gizi dan produktivitas kerja

37
GIZI DAN PRODUKTIFITAS KERJA LATIFA SEPTI 2010 1

Upload: latifasepti

Post on 19-Jun-2015

6.206 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gizi Dan Produktivitas Kerja

GIZI DAN PRODUKTIFITAS KERJA

LATIFA SEPTI

2010

1

Page 2: Gizi Dan Produktivitas Kerja

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tema sentral pembangunan nasional dalam GBHN adalah peningkatan kualitas sumber

daya manusia ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang

mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor

yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja.

Sejalan dengan itu perlu perhatian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan

kesehatan kerja serta faktor-faktor yang erat hubungannya seperti keadaan gizi golongan pekerja

serta cara-cara untuk memperbaiki status golongan ini semakin penting untuk diteliti.

Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan

standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk yang

miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup.

Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka

waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi

yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang

tidak disadari kalau hal tersebut karena factor gizi.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tubuh melakukan pemeliharaan dengan

mengganti jaringan yang sudah aus, melakukan kegiatan, dan pertumbuhan sebelum usia dewasa.

Agar tubuh dapat menjalankan ketiga fungsi tersebut diperlukan sejumlah gizi setiap hari, yang

didapat melalui makanan. Diperkirakan 50 macam senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari

makanan dengan jumlah tertentu setiap harinya. Bila jumlah yang diperlukan tidak terpenuhi

maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai.

Seperti diketahui bahwa prevalensi anemi gizi, kekurangan vitamin B1 dan dalam

keadaan gizi kurang masih tinggi di Indonesia. Di antara beberapa masalah gizi utama yang

terdapat di Indonesia, maka anemia gizi terutama kurang zat besi adalah yang paling umum

dijumpai.

2

Page 3: Gizi Dan Produktivitas Kerja

Prevalensi anemia gizi pada pekerja di Indonesia terdapat sebanyak 40 % dan banyak

dijumpai pada pekerja berat. Prevalensi anemia gizi ini tertinggi di antara negara-negara

ASEAN. Prevalensi yang tinggi membawa akibat yang tidak baik terhadap individu maupun

masyarakat, karena menurunkan kualitas manusia dan sosial ekonomi, serta menghambat

pembangunan bangsa. Hal ini erat hubungannya dengan konsekuensi fungsional anemia gizi

tersebut, yaitu menurunkan produktifitas kerja.

Berbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia

menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan

menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang sangat

dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari makanan

sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka

energi didapat dari cadangan tubuh.

Kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal menimbulkan rasa

lapar dalam jangka waktu tertentu berat badan menurun yang disertai dengan kemampuan

(produktivitas) kerja. Kekurangan yang berlanjut akan mengakibatkan keadaan gizi kurang dan

gizi buruk. Bila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi akhirnya akan

mudah terserang infeksi (penyakit).

Telah banyak dilaporkan tentang defisiensi zat gizi besi dapat menimbulkan gangguan

pada fungsi ketahanan immunologis, menurunkan konsentrasi belajar, kapasitas kerja dll.

Beberapa akibat defisiensi zat gizi besi pada orang dewasa pria dan wanita :

(a) Penurunan kerja fisik dan daya pendapatan; dan

(b) Penurunan daya tahan terhadap keletihan.

Prevalensi anemia gizi di Indonesia sangat tinggi dan berdasarkan hasil-hasil penelitian

yang telah dilakukan secara terpisah, anemia di Indonesia terutama disebabkan oleh defisiensi

gizi besi. Pada usia dewasa, faktor gizi berperan untuk meningkatkan ketahanan fisik dan

produktivitas kerja. Dan selanjutnya disebutkan bahwa tanpa mengabaikan arti penting dari

faktor lain, gizi merupakan faktor kualitas SDM yang pokok, karena unsur gizi tidak hanya

sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga menentukan kualitas

3

Page 4: Gizi Dan Produktivitas Kerja

daya pikir atau kecerdasan intelektual yang sangat esensial bagi kehidupan manusia. Dengan

status gizi yang rendah akan sulit untuk hidup secara sehat, aktif, dan produktif yang secara

berkelanjutan, dan akan menjadi penyakit turunan.

Manusia untuk kehidupannya membutuhkan energi, hal ini demi berlangsungnya proses-

proses dalam tubuhnya, seperti berlangsungnya proses peredaran/sirkulasi darah, denyut jantung,

pernapasan, pencernaan, proses-proses fisiologis lainnya, selanjutnya untuk melakukan berbagai

kegiatan atau melakukan pekerjaan fisik. Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan dari

pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi

energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia

yang kurang makan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya

pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat

menghasilkan energi.

Dan orang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari

makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun

kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi

khususnya energi.

Dalam hasil penelitiannya didapatkan bahwa pekerja pabrik yang mendapat makanan

siang dari kantin pabrik terlihat status gizinya lebih baik dibanding dengan yang makan siangnya

diserahkan pada masing-masing pekerja. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi

yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme

dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat

dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil

diikuti dengan ukuran otak yang juga. Lebih jauh disebutkan bahwa keadaan kurang gizi

menghasilkan kenaikan emosional daripada terhadap fungsi kognitif.

Kekurangan dan kelebihan zat gizi yang diterima tubuh seseorang akan sama mempunyai

dampak yang negatif, perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi sesuai atau

seimbang dengan yang diperlukan tubuh jelas merupakan unsur penting yang berdampak positif

bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehat, kreatif dan produktif.

4

Page 5: Gizi Dan Produktivitas Kerja

B. TUJUAN PENULISAN

1. Mendapat gambaran tentang defisiensi gizi besi serta dampaknya terhadap produktivitas

kerja.

2. Mendapat gambaran tentang defisiensi energi serta dampaknya terhadap produktivitas

kerja.

