistensi nyamuk Ae. aegypti terhadap

insektisida. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta,

insektisida yang digunakan untuk pengasapan di wilayah Jakarta adalah

malation yang telah digunakan secara massal sejak tahun 1969. Selain

itu, juga digunakan temefos yang merupakan larvisida yaitu insektisida

untuk membunuh larva Ae. aegypti yang telah digunakan secara masal

sejak tahun 1980.

Malation dan temefos mengandung bahan aktif organofosfat.

Penggunaan insektisida tersebut dalam waktu lama dapat menimbulkan

resistensi Ae.aegypti terhadap bahan aktifnya. Hal itu disebabkan pada

saat pengasapan tidak semua Ae. aegypti terbunuh tetapi masih ada yang

hidup karena nyamuk berhasil menghindar dari insektisida atau dosis

insektisida yang kontak dengan nyamuk tidak mencukupi. Akibatnya

nyamuk tersebut menjadi resisten dan resistensi itu diturunkan kepada

Page 13: Program Dbd Desy Ind

keturunannya. Mardihusodo10 melakukan penelitian menggunakan bio-

assay dan uji biokimia yang hasilnya menunjukkan bahwa larva Ae.

aegypti di Yogyakarta cenderung resisten terhadap malation dan temefos.

Penelitian Gionar et al, 11 yang menggunakan uji biokimia untuk deteksi

resistensi padabeberapa spesies nyamuk menunjukkan bahwa 90%

Cx.quinquefasciatus di Jakarta dikategorikan resisten ter-hadap

organofosfat dan 25% Ae. aegypti di Bandung resisten terhadap

organofosfat. Penelitian yang dilakukan Departemen Parasitologi bekerja

sama dengan Pemda DKI Jakarta pada tahun 2007, melaporkan sebagian

besar larva Ae. aegypti di Tanjung Priok telah resisten terhadap

insektisida organofosfat yaitu 44,8 % resisten sedang dan 50% sangat

resisten. Di Mampang Prapatan, sebagian besar larva Ae. aegypti juga

telah resisten terhadap insektisida organofosfat yaitu 57,2% resisten

sedang dan 9,8% sangat resisten.12 Karena Ae. aegypti telah

menunjukkan resistensi terhadap insektisida di beberapa daerah di

Indonesia maka, perlu dilakukan pemantauan secara ketat penggunaan

insektisida golongan organofosfat dalam pengasapan.

Selanjutnya perlu dipertimbangkan untuk mengganti jenis insektisida

golongan organofosfat dengan golongan lain dalam pengendalian vektor

DBD. Pada intinya Pemberantasan DBD tidak dapat dilaksanakan dalam

waktu singkat, namun perlu dilakukan terus-menerus, sehingga

kemungkinan terjadinya KLB atau peningkatan jumlah benderita DBD

dapat dihindari. Kerjasama seluruh lapisan masyarakat mendorong

keberhasilan pemberantasan DBD.

Page 14: Program Dbd Desy Ind

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Penyebab penyakit DBD di Indonesia adalah Virus Dengue tipe DEN 1,

DEN 2, DEN 3,dan DEN 4.

2. Sejak Bulan Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DBD di

seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah

Page 15: Program Dbd Desy Ind

kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% )10. Kasus DHF tertinggi

terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) dan CFR tertinggi terdapat

di Propinsi NTT (3,96%)

3. Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DHF terutama pada

musim penghujan.

4. Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus yang melibatkan

seluruh masyarakat serta disesuaikan dengan kondisi setempat.

3.2 SARAN

1. Perlunya digalakkan Gerakan 3 M plus tidak hanya bila terjadi wabah

tetapi harus dijadikan gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat

2. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu dilakukan

secara berdaya guna dan berhasil guna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Slide kuliah DASAR DASAR PEMBERANTASAN PENYAKIT , dr. Hari

Peni Julianti, M.Kes, SpRM

2. www.wikipedia.com

3. Dokter-online.co.nr

4. www.puskel.com

5. www.gizi.net

6. Buku saku program pemberantasan Demam Berdarah Dengue