hubungan produktivitas tenaga kerja terhadap

83
HUBUNGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA KEMITRAAN USAHA AYAM PEDAGING DI KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS SKRIPSI ANDI MUSDALIFAH BAKRI I111 13 095 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI
Disusun Oleh :
Pada Jurusan Ilmu Peternakan
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
ABSTRAK
Andi Musdalifah Bakri (I 111 13 095). Hubungan produktivitas tenag kerja
terhadap profitabilitas pada kemitraan usaha peternakan ayam pedaging
dikecamatan marusu kabupaten maros Dibawah Bimbingan Prof.Dr.Ir. Ahmad
Ramdhan Siregar, MS. sebagai Pembimbing Utama dan Dr. Aslina Asnawi, M.Si
sebagai Pembimbing Anggota.
mengelola usaha peternakan ayam ras pedaging, dilihat dari perbandingan antara
jumlah hasil ternak ayam ras pedaging yang dipelihara dibagi dengan curahan tenaga
kerja yang digunakan.Untuk memperoleh suatu keuntungan (Profitabiltas),
Profitabilitas merupakan ukuran kemampuan suatu usaha dalam memperoleh
keuntungan atau laba, profitabilitas ini dapat mengukur kemampuan manajemen dari
usaha tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka dilakukan penelitian
tentang Hubungan Produktivitas Tenaga Kerja terhadap Profitabilitas Pada
Kemitraan Usaha Peternakan Ayam Pedaging di Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros.
pada usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros,
Untuk mengetahui Profitabilitas pada usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan
Marusu, Kabupaten Maros dan untuk mengetahui hubungan produktivitas tenaga kerja
terhadap Proitabilitas pada usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Marusu,
Kabupaten Maros. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terjadi hubungan antara
produktivitas tenaga kerja terhadap profitabilitas. Besar korelasi antara jumlah tenaga
kerja dan profit usaha sebesar +0,516 yang berarti berkorelasi sedang produktivitas
tenaga kerja terhadap profitabilitas.
. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan yaitu dari bulan Juni
sampai bulan Agustus 2017. Tempat penelitian di Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros. Dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut pusat pengembangan usaha
peternakan ayam pedaging terbesar dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten
Maros. Secara parsial Produktivitas tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas pada kemitraan usaha peternakan ayam pedaging.
Kata Kunci : Produktivitas Tenaga Kerja, Profitabilitas
vi
Abstract
Andi Musdalifah Bakri (I 111 13 095). the productivity of labor relations tenag in
the profitability of a business association chicken farms dikecamatan marusu
regency Maros Under the guidance Prof.Dr.Ir. Ahmad Ramdhan Siregar, MS. as
the first counselor and Dr. Aslina Asnawi, M.Si as Member Counselor.
Labor productivity is the capacity of workers in the management of the
broiler farm, seen from the comparison between the number of animals reared for
roasting divided by the effusion of work digunakan.Untuk obtain a profit
(profitability), the Profitability is a measure of the ability of a business to make profits
or profits, this profitability can measure the capabilities of business management.
Based on the above mentioned issues, then do a research on the relationship of labor
productivity to profitability in Business Partnership fattening ranch in Marusu Maros
District.
The purpose of this study is: To determine the productivity of work on the
farm grid in Marusu District, Maros, To determine the profitability of the farms of
fattening business in the Marusu District, Maros and determine the relationship of
labor productivity to the Proitabilite efforts in the broiler farms in the Marusu district,
Maros Regency. The results of this study explain that there is a relationship between
labor productivity and profitability. Great correlation between the amount of labor and
the operating result of 0.516, which means being in labor productivity correlates with
profitability.
The research was conducted for approximately two months ie from June to
August 2017. The study in Marusu Maros District. Considering that the location is the
largest poultry farming business development center in several districts in Maros
Regency. Partially, labor productivity has a significant effect on profitability in the
association of broiler breeding companies.
Keywords: labor productivity, profitability
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala,shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti
beliau hingga hari akhir, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan
Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Kemitraan Usaha
Ayam Pedaging di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”. Sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus kepada
kedua orang tua saya Ayahanda Drs. H. A. M. Bakri LB dan Ibunda Hj. A. Nawirah
yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan mengiringi setiap langkah dalam
hidup penulis dengan do’a yang tulus tanpa henti serta dukungan moril maupun
materil yang tak terbalas dengan apapun. Penulis juga menghaturkan terima kasih
kepada saudara kandung perempuan saya Andi Imaftuha Bakri, Andi Umraeni
Bakri, Andi Marwah Bakri, Andi Aisyah Nurfitriani Bakri, Andi Muhaimina
Bakri, Andi Mutmainnah Bakri, dan saudara kandung laki-laki saya Andi Wahyu
Bakri, Andi Agus Masuali Bakri, Andi Safaruddin Bakri, Andi Arafa Bakri,
Andi Herul Enam Bakri yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih
viii
sayang, saran dan motivasi yang tiada henti kepada penulis untuk terus sekolah
setinggi-tingginya hingga satu dari harapan besar mereka dapat penulis wujudkan. Tak
lupa pula Keluarga Besar penulis yang selalu ada dalam suka maupun duka.
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis
juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
• Prof. Dr. Ir. Ahmad R. Siregar, M,Si selaku pembimbing utama dan sekaligus
penasehat akademik yang telah memberikan nasehat, arahan, petunjuk dan
bimbingan serta dengan sabar dan penuh tanggung jawab meluangkan waktunya
mulai dari penyusunan hingga selesainya skripsi ini.
• Dr. Aslina Asnawi, S.Pt, M.Si selaku pembimbing anggota yang penuh ketulusan
dan keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat,
arahan, serta koreksi dari awal hingga selesainya skripsi ini.
• Dr. Agustina Abdullah, S.Pt, M.Si, Dr. Ir. Sofyan Nurdin Kasyim, MS Dr. Ir.
Tanrigiling Rasyid, M.Si selaku penguji mulai dari seminar proposal hingga
seminar hasil penelitian, terima kasih telah berkenan mengarahkan dan memberi
saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
• Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas
Hasanuddin.
Universitas Hasanuddin.
• Dosen Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah
banyak memberi ilmu yang sangat bernilai bagi penulis.
• Seluruh Staf dalam lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
yang selama ini telah banyak membantu dan melayani penulis selama menjalani
kuliah hingga selesai.
Hamdana Darsan dan Magfira Mansur yang dengan ikhlas membantu dan
menghibur penulis dalam penyelesaian penelitian dan yang senantiasa memberi
bantuan, tidak pernah mengeluh sama-sama, jalan kekampus sama, arahan, canda-
tawa, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi.
• Ibu-ibu Negara A. Irma Ekalestari, Hasnah, Hamdana Darsan, Maghfirah
Mansur, Saharia, Arda Runita, Nur Santi, Sari Putri, Hilma Utami Putri,
Asri Puspita Sari, Hayu Fitriyani, Abeng Daisuri dan Ummi Kalsum yang
senantiasa memberi bantuan, arahan, canda-tawa, dan dukungan dalam
penyelesaian skripsi.
Nurhidayat, Ahmad Syakir, Charles Ta’bi Karurukan, Dwi Suprapto,
Wahyu, Abdul Rahman dan Insan Putra Pratama yang senantiasa memberi
bantuan, arahan, canda-tawa, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi.
• PKL Team Hilma Utami Putri, Dinda Febrianti Adam, Majdah Pratiwi,
Nawawi Arfan, Ofir Tangkelangi, yang telah mampu bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas-tugas penting.
x
• Keluarga besar Larfa 13, D’ Sembarang Moo kalian keluarga yang tak akan
pernah penulis lupakan, terima kasih untuk semua kenangan indah yang
mengantarkan penulis meraih gelar sarjana.
• Keluarga Besar HIMAPROTEK Kakanda Himaprotek 08, Himaprotek 09,
Himaprotek 10, Himaprotek 12 dan adinda Himaprotek 14 dan Himaprotek
15, dan Himaprotek 16 kalian adalah panutan langkah yang telah terlewati dan
titisan harapan untuk hari esok.
• Kakanda senior Sosek yaitu kakanda Saediman, Eko Shamsuharlin dan Ahmad
Dahlan yang turut membantu sehingga terselesaikan skripsi kami.
• Keluarga Besar HMI kakanda Jaidin, kakanda awal yanto, kakanda Firnas
Firman, kakanda Jasdan, kakanda Muis Amiruddin, kakanda Nanang
syamjaya, Yunda Indri, Yunda Widya Ketua Kohati Cabang, Yunda Lia, ,
Yunda Sari Putri dll.
• Rekan-rekan Seperjuangan di lokasi KKN 93 Kecamatan Pitu Riawa, Desa
Otting, Kabupaten Sidrap Zulfikar Sakani, Muhammad Fajar Nur,
Muhammad Prasetyo, Mu’tasimah, Rosi Anindiastuti, Nurul Hidayah dan
Nurulfirah terima kasih atas kerjasamanya dan pengalaman saat KKN.
• MTS dan MA Pesantren Yasrib Lapajung Watansoppeng Surya Ditha, Andi
Nurul Hidayatullah, Andi Rabiatul Adawiah, Andi Rini Alchaerani, Risma,
Suriani, Sulmati, Rahmawati, Fahirawati, Andi Nurmilasari, Dian
Musyafirah, Syahrul Ramadhan, Suriadi, Muh Fitri, Azhar, Asmir, Mario
Muhammad dll terima kasih untuk setiap kenangannya.
xi
Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih perlu
masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun agar penulisan
berikutnya senantiasa lebih baik lagi.Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih
dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin ya robbal alamin.
Tenaga Kerja Bidang Peternakan ....................................................... 9
Produktivitas Tenaga Kerja ................................................................ 10
a. Pengalaman Kerja ........................................................................ 13
Metode Pengumpulan Data ................................................................ 23
