profil peresepan ob at antihipertensi … profil peresepan ob at antihipertensi pada pasien...

108
i PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Beatrix Marendeng NIM : 028114167 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: dinhanh

Post on 13-Jun-2019

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

i

PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI

PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Beatrix Marendeng

NIM : 028114167

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

ii

PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI

PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

TAHUN 2005

Yang diajukan oleh :

Beatrix Marendeng

NIM : 028114167

telah disetujui oleh

Pembimbing Utama :

dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes.

Tanggal : 30 Januari 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

iii

For every doubt you face

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

iv

In every step you take For choices that you make

Dreams aren’t made to be erased (Anggun)

Which causes the most pain is that which caused the most joy. You can’t have joy without pain or pain without

joy ( kahlil gibran)

Kupersembahkan untuk :

Tuhanku Yesus Kristus atas kasih dan

petunjuk-Nya, Mama dan Papa sebagai

ungkapan rasa hormat dan baktiku, Opel, my

natural comedian Rannu dan Hilde atas doa

dan dukungannya dalam studiku, serta

Almamaterku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

anugerah dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN

PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI

RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini karena bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak yang telah memberikan saran, kritik, dan dukungan kepada penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma dan selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada

penulis.

2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes yang telah membimbing dan memberikan kritik

dan saran kepada penulis.

3. Drs. Mulyono, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran

kepada penulis.

4. Seluruh staf rekam medik di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

5. Mama dan Papa atas dukungan kepada penulis agar senantiasa pantang menyerah.

6. Nenek mama dan Nenek papa (Alm) thanks for loving me unconditionally

7. Rannu dan Hilde atas segala pengorbanan, dukungan, dan kasih sayangnya

sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Thanks for making my world

worthwhile.

8. Mas wawan, terima kasih buat kursus kilat ilmu komputernya dan semua

pengalaman hidup.

9. Opel untuk semua tuntutan dan tawa.

10. Teman-teman mahasiswa Fakultas Farmasi angkatan ’02 dan ’03 terima kasih

atas dukungan dan kebersamaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

vi

11. Teman-temanku: Riri, Berta, Wira, Elni, Hen, Sindu, Fitri, Tesa, Ratih, Diyu,

Vero, Arianto, Mitae, Mila, Mega.

12. Teman-teman KKN : Lukas, Agnes, Danang, Murni, Mas Vincent, Afril, Yosi,

Niken, dan Hanik untuk kebersamaan selama di bometen kidul tercinta

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Yogyakarta, 30 januari 2007

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Januari 2007

Penulis

Beatrix Marendeng

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

viii

INTISARI Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk pre-eklampsia dan eklampsia

sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan obstetri di Indonesia (Armanza dan Karkata, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman profil penggunaan obat antihipertensi pada pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui karakteristik pasien pre-eklampsia, jenis dan golongan obat, jumlah obat antihipertensi yang digunakan, cara pemberian obat, lama perawatan, dan potensial interaksi antara obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain yang diberikan kepada pasien pre-eklampsia.

Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif non analitik. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan meliputi pengambilan data, analisis terhadap profil penggunaan obat antihipertensi, dan analisis data.

Dari hasil penelitian diperoleh kasus pre-eklampsia sebanyak 40 pasien, berdasarkan umur, kelompok umur 20–34 tahun sebesar 77,5% dan untuk kelompok umur ≥ 35 tahun sebesar 22,5%. Berdasarkan diagnosis, pre-eklampsia berat sebesar 82,5% dan persentase pre-eklampsia ringan sebesar 17,5%. Golongan obat yang digunakan meliputi antihipertensi yang bekerja sentral 45,3%, antagonis Ca 32,8%, diuretik 17,2%, penghambat α 3,1% dan penghambat ACE 1,6%. Jumlah obat antihipertensi yang digunakan: tunggal 32,5%, dua kombinasi 25%, tiga kombinasi 17,5%, 4 kombinasi 2,5% dan 6 kombinasi 2,5%. Cara pemberian obat secara oral 87,5%, secara injeksi 9,4%, dan secara sublingual 3,1%. Persentase menginap terbanyak yakni 20% dengan lama menginap selama 4 hari dan 5 hari. Interaksi yang paling sering terjadi adalah interaksi antara metildopa dengan nifedipin sebesar 23,9%. Kata kunci : pre-eklampsia, profil peresepan obat antihipertensi, interaksi obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

ix

ABSTRACT

Hypertension in pregnancy including pre-eclampsia and eclampsia nowadays is still a problem in maternal care in Indonesia. This research aims to understand the using of antihypertension medicine for the patients of pre-eclampsia in Panti Rapih Hospital Yogyakarta. The specific goal is to know the pre-eclampsia patient characteristics, medicines type and category, the amount of medicine, medicines taking method, the treatment duration and the interaction potential between antihypertension medicine and other antihypertension medicine that is given to the pre-eclampsia patient. This research is an observational research with non analytical descriptive plan. The steps of the research covers collecting data, doing the analysis toward the profile of medicine using, and data analysis. From the research, it can be obtained the case of pre-eclampsia consist of fourty patients, based on the age, there are 77,5% for 20-34 year old patient, 22,5% for ≥35 year old patient. While, based on the diagnosis, it consists of severe pre-eclampsia (82,5%) and light pre-eclampsia (17,5%). Used medicine category covers centrally antihypertension 45,3%, antagonis Ca 32,8%, diuretic 17,2%, α blocker 3,1% and ACE inhibitor 1,6%. The amount of antihypertension medicines that are used: single 32,5%, two combination 25%, three combination 17,5%, four combination 2,5% and six combination 2,5%. Orally medicine given is 87,5%, 9,4 % by injection and 3,1% by sublingual. The most patients stay in the hospital 4 day and 5 day are 20%. The most interaction happened between metildopa and nifedipin are 23,9%. Key words : pre-eclampsia, prescriptions pattern, drugs interaction.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vii

INTISARI ........................................................................................................ viii

ABSTRACT ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I. PENGANTAR ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 4

C. Keaslian Penelitian ..................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 7

A. Pre-eklampsia.............................................................................. 7

1. Definisi ................................................................................. 7

2. Etiologi ................................................................................ 8

3. Patogenesis .......................................................................... 9

4. Manifestasi Klinis ................................................................ 12

5. Diagnosis .............................................................................. 13

6. Pencegahan............................................................................ 14

7. Srategi Terapi ........................................................................ 15

B. Obat Antihipertensi ..................................................................... 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

xi

C. Pengobatan Rasional .................................................................. 27

D. Interaksi Obat .............................................................................. 29

1. Interaksi Farmasetik .............................................................. 31

2. Interaksi Farmakokinetik ..................................................... 31

3. Interaksi Farmakodinamik ................................................... 32

E. Keterangan Empiris..................................................................... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 33

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 33

B. Definisi Operasional .................................................................. 33

C. Bahan Penelitian ......................................................................... 34

D. Lokasi Penelitian ........................................................................ 35

E. Tata Cara Pengumpulan Data .................................................... 35

F. Tata Cara Analisis Hasil ............................................................. 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 38

A. Karakteristik Pasien Pre-eklampsia............................................. 38

1. Distribusi Umur Pasien Pre-eklampsia ................................. 38

2. Distribusi Usia kehamilan ..................................................... 39

3. Distribusi Paritas ................................................................... 40

4. Distribusi Macam Persalinan………………………………. 41

5. Distribusi Diagnosis Utama………………………………... 42

6. Distribusi Tekanan Darah Sistolik…………………………. 43

7. Distribusi Tekanan Darah Diastolik………………………... 44

B. Profil Peresepan Obat Antihipertensi.......................................... 44

1. Jenis dan Golongan Obat Antihipertensi Yang Digunakan... 45

2. Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi secara Tunggal

maupun Kombinasi................................................................ 50

3. Cara Pemberian Obat Antihipertensi ................................... 56

4. Lama Perawatan.................................................................... 57

5. Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat Antihipertensi

Lainnya.................................................................................. 58

C. Rangkuman Hasil dan Pembahasan……………………………. 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

xii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 66

A. Kesimpulan ................................................................................ 66

B. Saran ........................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68

LAMPIRAN .................................................................................................. 71

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

I. Obat Antihipertensi yang Dapat Digunakan Pada Pre-eklampsia …… 17

II. Rekomendasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Ibu Hamil. …… 20

III. Distribusi Penggunaan Kombinasi >2 Jenis Obat Antihipertensi

pada Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005 ................................................... 55

IV. Distribusi Cara pemberian Obat Antihipertensi pada Pasien Pre-

eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2005………………………................................... 56

V. Distribusi Lama Perawatan Pasien Pre-eklampsia di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005 .......... 58

VI. Distribusi Interaksi Jenis Obat Antihipertensi dengan Obat

Antihipertensi Lainnya di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 .................................................... 59

VII. Distribusi Interaksi dan Sifat Interaksi Obat Antihipertensi

dengan Obat Antihipertensi Lainnya di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005 ............................. 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Distribusi Umur Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005………………… 38

2. Distribusi Usia Kehamilan Pasien Pre-eklampsia di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005 .......... 39

3. Distribusi Paritas Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005 ............................. 40

4. Distribusi Macam Persalinan Pasien Pre-eklampsia di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005 ......... 41

5. Distribusi Diagnosis Utama Pasien Pre-eklampsia di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005 ......... 42

6. Distribusi Tekanan Darah Sistolik Pasien Pre-eklampsia di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2005 .......................................................................................... 43

7. Distribusi Tekanan Darah Diastolik Pasien Pre-eklampsia di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2005 .......................................................................................... 44

8. Distribusi Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2005 ...................................................................................... ... 46

9. Distribusi Golongan Obat Antihipertensi yang Digunakan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2005 .......................................................................................... 46

10. Distribusi Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi Secara

Tunggal maupun Kombinasi di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.......................................... 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

xv

11. Distribusi Penggunaan Jenis Obat Antihipertensi Secara

Tunggal di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2005....................................................................... 52

12. Distribusi Penggunaan Kombinasi 2 Jenis Obat Antihipertensi di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2005 .............................................................. ………………… 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta………………… ............................................................... 71

2. Data Umum Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005............................... 72

3. Gejala, Tanda Fisik dan Data Laboratorium Pasien Pre-

eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Panti Rapih

Yogyakarta tahun 2005........................ ................................................ 74

4. Daftar Obat yang Digunakan oleh Pasien Pre-eklampsia di

Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Panti rapih Yogyakarta tahun

2005...................................................................................................... 77

5. Tingkatan evidence………………… .................................................. 90

6. Lembar Pengumpulan Data.................................................................. 91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Dalam pelayanan obstetri, selain Angka Kematian Maternal (AKM) terdapat

Angka Kematian Perinatal (AKP) yang dapat digunakan sebagai parameter

keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan menurunkan AKM di negara-negara

maju saat ini menganggap AKP merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka

untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Salah satu penyebab kematian perinatal

adalah penyakit hipertensi dalam kehamilan (Sudhaberata, 2001).

Penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) termasuk pre-eklampsia dan

eklampsia sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan obstetri di

Indonesia. Walaupun sudah jauh menurun, angka morbiditas dan mortalitas maternal

dan perinatal akibat pre-eklampsia dan eklampsia masih tinggi dan merupakan salah

satu dari ketiga penyebab utama kematian ibu, di samping perdarahan dan infeksi

(Armanza dan Karkata, 2005).

Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda–tanda hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam

trimester ke-3 kehamilan dan sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh

wanita yang bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul

pre-eklampsia berat, bahkan eklampsia. Eklampsia adalah pre-eklampsia yang

disertai dengan kejang (Wiknjosastro, 2002).

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

2

Di Indonesia pre-eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu,

disamping perdarahan dan infeksi dan penyebab kematian perinatal yang tinggi. Dari

berbagai penelitian di Indonesia diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% -25,5%

sedangkan kematian bayi di negara maju lebih kecil (Wiknjosastro, 2002). Menurut

Zuspan dan Arulkumaran (cit., Sudhaberata, 2001), melaporkan angka kejadian pre-

eklampsia di dunia sebesar 0-13%, di Singapura 0,13-6,6%, sedangkan di Indonesia

3,4-8,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Soejoenoes (cit., Sudhaberata, 2001), di 12

RS Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian pre-eklampsia–eklampsia 5,30%

dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan

kehamilan normal). Penelitian yang dilakukan oleh Meizia dan Mose (cit., Armanza

dan Karkata, 2005), jumlah kematian ibu di duabelas rumah sakit pendidikan di

Indonesia antara tahun 1997–1980 berkisar 30-40% yang diakibatkan oleh pre-

eklampsia. Menurut Dwijayasa (cit., Armanza dan Karkata, 2005) pada dekade 1990-

an pre-eklampsia dan eklampsia sudah merupakan penyebab kematian maternal yang

paling banyak yaitu sebesar 30%.

Pada pre-eklampsia–eklampsia juga didapatkan risiko persalinan prematur

2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak, dan mempunyai

kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat badan lahir rendah

(Sudhaberata, 2001).

Tingginya kematian ibu dan anak di negara–negara berkembang disebabkan

oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal, penderita–penderita

eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Oleh karena itu

diagnosis dini pre-eklampsia, yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

3

penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu

dan anak (Wiknjosastro, 2002).

Salah satu upaya untuk menurunkan AKP akibat pre-eklampsia–eklampsia

adalah dengan menurunkan angka kejadian pre-eklampsia–eklampsia. Angka

kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi

(Sudhaberata, 2001).

Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas terapi medik dan

penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada

saat yang optimal. Terapi medik hanya dapat dilakukan secara simptomatis karena

etiologi pre-eklampsia belum diketahui. Salah satu terapi medik pada pre-eklampsia

adalah obat antihipertensi. Penanganan pre-eklampsia ringan dapat dilakukan dengan

beristirahat yang cukup dan mengurangi konsumsi garam. Penanganan pasien dengan

tanda-tanda dan gejala-gejala pre-eklampsia berat segera harus diberi sedatif yang

kuat untuk mencegah timbulnya kejang (Wiknjosastro, 2002).

Penanganan pre-eklampsia dilakukan di rumah sakit, terutama untuk pre-

eklampsia berat. Salah satu rumah sakit terbesar di Yogyakarta adalah Rumah Sakit

Panti Rapih. Rumah Sakit Panti Rapih adalah Rumah Sakit Swasta Katolik di Daerah

Istimewa Yogyakarta yang didirikan pada tanggal 14 September 1929 dengan tujuan

dapat melayani masyarakat umum termasuk mereka yang kekurangan. Rumah Sakit

Panti Rapih adalah Rumah Sakit swasta tipe madya dan memiliki 316 tempat tidur

serta memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam (Anonim, 1993).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat disusun perumusan

masalahnya sebagai berikut di bawah ini.

1. Seperti apakah karakteristik pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005?

2. Jenis dan golongan obat antihipertensi apakah yang diberikan pada setiap pasien

pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

tahun 2005 ?

3. Berapa jumlah obat antihipertensi yang diberikan secara tunggal maupun

kombinasi pada setiap pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 ?

4. Dengan cara pemberian apakah obat antihipertensi diberikan pada pasien pre-

eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun

2005 ?

5. Berapa lama perawatan yang dijalani oleh setiap pasien pre-eklampsia di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 ?

6. Apakah terdapat potensial interaksi antara obat antihipertensi dengan obat

antihipertensi lainnya yang diberikan pada pasien pre-eklampsia di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

5

C. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Juwita (2004), yaitu tentang pola

peresepan pasien hipertensi gestasional di Bangsal Rawat Inap Obstetri dan

Ginekologi Rumah Sakit DR.Sardjito Yogyakarta tahun 2002. Penelitian ini berbeda

dengan penelitian terdahulu dalam hal objek pengamatan, lokasi pengamatan, dan

waktu pengamatan. Selain itu, penelitian ini hanya mengamati obat antihipertensi

yang digunakan pada pasien pre-eklampsia (tidak mengamati seluruh obat yang

digunakan oleh pasien pre-eklampsia). Pada penelitian ini peneliti menggunakan

instalasi rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 dan yang

diteliti sebagai objek lebih spesifik yaitu kasus pre-eklampsia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Dapat digunakan sebagai informasi untuk mengembangkan konsep pelayanan

farmasi di rumah sakit.

2. Manfaat praktis

a. dapat dijadikan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

melalui penggunaan obat secara rasional khususnya untuk kasus pre-eklampsia

b. dapat dijadikan referensi untuk penyusunan standar terapi di suatu rumah

sakit atau pelayanan kesehatan yang lain khususnya untuk kasus pre-eklampsia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

6

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil peresepan obat

antihipertensi pada pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan khusus untuk mengetahui:

a. karakteristik pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta tahun 2005.

b. jenis dan golongan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien pre-

eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

tahun 2005.

c. jumlah obat antihipertensi yang diberikan secara tunggal maupun kombinasi

pada pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta tahun 2005.

d. cara pemberian obat antihipertensi pada pasien pre-eklampsia di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

e. lama perawatan pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005

f. potensial interaksi antara obat antihipertensi dengan obat antihipertensi

lainnya yang diberikan pada pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pre-eklampsia

1. Definisi

Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda–tanda hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam

trimester ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola

hidatidosa (Winknjosastro, 2002).

Pre-eklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung

disebabkan oleh kehamilan. Definisi pre-seklampsia adalah hipertensi disertai

proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau

segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi

penyakit trofoblastik (Manuaba, 2001).

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk

menegakkan diagnosis pre-eklampsia, penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2

kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat (Winknjosastro, 2002).

The National High Blood Pressure Education Program Working Group on

High Blood Pressure in Pregnancy mengelompokkan hipertensi dalam kehamilan

menjadi 4 kelompok sebagai berikut.

a. Pre-eklampsia. Diagnosis pre-eklampsia ditetapkan bila tekanan darah

sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang muncul

pada wanita hamil setelah minggu ke–20 yang mana sebelum minggu ke–20,

tekanan darah wanita hamil normal. Adanya protein pada urin sebesar

≥30mg/dl atau hasil test dipstik +1.

