produktivitas kerja perawat

Upload: basten

Post on 05-Apr-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    1/41

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Hakekat Ketenagakerjaan

    Hakekat ketenagakerjaan pada intinya adalah pengaturan, mobilisasi potensi, proses motivasi,

    dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui karyanya (Suarli,

    2008). Hal ini berguna untuk tercapainya tujuan individu, organisasi, ataupun komunitas.

    Keputusan yang diambil tentang ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh falsafah yang dianut

    oleh pemimpin keperawatan tentang pendayagunaan tenaga kerja. Misalnya, pandangan

    tentang motivasi kerja dan konsep tentang tenaga keperawatan. Dari pandangan dasar tersebut

    akan terbentuk pola ketenagakerjaan yang disesuaikan dengan gambaran pemimpin.

    1. Perekrutan dan seleksi tenaga kerja

    Ketenagakerjaan memerlukan koordinasi antara bagian-bagian pelayanan keperawatan.

    Biasanya, bagian personalia mengadakan penerima pegawai yang diajukan dari bagian lain.

    Langkah pertama pada perekrutan adalah menstimulasi calon untuk mengisi posisi yang

    dibutuhkan. Hal ini tidak sederhana karena tidak hanya segi teknis kualifikasi, melainkan

    juga kualitas individu harus sesuai dengan pekerjaan, suasana, dan tujuan organisasi.

    Dalam perekrutan ada 5 kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu :

    a. Profil keperawatan saat ini

    b. Program perekrutan

    c. Metode perekrutan

    d. Program pengembangan tenaga baru

    e. Prosedur penerimaan, yang melalui tahap seleksi, penentuan kualifikasi, dasar seleksi,

    proses seleksi, dan prosedur lamaran.

    Selain kriteria perekrutan diatas hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    2/41

    a. Syarat yang harus dipenuhi dalam perekrutan, yaitu :

    1) Data biografi, berisikan riwayat personal calon, latar belakang pendidikan, riwayat

    dan pengalaman kerja, serta data lain yang dapat menunjang.

    2) Surat rekomendasi/referensi dari perusahaan/instansi dimana calon bekerja

    sebelumnya.

    3) Wawancara, untuk mencari informasi, member informasi dan menentukan apakah

    calon memenuhi persyaratan untuk posisi tertentu.

    4) Psikotes, untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, bakat, dan sikap

    umum calon.

    b. Orientasi dan pengembangan dalam kaitannya dengan perekrutan, yaitu :

    1) Orientasi institusi yang melibatkan penjelasan tentang :

    a) Misi rumah sakit, riwayat dan tujuan spesifik rumah sakit/organisasi.

    b) Struktur dan kepemimpinan

    c) Kebijakan personalia, evaluasi kerja, promosi, cuti dan lain sebagainya

    d) Perilaku yang diharapkan, pengembangan staf, dan program pembinaan yang

    ada

    e) Hubungan antar karyawan dan hubungan dengan pimpinan

    2) Orientasi pekerjaan, yang melibatkan tindakan untuk :

    a) Memahami tujuan bagian keperawatan dan bagaimana tujuan diterjemahkan

    kedalam deskripsi pekerjaan

    b) Memahami tujuan keperawatan dalam hubungannya dengan tujuan individu

    c) Menciptakan hubungan interpersonal

    d) Memperkenalkan pekerjaan, prosedur, dan kebijakan yang ada

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    3/41

    e) Melakukan orientasi tempat, fasilitas, dan perlengkapan yang ada

    f) Menjelaskan deskripsi pekerjaan, sesuai dengan tugas dan posisi yang diberikan

    3) Pengembangan staf, yang berlaku sesudah orientasi

    Hal ini dilakukan untuk melanjutkan edukasi secara bebas dan mengembangkan

    potensi secara penuh dari seseorang, dengan estetika, teknis, dan pendidikan

    professional.

    c. Penghargaan yang bisa diberikan pada pegawai/karyawan, berupa :

    1) Promosi kenaikan tingkat

    a) Merupakan reward untuk individu yang berprestasi atau kesempatan

    pengembangan

    b) Mempertimbangkan senioritas

    Manfaat dari promosi yaitu :

    a) Mempertinggi semangat kerja bagi yang berprestasi

    b) Menciptakan keseimbangan

    c) Memotivasi

    2) Mutasi, yaitu pemindahan dari suatu pekerjaan/jabatan ke pekerjaan/jabatan lain.

    d. Hambatan dalam ketenagakerjaan yang biasanya muncul, berupa :

    1) Absensi (karyawan tidak masuk kerja)

    a) Persentase absensi :

    x 100%

    b) Rata-rata frekuensi absensi per tahun :

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    4/41

    x 100%

    c) Faktor absensi (tidak masuk kerja)

    d) Pola absensi

    e) Cara mengurangi absensi

    2) Keluar-masuknya tenaga kerja (turn-over)

    Pengurangan dalam mengurangi turn-over dapat dilakukan pada waktu :

    a) Proses penerimaan karyawan

    b) Peningkatan penugasan

    c) Perubahan job-description

    d) Pengembangan

    x 100%

    3) Kejenuhan/burn-out

    Merupakan keadaan dimana karyawan merasa kemampuan dirinya semakin kurang

    dan kerja keras menjadi kurang produktif. Hal ini biasanya disebabkan oleh :

    a) Peran dan fungsi yang kurang jelas

    b) Perasaan terisolasi

    c) Beban kerja berlebihan

    d) Terlalu lama disuatu bagian

    2. Pengembangan Staf

    Tujuan pengembangan staf adalah membantu individu meningkatkan diri dalam

    pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman dibidangnya, melalui kegiatan pendidikan

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    5/41

    berkelanjutan, program pelatihan, dan lain sebagainya (Suarli,2008). Berbagai macam

    pengembangan, penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan, baik pelatihan maupun

    pendidikan, yang bermanfaat untuk pekerjaan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap

    perawat. Kegiatan ini meliputi :

    a. Pelatihan awal (introduction training) untuk karyawan baru

    b. Orientasi pendidikan dalam pengerjaan (education on-the job)

    c. Pendidikan berkelanjutan baik formal maupun nonformal.