Keadaan Demografis .......................................................................... 27
Keadaan Peternakan ........................................................................... 29
Klasifikasi Responden Berdasarkan Skala Usaha dan Tenaga Kerja. 41
HASIL DAN PEMBAHASAAN ................................................................. 43
Produktivitas Tenaga Kerja ................................................................ 43
Hubungan Produktvitas Tenaga Kerja dengan Profitabilitas ............. 52
PENUTUP ..................................................................................................... 53
Kesimpulan ......................................................................................... 53
saran ................................................................................................... 53
4. Jumlah Populasi Ternak Kecamatan Marusu Kabupaten Maros……………... 29
5. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros………………………………………………………………………….. 38
Kabupaten Maros……………………………………………………………… 39
Kabupaten Maros…………………………………………………………… 40
Kabupaten Maros……………………………………………………………… 41
9. Klasifikasi responden berdasarkan skala usaha di Kecamatan Marusu, Kabupaten
Maros………………………………………………………………………..... 42
10. Rata-Rata Produktivitas Tenaga Kerja Peternak Pada Usaha Peternakan Ayam
Pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros berdasarkan skala usaha. 44
11. Rata-rata Penerimaan Pada Usaha Peternakan Ayam Pedaging di Kecamatan
Marusu, Kabupaten Maros…………………………………………………… 47
12. Rata-rata Biaya Operasional Pada kemitraan Usaha Peternakan Ayam Pedaging di
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros berdasarkan per periode ternak…….. 49
13. Hasil Analisis tingkat Profitabilitas Pada Kemitraan Usaha Peternakan Ayam
Pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros berdasarkan skala kepemilikan
ternak………………………………………………………………………… 50
2. Identitas peternak yang Melakukan Usaha Peternakan pada Kemitraan Ayam
Broiler di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros………………………….. 58
3. Tabulasi Data Hasil Kuesioner Variabel Dependen Produktivitas Kerja….. 60
4. Tabulasi Data Rata-rata Penerimaan……………………………………….. 65
5. Tabulasi Data Rata-rata Biaya Operasional………………………………… 66
6. Tabulasi Hasil Analisis Tingkat Profitabilitas……………………………… 67
7. Koefisien Korelasi Produktifitas Tenaga Kerja Terhadap Profitabiltas……. 74
1
PENDAHULUAN
Ayam pedaging disebut juga ayam broiler merupakan salah satu komoditi
peternakan yang cukup menjanjikan karena produksinya yang cukup cepat untuk
kebutuhan pasar dibandingkan dengan produk ternak lainnya selain itu
keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat
dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek. Usaha ternak
di kabupaten Maros dianggap memiliki keuntungan sehingga banyak masyarakat yang
tertarik untuk mengusahakannya. Namun untuk memulai usaha ini, sebagian besar
masyarakat terkendala oleh besarnya modal awal yang harus disediakan oleh tiap
peternak.
Usaha peternakan ayam pedaging di Sulawesi Selatan sampai saat ini masih
terus dapat dikembangkan antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam
pedaging masih sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan produksi ayam
Pedaging di Sulawesi Selatan selama enam tahun yang sangat meningkat yaitu pada
tahun 2005 sebesar 7.859.944 Kg dan pada 2011 sebesar 18.497.399 Kg. Peningkatan
produksi ayam pedaging ini dapat disebabkan karena terjadinya peningkatan
permintaan akibat pertambahan penduduk, dan pendapatan masyarakat, kesadaran
masyarakat akan gizi, daging ayam mudah diperoleh, dan harga daging ayam yang
relatif murah. Namun peningkatan produksi daging ayam pedaging tidak diimbangi
dengan biaya pakan yang semakin besar atau meningkat yang membuat peternak
mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Salah satu usaha yang dapat
dilakukannya adalah melakukan kemitraan dengan suatu perusahaan (inti). Pola
2
Kemitraan menghubungkan antara perusahaan inti dengan plasma mempunyai
kekuatan ekonomi yang cukup tinggi, karena disamping pola kemitraan ini dapat
mengatasi kendala pendanaan maupun kualitas produk di tingkat petani peternak,
kemitraan juga dapat menjamin pemasaran maupun tingkat harga hasil produksi
petani peternak.
meningkatkan produktifitas usaha petani peternak. Dalam kemitraan perusahaan
pakan ternak sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Perusahaan pakan sebagai inti
memiliki tugas menyediakan sapronak (sarana produksi ternak) dan obat-obatan
kepada plasma, sedangkan peternak sebagai plasma pada kemitraan ayam pedaging
menyediakan kandang dan peralatan untuk produksi. Plasma akan membayar biaya
sapronak dan obat-obatan setelah panen dan plasma wajib menjual hasil panen kepada
inti. Dalam hal ini plasma merasa diuntungkan karena hasil panen dijamin dalam hal
pemasaran sedangkan inti mendapat suplai hasil panen secara kontinyu. Hal ini juga
terjadi Kecamatan Marusu Kabupaten Sidrap.
Secara umum proses kemitraan dapat meningkatkan produktrivitas peternakan
melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas tenaga
kerja dapat terjadi jika perusahaan mengalami peningkatan output sementara input
tidak bertambah atau bahkan berkurang, dan input berkurang tetapi output tetap. Suatu
usaha yang dijalankan dengan modal dan teknologi modern, tidak akan berhasil
menyediakan barang dan jasa tanpa adanya manusia sebagai sumber daya yang
menggerakkan segala aktivitas didalamnnya, bahwa kondisi yang ada di Kecamatan
3
usaha peternakan ayam pedaging.
Salah satu tujuan dari kemitraan ini adalah agar peternak dapat melakukan
usaha peternakan ayam pedaging yang tetap menguntungkan kedua belah pihak.
Tenaga kerja yang produktif dapat meningkatkan keuntungan dalam memperoleh laba
atau biasa disebut dengan profitabilitas. Profitabilitas merupakan ukuran kemampuan
suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba. Profitabilitas ini dapat
mengukur kemampuan manajemen dari perusahaan tersebut. Sumber daya manusia
yang handal ditandai dengan tingginya produktivitas kerja dalam mencapai
keuntungan pengelola usaha peternak ayam pedaging di Kecamatan Marusu
Kabupaten Maros.
Dari survey awal penulis melihat bahwa jumlah peternak dan jumlah skala
usaha yang dipelihara di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros berbeda-beda.
Tentunya hal ini akan mempengaruhi produktivitas yang diperoleh dimana
produktivitas adalah ukuran efesiensi produktif, masukan sering dibatasi dengan
masukan tenaga kerja sedangkan keluaran diukur dalam satuan fisik bentuk dan nilai.
Dalam hal ini produktifitas tenaga kerja akan terlihat apabila profitabilitas menurun
ataukah meningkat sehingga, terlihat apakah produktivitas tersebut mempunyai
hubungan dengan kemampuannya dalam memperoleh laba (profitabilitas). Oleh
karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Kemitraan Usaha
Peternakan Ayam Pedaging di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”
4
dirumuskan permasalahan yaitu:
1. Bagaimana produktivitas tenaga kerja pada kemitraan usaha peternakan ayam
pedaging di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros ?
2. Bagaimana profitabilitas usaha peternakan pada kemitraan usaha peternakan
ayam pedaging di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros ?
3. Apakah ada hubungan produktivitas tenaga kerja terhadap profitabilitas pada
kemitraan usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros ?
1. Untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja pada kemitraan usaha peternakan
ayam pedaging di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.
2. Untuk menegetahui profitabilitas pada kemitraan usaha peternakan ayam
pedaging di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.
3. Untuk menegetahui hubungan Produktivitas tenaga kerja terhadap
Profitabilitas usaha peternakan pada kemitraan usaha ayam pedaging di
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.
1. Sebagai bahan informasi bagi peternak tentang hubungan produktivitas tenaga
kerja terhadap profitabilitas pada kemitraan usaha peternakan ayam pedaging di
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.
2. Sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan usaha
peternakan ayam pedaging dan bahan referensi bagi para peneliti berikutnya.
6
Ayam pedaging merupakan bagian dari pertanian secara umum dan
merupakan makluk hidup yang tidak lepas dari waktu. Kenyataannya ayam pedaging
dapat di jual setelah mengalami masa produksi 5 minggu. Bahkan di antara
beragam jenis unggas, hanya ayam pedaging yang mampu memperpendek pengaruh
waktu dalam produksi. Dengan memperpendek waktu berarti perputaran modal
menjadi lebih cepat kembali. Biaya yang telah di keluarkan selama 5 minggu
produksi akan cepat kembali. Inilah sebabnya usaha peternakan ayam pedaging
menarik perhatian banyak pemodal (Rasyaf, 2002).
Ayam pedaging sangat efektif untuk menghasilkan daging, karakteristik
ayam pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu
merapat ke tubuh, kulit dan produksi telur rendah. Pemeliharaan ayam ras
pedaging dikelompokkan dalam dua periode, yaitu periode starter dan finisher.
Pemeliharaan ayam pedaging dilakukan secara all in all out, artinya bahwa ayam
dimasukkan dalam kandang yang sama secara bersamaan pula (Susilorini, 2008).
Dalam upaya pemenuhan protein hewani dan peningkatan pendapatan
peternak, maka pemerintah dan peternak telah berupaya mendayagunakan sebagian
besar sumber komoditi ternak yang dikembangkan, diantaranya adalah ayam pedaging
(broiler). Sebagaimana diketahui ayam pedaging merupakan ternak penghasil daging
yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan ternak potong lainnya. Hal inilah yang
medorong sehingga banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler.
Untuk mencapai pembangunan pertanian pada umumnya dan sektor peternakan
7
bagian dari kebutuhan dasar manusia perlu di usahakan produktifitas yang maksimal
sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani peternak (Thamrin, dkk 2006).
Ayam ras pedaging di Propinsi Sulawesi Selatan sebahagian besar dilakukan di
daerah yang dekat dari kota Makassar sebagai daerah pemasaran misalnya Kabupaten