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

8

b. Hipertensi kronik. Diagnosis hipertensi kronik ditetapkan bila tekanan darah

≥ 140/90 mmHg sebelum minggu ke–20 atau jika pengukuran setelah minggu

ke–20 tekanan darah tetap >140/90 mmHg sampai 12 minggu setelah

melahirkan.

c. Superimpose pre-eklampsia dengan hipertensi kronis didefinisikan sebagai

hipertensi kronis pada wanita hamil yang kemudian berkembang menjadi pre-

eklampsia dengan adanya protein urin, trombositopenia, atau peningkatan

enzim hati.

d. Hipertensi gestasional adalah hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai

dengan tanda- tanda pre-eklampsia seperti adanya protein urin (Gifford dkk,

2000).

Pre-eklampsia dan eklampsia hampir secara ekslusif merupakan penyakit

pada primipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim,

yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.

Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut:

a. kehamilan multifetal dan hidrops fetalis

b. penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus

c. penyakit ginjal (Manuaba, 2001).

2. Etiologi

Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia sampai sekarang ini belum

diketahui dengan pasti. Penyebab pre-eklampsia rupanya tidak hanya satu faktor,

melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-eklampsia (Winknjosastro, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

9

3. Patogenesis

Walaupun apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum

diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan patogenesis

penyakit tersebut. Adapun teori–teori tersebut antara lain :

a. teori genetik, menyebutkan bahwa hipertensi dalam kehamilan ada

kemungkinan diturunkan, khususnya pada kehamilan pertama. Tingkat

kejadian pre-eklampsia pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan

dengan menantu wanita (Manuaba, 2001).

b. teori imunologik, menyebutkan bahwa janin adalah ”benda asing”. Pada

kehamilan normal terdapat human leukocyte antigen (HLA). HLA G terdapat

pada jaringan plasenta pada kehamilan normal. HLA G mempunyai peran

dalam merangsang respon imun terhadap ”benda asing” yang terdapat di

plasenta. Pada pre-eklampsia memiliki HLA G yang lebih sedikit atau

memiliki protein HLA G yang berbeda sehingga terjadi gangguan adaptasi

terhadap ”benda asing” dalam hal ini janin (Grifford, 2000).

c. teori ischemia regio uteroplasenter menyebutkan invasi sel trofoblas dapat

menimbulkan dilatasi pembuluh darah pada kehamilan normal, sehingga

dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen serta plasenta dapat berfungsi

dengan normal. Pada kasus pre-eklampsia, invasi sel trofoblas hanya terjadi

pada sebagian arteri spiralis di daerah endometrium-desidua, yang

mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi plasenta karena sebagian besar

arteri spiralis miometrium tetap dalam keadaan konstriksi sehingga tidak

mampu memenuhi kebutuhan darah plasenta untuk nutrisi dan oksigen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

10

Akibat labilnya distribusi oksigen ke plasenta, maka akan menghasilkan

radikal bebas dan menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah.

Kerusakan endotel akan mengakibatkan terjadi agregasi dan adhesi trombosit

di tempat kerusakan pembuluh darah. Timbunan agregasi dan adhesi

trombosit disekitar pembuluh darah yang rusak mengakibatkan kerusakan dan

lisis dari trombosit, dan akhirnya berakibat menurunnya jumlah trombosit

sehingga memudahkan terjadi perdarahan (Manuaba, 2001).

d. teori radikal bebas. Teori ini menjelaskan jika oksigen labil distribusinya

akan menimbulkan produk metabolisme samping yaitu radikal bebas, dengan

ciri terdapat “elektron bebas”. Elektron bebas ini akan mencari pasangan

dengan merusak jaringan, khususnya endotel pembuluh darah. Antiradikal

bebas yang dapat dipakai untuk menghalangi kerusakan membran sel sebagai

anti aksi adalah vitamin C dan Vitamin E. kerusakan dari membran sel akan

merusak dan membunuh sel endotel (Manuaba, 2001).

e. teori kerusakan endotel

Fungsi endotel sendiri adalah melancarkan sirkulasi darah sehingga terdapat

aliran nutrisi dan pembuangan hasil metabolisme dapat berjalan baik,

melindungi pembuluh darah agar tidak terjadi timbunan trombosit, serta

menghindari pengaruh vasokonstriktor. Adapun kerusakan sel endotel

menyebabkan fungsi sel endotel sendiri menurun sampai hilang, terjadi

timbunan trombosit pada lumen pembuluh darah sehingga aliran darah

terganggu karena lumen sempit, meningkatnya permeabilitas membran dan

terjadi ekstravasasi cairan darah yang menyebabkan edema. Kerusakan sel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

11

endotel akan menimbulkan gangguan relaksasi pembuluh darah. Kerusakan

endotel menyebabkan gangguan produksi prostaglandin total, terjadi

gangguan keseimbangan produksi dengan lebih banyak tromboksan, yang

merupakan vasokontriksi pembuluh darah yang poten sehingga hipoksia

plasenta makin bertambah. Kerusakan khas dari endotel pembuluh darah,

terutama pada ginjal menimbulkan glomerular endotheliosis yang

menyebabkan proteinuria (Manuaba, 2001).

f. teori trombosit, menyebutkan pada kejadian pre-eklampsia terjadi

ketidakseimbangan pada produksi derivat prostaglandin. Derivat

prostaglandin yang terganggu adalah protasiklin (PGI2) yang dapat

menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah serta menghalangi agregasi dan

adhesi trombosit pada endotel pembuluh darah, derivat prostaglandin yang

lain yang juga terganggu adalah tromboksan A2 yang bekerja sebaliknya,

yaitu menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menyebabkan

agregasi dan adhesi trombosit pada endotel pembuluh darah yang rusak.

Kerusakan trombosit meningkatkan pengeluran tromboksan sehingga

tromboksan dibandingkan prostasiklin yaitu 7:1 (Manuaba, 2001). Akibat

tingginya pengeluaran tromboksan, berakibat terjadinya vasokontriksi

pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah meningkat (Manuaba,

2001).

g. teori diet ibu hamil

Kebutuhan kalsium ibu hamil cukup tinggi. Kebutuhan untuk pembentukan

tulang dan organ lain dari janin sekitar 2-2,5 gram/hari, jumlah tersebut juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

12

diperlukan untuk mempertahankan agar konsentrasi dalam darah menjadi

konstan. Bila terjadi kekurangan kalsium, maka kalsium ibu hamil akan

dikuras untuk memenuhi kebutuhan sehingga terjadi pengeluaran kalsium

dari jaringan otot. Manifestasi yang terjadi akibat kalsium keluar dari otot

jantung adalah melemahnya kontraksi otot jantung dan menurunkan stroke

volume, sehingga aliran darah akan menurun dan seterusnya mengakibatkan

ischemia regio uteroplasenter, selain itu keluarnya kalsium dari otot

pembuluh darah akan menimbulkan kompensasi terjadinya vasokontriksi

pembuluh darah akibatnya tekanan darah meningkat dan terjadi hipertensi

(Manuaba, 2001).

Dalam standar pendidikan obstetri dan ginekologi tersurat teori yang dianut yaitu

teori ischemia regio uteroplasenter dengan dukungan teori yang lainnya (Manuaba,

2001).

4. Manifestasi klinik

Biasanya tanda–tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat

badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre-

eklampsia ringan tidak ditemukan gejala–gejala subjektif. Pada pre-eklampsia berat

didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri

di daerah epigastrum, mual atau muntah. Gejala–gejala ini sering dikemukakan pada

pre-eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan

timbul. Tekanan darah pun meningkat lebih tinggi, edema menjadi lebih umum, dan

proteinuria bertambah banyak (Wiknjosastro, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

13

5. Diagnosis

Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan atas adanya dua dari tiga

tanda utama yaitu hipertensi, edema, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang

berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai

peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari, tangan, dan muka. Tekanan darah

≥140/90mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat (Mansjoer dkk, 1999).

Dahulu, kenaikan tekanan darah sistolik sebesar >30mmHg atau tekanan

diastolik meningkat >15mmHg walaupun nilai absolut tekanan darahnya dibawah

140/90 mmHg merupakan salah satu kriteria diagnosis pre-eklampsia, tetapi menurut

The National High Blood Pressure Education Program Working Group on High

Blood Pressure in Pregnancy, hal ini tidak lagi merupakan salah satu kriteria

diagnosis, karena bukti klinis yang ada menunjukkan bahwa pasien pada kategori ini

tidak mengalami perburukan keadaan. Namun, penilaian para praktisi klinik

menyatakan bahwa pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik

sebesar >30mmHg atau tekanan diastolik meningkat >15mmHg perlu pengawasan

yang ketat, khususnya jika terdapat protein urin dan nilai asam urat sama dengan atau

lebih besar dari 6mg/dl (Grifford, 2000).

Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85mmHg patut

dicurigai sebagai bakat pre-eklampsia. Proteinuria bila terdapat protein sebanyak

0,3g/L dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2,

atau kadar protein ≥1g/L dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi

tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam (Mansjoer dkk, 1999).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

14

Menurut Sudhaberata (2001), pre-eklampsia dibagi menjadi 2 yaitu, pre-

eklampsia ringan dan pre-eklampsia berat. Kriteria diagnosis pre-eklampsia ringan

sebagai berikut ini.

a. Tekanan darah ≥140mmHg/90mmHg

b. Edema tungkai, lengan atau wajah, atau kenaikan berat badan 1 kg/minggu.

c. Proteinuria 0,3g/24 jam atau plus 1-2.

d. Oliguria.

Kriteria diagnosis pre-eklampsia berat yaitu apabila pada kehamilan lebih 20 minggu

didapatkan satu atau lebih tanda berikut ini.

a. Tekanan darah >160/110mmHg diukur dalam keadaan relaks dan tidak dalam

keadaan his.

b. Proteinuria >5g/24 jam atau +4 pada pemeriksaan kualitatif.

c. Oliguria : urine <500 ml/24 jam disertai kenaikan kreatinin plasma

d. Gangguan visus dan serebral

e. Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan.

f. Edema paru dan sianosis.

g. Gangguan pertumbuhan janin intrauterin.

h. Adanya sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver enzyme, Low platelet

Count).

6. Pencegahan

Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun

frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian informasi dan pelaksanaan

pengawasan yang baik pada wanita hamil. Informasi yang diberikan tentang manfaat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

15

istirahat, diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam, dan pertambahan

berat badan yang tidak berlebihan (Wiknjosastro, 2002).

Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklampsia. Beberapa

penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diet tinggi protein,

suplemen kalsium, magnesium, dan lain-lain) atau medikamentosa (teofilin,

antihipertensi, aspirin, diuretik, dan lain-lain) dapat mengurangi kemungkinan

timbulnya pre-eklampsia (Mansjoer dkk, 1999).

7. Strategi Terapi

Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simptomatis karena etiologi pre-

eklampsia dan faktor-faktor yang menyebabkan belum diketahui. Tujuan utama

penanganan ialah untuk mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia,

melahirkan janin hidup, dan melahirkan janin dengan trauma sekecil–kecilnya

(Wiknjosastro, 2002).

Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medisinal

dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi

pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi

sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus (Wiknjosastro, 2002).

Penanganan pre-eklampsia dibagi menjadi 2 bagian yaitu perawatan aktif dan

perawatan konservatif. Perawatan aktif terbagi pengobatan medisinal dan pengobatan

obstetrik.

a. Terapi medisinal meliputi :

1). segera rawat di ruangan yang terang dan tenang, terpasang infus dekstrosa

atau ringer laktat dari IGD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

16

2). total bed rest dalam posisi lateral decubitus.

3). diet cukup protein, rendah karbohidrat-lemak dan garam.

4). antasida.

5). anti kejang:

a). magnesium sulfat (MgSO4)

Syarat: tersedia antidotum kalsium glukonat 10% (1 ampul secara i.v dalam 3

menit), reflek patella positif kuat, kecepatan nafas >16 kali/menit, tanda distress

nafas negatif, produksi urin >100 cc dalam 4 jam sebelumnya. Cara pemberian:

loading dose secara intravena (i.v): MgSO4 20% 4g dalam 4 menit, intramuskuler

(i.m): 4g MgSO4 40% gluteus kanan, 4g MgSO4 40% gluteus kiri. Jika ada tanda

impending eklampsia loading dose diberikan i.v dan i.m, jika tidak ada loading

dose cukup diberikan secara i.m saja. Maintenance dose diberikan 6 jam setelah

loading dose, secara i.m 4g MgSO4 40% dalam 6 jam, bergiliran pada gluteus

kanan atau gluteus kiri.

b). diazepam: digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian

MgSO4 tidak dipenuhi. Cara pemberian: drip 10mg dalam 500 ml, maksimal 120

mg dalam 24 jam. Jika dalam dosis 100 mg dalam 24 jam tidak ada perbaikan,

alih rawat ke ruang ICU.

6). antihipertensi

Berikut ini obat antihipertensi yang dapat digunakan pada pre-eklampsia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

17

Tabel I. Obat Antihipertensi yang Dapat Digunakan pada Pre-eklampsia (Wiknjosastro, 2002). NO Jenis Obat Dosis 1 Penghambat adrenergik

a. Adrenergik sentral 1). Metildopa

2). Klonidin

b. Penghambat beta 1). Pindolol

c. Penghambat alfa

1). Prazosin

d. Penghambat alfa-beta 1). Labetalol

3x125 mg/hari sampai 3x500 mg/hari 3x0,1 mg/hari atau 0,30 mg/500ml dekstrosa 5% / 6 jam 1x5 mg/hari sampai 3x10 mg/hari 3x1 mg/hari sampai 3x5 mg/hari 3x100 mg/hari

2 Vasodilator 1). Hidralazin

4x25 mg/hari atau parenteral 2,5mg – 5 mg

3 Antagonis kalsium 1). Nifedipin

3x10 mg/hari

Alternatif untuk antepartum, dapat digunakan metildopa dengan aturan dosis

3x125-500 mg atau klonidin drips/titrasi 0,30 mg/500 ml dekstrosa 5% per 6 jam dan

klonidin oral 3x0,1 mg/hari. Alternatif untuk postpartum, dapat digunakan

penghambat ACE misalnya kaptopril dengan aturan dosis 2x2,5-25 mg atau dapat

digunakan antagonis kalsium misalnya nifedipin dengan aturan dosis 3x5-10 mg.

Diuretik, untuk penggunaan antepartum, dapat digunakan manitol dan untuk

penggunaan postpartum dapat digunakan spironolakton atau furosemid. Indikasi

penggunaan diuretika bila terdapat edema paru-paru, gagal jantung kongestif ataupun

edema anasarka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

18

7). kardiotonika

8). lain-lain seperti antipiretika jika suhu >38,5°C, antibiotika jika ada indikasi,

analgetika, dan sebagainya (Sudhaberata, 2001).

b. Pengobatan obstetrik meliputi pengobatan pada tahap belum inpartu dan tahap

sudah inpartu. Tahap belum inpartu meliputi amniostomi atau oksitosin drip bila

bishop score > 8 setelah 3 menit terapi medisinal dan seksio sesarea bila terdapat

kontraindikasi oksitosin drip atau selama 12 jam diberi oksitosin drip belum masuk

fase aktif. Tahap sudah inpartu meliputi kala I dan kala II. Pada kala I dilakukan

seksio sesarea bila dalam 6 jam tidak masuk fase aktif atau dilakukan amniotomi

pada fase laten dan 6 jam kemudian bila pembukaan belum lengkap dilakukan seksio

sesarea. Pada kala II untuk persalinan pervaginam, dilakukan partus buatan vakum

ekstraksi atau forcep ekstraksi. Untuk kehamilan <37 minggu, bila memungkinkan

terminasi ditunda 2x24 jam untuk maturasi paru janin (Sudhaberata, 2001).

Perawatan konservatif kehamilan preterm <37 minggu tanpa disertai tanda-

tanda impending eklampsia, dengan keadaan janin baik. Perawatan tersebut terdiri

dari terapi MgSO4 dan terapi lain sama seperti di atas. Perawatan konservatif

dianggap gagal jika dalam waktu lebih dari 24 jam tidak ada perbaikan, harus

diterminasi atau jika sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan, diberikan MgSO4

20% 2 g secara i.v terlebih dahulu.

Penderita pulang bila dalam 3 hari perawatan setelah penderita menunjukkan tanda-

tanda pre-eklampsia ringan dan keadaan penderita tetap baik dan stabil (Sudhaberata,

2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

19

B. Obat Antihipertensi

Terapi obat antihipertensi direkomendasikan untuk wanita hamil dengan

tekanan darah sistolik 160-180 mmHg atau tekanan darah sistolik yang lebih besar

dari 180 mmHg dan tekanan darah diastolik 105–110 mmHg atau tekanan darah

diastolik yang lebih besar dari 105–110 mmHg. Tujuan terapi adalah untuk

menurunkan tekanan sistolik sampai 140–155 mmHg dan tekanan diastolik sampai

90–105 mmHg. Untuk menghindari terjadinya hipotensi, tekanan darah harus

diturunkan secara perlahan–lahan (Wagner, 2004).

Hipertensi ringan hingga hipertensi berat selama kehamilan adalah umum.

Obat antihipertensi sering digunakan dengan harapan bahwa penurunan tekanan

darah akan mencegah berkembangnya penyakit menjadi lebih parah dan dengan

demikian meningkatkan kondisi pasien (Abalos dkk, 2001).

1. Rekomendasi Terapi Hipertensi Ringan Dalam Kehamilan

Tujuan terapi hipertensi ringan dalam kehamilan adalah untuk mencapai

tekanan darah diastolik 80–90 mmHg (grade D). Adapun obat lini pertama adalah

metildopa (grade A), obat lini kedua adalah labetalol (grade A/B), pindolol (grade

A/B), oxprenolol (gradeA/B), nifedipin (grade A/B), dan obat lini ketiga adalah

kombinasi klonidin dengan hidralazin (grade A, tetapi sebaiknya monoterapi),

kombinasi metoprolol dengan hidralazin (grade A, tetapi sebaiknya monoterapi),

klonidin (grade B), dan kombinasi metildopa dengan obat lini kedua atau hidralazin

(grade D) (Rey dkk, 1997).