    Pengaturan pengembangan staf terdiri dari :

    a. Di rumah sakit yang besar terdapat bagian tersendiri yang ada kaitannya pada bagian

    personalia

    b. Bagian keperawatan membuat komisi/diklat.

    B. Ketenagaan dalam Keperawatan

    1. Faktor-faktor yang terkait dengan beban kerja perawat

    Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan beberapa faktor

    yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :

    a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit

    b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien.

    Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 2000) membagi klasifikasi

    klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai

    berikut :

    1) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari. Yang

    termasuk kedalam kategoriself care adalah :

    a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

    b) Makanan dan minum dilakukan sendiri

    c) Ambulasi dengan pengawasan

    d) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    6/41

    e) Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil

    f) Perawatan luka sederhana.

    2) Kategori II :Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari.

    Yang termasuk kedalam kategori intermediate care adalah :

    a) kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

    b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

    c) Ambulasi dibantu

    d) Pengobatan dengan injeksi

    e) Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat

    f) Klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.

    3) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari. Yang

    termasuk kedalam kategori total care adalah :

    a) Semua kebutuhan klien dibantu

    b) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan

    c) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

    d) Rata-rata hari perawatan klien

    e) Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung

    f) Frekuensi tindakan yang dibutuhkan

    g) Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung

    h) Pemberian cuti

    2. Langkah-langkah perencanaan dalam keperawatan

    Menurut Drucker dan Gillies (1994) ada beberapa langkah-langkah perencanaan tenaga

    keperawatan, yaitu :

    a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan

    b. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pelayanan

    keperawatan

    c. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan

    d. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada

    e. Melakukan seleksi calon-calon yang ada

    f. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit/shift

    g. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    7/41

    C. Sistem Penugasan

    Menurut Grant dan Massey (1997) serta Marquis dan Huston (1998), terdapat lima model

    asuhan keperawatan professional (MAKP) ayng sudah ada dan akan terus dikembangkan di

    masa depan, dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.

    1. Fungsional

    Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan. Hal

    itu dilakukan sebagai pilihan utama sejak Perang Dunia Kedua. Waktu itu, karena masih

    terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2

    jenis intervensi keperawatan (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.

    Adapun kelebihan dari model fungsional yaitu:

    a. Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembangian tugas yang

    jelas, dan pengawasan yang baik

    b. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan pasien

    diserahkan kepada perawat junior dan/atau perawat yang belum berpengalaman

    c. Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.

    Beberapa kelemahan dari model fungsional sebagai berikut:

    a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

    b. Pelayanan keperawatan terpsah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan

    c. Persepsi keperawatan cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan

    saja.

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    8/41

    Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Fungsional (Marquis & Huston, 1998, Hal. 138)

    2. Keperawatan Tim

    Model ini merupakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda, dalam memberikan

    asuhan keperawatan teradap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3

    tim/grup yang terdiri atas tenaga professional, tenaga teknis, dan pembantu dalam satu grup

    kecil yang saling membantu.

    Kelebihan dari keperawatan tim yaitu:

    a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

    b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

    c. Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi

    kepuasan kepada anggota tim.

    Kepala Ruangan

    Perawat :

    Merawat

    Luka

    Perawat :

    Pengobatan

    Perawat :

    Merawat Luka

    Perawat:

    Pengobatan

    Pasien/klien

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    9/41

    Kekurangan dari keperawatan tim:

    Komunikasi angtaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang

    biasanya membutuhkan waktu karena sulit untuk melaksanakannya pada waktu-waktu

    sibuk.

    Kepala Ruangan

    Ketua Tim

    Staf Pegawai

    Pasien/klien Pasien/klien

    Staf Pegawai

    Ketua Tim

    Pasien/klien

    Staf Pegawai

    Ketua Tim

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    10/41

    Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Keperawatan Tim

    (Marquis & Huston, 1998, Hal. 139)

    a. Konsep Keperawan Tim

    Secara garis besar, konsep keperawatan tim ini terdiri dari atas beberapa poin yang

    harus dilaksanakan, yaitu:

    1) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai

    teknik kepemimpinan

    2) Komunikasi ynag efektif sangat penting, agar kontinuitas rencana keperawatan

    terjamin

    3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim

    4) Peran kepala ruangan dalam metode tim ini sangat penting.

    b. Tanggung jawab angota tim terdiri atas:

    1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berada dibawah tanggung

    jawabnya

    2) Bekerja sama dengan anggota tim dan antartim

    3) Memberikan laporan

    c. Tanggung jawab ketua tim yaitu:

    1) Membuat perencanaan

    2) Membuat penguasaan, supervise, dan evaluasi

    3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien

    4) Mengembangkan kemampuan anggota

    5) Menyelenggarakan konferensi

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    11/41

    d. Tanggunng jawab kepala ruangan adalah sebagai berikut:

    1) Perencanaan

    Perencanaan seharusnya menjadi tanggung jawab kepala ruangan pada tahap

    perencanaan. Tugas bagian perencanaan ialah:

    a) Menunjuk ketua tim untuk bertugas diruangan masing-masing

    b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya

    c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien

    d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibuuhkan berdasarkan aktivitas dan

    kebutuhan klien bersama ketua tim

    e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

    f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan

    medis yang dilakukan

    2) Pengorganisasian

    Tugas dari pengorganisasian yaitu:

    a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

    b) Merumuskan tujuan metode penugasan

    c) Membuat rentang kendali kepala ruangan yang memawahi dua ketua tim dan

    ketua tim yang membawahi 2-3 perawat

    d) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota ti secara jelas

    e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan

    f) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan

    3) Pengarahan

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    12/41

    Adapun tugas dari pengarahan adalah:

    a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

    b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik

    c) Memberi motivasi dalam peningkatanpengetahuan, keterampilan dan sikap

    d) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

    4) Pengawasan

    Beberapa tugas dari pengawasan yaitu:

    a) Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim

    maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

    b) Melalui supervise, yang dapat dilakukan dengan cara : pengawasan langsung

    (melalui inspeksi, mengamati sendiri, atsu melalui laporan langsung secara

    lisandan memperbaiki kelemahan yang ada), pengawasan tidak langsung

    ( mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana

    keperawatan), evaluasi (mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan

    dengan rencana keperawatan yang telah disusun), dan audit keperawatan.