3. Mendapat gambaran tentang defisiensi vitamin B1 serta dampaknya terhadap

produktivitas kerja.

C. MANFAAT PENULISAN

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kerja

2. Mengetahui macam gangguan gizi kerja

3. Mendapatkan pengetahuan tentang hubungan gizi dengan produktivitas kerja

4. Dapat mengimplementasikan ilmu yang didapat dar makalah ini pada kehidupan

sehari-hari

5

Page 6: Gizi Dan Produktivitas Kerja

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

1. Zat Gizi

Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai

nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk

memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk

dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel

yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan

tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan

menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya

memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi.

2. Gizi   Kerja

Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan suatu

pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi yang diterapkan

kepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan tenaga kerja

sehingga tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi kerja yang setinggi-tingginya.

Penyakit Gizi Kerja merupakan penyakit gizi sebagai akibat kerja ataupun ada hubungan

dengan kerja.Pengelolaan makan bagi tenaga kerja adalah suatu rangkaian kegiatan penyediaan

makan bagi tenaga kerja di perusahaan yang dimulai dari rencana perencanaan menu hingga

peyajiannya dengan memperhatikan kecukupan kalori dan zat gizi, pemilihan jenis dan bahan

makanan, santasi tempat pengolahan dan tempat penyajian, waktu dan teknis penyajian bagi

tenaga kerja.

Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu

kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini atau perbandingan antara output (keluaran /

jumlah yang dihasilkan) dengan input (masukan / setiap sumber daya yang digunakan).

6

Page 7: Gizi Dan Produktivitas Kerja

B. ARTI PENTING GIZI KERJA

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang mempunyai

peranan sangat penting dan menentukan adalah kecukupan gizi. Faktor ini akan menentukan

prestasi kerja tenaga kerja karena adanya kecukupan dan penyebar kalori yang seimbang selama

bekerja. Seseorang yang berstatus gizi kurang tidak mungkin mampu bekerja dengan hasil yang

maksimal karena prestasi kerja dipengaruhi oleh derajat kesehatan seseorang. Tenaga kerja yang

sehat akan bekerja lebih giat, produktif, dan teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan yang

mungkin terjadi dalam bekerja.

Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik manusia. Makin baik status

gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk

melakukan pekerjaan dengan produktifitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu

dengan status gizi baik. Selain itu, peranan gizi dengan produktifitas juga ditunjukkan oleh

Darwin Karyadi (1984) dalam penelitiannya dimana dengan penambahan gizi terjadi kenaikan

produktifitas kerja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa para penyadap getah yang tidak

menderita anemia memiliki produktifitas 20% lebih tinggi daripada yang menderita anemia.

Pemberian diet yang mengandung kalori sejumlah yang diperlukan oleh pekerja berat dapat

meningkatkan produktifitasnya. Pada dasarnya zat gizi yang dibutuhkan oleh seseorang sangat

ditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya sehari-hari. Makin berat aktifitas yang dilakukan

maka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula terutama energi. Sebagai contoh, seorang pria

dewasa dengan pekerjaan ringan membutuhkan energi sebesar 2.800 kilokalori. Sedangkan

pekerja dengan pekerjaan yang berat membutuhkan 3.800 kilokalori.

Manfaat yang diharapkan dari pemenuhan gizi kerja adalah untuk mempertahankan dan

meningkatkan ketahanan tubuh serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan kalori terhadap

tuntutan tugas pekerja. Gizi kerja erat bertalian dengan tingkat kesehatan tenaga kerja maupun

produktivitas tenaga kerja yang berarti akan meningkatkan produktivitas perusahaan serta

peningkatan produktivitas nasional.

C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEADAAN GIZI TENAGA

KERJA

1. Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja.

7

Page 8: Gizi Dan Produktivitas Kerja

2. Faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil, menyusui,

kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya penyakit parasit

dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi,

mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin,

motivasi dan dedikasi.

3. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi,

fisiologi (ergonomi) dan psikologi. Beban kerja dan beban tambahan di tempat kerja yaitu

tekanan panas, bahan – bahan kimia, parasit dan mikroorganisme, faktor psikologis dan

kesejahteraan.

Manusia memerlukan zat gizi yang bersumber dari makanan. Bahan makanan yang

diperlukan tubuh mengandung unsur-unsur utama seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin

dan mineral. Fungsi dari zat-zat gizi tersebut adalah sebagai sumber tenaga atau kalori

(karbohidrat, lemak dan protein), membangun dan memelihara jaringan tubuh (protein, air dan

mineral) dan mengatur proses tubuh (vitamin dan mineral). Secara khusus, gizi adalah zat

makanan yang bersumber dari bahan makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk

memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan lingkungan kerjanya (Tjipta, 1990).

Selanjutnya hal-hal yang perlu diketahui dalam penyusunan menu bagi tenaga kerja adalah

1. Pola makan : kebiasaan makanan pokok

2. Kepercayaan atau agama : pantang makanan tertentu

3. Keuangan : ekonomis tetapi tetap bergizi

4. Daya Cerna : makanan yang biasa dimakan masyarakat sekitar

5. Praktis : mudah diselenggarakan

6. Volume : cukup mengenyangkan

7. Variatif : jenis menu bervariasi

Untuk mempertahankan hidup dan dapat melakukan pekerjaan setiap orang

membutuhkan tenaga. Tenaga tersebut diperoleh dari pembakaran zat-zat makanan yang

dikomsumsi dengan oksigen. Bila banyaknya makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak

seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan mengalami gangguan kesehatan.