Indikasi khusus untuk penyakit jantung dan penyakit ginjal, dapat digunakan

diuretik (grade D). Adapun obat yang harus dihindari adalah penghambat ACE

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

20

(grade C) dan antagonis reseptor angiotensin II (grade D). Hal-hal yang harus

diperhatikan antara lain, fungsi neuromuscular dan tekanan darah ketika

menggunakan nifedipin bersamaan dengan magnesium sulfat, dan tanda-tanda ß-

blockage pada janin yang baru lahir dari ibu yang diberi penghambat β (Rey dkk,

1997).

2. Rekomendasi Terapi Hipertensi Berat Dalam Kehamilan

Tujuan terapi hipertensi berat dalam kehamilan adalah untuk mencapai

tekanan darah diastolik 90–100 mmHg (grade D). Adapun obat lini pertama adalah

hidralazin (grade B), labetalol (grade B), nifedipin (grade B). Indikasi khusus untuk

pasien yang tidak dapat diberi obat lini pertama digunakan diazoxide (grade D) dan

sodium nitroprusside (grade D). Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain, fungsi

neuromuscular dan tekanan darah ketika menggunakan nifedipin bersamaan dengan

magnesium sulfat (grade D) dan perlu memonitor denyut jantung bayi selama terapi

akut (grade D) (Rey dkk, 1997).

3. Rekomendasi Terapi Hipertensi Post Partum

Obat yang direkomendasikan adalah metildopa (grade B), nifedipine (grade B),

timolol (grade B) (Rey dkk, 1997).

4. Rekomendasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Ibu Hamil

Tabel II. Rekomendasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Ibu Hamil (Rey dkk, 1997)

Kategori CHS NHBPEP ASSH Hipertensi ringan

Obat pilihan

Metildopa, labetalol, pindolol, oxprenolol,

nifedipin

Metildopa Metildopa, labetalol, oxprenolol, klonidin

Obat yang harus dihindari

Penghambat ACE, antagonis reseptor

angiotensin II

Penghambat ACE

Penghambat ACE, diuretik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

21

Hipertensi berat Obat pilihan Hidralazin, labetalol,

nifedipin Hidralazin Hidralazin, labetalol,

nifedipin, diazoxide Kejang

Obat untuk pencegahan

Magnesium sulfat Magnesium sulfat

Magnesium sulfat, fenitoin

Obat untuk pengobatan

Magnesium sulfat Magnesium sulfat

Diazepam secara i.v

Keterangan CHS : Canadian Hypertension Society (Kanada) NHBPEP : National High Blood Pressure Education Program Working Group ( Amerika Serikat) ASSH : Australasian Society for Study of Hypertension (Australia)

Klasifikasi obat antihipertensi berdasarkan pada tempat regulasi utama atau

titik tangkap kerjanya sebagai berikut:

1. diuretik

Obat antihipertensi golongan diuretik menurunkan tekanan darah terutama

dengan cara mendeplesi simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan

tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung sedangkan

tahanan perifer tidak berubah pada awal terapi (Benowitz, 2001).

Penurunan tekanan darah terlihat setelah pemberian diuretik, hal ini

disebabkan karena efek utamanya yaitu diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan

volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan

akhirnya menurunkan tekanan darah (Saseen dan Carter, 2005).

Obat–obat diuretik yang digunakan dalam terapi hipertensi antara lain:

a. diuretik tiazid dan sejenisnya

Mekanisme antihipertensi tiazid dengan cara menghambat reabsorpsi natrium

pada tubulus distal yang menyebabkan eksresi natrium dan air dan juga eksresi

kalium dan ion hidrgen. Onset dari tiazid yaitu 2 jam dan tiazid menimbulkan efek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

22

maksimal kira–kira 4–6 jam setelah pemberian dengan durasi selama 6–12 jam (Lacy

dkk, 2003).

b. diuretik kuat

Diuretik kuat bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat

reabsorpsi natrium dan klorida pada ascending loop henle dan di tubulus distal ginjal,

mempengaruhi sistem transpor pengikatan klorida sehingga menyebabkan

peningkatan eksresi dari air, natrium, klorida, magnesium dan kalsium (Lacy dkk,

2003). Diuretik kuat merupakan diuretik yang lebih poten dibandingkan tiazid,

sehingga pemberian obat ini harus diberikan dengan dosis rendah dan diawasi untuk

mencegah ketidakseimbangan cairan tubuh.

c. diuretik hemat kalium

Jenis diuretik ini merupakan diuretik lemah, merupakan antagonis aldosteron.

Mekanisme kerjanya dengan cara berkompetisi dengan aldosteron pada bagian

reseptor di tubulus distal, sehingga dapat menghambat efek aldosteron pada otot

halus arteriola dengan baik, meningkatkan eksresi garam dan air, mencegah

kehilangan kalium dan ion hidrogen (Lacy dkk, 2003). Penggunaannya terutama

dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah atau mengurangi efek

hipokalemia dari diuretik lain (Benowitz, 2001).

2. obat antihipertensi yang bekerja sentral

Metildopa dan klonidin, merupakan contoh obat golongan ini. Metildopa dan

klonidin bekerja dengan jalan menstimulasi reseptor adrenergik α2 di otak. Stimulasi

ini menyebabkan pengurangan aliran simpatis dari pusat vasomotor di otak dan

meningkatkan denyut vagal. Juga dipercaya bahwa stimulasi perifer dari presinaptik

reseptor α2 dapat menyebabkan pengurangan aktifitas saraf simpatis. Pengurangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

23

aktifitas saraf simpatis bersamaan dengan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis,

dapat menurunkan denyut jantung, curah jantung, dan tahanan perifer. Klonidin

sering digunakan untuk terapi hipertensi berat sedangkan metildopa merupakan obat

pilihan utama untuk terapi hipertensi dalam kehamilan (Saseen dan Carter, 2005).

3. antagonis kalsium

Kontraksi dari otot halus pembuluh darah bergantung pada konsentrasi ion

Ca2+ di intrasel. Penghambatan pergerakan dari ion Ca2+ akan mengurangi jumlah

total ion Ca2+ yang mencapai intrasel, sehingga terjadi penurunan kontraktilitas otot

jantung. Penurunan kontraktilitas otot jantung akan mengakibatkan penurunan curah

jantung.

Antagonis kalsium menghambat masuknya kalsium melalui saluran kalsium,

menghambat pengeluaran kalsium dari retikulum sarkoplasma (Oates dan Brown,

2001). Contoh obat golongan ini adalah nifedipin, diltiazem, amlodipin, nimodipin,

verapamil, felodipin, dan isradipin.

4. vasodilator

Vasodilator bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara merelaksasi otot

polos arteriol, sehingga dapat menurunkan tahanan vaskuler sistemik. Relaksasi

arteriol menyebabkan penurunan tahanan arteri sehingga terjadi penurunan tekanan

darah arteri. Hal ini menyebabkan terjadinya kompensasi oleh baroreseptor dan

sistem saraf simpatis (Benowitz, 2001).

Adapun kompensasi yang terjadi akibat aktifitas baroreseptor yaitu

peningkatan aliran keluar sistem saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan

denyut jantung, peningkatan curah jantung, dan pelepasan renin. Selain itu juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

24

terjadi retensi air dan garam yang mana hal–hal tersebut diatas melawan efek

hipotensi dari vasodilator. Oleh karena itu, pemberian vasodilator harus diberikan

bersama dengan diuretik dan penghambat β untuk mengatasi adanya kompensasi

dari baroreseptor (Saseen dan Carter, 2005).

5. penghambat enzim pengkonversi angiotensin (penghambat ACE)

Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) memfasilitasi terbentuknya

angiotensin II yang mempunyai peran penting dalam pengaturan tekanan darah arteri.

Enzim pengkonversi angiotensin (ACE) terdistribusi dalam banyak jaringan dan

terdapat dalam beberapa tipe sel yang berbeda, tetapi secara umum ACE terletak

pada sel endotelial. Oleh karena itu, produksi utama angiotensin II terletak di

pembuluh darah bukan di ginjal (Saseen dan Carter, 2005).

Efek hipotensi penghambat ACE dengan cara menghambat perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang

poten yang juga menstimulasi pengeluaran aldosteron. Penghambat ACE juga

menghambat pembongkaran bradikinin dan merangsang sintesis dari beberapa

substansi vasodilator termasuk prostaglandin E2 dan protasiklin. Peningkatan

bradikinin akan meningkatkan efek hipotensi dari penghambat ACE sehingga hal ini

menimbulkan batuk kering yang menjadi efek samping dari obat golongan

penghambat ACE (Saseen dan Carter, 2005). Contoh obatnya adalah kaptopril,

enalapril maleat, benazepril, lisinopril, perindopril, kuinapril, ramipril, dan

fosinopril.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

25

6. penyekat adrenoreseptor β

Mekanisme penyekat adrenoreseptor β sebagai antihipertensi masih belum

diketahui pasti. Diduga penyekat adrenoreseptor β menurunkan tekanan darah

dengan cara penyekat adrenoreseptor β mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas

otot jantung sehingga mengurangi curah jantung. Selain itu adrenoreseptor β juga

terletak pada permukaan membran dari sel juxtaglomerular dan penyekat

adrenoreseptor β menghambat pelepasan renin (Saseen dan Carter, 2005). Obat-obat

penyekat adrenoreseptor β yang sering digunakan adalah propanolol, pindolol,

acebutolol, bisopralol, timolol, penbutolol, dan satolol.

Penghentian penggunaan penghambat β secara tiba-tiba dapat mengakibatkan

infark miokardial, angina pektoris dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada

pasien dengan penyakit koroner . Penghentian penggunaan penghambat β secara tiba-

tiba juga dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba dengan nilai

tekanan darah diatas nilai sebelum terapi. Untuk menghindari hal ini, maka dosis

pemberian penghambat β ditingkatkan bertahap selama selama 1 sampai 2 minggu

sebelum akhirnya melanjutkan pemakaian obat ini (Saseen dan Carter, 2005).

7. penyekat adrenoreseptor α (penyekat α)

Obat antihipertensi yang termasuk dalam penyekat adrenoreseptor α seperti

prazosin, terazosin dan doxazosin. Obat penyekat adrenoreseptor α menghasilkan

efek antihipertensinya dengan menyekat reseptor α1 di arteriol dan venula.

Penghambatan reseptor α1 di arteriol dan venula menyebabkan penghambatan efek

vasokontriksi oleh norepinefrin dan epinefrin sehingga terjadi dilatasi arteriola dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

26

vena. Dilatasi arteriola menurunkan tahanan perifer sehingga menurunkan tekanan

darah (Benowitz, 2001).

Retensi garam dan cairan terjadi apabila obat tersebut diberikan tanpa

diuretik. Obat ini menjadi lebih efektif apabila digunakan dalam kombinasi dengan

obat lain seperti penyekat adrenoreseptor β dan diuretik, dibandingkan jika

digunakan secara tunggal (Benowitz, 2001).

8. antagonis reseptor angiotensin II

Angiotensin II dihasilkan oleh dua jalur enzimatis yaitu melalui sistem renin

angiotensin–aldosteron, yang melibatkan ACE dan melalui jalur lain yang

menggunakan enzim–enzim lain seperti enzim kimase. Penghambat ACE

menghambat efek dari angiotensin II yang berasal dari jalur sistem renin

angiotensin–aldosteron, sedangkan antagonis reseptor angiotensin II menghambat

angiotensin II dari semua jalur.

Antagonis reseptor angiotensin II secara langsung menghambat reseptor

angiotensin II tipe 1 yang menyebabkan vasokonstriksi, pelepasan aldosteron,

aktivasi saraf simpatis, pelepasan hormon antidiuretik dan konstriksi arteriola

efferent pada glomerulus. Antagonis reseptor angiotensin II tidak menghambat

reseptor angiotensin II tipe 2. Oleh karena itu, keuntungan dari stimulasi reseptor

angiotensin II tipe 2 seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan dan penghambatan

pertumbuhan sel tetap berlangsung ketika obat antagonis reseptor angiotensin II

digunakan. Tidak seperti penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin II tidak

mempengaruhi bradikinin sehingga tidak muncul efek samping berupa batuk kering.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

27

Contoh obat yang termasuk antagonis reseptor angiotensin II yaitu losartan kalium

dan valsartan.

C. Pengobatan Rasional

Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan juga tidak

ekonomis atau yang lebih populer dengan istilah tidak rasional, saat ini telah menjadi

masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan (Anonim, 2000).

Penggunaan obat dikatakan tidak tepat jika risiko yang mungkin terjadi tidak

imbang dengan manfaat yang diperoleh dari tindakan memberikan suatu obat.

Penggunaan obat dapat dinilai tidak rasional jika:

1. indikasi penggunaan tidak jelas atau keliru.

2. pemilihan obat tidak tepat artinya obat yang dipilih bukan obat yang terbukti

paling bermanfaat, paling aman, paling sesuai, dan paling ekonomis.

3. cara penggunaan obat tidak tepat, mencakup besarnya dosis, cara pemberian,

frekuensi pemberian, dan lama pemberian.

4. kondisi dan riwayat pasien tidak dinilai secara cermat, apakah ada keadaan–

keadaan yang tidak memungkinkan penggunaan suatu obat, atau

mengharuskan penyesuaian dosis atau keadaan yang akan meningkatkan

risiko efek samping obat.

5. pemberian obat tidak disertai dengan penjelasan yang sesuai kepada pasien

atau keluarganya.

6. pengaruh pemberian obat, baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan,

tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak dilakukan pemantauan secara

langsung atau tidak langsung (Anonim, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

28

Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional dapat dilihat dari

berbagai segi. Selain pemborosan dari segi ekonomi, pola penggunaan obat yang

tidak rasional dapat berakibat menurunnya mutu pelayanan pengobatan, misalnya

meningkatnya efek samping obat, meningkatnya kegagalan pengobatan,

meningkatnya resistensi antimikroba dan sebagainya.

Adapun langkah–langkah yang dilakukan untuk mencapai pengobatan yang

rasional yaitu sebagai berikut ini.

1. Ketika pasien berhadapan dengan dokter, seharusnya dilakukan proses

konsultasi secara lengkap untuk menentukan atau memperkirakan diagnosis

dan memberikan tindakan terapi setepat mungkin. Komunikasi antara dokter

dengan pasien memegang peranan penting dalam farmakoterapi.

2. Pemberian obat harus tepat indikasi

3. Penilaian kondisi pasien harus tepat

4. Pemilihan obat tepat, yakni obat yang efektif, aman, ekonomis dan sesuai

dengan kondisi pasien.

5. Memberikan informasi untuk pasien atau keluarga pasien secara tepat.

Unsur–unsur informasi yang perlu dikomunikasikan kepada pasien atau

keluarga pasien mencakup informasi tentang penyakit, informasi tentang

penanganan penyakit, informasi tentang obat yang sedang digunakan, pesan

untuk meningkatkan kepercayaan pasien, dan informasi tentang pemeriksaan

lanjut seperti kapan harus periksa lagi, pemeriksaan tambahan yang

diperlukan, dan apa yang harus dilakukan jika muncul gejala yang tidak

diinginkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

29

6. Mengevaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara tepat (Anonim, 2000).

D. Interaksi Obat

Interaksi obat dapat didefenisikan sebagai respon farmakologik dan klinik

pada pemberian kombinasi obat yang berbeda yang didahului dengan pengetahuan

tentang efek dari kedua obat tersebut jika digunakan secara tunggal. Hasil secara

klinik dari interaksi tersebut dapat bersifat antagonis, sinergis, atau bersifat

idosinkratik (Tatro, 2001).

Penilaian potensial dari interaksi obat utamanya memperhatikan manifestasi

klinis yang ditimbulkan oleh interaksi tersebut dan arti klinis dari interaksi. Arti

klinis dari interaksi obat berhubungan dengan jenis dan besarnya efek yang

ditimbulkan. Hal yang juga perlu diperhatikan yaitu terus memonitor keadaan pasien

dan mengganti terapi untuk mencegah efek samping yang berbahaya. Faktor utama

yang mendefinisikan arti klinis dari interaksi obat yaitu significance rating yang

terdiri atas onset dari timbulnya efek, potensi keparahan dari interaksi, dan

dokumentasi manifestasi klinis dari interaksi yang telah terjadi (Tatro, 2001).

Significance rating terbagi menjadi lima yaitu peringkat 1 jika tingkat

keparahan mayor dan dokumentasi suspected atau lebih, peringkat 2 jika tingkat

keparahan moderat dan dokumentasi suspected atau lebih, peringkat 3 jika tingkat

keparahan minor dan dokumentasi suspected atau lebih, peringkat 4 jika tingkat

keparahan mayor atau moderat dan dokumentasi possible, peringkat 5 jika tingkat

keparahan minor atau tidak berarti dan dokumentasi possible atau unlikely (Tatro,

2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

30

Onset didefinisikan kecepatan efek klinis yang dapat timbul dari suatu

interaksi. Onset dibedakan menjadi dua yaitu cepat dan tertunda. Dikategorikan onset

cepat jika efek klinis yang muncul dalam 24 jam setelah pemberian dan dibutuhkan

tindakan segera untuk mengatasi efek yang timbul sedangkan onset tertunda adalah

efek klinis dari interaksi obat yang timbul dalam beberapa hari atau beberapa minggu

setelah pemberian dan tidak diperlukan tindakan segera untuk mengatasi efek yang

timbul (Tatro, 2001).

Tingkat keparahan terdiri dari mayor, moderat, dan minor. Keparahan

interaksi tergolong mayor jika efek yang terjadi membahayakan jiwa pasien atau

dapat menyebabkan kerusakan permanen. Keparahan interaksi tergolong moderat

jika efek yang terjadi dapat menyebabkan perburukan status kesehatan pasien

sehingga mungkin dibutuhkan rawat inap di rumah sakit, perawatan yang lebih lama

atau terapi tambahan. Keparahan interaksi minor jika efek yang timbul biasanya

ringan atau mungkin tidak timbul dan tidak mempengaruhi outcome terapi dan tidak

dibutuhkan terpai tambahan (Tatro, 2001).