    3. Keperawatan Primer

    Keperawatan primer ialah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung

    jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien. Secara garis besar,

    system keperawatan primer memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

    Kelebihan dari keperawatan primer antara lain:

    a. Bersifat kontinu da komprehensif

    b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

    memungkinkan pengembangan diri

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    13/41

    c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit. (Gillies,

    1989)

    Kelemahan dari keperawatan primer:

    Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memilki pengalaman dan pengetahuan yang

    memadai dengan criteria asertif, self direction, memilki kemampuan untuk mengambil

    keputusanyang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabilitas, serta mampu

    berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

    Sistem asuhan keperawatan dengan model keperawatn primer

    (Marquis & Huston, 1998, Hal. 141)

    1) Konsep dasar keperawatan primer

    a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

    b) Ada otonomi

    c) Ada keterlibatan pasien dan keluarga

    2) Tugas perawat primer

    Perawat

    Pelaksana

    (Harian)

    DokterSarana Rumah

    SakitKepala Ruangan

    Perawat

    Pelaksana

    (Malam)

    Perawat

    Pelaksana

    (Siang)

    Perawat primer

    Pasien/Klien

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    14/41

    a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

    b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

    c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama berdinas

    d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh

    disipin lain maupun perawat lain

    e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

    f) Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan pasien

    g) Mengadakan kunjungan rumah

    3) Peran kepala ruangan/bangsal

    a) Menjadi konsultan dan pengendali mutu perawat primer

    b) Memberi orientasi dan merencanakan karyawan baru

    c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

    d) Melakukan evaluasi kerja

    e) Merencanakan pengembangan staf

    f) Membuat 1-2 pasien utnuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi

    4) Ketenagakerjaan dalam keperawatan primer

    a) Setiap perawat primer adalah perawat bed side

    b) Beban kasus adalah 4-6 pasien untuk satu perawat

    c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

    d) Perawa primer dibantu oleh perawat professional lain maupun perawa

    nonprofessional sebagai perawat asisten.

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    15/41

    4. Managemen Kasus

    Dalam model ini, setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat

    dinas. Penugasan untuk kasus biasanya menggunakan metode satu pasien-satu perawat. Hal

    ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan privat atau untuk perawatan khusus, seperti

    ruang isolasi dan intensive care.

    Manajemen kasus secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:

    Kelebihan dari manajemen kasus yaitu:

    a) Perawat lebih memahami kasus per kasus

    b) System evauasi dan manajerial menjadi lebih mudah

    Kekurangan yang teerdapat pada manajemen kasus adalah:

    a) rawat penanggung jawab belum dapat teridentifikasi

    b) Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama.

    Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Keperawatan Tim

    Kepala Ruangan

    Staf Pegawai

    Pasien/klien Pasien/klien

    Staf Pegawai

    Pasien/klien

    Staf Pegawai

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    16/41

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    17/41

    D. Filosofi Pengaturan Staf

    1. Pengaturan Staf

    Menurut Aydelotte dalam Swanburg 2000, mengatakan Metodologi pengaturan staf

    keperawatan harus merupakan proses yang teratur, sistematis, berdasarkan rasional,

    diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan

    untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada

    kelompok pasien dalam situasi tertentu. Hasil akhir adalah perkiraan bentuk dan jumalh

    staf yang diperlukan untuk memberikan perawatan pada pasien.

    Proses pengaturan staf bersifat kompleks. Komponen proses pengaturan staf ini adalh

    sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan staf, rencana

    penjadwalan, dan sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK).

    SIMK terdiri dari 5 elemen yaitu:

    1. Kualitas perawatan pasien yang diberikan dan pengukurannya

    2. Karakteristik pasien dan kebutuhan perawatan mereka

    3. Perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan untuk pokok 1 dan 2

    4. Logistis dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya

    5. Evaluasi kualitas perawatan yang diberikan, dengan demikian mengukur keberhasilanpengaturan staf itu sendiri

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    18/41

    Sumber : Swanburg, 2000

    Perawat manajer dapat melihat perbedaan dari tujuan yang ada di divisi keperawatan,

    filosofi, dan berbagai nilai objektif yang berhubungan dengan pengaturan staf. Filosofi

    mengatur staf dapat menekankan keyakinan tentang penggunaan sistem kemandirian pasien

    atau sistem klasifikasi pasien (SKP) untuk mengidentifikasi kebutuhan keperawatan pasien.

    Hal ini dapat meliputi penutupan keyakinan tentang penggunaan personel sebagai staf inti

    dengan dipenuhi pengaturan staf suplemen. Ini juga menguraikan siapa yang akan

    bertanggung jawab untuk menyewanya.

    Sasaran pengaturan staf keperawatan adalah pelayanan yang memuaskan dan produktivitas

    tinggi. Perawat profesional dapat mengembangkan pernyataan tujuan yang komprehensif

    dalam menyatakan kualitas dan kuantitas kinerja yang dimaksud untuk memotivasi.

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    19/41

    Dalam rangka meningkatkan kinerja staf keperawatan, Chintya Chew dalam tulisannya

    yang berudul Be A Better Boss dalam The Straits Times, 11 juli 1988, menyatakan

    bahwa ada 11 hal yang harus dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan atau staf untuk

    dapat meningktakan kijerjanya, yaitu :

    a. Pemberian instruksi yang jelas. Staf perlu diketahui secar jelas apa yang diinginkan

    melaui penjabaran kegiatan dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

    b. Belajar untk menjadi pendengar yang baik. Seringkali pimpinan mala untuk

    mendengar keluhan stafnya. Pimpinan akan kehilangan informasi yag semestinya

    sangat bermanfaat untuk mengembangkan kearah kemajuan yag diinginkan.

    c. Menghargai staf yang berprestasi. Pada hakekatnya, semua orang merasa senang

    bila mendapatkan penghargaan dala bentu apapun.