Maros. Di daerah tersebut beberapa peternak ayam broiler melakukan kemitraan antara
lain dengan PT. Satwa Indo Perkasa dan PT. Ciomas Adisatwa dan beberapa
perusahaan inti lainnya. Dalam melakukan kemitraan syarat utama yaitu peternak
dapat memelihara minimal pada skala lebih dari 3500 ekor. Oleh karena itu perlu
diketahui hubungan skala usaha dan pendapatan yang diperoleh peternak ayam
pedaging yang melakukan kemitraan di Kabupaten Maros (Siregar dkk, 2014).
Kemitraan pada Usaha Peternakan Ayam Pedaging
Kemitraan merupakan kerjasama bisnis, maka keberhasilannya pun
sangatditentukan oleh adanya kerjasama dan kepercayaan antara peternak dengan
perusahaan peternakan. Motivasi kerjasama dalam hal ini menjadi faktor penting
dalam menunjang kesinambungan kerjasama antara peternak mitra dengan perusahaan
mitra, karena tanpa adanya motivasi dari kedua belah pihak maka kelanggengan
kerjasama tidak akan tercapai. Semakin kuat motivasi kerjasama yang muncul maka
semakin kokoh pondasi kemitraan yang dibangun melalui pola kemitraan yang
menghubungkan antara pihak perusahaan (inti) dengan peternak (plasma), dimana
pihak inti memberikan permodalan, penciptaan pasar, transfer teknologi dan
pengorganisasian lembaga peternakan, keadaan ini akan membantu memecahkan
8
kendala teknis, sosial dan ekonomis dari usaha peternakan plasma, Sehingga akan
menyebabkan pengembangan agribisnis peternakan ayam pedaging untuk
meningkatkan daya saing komoditas baik domestik maupun internasional. (Ridwan,
2014)
bentuk usaha peternak yang dijalankan secara terogranisir dimana pihak perusahan
sebagai inti berfungsi menyediakan bibit (DOC), pakan obat-obatan/vaksin serta
pengaturan dan pengawasan program produksi, kemitraan ayam pedaging di Provinsi
Sulawesi Selatan sebahagian besar dilakukan didaerah yang dekat dari kota makassar
sebagai daerah pemasaran misalnya Kabupaten Maros. Didaerah tersebut beberapa
peternak ayam pedaging melakukan kemitraan antara lain dengan PT. Satwa Indo
Perkasa dan PT. Ciomas Adistwa dan beberapa perusahaan inti lainnya. Berdasarkan
hasil yang diperoleh menujukan skala uaha tidak berpengaruh nyata terhadap pendapat
peternak yang bermitra dengan PT. Satwa Indo Perkasa, hal ini berarti semakin besar
skala usaha budi daya ayam pedaging yang diusahakan peternak, tidak semakin besar
pula pendapatan yang diperoleh peternak yang bermitra dengan PT.Ciomas Adisatwa
di Kabupaten Maros (Siregar dkk, 2014).
Usaha ternak ayam pedaging terbagi ke dalam dua pola, yaitu pola mandiri dan
pola kemitraan. Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi
dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan
mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh
keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak (Sumarwan , 2002).
9
menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun, sehingga tenaga kerja didefinisikan
sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih. Tenaga kerja dalam usahatani
merupakan faktor penting khususnya tenaga kerja petani dan anggota keluarganya,
dimana tenaga kerja menjadi unsur penentu terutama dalam usahatani komersial
(Tohir, 1991). Tcnaga kerja dalam usahatani sebagian besar berasal dari keluarga
petani sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak. Tenaga
kerja dari luar keluarga dapat berupa tenaga kerja harian atau borongan tergantung
pada keperluan (Mubyarto, 1989)
Rasyaf (2002) menyatakan bahwa peternakan ayam pedaging sebenarnya
bukan usaha padat karya dan tidak selalu padat modal. Peternakan ayam pedaging
memunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat tugas khusus,
seperti vaksinasi. Oleh karena itu, disuatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga
kerja anatara lain tenaga kerja teta, tenaga kerja harian dan tenaga kerja harian lepas
dan kontrak. Peternakan dengan skala 4000 ekor diperlukan sau tenaga kerja berilmu
peternakan dan terampil (biasa bekerja dipeternakan) dan satu tenaga kerja kasar
harian untuk pekerjaan seperti vaksinasi, tangkap ayam, dan sebagainya (Fadilah,
2004).
tanah dan untuk angkutan sedangkan tenaga kerja mekanik digunakan untuk
10
pengganti tenaga kerja temak dan atau manusia.
Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas adalah hubungan antara barang yang diproduksi dan dijual atau
jasa-jasa yang diberikan yaitu keluaran (output) dan sumberdaya yang dikomsumsi
didalam melakukannya yaitu masukan (input). Secara umum produktivitas diartikan
sebagai hubungan anatara hasil nyata maupun fisik (barang atau jasa) dengan masukan
yang sebenarnya, misalnya saja “produktivitas adalah ukuran efesiensi
produktif”.masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran
diukur dalam satuan fisik bentuk dan nilai (Sinungan, 2000).
Soedarmayanti (2009) menyatakan bahwa pengertian produktivitas memiliki
dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan
pencapaian unjuk kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan
dengan kualitas, kuantitas, dan waktu.Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan
upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana
pekerjaan tersebut dilaksanakan.lebih lanjut dijelaskan secara umum produktivitas
mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Produktivitas individu merupakan
perbandingan dari efektivitas pencapaian untuk kerja yang maksimal dengan efesiensi
tenaga kerja yang mencakup kuantitas dan kualitas satuan waktu tertentu. manfaat
peningkatan produktivitas pada tenaga kerja individu dapat dilihat dari:
1. Meningkatkan pendapatan (income) dan jaminan sosial lainnya.
2. Meningkatkan hasrat dan martabat serta pengakuan terhadap potensi individu.
11
a. Indikator produktivitas
empat bentuk (Tabel 2). Selanjutnya juga dijelaskan bahwa peningkatan produktivitas
manusia merupakan sasaran yang strategis karena peningkatan produktivitas faktor-
faktor produksi lain (alam dan modal) sangat tergantung pada kemampuan tenaga
manusia memanfaatkannya.
Uraian Input Output Indeks prestasi Keterangan
Mula-mula 100 120 1,2 -
Bentuk 2 90 135 1,5 Input berkurang, output lebih
banyak
banyak
banyak
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk lebih memahami dan mengadaptasi
perubahan-perubahan di lingkungan kerjanya dengan lebih cepat. Akibatnya
12
pertumbuhan produktivitas (Moelyono, 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah kelangkaan sumber
daya yang diukur dari rasio modal dan tenaga kerja, perubahan angkatan kerja,
inovasi, teknologi dampak regulasi dan kualitas kerja. Ditambahkan juga bahwa
kenaikan sumbangan tenaga kerja pada produktivitas adalah karena tenaga kerja lebih
sehat, lebih terdidik, dan lebih bergizi. Produktivitas dapat pula meningkat karena hari
kerja yang lebih pendek, biasanya perbaikan produksi 20 persen, karena peningkatan
kualitas kerja (Reksohadiprodjo, 1995)
Di Kabupaten Maros Jumlah peternak yang melakukan usaha budidaya ayam
pedaging pola kemitraan dengan PT. Satwa Indo Perkasa pada skala usaha 3.500-
6.500 ekor sebanyak 12 orang, sedangkanjumlah peternak yang paling sedikit berada
pada skala usaha lebih besar dari 6.500 ekor yaitu 3 orang lebih lanjut dijelaskan
bahwa semakin besar skala usaha budi daya ayam pedaging yang diusahakan peternak,
tidak semakin besar pula pedapatan yang diperoleh peternak yang bermitra dengan
PT.Ciomas Adisatwa dikabupaten Maros sehingga jumlah peternak yang bermitra
dengan PT.Ciomas Adistwa pada skala usaha kurang dari 3.500 ekor sebanyak 10
orang, merupakan jumlah peternak terbanyak dibandingkan dengan jumlah skala yang
lain untuk skala usaha 3.500-6.500 ekor, jumlah peternak sebanyak 7 orang (19,05%)
(Siregar dkk, 2014).
produktivitas kerja adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
13
pengalaman bekerja dan skala usaha. Penilaian produktivitas kerja sangat erat
hubungannya dengan pengalaman bekerja, umur, pendidikan, curahan kerja, dan upah.
a. Pengalaman Kerja
seorang pegawai menyumbangkan tenaganya di perusahaan.pengalaman kerja adalah
masa kerja seorang pekerja bila mana diterapkan pada hubungan kerja maka senioritas
adalah masa kerja seorang pekerja pada perusahaan tertentu.Pengalaman kerja adalah
waktu yang digunakan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengalaman kerja seseorang adalah waktu, frekuensi, jenis tugas,
penerapan, dan hasil. lebih lanjut dijelaskan bahwa cara yang dapat dilaksanakan
untuk memperoleh pengalaman kerja adalah melalui pendidikan, pelaksanaan tugas,
media informasi, penataran, pergaulan, dan pengamatan. Suatu perusahaan akan
cenderung memilih tenaga kerja yang berpengalaman dari pada yang tidak
berpengalaman hal ini disebabkan mereka yang berpengalaman lebih berkualitas
dalam melaksanakan pekerjaan sekaligus tanggung jawab yang diberikan perusahaan
dapat dikerjakan sesuai dengan ketentuan atau permintaan perusahaan. Maka dari itu
pengalaman kerja mempunyai manfaat bagi pihak perusahaan maupun karyawan
(pajar, 2008).
b. Umur
Arman (2005) mengemukan bahwa tenaga kerja yang umurnya masih muda
kecenderungannya mempunyai fisik yang lebih kuat, sehingga diharapkan dapat
bekerja keras dibandingkan dengan tenaga kerja yang umurnya lebih tua. Salah satu
14
keberhasilan suatu usaha tergantung kepada tenaga kerja yang mengolah usaha
tersebut. Tenaga kerja kelompok penduduk dalam usia kerja. Secara praktis pengertian
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja yang dibedakan hanya oleh batasan umur.
Berdasarkan Undang-undang no. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah
menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun, sehingga tenaga kerja didefenisikan
sebagai penduduk yang berumur 15 tahun lebih.
Tingkat produktivitas kerja mula-mula meningkat sesuai dengan pertambahan
umur, kemudian menurun kembali menjelang usia pensiun atau umur tua.. Umur
merupakan salah satu faktor penentu bagi petani dalam mengelola usaha tani.
Kemampuan fisik dan cara berpikir petani dipengaruhi oleh umur. Petani yang telah
lanjut usia kemampuan fisiknya cenderung menurun dan sering kesulitan dalam
menerima perubahan maupun inovasi, karena selalu berpijak pada pengalamannya
(Sunarto dkk, 2005). Tingkat umur produktif berada diantara 15-65 tahun. Umur