Dokumentasi diartikan sebagai tingkat kepercayaan bahwa suatu interaksi

dapat menyebabkan perubahan respon klinis. Dokumentasi berdasarkan literatur

primer dan juga berdasarkan interaksi yang pernah terjadi. Dokumentasi dibagi

menjadi lima yaitu established, probable, suspected, possible, dan unlikely.

Dikategorikan established jika terbukti terjadi pada suatu penelitian yang terkontrol

baik. Dikategorikan probable jika efek dari interaksi sangat mungkin terjadi tetapi

belum terbukti secara klinis. Dikategorikan suspected jika efek dari interaksi

mungkin terjadi, terdapat data yang baik tetapi butuh penelitian lebih lanjut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

31

Dikategorikan possible jika efek dari interaksi mungkin terjadi tetapi data yang ada

sangat terbatas. Dikategorikan unlikely jika terjadinya efek dari interaksi diragukan

dan tidak ada data bukti klinis yang baik tentang perubahan efek klinis (Tatro, 2001).

Mekanisme interaksi secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. interaksi farmasetik atau inkompatibilitas

Interaksi ini terjadi jika antara dua obat yang diberikan bersamaan tersebut

terjadi inkompatibilitas atau terjadi reaksi langsung, yang umumnya di luar tubuh

dan berakibat berubahnya atau hilangnya efek farmakologik obat yang diberikan.

Sebagai contoh, gentamisin mengalami inaktivasi bila dicampur dengan karbenisilin

(Anonim, 2000).

2. interaksi farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik adalah peristiwa suatu obat merubah laju atau

jumlah dari absorpsi, distribusi, atau eliminasi (metabolisme dan eksresi) dari obat

yang lain (Tatro, 2001). Interaksi dalam proses absorpsi misalnya terjadi pada

absorpsi tetrasiklin yang berkurang bila diberikan bersamaan dengan logam berat

(kalsium, besi, magnesium atau aluminium) karena terjadi ikatan langsung antara

molekul tetrasiklin dengan logam-logam tersebut sehingga tidak dapat terabsorpsi

(Anonim, 2000).

Interaksi dalam proses distribusi terjadi terutama bila obat-obat dengan ikatan

protein yang lebih kuat menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein yang lebih

lemah dari tempat ikatannya pada protein plasma. Akibatnya kadar obat bebas yang

tergusur ini akan lebih tinggi pada darah dengan segala konsekuensinya, terutama

terjadi peningkatan efek toksik (Anonim, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

32

Interaksi dalam proses metabolisme terjadi kalau metabolisme suatu obat

dipacu atau dihambat oleh obat lain (Anonim, 2000).

Interaksi dalam proses eksresi terjadi jika eksresi suatu obat (melalui ginjal)

dipengaruhi oleh obat lain (Anonim, 2000).

3. interaksi farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang mempunyai

khasiat atau efek samping yang serupa atau berlawanan. Interaksi ini disebabkan oleh

kompetisi pada reseptor yang sama, atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada

sistem fisiologik yang sama. Sebagai contoh adalah meningkatnya efek toksik

glikosida jantung pada keadaan hipokalemia (Anonim, 2000).

E. Keterangan Empiris

Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien pre-eklampsia, jenis dan

golongan obat antihipertensi, jumlah obat antihipertensi yang diberikan secara

tunggal maupun kombinasi pada pasien pre-eklampsia, cara pemberian obat

antihipertensi, lama perawatan, dan potensial interaksi antara obat antihipertensi

dengan obat antihipertensi lain yang diberikan kepada pasien pre-eklampsia di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang profil peresepan obat antihipertensi pada pasien pre-

eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta termasuk

jenis penelitian observasional dengan rancangan deskriptif non analitis. Data yang

digunakan dalam penelitian adalah data retrospektif dengan melakukan penelusuran

dokumen terdahulu, yaitu pada lembar catatan medis pasien pre-eklampsia selama

tahun 2005.

B. Definisi Operasional

1. Profil peresepan meliputi jenis dan golongan obat antihipertensi, jumlah

penggunaan obat antihipertensi secara tunggal maupun kombinasi, cara

pemberian obat antihipertensi, lama perawatan, dan potensial interaksi antara

obat antihipertensi dengan obat anti hipertensi lainnya yang digunakan oleh

setiap pasien.

2. Pasien pre-eklampsia adalah pasien yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005 dengan diagnosis pre-eklampsia

ringan dan pre-eklampsia berat.

3. Umur pasien adalah data usia pasien pre-eklampsia yang menjalani perawatan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005.

4. Jenis obat adalah nama generik dari obat antihipertensi yang diberikan pada

pasien pre-eklampsia yang menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005, misalnya nifedipin, metildopa.

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

34

5. Golongan obat adalah kelompok obat antihipertensi berdasarkan mekanisme

kerja yang diberikan kepada pasien pre-eklampsia yang menjalani perawatan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005,

misalnya kelompok diuretik, penghambat ß, antagonis Ca, vasodilator,

antihipertensi yang bekerja sentral.

6. Jumlah obat antihipertensi adalah jumlah jenis obat antihipertensi yang diberikan

secara tunggal maupun kombinasi pada pasien pre-eklampsia.

7. Cara pemberian adalah cara pemberian obat antihipertensi kepada pasien,

misalnya per oral, sublingual, injeksi.

8. Lama perawatan adalah jumlah hari dari mulai pasien masuk hingga

diperbolehkan pulang bagi pasien pre-eklampsia yang menjalani perawatan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005

9. Potensial interaksi obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempengaruhi obat

lain yang diberikan dalam waktu yang bersamaan dan dapat menyebabkan efek

yang menguntungkan maupun merugikan antar obat antihipertensi yang dikaji

secara teoritis dengan mengacu kepada Drug Interaction Facts, Tatro (2001) dan

Informatorium Obat Nasional Indonesia, Depkes (2000).

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi catatan

medik (medical record) pasien pre-eklampsia selama tahun 2005 di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai profil peresepan obat antihipertensi pada pasien pre-

eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dilakukan di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

35

sub bagian rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih Jalan Cik Ditiro no 36

Yogyakarta, data yang diambil selama tahun 2005.

E. Tata Cara Pengumpulan Data

Penelitian mengenai profil peresepan obat antihipertensi pada pasien pre-

eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta ini

dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

1. pengambilan data

Tahap pengambilan data diawali dengan penelusuran jumlah pasien yang

menderita penyakit pre-eklampsia selama tahun 2005, didapatkan data total

pasien pre-eklampsia selama tahun 2005 sebanyak 40 pasien, kemudian

dilakukan pencatatan data rekam medik dari 40 pasien tersebut yang meliputi : a)

nomer register pasien, b) nama pasien, c) usia pasien, d) usia kehamilan, e)

diagnosis pasien, f) kehamilan yang keberapa, g) macam persalinan h) nama obat

yang digunakan pasien, i) cara penggunaan obat, j) tekanan darah pasien sebelum

dan sesudah perawatan, k) data laboratorium pasien, l) tanggal masuk dan tanggal

keluar pasien pre-eklampsia.

2. penyelesaian data

Penyelesaian data meliputi proses pencatatan data yaitu mencatat data pasien

yang ada di lembar rekam medis ke dalam catatan khusus dan disajikan dalam

bentuk tabel, selanjutnya dikaji secara deskriptif menggunakan buku-buku

standar dan literatur yang ada seperti Informatorium Obat Nasional Indonesia

(IONI) dan Drug Interaction Facts (Tatro, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

36

F. Tata Cara Analisis Hasil

Hasil penelitian dikerjakan dengan melakukan kajian secara deskriptif untuk

memperoleh informasi tentang:

1. persentasi usia pasien, dibagi menjadi 3 kelompok usia yaitu, usia ≤ 19 tahun,

usia 20 tahun-24 tahun, dan usia ≥ 35 tahun.

2. persentasi usia kehamilan, dikelompokkan berdasarkan kelompok <37

minggu, 37-42 minggu, dan >42 minggu.

3. presentasi paritas, dikelompokkan menjadi nullipara, primipara, dan

multipara (2-4).

4. persentasi macam persalinan dikelompokkan menjadi pervaginam dan per-

abdominal.

5. persentasi distribusi tekanan darah sistolik dikelompokkan menjadi tekanan

darah sistolik 130mmHg–160mmHg dan tekanan darah sistolik > 160mmHg.

6. persentasi distribusi tekanan darah diastolik dikelompokkan menjadi tekanan

darah diastolik 80mmHg–110mmHg dan tekanan darah diastolik >

110mmHg.

7. persentasi diagnosis, dikelompokkan berdasarkan dari berat ringannya

penyakit pre-eklampsia tersebut.

8. persentasi jenis dan golongan obat antihipertensi yang diberikan, dihitung

dari jumlah jenis dan golongan obat antihipertensi tertentu yang digunakan

dibagi jumlah keseluruhan obat antihipertensi yang digunakan dikalikan

100%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

37

9. persentasi jumlah penggunaan obat antihipertensi secara tunggal maupun

kombinasi.

10. persentasi cara pemberian obat yang digunakan, dikelompokkan berdasarkan

cara pemberian obat yang diberikan pada pasien.

11. persentasi lama perawatan, dikelompokkan berdasarkan lama perawatan yang

diberikan pada pasien.

12. persentasi potensial interaksi antara obat antihipertensi dengan obat

antihipertensi lainnya , dikelompokkan berdasarkan jenis dan golongan obat

antihipertensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah kasus pre-eklampsia di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama

tahun 2005 sebanyak 40 kasus dari 1526 kelahiran. Dari data di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, pre-eklampsia merupakan salah satu

komplikasi yang dialami oleh ibu hamil.

A. Karakteristik Pasien Pre-eklampsia

Proses penelusuran data dilakukan dengan cara mengamati kartu status rekam

medik penderita. Pasien yang diteliti adalah seluruh penderita pre-eklampsia di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005.

Dicatat nomer register pasien, nama pasien, umur pasien, usia kehamilan, kehamilan

keberapa, macam persalinan, diagnosis utama, tekanan darah, tanggal masuk dan

tanggal keluar pasien, nama obat antihipertensi yang digunakan, jumlah obat

antihipertensi yang diberikan, cara penggunannya, dan data laboratorium pasien pre-

eklampsia.

1. Distribusi Umur Pasien Pre-eklampsia

0

77,50%

22,50%

≤ 19 tahun 20-34 tahun ≥ 35 tahun

Gambar 1. Distribusi Umur Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

Distribusi penderita pre-eklampsia berdasarkan kelompok umur di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih selama tahun 2005 dapat dilihat pada gambar

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

39

1, bahwa dari 40 kasus yang ada 77,5% (31 kasus) terjadi pada usia 20–34 tahun dan

22,5% (9 kasus) terjadi pada usia ≥ 35 tahun. Dari data ini dapat diketahui bahwa

angka kejadian pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

selama tahun 2005 paling banyak diderita pada kelompok umur 20–34 tahun dan dari

data ini juga dapat diketahui bahwa tidak ada pasien pre-eklampsia yang berusia

kurang dari 19 tahun. Menurut beberapa referensi, angka kejadian pre-eklampsia

paling banyak ditemukan pada usia ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari

35 tahun sedangkan menurut berbagai penelitian, angka kejadian pre-eklampsia

paling banyak terjadi pada umur 20-34 tahun.

2. Distribusi Usia Kehamilan

40%

60%

0%

<37 minggu 37-42 minggu>42 minggu

Gambar 2. Distribusi Usia Kehamilan Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

Distribusi usia kehamilan pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 dapat dilihat pada gambar 2 bahwa

kejadian pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta

tahun 2005 paling banyak terjadi pada usia kehamilan 37–42 minggu yaitu sebesar

60% (24 kasus). Angka kejadian kejadian pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 pada usia kehamilan <37 minggu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

40

sebesar 40% (16 kasus) dan tidak terdapat kejadian pre-eklampsia pada usia

kehamilan >42 minggu) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta selama tahun 2005.

3. Distribusi Paritas

2,50%

55%

43%

Nullipara Primipara Multipara(2-4)

Gambar 3. Distribusi Paritas Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Distribusi paritas pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 dapat dilihat pada gambar 3 bahwa pre-

eklampsia paling banyak terjadi pada primipara yaitu sebesar 55% (22 kasus).

Menurut Wibisono, pre-eklampsia banyak terjadi pada primigravida diduga karena

pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta

belum sempurna, yang makin sempurna pada kehamilan berikutnya (cit., Sudinaya,

2003). Kejadian pre-eklampsia yang dialami oleh multipara di Instalasi Rawat Inap

Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 sebesar 42,5% (17 kasus) dan

kejadian pre-eklampsia yang dialami nullipara di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 sebesar 2,5% (1 kasus). Dari data yang

dikumpulkan tidak ditemukan kasus multipara dengan paritas lebih dari empat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

41

4. Distribusi Macam Persalinan

28,20%

71,80%

Pervaginam Per-abdominal

Gambar 4. Distribusi Macam Persalinan Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Distribusi macam persalinan pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 terbanyak dengan cara per-

abdominal sebesar 71,8% (28 kasus) sedangkan macam persalinan dengan cara

pervaginam sebesar 28,2% (11 kasus). Dari pengumpulan data didapatkan ada 40

kasus pre-eklampsia dan 39 pasien dari 40 pasien melahirkan pada tahun 2005.

Macam persalinan per-abdominal paling banyak dipilih pada kasus pre-eklampsia

khususnya jika terdapat kontraindikasi induksi persalinan atau terdapat

kontraindikasi persalinan pervaginam. Tindakan persalinan dengan cara per-

abdominal dilakukan untuk mengakhiri kehamilan bila keadaan janin telah matur

sehingga pre-eklampsia tidak bertambah parah. Persalinan dengan cara per-

abdominal juga menjadi alternatif persalinan bila keadaan pasien tidak dapat

membaik dengan pengobatan konservatif dan pasien dianggap tidak dapat lagi

meneruskan kehamilan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

42

5. Distribusi Diagnosis Utama

17,50%

82,50%

Pre-eklampsia ringan Pre-eklampsia berat

Gambar 5. Distribusi Diagnosis Utama Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Distribusi diagnosis utama pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 terlihat pada gambar 5. Persentasi

kasus pre-eklampsia terbanyak yaitu pre-eklampsia berat sebesar 82,5% (33 kasus)

sedangkan persentasi pre-eklampsia ringan hanya sebesar 17,5% (7 kasus).

Penentuan diagnosis ini berdasarkan perjalanan penyakit pasien dan didukung

oleh pemeriksaan laboratorium serta tanda–tanda yang dialami pasien yang

mengindikasikan adanya perburukan kondisi pasien. Diagnosis pre-eklampsia berat

ditetapkan salah satunya bila tekanan darah > 160/110 mmHg diukur dalam keadaan

relaks (minimal setelah istirahat 10 menit) dan tidak dalam keadaan his.

Wanita hamil yang mempunyai tekanan darah yang tinggi selama masa

kehamilan perlu mendapat perhatian khusus tetapi terkadang hal menyebabkan

kurang diperhatikannya gangguan pada sistem organ, seperti pada kasus beberapa

wanita hamil dengan sindrom Hemolysis Elevated Liver Enzyme and Low Platelet

Count (HELLP) mengalami kondisi kritis karena adanya komplikasi edema paru,

gagal ginjal akut atau kerusakan hati dan pasien ini mengalami sedikit kenaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

43

tekanan darah atau tidak mengalami kenaikan tekanan darah, dan hanya sedikit

proteinuria (Sibai, 1996).

Sebagai tambahan 20% diantara wanita yang menderita pre-eklampsia dan

kemudian berkembang menjadi eklampsia memiliki tekanan diastolik dibawah 90

mmHg. Hal ini menyebabkan pentingnya memperhatikan gejala-gejala yang

mengindikasikan adanya perburukan kondisi pasien dan tidak hanya berpatokan pada

nilai tekanan darah dan proteinuria (Sibai, 1996).

6. Distibusi Tekanan Darah sistolik

47,50%

52,50%

TD Sistolik 130-160 mmHg Td Sistolik >160 mmHg

Gambar 6. Distribusi Tekanan Darah Sistolik Pasien Pre-eklampsia di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan atas 2 dari 3 tanda utama.

Salah satunya adalah hipertensi. Pasien dinyatakan pre-eklampsia bila tekanan darah

sistolik ≥140mmHg dan dikategorikan pre-eklampsia berat bila tekanan darah

Tekanan darah >160mmHg. Dari pengambilan data di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 didapatkan data tekanan darah sistolik ibu

hamil berkisar antara 130–200mmHg, baik kejadian pre-eklampsia berat maupun

pre-eklampsia ringan. Dari gambar 6 dapat diketahui bahwa tekanan darah sistolik

>160 mmHg mempunyai persentasi yang lebih besar yaitu 52,5% sebanyak 21 kasus

dan tekanan darah sistolik antara 130–160mmHg sebesar 47,5% sebanyak 19 kasus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

44

7. Distribusi Tekanan Darah Diastolik

75,00%

25,00%

TD Diastolik 80-110 mmHg Td Diastolik >110 mmHg

Gambar 7. Distribusi Tekanan Darah Diastolik Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Pasien dinyatakan pre-eklampsia bila tekanan darah diastolik ≥90mmHg dan

dikategorikan pre-eklampsia berat bila tekanan darah Tekanan darah >110mmHg.

Dari pengambilan data di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2005

didapatkan data tekanan darah diastolik ibu hamil berkisar antara 80–120mmHg,

baik kejadian pre-eklampsia berat maupun pre-eklampsia ringan. Dari gambar 7

dapat diketahui bahwa tekanan darah diastolik 80–110mmHg mempunyai persentasi

yang lebih besar yaitu 75% sebanyak 30 kasus dan tekanan darah diastolik

>110mmHg sebesar 25% sebanyak 10 kasus.