8

Page 9: Gizi Dan Produktivitas Kerja

Masalah yang timbul akibat ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan tenaga

yang dikeluarkan sangat beragam. Jika makanan yang dimakan berlebih dibanding tenaga yang

dikeluarkan maka tubuh akan menjadi gemuk, sebaliknya jika makanan yang dimakan kurang

maka tubuh akan menjadi kurus. Kedua masalah ini akan mempengaruhi derajad kesehatan

seseorang dan akhirnya akan berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu

sedapat mungkin diusahakan agar jumlah makanan yang dikonsumsi baik dalam kualitas maupun

kuantitas sesuai dengan kebutuhan khususnya terhadap tenaga yang dikeluarkan.

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan masih terdapat beberapa pengusaha

beranggapan bahwa pemberian makan atau makanan tambahan berupa snack da istirahat pendek

akan meningkatkan pengeluaran biaya dan merugikan perusahaan. Namun jika dikaji lebih jauh,

sebenarnya banyak keuntungan yang diperoleh dengan pemberian makanan diperusahaan. Untuk

itu, diberikan beberapa saran kepada perusahaan untuk :

1. Menyediakan kantin perusahaan dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki gizi

tenaga kerja dan tanpa disadari memberiakn pengetahuan tentang gizi terhadap pekerja.

2. Pemberian makanan/snack secara Cuma-Cuma pada jam-jam tertentu dimana hal ini akan

memperlambat munculnya kelelehan, meningkatkan kecepatan dan ketelitian kerja dan

menghindari waktu istirahat curian.

3. Pemberian makanan tambahan dan adanya kantin di perusahaan dapat mencegah

terjadinya penyakit sehingga kehilangan waktu kerja karena absensi sakit dapat ditekan.

4. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan dan gizi secara teratur sehingga kesehatan

tenga kerja yang setinggi-tingginya dapat dicapai dan dipertahankan.

5. Menerapakan hasil penelitian tentang gizi kerja yang telah dilaukukan untuk

meningkatkan status gizi tenaga kerja dalam upaya peningkatan efisiensi dan

produktivitas kerja yang setinggi-tingginya.

Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya

pengetahuan dan penerapan gizi seimbang bagi tenaga kerja merupakan aspek yang mutlak harus

dilakukan. Dengan gizi seimbang maka kesehatan tenaga kerja dapat dipertahankan dan tenaga

kerja akan dapat bekerja dengan baik, tidak mudah lelah/capek dan mengurangi terjadinya

9

Page 10: Gizi Dan Produktivitas Kerja

tingkat kesalahan. Hal ini berarti dapat mengurangi pemborosan terhadap bahan dari perusahaan

dan akhirnya akan dapat menambah keuntungan yang tinggi bagi perusahaan.

Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi

mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan

tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja.

Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan

tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi

dan balita, dengan demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.

D. MENU SEHAT DAN SEIMBANG GIZI KERJA

Syarat menu yang sehat dan seimbang antara lain:

1. Kualitas baik

Menu mengandung semua zat gizi (nutrient) sesuai dengan pedoman 4sehat 3sempurna

(makanan pokok, lauk pauk, hewani-nabti, sayur mayor, buah-buahan dan susu).

2. Kualitas cukup

Jumlah masing-masing zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan vitamin dan mineral akan

cukup.

Catatan:

Kalsium :(mineral) fungsi sebagai produksi syaraf dan otot. Sumber: daging dan susu,

sayuran hijau, roti, ikan kecil yang dimakan beserta tulangnya.

Besi :(mineral) fungsi pembentukan hemoglobin. Sumber kacang, biji-bijian,

organ, daging merah, telur, sayuran hijau.

Karoten :(Vitamin A) fungsi proses penglihatan jaringan ikat, kulit. Sumber: hati,

telur, wortel, sayuran hijau, susu, keju.

Tiamin :(Vitamin B) fungsi metabolism karbohidrat, fungsi susunan syaraf pusat.

Sumber: daging, padi-padian, kacang-kacangan.

Riboflavin :(vitamin B12) fungsi metabolism karbohidrat,penglihatan, kulit. Sumber:

hati, susu, daging,dan sereal.

10

Page 11: Gizi Dan Produktivitas Kerja

Niasin :(vitamin) metabolism karbohidrat dan lemak. Sumber: hati, daging, kacang

tanah, produk sereal.

3. Proporsi zat gizi yang mengandung energy harus seimbang, agar zat-zat gizi tersebut

dapatdigunakan di dalam tubuh dengan sempurna yaitu:

Protein : 12% - 15% untuk orang dewasa proporsi protein hewani dan nabati sama

banyakny. Sedangkan untuk anak-anak sebaiknya protein hewani 2 kali lebih

banyak dibanding protein nabati.

Lemak : 20% - 25%

Hidrat Arang : 60% - 70%

4. Syarat-syarat lain sesuai dengan pola makanan sehari-hari, tidak bertentangan dengan

kepercayaan,memenuhi selera makan dan lain-lain

TABEL 1. JUMLAH ZAT YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN

Jenis

Kelamin

Usia

(Th)

BB

(K

g)

Kalor

i

(Kcal)

Puti

h

Telu

r

(g)

Kalsi

u

(g)

Bes

i

(g)

Karot

en

(mg)

Tia

min

(mg)

Ribofla

vin

(mg)

Nias

in

(mg)

Vit.