mempengaruhi seseorang dalam hal keterampilan dan pengalaman, serta penerapan
teknologi baru dan lain- lain (Prawirokusumo, 2000).
c. Pendidikan
Kadir (2010) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses alih teknologi
dan trasformasi menyangkut dengan peningkatan pengetahuan melalui institusi atau
lembaga tertentu dan dikelola secara formal dalam kurun waktu tertentu, yang
merupakan proses teknik serta metode belajar mengajar untuk mengalihkan suatu
pengetahuan dari suatu individu yang memerlukannya. Pendidikan dalam suatu
organisasi sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia,
merupakan suatu siklus yang harus dilakukan secara terus menerus karena organisasi
15
satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Hal tersebut berkaitan
dengan bagaimana seseorang melihat potensi maupun peluang yang ada untuk
mengembangkan usaha, serta biaya memperoleh hasil yang maksimal.
Arman (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan sejalan dengan tingkat
produktivitas dan efisiensi kerja. Tingkat pendidikan juga akan berpengaruh terhadap
pola pikir serta kemampuan seseorang dalam mengolah suatu usaha serta bagaimana
mereka bisa mengubah serta menerima setiap perubahan yang ada serta
menerapkannya.
dikemukakan bahwa asumsi dasar teori Hukum Kapital sesorang dapat meningkatkan
penghasilannya melalui peningkatan pendidikan.Setiap penambahan satu tahun
sekolah berarti disatu pihak peningkatan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan
seseorang.
Andryani (2007) menyatakan bahwa yang biasa dipakai tanpa memperhatikan
kebiasaan bekerja adalah delapan jam kerja sama dengan satu hari kerja. Oleh karena
itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja pria dewasa atau hari kerja
pria (HKP) dengan menggunakan faktor konversi 0,8 HKP untuk wanita dan 0,5 HKP
untuk anak-anak. Kelemahan pendekatan ini adalah pekerja wanita atau anak-anak
dianggap bekerja efektif seperti seorang pria, satu tahun seseorang bersedia bekerja
selama 300 hari sedangkan pada usaha peternakan yang digunakan untuk
16
pemeliharaan ternak adalah sekitar 50% dari waktu lazim dipergunakan untuk usaha
lainnya.
sehubungan dengan pekerjaan mana yang akan dimasuki didasarkan atas pertimbangan
pekerjaan mana yang memberikan pendapatan yang lebih baik. Sedangkan keputusan
untuk memasuki beragam pekerjaan atau lebih dari satu pekerjaan, didasarkan pada
total waktu atau jam kerja yang mampu ditawarkan. Pola curahan waktu kerja pada
dasarnya merupakan pencerminan strategi dalam mempertahankan hidup dan
kesejahteraan. Curahan waktu tenaga kerja merupakan jumlah jam kerja yang
dicurahkan untuk berbagai kegiatan. Dalam kehidupan nyata perilaku individu dalam
mengalokasikan waktu kerjanya tidak hanya dipengaruhi tingkat upah, juga peubah-
peubah sosial ekonomi lainnya.
keuntungan atau laba, profitabilitas ini dapat mengukur kemampuan manajemen dari
perusahaan tersebut. Analisis ratio profitabilitas ini dapat digunakan untuk
menjelaskan kemampuan perusahaan dalam mempergunakan sumber dayanya secara
efektif dan efisien. Profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijaksanaan dan
keputusan yang memberikan jawaban akhir tentang sejauh mana usaha mengelola
usahanya secara efektif. Perolehan laba merupakan ukuran keberhasilan kinerja
finansial perusahaan. Laba usaha pun dapat menjadi salah satu indikator kemampuan
usaha dalam memenuhi kewajibannya kepada para penyandang dana. Profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasikan keuntungan dari aktivitas
17
perusahaan yang baik dalam pandangan para investor yang selanjutnya akan direspon
oleh para investor sebagai sinyal positif dari perusahaan dan akan mempermudah
manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat
kenaikan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan
menaikkan harga saham perusahaan tersebut, sehingga nilai perusahaanpun akan
meningkat (Sujoko dkk, 2007).
Masalah profitabilitas suatu peternakan berkaitan dengan selisih antara harga
jual dan biaya per unit (Buffa dkk, 1994). Suatu usaha dikatakan mendapat
profitabilitas jika penerimaan atau nilai penjualan produknya lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut, dan rugi jika mengalami hal
yang sebaliknya. Diantara kondisi laba dan rugi tersebut terdapat kondisi titik impas,
yaitu saat penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya. Suatu usaha didirikan
dengan tujuan untuk memperoleh laba. Peternak perlu melakukan evaluasi apakah
usaha yang dijalankannya masih menguntungkan, sehingga dapat diambil keputusan
apakah usaha tersebut dapat dilanjutkan bahkan terus dikembangkan atau tidak. Untuk
itu peternak memerlukan suatu alat analisis untuk menghitung kemampuan suatu
peternakannya untuk memperoleh laba, Profitabilitas dapat memberikan gambaran
tentang bagaimana kinerja usaha dalam mengelola usaha. Terdapat beberapa rasio
yang digunakan untuk mengukur profitabilitas usaha, diantaranya gross profit margin
yaitu perbandingan laba kotor dengan penjualan, net profit margin yaitu perbandingan
laba setelah pajak dengan penjualan, return on equity yaitu perbandingan laba setelah
pajak (earning after tax) dengan modal sendiri, dan return on asset yaitu perbandingan
18
laba setelah pajak (earning after tax) terhadap total asset perusahaan (Fakhruddin dkk,
2001).
a. Profit Margin, yaitu perbandingan antara net operating income dengan net
sales dan dinyatakan dengan persentase.
Dapat dikatakan bahwa profit margin ialah selisih antara net sales dengan
operating expenses (harga pokok penjualan + biaya administrasi + biaya penjualan +
biaya umum), hasilnya dinyatakan dalam persentase dari net sales.
b. Turnover of operating assets atau tingkat perputaran aktiva usaha, yaitu
kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover
tersebut dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan operating assets.
Operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi peternakan
dengan melihat kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu.
Hasil akhir dari profit margin dan operating assets turnover menentukan tinggi
rendahnya earning power. Oleh karena itu makin tingginya tingkat profit margin atau
operating assets turnover masing-masing atau kedua-duanya akan mengakibatkan
naiknya earning power. Hubungan antara profit margin dan operating assets turnover
dapatlah digambarkan sebagai berikut: Profit Margin X Operating Assets Turnover =
Earning Power
laba yang terdiri dari Gross Profit Margin merupakan perbandingan penjualan bersih
dikurangi harga pokok penjualan atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih.
Kerangka Pikir
Tenaga Kerja dan Profitabilitas, maka kerangka pikir penelitian dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Produktivitas adalah ukuran efesiensi produktif”. Masukan sering dibatasi
dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam satuan fisik bentuk
dan nilai, produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang
dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).
Dari uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa jika usaha memiliki
produktivitas tenaga kerja yang baik, maka kemapuan dalam memperoleh profit akan
mengalami peningkatan (Sinungan, 2000).
Dapat disimpulkan bahwa apabila produktitivtas tenaga kerja menunjukkan
kinerja yang baik, maka dapat meningkatkan profit usaha lebih baik dalam arti kata
produktivitas tenaga kerja mempunyai korelasi positif dengan profitabilitas. kerangka
pikir dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar. 1. Berikut ini:
20
Marusu Kabupaten Maros.
pada kemitraan usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Marusu
Kabupaten Maros.
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan (jadwal terlampir)
yang dimulai pada awal bulan Juni dan akhir Agustus 2017. Adapun tempat penelitian
di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros dengan pertimbangan, bahwa di daerah
tersebut merupakan salah satu daerah yang peternakannya menjalankan usaha
peternakan ayam pedaging dilakukan secara bermitra.
Jenis Penelitian
dilakukan pada unit individu anggota peternak ayam pedaging dengan menggunakan
responden sebagai unit analisisnya.
Menurut Nasution (2003) bahwa populasi adalah keseluruhan objek yang akan
atau ingin diteliti. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun mati, dimana
sifat-sifat yang ada padanya dapat terukur atau teramati. Populasi penelitian yaitu
semua peternak ayam pedaging yang berada di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros
dari 20 plasma sebanyak 40 tenaga kerja. Berhubung dengan besarnya populasi dan
kemampuan peneliti maka dilakukan pengambilan sampel.
22
dengan menggunakan rumus slovin dalam Umar (2001) .
Dimana :
n =
1+2
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Data kuantitatif yaitu data yang digunakan untuk melihat pada (Produktivitas
tenaga kerja meliputi output (penerimaan) input (curahan waktu), Profitabilitas
meliputi penerimaan dan biaya operasional).
23
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Data primer adalah data yang bersumber dari wawancara langsung dengan peternak
usaha ayam broiler pola kemitraansebagai responden yang berpedoman dengan
kuesioner yang memuat segala hal yang diperlukan dalam penelitian berupa data
tentang pengalaman kerja, umur, pendidikan, curahan kerja, upah dan jumlah skala
usaha.
2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari kantor pemerintahan dan instansi–
instansi yang terkait seperti database peternak, jumlah populasi ternak, keadaan
wilayah dan lain sebagainya.
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini antara lain:
a. Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara
langsung terhadap kondisi penelitian, serta berbagai aktivitas peternak dalam
melakukan usaha peternakan Ayam Pedaging.
b. Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara langsung
dengan pihak peternak yang melakukan usaha peternakan ayam pedaging.
c. Kuisioner yaitu daftar pertanyaan yang telah diatur sesuai kebutuhan peneliti yang
akan ditanyakan kepada peternak seperti identitas responden, keadaan umum
usaha peternakan, jumlah curahan/jam kerja jumlah ternak ayam broiler yang