B. Profil Peresepan Obat Antihipertensi

Profil peresepan obat antihipertensi pada pasien pre-eklampsia di Instalasi

Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 dilihat berdasarkan

jenis dan golongan obat antihipertensi yang digunakan, jumlah penggunaan obat

antihipertensi secara tunggal maupun kombinasi, cara pemberian obat antihipertensi,

lama perawatan, dan potensial interaksi antara obat antihipertensi dengan obat

antihipertensi lainnya yang digunakan oleh setiap pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

45

1. Jenis dan Golongan Obat Antihipertensi Yang Digunakan

Untuk mencegah kejadian kelainan serebrovaskular pada kehamilan akibat

hipertensi yang semakin parah, pemberian antihipertensi dianjurkan untuk

menurunkan tekanan darah. Antihipertensi diberikan bila tekanan sistolik >160

mmHg, tekanan diastolik >105–110mmHg atau bila mulai terlihat gangguan pada

organ target seperti hipertropi ventrikel kiri, penurunan fungsi ginjal (Chanprapaph,

2004).

Prevalensi terjadinya kematian perinatal dan terhambatnya perkembangan

janin akan meningkat seiring dengan peningkatan tekanan darah pada wanita hamil

dengan proteinuria atau tanpa proteinuria, sehingga perlunya terapi antihipertensi

untuk mencegah kematian perinatal dan terhambatnya perkembangan janin (Rey,

1997).

Pemberian antihipertensi pada wanita hamil dengan tekanan darah tinggi

mampu meningkatkan hasil terapi perinatal yang mana pemberian antihipertensi

mampu menurunkan angka kejadian pre-eklampsia, gangguan pada plasenta,

kelahiran prematur dan kematian janin (Sibai, 1996).

40,60%

4,70%

31,20%

1,60%

15,60%

1,60%1,60%3,10%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

Jenis Obat Antihipertensi

MetildopaKlonidinNifedipin

Gambar 8. Distribusi Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Pers

enta

se

Amlodipin besilatFurosemidSpironolaktonKaptoprilTerazosin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

46

45,30%

32,80%

17,20%

1,60% 3,10%

Golongan obat Antihipertensi

Per

sent

ase(

%)

Antihipertensibekerja sentralAntagonis kalsium

Diuretika

Penghambat ACE

Penghambat α

Gambar 9. Distribusi Golongan Obat Antihipertensi yang Digunakan di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Dari gambar 8 dapat diketahui bahwa jenis obat antihipertensi yang paling

banyak digunakan oleh pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005 adalah metildopa sebesar 40,6%.

Menurut Gifford dkk (2000), dalam The National High Blood Pressure Education

Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy, metildopa adalah

obat pilihan untuk terapi antenatal dalam jangka panjang sedangkan hidralazin,

nifedipin atau labetolol untuk treatment hipertensi akut pada masa kehamilan.

Dari gambar 9 dapat diketahui bahwa golongan antihipertensi yang paling

banyak digunakan oleh pasien pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005 adalah golongan antihipertensi yang

bekerja sentral yaitu sebesar 45,30%. Penggunaan golongan obat antihipertensi

antagonis kalsium sebesar 32,8%, penggunaan golongan obat diuretika sebesar

17,2%, penggunaan golongan obat penghambat α sebesar 3,1%, dan penggunaan

golongan obat penghambat ACE sebesar 1,6%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

47

Metildopa bekerja dengan jalan menstimulasi reseptor adrenergik α2 di otak

sehingga akan menghambat kerja saraf simpatis. Hal ini mengakibatkan penurunan

denyut jantung, penurunan curah jantung dan juga mengakibatkan menurunnya

vasokonstriksi yang akan menurunkan tahanan perifer. Efek dari hal-hal tersebut

diatas akan menurunkan tekanan darah (Schenbrenner, 2002). Penggunaan metildopa

pada penelitian ini sebesar 40,6 %. Metildopa merupakan obat antihipertensi yang

paling sering digunakan untuk terapi pre-eklampsia dan penggunaan metildopa pada

trimester ketiga tidak mempengaruhi uteroplasenta atau hemodinamik dari janin

(Saseen dan Carter, 2005). Lebih lanjut telah diketahui bahwa metildopa merupakan

obat antihipertensi yang sangat aman berdasar pada data pemantauan selama 7,5

tahun yang menyebutkan bahwa tidak ditemukan efek samping pada perkembangan

anak (Saseen dan Carter, 2005).

Klonidin bekerja dengan cara yang sama dengan metildopa yaitu dengan

jalan menstimulasi reseptor adrenergik α2 di otak sehingga akan menghambat kerja

saraf simpatis. Hal ini mengakibatkan penurunan denyut jantung, penurunan curah

jantung dan juga mengakibatkan menurunnya vasokonstriksi yang akan menurunkan

tahanan perifer. Efek dari hal-hal tersebut diatas akan menurunkan tekanan darah

(Schenbrenner, 2002). Menurut Rey dkk (1997), dalam Report of The Canadian

Hypertension Society Consensus Conference, klonidin merupakan obat lini ketiga

untuk terapi pre-eklampsia ringan. Penggunaan klonidin mempunyai keefektifan

yang sama dengan metildopa dalam menurunkan resiko hipertensi berat. Penggunaan

klonidin pada penelitian ini sebesar 4,7%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

48

Nifedipin merupakan obat golongan antagonis kalsium yang bekerja dengan

cara menghambat pergerakan transmembran dari ion Ca2+ sehingga kontraksi otot

pembuluh darah berkurang yang pada akhirnya menurunkan tekanan darah.

Nifedipin lebih berpengaruh pada pembuluh darah dan kurang berpengaruh pada

miokardium (Anonim, 2000). Antagonis kalsium juga merupakan alternatif obat

antihipertensi, sediaan oral nifedipin telah digunakan tetapi tidak disetujui oleh The

Food and Drug Administration (FDA) karena telah dilaporkan memberikan efek

hipotensi disertai gangguan pada janin. Penggunaan nifedipin pada penelitian ini

sebesar 31,2%.

Furosemid merupakan diuretika kuat yang bekerja dengan menghambat

reabsorpsi cairan dari ascending loop henle dalam tubulus ginjal. Hipokalemia dapat

terjadi pada penggunaan obat ini. Furosemid bekerja dalam 1 jam setelah pemberian

oral dan diuresis sempurna dalam 6 jam, sehingga jika perlu dapat diberikan 2 kali

dalam satu hari tanpa mengganggu tidur. Pada pemberian secara intravena,

furosemid menunjukkan efek puncak dalam waktu 30 menit (Anonim, 2000).

Penggunaan furosemid pada penelitian ini sebesar 15,6%.

Spironolakton merupakan diuretik hemat kalium sehingga dapat mengurangi

efek hipokalemia yang dapat terjadi pada penggunaan diuretik tiazid maupun diuretik

kuat. Spironolakton memperkuat kerja tiazid atau diuretika kuat dengan cara

mengantagonisasi aldosteron. Spironolakton merupakan diuretik yang lemah

(Anonim, 2000). Penggunaan spironolakton pada penelitian ini sebesar 1,6%.

Terazosin merupakan penghambat reseptor α1 yang spesifik. Terazosin

menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat pengambilan katekolamin pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

49

sel otot polos yang akan menyebabkan vasodilatasi (Saseen dan Carter, 2005).

Penggunaan terazosin pada penelitian ini sebesar 3,1%.

Amlodipin besilat merupakan antagonis kalsium yang cara kerjanya sama

dengan nifedipin. Amlodipin besilat tidak menimbulkan efek inotropik negatif

seperti yang ditunjukkan oleh semua golongan obat antagonis kalsium. Masa kerja

Amlodipin besilat lebih lama dibanding nifedipin sehingga dapat diberikan sekali

sehari (Anonim, 2000). Penggunaan amlodipin besilat pada penelitian ini sebesar

1,6%.

Kaptopril menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat enzim

pengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga pembentukan

angiotensin II terhambat. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang poten

sehingga penghambatan pembentukan angiotensin II dapat menurunkan tekanan

darah. Penggunaan kaptopril dikontraindikasikan pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan karena dapat menimbulkan hipotensi fetal, anuria dan gagal ginjal,

terkadang dihubungkan dengan malformasi fetal atau kematian (Benowitz, 2001).

Penghambat ACE dan antagonis reseptor angiotensin II merupakan jenis obat

antihipertensi yang dikontraindikasikan selama kehamilan. Walaupun kedua jenis

obat antihipertensi ini termasuk golongan C untuk obat dalam masa kehamilan pada

trimester pertama dan merupakan kategori D untuk trimester kedua dan ketiga,

karena kedua jenis obat ini mempunyai potensial teratogenik (Saseen dan Carter,

2005). Dari pengumpulan data diketahui bahwa penggunaan kaptopril digunakan

pada saat pasien telah bersalin sehingga tidak akan menimbulkan efek teratogenik.

Penggunaan kaptopril pada penelitian ini sebesar 1,6%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

50

2. Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi Secara Tunggal maupun Kombinasi

Terapi hipertensi dengan menggunakan satu jenis obat sering dihubungkan

dengan efek samping yang lebih besar dibandingkan kombinasi obat dengan dosis

yang lebih rendah. Hanya rata-rata setengah bagian dari pasien yang terapi dengan 1

jenis obat antihipertensi yang dapat dikontrol tekanan darahnya dengan baik.

Setengah bagian dari pasien akan membutuhkan 2 macam kombinasi obat

antihipertensi (Neutel, 2002).

20%

32,50%

25%

17,50%

2,50%2,50%0%

5%

10%

15%

20%

tidak ada

Gambar 10. Distribusi Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi Secara Tunggal

maupun Kombinasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Dari gambar 10 dapat kita ketahui bahwa terdapat 8 orang pasien dari total 40

pasien pre-eklampsia, yang tidak mendapatkan terapi antihipertensi. Dari

pengumpulan data diketahui bahwa 5 pasien dari 8 pasien yang tidak mendapatkan

antihipertensi mempunyai tekanan darah <160/105mmHg sehingga belum

dibutuhkan antihipertensi dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala impending

eklampsia, sedangkan 3 pasien lainnya mempunyai tekanan darah >160/105mmHg

25%

30%

35%

penggunaan obat antihipertensi

persentase

tunggal

2 Macamkombinasi obatantihipertensi3 macamkombinasi obatantihipertensi4 macamkombinasi obatantihipertensi6 macamkombinasi obatantihipertensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

51

tetapi tidak mendapat antihipertensi karena pasien tidak menunjukkan tanda-tanda

impending eclampsia.

Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa persentasi penggunaan obat

antihipertensi secara kombinasi lebih besar dibandingkan penggunaan obat

antihipertensi secara tunggal yaitu sebesar 47,5%. Penggunaan obat antihipertensi

secara tunggal sebesar 32,5%. Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa kombinasi

obat antihipertensi yang paling banyak adalah 2 macam kombinasi obat

antihipertensi yaitu sebesar 52,6% dari total penggunaan kombinasi obat

antihipertensi.

Antihipertensi yang ideal memenuhi kriteria sebagai berikut antara lain,

efektif lebih dari 24 jam dengan dosis satu kali sehari, mempunyai respon yang

tinggi untuk semua kelompok penderita hipertensi, tidak mempunyai efek samping,

tidak mempunyai efek samping metabolik dan murah. Karena sulit mencapai kriteria

obat antihipertensi yang ideal dengan monoterapi maka telah dilakukan percobaan

untuk mencapai terapi obat antihipertensi yang ideal dengan mengkombinasikan obat

antihipertensi tambahan dengan dosis rendah (Neutel, 2002).

84,60%

7,70% 7,70%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan secara Tunggal

Pers

enta

se MetildopaNifedipinFurosemid

Gambar 11. Distribusi Penggunaan Jenis Obat Antihipertensi Secara Tunggal di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

52

Data pada gambar 11 memperlihatkan distribusi penggunaan jenis obat

antihipertensi secara tunggal di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta tahun 2005. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan

metildopa secara tunggal mempunyai persentasi paling besar yaitu 84,6% (11 kasus)

sedangkan persentasi penggunaan nifedipin dan furosemid secara tunggal masing-

masing sebesar 7,7% atau masing-masing sebanyak 1 kasus.

Metildopa merupakan obat yang paling banyak digunakan para dokter

sebagai obat antihipertensi lini pertama untuk terapi hipertensi dalam kehamilan

berdasarkan laporan yang ada bahwa penggunaan metildopa tidak mempengaruhi

aliran darah di plasenta dan hemodinamik dari janin (Gifford dkk, 2000). Menurut

Rey dkk (1997), dalam Report of The Canadian Hypertension Society Consensus

Conference, metildopa merupakan obat lini pertama untuk mengatasi pre-eklampsia

ringan.

Penggunaan antagonis kalsium (nifedipin) untuk terapi hipertensi dalam

kehamilan khususnya pada kasus pre-eklampsia masih menjadi kontroversi. Sediaan

oral nifedipin telah digunakan tetapi tidak disetujui oleh The Food and Drug

Administration (FDA) karena telah dilaporkan memberikan efek hipotensi disertai

gangguan pada janin (Sassen dan Carter, 2005). Nifedipin merupakan obat

antihipertensi lini pertama selain hidralazin dan labetalol untuk mengatasi pre-

eklampsia berat yang akut (Rey dkk, 1997).

Penggunaan diuretik (furosemid) untuk terapi pre-eklampsia masih

kontroversi karena secara teoritis diketahui bahwa pasien pre-eklampsia mengalami

penurunan volume plasma sehingga pemberian diuretik akan lebih menurunkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

53

volume plasma sehingga membahayakan kondisi janin, tetapi hubungan ini belum

diketahui secara pasti. Karena itu, diuretik tidak digunakan sebagai obat lini pertama.

Menurut Friedman dan Polifka (2000), penggunaan furosemid tidak

mengindikasikan risiko kelainan bawaan pada anak dari wanita yang menggunakan

furosemid.

Sebuah meta analisis dari 9 penelitian acak yang melibatkan lebih dari 7000

subjek yang menggunakan diuretik, menyatakan bahwa penggunaan diuretik pada

wanita hamil dapat mengurangi kemungkinan wanita hamil mengalami edema dan

atau hipertensi dan juga menyatakan bahwa penggunaan diuretik pada wanita hamil

tidak peningkatan efek samping pada janin. Diuretik aman digunakan bila

diindikasikan dan dapat menunjukkan respon yang baik seperti antihipertensi yang

lain dan penggunaan diuretik tidak dikontaindikasikan pada kehamilan kecuali pada

kasus yang mana perfusi uteroplasenta wanita hamil telah menurun (Gifford dkk,

2000).

Walaupun data mengenai penggunaan diuretik pada wanita hamil yang

menderita hipertensi masih jarang, tetapi The National High Blood Pressure

Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy

menyetujui penggunaan diuretik untuk menurunkan tekanan darah pada masa

kehamilan (Gifford dkk, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

54

50,00%

20,00% 20,00%

10,00%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

Kombinasi 2 Jenis Obat Antihipertensi

Per

sent

ase

Metildopa dan Nifedipin

Metildopa danFurosemidNifedipin dan Furosemid

Nifedipin dan Nifedipin

Gambar 12. Distribusi Penggunaan Kombinasi 2 Jenis Obat Antihipertensi di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Data pada gambar 12 menunjukkan bahwa kombinasi antara metildopa dan

nifedipin mempunyai persentasi terbesar yaitu 50%. Penelitian tentang penggunaan

metildopa dan nifedipin dalam menurunkan tekanan darah untuk terapi pre-

eklampsia setelah melahirkan adalah efektif (Rey, 1997). Kombinasi metildopa dan

furosemid mempunyai persentase yang sama dengan kombinasi antara nifedipin dan

furosemid yaitu sebesar 20%. Kombinasi antara nifedipin dengan nifedipin sebesar

10%. Kombinasi dua obat antihipertensi akan meningkatkan respon sekitar 70%-

90%. Pasien yang lain akan membutuhkan 3 atau lebih kombinasi obat antihipertensi

untuk mengontrol tekanan darah (Neutel, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

55

Tabel III. Distribusi Penggunaan Kombinasi >2 Jenis Obat Antihipertensi pada Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

N0 Kombinasi >2 Jenis Obat Antihipertensi Jumlah Persentase (%)

1 Metildopa, Nifedipin dan Nifedipin 1 11,1 2 Metildopa, Nifedipin dan Terazosin 1 11,1 3 Metildopa, Nifedipin dan Spironolakton 1 11,1 4 Metildopa, Nifedipin dan Furosemid 2 22,3 5 Metildopa, Nifedipin dan Klonidin 1 11,1 6 Nifedipin, Amlodipin dan Nifedipin 1 11,1 7 Nifedipin, Furosemid, Metildopa, Klonidin 1 11,1 8 Metildopa, Kaptopril, Nifedipin, Klonidin, Furosemid,

Teratozin 1 11,1

Total 9 100,0

Dari data tabel III dapat kita ketahui bahwa terdapat 9 kasus penggunaan

lebih dari 2 macam kombinasi obat antihipertensi. Penggunaan 3 macam kombinasi

antihipertensi mempunyai persentasi yang lebih besar dibandingkan penggunaan >3

macam kombinasi yaitu sebesar 7 kasus dari 9 kasus yang ada. Terdapat masing-

masing 1 kasus untuk penggunaan 4 macam kombinasi dan 6 macam kombinasi obat

antihipertensi. Pada penggunaan 6 macam kombinasi obat antihipertensi, digunakan

kaptopril yang dikontraindikasikan untuk ibu hamil karena bersifat teratogenik.

Dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa penggunaan kaptopril pada

pasien diberikan setelah pasien melahirkan sehingga penggunaan kaptopril tidak

akan membahayakan janin. Adapun jumlah pasien yang mengalami pre-eklampsia

post partum sebanyak 7,5% (3 pasien) dari total 40 pasien yang menjalani rawat inap

di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

56

3. Cara Pemberian Obat Antihipertensi

Jumlah obat antihipertensi yang digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Tahun 2005 pada pasien pre-eklampsia sebanyak 64. Cara

pemberian obat antihipertensi dapat diberikan melalui bermacam-macam cara seperti

peroral, intravena, sublingual, dan sebagainya. Pemilihan cara pemberian obat

memperhatikan beberapa hal seperti kondisi pasien, efek yang diharapkan, dan

sebagainya. Dari data tabel III, dapat kita lihat persentasi cara pemberian obat

antihipertensi yang paling besar di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Tahun 2005 pada pasien pre-eklampsia.