C

(mg)

PRIA 20-39 55 2600 65 0,5 10 4000 1,0 1,4 17 60

40-59 55 2400 65 0,5 10 4000 1,0 1,3 16 60

>60 55 2400 65 0,5 10 4000 0,8 1,1 13 60

WANIT

A

20-39 47 200 55 0,5 12 4000 0,8 1,1 13 60

40-59 47 1900 55 0,5 12 4000 0,8 1,0 13 60

>60 47 1600 55 0,5 12 4000 0,8 0,9 9 60

HAMIL +100 +10 +0,5 +5 +0,2 +0,2 +2 +30

MENYU

SUI

+600 +25 +0,5 +5 +0,4 +0,4 +5 +30

11

Page 12: Gizi Dan Produktivitas Kerja

E. PERHITUNGAN KECUKUPAN ENERGI TENAGA KERJA

Ada 2 cara menghitung kecukupan gizi energi tenaga kerja, yaitu:

1. Dengan cara perhitungan sendiri

2. Dengan cara melihat hasil perhitungan dalam table

1. Dengan cara perhitungan sendiri

Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh : umur, jenis kelamin, berat badan(BB),

tinggi badan (TB) dan aktivitas jasmani /pekerjaan.

Kerja Ringan

Laki-laki : kerja kantor, dokter, guru, juru rawat, ahli hokum, kerja di took,

pengangguran

Wanita : kerja kantor, pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin), juru

rawat,dokter.

Kerja Sedang

Laki-laki : industry ringan, mahasiswa, buruh bangunan, petani, nelayan (dengan

menggunakan mesin)

Wanita : industry ringan, mahasiswa, pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan

mesin)

Kerja Berat

Laki-laki : buruh bangunan, petani, nelayan (tanpa menggunakan mesin)

Wanita : petani tanpa mesin, atlit, penari

Kerja Berat Sekali

Laki-laki : tukang kayu,tukang besi (tanpa mesin)

Wanita : buruh bangunan

Banyak Energi dari makanan untuk mencukupi kebutuhan tubuh, secara praktis dapat

ditentukan sebagai berikut:

Kecukupan Energi (KE) = BB ideal x ∑kalor sesuai pekerjaan (tabel 2)

12

Page 13: Gizi Dan Produktivitas Kerja

TABEL 2. KEBUTUHAN ENERGI PEKERJA SESUAI AKTIVITAS

AKTIVITAS KEBUTUHAN ENERGI (Kkal/BB/hari)

Santai 30

Kerja ringan 35

Kerja sedang 40

Kerja berat 50

BB Normal = BB ideal – 10% (untuk usia <25 tahun)

BB Normal = BB ideal + 10% (untuk usia >25 tahun)

Dikatakan kelebihan berat badan apabila BB=10% > BB normal

Dikatakan obesitas untuk wanita apabila BB=30% > BB normal

Dikatakan obesitas untuk pria apabila BB=25% > BB normal

2. Dengan cara melihat hasil perhitungan dalam table

Untuk mengetahui jumlah kalori pekerja dapat pula dilihat pada table 3 dibawah ini:

TABEL 3. KEBUTUHAN ENERGI PEKERJA

JENIS KERJA LAKI-LAKI

KEBUTUHAN

ENERGI/HARI

(Kkal/hari)

WANITA

KEBUTUHAN

ENERGI/HARI

(Kkal/hari)

Ringan 2400 2000

Sedang 2600 2400

Berat 3000 2600

F. DEFISIENSI GIZI BESI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

Zat besi pertama kali diketahui sebagai salah satu konstituen jaringan tubuh pada tahun

1713, dan terdistribusi dalam tubuh, seperti pada haemoglobin, mioglobin,cadangan besi (hati,

limpa, sumsum tulang), besi transport (transperrin), cadangan besi (enzim), ferritin serum. Zat

besi dalam tubuh terutama terdapat dalam haemoglobin, hanya sebagian kecil terdapat dalam

13

Page 14: Gizi Dan Produktivitas Kerja

enzim-enzim jaringan yaitu dalam setiap sel hidup dan penting untuk pernafasan sel. Jumlah zat

besi di dalam badan manusia yang mempunyai berat badan 70 kg adalah 3,5 g, 70% di antaranya

dalam bentuk haemoglobin. Senyawa zat besi lainnya dalam persentase yang sangat kecil

umumnya berada di dalam jaringan badan. Senyawa-senyawa tersebut antara lain myoglobin

jumlahnya kurang lebih 4 %, dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti

cytochromes, dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil tetapi mempunyai peranan

sangat penting. Myoglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membrane masuk

ke dalam sel-sel otot. Cytochrome, flavoprotein, dan senyawa – senyawa mitochondria yang

mengandung zat besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan

ATP. Oleh karena zat besi besar peranannya dalam kegiatan oksidasi menghasilkan energi dan

transportasi oksigen, maka tidak diragukan lagi apabila kekurangan zat besi akan terjadi

perubahan tingkah laku dan penurunan kemampuan bekerja.

Defisiensi besi biasanya terjadi dalam beberapa tingkat sebelum menjadi anemia.

Pertama adalah keadaan cadangan zat besi dalam hati menurun, tetapi belum sampai

penyediaan zat besi untuk pembentukan sel-sel darah merah terganggu. Tahap kedua

adalah terjadi defisiensi penyediaan zat besi untuk eritropoiesis, yaitu suatu keadaan di

mana penyediaan zat besi tidak cukup untuk pembentukan sel-sel darah merah, tetapi

kadar haemoglobin (Hb) belum lagi terpengaruh. Tahap ketiga adalah terjadi penurunan

kadar Hb, yang disebut anemia.

Hati merupakan cadangan besi terbesar pada manusia. Besi dilepaskan ke dalam plasma

oleh sel-sel (misalnya hepatosit atau makropag) dalam bentuk ferro, dan oleh enzim

ferroxidase/ceruloplasmin (yang mengandung Cu) dioksidasi menjadi bentuk ferri, yang

kemudian akan berikatan dengan transferrin. Dalam keadaan defisiensi Cu, seseorang dapat

menderita anemia walaupun cadangan besinya cukup. Setiap hari ada sejumlah besi yang hilang

melalui urine, tinja, keringat, dan deskuamasi sel kulit, rambut dan kuku yang bervariasi dari 0,2

mg – 0,5 mg/hr.