dipelihara, gambaran pola kemitraan, penerimaan dan lain sebagainya.
24
Variabel Penelitian
Variabel ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel Produktivitas dan variabel
Profitabilitas pada usaha peternakan ayam pedaging yang bermitra , pengukuran ini
didasarkan dari wawancara dengan pihak peternak dan data yang diperoleh dari lokasi
penelitian. Variabel penelitian terdiri atas variabel dependen yaitu produktivitas tenaga
kerja yang mengukur output diperoleh atau hasil yang diperoleh (efektivitas) dan input
yang dikeluarkan atau sumberdaya yang dimasukkan (efisiensi) dan variabel
independen adalah profitabilitas peternak ayam pedaging yaitu Gross Profit Margin
merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan atau rasio
antara laba kotor dengan penjualan bersih.
Analisis Data
a. Untuk menjawab rumusan masalah pertama maka digunakan rumus sebagai
berikut:
b. Untuk menjawab rumusan masalah kedua maka digunakan rumus profitabilitas
sebagai berikut (Rahardjo, 2007) :
× 100 %
c. Untuk menjawab rumusan masalah ketiga antara hubungan Produktivitas tenaga
kerja dengan profitabilitas digunakan rumus koefisien korelasi Produck Moment
yaitu sebagai berikut :
∑xy = Jumlah Perkalian antara variabel X dan Y
∑x2 = Jumlah dari kuadrat Nilai Y
∑y2 = Jumlah dari kuadrat Nilai Y
(∑x2) = Jumlah Nilai X kemudian dikuadratkan
(∑y2) = Jumlah Nilai Y kemudian dikuadratkan
N = Jumlah Responden
1. Produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan seorang tenaga kerja dalam
mengelola usaha peternakan ayam ras pedaging, yang diukur dari perbandingan
antara jumlah hasil ternak ayam ras pedaging yang dipelihara dibagi dengan
curahan tenaga kerja yang digunakan (Rp/HKSP)
2. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada usaha peternakan ayam ras pedaging.
3. Input yaitu keseluruhan sumber daya yang digunakan dalam upaya peternakan
ayam pedaging berupa modal, tenaga kerja dan skala usaha.
4. Output yaitu hasil yang dicapai berupa volume penjualan/penerimaan meliputi
jumlah ternak yang dijual.
5. Kemitraan adalah suatu kerjasama untuk saling menguntungkan antara perusahaan
yang bertindak sebagai inti dan peternak ayam pedaging sebagai plasma di
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.
6. HKSP (Hari Kerja Setara Pria) adalah seluruh curahan jam kerja dalam
pemeliharaan ayam pedaging yang disetarakan dengan delapan jam pria, nilai
HKSP adalah Pria 1, wanita 0,8, remaja 0,6 dan anak-anak 0,5.
7. Profitabilitas adalah kemampuan suatu usaha peternakan ayam pedaging dalam
memperoleh keuntungan atau laba yang diukur dengan Gross Profit Margin
8. Gross Profit Margin yang merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi
harga pokok penjualan atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih (%).
27
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros yang mempunyai luas wilayah 7,54 km2.
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros Jarak dengan Desa Temmapaduae jaraknya
berkisar 10 km dan jarak dengan ibukota kabupaten yaitu 15 km. Kecamatan Marusu
memiliki ketinggian 0-70 m diatas permukaan laut, dengan sudut kemiringan lereng
<5%. Permukaan tanah datar dan berbukit, serta curah hujan berkisar 2000-3000
mm/tahun. Kecamatan Marusu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten
Maros batas – batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tellumpoccoe
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pallangtikang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa A’bulosibatang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Marumpa
Keadaan Demografis
Jumlah penduduk di Kecamatan Marusu adalah 2.977 jiwa yang terdiri dari
jenis kelamin, berbagai latar belakang usia, tingkat pendidikan dan jumlah ternak.
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Penduduk suatu wilayah merupakan sumber daya yang dapat berpengaruh
terhadap perkembangan pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu maka
peningkatan kualitas penduduk suatu wilayah sangat penting dilakukan melalui
peningkatan pendidikan maupun pengetahuan serta keterampilannya. Jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.
28
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Laki-laki 1487 49,94
2. Perempuan 1490 50,06
Tabel 2. menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Marusu
Kabupaten Maros adalah 2.977 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebagian besar penduduk
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 1490 jiwa dengan persentase 49,94 %,
sedangkan untuk penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1.487 jiwa
dengan persentase 50,06 %.
Umur mempunyai hubungan terhadap rensposibilitas seseorang akan
penawaran tenaga kerjanya. Semakin meningkat umur seseorang semakin besar
penawaran tenaga kerjanya. Umur dapat mempengaruhi kemampuan dan prestasi
bekerja secara fisik maupun secara mental. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok
umur dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. 0-15 896 30
2. 15-45 1.455 49
3. >45 626 21
Tabel 3. menunjukkan bahwa kelompok umur yang mendominasi penduduk di
Kecamatan Marusu adalah kelompok umur 15-45 yakni sebanyak 1.454 jiwa dengan
persentase sebesar 49%. Sedangkan untuk kelompok umur 0-15 sebanyak 896 jiwa
29
dengan persentase sebesar 30% dan kelompok umur > 45 sebanyak 626 jiwa atau
21%. Hal ini sesuai dengan pendapat Swastha (1997) yang menyatakan bahwa tingkat
produktifitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan
pertambahan umur, kemudian akan menurun kembali menjelang usia tua.
Keadaan Peternakan
menjadikan usaha peternakan sebagai pekerjaan sampingan Jenis ternak yang banyak
dipelihara di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros yaitu sapi, kerbau, kuda, kambing,
ayam, dan itik. Adapun populasi ternak dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Populasi Ternak Kecamatan Marusu Kabupaten Maros
No Jenis Ternak Jumlah (Ekor)
1. Sapi 338
2. Kerbau 4
3. Kambing 46
4. Kuda 2
7. Itik 1.115
Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa produksi ternak terbesar adalah
ayam ras pedaging dengan jumlah populasi sebanyak 749.415 ekor, sedangkan yang
paling sedikit ada ternak kuda dan kerbau. Hal ini menandakan peternakan di
Kecamatan Marusu lebih didominasi oleh usaha peternakan ayam pedaging dan ini
menunjukkan animo masyarakat untuk memelihara ayam pedaging memang tinggi
didaerah tersebut
kerja seseorang. Tingkat umur seseorang akan berpengaruh terhadap
kemampuannnya dalam mengerjakan pekerjaannnya, karena terjadi peningkatan
kemampuan fisik seiring dengan meningkatnya umur. Pada umur tertentu akan terjadi
penurunan produktivitas. Adapun klasifikasi responden berdasarkan umur di
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros.
1. 21-30 14 35
2. 31-40 11 27,5
3. 41-50 10 25
4. 51-60 5 12,5
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden di
Kecamatan Marusu berkisar antara 21-30 tahun yaitu sebanyak 14 orang atau 35%.
Hal ini berarti bahwa rata-rata peternak di daerah tersebut masih berada pada
kelompok usia produktif untuk melakukan pekerjaan atau menjalankan usahanya.
Kemampuan bekerja seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor umur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Swastha (1997) yang menyatakan bahwa tingkat produktifitas kerja
seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan umur, kemudian
akan menurun kembali menjelang usia tua.
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin seseorang merupakan kondisi alamiah dan kodrat dari pencipta.
Perbedaan jenis kelamin dengan ciri masing-masing menjadi gambaran tingkat
kesulitan dari pekerjaan yang digeluti seseorang. Adanya perbedaan kekuatan fisik
yang dimiliki antara laki-laki dan perempuan biasanya memberikan dampak
perbedaan pada hasil kerja mereka. Adapun klasifikasi responden berdasarkan jenis
kelamin yang terdapat di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Klasifikasi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Marusu,
Kabupaten Maros.
1. Laki-laki 29 72,5
2. Perempuan 11 27,5
Tabel 6. menunjukkan bahwa peternak yang melakukan usaha kemitraan di
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros lebih banyak dilakukan oleh laki-laki yaitu
sebanyak 29 orang atau 72,5 % dan perempuan sebanyak 11 orang atau 27,5 %. Hal
ini sangat mendukung karena usaha ini membutuhkan tenaga yang lebih besar dalam
pemeliharaannnya. Namun, tidak menutup kemungkinan jika dalam aktiivitas
pemeliharaannya, laki-laki dan perempuan saling kerjasama. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wahyono dalam Syahidah (2017) bahwa penanganan yang tepat dan
penempatan posisi kerja yang tepat juga akan meningkatkan efektivitas dan
produktivitas sebagai faktor pendukung kesuksesan dari suatu usaha.
Tingkat Pendidikan
kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu jenis pekerjaan atau
tanggung jawab. Dengan latar belakang pendidikan seseorang dianggap mampu
melaksanakan suatu pekerjaan tertentu atau tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Dalam usaha peternakan, faktor pendidikan tentunya sangat diharapkan
dapat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas
ternak yang dipelihara atau diternakkan. Tingkat pendidikan yang memadai tentunya
akan berdampak pada kemampuan manajemen usaha peternakan yang digeluti.
Adapun tingkat pendidikan peternak yang ada di Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Marusu Kabupaten Maros
1. SD 10 25
2. SMP 12 30
3. SMA 11 27.5
4. S1 7 17,5
Tabel 7. menunjukkan sebagian besar responden berada pada tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 12 orang atau 30 %,
mayoritas peternak berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
pemuda didaerah tersebut jika sudah menamatkan pendidikannya di SMP biasanya
sudah membantu orang tuannya menjadi peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat
Risqina (2011), bahwa pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir seseorang,
terutama dalam pengambilan keputusan dan pengatur manajemen dalam mengelola
suatu usaha.
Pekerjaan merupakan faktor yang paling mempengaruhi kehidupan seseorang