    d. Mengetahui kapan dan dimana memberi kritik. Memberitahukan staf bila mereka

    baik atau sebaiknya. Bila baik, beritahu reaksi anda dan jangan menunmpuk berbagai

    kelemahan untuk menumpahkannya sekaligus, dan jangan mengkritik orang atau staf

    anda didepan orang lain.

    e. Memberikan perhatian terhadap pengembangan karier bawahan. Pimpinan

    selayaknya memeberikan bimbingan pada stafnya untuk memperoleh cara-cara yang

    sesuai dalam meningkatkan karirnya.

    f. Pemberian tantangan. Motivasi terbaik adalah tantangan untuk pekerjaan. Bila tidak

    ada tantangan maka produktivitas, antusiasme kinerja akan menurun dan kondisi ini

    harus segera diantisipasi.

    g. Selalu melakukan komunikasi dengan bawahannya. Impinan harus mamu

    menggambarkan komunikasi dua arah dengan anak buah atau stafnya dan pimpinan

    harus mampu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti serta berkelanjutan.

    h. Menghargai bawahan dan mereka adalah orang yang dibutuhkan. Semua orang

    memilki keinginan untuk dibutuhkan oleh orang lain. Paada banyak kondisi, mintalah

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    20/41

    masukan atau pendapat dari staf mengenai hal apapun terutama dalam pengambilan

    keputusan.

    i. Tetaplah konsisten. Perilaku tidak konsisten hanya akan membuat staf menjadi

    bigung, frustasi, dan pasif terhadap tugas yag diberikan.

    j. Berlakulah adil. Seorang pimpinan harus mampu memperakukan stafnya secara

    adil. Perilaku diskriminatif kan menghancurkan moral karyawan dan menurunkan

    produktivitas kerja.

    Tahu bagaimana berkata tidak. Ada kalanya seorang pemimpin harus mengatakan tidak,

    terutama yag menyangkut visi dan misi. Meskipun demikian, pimpinan harus mampu

    memberikan alasan yang kuat mengapa harus menolak suatu keputusan atau usulan

    tertentu.

    2. Pertimbangan Pengaturan staf

    Studi pengaturan staf sebaiknya mengumpulkan data tentang faktor lingkungan baik di

    dalam maupun diluar organisasi yang mempengaruhi keperluan pengaturan staf.

    Rumus pengaturan staf menurut Medicus (University of South Alabama Medikal Center):

    Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada satu unit keperawatan adalah kenyataan

    bahwa personel keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah mencukupi dan

    adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 52

    minggu setahun, setiap rencana pengaturan staf harus disesuaikan dengan kebutuhan rumahsakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang

    sederhana.

    3. Peningkatan dan pengembangan staf

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    21/41

    Ada beberapa bentuk pengembangan staf yang akan dilakukan, antara lain :

    a. In servise education. Pendekatan yang dilakukan adalah bagaimana staf akan

    terlibat dalam proses pendidikan melalui berlangsungnya pelayanan kesehatan atau

    keperawatan yang terus diberikan kepada klien.

    b. Orientasi. Program ini diberikan kepada staf yang baru atau sebaliknya untuk

    mengenalkan tugas-tugas yang harus dilakukannya atau mengetahui adanya

    perkembangan teknologi dibidang kesehatan.

    c. Job training. Dilakukan melalui program enelitian bagi staf sesuai dengan bidang

    penugasannya atau job tertentu.

    d. Continuing nursing education. Program ini merupakan program berkelanjutan

    sesuai dengan sistem pendidikan formal yang berlaku, yaitu sistem pendidikan yang

    tinggi bagi perawat searas dengan statusnya sebagai insan profesi.

    e. Pelatihan kepemimpinan. Hakekatnya semua perawat adalah pimpinan. Oleh sebab

    itu, ia perlu mengembangkan kemampuan leadershipnya sebagai seorang profesional.

    f. Pengembangan karir. Staf mempunyai hak atas pengembangan karirnya sesuai

    dengan sistem yang berlaku. Pimpinan harus mampu merencanakan, melaksanakan,

    dan menilai pengembangan masing-masing stafnya.

    g. Study banding. Unit kerja satu dengan yang lain ternyata bersifat kompetitif. Oleh

    sebab itu, bukan tidak mungkin unit kerja lain mempunyai nilai lebih dibandingkan unit

    kerjanya sendiri.

    h. Penilaian kinerja. Seluruh staf diberikan penilaian terhadap kinerja melalui sistem

    penilaian yang berlaku. Cakupannnya antara lain tanggung jawab, loyalitas, kerajinan,

    kedisiplinan, kepemimpinan, dan kejujuran.

    i. Pendidikan dan pelatihan. Program ini direncanakan untuk memberikan pendidikan

    dan pelatihan terhadap staf melalui kurikulum yang sesuai kebutuhan dengantarget

    tertentu (waktu, materi, dan keterampilan)

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    22/41

    j. Magang dirumah sakit yang lebih maju. Harus diakui bahwa rumah sakit lain yang

    memiliki nilai lebih harus menjadi target untuk ngangsuh kawruh atau mencari serta

    menambah ilmu. Program ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan

    kedua belah pihak yang terlibat.

    k. Kelompok kerja keperawatan. Progam ini perlu dilaksanakan selaras dengan

    keperawatan sebagai profesi yang telah, tengah, dan terus dikembangkan. Produk

    kelompok kerja ini adalah hasil diskusi pengembangan keperawatan, karya tulis,

    prosedur tetap, materi pokok ajar temua ilmiah, penelitian keperawatan, pengembangan

    sistem pendidikan keperawatan, dan masukan untuk pengembangan organisasi profesi.

    l. Pengembangan kerja tim di ruangan. Konsep kerja tim ini masih banyak kendala

    dalam pelaksanaannya, namun semua komponen dalam tim tersebut perlu

    mengidentifikasi semua masalah dilapangan dilakukan oleh semua profesi keperawatan

    yang terlibat.

    E. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat di Rumah Sakit

    Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan

    dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa pendekatan dapat

    digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang

    dirawat, rasio perawat dan klien untuk memenuhi standar praktik keperawatan (Arwani, 2006).

    Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:

    1. Rasio perawat-klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data

    sensus.

    2. Pendekatan teknik industri yaitu identifikasi tugas perawat dengan menganalisa alur

    kerja perawat atau work flow. Rata-rata frekuensi dan waktu kerja ditentukan dengan

    data sensus klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    23/41

    3. System approach staffingatau pendekatan sistem ketenagaan dapat menentukan jumlah

    optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk setiap unit serta

    mempertimbangkan komponen: input-proses-output-umpan balik.

    Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, waktu perawatan

    tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung

    berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan

    klien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung yang dihitung

    berdasarkan tingkat ketergantungan klien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk

    perawatan langsung (direct care) adalah berkisar 4-5 jam/klien/hari. Menurut Minetti &

    Hurchinsun (1975) dalam Gillies (1994) , waktu yang dibutuhkan untuk perawatan

    langsung didasarkan pada kategori berikut:

    a. Perawatan mandiri (self care) adalah X 4 jam = 2 jam

    b. perawatan sebagian (partial care) adalah X 4 jam = 3 jam

    c. Perawatan total (total care) adalah 1-11/2 X 4 jam = 4-6 jam

    d. Perawatan intensif (intensive care) adalah 2 X 4 jam = 8 jam

    Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu:

    a. Jumlah klien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut

    b. Kondisi atau tingkat ketergantungan

    c. Rata-rata hari perawatan

    d. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan

    kesehatan

    e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan klien

    f. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan

    Ada beberapa metoda perhitungan ketenagaan dalam keperawatan yang sering digunakan

    yaitu :

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    24/41

    a. Cara rasio

    Metode rasio didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 262 tahun

    1979, kebutuhan tenaga didasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di kelas

    masing-masing. Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator

    personal yang diperlukan. Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan

    mudah. Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa

    mengetahui produktifitas sumber daya manusia rumah sakit, dan kapan personal

    tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang membutuhkan. Cara

    rasio bisa digunakan bila kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan personal

    terbatas, jenis, tipe dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil. Cara rasio yang

    umum digunakan adalah berdasarkan Surat Keputusan Menkes R Menkes R.I nomor

    262 tahun 1979 tentang ketenagaan Rumah Sakit, dengan standar sebagai berikut :

    Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT

    A dan B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1

    C 1/9 1/1 1/5

    D 1/15 1/6 2/3

    Khusus Disesuaikan

    Rumah sakit Perbandingan

    Kelas A dan B Tempat tidur:tenaga medis= 4-7:1

    Tempat tidur:tenaga keperawatan=2:3-4

    Tempat tidur:tenaga non keperawatan=3:1

    Tempat tidur:tenaga non medis=1:1

    Kelas C Tempat tidur:tenaga medis= 9:1

    Tempat tidur:tenaga keperawatan=1:1

    Tempat tidur:tenaga non keperawatan=5:1

    Tempat tidur:tenaga non medis=3:4

    Kelas D Tempat tidur:tenaga medis= 15:1

    Tempat tidur:tenaga keperawatan=2:1

    Tempat tidur:tenaga non medis=6:1

    (Sumber:SK Menkes no. 262 1979)

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    25/41

    contoh perhitungan:

    Suatu rumah sakit tipe B dengan jumlah tempat tidur 300 buah, maka seorang pimpinan

    tenaga keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga keperawatan adalah :

    1) x 300 = 450

    2) x 300 = 600

    Maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk rumah sakit tersebut adalah

    antara 450 orang sampai 600 orang.

    b. Cara Need

    Cara ini berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan

    memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan

    terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama

    dirumah sakit. Contohnya pada klien yang berobat jalan, maka mendapatkan pelayanan

    harus melalui pembelian karcis, pendaftaran, pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan,

    pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu

    yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. Hudgins (1992)

    menggunakan standar waktu pelayanan sebagai berikut :

    Tugas Lama waktu (menit) untuk pasien

    Baru Lama

    PendaftaranPemeriksaan dokter

    Pemeriksaan asisten dokter

    Penyuluhan

    Laboratorium

    315

    18

    51

    5

    411

    11

    0

    7

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    26/41

    Contoh :

    Rumah Sakit A tipe B memberikan pelayanan kepada pasien rata-rata 500 orang perhari

    dimana 50 % adalah pasien baru, maka seorang pemimpin keperawatan akan

    memperhitungkan jumlah tenaga sebagai berikut:

    1) Tenaga yang diperlukan untuk bertugas dibagianpendaftaran adalah : (3 +

    4)/2= 3,5 x 500/240=7,29 (7 orang tenaga), jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai

    jam 12.00 (240 menit).

    2) Tenaga dokter yang dibutuhkan adalah : (15 + 11)/2 = 13 x 500/180 = 36,11

    (36 orang dokter), jika ia bekerja dari jam 09.00 sampai jam 12.00 (180 menit).

    3) Tenaga asisten dokter yang dibutuhkan adalah : (18 + 11)/2 =14,5 x

    500/240= 30,2 (30 orang asisten dokter), jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam

    12.00 (120 menit).

    4) Tenaga penyuluhan yang dibutuhkan adalah : 51/2 = 25,5 x 500/240 =

    53,13 (53 orang tenaga penyuluhan), jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam

    12.00 (240 menit).

    5) Tenaga laboratorium yang dibutuhkan adalah : (5+7)/2=6 x 500/240 = 12,5

    (13 orang tenaga laboratorium), jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam 12.00

    (240 menit).

    Untuk pasien rawat inap, Douglas (1948) menyampaikan standard waktu pelayanan

    pasien rawat inap sebagai berikut: perawatan minimal memerlukan waktu = 1-2 jam/24

    jam, perawatan intermediet memerlukan waktu = 3-4 jam/24 jam, dan perawatan

    maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.

    Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit,

    didapatkan jumlah perawat yang dibuthkan pada pagi, sore, dan malam tergantung pada

    tingkat ketergantungan pasien seperti pada table dibawah ini :

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    27/41

    Jumlah

    pasien

    Klasifikasi pasien

    Minimal Parsial Total

    Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

    1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

    2 0,34 0,28 0,54 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

    3 0,51 0,42 0,81 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

    Dst

    Contoh perhitungan :

    Di ruang cendrawasih I RSUD Arifin Ahmad dirawat 17 orang klien, dimana 3 orang

    dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orangdengan ketergantungan total. Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

    Minimal Partial Jumlah Total

    Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang

    Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang

    Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang

    Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 rang

    c. Cara Demand

    Cara Demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata

    dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat

    darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut :

    1) Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit

    2) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit

    3) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit

    Konversi perhitungan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara need.

    d. Metoda Gillies

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    28/41

    Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit

    perawatan adalah sebagai berikut :

    Jumlah jam keperawatan rata-rata jumlah jumlah keperawatan

    yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun = yang dibutuhkan/tahun

    jumlah hari/tahun hari libur x jumlah jam kerja jumlah jam keperawatan

    masing2 perawat tiap perawat yang diberikan perawat/tahun

    =jumlah perawat di satu unit

    Prinsip perhitungan rumus gillies :

    Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu :

    1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang

    ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spritual.

    Berdasarkan tingkat ketergantunga pasien pada perawat maka dapat

    diklasifikasikan dalam empat kelompok :self care, partial care, total care, dan

    intensive care. MenurutMinetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan

    langsung setiap pasien adalah empat jam perhari, sedangkan untuk :

    a) Self care dibutuhkan x 4 jam : 2 jam

    b) Partial care dibutuhkan jam x 4 jam : 3 jam

    c) Total care dibutuhkan 1-1.5 x 4 jam : 4-6 jam

    d) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam

    2) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana

    perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis

    dan membaca cacatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian

    R.S Graha Detroit ( gillies,1989,h.245)= 38 menit/klien/hari, sedangkan menurut

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    29/41

    Wolfe & Young (Gillies,1989,h.245)= 60 menit/klien/hari dan penelitian dari R.S

    Jhon Hopkin dibutuhkan 60 menit/pasien (Gillies.1994)

    3) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi : aktivitas,

    pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994)

    waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 emnit/klien/hari.

    Rata-rata klien perhari, adalah jumlah klien yang dirawat disuatu unit. Berdasarkan

    rata-rata atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :

    Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu

    Jumlah tempat tidur x 365 hari X 100%

    a) Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari

    b) Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu : 128 hari (hari minggu =

    52 hari, hari sabtu = 52 hari). Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat,

    kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya.

    Hari libur nasional = 12 hari, dan cuti tahunan = 12 hari.

    c) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah : 40 jam perminggu ( kalau hari kerja

    efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam perhari, kalau hari kerja efektif 6 hari perminggu

    maka 40/6 = 6.6 jam perhari.

    d) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah

    20% ( untuk antisipasi kekurangan/cadangan )

    Contoh perhitungan :

    Dari hasil observasi dan sensusu harian selama 6 bulan disebuah rungan di rumah sakit

    A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata klien

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    30/41

    yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 5

    orang dapat melakukan perawatan individu/mandiri, 5 orang perlu diberikan perawatan

    sebagian, dan 5 orang diberikan perawatan secara total. Tingkat pendidikan perawat

    yaitu SPK dan D III keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu.

    Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat

    diruang tersebut adalah :

    1) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien

    perhari,

    Keperawatan langsung :

    a) Keperawatan mandiri 5 orang klien : 5 x 2 jam = 10 jam

    b) Keperawatan sebagian 5 orang klien : 5 x 3 jam = 15 jam

    c) Keperawatan total 5 orang klien : 5 x 6 jam = 30 jam

    Jumlah = 55 jam

    Keperawatan tidak langsung : 15 orang klien x 1 jam = 15 jam

    Penyuluhan kesehatan : 15 orang klien x 0.25 jam = 3.75 jam

    Total jam secara keseluruhan adalah 73.75 jam

    2) Mennetukan jumlah total jam keperawaatan yang dibutuhkan perklien

    perhari adalah 73.75 jam : 15 klien = 4.9 jam

    3) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut

    adalah langsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) di atas, sehingga

    didapatkan hasil :

    4.9 jam/klien/hari X 15org/hari X 364 hari = 26827.5 jam/thn = 16.17 orang

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    31/41

    365 hr 128 hr/thn X 7 jam 1659 jam/thn

    = 16 + 20 % = 16 + 3 = 19 orang

    4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan

    perhari, yaitu :

    Rata-rata klien/hari X rata-rata jam perawatan/hari = 15 org X 4.9 = 10.5 org

    Jumlah jam kerja/hari 7 jam

    5) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan

    pershift, yaitu dengan ketentuan menurut Warstler ( dalam Swansburg, 1990. H.

    71). Proporsi dinas pagi : 47%, sore : 36%, dan malam : 17%. Maka pada kondisi

    diatas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan pershift adalah :

    a) Shift pagi : 5.17 orang

    b) Shift sore : 3.96 orang

    c) Shift malam : 1.87 orang

    6) Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc adalah :

    a) 58% = 6.38 S I Keperawatan

    b) 26% = 2.86 D III Keperawatan

    c) 16 % = 1.76 SPK

    Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah :

    1) 55 % = 6.05 tenaga profesional

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    32/41

    2) 45 % = 4.95 tenaga non profesional

    e. Cara Swansburg (1999)

    Jumlah rata-rata pasien/hari X jumlah perawat/pasien/hari

    Jam kerja/hari

    Pada RS A jumlah tempat tidur pada unit bedah 20 buah. Rata-rata pasien perhari 15

    orang jumlah jam perawatan 5 jam/pasien/hari. Dan jam kerja 7 jam/hari.

    Cara menghitung :

    Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

    15 X 5 = 10.71 atau 11 orang/24 jam

    7

    Jumlah shift dalam seminggu : 11 X 7 = 77 shift

    Bila jumlah perawat sama setiap hari dengan 6 hari kerja perminngu dan 7 jam perhari

    maka jumah perawat yang dibutuhkan adalah = 77 : 6 = 12.83 atau 13 orang.

    f. Metode Formulasi Nina

    Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.