Berdasarkan perkiraan bahwa 10 % zat besi yang dalam makanan dapat diabsorpsi.

Natonal Research Council menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) zat besi sehari – hari

untuk remaja dan orang dewasa adalah 18 mg.

14

Page 15: Gizi Dan Produktivitas Kerja

Kekurangan zat besi menyebabkan kadar haemoglobin di dalam darah lebih rendah dari

normalnya, keadaan ini disebut anemia, 99 % dari anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi.

Selain itu, hal itu akan menurunkan kekebalan tubuh sehingga sangat peka terhadap serangan

bibit penyakit.

Zat besi merupakan komponen haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen di

darah ke sel-sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak, dan protein menjadi

energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari mioglobin yaitu molekul yang mirip

haemoglobin yang terdapat di sel-sel otot, yang juga berfungsi mengangkut oksigen. Mioglobin

yang berkaitan dengan oksigen inilah membuat daging menjadi merah. Di samping, sebagai

komponen haemoglobin dan mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidasi,

yaitu sitokrom oksidasi, xanthine oksidase, suksinat dehidrogenase, katalase, dan peroksidase.

1. Fungsi utama zat besi bagi tubuh

Adalah membawa (sebagai carrier), oksigen dan karbondioksida, serta untuk

pembentukan darah (haemoglobin). Fungsi lainnya antara

lain sebagai bagian dari enzim, untuk produksi antibodi, dan untuk penghilangan (detoksifikasi)

zat racun di dalam hati. Lebih jauh, disebutkan oleh Deddy Muchtadi (2001) sebagai berikut.

a. Pengangkutan (carrier) O2 dan CO2

Zat besi yang terdapat dalam haemoglobin (pigmen darah merah) dan mioglobin

(pigmen daging) berfungsi untuk mengankut O2 dan CO2, sehingga secara tidak

langsung zat besi sangat esensial untuk metabolisme energi.

b. Pembentukan Sel Darah Merah

Hemoglobin(Hb) merupakan komponen esensial sel-sel darah merah (eritrosit).

Eritrosit dibentuk dalam sumsum tulang. Bila jumlah sel darah merah berkurang,

hormone eritpoietin yang diproduksi oleh ginjal, akan menstimulir pembentukan sel

darah merah. Karena sel darah merah tidak mengandung inti sel (nucleus), maka sel

tersebut tidak dapat mensitesis enzim untuk kelangsungan hidupnya. Kehidupan sel

darah merah hanya sepanjang masih terdapatnya enzim yang masih berfungsi (untuk

membawa O2 dan CO2), dan biasanya hanya sekitar 4 bulan. Kecepatan penghancuran

sel darah merah akan meningkat bila tubuh kekurangan vitamin C, vitamin E atau

vitamin B12 (yang membantu pembentukan sel-sel darah merah). Karena kehidupan

15

Page 16: Gizi Dan Produktivitas Kerja

eritrosit hanya berlangsung sekitar 120 hari, maka 1/120 sel eritrosit harus diganti

setiap hari, yang memerlukan sekitar 20 mg zat besi (Fe) per hari. Karena tidak

mungkin menyerap Fe dari makanan sebanyak itu per hari, maka konversi Fe dalam

tubuh sangat penting dilakukan.

c. Fungsi Lain

Sebagian kecil Fe terdapat dalam enzim jaringan. Bila terjadi defisiensi zat besi, enzim

ini berkurang jumlahnya sebelum Hb menurun. Zat besi diperlukan sebagai katalis

dalam konversi betakaroten menjadi vitamin A, dalam reaksi sintesis purin (sebagai

bagian integral asam nukleat dalam RNA atau DNA), dan dalam reaksi sintesis

kolagen. Selain itu, zat besi diperlukan dalam proses penghilangan (detoksifikasi) zat

racun dalam hati. Orang yang mengalami defisiensi zat besi lebih sulit memerangi

infeksi bakteri, karena produksi antibodi terhambat.

Sebelum kadar haemoglobin terganggu, defisiensi zat besi telah mengakibatkan berbagai

perubahan fungsi dan struktur dari sejumlah organ dan sistem. Hal ini disebabkan besi adalah

suatu komponen integral atau kofaktor essential dari berbagai enzim yang mempunyai peranan

penting dalam proses metabolik dan proliferasi sel seperti : akonitase, katalase,

monoaminoksidase, mieloperoksidase, ribonuk leotidil reduktase, tirosin hidrolase, triptofan

pirrolase dan xantin oksidase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam sintesis DNA, transport elektron

pada mitokondria, metabolism katekolamin, kadar neurotransmitter dan fungsi-fungsi lain.

Defisiensi besi laten tanpa anemia, diduga telah dapat mengganggu metabolism sel dan

fungsi jaringan, karena dapat menurunkan ketersediaan berbagai enzim yang mengandung besi

dan enzim-enzim/protein yang lain yang memerlukan besi untuk aktivitasnya.

Defisiensi besi menyebabkan berbagai manifestasi klinik saluran cerna.. Studi histologi

memperlihatkan perubahan morfologi epithelial, termasuk metaplasma mukosa buccal dan

mucosa oesophagal. Epitel permukaan jaringan yang defisiensi besi akan berkurang aktivitas

sitokrom dan enzim-enzim lainnya. Biopsi jejunum pada keadaan defisiensi besi memperlihatkan

perubahan morfologi struktur filli dan enzim yang terkandung dari derajat ringan sampai berat.

Epitel sel saluran cerna sangat rentan terhadap defisiensi besi.Dengan menggunakan

teknik endoskopi dan biopsi, terlihat perubahan saluran cerna pada keadaan defisiensi besi

16

Page 17: Gizi Dan Produktivitas Kerja

seperti gastritis karena atropi yang menimbulkan aklorhidria, dan reversible jika diberikan terapi

besi.