dalam kehidupan sehari-hari. Ada atau tidaknya pekerjaan seseorang akan berimbas
pada peningkatan pendapatan ataupun taraf hidup seseorang.
Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pekerjaan di Kecamatan Marusu,
Kabupaten Maros pada Tabel 8.
Tabel 8. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pekerjaan di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros
No. Tingkat Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Petani/Peternak 19 47,5
2. Wiraswasta 11 27,5
3. IRT 10 25
Berdasarkan data pada Tabel 8. menunjukkan bahwa tingkat pekerjaan
masyarakat di Kecamatan Marusu pekerjaan pokoknya ialah petani yaitu sebesar
47,5% disusul oleh wiraswasta dan IRT masing-masing 27,5% dan 25,0%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar usaha peternakan ayam pedaging dengan pola
kemitraan didaerah tersebut memang dijadikan sebagai pekerjaan pokok. Hal ini
tentunya sangat mendukung pengembangan usaha peternakan ayam pedaging
didaerah tersebut.
Klasifikasi responden berdasarkan skala usaha dan tenaga kerja di Kecamatan
Marusu, Kabupaten Maros pada Tabel 9.
Tabel 9. Klasifikasi responden berdasarkan skala usaha di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros
No Skala Usaha
Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2017.
Berdasarkan data pada Tabel 9. menunjukkan bahwa skala usaha yang ada di
Kecamatan Marusu berbeda-beda sehingga jumlah kebutuhan tenaga kerja juga
bervariasi terlihat bahwa apabila skala usaha meningkat maka jumlah tenaga kerja
pun semakin bertambah yaitu dengan skala 2.500- 3.500 ekor tenaga kerja yang
dibutuhkn sebanyak 2 orang namun setelah meningkat menjadi 11.000- 12.000 ekor
maka jumlah tenaga kerjanya pun menjadi 5 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Siregar (2009) yang menyatakan bahwa tenaga kerja yang digunakan oleh peternak
dikelompokkan menjadi dua kelompk besar yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan
tenaga kerja luar keluarga.
kerja dan variabel indipendenya adalah profitabilitas. Adapun uraian lengkap
gambaran umum variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Produktivitas Tenaga Kerja
dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu.
Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah ternak ayam pedaging
dipelihara oleh peternak terhadap jam kerja selama satu periode pemeliharaan.
Pengukuran produktivitas tenaga kerja ada dua cara yaitu pengukuran secara teknis
dan secara ekonomis. Tingkat produktivitas tenaga kerja secara teknis diperoleh
dengan membandingkan jumlah ternak ayam pedaging yang dimiliki dengan jumlah
tenaga kerja yang diserap sedangkan produktivitas ekonomis diperoleh dari hasil
pembagian antara pendapatan dengan jumlah tenaga kerja.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan sasaran yang strategis
karena peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi lain (alam dan modal) sangat
tergantung pada kemampuan tenaga manusia dalam memanfaatkannya. Produktivitas
tenaga kerja ini menunjukkan salah satu tingkat keberhasilan peternak ayam pedaging
di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros dalam usaha meningkatkan pendapatan /
kesejahteraannya.
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros berdasarkan skala usaha dapat dilihat Tabel.
10 sedangkan rincian perhitungan produktivitas tenaga kerja dapat dilihat pada
lampiran I
Ayam Pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros berdasarkan skala usaha.
Sumber : Data Primer yang Telah di Olah, 2017
Dari Tabel 10. menunjukan bahwa produktivitas tenaga kerja di Kecamatan
Marusu, Kabupaten Maros sangatlah bervariasi dari setiap plasma. Hal ini disebabkan
oleh skala usaha yang dimiliki masing-masing plasma yang ada di Kecamatan
Marusu Kabupaten Maros.
Plasma A 2500 555,092.32
Plasma B 9000 570,311.84
Plasma C 12000 811,871.74
Plasma D 5000 217,621.74
Plasma E 8000 359,023.08
Plasma F 6500 251,488.17
Plasma G 4000 120,910.18
Plasma H 5000 994,413.17
Plasma I 8000 411,381.52
Plasma F 6000 306,396.26
Plasma G 4000 364,797.67
Plasma H 6500 662,986.26
Plasma I 7000 743,374.34
Plasma J 8000 618,251.72
Plasma K 4000 385,816.73
Plasma L 5500 481,319.45
Plasma M 9000 821,066.18
Plasma N 3500 422,656.08
Plasma O 11000 834,394.56
Plasma P 4000 272,315.26
Produktivitas yang paling tinggi pada plasma I adalah Rp 5,411,381.52. dengan
skala usaha 8000 ekor dan terendah yaitu plasma G adalah Rp. 364,797.67 dengan
skala usaha 4000 ekor, hal ini menunjukkan bahwa penerimaan (output) yang
diterimah masih- masing plasma berbeda-beda dipengaruhi oleh bobot badan dan
angka kematian ditiap plasma sehingga mempengaruhi penerimaan plasma. Tinggi
rendahnya pencapaian produktivitas kerja tergantung output (penerimaan) dan input
(curahan waktu) yang efisien sehingga penerimaan juga berpengaruh pada pencapaian
produktivitas tenaga kerja yang dilakukan peternak di Kecamatan Marusu,
Kabupaten Maros. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1986) yang
menyatakan bahwa anggapan yang biasa dipakai tanpa memperhatikan kebiasaan
bekerja adalah bahwa delapan jam kerja sama dengan satu hari kerja.
46
Profitabilitas
Berdasarkan pengukuran tersebut, maka suatu usaha dapat membuat keputusan
yang lebih tepat dalam mencapai tujuan usaha peternakan ayam pedaging di
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros. Masalah profitabilitas suatu peternakan
berkaitan dengan selisih antara harga jual dan biaya per unit.
Usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten
Maros dikatakan mendapat profit jika penerimaan atau nilai penjualan produknya
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Unuk mengetahui profitabilitas di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros
maka pengukuran yang dipakai adalah Gross Profit Margin (GPM) yaitu
penentuan Penerimaan dan Biaya Operasional.
a. Penerimaan
beda. Peternak yang mempunyai ternak dalam jumlah banyak memungkinkan
jumlah penerimaan yang diperolehnya pun semakin besar. Jumlah ternak yang
banyak menyebabkan biaya yang dikeluarkan juga cenderung lebih besar sehingga
diperlukan adanya suatu kajian untuk mengetahui tingkat profitabilitas yang
dicapai dari skala kepemilikan ternak yang berbeda.
Adapun rata-rata penerimaan usaha peternakan ayam pedaging di
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros dapat dilihat pada Tabel.11.
47
Tabel 11. Rata-rata Penerimaan Pada Usaha Peternakan Ayam Pedaging di
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros.
Plasma A 2500 69.840.000
Plasma B 9000 257.447.500
Plasma C 12000 419.895.000
Plasma D 5000 174.965.000
Plasma E 8000 266.452.000
Plasma F 6500 205.267.000
Plasma G 4000 183.567.000
Plasma H 5000 176.570.000
Plasma I 8000 279.965.000
Plasma F 6000 209.462.000
Plasma G 4000 131.875.000
Plasma H 6500 221.567.800
Plasma I 7000 244.965.000
Plasma J 8000 281.542.300
Plasma K 4000 148.672.000
Plasma L 5500 182.467.000
Plasma M 9000 158.618.000
Plasma N 3500 121.465.200
Plasma O 11000 311.011.000
Plasma P 4000 139.965.000
Dari Tabel 11. menunjukan bahwa rata-rata penerimaan pada usaha
peternakan ayam pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros sangatlah
bervariasi. Hal ini disebabkan karena penerimaan peternak bersumber dari
beberapa aktivitas antara lain penjualan hasil, bonus dari pihak inti dan penjualan
kotoran ayam. Penerimaan yang diperoleh tertinggi pada plasma C yaitu Rp.
419.895.000 dengan skala usaha 12000 ekor dan terendah pada plasma A yaitu
Rp. 69.840.000 dengan skala usaha 2500. Masing- masing plasma yang diperoleh
48
berbeda-beda tergantung dari skala usaha yang dimiliki, sehingga peternak pada
kemitraaan usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten
Maros harus dapat meningkatkan nilai penjualan dalam usahanya.
Besarnya nilai penerimaan tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan
dalam hal ini jumlah ternak yang dijual dan harga produk atau harga per ekor
ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2009) yang menyatakan bahwa
peneriman merupakan nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik
yang dijual maupun tidak terjual. Penerimaan merupakan hasil perkalian dari
produksi total dengan harga satuan, produksi total adalah hasil utama dan
sampingan sedangkan harga adalah tingkat usaha atau harga jual.
b. Biaya Operasional
Biaya Operasional bagi usaha peternakan ayam pedaging yang ada di
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros adalah biaya yang dikelurkan peternak
yang jumlahnya dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya. Artinya bahwa semakin
tinggi skala usaha maka semakin meningkat pula biaya variabel yang harus
ditanggung oleh peternak selama masa produksi barlangsung. Perkiraan biaya
operasional diperhitungkan selama satu periode pemeliharaan lebih dahulu, biaya
operasional peternak plasma didominasi oleh biaya tenaga kerja, biaya listrik,
biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya pembelian bibit, dan biaya lain-lain yang
dikeluarkan untuk mendukung kegiatan operasional lainnya.
Untuk mengetahui biaya operasional usaha peternakan ayam pedaging di
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros dapat dilihat Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata Biaya Operasional Pada kemitraan Usaha Peternakan Ayam
Pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros.
49
Plasma A 2500 67,691,122
Plasma B 9000 217,262,320
Plasma C 12000 321,962,200
Plasma D 5000 129,800,700
Plasma E 8000 198,452,868
Plasma F 6500 527,763,461
Plasma G 4000 463,406,450
Plasma H 5000 552,930,020
Plasma I 8000 698,086,886
Plasma F 6000 628,800,120
Plasma G 4000 518,382,097
Plasma H 6500 797,275,000
Plasma I 7000 746,710,462
Plasma J 8000 748,833,721
Plasma K 4000 571,025,605
Plasma L 5500 736,307,200
Plasma M 9000 757,618,044
Plasma N 3500 556,961,559
Plasma O 11000 628,153,060
Plasma P 4000 628,382,097
Dari Tabel 12. menunjukan bahwa rata-rata biaya operasional pada
kemitraan usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten
Maros meningkat di plasma C yaitu Rp 319.895.000 dan terendah plasma A
yaitu Rp 69.840.000. Hal ini disebabkan karena jumlah skala yang dipelihara
berbeda-beda. Peningkatkan jumlah ternak yang dipelihara memepengaruhi biaya