    Contoh perhitungan :

    Hasil observasi terhadap RS.A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatkan jumlah

    rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60%, sedangkan rata-rata jam perawatan adalah 4

    jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga

    perawat diruang tersebut adalah :

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    33/41

    Tahap I: dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam perklien. Dari

    contoh diatas A = 4 jam/hari

    Tahap II : dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh klien dalam satu

    hari. B = A X tempat tidur = 4 X 300 = 1200 jam perawatan.

    Tahap III : dihitung C = jumlah jam perawtan seluruh klien selama setahun. C= B X

    365 hari = 1200 X 365 hari = 438000 jam

    Tahap IV : dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan

    selama setahun. D = C X BOR/80 = 438000 X 180/80 = 985500.

    Tahap V : dihitung E = jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. E = 985500/1878 =

    524.76 (525 orang)

    Angka 1878 didapat dari hari efektif pertama (365-52 hari minggu = 313 hari dan

    dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (7-1 = 6 jam)

    g. Metode Hasil Lokakarya keperawatan.

    Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI tahun 1989), rumusan yang dapat

    digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah :

    Jam perawatan 24 jam X 7 ( tempat tidur X BOR) + 25 %

    Hari kerja efektif X 40 jam

    Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus Gillies (1989) di atas, tetapi

    ada penambahan pada rumusan ini yaitu 25 % untuk penyesuaian produktivitas

    ( sedangkan angka 7 tersebut adalah jumlah hari dalam seminggu).

    h. Standar Keterangan Perawat dan Bidan di Rumah sakit

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    34/41

    Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut Direktor

    pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit

    kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang dipergunakan

    :

    1) Rawat inap

    Berdasarkan klasifikasi klien, cara perhitungannya berdasarkan

    a) Tingkat ketergantunagn pasien berdasarkan jenis kasus

    b) Rata-rata pasien perhari

    c) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien

    d) Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/hari

    e) Jam kerja efektif setiap perawat/bidan 7 jam/ hari

    No. Jenis Kategori Rata- rata

    pasien/hari

    Rata-rata jam

    perawatan/pasien/hari*

    Jumlah Jam

    perawatan/hari

    (c x d)

    a b c d e

    1

    2

    3

    4

    5

    Pasien penyakit dalam

    Pasien bedah

    Pasien gawat

    Pasien anak

    Pasien kebidanan

    10

    8

    1

    3

    1

    3,5

    4

    10

    4,5

    2,5

    35

    32

    10

    13,5

    2,5

    Jumlah 23 93,0

    Keterangan:

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    35/41

    * Berdasarkan penelitian dari luar negeri, jadi jumlah tenaga keperawatan yang

    diperlukan adalah :

    Jumlah jam perawat 93 = 13 perawat

    Jam kerja efektif per shift 7

    Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu diambil factor koreksi dengan:

    Hari libur/cuti/hari besar (loss day):

    Jumlah hari minggu dalam setahun + cuti + hari besar X jumlah perawat tersedia

    Jumlah hari kerja efektif

    52+ 12+ 14 = 78 X 13 = 3,5

    286

    2) Perawat/ bidan yang mengerjakan tugas- tugas non profesi (non nursing

    jobs)

    Seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat

    makan pasien dll diperkirakan 25% dari jam pelayanan perawatan.

    Jumlah tenaga perawat+loss day X 25 13+ 3,5 X 25 = 4,1

    100 100

    Jadi jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + factor koreksi

    13 + 3,5 +4,1 =20,6 ( dibulatkan menjadi 21 orang perawat atau bidan)

    i. Tingkat ketergantungan pasien

    Pasien diklarifikasikan berdasarkan pada kebutuhan terhadap kebutuhn asuhan

    keperawatan meliputi:

    1) Asuhan keperawatan minimal

    2) Asuhan keperawatan sedang

    3) Asuhan keperawatan agak berat

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    36/41

    4) Asuhan keperawatan maksimal

    Contoh kasus:

    No. Kategori# Rata- rata

    jumlahpasien/hari

    Rata-rata jam

    pasien/hari*

    Jumlah Jam perawatan

    ruangan/hari

    (c x d)

    a B c d e

    1

    2

    3

    4

    Askep minimal

    Askep sedang

    Askep agak berat

    Askep maksimal

    7

    7

    11

    1

    2

    3,08

    4,15

    6,16

    14

    21,56

    45,65

    6,16

    Jumlah 26 87,37

    Keterangan: ( # ) : uraian ada pada model Gillies di halaman depan

    ( * ) : Berdasarkan penelitian diluar negeri

    Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

    Jumlah jam perawat ruangan/ hari 87,37 = 12,5

    Jam efektif perawat 7

    Ditambah factor koreksi dengan:

    Loss day : 52 + 12 + 14 = 78 = 12.5 = 3.4

    286

    Non nursing job 25%

    Jumlah tenaga perawat+loss day X 25 12,5+ 3,4 X 25 = 3,9

    100 100

    Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + factor koreksi

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    37/41

    12,5 + 3,4 + 3,9 =19,8 (dibutuhkan 20 perawat )

    j. Jumlah tenaga untuk kamar operasi

    1) Dikamar operasi

    Dasar perhitungan tenaga dikamar operasi :

    a) Jumlah dan jenis operasi

    b) Jumlah kamar operasi

    c) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari ) pada harikerja

    d) Tugas perawat dikamar operasi : instrumentator, perawat sirkulasi (2

    orang /tim )

    e) Ketergantungan pasien : Operasi besar : 5 jam/1 operasi, operasi sedang : 2jam/ operasi dan operasi kecil : 1jam/ operasi

    (Jumlah jam perawat/hari X jumlah operasi) X jumlah perawat dalam tim X 2

    Jam kerja efektif/ hari

    Contoh kasus :

    Dalam suatu rumah sakit terdapat 30 operasi/hari dengan perincian:

    1) Operasi kecil = 9 orang

    2) Operasi sedang = 15 orang

    Cara perhitungan :

    [ ( 6 x 5 jam) + (15 x 2 jam) + (9 x 1 jam) ] X 2 = 19,71 + 1 (perawat cadangan inti)

    7jam

    Jadi kebutuhan perawat dikamar operasi 20 orang

    1) Diruang penerimaan dan RR

    Ketergantungan pasien diruang penerimaan : 15 menit

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    38/41

    Ketergantungan pasien di RR : 1 jam

    1,15 X 30 = 4,92 orang (dibulatkan 5 orang

    7

    Perhitungan diatas dengan kondisi : alat tenun dan set operasi disediakan oleh CSSD.

    k. Jumlah tenaga di Gawat darurat

    Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:

    1) Rata- rata jumlah pasien/hari

    2) Jumlah jam perawatan /hari

    3) Jam efektif perawat/ hari

    Contoh kasus :

    1) Rata- rata jumlah pasien/hari = 50

    2) Jumlah jam perawatan /hari = 4jam

    3) Jam efektif perawat/ hari = 7 jam

    Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD :

    50 x 4 = 28,6 = 29 orang + Loss day ( 78 x 29 ) = 29 orang + 8 orang = 37 orang

    7 286

    l. Kritikal care

    1) Rata- rata jumlah pasien /hari = 10

    2) Jumlah jam perawat/hari = 12

    Jadi kebutuhan tenaga perawat di kritikal care:

    10 x 12 = 17,14 = 17 orang + Loss day ( 78 x 17 ) = 17 + 5 orang = 22 orang

    7 286

    m. Rawat jalan

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    39/41

    1) rata- rata jumlah pasien /hari = 100

    2) jumlah jam perawatan/hari = 15

    n. Metode thailand dan filipina

    Metode ini didasarkan pada jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per pasien, hari

    kerja efektif perawat dalam satu tahun dan jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun.

    Jumlah jam perawatan per pasien terbagi dalam unit rawat inap selama 24 jam yang

    terdiri dari penyakit dalam (3,4 jam), bedah (3,5 jam), campuran bedah dan penyakit

    dalam (3,4 jam), postpartum (3 jam), bayi atau neonatus (2,5 jam) dan anak (4 jam)

    sehingga rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan per pasien selama 24 jam adalah 3

    jam yaitu unit rawat jalan yang jam perawatan per pasien nya adalah 0,5 jam. Kamar

    operasi untuk rumah sakit kelas A dan B (5-8 jam/24 jam), untuk rumah sakit tipe C

    dan D (3 jam), dan kamar bersalin sebanyak 5-8 jam. Hari kerja efektif perawatan

    dalam satu tahun diperinci berdasarkan jumlah hari dalam satu tahun (365 hari), jumlah

    hari kerja non efektif dalam satu tahun (jumlah hari minggu 52 hari, libur nasional 12

    hari, dan cuti bulanan 12 hari), jumlah hari efektif dalam satu tahun yaitu 365-76 = 289

    hari, dan jumlah hari efektif perminggu yaitu 289:7 = 41 minggu. Jumlah jam kerja

    efektif dalam satu tahun, yaitu jam kerja dalam satu tahun adalah 41 minggu x 40 jam =

    1640 jam/tahun.

    Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakan rumus berikut :

    1) Unit rawat inap (URI)

    + koreksi 25%

    2) Unit rawat jalan (URJ)

    + koreksi 25%

    3) Kamar bedah/operasi (KBd/O)

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    40/41

    + koreksi 25%

    4) Kamar bersalin (KB)

    + koreksi 10%

    Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga adalah dengan

    metode perhitungan ISN (Indicator Staff Need). Dasar yang digunakan dalam metoda

    ini adalah beban kerja dari tiap-tiap unit atau institusi. Setiap unit harus

    memproyeksikan kegiatan atau keluaran yang akan dihasilkan pada masa yang akan

    datang. Tiga faktor yang mendasari formula ISN, yaitu :

    1) Indikator beban kerja. Indikator ini merupakan pembilang dan sebagai

    faktor variabel dalam formula ISN yang dihitung berdasarkan hasil pelaksanaan

    yang dicapai oleh masing-masing kategori tenaga selama satu tahun kalender.

    Untuk tenaga yang sama yang bertugas pada institusi yang berbeda akan memiliki

    beban kerja dan kapasitas yang berbeda.

    2) Bobot (weighting)

    3) Kapasitas tenaga

    Berikut adalah contoh perhitungan tenaga keperawatan berdasarkan cara yang diatas.

    Diketahui kondisi tenaga keperawatan disalah satu RS A berdasarkan laporan tahunan

    tahun 1998 sebagai berikut

    1) Bagian UPI, rata-rata pasien/hari adalah 2,6

    2) Bagian bedah, rata-rata pasien/hari adalah 44,7

    3) Bagian non-bedah/non-UPI rata-rata pasien/hari sebesar 211,3

    Berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk UPI, bagian bedah dan bagian non

    bedah berdasarkan data diatas.

    Jawab :

  • 7/31/2019 Produktivitas Kerja Perawat

    41/41

    1) Asumsi A (jumlah jam kerja tenaga keperawatan perhari) untuk bagian UPI

    adalah 7 jam dan B (jumlah pasien rata-rata pehari adalah 2,6. A bedah = 5 jam dan

    B bedah =44,7. A non bedah = 4 jam dengan B = 211,3.

    2) Asumsi jumlah hari tidak kerja pertahun sebagai berikut :

    A : hari minggu atau sabtu = 104 har

    B : hari libur nasional = 12 hari

    C : cuti tahunan =12 hari

    D : izin atau sakit = 12 hari.

    Jadi jumlah keseluruhan adalah 140 hari.

    3) Asumsi jumlah jam kerja perhari adalah 8 jam. Jadi kebutuhan tenaga

    keperawatan adlah untuk masing-masing bagian adalah sebagai berikut :

    a) UPI = 4 orang

    b) Bedah = 45 orang

    c) Non bedah/non UPI = 171 orang

    Dengan demikian, jumlah kebutuhan tenaga keperawatan secara keseluruhan dirumah

    sakit A adalah 220 orang, dengan perincian 4 perawat untuk bagian UPI, 45 perawat

    untuk bagian bedah dan 171 perawat untuk bagian non bedah/non UPI.