Pada keadaan defisiensi besi, terjadi penurunan konsentrasi sitokrom c pada mukosa usus

lebih awal daripada penurunan konsentrasi haemoglobin. Diduga akibat regenerasi sel lining

mukosa usus lebih cepat daripada regenerasi sel darah merah, sehingga menurunnya pasokan

besi mempengaruhi sel-sel tersebut secara cepat.

Sel-sel lining mukosa usus diganti tiap 3-4 hari pada manusia, jadi sangat rentan terhadap

keadaan defisiensi besi. Cepat regenerasi sel memberi keuntungan yaitu penyembuhan yang

cepat bila diberikan terapi besi. Pendarahan samar lebih sering terjadi pada subyek yang

mengalami defisiensi besi.

Fungsi dan struktur epitel mukosa usus, disembuhkan setelah diberi terapi besi. Penelitian

yang dilakukan oleh Naimann, pada anak-anak berusia di bawah 3 tahun yang menderita anemia

defisiensi besi, memperlihatkan terjadinya gastric aklorhidria, gangguan absorpsi xilosa, lemak,

glukosa dan vitamin A. Dengan pemberian terapi besi terjadi perbaikan. Juga dapat terjadi

gangguan absorpsi besi oleh usus pada keadaan defisiensi besi oleh usus pada keadaan defisiensi

besi. Pada umumnya fungsi fungsi sekresi dan absorpsi memerlukan energi, sehingga

kemungkinan keabnormalan fungsi usus dihubungkan dengan defisiensi proteinheme.

G. DEFISIENSI ENERGI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan dari pembakaran karbohidrat, protein, dan

lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat

makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan lemah, baik

daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik, maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat

makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Seseorang tidak dapat bekerja

dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau

menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan ini akan dapat mengakibatkan

keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi khususnya energi.

Tanpa ada gizi, energi tidak bisa dihasilkan oleh tubuh, dikarenakan sel-sel kita tidak

memperoleh makanan. Dan tentu saja, seseorang akan loyo dan merasa malas bekerja. Sekalipun

seseorang memiliki kebiasaan malas, namun kurangnya gizi merupakan penyebab utama.

17

Page 18: Gizi Dan Produktivitas Kerja

Masalahnya hanya terletak pada kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi orang dewasa

yang bekerja dengan energi yang melebihi dari kewajaran (membanting tulang demi untuk

memperoleh pendapatan yang lebih) umumnya ia menggunakan cadangan energi dalam

tubuhnya, akibat penggunaan tersebut dan tidak adanya penggantian energy dan energi cadangan

sehubungan dengan kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam tubuhnya, tentulah dari

pekerja/orang dewasa yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya produktivitas kerja yang

dikehendaki. Pada masa sekarang para pengusaha telah memikirkan akan masalah yang dihadapi

oleh para karyawannya.

Oleh karena itu, bagi para karyawan yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja atau

menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makan (biasanya berupa

makanan yang bergizi) dan makanan tambahan (extra voiding). Pembatasan waktu kerja,

pemberian jaminan makan setiap hari kerja, merupakan suatu kebijaksanaan pengusaha utnuk

mempertahankan produktivitas kerja yang dikehendaki perusahaan dari para karyawannya.

Makanan dalam pengertian sebagai sumber energi ternyata energi makanan dalam proses-

proses yang terjadi dalam tubuh hanya sebagian saja yang diubah menjadi tenaga, sedang lainnya

diubah menjadi panas. Tentang hal ini perhatikan saja pada tubuh kita, setelah kita melakukan

pekerjaan fisik yang cukup berat atau cukup lama akan terasa badan kita menjadi panas. Dalam

keadaan kita hanya sedikit melakukan kerja fisik, sebagian besar energi diubah menjadi panas

dan dalam kita tidak melakukan pekerjaan fisik, relatif seluruh energi diubah menjadi panas dan

selanjutnya panas akan ke luar dari tubuh.

Macam-macam makanan tidak sama banyak dalam menghasilkan energi, padahal

manusia harus mendapatkan sejumlah makanan tertentu setiap harinya yang menghasilkan

energi, terutama untuk mempertahankan proses kerja tubuhnya dan menjalankan kegiatan-

kegiatan fisik. Oleh karena itu, makanan kita atau manusia sendiri harus dapat mengetahui atau

menentukan banyaknya energinya minimal untuk keperluan menjalankan proses kerja tubuh

energi basal metabolisma) atau masih kurang mencukupi. Kalau masih kurang haruslah

diikhtiarkan agar dapat terpenuhi, sebab kalau tidak tentunya akan sangat buruk akibatnya

terhadap keadaan tubuh.

Lebih jauh disebutkan bahwa proses hidup utama atau yang pokok (yang memerlukan

energi minimal) secara garis besarnya akan meliputi kerja-kerja :

18

Page 19: Gizi Dan Produktivitas Kerja

(a) untuk mempertahankan tonus otot;

(b) untuk menggerakkan sistem sirkulasi;

(c) untuk mengaktifkan sistem pernaasan; dan

(d) mengfungsikan kelenjar-kelenjar serta aktivitas selular.

Keperluan terhadap energi minimal atau energi basal metabolisme akan terpengaruh pula

oleh kondisi emosi dan mental manusia. Pada waktu manusia berada dalam keadaan beremosi

akan berlangsung sekresi adrenalin sehingga terjadi pemacuan aktivitas jantung. Peningkatan

tekanan darah, dan lain-lain dan tentunya keadaan demikian membutuhkan lebih banyak energi.