operasional usaha. Akan berdampak pada biaya pakan, tenaga kerja, biaya listrik
dll. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiraharjo, dkk (2008) bahwa biaya variabel
50
yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala produksi, antara lain tenaga
kerja, biaya listrik, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya pembelian bibit.
c. Hasil Analisis Tingkat Profitabilitas
Profitabilitas dapat memberikan gambaran tentang bagaimana kinerja
usaha ayam pedaging dalam mengelolah keuangan usaha. Terdapat beberapa rasio
yang digunakan untuk mengukur profitabilitas usaha ayam pedaging yang ada di
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, diantaranya gross profit margin yaitu
perbandingan laba kotor dengan penjualan.
Tingkat profitabilitas pada usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan
Marusu, Kabupaten Maros dapat dilihat Tabel.13.
Tabel.13. Hasil Analisis tingkat Profitabilitas Pada Kemitraan Usaha Peternakan
Ayam Pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros berdasarkan
skala kepemilikan ternak. Plasma Skala Usaha (Ekor) Gross Profit Margin
(GPM)
Dari Tabel 13. menunjukan bahwa hasil analisis tingkat profitabilitas pada
kemitraan usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Marusu, Kabupaten
Maros terlihat pada hasil yang diperoleh cemderung meningkat baik yang
menggunakan ukuran Gross Profit Margin (GPM). Kemampuan penerimaan dari
penjualan produk dalam menghasilkan laba operasi yaitu penerimaan setelah
dikurangi dengan biaya operasional, terlihat bahwa nilai Gross Profit Margin
(GPM) untuk setiap plasm sangatlah bervariasi. Ini berarti bahwa kemampuan
usaha dalam memperoleh laba mengalami peningkatan.
Peningkatan Gross Profit Margin (GPM) ini menunjukkan bahwa keadaan
operasi usaha ayam pedaging semakin baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Syamsuddin (1998), bahwa semakin besar Gross Profit Margin (GPM) semakin
baik keadaan operasi usaha ayam pedaging, karena hal ini menunjukkan biaya
yang dikeluarkan oleh usaha lebih rendah diandingkan penerimaan. Demikian
pula sebaliknya, semakin rendah Gross Profit Margin (GPM) semakin kurang
baik operasi usaha ayam pedaging.
Hubungan Produktivitas Tenaga Kerja dengan Profitabilitas
Model Analisis data yang digunakan adalah analisis koefisien korelasi
Produck Moment dengan maksud untuk mengetahui hubungan Produktivitas
tenaga Kerja terhadap Profitabilitas pada Kemitraan usaha ayam pedaging di
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros.
Berdasarkan analisa statistic dengan Uji dua sisi (Sig.2-tailed) didapatkan
angka Sig. 2-tailed = 0,010 (Lampiran 4), karena angka tersebut lebih kecil dari
0,05, maka dapat disimpulkan (hipotesa H1 diterima) atau ada hubungan (korelasi)
yang sangat nyata antara Variabel jumlah tenaga kerja dengan profit usaha. Besar
korelasi antara Jumlah Tenaga Kerja dan profit Usaha sebesar + 0,516, besarnya
nilai korelasi ini berada pada 40-60 berarti Variabel jumlah tenaga kerja
berkorelasi sedang dengan profit usaha.
Maka terlihat bahwa profit usaha dipengaruhi oleh tenaga kerja, artinya
semakin besar jumlah tenaga kerja akan diikuti dengan peningkatan produktivitas
usahanya, oleh karena itu jumlah tenaga kerja harus sesuai dengan skala usaha
sehingga efisiensi usaha dan optimalisasi tenaga kerja bisa terlaksana.
PENUTUP
53
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan penelitian sebagi berikut :
1. Produktivitas tenaga kerja yang ada di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros
sangatlah bervariasi dimana curahan waktu yang terjadi di tiap plasma
berbeda-beda sehingga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja.
2. Profitabilitas yang ada di Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros berbeda-
beda ditiap plasma krna penerimaan dan biaya operasional juga berbeda-beda
hal ini mengakibatkan tingkat profitabilitas mengalami perbedaan ditiap
plasma.
usaha
berkorelasi yaitu ada hubungan (korelasi) yang sangat nyata antara variabel
jumlah tenaga kerja dengan profit usaha, sehingga apabila produktivitas
mengalami peningkatan maka profitabilitasnya akan ikut meningkat.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan saran bahwa yang
melakukan kemitraan di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros harus mempunyai
curahan waktu yang cukup ditiap tenaga kerja karna ini berdampak dari
produktivitas tenaga kerja dan profitabilitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Farming). Skripsi. Fakultas Peternakan. ITB. Bogor.
Arman. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Peternak
Sapi Perah Di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
Skripsi.Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin . Makassar.
Buffa, E. S. dan R. K. Sarin. 1994. Manajemen Operasi dan Produksi Modern.
Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Dewiyanti, R.D. 2007.Analisis Penyerapan dan Produktivitas Tenaga Kerja
Pada Peternakan Ayam Broiler (Study Kasus di Peternakan Sunan
Kudus Farm Kabupaten Bogor.Skripsi. Fakultas Peternakan.
ITB.Bogor.
Liberty.Yogyakarta.
Irianto, Agus. (2006). Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasi. Kencana. Jakarta.
Kadir, N. 2010.Pengaruh Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi
Selatan.TesisUniversitas Muslim Indonesia.Makassar.
Aksara. Jakarta.
Pertama.Graha Ilmu.
Ridwan, 2014. Rekontruksi Model Kemitraan Contract Farming Untuk
Pengembangan Agribisnis Ayam Pedaging (Broiler)Di Sulawasi Selatan.
Disertasi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Makassar.
kedua.Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.
55
Sinungan, M. 2000. Produktivitas Apa dan Banagimana. PT Bumi Aksara.
JakartaSusilorini. 2008. Budi daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Siregar, A. R. Dan sirajuddin, S. N. 2014. Hubungan Antara Skala Usaha dan
Pendapatan pada Peternak Ayam Pedaging Yang Melakukan Kemitraan Di
Kabupaten Maros.Staf pengajar jurusan sosial ekonomi peternakan Fapet
UNHAS. Makassar.
melakukan Kemitraan Kecamatan Bantimurung, Kabupaten
maros.Jurnal Agribisnis, Vol VI (2), Juni 2007.
Soedarmayanti.2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. CV.
Bandar Maju. Bandung. Sedarmayanti.2009. Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja. CV. Bandar Maju. Bandung.
Sunarto. 2005. Analisis Efisiensi Usahatani Kentang dan Pemasarannya Di
Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Jurnal Sosial
Ekonomi Peternakan no. 19.Makassar.
Abadi.Jakarta.
Sujoko, dan Soebiantoro. 2007. Analisis laba bersih peternak ayam ras pedaging
pada pola kemitraan inti-plasma Naratas Poultry Shop. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syukur, M.1995. Kemitraan Usaha sebagai Strategi Pemasaran. Prosiding
Agribisnis. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Thamrin, S, dan Mufidah, M. 2006. Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam
Broiler Pola Kemitraan di Desa Bontolangkasa Utara Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa. Jurnal Agrisistem. Vol 2 No. 1. Makassar
Umar, H. 2001. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Tohir, K. A. 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Sumur Bandung.
Bandung.
Karyawan Bagian Keperawatan pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta.Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. UMS. Surakarta.
Lampiran 1
AYAM BROILER YANG BERMITRA KECAMATAN MARUSU
KABUPATEN MAROS
Identitas responden
no Volume Penjualan
B. Petunjuk Pengisisan variabel dependen “Profitabilitas” :
1. Daftar Penerimaan (Rp) Peternak Ayam Broiler per Periode setiap plasma di tahun 2016.
No 2016 Volume Penjualan (Rp)
1 Periode I
2. Daftar Laba Rugi Peternak Ayam Broiler per Periode setiap plasma di tahun 2016.
Keterangan Periode I Periode II Periode III
Biaya Operasional
Lampiran 2. Identitas peternak yang Melakukan Usaha Peternakan pada Kemitraan Ayam Bedaging di Kecamatan Marusu,
Kabupaten Maros
1 Amriani 42 2 Perempuan SMP 9 2500 Plasma A
2 Hj. Salmia 65 2 Perempuan SD 20 9000 Plasma B
3 Aminuddin 47 3 Laki-laki SD 17 12000 Plasma C
4 Andi Hasnawati 55 2 Perempuan SMA 8 5000 Plasma D
5 Muh. Zainal 36 3 Laki-laki SMA 12 8000 Plasma E
6 Sulaiman 43 2 Laki-laki SMA 6 6500 Plasma F
7 Arpiansyah 43 2 Laki-laki SARJANA 6 4000 Plasma G
8 Amirullah 31 3 Laki-laki SMP 10 5000 Plasma H
9 Bunga Tang 51 3 Perempuan SMA 18 8000 Plasma I
10 Ramlah 35 2 Perempuan SMP 9 6000 Plasma F
11 Muh. Sain 50 2 Laki-laki SMA 8 4000 Plasma G
12 H. Akil 54 3 Laki-laki SMA 11 6500 Plasma H
13 Tanereng 56 3 Laki-laki SMP 17 7000 Plasma I
14 Mashud 65 2 Laki-laki SMA 14 8000 Plasma J
15 Muh. Yusuf 48 2 Laki-laki SMA 12 4000 Plasma K
16 Hj. Mansur 50 2 Laki-laki SMP 11 5500 Plasma L
17 Dg. Rurung 49 3 Laki- laki SMA 21 9000 Plasma M
18 Muh.Ridwan 38 3 Laki-laki SMP 9 3500 Plasma N
19 Jupri 64 3 Laki-laki SD 19 11000 Plasma O
20 Ramli 47 3 Laki-laki SMA 11 4000 Plasma P
Lampiran 3. Identitas peternak yang Melakukan Usaha Peternakan pada Kemitraan Ayam Bedaging di Kecamatan Marusu,
Kabupaten Maros
Total
HKSP
2 Hj. Salmia 9000 2 6 28
1 0.80 0 168 134.4 302.4
3 Aminuddin 12000 3 8 38
1 0.80 0.6 304 243.20 547.2
4 Andi Hasnawati 5000 2 6 35
0 0.80 0.6 0 168 168
5 Muh. Zainal 8000 3 7 36
1 0.80 0.6 252 201.60 453.6
6 Sulaiman 6500 2 6 30
1 - 0.6 180 0 180
7 Arpiansyah 4000 2 6 38
1 - 0 228 0 228
8 Amirullah 5000 3 6 27
1 0.80 0.6 162 129.6 291.6
9 Bunga Tang 8000 3 6 29
0 0.80 0.6 0 139.2 139.2
10 Ramlah 6000 2 6 32
0 0.80 0.6 0 153.6 153.6
11 Muh. Sain 4000 2 6 27
1 8.00 0 162 1296 1458
12 H. Akil 6500 3 6 31
1 0.80 0 186 148.8 334.8
13 Tanereng 7000 3 7 28
1 0.80 0.6 196 156.8 352.8
14 Mashud 8000 2 6 36
1 - 0.6 216 0 216
15 Muh. Yusuf 4000 2 6 40
1 0.80 0 240 192 432
16 Hj. Mansur 5500 2 6 38
1 8.00 0 228 1824 2052
17 Dg. Rurung 9000 3 6 37
1 0.80 0.6 222 177.6 399.6
18 Muh.Ridwan 3500 3 6 28
1 0.80 0.6 168 134.4 302.4
19 Jupri 11000 3 8 40
1 0.80 0.6 320 256 576
20 Ramli 4000 3 6 32
1 0.80 0.6 192 153.6 345.6
60
Lampiran 4. Tabulasi Data Hasil Kuesioner Variabel Dependen Produktivitas Kerja
No
A. Perhitungan Produktivitas Tenaga Kerja tiap Plasma
1. Produktivitas Tenaga Kerja =