Tabel IV. Distribusi Cara pemberian Obat Antihipertensi pada Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

No Cara Pemberian Jumlah Persentase (%) 1 Per oral 56 87,5 2 Intravena (i.v) 6 9,4 3 Sublingual (s.l) 2 3,1

Total 64 100,0

Dari data tabel IV terlihat bahwa persentasi terbesar cara pemberian obat

antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2005 pada

pre-eklampsia yaitu pemberian obat antihipertensi dengan cara peroral sebesar

87,5%. Cara pemberian intravena sebesar 9,4% dan cara pemberian sublingual

sebesar 3,1%.

Menurut Brown, dkk (2000) pemberian obat untuk kasus pre-eklampsia pada

awalnya harus diberikan dengan cara peroral kecuali bila pasien menunjukkan tanda

eklampsia yang tertunda. Cara pemberian obat secara oral mempunyai keuntungan

antara lain mudah digunakan, efek samping yang relatif lebih ringan, serta biaya obat

yang dibutuhkan lebih ringan dibandingkan dengan cara penggunaan yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

57

Obat antihipertensi yang diberikan secara injeksi berguna untuk mempercepat

penurunan tekanan darah, sedang penggunaan obat antihipertensi peroral berguna

untuk mengontrol tekanan darah secara bertahap (Benowitz, 2001).

Dari pengumpulan data diketahui bahwa penggunaan jenis obat antihipertensi

dengan cara pemberian sublingual yaitu nifedipin. Sublingual nifedipin digunakan

pada kasus pre-eklampsia berat yang akut. Pemberian nifedipin dengan cara

sublingual bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan cepat, tetapi

penggunaan nifedipin secara sublingual harus dengan pengawasan karena dapat

menyebabkan krisis hipotensi yang dapat membahayakan pasien. Pada penggunaan

sublingual nifedipin tidak akan menimbulkan hipoperfusi plasenta, tetapi penelitian

tentang ini masih terbatas (Rey, 1997). Menurut Lacy dkk (2003), penggunaan

sublingual nifedipin sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan hipotensi krisis

dan gangguan pada janin.

4. Lama Perawatan

Lama perawatan adalah waktu antara pasien masuk hingga pasien keluar

meninggalkan rumah sakit. Variasi lama perawatan dalam penelitian ini berkisar

antara 2-11 hari.

Dari tabel V dapat dilihat bahwa lama perawatan pasien pre-eklampsia sangat

bervariasi, hal ini dipengaruhi kondisi pasien terkait tingkat keparahan penyakit,

stabilnya tekanan darah, kondisi pasca bedah dan keinginan pribadi pasien atau

keluarga pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

58

Tabel V. Distribusi Lama Perawatan Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

No Lama Perawatan (hari) Jumlah Persentase (%)

1 2 5 12,5 2 3 4 10,0 3 4 8 20,0 4 5 8 20,0 5 6 3 7,5 6 7 4 10,0 7 8 3 7,5 8 9 1 2,5 9 10 3 7,5 10 11 1 2,5

Total 40 100,0

Dari data tabel V dapat terlihat bahwa persentasi lama perawatan yang paling

banyak yaitu selama 4 hari dan 5 hari sebesar masing-masing 20%. Lama perawatan

tercepat adalah 2 hari (12,5%) dengan 5 pasien dan lama perawatan terlama adalah

11 hari (2,5%) dengan 1 pasien.

Menurut Sudhaberata (2001), pasien boleh pulang bila dalam 3 hari

perawatan setelah pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia ringan dan

keadaan pasien tetap baik dan stabil.

5. Interaksi antara Obat Antihipertensi dengan Obat Antihipertensi Lainnya

Interaksi obat dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan

dengan literatur, yaitu Drug Interaction Facts, Tatro (2001) dan Informatorium Obat

Nasional Indonesia, Depkes (2000). Pemberian dua atau lebih obat tersebut dapat

saja menimbulkan kemungkinan terjadinya interaksi, meskipun interaksi tersebut

belum tentu merugikan. Interaksi yang mungkin terjadi dikelompokkan menjadi

interaksi antara obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

59

Tabel VI. Distribusi Interaksi Jenis Obat Antihipertensi dengan Obat Antihipertensi Lainnya di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

No Jenis Obat Antihipertensi

Jenis Obat Antihipertensi Jumlah Persentase

(%) 1. Metildopa Nifedipin 11 23,9 2. Metildopa Furosemid 6 13,0 3. Metildopa Terazosin 2 4,3 4. Metildopa Kaptopril 1 2,2 5. Metildopa Spironolakton 1 2,2 6. Nifedipin Furosemid 5 10,8 7. Nifedipin Klonidin 3 6,5 8. Nifedipin Kaptopril 1 2,2 9. Nifedipin Terazosin 2 4,3 10. Furosemid Kaptopril 1 2,2 11. Furosemid Klonidin 1 2,2 12. Furosemid Terazosin 1 2,2 13. Klonidin Kaptopril 1 2,2 14. Klonidin Terazosin 1 2,2 15. Kaptopril Terazosin 1 2,2

Jumlah 46 100

Tabel VII. Distribusi Interaksi dan Sifat Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat Antihipertensi Lainnya di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2005

No. Jenis Obat Antihipertensi

Jenis Obat Antihipertensi Sifat Interaksi

1. Metildopa Nifedipin Meningkatkan efek hipotensif 2. Metildopa Furosemid Meningkatkan efek hipotensif 3. Metildopa Terazosin Meningkatkan efek hipotensif 4. Metildopa Kaptopril Meningkatkan efek hipotensif 5. Metildopa Spironolakton Meningkatkan efek hipotensif 6. Nifedipin Furosemid Meningkatkan efek hipotensif 7. Nifedipin Klonidin Meningkatkan efek hipotensif 8. Nifedipin Kaptopril Meningkatkan efek hipotensif

9. Nifedipin Terazosin Meningkatkan efek hipotensif dan bisa ekstrim

10. Furosemid Kaptopril Meningkatkan efek hipotensif dan bisa ekstrim

11. Furosemid Klonidin Meningkatkan efek hipotensif

12. Furosemid Terazosin Meningkatkan efek hipotensif dan bisa ekstrim

13. Klonidin Kaptopril Meningkatkan efek hipotensif 14. Klonidin Terazosin Meningkatkan efek hipotensif 15. Kaptopril Terazosin Meningkatkan efek hipotensif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

60

Dari data tabel VI dapat kita ketahui bahwa interaksi paling banyak adalah

interaksi antara metildopa dengan nifedipin sebesar 23,9%. Interaksi metildopa

dengan furosemid sebesar 13 % dan interaksi nifedipin dengan furosemid sebesar

10,8%. Interaksi nifedipin dengan klonidin sebesar 6,5%. Interaksi metildopa dengan

terazosin dan nifedipin dengan terazosin masing-masing sebesar 4,3%. Interaksi

metildopa dengan kaptopril, metildopa dengan spironolakton, nifedipin dengan

kaptopril, furosemid dengan kaptopril, furosemid dengan klonidin, furosemid dengan

terazosin, klonidin dengan kaptopril, klonidin dengan terazosin, dan kaptopril dengan

terazosin masing-masing sebesar 2,2%.

Potensial interaksi yang mungkin terjadi antara obat antihipertensi dengan

obat antihipertensi lainnya menurut Tatro (2001) dan Anonim (2000) adalah interaksi

furosemid dengan kaptopril, nifedipin dengan terazosin dan interaksi furosemid

dengan terazosin. Potensial interaksi ini terjadi pada 2 pasien dari total sampel 40

pasien.

a. Metildopa dengan nifedipin

Interaksi yang terjadi antara metildopa dengan nifedipin akan meningkatkan

efek hipotensif dari metildopa. Kombinasi obat ini menghasilkan interaksi yang

menguntungkan (Anonim, 2000).

b. Metildopa dengan furosemid

Interaksi yang terjadi adalah meningkatkan efek hipotensif dari metildopa.

Kombinasi obat ini menghasilkan interaksi yang menguntungkan (Anonim, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

61

c. Metildopa dengan terazosin

Interaksi yang terjadi adalah meningkatkan efek hipotensif dari metildopa dan

menguntungkan (Anonim, 2000).

d. Metildopa dengan kaptopril

Interaksi yang terjadi menguntungkan karena kombinasi ini meningkatkan

efek hipotensif (Anonim, 2000).

e. Metildopa dengan spironolakton

Interaksi yang terjadi adalah meningkatkan efek hipotensif (Anonim, 2000).

f. Nifedipin dengan furosemid

Interaksi yang terjadi adalah meningkatkan efek hipotensif dan

menguntungkan (Anonim, 2000).

g. Nifedipin dengan klonidin.

Interaksi nifedipin dengan klonidin akan meningkatkan efek hipotensif dari

obat ini (Anonim, 2000). Persentasi interaksi antara nifedipin dengan klonidin dalam

penelitian ini sebesar 6,5%.

h. Nifedipin dengan kaptopril

Interaksi nifedipin dengan kaptopril akan meningkatkan efek hipotensif dari

obat ini (Anonim, 2000). Persentasi interaksi antara nifedipin dengan kaptopril dalam

penelitian ini sebesar 2,2%.

i. Nifedipin dengan terazosin

Interaksi nifedipin dengan terazosin akan meningkatkan efek hipotensif dari

obat ini dan bisa ekstrim pada dosis pertama terazosin. Pemberian obat ini secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

62

bersamaan harus memperhatikan pengaturan dosis pertama untuk terazosin karena

obat ini menurunkan tekanan darah dengan cepat setelah dosis pertama dan dapat

menyebabkan kolaps karena hipotensi (Anonim, 2000). Persentasi interaksi antara

nifedipin dengan terazosin dalam penelitian ini sebesar 4,3%.

j. Furosemid dengan kaptopril

Interaksi furosemid dengan kaptopril dapat menyebabkan meningkatnya efek

hipotensif dan bisa ekstrim sehingga dosis kaptopril harus dikurangi bila diberikan

bersama furosemid (Anonim, 2000). Kaptopril dapat menurunkan efek dari

furosemid, mungkin karena penghambatan produksi angiotensin II oleh kaptopril.

Pasien yang diberikan kaptopril dan furosemid secara bersamaan perlu dipantau

jumlah cairan tubuh dan berat badannya (Tatro, 2001). Persentasi interaksi antara

furosemid dengan kaptopril dalam penelitian ini sebesar 2,2%.

k. Furosemid dengan klonidin

Interaksi furosemid dengan klonidin akan meningkatkan efek hipotensif dari

obat ini (Anonim, 2000). Persentasi interaksi antara furosemid dengan klonidin

dalam penelitian ini sebesar 2,2%.

l. Furosemid dengan terazosin

Interaksi furosemid dengan terazosin akan meningkatkan efek hipotensif dari

obat ini dan bisa ekstrim pada dosis pertama terazosin. Terazosin menurunkan

tekanan darah dengan cepat setelah dosis pertama dan dapat menyebabkan kolaps

karena hipotensi sehingga pemberian furosemid bersama terazosin harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

63

memperhatikan pengaturan dosis pertama untuk terazosin (Anonim, 2000).

Persentasi interaksi antara furosemid dengan terazosin dalam penelitian ini sebesar

2,2%.

m. Klonidin dengan kaptopril

Interaksi klonidin dengan kaptopril akan meningkatkan efek hipotensif dari

obat ini (Anonim, 2000). Persentasi interaksi antara klonidin dengan kaptopril dalam

penelitian ini sebesar 2,2%.

n. Klonidin dengan terazosin

Interaksi klonidin dengan terazosin akan meningkatkan efek hipotensif dari

obat ini (Anonim, 2000). Persentasi interaksi antara klonidin dengan terazosin dalam

penelitian ini sebesar 2,2%.

o. Kaptopril dengan terazosin

Interaksi kaptopril dengan terazosin akan meningkatkan efek hipotensif dari

obat ini (Anonim, 2000). Persentasi interaksi antara kaptopril dengan terazosin

dalam penelitian ini sebesar 2,2%.

Dari pengumpulan data diketahui bahwa terdapat interaksi antar golongan

yang sama yaitu interaksi antara metildopa dengan klonidin, nifedipin dengan

nifedipin, nifedipin dengan amlodipin besilat, dan interaksi antara furosemid dengan

spironolakton. Interaksi-interaksi tersebut hanya terjadi sesaat karena pemberian

klonidin, nifedipin, amlodipin besilat, dan spironolakton hanya diberikan sekali saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

64

C. Rangkuman Hasil dan Pembahasan

1. Persentasi karakteristik penderita pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005 berdasarkan:

a. kelompok umur, dari 40 kasus paling tinggi terjadi pada kelompok umur 20–

34 tahun yaitu sebesar 77,5% (31 kasus), sedangkan untuk kelompok umur

≥35 tahun sebesar 22,5% (9 kasus) dan tidak terdapat pasien pre-eklampsia

yang berusia kurang dari 19 tahun.

b. usia kehamilan, pasien pre-eklampsia paling banyak terjadi pada usia

kehamilan 37–42 minggu yaitu sebesar 60% (24 kasus), sedangkan pada usia

kehamilan <37 minggu sebesar 40% (16 kasus) dan tidak terdapat kejadian

pre-eklampsia pada usia kehamilan >42 minggu.

c. distribusi paritas, pasien pre-eklampsia paling banyak terjadi pada primipara

yaitu sebesar 55 % (22 kasus), sedangkan pre-eklampsia yang dialami oleh

multipara sebesar 42,5% (17 kasus).

d. distribusi macam persalinan, pasien pre-eklampsia paling banyak dengan cara

per-abdominal sebesar 71,8% (28 kasus) sedangkan macam persalinan

dengan cara pervaginam sebesar 28,2% (11 kasus).

e. distribusi diagnosis utama, pasien pre-eklampsia paling banyak yaitu pre-

eklampsia berat sebesar 82,5% (33 kasus) sedangkan persentasi pre-

eklampsia ringan hanya sebesar 17,5% (7 kasus).

f. distribusi tekanan darah sistolik, pasien pre-eklampsia paling banyak pada

tekanan darah sistolik >160 mmHg mempunyai persentasi yaitu 52,5% (21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

65

kasus) sedangkan tekanan darah sistolik antara 130–160 mmHg sebesar

47,5% (19 kasus).

g. distribusi tekanan darah diastolik, pasien pre-eklampsia paling banyak pada

tekanan darah diastolik 80–110mmHg sebesar 75% (30 kasus) sedangkan

tekanan darah diastolik >110mmHg sebesar 25% (10 kasus).

2. Golongan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien pre-eklampsia di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama tahun 2005

secara umum meliputi antihipertensi yang bekerja sentral 45,3%, antagonis Ca

32,8%, diuretik 17,2%, penghambat α 3,1% dan penghambat ACE 1,6%.

3. Variasi jumlah obat antihipertensi yang digunakan yaitu tunggal sebesar 32,5%

(13 kasus), dua kombinasi sebesar 25% (10 kasus), tiga kombinasi sebesar 17,5%

(7 kasus), 4 kombinasi sebesar 2,5% (1 kasus), dan 6 kombinasi sebesar 2,5% (1

kasus).

4. Cara pemberian obat secara oral 87,5%, secara injeksi 9,4%, dan secara

sublingual 3,1%.

5. Lama menginap tercepat adalah 2 hari sebanyak 5 kasus (12,5%) dan lama

menginap terlama adalah 11 hari sebanyak 1 kasus (2,5%). Persentasi menginap

terbanyak yakni 20% dengan lama menginap selama 4 hari dan 5 hari masing-

masing 8 kasus.

6. Potensial interaksi yang terjadi antara obat antihipertensi dengan obat

antihipertensi terdapat pada 2 pasien. Secara umum interaksi yang paling sering

terjadi adalah interaksi antara metildopa dengan nifedipin sebesar 23,9%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut di bawah ini.

1. Kejadian pre-eklampsia paling banyak terjadi pada usia 20-34 tahun sebesar

77,5% dan diagnosis utama paling banyak dengan diagnosis pre-eklampsia berat

sebesar 82,5%.

2. Jenis obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah metildopa sebesar

40,6% dan golongan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah

antihipertensi yang bekerja sentral sebesar 45,3%.

3. Jumlah obat antihipertensi yang digunakan secara tunggal sebesar 32,5% dan

secara kombinasi sebesar 47,5%

4. Cara pemberian obat antihipertensi paling banyak dengan cara peroral sebesar

87,5%.

5. Lama perawatan terbanyak selama 4 hari dan 5 hari, masing-masing sebesar 20%

6. Interaksi antara obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lainnya yang paling

sering terjadi adalah interaksi antara metildopa dengan nifedipin sebesar 23,9%

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

67

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. perlu diteliti lebih lanjut mengenai drug related problem pada pasien pre-

eklampsia.

2. perlu diteliti lebih lanjut mengenai potensial interaksi antara obat antihipertensi

dengan obat lain yang digunakan bersama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

68

DAFTAR PUSTAKA

Abalos, E., Duley, L., Steyn, D.W., Henderson-Smart, D.J., 2001, Antihypertensive drug therapy for mild to moderate hypertension during pregnancy (Cochrane Review), http://www.cochrane.org/reviews/en/ab002252.html diakses 14 Oktober 2006.

Anonim, 1993, Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, Buku

Panduan Acara Dies Rumah Sakit Panti Rapih ke-64, 7-12. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 6,7,10,48-75,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Armanza, F., Karkata, M.K., 2005, Kadar Asam Urat Sebagai Prediktor Luaran

Pengelolaan Preeklampsia Berat Preterm, Cermin Dunia Kedokteran, tahun 2005, No. 146, 29-32.