Demikian pula keadaan mental pada suatu waktu, seperti perasaan takut, kaget, malu, marah,

gembira, dan lain-lain, keadaan mental demikian dapat menyebabkan tonus lebih tinggi dan

tentunya memerlukan energi lebih dari biasanya. Pengaruh keadaan mental terhadap energi basal

metabolisma biasanya dapat menaikkan energi tersebut sebesar 4 %.

Kurangnya dalam tubuh akan karbohidrat, protein dan zat lemak dapat menyebabkan

pembakaran ketiga unsur tersebut kurang menghasilkan energi, akibatnya tubuh menjadi lesu,

kurang bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya

akan banyak menimbulkan kerugian (peka akan macam – macam penyakit, kemalasan untuk

mencari nafkah, produktivitas kerja sangat lemah, dan lain-lain).

Lebih lanjut disebutkan bahwa berbagai jenis karbohidrat yang tersedia dalam berbagai

bahan makanan, agar dapat dimanfaatkan dalam penyediaan energi, pertama – tama harus diubah

menjadi bentuk glukosa, yang selanjutnya melalui sirkulasi darah akan diserap, kemudian

melalui proses metabolisma dioksidasi selengkapnya dan melalui Siklus Krebs barulah akan

merupakan sumber energi yang penting bagi pelaksanaan berbagai kegiatan tubuh. Otak sebagai

pusat kegiatan selamanya menggunakan glukosa sebagai sumber energinya.

Selengkapnya fungsi karbohidrat disebutkan sebagai berikut:

a. Menyediakan keperluan energi bagi tubuh ( yang merupakan fungsi utamanya).

b. Melaksanakan dan melangsungkan proses metabolisme lemak.

c. Melangsungkan aksi penghematan terhadap protein.

d. Menyiapkan cadangan energi siap pakai sewaktu-waktu diperlukan, dalam bentuk

glikogen.

19

Page 20: Gizi Dan Produktivitas Kerja

Selain karbohidrat tubuh juga memerlukan protein dan lemak. Protein diperoleh dari

makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan makanan dari hewan (protein

hewani). Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh.

Setiap orang dewasa harus sedikitnya mengkonsumsi 1 g protein/kg berat tubuhnya. Fungsi

protein bagi tubuh antara lain :

a. membangun sel-sel yang rusak.

b. membentuk zat-zat pengatur seperti enziim dan hormon.

c. membentuk zat inti energi (1 gram protein kira-kira menghasilkan 4,1 kalori)

Sedangkan Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya. Fungsi pokok

lemak bagi tubuh ialah :

a. menghasilkan kalori terbesar dalam tubuuh manusia (1 gram lemak

menghasilkan

9,3 kalori).

b. sebagai pelarut vitamin A,D,E,K.

c. sebagai pelindung terhadap bagian-bagiaan tubuh tertentu dan pelindung

bagian tubuh pada temperatur rendah.

d. Penyimpan Energi

e. Transportasi metabolik sumber energi

H. DEFISIENSI VITAMIN B1 DAN PRODUKTIVITAS KERJA

Vitamin B1 (tiamin) pertama kali dikristalkan oleh Jansen dan Donath pada tahun 1926

dan pertamakali disintesis oleh Roger R. Williams dengan kawan-kawannya pada tahun 1936.

Lebih jauh, disebutkan bahwa vitamin ini mempunyai fungsi dan pengaruh sebagai koenzim

untuk beberapa reaksi inti sampai metabolism antara dalam semua sel. Berperan penting pada

reaksi pembentukan energi, reaksi dekarboksilasi, dan reaksi transketolase.

Vitamin B1 atau tiamin sangat diperlukan tubuh, tersedianya dalam tubuh karena diserap

usus dari makanan, selanjutnya diangkut bersama darah ke jaringan-jaringan tubuh. Tiamin

ditemukan sebagai cadangan dalam jumlah yang terbatas di dalam hati, buah pinggang, jantung,

20

Page 21: Gizi Dan Produktivitas Kerja

otot dan otak, sebagai cadangan diperlukan untuk sekedar dapat memelihara fungsi alat-alat

tubuh tadi dalam waktu yang singkat. Sel-sel jaringan mewujudkan/menjadikan tersedianya zat

yang mengandung tiamin (koenzim), zat mana demikian membantu dalam pembakaran

karbohidrat dan diangkat di dalam darah oleh sel darah putih yang mempunyai inti dengan

thiamin yang bebas di dalam plasma. Koenzim tersebut berfungsi memungkinkan karboksilase

memisahkan karbonioksida dari asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi

karbondioksida dan air. Jadi, dapat disebutkan fungsi tiamin yaitu :

(1) metabolisma karbohidrat;

(2) mempengaruhi keseimbangan air di dalam tubuh; dan

(3) mempengaruhi penyerapan zat lemak dalam usus.

Dari fungsinya yang pertama dapatlah diperkirakan, bahwa makin banyak karbohidrat

yang dikonsumsi, kebutuhan akan tiamin tentunya akan banyak pula. Seseorang buruh kasar,

misalnya, akan mengkonsumsi karbohidrat yang lebih tinggi dibanding dengan karyawan staf

yang bekerja dengan menggunakan pikirannya. Para pakar, sebagai hasil penelitiannya telah

mengemukakan angka kebutuhan akan tiamine sekitar 0,23 mg – 0,65 mg per 1000 kalori setiap

harinya. Tiamin banyak terkandung dalam padi-padian (umumnya pada bagian lembaga dan

bagian luar endospermanya), kacang hijau, daging, gandum, susu, ragi, beras, telur, dan

sebagainya. Bila ada tiaminase atau antagonis tiamin, seperti dalam teh, kopi, padi dan bahan-

bahan makanan lain, dapat meningkatkan kebutuhan.