= 69.840.000
324
= 555,092.32

= 257.447.500
302.4
= 570,311.84
61
=
= 419.895.000
547.2
= 811,871.74

= 540,560,452
168
= 217,621.74

= 256,452,868
453.6
= 565,372.28

= 185,267,870
180
= 029,265.94

= 183,567,520
228
=805,120.70

= 201,570,881
291.6
62
= 691,258.17

= 171,462,466
153.6
= 297,013.70

= 131,875,000
1458
= 116,292.10

= 201,567,800
334.8
= 490,449.25

= 291,462,466
352.8
= 602,054.36

= 281,542,371
216
= 826,140.78
63

= 237,699,826
216
= 303,436.90

= 237,699,826
432
=550,231.08

= 382,467,520
2052
= 186,387.68

= 587,618,044
399.6
= 470,515.63

= 281,411,267
302.4
= 930,592.81

= 711,011,267
576
64
= 234,394.56

= 681,632,154
345.6
= 972,315.26
65
Plasma Skala Usaha (Ekor) Penerimaan (Rp)
Plasma A 2500 69.840.000
Plasma B 9000 257.447.500
Plasma C 12000 419.895.000
Plasma D 5000 174.965.000
Plasma E 8000 266.452.000
Plasma F 6500 205.267.000
Plasma G 4000 183.567.000
Plasma H 5000 176.570.000
Plasma I 8000 279.965.000
Plasma F 6000 209.462.000
Plasma G 4000 131.875.000
Plasma H 6500 221.567.800
Plasma I 7000 244.965.000
Plasma J 8000 281.542.300
Plasma K 4000 148.672.000
Plasma L 5500 182.467.000
Plasma M 9000 158.618.000
Plasma N 3500 121.465.200
Plasma O 11000 311.011.000
Plasma P 4000 139.965.000
Plasma Skala Usaha (Ekor) Biaya Operasional (Rp)
Plasma A 2500 69.840.000
Plasma B 9000 157.447.500
Plasma C 12000 319.895.000
Plasma D 5000 144.965.000
Plasma E 8000 226.452.000
Plasma F 6500 195.267.000
Plasma G 4000 163.567.000
Plasma H 5000 146.570.000
Plasma I 8000 179.965.000
Plasma F 6000 199.462.000
Plasma G 4000 111.275.000
Plasma H 6500 182.567.000
Plasma I 7000 194.965.000
Plasma J 8000 221.742.000
Plasma K 4000 112.402.000
Plasma L 5500 122.497.000
Plasma M 9000 128.718.000
Plasma N 3500 91.465.200
Plasma O 11000 271.401.000
Plasma P 4000 114.260.000
Plasma Skala Usaha (Ekor) Gross Profit Margin
(GPM)
Plasma A 2500 1.2 Plasma B 9000 7.7 Plasma C 12000 11.0 Plasma D 5000 2.0 Plasma E 8000 2.9 Plasma F 6500 9.8 Plasma G 4000 4.2 Plasma H 5000 4.9 Plasma I 8000 7.3 Plasma F 6000 4.9 Plasma G 4000 2.5 Plasma H 6500 10.6 Plasma I 7000 5.7 Plasma J 8000 4.2 Plasma K 4000 4.6 Plasma L 5500 5.9 Plasma M 9000 6.2 Plasma N 3500 4.2 Plasma O 11000 11.7 Plasma P 4000 7.8
1. Gross Profit Margin (GPM)
Perhitungan Gross Profit Margin (GPM)
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
= 179,849,913−177,691,122
179,849,913 × 100%
68
Penermaan × 100%
777,262,300 − 717,262,320
777,262,300 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
991,456,216 − 881,962,200
991,456,216 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
540,560,452 − 529,800,700
540,560,452 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
256,452,868 − 156,452,868
256,452,868 × 100%
69
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
585,267,870 − 527,763,461
585,267,870 × 100%
a. Perhitungan Gross Profit Margin (GPM)
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
183,567,520 − 163,406,450
183,567,520 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
201,570,881 − 152,930,020
201,570,881 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
403,264,307 − 371,086,886
403,264,307 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
171,462,466 − 161,423,120
171,462,466 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
131,875,000 − 128,382,097
131,875,000 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
201,567,800 − 166,275,000
201,567,800 × 100%
71
Penermaan × 100%
291,462,466 − 146,710,462
291,462,466 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
281,542,371 − 248,833,721
281,542,371 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
237,699,826 − 228,725,605
237,699,826 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
382,467,520 − 296,307,200
382,467,520 × 100%
72
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
587,618,044 − 557,618,044
587,618,044 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
281,411,267 − 156,961,559
281,411,267 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
711,011,267 − 628,153,060
711,011,267 × 100%
() = Penerimaan − Biaya Operasional
Penermaan × 100%
= 681,632,154−628,382,097
681,632,154 × 100%
Profitabiltas
Correlations
Sig. (1-tailed) .010
N 20 20
Sig. (1-tailed) .010
N 20 20
74
Andi Musdalifah, lahir di Soppeng pada tanggal 10 April 1995,
sebagai anak ke enam dari dua belas bersaudara dari pasangan
bapak Drs. H. A. M. Bakri LB dan ibu Hj. A. Nawirah,
pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar
SDN 35 Tajuncu, lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan
ke jenjang Sekolah Menengah Pertama MTS Ponpes Yasrib Lapajung Watansoppeng,
lulus pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas MA Yasrib
Lapajung Watansoppeng dan lulus pada tahun 2013.
Setelah menyelesaikan Tingkat SMA, pada tahun 2013 penulis diterima di
Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur Undangan Masuk Perguruan Tinggi Negeri
SNMPTN Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Penulis
menyelesaikan Strata 1 (S1) dan mendapatkan gelar S.Pt pada Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin pada Januari 2017.