Benowitz, N.L., 2001, Obat Antihipertensi dalam Katzung, B. G., Sjabana, D.,

Rahardjo., Sastrowardoyo, W., Hamzah., dkk, (Editor), Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VIII, 276-304, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Brown, M.A., Hague, W.M., Higgins, J., Lowe, S., McCowan, L., Oats, J., dkk.,

2000, The detection, Investigation and Management of Hypertension in Pregnancy: Executive Summary, http://www.racp.edu.au/asshp/asshp.pdf#search=%22%22the%20detection%20investigation%20and%20management%20of%20hypertension%20in%20pregnancy%22%22, diakses 28 September 2006.

Chanprapaph, P., 2004, Update in preeclampsia,

http://www.medassocthai.org/journal/files/Vol87_No3_104.pdf, diakses 18 September 2006.

Friedman, J.M., Polifka, J.E., 2000, Teratogenic Effect of Drugs A resource for

Clinicians,Edisi II, 104, 159, 302, 456-457, 496, 647, 665, The Johns Hopkins University Press, USA.

Gifford , R.W., August, P.A., Cunningham, G., Green, L.A., Lindheimer, M.D.,

McNellis, D., dkk., 2000, National High Blood pressure Education Program: Working Group Report on High Blood Pressure in Pregnancy, http://www.nhlbi.nih.gov/health/prof/heart/hbp/hbp_preg.pdf, diakses 23 September 2006.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2003, Drug Information

Handbook, Ninth edition, Lexi Comp Inc, Canada, 85-86, 231-233, 330-332, 631-632, 910-911, 1000-1002, 1284-1285, 1325-1327, 1724.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

69

Mansjoer. A., Suprohaita, Wardani, W.I., Setyowulan, W., 1999, Kapita Selekta

Kedokteran, Edisi 3, 270-273, Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Manuaba, I. B. G., 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi

dan KB, 403 – 425, Penerbit buku EGC. McCombs, J., 1997, Therapeutic Consideration in Pregnancy and Lactation, in

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.c., Matzke, G.r., Wells, B.G., Posey, L.M., (Editor), Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, Third Edition, 1568-1570, Appleton and Lange, USA.

Neutel, J.M., 2002, The Use of Combination Drug Therapy in The Treatment of

Hypertension, www.medscape.com/viewarticle/436706, diakses 21 September 2006.

Oates, J.A., Brown, N.J., 2001, Antihypertension Agents and The Drug Therapy of

Hypertension, dalam Hardman, J.G., Limbird, L.E., (Editor), Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, 871-894, McGraw Hill, USA.

Rey, E., Lelorier, J., Burgess, E., Lange, I.R., Leduc, L., 1997, Report of The

Canadian Hypertension Society Consensus Conference: 3 Pharmacologic Treatment of Hypertensive Disorders in Pregnancy, http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1228354, diakses 12 Oktober 2006.

Saseen, J.J., Carter, B.L., 2005, Hypertension, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee,

G.c., Matzke, G.r., Wells, B.G., Posey, L.M., (Editor), Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, 185-214, Appleton and Lange, USA.

Schenbrenner, D.S., Cleveland, L., Venable, S., 2002, Drugs Affecting Blood

Pressure, dalam Schenbrenner, D.S., (Editor), Drug Therapy in Nursing, 492-528, Lippincot Williams and Wilkins, Philadelphia.

Sibai, B.M., 1996, Treatment of Hypertension in Pregnant Woman,

http://content.nejm.org/cgi/reprint/335/4/257, diakses 12 Oktober 2006. Sudhaberata, K., 2001, Profil Penderita Pre-eklampsia–Eklampsia di RSU Tarakan,

Kaltim, http://www.tempo.co.id/medika/arsip/022001/art-2.htm, diakses 28 April 2006.

Sudinaya, I.P., 2003, Insiden Preeklampsia Eklampsia di Rumah Sakit Umum

Tarakan Kalimantan Timur Tahun 2000, Cermin Dunia Kedokteran, No. 139, 13-15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

70

Wagner, L.K., 2004, Diagnosis and Management of Preeclampsia,

www.aafp.org/afp, diakses 20 September 2006. Winknjosastro, H., 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi III , Cetakan ke 6, 281- 293, Bina

Pustaka, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

71

Lampiran 1. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

STANDAR PELAYANAN MEDIK RUMAH SAKIT PANTI RAPIH

YOGYAKARTA (1998)

PROTOKOL PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA RINGAN

RAWAT JALAN

MEMBAIK

PREEKLAMPSIA RINGAN

DIPERTAHANKAN

Terminasi bila ditemui salah satu keadaan ini: IG >8 HPL/Estriol/CTG hasilnya abnormal, IUGR

< 37 MINGGU

> 37 MINGGU

PREEKLAMPSIA BERAT

< 37 MINGGU > 37 MINGGU

EKLAMPSIA

BEROBAT JALAN

TERMINASI

SYARAT TD < 140/90 mmHg IG < 0

TERMINASI Terminasi bila dijumpai salah satu keadaan ini

Gejala Impending eklampsia, 6 jam sesudah terapi medisinal tensi naik, 24 jam sesudah terapi medisinal tidak ada perbaikan, IUGR, HPL/Estriol/CTG abnormal, HELLP syndrome

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

72

Lampiran 2. Data Umum Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005

DATA UMUM PASIEN No No. Reg Nama Pasien Umur

(thn) Usia

kehamilan (minggu)

Kehamilan

ke

Diagnosis Macam persalinan

Jenis kelam

in anak

Berat badan anak

(gram)

Lama perawat

an (hari)

1 458917 NY. Retno 32 33 1 PEB inpartum - - 3 2 443937 NY. Meity 28 36 1 PEB Per-abdominal L 2725 7 3 309268 NY. Marni 29 37 1 PEB, Eclampsia, Infertil Per-abdominal L 2300 7 4 452979 NY. Wening 27 38 1 PER, DKP Per-abdominal L 3975 4 5 276922 NY. Emiyati 40 39-40 3 PEB Pervaginam L - 3 6 281287 NY. Lilies 42 34-35 3 PEB Per-abdominal P 2460 6 7 440917 NY. Sri rahayu 32 34 1 PEB Pervaginam P 2110 8 8 279089 NY. Ngatiningsih 38 32 4 PEB Pervaginam P 2400 4 9 234606 NY. Danik 29 (post partum) 1 PEB Pervaginam L - 2

10 358749 NY. Antari 30 39 2 PER Pervaginam P 3020 2 11 473552 NY. Dewi 36 40-41 1 PEB, HPP Pervaginam L 3250 4 12 256236 NY. Fitria 24 40-41 2 PEB Pervaginam L 2640 2 13 120631 NY. Hesti 33 32 4 PEB Pervaginam L 2440 5 14 296055 NY. Eka 26 40 1 PER Pervaginam P 2755 2 15 501520 NY.Kusumarhani 40 40-41 2 PEB Pervaginam L 3310 4 16 461263 NY. Ade 33 38 2 PER Pervaginam P 2020 2 17 284553 NY. Ambar 32 38 1 PEB, HELLP syndrome,

gemelli Per-abdominal P/P 2275/2075 5

18 418516 NY. Kanti 31 40-41 1 PER, DKP, Obesitas Per-abdominal P 3880 4 19 456793 NY. Kamelia 24 36-37 1 PEB, Eclampsia Per-abdominal P 2740 10 20 469161 NY. Halimah 21 40 1 PEB, DKP Per-abdominal L 4220 4 21 468572 NY. Astutik 38 33-34 3 PEB, Impending eclampsia,

suspect HELLP syndrome Per-abdominal P 1710 11

22 452672 NY. Paramita 21 36 1 PEB, Obesitas Per-abdominal L 2770 5 23 449305 NY. Rini 29 40-41 1 PEB Per-abdominal L 3890 3 24 000642 NY. Astrid 26 36-37 1 PEB Per-abdominal L 2440 5 25 428623 NY. Ana 27 Cukup bulan 1 PEB Per-abdominal L 2930 7 26 076398 NY. Rida 33 Tepat HPL 4 PEB Per-abdominal L 3600 4 27 342659 NY. Diyanti 32 38 4 PER Per-abdominal L 3500 8 28 486364 NY. Tri 27 35 1 PEB, gemelli Per-abdominal L/P - 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

73

No No. Reg Nama Pasien Umur

(thn) Usia

kehamilan (minggu)

Kehamilan

ke

Diagnosis Macam persalinan

Jenis kelam

in anak

Berat badan anak

(gram)

Lama perawat

an (hari)

29 491378 NY. Tanti 30 35 1 PEB Per-abdominal P 2430 6 30 492420 NY. Bintarti 39 40-41 1 PER, Serotinus Per-abdominal P 2910 3 31 493487 NY. Pairah 27 35-36 1 PEB, eklampsia,

prematuritas Per-abdominal L 2310 10

32 488369 NY. Eka Nur 27 38-39 2 PEB, Obesitas Per-abdominal P 3560 5 33 495419 NY. Sri H 26 38-39 1 PEB, Fetal Compromise,

IUGR Per-abdominal P 2430 7

34 203122 NY. Prasetya 29 39-40 2 PEB Per-abdominal P 2930 4 35 079378 NY. Hesti 38 35 2 PEB, Eclampsia,

Prematuritas, growth retardation

Per-abdominal L 2000 9

36 502314 NY. Sumiyah 24 39 2 PEB, kista demoid Per-abdominal L 2990 5 37 267386 NY. Erin 28 37-38 2 PEB Per-abdominal L - 10 38 007336 NY. Asti Nur 33 34-35 1 PEB Per-abdominal L 2890 6 39 476454 NY. Oki 29 36 1 PEB Per-abdominal L 2120 5 40 293637 NY. Nur .S 37 38-39 2 PEB Per-abdominal P 3100 5

Keterangan: PEB : Pre-eklampsia Berat PER : Pre-eklampsia Ringan IUGR : Intra uterine growth retardation DKP : Disposisi kepala panggul HPP : Hemorragic post partum HPL : Hari perkiraan lahir Serotinus: Kehamilan lewat 2 minggu dari HPL L : laki-laki P : Perempuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

74

Lampiran 3. Gejala, Tanda Fisik dan Data Laboratorium Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005

GEJALA, TANDA FISIK DAN DATA LABORATORIUM No. Reg

Keluhan TD awal

(mmHg)

TD post partum

(mmHg)

TD akhir

(mmHg)

Proteinuria edema Trombosit ( 150-450)103

SGOT (0-32)

U/l

SGPT (0-31)

U/l

Ureum darah

(10-50) mg/dl

Cr darah (0,5-0,9)

mg/dl

Bakteri Asam Urat (2,4-5,7) mg/dl

458917 Pusing 180/110 - 150/100 +1 Ya 30,8 27,9 7,1

443937 Pusing 160/100 130/90 130/80 +1 Ya 197 18,5 10,6 8 0,3 + 5,3 309268 Pusing,

nyeri epigastrum, kejang

170/110 130/80 150/100 +4 - 70 107,9 146,8 44 1,4 + 11,3

452979 - 150/100 110/70 120/80 - Ya 258 17,8 7,3 15 0,6 ++ 5,6 276922 Mual

muntah 160/90 140/90 130/80 +1 - 166 18,4 12,2 13 0,6 + -

281287 Pusing, penglihatan kabur

170/120 150/110 150/100 +2 - 195 26 14,9 20 0,6 - 7,2

440917 Pusing, mual muntah

150/100 130/80 130/90 +2 - 213 73,6 50 31 1,2 + 10,8

279089 - 170/110 140/110 130/80 +1 - 143 - - - - + - 234606 Pusing,

mual muntah

190/120 160/100 140/90 - - 104 - - - - - -

358749 - 150/100 110/80 120/60 - - - 21,1 16,5 19 0,7 - 7 473552 - 170/110 140/90 120/90 - - 197 21 21,4 13 0,6 - 7 256236 - 150/110 130/90 140/100 +2 - 145 25,9 14,5 16 0,6 + 6,6 120631 - 180/100 160/90 160/100 +1 - 289 12,8 12,5 22 0,5 - 4,6 296055 - 140/100 130/90 130/90 - - 213 - - - - + 501520 - 170/100 160/80 140/80 - - - 19,8 17,2 17 0,5 - 4,5 461263 - 150/90 140/90 140/90 - - - - - - - - - 284553 Pusing,

penglihatan kabur, nyeri

140/100 130/90 130/80 +2 - 73 40,8 35,5 20 0,8 + 7,9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

75

epigastrum

418516 - 130/90 90/60 140/90 - - - 7,8 7,7 17 0,6 + 6,3 456793 penglihatan

kabur, nyeri epigastrum, eklampsia

170/110 150/110 110/80 +2 - 73 53,2 27,7 31 0,7 + 8,5

469161 Pusing, mual muntah

180/110 150/100 160/110 +2 - 138 27 4,8 13 0,8 - 5

468572 Pusing, penglihatan kabur, kejang

200/120 130/100 140/100 +2 - 119 781,9 799,6 68 1,1 + 13,1

452672 - 160/100 120/80 115/80 - - 265 35,8 22,7 12 0,5 + 2,7 449305 Pusing,

penglihatan kabur

170/100 140/90 140/90 - - 213 26,4 13,5 16 0,7 - 7,2

000642 Nyeri epigastrum

160/100 140/100 130/100 +3 Ya 165 26,2 11 20 0,5 + 6,4

428623 Nyeri epigastrum

200/100 140/90 160/100 +1 - 280 8,8 6 15 0,5 + 6,2

076398 - 180/120 150/100 140/90 +2 - 186 17,1 12,4 15 0,6 + 4,4 342659 Nyeri

epigastrum 120/80 130/80 100/60 +2 - 190 13,1 6,8 10 0,5 + 4,3

486364 Nyeri epigastrum

140/100 140/90 120/80 +1 Ya 186 24,7 17,7 26 0,7 + 8,9

491378 - 160/100 110/90 120/90 +2 - 215 14,4 3,7 16 0,7 - 7,2 492420 - 140/90 140/90 120/70 +1 - 230 10,7 5,5 17 0,7 + 5 493487 Pusing,

kejang 200/120 170/110 150/100 - Ya 220 27,4 19,3 16 0,6 - 8,3

488369 Nyeri epigastrum

150/90 130/90 120/80 - - 304 12,4 21,3 16 0,6 - 5,7

495419 Kejang 170/100 160/90 150/90 - - 131 20,9 28,2 18 0,4 - 4,6 203122 Pusing,

nyeri epigastrum

150/100 150/100 120/80 - - 186 33,3 19,3 11 0,5 - 5,3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

76

079378 Pusing,

kejang 190/120 160/110 150/100 +4 Ya 109 35,1 17,6 32 0,9 + -

502314 Pusing 170/120 160/100 100/60 +1 Ya 230 21 12,6 17 0,7 - 8,3 267386 Pusing 170/120 180/100 140/90 +1 Ya 245 25,3 18,3 19 0,7 + 6,5 007336 Pusing 180/120 160/100 140/100 - Ya 224 16,7 8,1 12 0,7 ++ 3,8 476454 Pusing 160/100 100/100 140/100 +2 - 292 58,9 71,8 22 0,8 - 5,4 293637 Pusing 180/120 150/90 130/100 +1 - 246 24,4 13,7 9 0,4 - 5,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

77

Lampiran 4. Daftar Obat yang Digunakan oleh Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Panti rapih Yogyakarta tahun 2005

DAFTAR OBAT YANG DIGUNAKAN Obat antihipertensi yang digunakan Obat lain yang digunakan No. Reg TD awal

(mmHg) Diagnosis

Nama obat Golongan Obat Dosis Obat

Aturan pakai

Cara pemberian

Nama obat Golongan obat

458917

180/110

PEB

Metildopa Nifedipin

Antihipertensi bekerja sentral Antagonis kalsium

250 mg

5 mg

3x1

2x1

Oral

Oral

Folamil Trombo aspilet Ossoral Kalmethason Allupurinol

Vitamin Anti platelet Mineral Kortikosteroid Obat

443937

160/100

PEB

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1

Oral

Hystolan Ossoral Amoxicillin Vitamin C Kalnex Adona Pronalges Methergin Sanprima Mefinal Diazepam

Relaksan uterus Mineral Antibiotik Vitamin Antifibrinolitik Hemostatikum Analgesik Oksitosik Antibiotik Analgesik CNS Deppresant

309268

170/110

PEB, eclampsia, infertil

_

_

_

_

_

Rocephin Alinamin F Vitamin C Rantin Tramal MgSO4Kalmethason Valium Toradol Amoxan Biosanbe Moloco B12

Antibiotik Vitamin Vitamin Antagonis reseptor H-2 Analgesik Anti konvulsan Kortikosteroid CNS deppresant Analgesik Antibiotika Antianemia Vitamin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

78

452979

150/100

PER, DKP

Furosemid

Diuretika kuat

20 mg

1x1

Oral

Mefinal Methyl ergometrin CDR Sanprima F Clasef Methergin Prosogam Adona Kalnex Pronalges

Analgesik Oksitosik Vitamin dan mineral Antibiotika Antibiotika Oksitosik Penghambat pompa proton Hemostatikum Antifibrinolitik Analgesik

276922

160/90

PEB

Nifedipin

Antagonis kalsium

10 mg

3x1

Oral

Fluimucil Folamil Amoxicillin Pronalges Prolacta Ossoral Syntocinon Methergin

Mukolitik Vitamin Antibiotika Analgesik Hormon Mineral Oksitosik Oksitosik

281287

170/120

PEB

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1

Oral

Clasef Vitamin C Adona Kalnex Profenid Sanprima F CDR Mefinal Fitolac

Antibiotika Vitamin Hemostatikum Antifibrinolitik Analgesik Antibiotika Vitamin dan mineral Analgesik Herbal

440917

150/100

PEB

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1

Oral

Hystolan Folamil Ossoral Sanprima F Kalmethason Amoxicillin

Relaksan uterus Vitamin Mineral Antibiotka Kortikosteroid Antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

79

Furosemid Spironolakton

Diuretika kuat Diuretika hemat kalium

40 mg

25 mg

1x1

1x1

Oral

Oral

Epidosin Diazepam Progynova Syntocinon Methergin Pimperan Kalnex Adona Mefinal Hemobion Methyl ergometrin CDR

Antispasmodikum CNS deppresant Hormon Oksitosik Oksitosik Anti mual/muntah Antifibrinolitik Hemostatikum Analgesik Antianemia Oksitosik Vitamin dan mineral