Vitamin B1 dikenal sebagai “Vitamin Semangat” , karena bila terjadi kekurangan akan

menimbulkan penurunan kegiatan syaraf. Penelitian pada manusia yang diberi makanan kurang

vitamin B1 menunjukkan dalam waktu singkat orang-orang tersebut tidak bersemangat, mudah

tersinggung, sulit konsentrasi. Dalam tiga hingga tujuh minggu timbul gejala kelelahan, nafsu

makan berkurang, penurunan berat badan, konstipasi, kejang otot dan berbagai rasa nyeri syaraf.

Keluhan ini dapat dihilangkan dan pulih setelah mengkonsumsi vitamin B1 secukupnya.

Kekurangan vitamin B1 dapat menimbulkan penyakit beri-beri, neuritis, dan gangguan

pada sistem transportasi cairan tubuh. Gejala defisiensi tiamin pada manusia adalah neuropati

periferi, paling jelas terlihat pada anggota badan yang paling aktif, kelemahan, urat daging

empuk dan atrofi, lelah dan perhatian menurun, jantung sering ikut dipengaruhi (pembesaran,

21

Page 22: Gizi Dan Produktivitas Kerja

tachycardia dengan usaha fisik). Di masyarakat Barat, defisiensi terutama erat hubungannya

dengan alkoholisme, dengan physical effort.

Kelainan fungsi yang menjelma seperti yang kita dengar dengan slogan popular rakyat

yaitu “4L” (letih, lemah, lelah,lesu) yang pada hakikatnya kurangnya zat-zat gizi, yang sangat

berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan perilaku pekerja. Lebih jauh disebutkan bahwa

yang sering dijumpai dari faktor kebiasaan adalah tidak makan pagi. Lain halnya di luar negeri

ada slogan “Better Breakfast=Better Nutrition” yang selalu dianjurkan pada pekerja dan

golongan umur sekolah untuk mencapai efisiensi dan prestasi kerja dan belajar.

I. GANGGUAN GIZI

1. Kebutuhan zat gizi

Kekurangan zat-zat gizi dalam makanan akan berdampak terjadinya gangguan kesehatan

dan penurunan produktivitas kerja, antara lain :

a. Kurang intake protein akan mempengaruhi kalori yang kurang dan berakibat

berkurangnya kapasitas kerja

b. Defisiensi zat besi menyebabkan banyaknya kasus anemia

c. Kekurangan vitamin A mungkin menyebabkan gangguan pada penglihatan yang

mempengaruhi adaptasi dari terang ke gelap dan berakibat menimbulkan kecelakaan

kerja

d. Kekurangan yodium mengganggu metabolisme, menurunkan kemampuan dan

kecepatan kerja

2. Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori tergantung dari aktivitas tubuh. Apabila kalori yang dibutuhkan untuk

melakukan pekerjaan dari bahan makanan yang masuk tidak mencukupi, maka kalori

akan dipenuhi dengan memecah sumber cadangan energi yang ada dalam tubuh sendiri.

3. Faktor lingkungan kerja

Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan gizi pekerja antara

lain :

22

Page 23: Gizi Dan Produktivitas Kerja

1. Tekanan panas

Pekerja yang bekerja di tempat dengan suhu yang tinggi, kebutuhan air dan garam

sebagai pengganti cairan yang hilang/ keringat perlu mendapat perhatian. Pada

lingkungan yang panas dengan jenis pekerjaan berat sekurang-kurangnya 2,8 lt air

minum, untuk kerja ringan 1,9 lt. Bagi pekerja di tempat dingin dibutuhkan

makanan dan minuman hangat.

2. Bahan kimia

Bahan kimia dapat menyebabkan keracunan kronis dengan akibat penurunan berat

badan. Beberapa zat kimia lain dapat mengganggu metabolisme tubuh,

mengganggu selera makan dan berpengaruh terhadap pencernaan.

Timah hitam dapat mempengaruhi pembentukan sel darah merah yang berakibat

pekerja menjadi pucat dan kurus. Keracunan Berillium selalu disertai penurunan

berat badan. Zat kimia yang bersifat asam akan merangsang lambung dan

merusak selaput lendir.

3. Faktor biologi

Pekerja yang bekerja di pertambangan, perkebunan, peternakan berisiko terinfeksi

cacing, bakteri pada saluran pencernaan dll.

4. Faktor psikologis

Stress kerja akibat ketidak serasian emosi, hubungan antar manusia dalam

pekerjaan, hambatan psikologis sangat berpengaruh pada penurunan berat badan,

intake makanan dan produktivitas kerja.

5. Gaya hidup dan kebiasaan

Terlalu banyak bekerja, aktivitas olahraga kurang sering kali tidak memperhatikan

gizi seimbang dan cenderung mengkonsumsi lemak tinggi, dapat menimbulkan

kegemukan, hiperkolesterol, hipertensi, penyakit jantung dll.

23

Page 24: Gizi Dan Produktivitas Kerja

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan suatu

pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya

2. Faktor yang mempengaruhi Gizi Kerja

a. Jenis kegiatan beban kerja.

b. Faktor tenaga kerja

c. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi

fisik, kimia, biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi..

3. Gangguan Gizi Kerja di pengaruhi:

a. Kebutuhan zat gizi

b. Kebutuhan kalori

c. Faktor lingkungan kerja (Tekanan panas, Bahan kimia, Faktor

biologi, Faktor psikologis, Gaya hidup dan kebiasaan)

4. Macam Gangguan Gizi Kerja:

a. Defisiensi zat besi

b. Defisiensi energi

c. Defisiensi vitamin B1

B. SARAN

1. Dalam pemberian asupan Gizi para pekerja seharusnya diperjatikan jenis beban

kerja, tenaga, dan lingkungan kerjanya sehingga kecukupan gizi para pekerja

terpenuhi secara baik yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja dalam

melaksanakan pekerjaannya

24