279089

170/110

PEB

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1

Oral

Syntocinon Methergin Amoxicillin Hemobion Becom C Ultraproc Methyl ergometrin

Oksitosik Oksitosik Antibiotika Antianemia Vitamin Antihemoroid Oksitosik

234606

190/120

PEB

Metildopa Nifedipin

Antihipertensi bekerja sentral Antagonis kalsium

250 mg

10 mg

1x1

1x1

Oral

Oral

Becom C Amoxicillin Pronalges

Vitamin Antibiotika Analgesik

358749

150/100

PER

_

_

_

_

_

Epidosin Progynova Sanprima F Syntocinon Methergin Methyl ergometrin Mefinal CDR

Antispasmodikum Hormon Antibiotika Oksitosik Oksitosik Oksitosik Analgesik Vitamin dan mineral

473552

170/110

PEB, HPP

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1

Oral

Valium Progynova Profenid Syntocinon

CNS deppresan Hormon Analgesik Oksitosik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

80

Methergin Kalnex Adona Hemobion Sanprima F Methyl ergometrin CDR Mefinal Non flamin Lactulac

Oksitosik Antifibrinolitik Hemostatikum Antianemia Antibiotika Oksitosik Vitamin dan mineral Analgesik Analgesik Gangguan Saluran cerna

256236

150/110

PEB

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1/2

Oral

Sanprima F Methyl ergometrin Mefinal Diazepam Moloco B12 CDR Epidosin Progynova Syntocinon Methergin

Antibiotika Oksitosik Analgesik CNS deppresan Vitamin Vitamin Antispasmodikum Hormon Oksitosik Oksitosik

120631

180/100

PEB

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1

Oral

Syntocinon Methergin Valium MgSO4Obimin F Aspilet Epidosin Progynova Cytotec Amoxicillin Becom C Asam mefenamat

Oksitosik Oksitosik CNS deppresan Anti konvulsan Vitamin Anti platelet Antispasmodikum Hormon Oksitosik Antibiotika Vitamin Analgesik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

81

296055

140/100

PER

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

125 mg

3x1

Oral

Progynova Cytotec Syntocinon Methergin Amoxicillin CDR Asam mefenamat Methyl ergometrin Epidosin

Hormon Oksitosik Oksitosik Oksitosik Antibiotika Vitamin dan mineral Analgesik Oksitosik Antispasmodikum

501520

170/100

PEB

Metildopa Nifedipin Nifedipin

Antihipertensi bekerja sentral Antagonis kalsium Antagonis kalsium

250 mg

10 mg

10 mg

3x1

3x1

3x1

Oral

Oral

Oral

Amoxicillin Syntocinon Methergin Epidosin Progynova Cytotec Becom C Pronalges Vitamin B1

Antibiotika Oksitosik Oksitosik Antispasmodikum Hormon Oksitosik Vitamin Analgesik Vitamin

461263

150/90

PER

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1/2

Oral

Epidosin Progynova Cytotec Amoxicillin Asam mefenamat CDR Moloco B12Methyl ergometrin

Antispasmodikum Hormon Oksitosik Antibiotika Analgesik Vitamin dan mineral Vitamin Oksitosik

284553

140/100

PEB, HELLP syndrome, gemelli

_

_

_

_

_

Clasef Vitamin C Adona Kalnex Profenid Syntocinon

Antibiotika Vitamin Hemostatikum Antifibrinolitik Analgesik Oksitosik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

82

Theragram M Ceftriaxone Tramal Plantacid Sanprima F Methyl ergometrin CDR Mefinal Moloco B12

Vitamin dan mineral Antibiotika Analgesik Antasida Antibiotika Oksitosik Vitamin dan mineral Analgesik Vitamin

418516

130/90

PER, DKP, obesitas

_

_

_

_

_

Sanprima F Moloco B12Methyl ergometrin Mefinal CDR Ceftriaxone Vitamin C Methergin Kalnex Adona Profenid Petidin

Antibiotika Vitamin Oksitosik Analgesik Vitamin dan mineral Antibiotika Vitamin Oksitosik Antifibrinolitik Hemostatikum Analgesik Analgesik

456793

170/110

PEB, eclampsia

Metildopa Nifedipin Terazosin

Antihipertensi bekerja sentral Antagonis kalsium Penghambat α

250 mg

5 mg

1 mg

3x1

2x1

1x1/2

Oral

Oral

Oral

Valium Sanmol Ossoral Folamil Mefinal Trileptal Dilantin Profenid Dulcolax Vitamin C CDR Sanprima F Ceftriaxon Cytotec Kalnex

CNS deppresan Antipiretik Mineral Vitamin Analgesik Anti konvulsan Anti konvulsan Analgesik Laksatif Vitamin Vitamin dan mineral Antibiotika Antibiotika Oksitosik Antifibrinolitik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

83

Adona Rantin Fenitolin Nicholin

Hemostatikum Penghambat pompa proton Antikonvulsan obat kerusakan saraf

469161

180/110

PEB, DKP

Metildopa Furosemid

Antihipertensi bekerja sentral Diuretika kuat

250 mg

20 mg

3x1

1 ampul

Oral

intravena

Cefasol Toradol Metrofusin Profenid Pimperan Sangobion Starcef Clyndamicin Enzyplex Celebrex

Antibiotika Analgesik Antiprotozoa Analgesik Anti mual/muntah Antianemia Antibiotika Antibiotika Enzim pencernaan AINS

468572 200/120 PEB, impending eclampsia, suspect HELLP syndrome

Metildopa Kaptopril Nifedipin Klonidin Furosemid Terazosin

Antihipertensi bekerja sentral Penghambat ACE Antagonis kalsium Antihipertensi bekerja sentral Diuretika kuat Penghambat α

250 mg

12,5 mg

10 mg

150 mcg

20 mg

0,5 mg

3x1

3x1

3x1

½ ampul

1

ampul

1x1

Oral

Oral

Oral

intravena

intravena

Oral

MgSO4Adona F Dexamethason Diazepam Aspilet Amoxicillin Profenid Presmaston Clasef Toradol Metrofusin Epedrin Starcef Clyndamicin Celebrex Enzyplex Adrenalin Obat batuk

Antikonvulsan Hemostatikum Kortikosteroid CNS deppresan Anti platelet Antibiotika Analgesik Aborsi habitual Antibiotika Analgesik Anti protozoa Bronkodilator Antibiotika Antibiotika AINS Enzim pencernaan Obat untuk syok Obat batuk

452672

160/100

PEB, obesitas

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1

Oral

Ceftriaxone Methergin Adona Kalnex

Antibiotika Oksitosik Hemostatikum Antifibrinolitik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

84

Profenid Sanprima F Methyl ergometrin CDR Mefinal Moloco B12Valium

Analgesik Antibiotika Oksitosik Vitamin dan mineral Analgesik Vitamin CNS deppresan

449305

170/100

PEB

_

_

_

_

_

Broadcef Vitamin C Alinamin F Profenid Calsii gluconas Ossodrox Non flamin Pronalges Prolactin Becom C Hemobion Lynoral

Antibiotika Vitamin Vitamin Analgesik Kalsium glukonat Antibiotika Analgesik Analgesik Hormon Vitamin Antianemia Hormon

000642

160/100

PEB

Nifedipin Nifedipin Amlodipin besilat

Antagonis kalsium Antagonis kalsium Antagonis kalsium

10 mg

10 mg

5 mg

2x1

2x1

1x1

Oral

Oral

Oral

Sanprima F Ceftriaxone Vitamin C Adona Kalnex Methergin Profenid Plantacid Velosef CDR Moloco B12Mefinal Hemobion

Antibiotika Antibiotika Vitamin Hemostatikum Antifibrinolitik Oksitosik Analgesik Antasida Antibiotika Vitamin dan mineral Vitamin Analgesik Antianemia

428623 200/100 PEB Nifedipin

Antagonis kalsium

10 mg

2x1

Oral

MgSO4Rocephin Ceradolan

Anti konvulsan Antibiotika Antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

85

Nifedipin

Antagonis kalsium

5 mg

2x1

Oral

Toradol Profenid Narfoz

Analgesik Analgesik Antagonis 5HT3

076398

180/120

PEB

_

_

_

_

_

Ossadrox Pronalges Nonflamin Ossoral Folamil Becom C Alinamin F Kalnex Broadcef Toradol

Antibiotika Analgesik Analgesik Mineral Vitamin Vitamin Vitamin Antifibrinolitik Antibiotika Analgesik

342659

120/80

PER

Metildopa Furosemid

Antihipertensi bekerja sentral Diuretika kuat

250 mg

20 mg

3x1

2x1

Oral

Oral

Clasef Vitamin C Alinamin F Kalnex Adona Methergin Profenid Syntocinon Mefinal Moloco B12Sanprima F Plantacid CDR Hemobion Methyl ergometrin

Antibiotika Vitamin Vitamin Antifibrinolitik Hemostatikum Oksitosik Analgesik Oksitosik Analgesik Vitamin Antibiotika Antasida Vitamin dan mineral Antianemia Oksitosik

486364

140/100

PEB, gemelli

Metildopa Furosemid

Antihipertensi bekerja sentral Diuretika kuat

250 mg

20 mg

2x1

1x1

Oral

Oral

Sanprima F CDR Mefinal Cytotec Ossoral Kalmethason Sanmol

Antibiotika Vitamin dan mineral Analgesik Oksitosik Mineral Kortikosteroid Antipiretik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

86

Nifedipin

Antagonis kalsium

10 mg

2x1

Oral

Ceftriaxone Vitamin C Alinamin F Kalnex Adona Naropin Profenid Toradol Diazepam

Antibiotika Vitamin Vitamin Antifibrinolitik Hemostatikum Anestesi lokal Analgesik Analgesik CNS deppresan

491378

160/100

PEB

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1

Oral

Sanprima F CDR Mefinal Methyl ergometrin Moloco B12Valium Kalmethason Ceftriaxon Vitamin C Kalnex Adona Profenid

Antibiotika Vitamin dan mineral Analgesik Oksitosik Vitamin CNS deppresan Kortikosteroid Antibiotika Vitamin Antifibrinolitik Hemostatikum Analgesik

492420

140/90

PER, serotinus

_

_

_

_

_

Sanprima F Methyl ergometrin Mefinal Moloco B12CDR Adona Kalnex Profenid Vitamin C Ceftriaxone

Antibiotika Oksitosik Analgesik Vitamin Vitamin Hemostatikum Antifibrinolitik Analgesik Vitamin Antibiotika

493487 200/120 PEB, eklampsia, prematuritas

Nifedipin Furosemid

Antagonis kalsium Diuretika kuat

10 mg

20 mg

2x1

1 kali

Oral

intravena

Ossadrox MgSO4Kalmethason Aspilet

Antibiotika Anti konvulsan Kortikosteroid Anti platelet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

87

Evion Valium Ceftriaxon Profenid

Vitamin CNS deppresan Antibiotika Analgesik

488369

150/90

PEB, obesitas

_

_

_

_

_

Ceftriaxone Methergin Cordarone Zegase Naropin Petidin HCl Profenid Sanprima F CDR Moloco B12Narfoz Alinamin F Mefinal

Antibiotika Oksitosik Anti aritmia Mineral Anestesi lokal Analgesik Analgesik Antibiotika Vitamin dan mineral Vitamin Obat mual/muntah Vitamin Analgesik

495419 170/100 PEB, fetal compromise, IUGR

Nifedipin Furosemid

Antagonis kalsium Diuretika kuat

10 mg

40 mg

2x1

1 kali

Oral

Oral

MgSO4Toradol Ceradolan Profenid

Antikonvulsan Analgesik Antibiotika Analgesik

203122

150/100

PEB

Metildopa

Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

3x1

Oral

Starcef Clindamicin Celebrex Plantacid Valium Profenid Cefasol Metrofusin Toradol Bisolvon Petidin

Antibiotika Antibiotika AINS Antasida CNS deppresan Analgesik Antibiotika Anti protozoa Analgesik Oat batuk Analgesik

079378 190/120 PEB, eclampsia, prematuritas, growth retardation

Nifedipin Metildopa

Antagonis kalsium Antihipertensi bekerja sentral

10 mg

250 mg

2x1

3x1

Oral

Oral

MgSO4Kalmethason Evion Aspilet Dumocalsim

Antikonvulsan Kortikosteroid Vitamin Anti platelet Mineral

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

88

Furosemid

Diuretika kuat

20 mg

1 kali

Intravena

Ceradolan Profenid Cetalgin Bellaphen Moloco B12Bactrim F Syntocinon

Antibiotika Analgesik Analgesik Antimigren Vitamin Antibiotika Oksitosik

502314

170/120

PEB, kista demoid

Metildopa Nifedipin

Antihipertensi bekerja sentral Antagonis kalsium

250 mg

10 mg

3x1

1 kali

Oral

Sublingual

Mefinal Ceftriaxon Vitamin C Kalnex Adona Pronalges Sanprima F Methyl ergometrin CDR Moloco B12

Analgesik Antibiotika Vitamin Antifibrinolitik Hemostatikum Analgesik Antibiotika Oksitosik Vitamin dan mineral Vitamin

267386

170/120

PEB

Nifedipin Furosemid Metildopa Klonidin

Antagonis kalsium Diuretika kuat Antihipertensi bekerja sentral Antihipertensi bekerja sentral

10 mg

20 mg

250 mg

0,150 mg

2x1

1x1

3x1

2 kali

Oral

Oral

Oral

Intravena

MgSO4Apilet Evion Cytotec Progynova Valium Prolic Sangobion Neurosanbe Kalmethason

Antikonvulsan Anti platelet Vitamin Oksitosik Hormon CNS deppresan Antibiotika Antianemia Multivitamin Kortikosteroid

007336

180/120

PEB

Nifedipin Metildopa

Antagonis kalsium Antihipertensi bekerja sentral

10 mg

250 mg

1 kali

3x1

Sublingual

Oral

Sanprima F Mefinal CDR Moloco B12Methergin Diazepam Sanadryl Folamil

Antibiotika Analgesik Vitamin dan mineral Vitamin Oksitosik CNS deppresan Obat batuk Vitamin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

89

Ossoral Kalmethason Prosogan Ceftriaxon Kalnex Adona Pronalges

Mineral Kortikosteroid Penghambat pompa proton Antibiotika Antifibrinolitik Hemostatikum Analgesik

476454

160/100

PEB

Metildopa Nifedipin

Antihipertensi bekerja sentral Antagonis kalsium

250 mg

5 mg

3x1

3x1

Oral

Oral

Sanprima F Methyl ergometrin Mefinal Kalmethason Ceftriaxon Vitamin C Adona Pronalges Syntocinon Valium

Antibiotika Oksitosik Analgesik Kortikosteroid Antibiotika Vitamin Hemostatikum Analgesik Oksitosik CNS deppresan

293637

180/120

PEB

Metildopa Nifedipin Klonidin

Antihipertensi bekerja sentral Antagonis kalsium Antihipertensi bekerja sentral

250 mg

10 mg

75 mg

3x1

1x1

3x1/2

Oral

Oral

Oral

Sanprima F Methyl ergo metrin Mefinal Ceftriaxone Vitamin C Kalnex Adona Pronalges Syntocinon CDR Moloco B12

Antibiotika Oksitosik Analgesik Antibiotika Vitamin Antifibrinolitik Hemostatikum Analgesik Oksitosik Vitamin dan mineral Vitamin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

90

Lampiran 5. Tingkatan evidence

I. Penelitian acak yang menunjukkan perbedaan statistik yang signifikan pada

sedikitnya satu outcome yang penting (kelangsungan hidup, major illness) atau

jika perbedaan statistik tidak signifikan, hasil dari sebuah penelitian acak dengan

ukuran sampel yang adekuat hingga meniadakan 25% perbedaan resiko relatif

dengan kekuatan 80%.

II. Penelitian acak yang tidak terdapat pada kriteria level I.

III. Penelitian tidak acak dengan subjek kontrol yang homogen dan dilakukan dengan

prosedur yang sistematik (tidak berdasarkan salah satu perlakuan yang cocok

untuk setiap pasien) atau merupakan analisis subgroup pada penelitian acak.

IV. Penelitian Case series (sedikitnya 10 pasien) dengan riwayat subjek kontrol

berasal dari penelitian lain.

V. Penelitian case series (sedikitnya 10 pasien) tanpa subjek kontrol

VI. Laporan kasus (kurang dari dari 10 pasien)

Tingkatan rekomendasi

A. Rekomendasi berdasarkan 1 penelitian atau lebih pada level I

B. Bukti klinis terbaik yang berada pada level II

C. Bukti klinis terbaik yang berada pada level III

D. Bukti klinis terbaik yang berada pada level yang lebih rendah dari level III dan

terdiri atas pendapat dugaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

91Lampiran 6. Lembar Pengumpulan Data Profil Peresepan Obat Antihipertensi pada Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

No. Reg :

Nama :

Umur :

Usia Kehamilan :

Tgl masuk:

Tgl persalinan:

Tgl keluar

Lama perawatan:

Status keluar :

GEJALA DAN TANDA

1. pusing 2. penglihatan kabur 3. nyeri epigastrum 4. mual / muntah 5. kejang 6. koma

DATA LAB

Trombosit : SGOT : SGPT : Ureum : Kreatinin Asam urat : Bakteri :

Diagnosis :

Komplikasi :

TD masuk :

TD post partum :

TD Keluar :

Proteinuria :

Edema :

Macam persalinan :

Jenis kelamin bayi: BB:

Kelainan :

Kehamilan ke:

PENGOBATAN Nama Obat Rute Dosis obat Frekuensi Golongan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI … PROFIL PERESEPAN OB AT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

93

BIOGRAFI PENULIS

Beatrix Marendeng lahir di kota Palopo pada bulan Juli

1982 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Lahir dari

pasangan Frans Rimbun dan Christina ulfa. Lulus TK

Kristen Palopo tahun 1990, SDN 84 Salolo tahun 1996,

SLTP Katolik Makale 1999, SMU Stella Duce 1 tahun

2002, dan kemudian menempuh pendidikan S1 di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI